Respons Pertumbuhan Hijauan Makanan Ternak terhadap Pemberian Pupuk Cair Urin Kambing Terfermentasi
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan Hara Urin Ternak
Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat
pemeliharaan hewan. Urin di bentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari
tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolism nitrogen
dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin
yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal,
konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya feses dan urin yang
dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Seekor kambing dewasa mampu
menghasilkan urin sebanyak kurang lebih 0,6-2,5 liter/hari sehingga bagi industri
peternakan, urin merupakan komoditas yang sangat potensial untuk menghasilkan
nilai ekonomis yang tinggi. Rasio feses dan urin yang dihasilkan ternak adalah
babi 1,2 :1 (55% feses, 45% urin), sapi potong 2,4 :1 (71% feses, 29% urin),
kambing 1:1 (50% feses, 50 % urin), dan sapi perah 2,2 :1 (69% feses, 31% urin)
(Rinekso et al. 2011).
Jumlah kandungan urin yang dihasilkan tiap ternak dan urin kambing tanpa
fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1 Kandungan urin pada setiap ternak
Nama ternak
dan kotorannya
Kuda
Kerbau
Sapi
Kambing
Babi
Nitrogen
(%)
1,40
0,50
0,50
1,50
0,40
Fosfor
(%)
Kalium
(%)
0,02
0,15
1,00
0,13
0,10
1,60
1,50
1,50
1,80
0,45
Air
(%)
90
92
92
85
87
Sumber: Lingga, 1991
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis urin kambing sesudah fermentasi selama 14 hari berdasarkan
referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6 and 8;1994; BPT 2015. Dapat di lihat
pada tabel di bawah ini Tabel 2. Kandungan hara urin kambing fermentasi
Parameter
Nitrogen
Fosfor
Kalsium
Magnesium
Kalium
pH
Hasil
15.09 ppm
48.95 ppm
1,25 ppm
0.18 %
0.02 %
7.06
Metode Uji
Teknik ekstrasi
Kjeldahl
Flamephothometry
Flamephothometry
AAS
AAS
Electrometry
Dengan H 2 SO 4 (C)
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)
Baunya yang khas urin ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai
hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian
hama tanaman dari serangga (Prihmantoro dan Indriyani, 1994). Urin yang
dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat
bermanfaat yaitu (a) kadar N dan K yang sangat tinggi, (b) urin mudah di serap
tanaman dan (c) urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sastrosoedirjo
dan Rifai, 1981). Urin sapi mengandung unsur-unsur kimia yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman seperti (N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk
senyawa organik
antara lain: urea, amonia, kreatinin
dan keratin, asam.
Menurut Sutedjo (1994), kandungan unsur hara urin yang dihasilkan ternak
tergantung
mudah
atau
sukarnya
makanan
dalam
perut hewan dapat
dicernakan.
Penelitian Setyawati et al (2010), hasil penelitian terhadap lama waktu
fermentasi untuk pupuk cair yang baik adalah 14 hari dengan sumber karbon yang
berasal dari tetes tebu dengan hasil analisa yang didapatkan adalah Nitrogen
Universitas Sumatera Utara
3,745% sedangkan dalam penelitian Martinsari et al. (2009), didapatkan hasil
bahwa dalam pembuatan pupuk organik cair melalui proses fermentasi dengan
penambahan tetes tebu dapat meningkatkan mutu kualitas kandungan hara dalam
pupuk tersebut, terutama nitrogen. Penelitian lain dari Anggraini (2012),
menunjukkan hasil bahwa kandungan N dalam pembuatan pupuk cair dari urin
kambing dan molasses memenuhi standar Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009.
Hasil analisis tanah berdasarkan referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6
and 8;1994; BPT 2016. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 3. Analisis
Kandungan hara tanah area penelitian.
Parameter
Hasil
Metode Uji
Teknik ekstrasi
Nitrogen
Karbon
Kalsium
Magnesium
Kalium
pH tanah
0.28
2.23.
1.33 %
0.57 %
0.29 %
Kjeldahl
WalkleyBlack
AAS
AAS
Flamephothometry
pH 7
Dengan H 2 SO 4 (C)
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)
Tanah merupakan suatu sistem yang sangat komplek komposisi terdiri dari
lebih kurang 50% fase padat, 25% fase cair dan 25% fase gas. Ketiga fase ini
saling berinteraksi dan berinterelasi satu sama lain, fase padat tanah terdiri dari
mineral sebagai hasil hancuran batuan induk dan bahan organik sebagai hasil
pelapukan sisa tanaman dan binatang, fase cair terdiri dari air diperkaya bendabenda padat terlarut, dan fase gas terdiri dari udara diperkaya oleh zat asam arang
(Ismunadji, 1991)
Universitas Sumatera Utara
Tanah merupakan media alami bagi media pertumbuhan tanaman. Tanah
yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang optimum baik secara
fisik, kimia, dan biologis untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi serta
dapat digunakan secara berkelanjutan. Tanah secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran serta menyuplai kebutuhan air dan hara ke
akar tanaman, secara kimiawi, tanah berfungsi sebagai gudang penyuplai hara
atau nutrisi. Sedangkan secara biologis, tanah berfungsi sebagai habitat bagi
organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan unsur hara
tanaman. Lahan pertanian yang digunakan secara terus menerus untuk penanaman
tanaman pangan dapat menurun kualitas tanah dan produktifitas apabila tidak
menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. (Arsyad, 2006).
