RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 2017

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai upaya mengaktualisasikan fungsi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Pemerintah Provinsi Gorontalo telah merumuskan berbagai kebijakan yang memiliki konteks
dan fungsi berbeda. Kebijakan Pemerintah Daerah disusun untuk memberikan peningkatan
pelayanan, peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat. Inti dasar proses penyusunan kebijakan yang ada,
diarahkan untuk optimalisasi

dan pemanfaatan berbagai sumber daya (resources) yang

dimiliki Provinsi Gorontalo sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, kemampuan, dan
kebutuhan daerah. Pertimbangan lainnya adalah dengan memperhatikan kekhasan dan
keunggulan yang ada.
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Gorontalo 2012–2017 menguraikan
tentang arah pembangunan yang ingin dicapai Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu 5

(lima) tahun, yang disusun berdasarkan Visi dan Misi Kepala Daerah dan berpedoman pada
RPJPD yang

dijabarkan ke dalam tujuan, strategi, dan tahapan pembangunan jangka

menengah. Namun di tengah proses pelaksanaannya, RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 –
2017 perlu dilakukan penyempurnaan dan penyelarasan (revisi) lebih lanjut, terkait konsep
dan substansi yang telah termaktub.
Selain

itu,

yang

menjadi

pertimbangan

pelaksanaan


perubahan

Rencana

Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo ini adalah pengaruh dari
kebijakan Nasional yang mempunyai dampak pada capaian target indikator serta adanya
perubahan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo.
Secara umum tahapan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Perubahan RPJMD Provinsi
Gorontalo, dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan RPJMD,
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Dasar hukum penyusunan RPJMD Propinsi Gorontalo, sebagai berikut.
1.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);

BAB I - 1


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);

4.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

7.

Peraturan

Pemerintah


Nomor

6

Tahun

2008

tentang

Pedoman

Evaluasi

Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
8.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);

9.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

10.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

11.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;

12.


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517;

13.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Gorontalo 2007 – 2025;

14.

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Gorontalo 2010-2030;

15.

Keputusan


Gubernur

Gorontalo

Nomor

:

331/18/XII/Tahun

2011

tentang

Pembentukan Tim Penyusun RPJMD Provinsi Gorontalo 2012-2017;

BAB I - 2

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017


16.

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menegah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo 2012 – 2017;

1.3 Hubungan Antar Dokumen
Ada beberapa dokumen yang menjadi acuan, menjadi pedoman dan diperhatikan
dalam proses penyusunan RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017. Terkait dengan
sinkoronisasi antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 –
2014 dengan RPJMD Provinsi Gorontalo adalah koneksitas antara visi dan misi kedua
dokumen ini. RPJMD memperhatikan dan menjabarkan Visi RPJMN 2010 – 2014 yaitu
Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Begitu pula
untuk penjabaran Misi RPJMN, yaitu : 1) Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang
sejahtera, 2) Memperkuat pilar-pilar demokrasi, 3) Memperkuat dimensi keadilan di semua
bidang. Visi, Misi dan Program yang tercantum dalam RPJMN 2010 – 2014 kemudian
menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi Gorontalo dalam konteks formulasi
rencana pembangunan daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan.
Selain memperhatikan RPJPN dan mempedomani RPJMN 2010-2014, dokumen RPJMD
juga mengacu dan mempedomani dokumen pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Provinsi Gorontalo 2007-2025 dengan visi Gorontalo Maju dan Mandiri.
Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka panjang tersebut ditempuh melalui 3 (tiga)
misi pembangunan yaitu : (1) Mewujudkan Ketahanan Ekonomi Gorontalo yang Handal; (2)
Mewujudkan Sumberdaya Manusia Gorontalo yang Handal; dan (3) Mewujudkan Pemerintah
Daerah yang Amanah, demikian halnya dengan dokumen RTRW Provinsi Gorontalo 20102030 akan menjadi berpedoman pada berbagai pola dan struktur tata ruang yang telah
ditetapkan sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan
dengan pemanfaatan ruang daerah di Provinsi Gorontalo.
Pemerintah daerah dalam menyusun 3 dokumen rencana pembangunan daerah yang
terdiri dari RPJPD, RPJMD dan RKPD serta dua dokumen rencana SKPD terdiri dari Renstra
SKPD dan Renja SKPD. Berdasarkan segi waktu dokumen tersebut dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu dokumen RPJPD dan RTRWP merupakan dokumen jangka panjang (20 tahun),
RPJMD dan Renstra-SKPD merupakan dokumen jangka menengah (5 tahun), sedangkan
RKPD dan Renja-SKPD merupakan dokumen jangka pendek (1 tahun).
Perubahan RPJMD Provinsi Gorontalo 2012-2017 disusun dengan berpedoman pada
RPJPD 2007-2025 dan RTRWP 2010-2030 dengan memperhatikan RPJMN. RPJMD 20122017 dijabarkan dalam RKPD dan menjadi pedoman SKPD dalam menyusun Rencana
Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran

BAB I - 3

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PROVINSI GORONTALO 2012-2017

(RKA) SKPD. Dari RKP Daerah dan RKA SKPD inilah selanjutnya disusun RAPBD. Selanjutnya
diperlukan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk diintegrasikan dengan rencana
pembangunan daerah, untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima)
tahun mendatang, dan asumsi-asumsinya. Sinergitas RTRW, RPJPD dan RPJMD harus
sinkron dan sinergis meliputi :
a. Visi, misi, arah, tujuan, kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan jangka menengah
daerah provinsi, selaras arah, kebijakan umum, serta prioritas pembangunan nasional
dan prioritas untuk bidang-bidang pembangunan, dan pembangunan kewilayahan sesuai
dengan kewenangan, kondisi dan karakteristik daerah;
b. Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program

pembangunan jangka

menengah daerah provinsi selaras dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang
ditetapkan dalam RTRW;
c. Arah dan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah provinsi Gorontalo
memperhatikan arah dan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dan
pemanfaatan struktur dan pola ruang provinsi lain sekitarnya;
d. Jangka waktu pembangunan jangka menengah daerah Provinsi terhitung sejak Kepala
Daerah dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan, dan;
e. Dilakukan sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RPJMD Provinsi.
Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran bersifat hirarkis, artinya dokumen
yang jangka waktunya lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen yang jangka waktunya
lebih pendek dan dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih tinggi menjadi
rujukan bagi dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah di bawahnya.

BAB I - 4

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Gambar 1.1
Bagan Hubungan Antar Dokumen Perencanaan

RPJP
NASIONAL
RTRW
NASIONAL

RPJM
NASIONAL

PEDOMAN

DIJABARKAN

RKP
DIACU/
DISERASIKAN

DIPERHATIKAN

DIACU

PEDOMAN

DIJABARKAN

RPJMD
GORONTALO

RPJPD
GORONTALO

RTRWP
2010-2030

RKPD

5 TAHUN

1 TAHUN

PEDOMAN

RTRW
P. SULAWESI
DIACU

DIACU

Renstra
SKPD

RAD MDGs
Gorontalo

PEDOMAN

Renja
SKPD

5 TAHUN

1 TAHUN

2011-2015

MP3EI
2010-2025

1.4

Sistematika Penulisan
Sistimatika penyusunan Perubahan RPJMD Provinsi Gorontalo 2012-2017 pada

dasarnya sama dengan dokumen RPJMD sebelum perubahan dengan disusun berdasarkan
tata urut sebagai berikut :
Bab I

: Pendahuluan

Bab II

: Gambaran umum kondisi daerah

Bab III

: Gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan

Bab IV

: Analisis isu strategis

Bab V

: Visi, misi, tujuan dan sasaran

Bab VI

: Strategi dan arah kebijakan

Bab VII

: Kebijakan umum dan program pembangunan daerah

Bab VIII : Indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan
Bab IX

: Penetapan indikator kinerja daerah

Bab X

: Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan

Bab XI

: Penutup

BAB I - 5

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

1.5

Maksud dan Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan upaya serta rencana yang dikemukakan diatas maka

disusunlah maksud dan tujuan penyusunan Perubahan RPJMD ini, yaitu untuk :
a. Melakukan penyesuaian terhadap Perda No. 02 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo 2012-2017;
b. Menjadikan RPJMD sebagai pedoman dan acuan dalam menyusun Rencana Strategis
oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah seterusnya menyusun Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Gorontalo kedepan.
Hasil yang diharapkan dengan tersusunnya perubahan RPJMD Provinsi Gorontalo
2012-2017 adalah antara lain sebagai berikut :
a. Menjadi acuan bagi seluruh masyarakat/kelompok masyarakat, karena memuat
seluruh kebijakan publik.
b. Menjadi pedoman dalam menyusun APBD, karena memuat arah kebijakan
pembangunan daerah satu tahun selang selama 5 tahun ke depan.
c.

Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah.

d. Memperkuat koordinasi pelaksanaan pembangunan daerah.
e. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang,
antar waktu, dan antar fungsi pemerintah.
f.

Menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan pembangunan.

g. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya pembangunan secara efisien,
efektif, dan berkelanjutan.

BAB I - 6

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Provinsi Gorontalo merupakan daerah/provinsi pemekaran dari Sulawesi Utara yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Gorontalo dimana pada awal terbentuknya Provinsi Gorontalo baru memiliki 2
kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo.
Seiring dengan perkembangan daerah dan berdasarkan aspirasi masyarakat, maka di
Provinsi Gorontalo kemudian terbentuk 2 kabuten baru yakni Kabupaten Pohuwato dan
Kabupaten Bone Bolango berdasarkan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Akhirnya pada tahun
2007 berdasarkan UU RI Nomor 11 Tahun 2007 disahkan pembentukan satu kabupaten lagi
yaitu Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan demikian hingga saat ini Provinsi Gorontalo terdiri
dari 5 kabupaten dan 1 kota.
2.1.1.1 Letak dan Batas Wilayah Administrasi
Wilayah Gorontalo terletak di antara

0°19’ – 1°15’ Lintang Utara dan 121°23’ -

125°14’ Bujur Timur. Dari posisi tersebut wilayah ini berbatasan langsung dengan dua
Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di
sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan
di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Peta Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Peta Provinsi Gorontalo, 2011

Sumber : RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030.

BAB II -

1

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

2.1.1.2 Luas wilayah
Luas wilayah Provinsi Gorontalo 12.215,44 km2, jika dibandingkan dengan Wilayah
Indonesia luas Provinsi ini hanya sebesar 0,63 persen. Saat ini, Provinsi Gorontalo memiliki 6
(enam) wilayah pemerintahan yakni 5 (lima) Kabupaten dan 1 (satu) Kota yang terdiri dari
Kota Gorontalo dengan luas wilayah 66,25 km2, Kabupaten Gorontalo dengan luas wilayah
2.207,58 km2, Kabupaten Boalemo dengan luas wilayah 2.517,36 km2, Kabupaten Pohuwato
dengan luas wilayah 4.244,31 km2, Kabupaten Bone Bolango dengan luas wilayah 1.889,04
km2 dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan luas wilayah 1.676,15 km2. Dari keenam
wilayah ini Kabupaten Pohuwato memiliki luas wilayah terbesar diikuti oleh Kab. Boalemo,
sedangkan Kota Gorontalo memiliki luas wilayah terkecil sebesar 0,54% dari total luas
wilayah

Gorontalo.

Didalam

pengembangan

wilayah

sampai

dengan

tahun

2017

direncanakan Provinsi Gorontalo akan memiliki 8 Kabupaten dan 2 kota.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten/Kota
Luas
No.

Wilayah

Wilayah
2

(Km )
01

Kabupaten

2.207,58

Persentase
(%)
18,07

Gorontalo

Sumber Data
UU No. 29 Thn 1959, UU No. 50
Thn 1999 , UU No. 6 Thn 2003
dan UU No. 11 Thn 2007

02

Kabupaten

2.517,36

20,61

Boalemo
03

UU No. 50 Thn 1999 dan
UU No. 6 Thn 2003

Kabupaten

4.244,31

34,75

UU No. 6 Thn 2003

1.889,04

15,46

UU No. 6 Thn 2003

1.676,15

13,72

UU No. 11 Thn 2007

66,25

0,54

UU No. 29 Thn 1959 dan

Pohuwato
04

Kabupaten

Bone

Bolango
05

Kabupaten
Gorontalo Utara

06

Kota Gorontalo

UU No. 22 Thn 1999
Provinsi Gorontalo

12.215,44

100

UU No. 38 Thn 2000

Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo, 2012 (Hasil Olahan), Dirjen PUM Kemendagri