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di
Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan
pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari
pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan
petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak
negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para
petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian
modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian
konvensional ke pertanian organik (Sutanto, 2002)
Pupuk memiliki beberapa jenis yang berbeda, diantaranya adalah: pupuk
kandang, pupuk hijau, kompos, humus dan pupuk organik buatan pada umumnya,
Universitas Sumatera Utara
pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkan dan penyemprotan di
sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara
efektif dan efisien bagi tanaman (Suriadikarta, 2006).
Hara Nitrogen
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutanma pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentukan lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono et al.,
2001). Paker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses
pertumbuhan, sintetis asam amino dan protein serta merupakan merombak
struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun akan memudar
dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat, daun bewarna kuning, tangkai tinggi kurus dan warna hijau daun
memucat.
Unsur nitrogen merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang atau limbah cair urine (sapi, kambing,
babi, kuda). Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur makro seperti
nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K), pupuk kandang mengandung unsur
mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur Fosfor dalam
pupuk kandang sebagian besar dari kotoran cair. Kandungan unsur kalium dalam
kotoran cair lima kali lebih besar dari kotoran padat. Sementara kandungan
Nitrogen dalam kotoran cair hanya 2-3 kali lebih besar dari kotoran padat
(Jamilin, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Hara Posfor
Pospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur hara
ini terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur (P) adalah hara kedua
setelah nitrogen (N) dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk
Kandungan fosfor (P 2 O 5 ) berkaitan dengan kandungan N dalam substrat,
semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang
merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan posfor dalam pupuk cair
juga meningkat. Kandungan posfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian
besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor
terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar
mikroorganisme Posfor salah satunya terikat dalam bentuk P 2 O 5 di akhir proses
dekomposisi. Posfor berada dalam dua bentuk, yaitu inorganik dan organik seperti
asam nukleat, phitin dan lesitin (Sarief, 200).
Dengan adanya sumber karbon dan nitrogen yang benar - benar tersedia,
maka bakteri dan jamur dapat merombak lesitin dan asam nukleat dan
membebaskan fosfor sebagai fosfat. Kalium (K 2 O) kalium hanya berperan dalam
membantu pembentukan protein dan karbohidrat. dengan kehadiran bakteri dan
aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium.
Kalium diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didegradasi
kembali maka kalium akan menjadi tersedia kembali (Sopiandie, 2010).
Standar mutu pupuk organik cair atau pasta adalah pH 4-8, kadar total N,P
dan K< 2,00 %, secara umum pupuk organik mengandung unsur N, P dan K yang
dibutuhkan oleh tanaman dengan sejumlah nutrisi yang terdiri atas 1-7% N, 2-
Universitas Sumatera Utara
12% P, dan 0 - 10% K dan nisbah C:N:P yang ideal untuk bahan organik tanah
adalah 100:10:1 (Peraturan Menteri Pertanian, 2009).
Kalium
Kalium (K) berperan dalam menbantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap
penyakit serta kekeringan (Marsono et al. 2001). Kalium tidak disentesis menjadi
senyawa oleh tumbuhan, sehingga unsur hara ini tetap sebagai ion didalam
tumbuhan. kalium berperan sebagai antivator dari sebagai enzim yang esensial
dalam reaksi-reaksi fhotosintesis dan respirasi, serta enzim yang terlibat dalam
sintesis protein dan pati.
Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur posisi osmotis
sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur turgor sel ini, peran yang
penting dalam proses membuka dan penutupnya stomata. (Lakitan, 2004).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada
kedelai. (Leiwakabessy et al.,1998)
Kebutuhan tanaman akan unsur kalsium dapat diproleh dari pemupukan
salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal sebagai salah satu KCl (Sigit, 2001)
mengatakan upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas
karena salian mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi unsur kalium juga
terikat dengan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Urin Kambing
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisal. Produksi urin kambing - domba
mencapai 0,6- 2,5 liter/hari dengan kandungan nitrogen 0,51 – 0,71%. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung
oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik
(Sialalahi et al., 2004)
Pupuk organik cair larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urin), dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Urin adalah zat-zat yang
disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya zat-zat makanan
yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh
kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Urin mempunyai zat
pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman
(Said et al., 2006)
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk
menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan
Universitas Sumatera Utara
pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan pengaplikasian,
bentuk, dan kandungan unsur haranya. (Simanungkalit, 2006).
Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat pupuk
cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan
tanaman yang mudah larut, kelebihan pupuk cair adalah mampu memberikan hara
sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu pemberiannya dapat merata dan
kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Berdasarkan sumber bahan
yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk anorganik berasal dari
bahan mineral dan telah diubah melalui proses produksi di pabrik sehingga
menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman, pupuk organik adalah
pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati.
Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga
sifat fisiknya akan berbeda dari semula (Fadludin, 2013).
Kandungan unsur hara urin kambing lebih baik dibanding dengan
kandungan unsur hara pada fecesnya. Kandungan N, P dan K pada urin kambing
berturut turut sebesar 1.35%, 0.05% dan 2.10%, sedangkan unsur hara pada feces
sebesar 0.75%, 0.50% dan 0.45%. Apabila dibandingkan dengan urin ternak
lainnya, seperti urin sapi, urin domba menunjukkan kualitas yang lebih baik,
dimana kandunagn N, P dan K didalam urin sapi lebih rendah dibanding urin
domba, yaitu berturut turut sebesar 1.0%, 0.5% dan 0.5%. (Santoso, 2013).
Pemanfaatan limbah urin ternak ruminansia pada umumya sebagai salah
satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak
sudah bisa memperoleh hasil sebelum ternak itu dijual. Harga urin yang sudah
Universitas Sumatera Utara
diolah dan menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 10.000 - Rp 15.000/liter.
Penggunaan urin ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan peternak
agar semua produk dari ternak bisa digunakan untuk mendatangkan keuntungan
secara ekonomis, meski awalnya perlu ada pendampingan terhadap peternak,
terutama soal teknik atau cara menampung urin hingga proses pembuatan menjadi
pupuk cair (Parnata et al., 2004)
Potensi dalam bidang peternakan, maka perlu melihat peluang-peluang
dari produk-produk peternakan yang dapat digunakan. Salah satu peluang, yang
dapat digunakan yaitu kotoron dan limbah urine sebagai bahan baku pembuatan
pupuk cair organik. Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan
dengan kemajuan teknologi dan tuntutan zaman saat ini keragaman jenis pupuk
organik semakin bertambah ramah lingkungan dengan berkembangnya pertanian
di indonesia. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah urin kambing dapat
diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan
limbah urin (biourine) sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu
pendapatan bagi peternak peteni pada umumya di indonesia (Musnawar, 2003).
Hasil analisa menunjukkan bahwa produktivitas optimal pada rumput
gajah yang diberikan pupuk cair urine kambing dengan dosis 15-20 liter/ha.
Produksi rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach, rumput Setaria
spachelata dan rumput Brachiaria brizanta. Perunit sebanyak 19,733 kg atau 9,85
kg per meter persegi, hal ini sesuai dengan Harjadi (1993) yang mengatakan
bahwa produktivitas rumput dipengearuhi oleh faktor vegetatif atau pertumbuhan
karene pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur karbohidrat,
Universitas Sumatera Utara
apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat maka
perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur Nitrogen berfungsi untuk
pertumbuhan dan pembentukan sel vegetatig, meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam
tubuh
tanaman,
meningkatkan
kualitas
tanaman
penghasil
daun
serta
meningkatkan mikroorganisme dalam tanah.
Fermentasi Urin dengan Mikroorganisme Lokal
Fermentasi adalah segala macam proses metabolis dengan bantuan dari
enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan
reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat
organik dengan menghasilkan produk tertentu. Fermentasi merupakan proses
biokimia yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat
dari pemecahan kandungan bahan tersebut Proses fermentasi terjadi, bermacammacam perubahan komposisi kimia seperti: kandungan asam amino, karbohidrat,
pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya
peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan
akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi.
Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim– enzim tertentu
terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa
menjadi gula sederhana (Sastrosupardi et al., 2004)
Fermentasi urin kambing dengan bantuan mikroorganisme, yang diaplikasi
pada tanaman sangat membantu dan menguntungkan petani karena dari segi biaya
Universitas Sumatera Utara
murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk kimia fermentasi
urine kambing dapat diaplikasikan melalui daun (Guntoro et al., 2006)
Pupuk organik cair sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian, urin
kambing sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu. Pada proses fermentasi
menggunakan bantuan bakteri dekomposer atau bioaktivator seperti EM dari
limbah buah-buahan, sayuran, tanaman dari pertanian dan
EM4 (Effective
Microorganism) sudah banyak beredar di toko pertanian (Rahayu et al., 2005)
EM4 sama saja dengan MOL, dari aroma sudah sama. Dari sinilah ide
mengkaji bagaimana membuat atau menghasilkan mikroorganisme lokal atau
lebih sering dikenal dengan nama MOL. Dengan memanfaatkan bahan limbah
yang ada di sekitar petani seperti buah-buahan busuk pisang, pepaya, mangga,
rebung, urin kambing, bahkan sampai urin manusia, darah hewan, bangkai hewan,
air cucian beras, dan sisa makanan (Saefudin et al., 2008)
Urin ternak kambing dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri
pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4
yang telah beredar toko-toko pertanian ataupun yang bisa dibuat sendiri dari
produk limbah masyarakat pertanian seperti limbah buah-buahan yang telah
busuk, seperti pisang, pepaya, mangga, jeruk, rebung, batang pisang, tulang ikan
keong dan urie ternak dll, sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM
merupakan Effective Microorganisme yang berguna untuk mempercepat proses
penguraian ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM mengandung sekitar 80
macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling
pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi
Universitas Sumatera Utara
(yeast) dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin kambing dapat
berlangsung secara cepat sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang
baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas tidak berbau
busuk, tidak mengandung hama dan penyakit serta tidak membahayakan
pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Sundari et al., 2012)
Fermentasi urin bertujuan menghasilkan pupuk cair dengan bahan dasar
urin dengan komposisi yang dihasilkan menjadi lebih baik, dengan sentuhan
inovasi tekhnologi, limbah urine sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan
salah satu pendapatan bagi setiap peternak. salah satu pupuk organik memberikan
hasil yang cukup menjanjikan selain sebagai dekomposer. Pupuk organik
mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah (Yuniwati et al., 2012)
Pengaruh Urin Kambing terhadap Produksi Hijauan
Urin kambing dosis 15-20 liter/ha dengan konsentrasi 33% mampu
menekan penggunaan pupuk kimia sampai 50% dengan tingkat produksi yang
lebih tinggi ± 5% dibandingkan penggunaan pupuk kimia, memberikan respons
yang sangat baik terhadap produksi hijauan Pennisetum purpureum, jika
dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk
kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan Pennisetum
purpureum dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih tinggi jika dibandingkan dengan
produksi Pennisetum purpureum yang tidak mendapat perlakuan pemupukan
(kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P dan K baik secara terpisah maupun
gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak memberikan respon sebaik pemberian
pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang bersama- sama dengan pupuk buatan
Universitas Sumatera Utara
(N, P dan K) tidak memberikan respon sebaik pupuk kandang secara tunggal.
Bahkan dilaporkan kombinasi pupuk kandang dengan unsur anorganik
menunjukkan
penurunan
produksi
hijauan
Pennisetum
purpureum
(Prawiradiputra, 1982).
Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman hijauan adalah 10-20 ton/ha
atau 1-2 kg/m2. menyatakan produktivitas tanaman hijauan berkisar 20-50 ton/ha.
Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha, pupuk organik urin ternak kambing dan
padat yang sudah difermentasi dengan mikroorganisme juga dapat memenuhi
kebutuhan hara hijauan, sayuran yang dibudidayakan secara organik. (Suhardi,
2013).
Hasil penelitian Yaacob et al. (2013) dilahan pertanian menunjukkan
bahwa pemberian urien kerbau fermentasi EM4 dengan dosis Perlakuan 15 ml +
20 ml air berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jumlah anakan, berat segar
dan produksi berat kering rumput gajah pada setiap pemotongan dengan produksi
jumlah tunas 39.35, tinggi tanaman 142.045 cm. Produksi berat basah 13.16 Kg.
Produksi hijauan yang kontinu, maka salah satu jalan yang harus ditempuh
adalah pemupukan, namun penentuan jenis pupuk pada tanaman harus sesuai
dengan kondisi tanah dan tanaman, unsur hara utama dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksi, yaitu nitrogen, fosfat dan kalium.
Pemberian pupuk nitrogen merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan
produksi dan kekurangan unsur hara tersebut akan menyebabkan tanaman menjad
kerdil atau kecil, warna daun merah dan kekuning-kuningan (Susetyo, 1969).
Universitas Sumatera Utara
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk
urin berasal dari darah atau cairan interstisal, komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Bakteri yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui analisis. Seperti urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik dengan adanya
fermentasi, maka zat - zat kompleks dalam urin tersebut akan dipecah oleh
mikroorganisme akan mengalami perubahan bentuk senyawa yang lebih
sederhana atau dengan kata lain proses fermentasi akan mengubah senyawa kimia
kesubstrat organik. Perubahan sifat senyawa dalam urin tersebut akan
memperkaya kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman hijauan
sehingga lebih mudah dicerna oleh tanaman selain dengan cara disiramkan pupuk
jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau
batang tanama (Marsono, 2007).