BAB II -

2

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

2.1.1.3 Topografi
Wilayah Provinsi Gorontalo mempunyai topografi yang sebagian besar merupakan
daerah dataran, perbukitan dan pegunungan. Wilayah Kota Gorontalo adalah yang terletak
pada elevasi yang paling rendah, dari 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Gorontalo terdiri dari wilayah dataran dan pegunungan berada pada elevasi
bervariasi, dari 0 sampai 2.065 m dari permukaan laut. Kabupaten Boalemo terdiri dari
wilayah dengan topografi datar sampai bergunung terletak pada ketinggian dengan variasi
dari 0 sampai 2.100 m dari permukaan laut. Kabupaten Pohuwato terletak pada elevasi 0
sampai 1.920 m yang ditemukan di daerah perbatasan dengan Sulawesi Tengah. Kabupaten
Bone Bolango mempunyai topografi dengan variasi antara 0 sampai 1.954. Kabupaten
Gorontalo Utara mempunyai topografi dengan ketinggian yang berbeda-beda, dengan
variasi ketinggian antara 0 sampai 1.970 m dari permukaan laut.
Secara fisiografis, wilayah Gorontalo dikelompokkan menjadi 2 satuan wilayah morfologi,
yaitu:
1) Satuan morfologi pegunungan berlereng terjal, terutama menempati wilayah bagian
tengah dan utara wilayah Gorontalo, yang menjadi pembatas sebelah timur dan sebelah
utara dari Cekungan Air Tanah Limboto yaitu dengan beberapa puncaknya berada di
Pegunungan Tilongkabila, antara lain : G. Gambut (1954 m), G. Tihengo (1310 m), G.
Pombolu (520 m) dan G. Alumolingo (377 m), satuan morfologi ini terutama dibentuk
oleh satuan batuan Gunung api tersier dan batuan Plutonik.
2) Satuan morfologi perbukitan bergelombang, terutama dijumpai di daerah bagian selatan
dan bagian barat dan menjadi batas cekungan di sebelah selatan dan sebelah utara.
Satuan morfologi ini umumnya menunjukkan bentuk puncak membulat dengan lereng
relatif landai dan berjulang kurang dari 200 meter yang terutama ditempati oleh satuan
batuan Gunung api dan batuan sedimen berumur Tersier hingga Kuarter.
Satuan morfologi dataran, merupakan daerah dataran rendah yang berada di bagian
tengah wilayah Cekungan Limboto yaitu di sekitar Danau Limboto. Pada umumnya daerah
ini ditempati oleh satuan aluvium dan endapan danau. Aliran sungai di wilayah ini umumnya
mempunyai pola sub dendritic dan sub parallel.
Satuan morfologi pegunungan dicirikan dengan bentuk bentang alam berbentuk
kerucut, dengan puncak-puncak tertinggi adalah Gunung Tabongo (2.100 mdpl), Gunung
Boliyohuto (2.065 mdpl), Gunung Mopangga (2.051 mdpl) dan Gunung Pontolo (2.017
mdpl).

BAB II -

3

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Tabel 2.2
Kelas Kemiringan Lereng Provinsi Gorontalo
Kelas

Kemiringan

Luas

Persentase

Lereng

(%)

(ha)

(%)

A

0–2

128.552

10,52

B

2-8

74.112

6,07

C

8-15

66.528

5,45

D

15 – 40

113.997

9,33

E

> 40

838.355

68,63
100

Jumlah

1.221.544

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Gorontalo, 2012

Morfologi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan. Gunung Tabongo yang
terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo
dengan ketinggian 2.100 m dari permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu‐Litu yang terletak
di Kabupaten Gorontalo adalah gunung terendah dengan ketinggian 884 m dari permukaan
laut.
2.1.1.4 Geologi
Secara regional, berdasarkan Peta Geologi Lembar Tilamuta (S. Bachri, dkk, 1993)
menyatakan bahwa Daerah Provinsi Gorontalo merupakan bagian dari lengan utara Sulawesi
yang sebagian besar batuannya ditempati oleh batuan gunung api Tersier. Di wilayah
tengah bagian timur dijumpai dataran rendah yang berbentuk memanjang, terbentang dari
Danau Limboto ke Lembah Paguyaman yang diduga semula merupakan danau. Batuan yang
ada di daerah penyelidikan terdiri dari batuan-batuan yang berumur Tersier hingga Kuarter.
Urutan batuan dari yang tertua hingga batuan yang termuda adalah sebagai berikut:
-

Formasi Tinombo (Teot): Terdiri dari lava basal, basal sepilitan, lava andesit, breksi
gunungapi, batu pasir wake, batu lanau, batu pasir hijau, batu gamping merah, batu
gamping kelabu dan batuan termalihkan lemah. Formasi ini berumur Eosen Pertengahan Oligosen.

-

Secara selaras di atas Formasi Tinombo terdapat Formasi Dolokapa (Tmd) yang
terdiri dari: batupasir wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili,
aglomerat, breksi gunungapi, lava andesit sampai basalt. Formasi Dolokopa berumur
Miosen Tengah - Pertengahan Miosen Atas.

-

Kedua formasi batuan tersebut selanjutnya di intrusi oleh Diorit Boliohuto (Tmbo)
yang terdiri dari diorit dan granodiorit yang berumur Pertengahan Miosen Tengah Pertengahan Miosen Atas.

-

Di atas ketiga batuan baik Formasi Tinombo, Formasi Dolokopa dan intrusi Diorit
Boliohuto secara tidak selaras ditempati oleh Batuan Gunungapi Pinggu (TQpv) yang
terdiri dari: aglomerat, tuf, lava andesit, basalt yang berumur Pliosen Atas - Plistosen
BAB II -

4

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Bawah. Selaras lebih muda bersamaan diendapkan batu gamping klastika (TQl) yang
terdiri dari kalkarenit, kalsirudit dan batugamping koral. Selanjutnya pada Plistosen
mulai diendapkan endapan Danau yang berumur Plistosen Bawah - Holosen dan di
atasnya secara selaras diendapkan batugamping terumbu (Ql) yang dimulai pada
Plistosen Atas - Holosen berupa batugamping koral, sedangkan endapan yang paling
muda di daerah penyelidikan adalah berupa endapan permukaan/ aluvium (Qpl).
Struktur geologi yang utama yang berkaitan dengan daerah penyelidikan adalah
sesar, berupa sesar normal dan sesar geser. Sesar normal yang terdapat di G. Boliohuto
menunjukkan pola memancar, sedangkan sesar geser umumnya bersifat menganan tetapi
ada pula yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan yang berumur tua (Formasi
Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping Klastik).
Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen hingga
Oligosen yang diawali dengan kegiatan magmatik yang menghasilkan satuan gabro. Masih
pada Eosen terjadi pemekaran dasar samudera yang berlangsung hingga Miosen Awal dan
ini menghasilkan lava bantal yang cukup luas. Kegiatan tersebut diikuti juga oleh terjadinya
retas - retas yang umumnya bersusunan basa dan banyak menerobos Formasi Tinombo.
Pada Miosen selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan Formasi Dolokapa
terjadi juga kegiatan magma yang menghasilkan Diorit Bone. Diduga pada waktu itu terjadi
juga penunjaman dari arah utara ke arah selatan di laut Sulawesi, yang disebut sebagai
Jalur Tunjaman Sulawesi Utara (Simanjuntak, 1986).
Kegiatan magmatik Diorit Bone yang berlangsung sampai Miosen Tengah dilanjutkan
oleh kegiatan magmatik Diorit Boliohuto yang berlangsung hingga Miosen Akhir. Bersamaan
dengan kegiatan magmatik tersebut terjadilah pengangkatan pada akhir Miosen Akhir.
Pada akhir kegiatan magmatik Diorit Boliohuto terjadilah kegiatan gunungapi yang
menghasilkan batuan Gunungapi Pani dan Breksi Wobudu. Pada waktu itu Jalur Tunjaman
Sulawesi Utara diduga masih aktif dan menghasilkan sejumlah sesar geser di bagian barat
daerah penyelidikan.
Pada Kala Pliosen terjadi juga kegiatan magmatik yang menghasilkan batuan
terobosan Granodiorit Bumbulan yang kemudian diikuti oleh kegiatan gunungapi. Kegiatan
gunungapi ini berlangsung hingga Plistosen Awal dan menghasilkan batuan Gunungapi
Pinogu. Sementara itu retas-retas yang bersusunan basal, andesit dan dasit masih
terbentuk.
Pada

akhir Pliosen hingga Plistosen di daerah ini terdapat pengendapan yang

membentuk satuan Batugamping Klastik pada laut dangkal. Sedangkan pada Plistosen Awal
terbentuk endapan danau dan endapan sungai tua. Ketiga satuan tersebut telah mengalami
pengangkatan pada sekitar akhir Plistosen.
Pada akhir Plistosen hingga sekarang terjadi proses pendataran serta kegiatan
tektonik yang masih aktif. Proses pendataran menghasilkan endapan aluvium sedangkan
kegiatan tektonik menghasilkan beberapa sesar geser dibagian timur serta mengakibatkan
terangkatnya satuan Batugamping Terumbu.

BAB II -

5

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

2.1.1.5 Hidrologi
2.1.1.5.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Provinsi Gorontalo dilintasi oleh beberapa sungai. Sungai Paguyaman yang terletak
di Kabupaten Boalemo adalah sungai terpanjang dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan
sungai yang terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak
di Kabupaten Gorontalo Utara. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pengelolaan DAS
merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu
unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan
peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari)
dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai
yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi di sebutkan Sistem pengelolaan
sumber daya air dilakukan dengan berbasis Wilayah Sungai (WS) yang meliputi WS strategis
Nasional dan WS Startegis Provinsi. WS Strategis Nasional yaitu WS Paguyaman dan WS
lintas Provinsi meliputi WS Limboto-Bolango-Bone dan WS Randangan. WS Strategis
Nasional terdiri dari 19 Daerah Aliran Sungai yaitu DAS Paguyaman, DAS Limba, DAS
Olibuhu, DAS Tumba, DAS Bolangga, DAS Bubaa, DAS Tumbihi, DAS Limbatihu, DAS
Tabongo, DAS Dulupi, DAS Sambati, DAS Tilamuta, DAS Lamu, DAS Botumoito, DAS
Tapadaa, DAS Salilama, DAS Tabulo, DAS Bumbulan, DAS Libuo. WS Limboto-Bolango-Bone
yang meliputi DAS Limboto, DAS Bone, DAS Bolango, DAS Taleki, DAS Yango, DAS
Tolinggula, DAS Potanga, DAS Limboto, DAS Biawu, DAS Bulolila, DAS Bulontio Barat, DAS
Bulontio,

DAS Boliohula, DAS Boliohuto, DAS Dulukapa, DAS Deme 1, DAS Dunu, DAS

Bubalango, DAS Tengah, DAS

Monano, DAS Tudi, DAS Tolonga, DAS Datahu, DAS

Ayukubu, DAS Tolongio, DAS Pontolo, DAS Buda, DAS Molingkapoto, DAS Pelabuhan, DAS
Kwandang, DAS Bubode, DAS Molontadu, DAS Pangimba, DAS Ketapang, DAS Intana,
DAS

Butaiya

Andegile, DAS Monano 1, DAS Waluhu, DAS Batudaa Pantai, DAS

Butulabutao, DAS Luluo, DAS Batulanggea, DAS Kayubulan, DAS Totayuo, DAS Tengkorak,
DAS Tolotio, DAS Bilungala, DAS Momungaa Daa, DAS Leato Utara, DAS Kiki, DAS Bugis,
DAS Leato, DAS Tenda, DAS Tambo, DAS Molonggota, DAS Tapaibihu dan WS Randangan
meliputi : DAS Dudewulo, DAS Randangan, DAS Beringin, DAS Sukadamai, DAS Wonggarasi,
DAS Sidorukun, DAS Patihu, DAS Dinga Motolohu, DAS Lemito, DAS Lomuli, DAS
Milangodaa, DAS Molosipat, DAS Popayato.

BAB II -

6

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

2.1.1.5.2 Danau
Di Provinsi Gorontalo terdapat 2 (dua) danau yang secara potensial mempunyai nilai
ekonomi bagi pengembangan bidang-bidang kepariwisataan, pengairan, dan energi antara
lain :
1. Danau Limboto merupakan sebuah danau yang terletak di 2 (dua) wilayah yaitu wilayah
Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo dimana pada tahun 1932 rata-rata kedalaman
danau mencapai 30 m dengan luas 7.000 ha tetapi mulai tahun 1990 sampai sekarang
kedalaman danau rata-rata hanya tinggal 2.5 m pada musim kemarau dan bisa
mencapai 5 m pada musim hujan dengan luas kurang lebih 3.000 ha. Pendangkalan
danau diakibatkan oleh adanya erosi dan sedimentasi dan masalah lain yang tidak kalah
pentingnya yaitu adanya gulma air seperti enceng gondok yang menutupi permukaan
mencapai 30% sampai 35 % dari luas danau.
2. Danau Perintis yang terdapat di Desa Huluduotamo Kec. Suwawa ± 11 Km dari pusat
kota Gorontalo dapat ditempuh ± 12 menit dengan kendaraan darat. Danau perintis
merupakan obyek wisata seluas ± 6 Ha yang memiliki nilai sejarah dibuat oleh Alm.
Bapak Nani Wartabone (Pahlawan Nasional asal Gorontalo) untuk kepentingan pengairan
sawah. Air yang mengalir ke Danau Perintis berasal dari mata air pegunungan yaitu
mata air Lulahu dan mata air Poso. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu berperahu,
memancing, renang dan rekreasi/perkemahan.
2.1.1.5.3. Cekungan Air Tanah
Secara umum berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 26 Tahun 2011
tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, kondisi hidrologi berdasarkan wilayah cekungan air
tanah di Provinsi Gorontalo ditetapkan sebanyak 9 (sembilan) wilayah cekungan air tanah
yang terdiri atas :
1. Cekungan Air Tanah (CAT) Bone
Daerah ini terletak di sebagian wilayah Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo,
dan sebagian wilayah Kab. Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi Utara