Pemupukan
Hasil analisa menunjukkan bahwa produktivitas optimal pada rumput
gajah yang diberikan pupuk cair urin kambing dengan dosis 0,5 ml/liter air.
Produksi rumput gajah per unit sebanyak 19,733 kg atau 9,85 kg per meter
persegi,
produktivitas
rumput
dipengearuhi
oleh
faktor
vegetatif
atau
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan karena pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur
karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat
maka perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur nitrogen berfungsi untuk
pertumbuhan dan pembentukan sel meningkatkan pertumbuhan tanaman yang
mudah dapat siserap oleh tanaman serta meningkatkan mikroorganisme dalam
tanah. (Rica et al., 2012)
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman. Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang
bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
meningkatkan produksidan hasil mutu tanaman (Greenhalga, 1973).
Menurut Chandra et al. (1993) Mengemukakan bahwa hal- hal yang perlu
diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk,
jenis tanah, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat
agar sebagian besar dari pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman.
Pemupukan dapat dilakukan dalam bentuk pupuk organik maupun
anorganik. Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang
dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kandang adalah
kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa- sisa pakan dan
alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen,
asam fosfat, dan kalium saja, tetapi karena mengandung hampir semua unsur hara
makro (unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfat (P 2 O 5 ), Kalium (K 2 O) dan
Air (H 2 O) dan mikro (Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan
Universitas Sumatera Utara
(Mn), dan Boron (Bo) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara
keseimbangan hara dalam tanah (Purbayanti et al., 2000)
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing
(urin), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur
serta kesehatanternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis
pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah
serta kandungan haranya (Soepardi, 1983). Pupuk kandang (termasuk urin)
biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K 2 O
(Yodohusodo, 2005).
Hijauan Makanan Ternak
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman
ataupun tumbuhan berupa daun - daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan
bunga (Darvis, 1996). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution, (1986)
yang menyatakan makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal
dari tanaman dalam bentuk daun - daunan. Kelompok makanan hijauan ini
biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa
diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan kering. Hijauan
sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, sebab
hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan khususnya di
Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa, karena bahan
tersebut diberikan dalam jumlah yang besar.- Sebagian besar pakan ruminansia
adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan kecernaan rendah, oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
harus diusahakan agar ternak sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk
mencukupi kebutuhannya akan zat - zat makanan (Hsieh, 1995).
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia,
termasuk Indonesia karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing,
dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik
kualitas,
kuantitas,
maupun
kontin
uitasnya
masih
sangat
terbatas
(Reksohadiprodjo, 1985).
Pertumbuhan Hijauan Makanan ternak
Peningkatan populasi ternak masih tergantung pada kemampuan suatu
wilayah (carrying capacity) untuk menyediakan tanaman hijauan pakan ternak
ruminansia. Hilangnya areal padang penggembalaan serta pengurangan lahan
untuk peruntukan non pertanian dan ekstensifikasi pertanian mengakibatkan luas
areal sumber tanaman pakan ternak semakin berkurang. Dengan demikian
ketersediaan pakan hijauan, khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan
awal musim hujan sering menjadi kendala utama bagi peternak di Indonesia.
(Agus, 2008).
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan ternak.
Pengembangan hijauan pakan hanya memungkinkan dilaksanakan di daerahdaerah yang masih jarang penduduknya atau di kawasan lahan marginal,
pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) harus berkompetisi dengan
pengembangan tanaman ekonomis lainnya. Sementara itu, pengembangan sumber
konsentrat juga harus berkompetisi dengan kebutuhan bahan pangan. Bahkan,
pada masa mendatang pengembangan sumber pakan tersebut akan berkompetisi
Universitas Sumatera Utara
dengan pengembangan biofuel, seperti jagung, gandum, ubi kayu dan bahan
pangan lainnya. (Suriadikarta et al., 2006)
Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan semua bahan yang berasal
dari tanaman dalam bentuk daun daunan. Kelompok hijauan makanan ternak
meliputi famili rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuhan lain
seperti kacang-kacangan serta limbah industri pertanian. Hijauan sebagai pakan
ternak dapat diberikan dalam keadaan segar dan dalam keadaan kering. Hijauan
sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting. Hal ini
disebabkan hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan.
Sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan
kecernaan rendah, oleh karena itu harus diusahakan agar ternak sebanyak
mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya akan zat-zat
makanan. Dalam pengembangan ternak ruminansia di Indonesia, hijauan makanan
ternak adalah faktor yang sangat penting dengan komposisi yang terbesar yaitu
70-80% dari total biaya pemeliharaan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak
sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki.
Salah satu syarat tumbuh yang mempengaruhi produksi tanaman hijauan
makanan ternak adalah kondisi tanah yaitu sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik
tanah ini terdiri dari warna, tekstur, stuktur dan drainase. Didalam tanah terjadi
berbagai reaksi kimia karena tanah memiliki unsur-unsur kimia yang terlarut
didalam air. Karena reaksi kimia tersebut nutrisi yang ada didalam tanah mudah
diserap oleh tanaman. Namun apabila kondisi tanah tidak baik seperti miskin
Universitas Sumatera Utara
unsur hara yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah ini akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Rumput Gajah Mini Pennisetum purpureum schumach
Rumput gajah (schumach) kerdil dikenal juga sebagai rumput Napier,
berasal dari daerah Afrika yang kemudian menyebar dan diperkenalkan di daerahdaerah tropika, rumput gajah mini tumbuh alami seluruh asia tenggara
(Reksohadiprojo, 2000).
Taksonomi rumput gajah schumach sebagai berikut: Filum: Spermatophyta,
Sub filum: Angiospermae, Kelas: Monocotyledanae, Ordo: Glumiflora, Famili:
Gramenae, Sub family: anicoldea, Tribus: Pariceae, Genus : Pennisetum, Spesies:
Pennisetum purpureum schumach. Rumput ini secara umum merupakan tanaman
tahunan yang berdiri tegak, mempunyai kandungan protein yang cukup tingi yaitu
berkisar antara 14.35%, berakar dalam dan tinggi dengan rhizoma-rhizoma yang
pendek. Tinggi batang dapat mencapai 1-2 m, dengan diameter batang dapat
mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk
rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga
berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, dan ujungnya
runcing. Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach merupakan salah satu
rumput unggul mempunyai produksi dan kualitas yang cukup tinggi,
menghasilkan rumpun anakan yang banyak dan mempunyai akar yang kuat batang
yang tidak keras serta struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh
ternak dan pertumbuhan yang cepat. (Aganga et al., 2004)
Universitas Sumatera Utara
Akar rumput gajah berakar serabut dengan akar cabang yang tumbuh tegak
lurus pada serabut tersebut. Akar ini menyerap unsur hara dalam tanah, sampai
kedalaman 50 – 100. Selain menyerap unsur hara dari dalam tanah juga menyerap
air dari sistim perakaran yang cukup kuat dan kokoh sehingga mampu juga
menyerap air dari dalam tanah dengan kedalaman 50 – 100 cm dengan adanya
akar ini daerah penyerapan unsur hara lebih luas dan tumbuh baik dan berproduksi
tinggi apabila faktor iklim yang mempengaruhinya sesuai dengan ketinggian
tempat suhu berkisar 10 – 35 0C (Novizan, 2002).
Rumput gajah (Pennisetum purpureum schamach) sebagai pakan ternak
yang merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas
dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ha/ tahun
(Soegiri et al., 1982)
Rumput Setaria spachelata
Rumput Setaria berasal dari Afrika, yang mempunyai nama-nama spesifik
diwilayahnya, dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata
sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal dengan Setaria, Malaysia
mengenal dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal dengan nama Bunga- bunga,
sedangkan Vietnam mengenal rumput ini dengan sebutan Coduoi cho. Rumput
Setaria pertama kali dibudidayakan sebagai tanaman pakan di Kenya, sehingga
penanamannya meluas sampai kedaerah subtropika terutama Afrika, Asia, dan
Australia, di Asia Tenggara tumbuhan ini banyak ditanam di Indonesia dan
Malaysia (Mansyur el al., 2005)
Universitas Sumatera Utara
Taksonomi rumput setaria spachelata sebagai Phylum: Spermatophyta Sub
phylum: Angiospermae, Class: Monocotyl, Ordo: Glumiflora, Family: Graminae,
Sub Family: Panicoldea, Genus: Setaria, Spesies: Spachelata rumput ini memiliki
rizoma yang pendek serta stolon. Akar rumput setaria majemuk dan juga
berserabut dengan tumbuh di permukaan tanah, juga tumbuh dengan rhizom dan
stolon yang sangat pendek dengan buku-buku yang rapat, pangkal batang
biasanya bewarna kemerahan dan banyak menghasilkan anakan tenggara.