(cekungan air

2

tanah lintas propinsi), dengan luas daerah sekitar 326 km . Secara geografis daerah ini
terletak di sekitar 1230 30’8.53‖ - 1230 44’6.89‖ Bujur Timur dan 0024’06.01‖ – 0036’50.34‖
Lintang Utara.
2. Cekungan Air Tanah (CAT) Pinogu
Daerah ini terletak di Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo (cekungan air
tanah dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 112 km2. Secara geografis daerah ini
terletak di sekitar 123019’40.13‖ - 123030’59.01‖ Bujur Timur dan 0025’59.34‖ – 0032’05.13‖
Lintang Utara.
3. Cekungan Air Tanah (CAT) Tombulilato
Daerah ini terletak di Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo (cekungan air
tanah dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 35 km2. Secara geografis daerah ini

BAB II -

7

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

terletak di sekitar 1230 14’24.94‖ - 1230 22’35.01‖ Bujur Timur dan 0018’31.27‖ – 0021’31.01‖
Lintang Utara.
4. Cekungan Air Tanah (CAT) Gorontalo
Daerah ini terletak di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan Kota
Gorontalo Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah lintas kab/kota), dengan luas daerah
sekitar 481 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1220 41’5.44‖ - 1230 20’27.85‖
Bujur Timur dan 0026’17.97‖ – 0041’10.08‖ Lintang Utara.
5. Cekungan Air Tanah (CAT) Molambulahe
Daerah ini terletak di sebagian wilayah Kabupaten Gorontalo dan sebagian
Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah lintas kab/kota), dengan luas
daerah sekitar 433 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1220 21’27.24‖ - 1220
45’20.84‖ Bujur Timur dan 0034’21.85‖ – 0046’30.52‖ Lintang Utara.
6. Cekungan Air Tanah (CAT) Mahinoto
Daerah ini terletak di wilayah Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo (cekungan air
tanah dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 75 km2. Secara geografis daerah ini
terletak di sekitar 1220 13’52.84‖ - 1220 26’39.50‖ Bujur Timur dan 0044’46.55‖ – 0048’10.63‖
Lintang Utara.
7. Cekungan Air Tanah (CAT) Soginti
Daerah ini terletak di Kabupaten Boalemo dan sebagian wilayah Kabupaten
Pohuwato Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah lintas kab/kota), dengan luas daerah
sekitar 59 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1210 59’7.08‖ - 1220 10’17.66‖
Bujur Timur dan 0027’17.64‖ – 0035’38.66‖ Lintang Utara.
8. Cekungan Air Tanah (CAT) Marisa
Daerah ini terletak di Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah
dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 234 km2. Secara geografis daerah ini terletak
di sekitar 1210 42’51.25‖ - 1210 58’52.96‖ Bujur Timur dan 0024’46.77‖ – 0033’33.34‖ Lintang
Utara.
9. Cekungan Air Tanah (CAT) Popayato
Daerah ini terletak di Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo dan sebagian wilayah
Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah (cekungan air tanah lintas propinsi),
dengan luas daerah sekitar 92 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1210
19’13.92‖ - 1210 32’12.69‖ Bujur Timur dan 0028’01.77‖ – 0035’01.03‖ Lintang Utara.
2.1.1.6 Klimatologi
Kondisi wilayah Provinsi Gorontalo yang letaknya berada di dekat garis khatulistiwa,
mempunyai suhu udara yang cukup panas yang berkisar antara 26⁰c - 28⁰c. Adapun data
Klimatologi Provinsi Gorontalo yang terjadi dari tahun 2007 – 2011 dapat dilihat pada Tabel
2.3.

BAB II -

8

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Tabel 2.3
Data Klimatologi Provinsi Gorontalo 2007 - 2011

RATA-RATA RATA-RATA
TEKANAN KELEMBABAN
Tahun
MAX
MIN
MAX
MIN
UDARA
(%)
RATA-RATA
TEMP ⁰C BULAN TEMP ⁰C BULAN JUMLAH BULAN JUMLAH BULAN (mb)
2007
26,8
33,5 OKT
22,6 AGT & SEPT 400 DES
38 AGT
1009,5
80,3
2008
26,5
32,6 OKT
23,2 SEPT
389 MAR
66 SEPT
1009,9
83,7
2009
27,3
34,4 OKT
21,4 SEPT
228 MEI
0 SEPT
1009,6
78,9
2010
27,0
33,9 MAR
23,0 FEB
336 MEI
37 MAR
1009,7
83,3
2011
26,9
33,5 OKT
22,1 AGT & DES 322 FEB
7 AGT
1009,3
82,5
33,58
22,46
335
29,6
RATA-RATA PER TAHUN
1009,6
81,74
TEMPERATUR RATA-RATA (⁰C)

JUMLAH CURAH HUJAN (mm)

KECEPATAN
RATA-RATA
ANGIN
(m/det)
1,9
1,5
1,9
1,8
2,1
1,84

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Prov. Gorontalo, 2012

Dari Tabel 2.3, dapat kita lihat kecenderungan suhu maksimum selama 5 (lima)
tahun terakhir di Provinsi Gorontalo terjadi di bulan Oktober dengan temperatur rata-rata
adalah 33,58⁰C. Sedangkan suhu minimum cenderung terjadi di bulan September dengan
temperatur minimum rata-rata per tahun adalah 22,46 ⁰C. Untuk jumlah curah hujan
maksimum cenderung terjadi di bulan Mei dengan rata-rata curah hujan maksimum 335 mm
per tahun. Curah hujan minimum cenderung terjadi di bulan Mei dengan rata-rata curah
hujan per tahun adalah 29,6 mm. Rata-rata tekanan udara sebesar 1.009,6 mb, rata-rata
kelembaban udara 81,74% dan kecepatan rata-rata angin sebesar 1,84 m/det.
2.1.1.7 Penggunaan Lahan
a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Sumber daya alam hutan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu ; hutan konservasi
(HSA/KPA), hutan lindung (HL), hutan produksi tetap (HP), hutan produksi terbatas (HPT).
Adapun luas arealnya adalah sebagai berikut : HSA/KPA seluas 196.345 Ha, HL seluas
203.026 Ha, HP seluas 90.518 Ha, HPT seluas 254.988 Ha, HK seluas 79.791 Ha, sehingga
total luas sumber daya alam hutan adalah 824.668 Ha, dengan luasan APL (areal
penggunaan lain) sebesar 391.304 Ha dan Tubuh Air sebesar 5.573 Ha. Hal ini dapat dlihat
pada tabel 2.4.

BAB II -

9

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Tabel 2.4
Luas Kawasan Hutan dan APL
Fungsi Kawasan (Ha)
No.

Kabupaten/Kota

Luasan

HSA/KPA

HL

HP

HPT

HK

APL

Tubuh

Total

Air

(Ha)

1.

Kab. Gorontalo

24.191

13.127

17.783

41.045

2.377

118.892

2.912

220.326

2.

Kab. Boalemo

11.532

29.785

14.783

46.251

4.800

83.042

957

191.149

3.

Kab. Pohuwato

39.705

136.024

41.572

82.883

67.038

67.657

1009

435.887

4.

Kab. Bone Bolango

104.744

15.710

824

19.086

-

48.332

392

189.087

5.

Kab. Gorontalo

16.173

7.953

15.556

65.724

5.576

63.765

213

174.959

6.

Kota Gorontalo

Utara
Total

-

427

-

-

-

9.619

90

10.136

196.345

203.026

90.518

254.988

79.791

391.304

5.573

1.221.545

Sumber : BPKH Wilayah XV Gorontalo, Diolah

b. Kawasan Budidaya
Penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan
pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada
dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Adapun kawasan budidaya yang telah
dikembangkan di Provinsi Gorontalo sesuai dengan potensi yang ada adalah sebagai
berikut :
(1) Kawasan Budidaya Pertanian, mencakup:


Kawasan Pertanian Lahan Basah;
Sesuai angka tetap BPS, Luas panen padi sawah di Provinsi Gorontalo tahun
2011 adalah 52.811 hektar yang terbagi dalam 2 kali musim tanam, dengan total
produksi 273.921 ton. Luas panen terbesar di dominasi oleh wilayah di Kabupaten
Gorontalo seluas 23.277 hektar, hal ini sesuai dengan luasan wilayah fungsi
pertanian lahan basah pada wilayah ini terbesar di bandingkan wilayah kabupaten
lain.



Kawasan Pertanian Lahan Kering;
Komoditi yang dibudidayakan dan mendominasi pertanian lahan kering untuk
wilayah Provinsi Gorontalo adalah komoditi jagung. Luas panen jagung di Provinsi
Gorontalo berdasarkan angka tetap BPS tahun 2011 adalah 135.754 hektar dengan
total produksi 605.781 ton. Luas panen terbesar berada di Kabupaten Pohuwato
seluas 63.806 hektar.



Kawasan Perkebunan;
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2011, hasil tanaman perkebunan yang
paling dominan adalah tanaman kelapa luas panen 68.248 hektar dengan produksi
sebesar 62.338 ton,kakao luas panen 12.483 hektar dengan produksi sebesar 4.543
ton,cengkeh luas panen 8.280 hektar dengan produksi sebesar 901 ton dan tebu
luas panen 7,818 hektar dengan produksi sebesar 29.926 ton.

BAB II - 10

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017



Kawasan Hutan Produksi;
Luas hutan produksi Provinsi Gorontalo adalah 423.408 hektar yang terdiri dari
hutan produksi terbatas 251.097 hektar, hutan produksi tetap 89.879 hektar dan
hutan produksi konversi 82.431 hektar. Produksi hasil hutan masih memberikan andil
yang cukup signifikan terhadap PDRB Provinsi Gorontalo dengan kontribusi rata-rata
sebesar 3,76 % pertahun. Pada tahun 2011 jumlah produksi Kayu Gergajian
mencapai 2.077,14 m3, dan Non kayu dengan produksi 3.785,59 ton.
Produksi hasil hutan baik kayu dan non kayu sampai saat ini masih dihasilkan
lebih besar dari hutan alam dan diharapkan kedepan partisipasi masyarakat dalam
penanaman kayu-kayuan terus ditingkatkan pada lahan milik masyarakat maupun
perizinan yang diberikan kepada masyarakat antara lain berupa IUPHHK HTR, Hutan
Desa dan Hutan Kemasyarakatan. Produksi kayu bulat (kayu log) saat ini adalah
5.523.58 m3 dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2012 hingga 2017 hal ini
disebabkan adanya Izin pemanfaatan kawasan hutan (IPKH) untuk perkebunan
kelapa

sawit

secara

bertahap

khususnya

di

Kabupaten

Pohuwato

yang

mengakibatkan adanya pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun non kayu pada
areal tersebut yang perlu diselamatkan sebagai asset Negara berupa penerimaan
Negara bukan pajak (PNBP) berupa PSDH-DR dan GR.
(2) Kawasan Budidaya Bukan Pertanian, mencakup :


Kawasan Permukiman;
Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan
sebagai lingkungan tempat tinggal atau tempat tinggal yang berada di daerah
perkotaan dan perdesaan.
Tujuan

pengelolaan

kawasan

ini

adalah

untuk

menyediakan

tempat

permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan
yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Pengembangan permukiman sedapat mungkin tidak terlalu jauh dari
tempat usaha dan pusat pertumbuhan selama tidak mengakibatkan degradasi
lingkungan.

Pengembangan

kawasan

permukiman

sejauh

mungkin

tidak

menggunakan daerah pertanian lahan basah atau lahan yang beririgasi.


Kawasan Industri;
Kawasan industri di Provinsi Gorontalo merupakan kawasan budidaya
peruntukan industri yang terletak di Kecamatan Anggrek Kab. Gorontalo Utara untuk
skala besar, untuk skala menengah terdapat di Kecamatan Marisa Kab. Pohuwato
dan untuk skala kecil tersebar di kabupaten/kota lainnya, sebagaimana penetapan
dalam dokumen RTRW Provinsi Gorontalo.



Kawasan Pertambangan;
Berdasarkan izin usaha pertambangan yang diterbitkan oleh Pemda Kab/Kota
dan Provinsi terdiri atas 39 IUP dan 2 KK yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

BAB II - 11

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Perbandingan antara luas wilayah Provinsi Gorontalo (12.215,45 km2) dengan jumlah
luas wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebanyak 260.793,373 Ha.


Kawasan Pariwisata.
Dilihat dari sebaran potensi pariwisata, terdapat beberapa kawasan wisata di
Provinsi Gorontalo yang telah dikembangkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Beberapa kawasan wisata tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5
Kawasan Pariwisata
No.
1.
2.

Kawasan
Wisata budaya
Wisata Bahari

Lokasi

Kab/Kota

Benteng Otanaha

Kota Gorontalo

Benteng Orange

Kab. Gorontalo Utara

Taman Laut Olele,

Kab. Bone Bolango

Pantai Botutonuo

3.

Pulau Saronde

Kab. Gorontalo Utara

Pantai Lahilote

Kota Gorontalo

Pulau Bitila, Pantai

Kabupaten

Bolihutuo

Boalemo/Pohuwato

Wisata Rekreasi Pentadio Resort

Kab. Gorontalo

Keluarga
Air Terjun/Pemandian Kab. Bone Bolango
Air Panas Lombongo
Sumber : Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2012



Kawasan Perikanan;
Pengembangan kawasan perikanan di Provinsi Gorontalo secara umum adalah
untuk mengembangkan zona/kawasan perikanan yang tersebar di kabupaten/kota
yang didukung dengan prasarana penunjangnya. Jumlah RTP (Rumah Tangga
Perikanan) di Proviinsi Gorontalo tahun 2011 sebanyak 18.137 atau meningkat
8,19% dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 16.652. Kawasan budidaya
perikanan juga mencakup kawasan budidaya tambak yang berlokasi di pesisir selatan
Kabupaten Pohuwato, Boalemo, serta pesisir utara Kabupaten Gorontalo utara
dengan jumlah luasan potensi tambak sebesar 10.900 Ha. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 2.6.

BAB II - 12

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Tabel 2.6
Potensi Perikanan Budidaya Di Provinsi Gorontalo
Berdasarkan Komoditi Per Kab/Kota
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kab/Kota

Air
Tawar

Kota Gorontalo
Kab. Gorontalo
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo Utara
Total

210
310
35
70
375
1.000

Potensi Budidaya (Ha)
Air Laut
Air
Rumput
Payau
Ikan
Laut
50
850
350
200
2.700
2.300
10.124
4.840
6.600
10
100
576
2.350
4.900
10.900
10.750
14.300

Total
50
1.200
5.000
11.440
110
7.250
25.050

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah Provinsi Gorontalo sebagaimana mengacu pada perda No. 4
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) terbagi dalam kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya memiliki sumberdaya alam yang cukup
potensial untuk dikembangkan, terutama pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan,
pertambangan dan pariwisata. Potensi pertanian dan perikanan merupakan sektor yang
menjadi prioritas pengembangan yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Apalagi sebagian besar mata pencaharian penduduk bertumpu pada sektor
pertanian dan perikanan.
2.1.2.1 Pertanian
Lahan pertanian yang ada sebagian besar diusahakan oleh masyarakat untuk
menanam sejumlah komoditi utama seperti padi sawah dan jagung. Dalam rangka
pengembangan Program Agropolitan, jagung dijadikan komoditi unggulan.
Dari luas wilayah Provinsi Gorontalo 12.215,44 Km2, dimana untuk potensi lahan
sawah yang ditanami padi seluas ± 29.720 ha yang terdiri dari sawah irigasi ± 23.432 ha
dan sawah non irigasi seluas 6.288 ha. Juga terdapat potensi luasan lahan kering seluas
337.639

ha

yang

terdiri

dari

ladang/huma

71.316

ha,

tegal/kebun

157.685,

pekarangan/bangunan/halaman sekitarnya 36.978 ha, lahan kering yang sementara tidak
diusahakan 51.682 ha, dan lainnya seluas 19.978 ha. Disamping itu pada lahan perkebunan
kelapa dapat dimanfaatkan untuk pengembangan komoditi tanaman pangan seperti jagung,
kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Berdasarkan Data BPS (2011) Provinsi Gorontalo memiliki sumber daya lahan yakni
potensi luas areal sawah sekitar 31.502 ha. Kabupaten Gorontalo merupakan wilayah yang
terluas areal penggunaannya yaitu 13.114 Ha (42%), kemudian Kabupaten Gorontalo Utara
5.627 Ha (18%), Kabupaten Pohuwato 5.251 Ha (17%), Kabupaten Boalemo 4.574 Ha
(15%), Kabupaten Bone Bolango 2.020 Ha (6%) dan Kota Gorontalo 916 Ha (3%).

BAB II - 13

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Dari total luas lahan sawah 31.502 ha dengan Indeks Pertanaman (IP) >200 persen
(2-3 kali tanam) seluas 27.877 ha (88 %) seperti disajikan pada tabel 9. Ihkwal ini
menjelaskan bahwa performance pemanfaatan lahan sawah di Provinsi Gorontalo
dikategorikan sangat baik, tetapi dari aspek kualitatif (produktivitas per satuan luas) masih
perlu digenjot, olehnya itu masih terdapat peluang untuk menaikkan produktivitas dengan
adanya dukungan regulasi Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) diharapkan dapat
menjawab

berbagai

tantangan

dalam

rangka

peningkatan

ekonomi

kerakyatan.

Sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.7 berikut :
Tabel 2.7
Luas Lahan Sawah Menurut Indeks Pertanaman (IP)
Di Provinsi Gorontalo
Jumlah
Ditanami Padi

Kabupaten/Kota

(1)

Tiga kali

Dua kali

Satu kali

(3)

(4)

(5)

(2)
1 BOALEMO

Tidak
Sementara
Ditanami
Tidak
Padi *) Diusahakan
(6)

(7)

Jumlah

(8)

1.353

3.009

135

70

7

4.574

2 GORONTALO

-

12.593

405

-

116

13.114

3 POHUWATO

134

2.979

434

26

1.678

5.251

4 BONE BOLANGO

-

2.020

-

-

-

2.020

5 GORONTALO UTARA

-

4.873

715

39

-

5.627

809
2.296

107
25.581

1.689

135

1.801

916
31.502

7

81

5

0

6

100

6 GORONTALO
J UML A H
Persentase (% )

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo,2011

2.1.2.2. Perikanan dan Kelautan
Salah satu penggerak perekonomian Gorontalo adalah sektor perikanan. Potensi
perikanan dan kelautan yang ada menjadi modal dasar pembangunan Provinsi Gorontalo.
Sektor perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo mempunyai potensi yang cukup besar
yang akan menjadi modal dasar pembangunan Provinsi Gorontalo. Dimana Luas perairan
Gorontalo mencapai 50.500 km2 yang terdiri dari luas wilayah laut Teluk Tomini 7.400 km2 ,
laut Sulawesi 3.100 km2 dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) laut Sulawesi 40.000
km2 serta panjang garis pantai 655,8 km yang meliputi wilayah pantai utara (laut Sulawesi)
217,7 km dan wilayah pantai selatan (Teluk Tomini) 438,1 km. Potensi ini menjadi daya
tarik tersendiri bagi pengembangan usaha perikanan tangkap, budidaya maupun
pengembangan potensi perikanan dan kelautan lainnya.
Provinsi Gorontalo mempunyai potensi sumberdaya perikanan tangkap yang besar
dan dibagi berdasarkan wilayah pengelolaan dan pemanfaatan (WPP) yaitu WPP Teluk
Tomini s/d Laut Seram potensinya mencapai 595.630 Ton/tahun dan WPP Laut Sulawesi

BAB II - 14

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

sampai Samudra Pasifik potensinya mencapai 630.470 Ton/Tahun, potensi ini sudah
termasuk potensi yang berada pada Zona Ekonomi Eksklusif (khusus ZEE potensinya
487.600 ton/tahun) sedangkan khusus untuk perairan umum daratan (danau, sungai dan
rawa) potensi perikanan tangkap diperkirakan 900 ton per tahun. Sedangkan untuk potensi
perikanan budidaya mencakup budidaya perikanan laut, perikanan payau dan perikanan air
tawar, potensinya sebesar 339.268 ton per tahun. Ini berarti berdasarkan uraian di atas,
terlihat bahwa potensi perikanan dan kelautan masih perlu dimanfaatkan secara optimal.
Oleh sebab itu diperlukan pengembangan investasi/penguatan modal, penerapan teknologi,
pemberdayaan

masyarakat

melalui

suatu

program

terpadu

yang

bisa

meningkat

kesejateraan dan pendapatan bagi pelaku utama usaha perikanan dan kelautan.

Sektor

perikanan dan kelautan telah memberikan kontribusi penting dan strategis bagi
perekonomian daerah dan nasional, sehingga perlu adanya pengembangan secara optimal
dan berkelanjutan.
2.1.2.3. Kehutanan
Untuk bidang Kehutanan isu yang masih dihadapi saat ini adalah masih luasnya
lahan kritis dalam kawasan, pemanfaatan/penggunaan lahan untuk kepentingan non
kehutanan secara illegal dalam kawasan hutan, perambahan dan pencurian kayu (illegal

logging), alih fungsi kawasan hutan terkait tata ruang serta isu perubahan iklim terkait
hutan. Luas lahan kritis Provinsi Gorontalo saat ini adalah 257.816 Ha, dapat dilihat pada
tabel 2.8 dibawah ini. Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan upaya-upaya pelestarian dan
pemanfaatan hutan secara lestari diantaranya melalui penyadartahuan masyarakat yang
berada disekitar hutan untuk terus menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga ekonomi
dan kehidupan mereka serta generasi dimasa yang akan datang. Juga dilakukan upaya
penegakan hukum bagi para perusak atau pelaku pelanggaran kehutanan, pemberian akses
masyarakat untuk mengelola hutan secara lestari, melakukan upaya rehabilitasi hutan dan
lahan dengan melibatkan masyarakat serta mendorong upaya-upaya mengantisipasi
perubahan iklim global dengan kerjasama di tingkat lokal, regional, nasional, dan
internasional.
Tabel 2.8
Lahan Kritis Per Kabupaten/Kota sampai dengan 2011
No.

Kabupaten/Kota

Luas Lahan Kritis
(Ha)

1.

Kab. Gorontalo

70.076

2.

Kab. Boalemo

41.147

3.

Kab. Pohuwato

26.005

4.

Kab. Bone Bolango

40.798

5.

Kab. Gorontalo Utara

75.358

6.

Kota Gorontalo
Total

4.432
257.816

Sumber : Dinas Kehutanan dan Pertambangan Prov. Gorontalo, 2012

BAB II - 15

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

2.1.2.4. Perkebunan
Potensi luas areal perkebunan diwilayah Provinsi Gorontalo ± 360.376 Ha, yang
sudah dimanfaatkan ± 118.063 Ha dan belum dimanfaatkan seluas ± 242.313 Ha, hal ini
dapat dilihat pada tabel 2.9.
Tabel 2.9
Data Potensi Lahan Perkebunan 2007 - 2011
LUAS
NO

KABUPATEN

AREAL

SUDAH

BELUM

DIMANFAATKAN DIMANFAATKAN

(Ha)

(Ha)

(Ha)

PROSENTASE
(%)

1

Kab. Boalemo

65.893

17.519

48.627

26,59

2

Kab. Gorontalo

100.592

35.117

66.853

34,91

3

Kab. Pohuwato

117.986

26.417

91.569

22,39

4

Kab. Gorontalo

38.984

16.594

22.528

42,57

36.922

22.416

14.506

60,71

KET

Utara
5

Kab. Bone
Bolango

Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Prov. Gorontalo

Adapun kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan Provinsi Gorontalo
sesuai komoditi, lihat tabel 2.10.
Tabel 2.10
Peningkatan Luas Areal Sesuai Komoditi Unggulan Tahun 2007-2011
JENIS KOMODITI
NO

PERIODE

KELAPA

TAHUN

DALAM
(Ha)

CENGKEH

TEBU

KAKAO

(Ha)

(Ha)

(Ha)

1

2007

58.692

5.305

519

9.402

2

2008

58.952

6.545

764

9.646

3

2009

62.082

7.800

1.283

11.145

4

2010

64.789

8.045

1.352

11.370

5

2011

64.914

8.280

1.729

12.135

KET

Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Prov. Gorontalo

Sesuai peningkatan luas areal, juga terlihat kecenderungan peningkatan produksi
dan produktivitas empat jenis komoditi seperti tabel 2.11 dan 2.12.

BAB II - 16

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
PROVINSI GORONTALO 2012-2017

Tabel 2.11
Peningkatan Produksi Komoditi Unggulan