(Aganga et al., 2004)
Daun lebar agak berbulu pada permukaan atas takstur daun halus dan
sangat lunak, bunga berbentuk tandan warna coklat keemasan kandungan protein
6-7% tergantung kultivar dengan produksi berat segar mencapai 100-110
ton/ha/tahun tergantung varietas tinggi dapat mencapai 2 m, klasifikasi rumput
setaria (Spachelata) mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah huja 7501000 mm/tahun, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah produksi hijauan rumput
setaria (Sphacelata) dapat mencapai 100 ton rumput segar/ hektar/ tahun,
pemotongan dapat dilakukan pada 35 – 40 hari (musim hujan) dan 60 hari musim
kemarau. (Putri et al., 2008)
Tanaman berumpun ini sangat bervariabel dan setiap jenis mempunyai ke
intimewaan, beberapa dari yang ada berada dalam satu varietas, ada yang pendek,
berdaun lebar, berakar kuat dan cepat tumbuh kembali setelah dilakukan
pemotongan (Chheda, 1982).
Setaria merupakan rumput penutup tanah padang pengembalaan dan
rumput potong yang apat langsung diberikan pada ternak atau diawetkan dengan
Universitas Sumatera Utara
cara hey dan dengan silage. Beradaptasi baik dengan tanah asam dengan
kesuburan rendah tahan terhadap kekeringan. Mudah dikembangkan pertumbuhan
cepat sehabis pemanenan. (Nasution et al., 1986)
Untuk mendapatkan produksi optimal, jarak tanam yang digunakan 70 x
90 cm. Dapat ditanam bersama leguminose seperti Siratro, Stylosanthes gracillis,
Desmodium intorium. Pendangiran dilakukan pada saat tanaman masih muda atau
setiap kali abis panen. pemupukan dengan menggunakan pupuk organik padat
atau cair. Pemotongan atau penen dilakukan pada saat tinggi tanaman sekitar 90
cm atau tanaman berumur 30 hari. Sebaiknya panen dilakukan pada massa
pertumbuhan vegetatif atau sebelum berbunga. Produksi hujauan segar pada
berbagai umur dengan pemotongan 2-5 cm berkisar antar 160-170 ton/ha/thn.
Kandungan zat dalam bahan kering dengan frekuensi pemotongan 30 hari terdiri
atas PK 13,09 % SK 13,15 % Lemak 2,82 % BETN 44,94 % (Ginting et al.,
2005)
Rumput Brachiaria brizanth)
Rumput Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini memiliki
karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang bercabang, tinggi hamparan kurang
lebih satu meter dan pangkal daun berbulu lebat. Proses penanaman rumput ini
menggunakan pols, hidup di tanah struktur ringan, Pada proses penanaman
rumput Brachiaria brizantha, juga harus memperhatikan faktor lingkungan antara
lain adalah ketersediaan nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan
produksi dan persistensi tanaman (Ginting el al., 1996)
Universitas Sumatera Utara
Taksonomi
rumput
Brachiaria brizantha sebagai berikut: Filum:
Spermatophyta Sub filum: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Poales,
Famili: Poaceae, Genus: Brachiaria, Spesies : Brachiaria brizantha. Rumput ini
dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/tahun dengan pH 6-7. Rumput ini juga
tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, cuaca dingin dan penggembalaan,
dapat dikembangkan dengan stek, pols atau pun biji. Rumput ini dapat
diperbanyak dengan pols, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan
dapat mencapai
30 – 45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapi
tinggi 1 m. Memiliki rhizoma yang pendek dan tinggi batang sekitar 30-200 cm,
bentuk daun linear biasanya berukuran 10-100 cm x 3-20 mm, berbulu berwarna
hijau gelap, bunga terdiri dari 2-16 tandan (Manullang, 2012).
Rumput Brachiaria brizantha merupakan jenis rumput unggul yang
mempunyai produktivitas dan nilai gizi yang cukup tinggi serta disukai ternak
ruminansia pada umumnya. Nilai gizi rumput ini dipengaruhi oleh tatalaksana
pemeliharaan, antara lain umur pada saat pemotongan, unsur hara, terutama unsur
hara makro seperti unsur nitrogen. Produksi rumput Brachiaria brizantha, juga
dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. untuk pemotongan 0, 5 cm, 10 cm, 15 cm
dan 20 cm dari permukaan tanah. interval pemotongan yaitu 20, 30, 45 dan 60
hari menghasilkan produksi sebanyak 186,42; 190,98; 170,98 dan 195,18
ton/ha/tahun dengan rata-rata kandungan nutrisi yaitu: protein kasar 9,66%,
BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96 dn TDN 51%
sehingga sesuai kandungan protein kasarnya, Brachiaria tergolongkan ke dalam
rumput yang unggul (Mathius et al., 1984).
Universitas Sumatera Utara
Defoliasi dan Interval Pemotongan
Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada
di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun renggutan hewan waktu
ternak itu digembalakan. Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang
optimal, sehat dan kandungan gizi tinggi, defoliasi harus dilakukan pada periode
tertentu (Kusumo, 1992).
Interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi,
kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies.
Frekuensi pemotongan berlaku pada batas tertentu, frekuensi yang semakin
rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi
dibandingkan
produksi
kumulatif
oleh
pemotongan
yang
lebih
sering
(Widjajanto et al., 1982)
Semakin lama umur pemotongan pada tanaman akan meningkatkan
kandungan serat kasarnya. Kandungan serat kasar erat hubungannya dengan umur
tanaman. Semakin tua umur tanaman semakin meningkat kandungan serat
kasarnya (Williamson, 1993).
Pada musim penghujan secara umum Pennisetum purpureum sudah dapat
dipanen pada usia 40-45 hari. Sementara itu pada musim kemarau berkisar 50-55
hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang
semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin
banyak. Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, menurut pengalaman
kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu
Universitas Sumatera Utara
awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia
2 bulan (Hardjowigono, 1989).
Berdasarkan penelitian Dartius, (1995). Bahwa hasil analisis nilai gizi
tanaman rumput pada gajah bahwa perlakuan interval pemotongan 4 minggu
dianggap lebih baik, dengan menghasilkan komposisi kadar air dan kadar protein
kasar yang lebih tinggi sebesar (82,79 %) dan (8,86 %) serta lemak kasar dan serat
kasar yang lebih rendah sebesar (4,46 %) dan (33,20 %).
Pengaruh Interval pemotongan adalah selang waktu antara suatu saat
pemotongam sampai saat pemotongan berikutnya. yang utama dari interval
pemotongan 8 minggu dan 10 minggu dianggap tanaman tersebut agak terlalu tua
dalam hubungannya dengan beberapa analisis nilai gizi. Hal ini sesuai pendapat
Lubis (1992), bahwa nilai gizi tanaman Pennisetum purpureum yang dipotong
setiap 2 sampai 4 minggu menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar
sebesar (85,50 %) dan (11,50 %) serta lemak kasar dan serat kasar sebesar (3,20
%) dan (29,3 %).
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Pertumbuhan dan tinggi tanaman merupakan suatu proses pada tanaman
yang menyebabkan berubahnya hasil dan ukuran tanaman untuk menjamin
pertumbuhan yang optimal yang sehat dan kandungan gizi yang baik, defoliasi
diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau
menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40 hari
sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya
hanya bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik. Perlu dijelaskan di sini bahwa
Universitas Sumatera Utara
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya
persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan
tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh
proses asimilasi. Segera setalah defoliasikarbohidrat ini dirombak oleh enzim
tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali (Novizan, 2005).
Lingga (2000). Menyatakan bahwa untuk memproleh pertumbuhan dan
dan produksi yang optimum maka unsur hara dalam tanah harus tersedia bagi
tanaman, bentuk larutan dalam air, dalam jumlah yang cukup dan berimbang
sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam bentuk dan dapat diserap oleh sistem
perakaran.
Jumlah Anakan
Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach, rumput setaria
spachelata, dan rumput Brachiaria brizanta merupakan rumput jenis unggul yang
mampu tumbuh dan berproduksi baik sepanjang tahun di daerah tropis.
keunggulan salah satunya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki tunas yang
banyak, daun lebih luas, produksinya lebih tinggi dan memiliki batang yang kadar
seratnya lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang
lebih akhir. Rumput ini juga memiliki perakaran yang kuat sehingga dapat
berfungsi sebagai penahan erosi di tanah-tanah yang miring dan perbukitan
(Reksohadiprodjo, 1994).
Berdasarkan penelitian Jannah et al. (2012) melakukan pengamatan
penggunaan pupuk kandang kambing (urine dan feses) untuk produksi hijauan
dilaporkan bahwa penggunaan pupuk kandang secara tunggal sebanyak 10 L/ha/
Universitas Sumatera Utara
memberikan respons yang sangat baik terhadap produksi hijauan seperti:
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah tunas produksi berat segar dan berat kerin,
jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk
kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan terhadap rumput
gajah mini Pennisetum purpureum schumach dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih
tinggi jika dibandingkan dengan produksi Pennisetum purpureum schumach yang
tidak mendapat perlakuan pemupukan (kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P
dan K baik secara terpisah maupun gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak
memberikan respon sebaik pemberian pupuk kandang.
Bahan Segar dan Bahan kering
Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval
pemotongan dan adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering
seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang
dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin tua
tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya
lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever et al., 2000)
Pada rerumputan konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai
dengan meningkatnya umur tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian
dinding sel dan menurunnya bagian silitol (Karsinah et al., 2008).
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang
berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Peningkatan total berat
kering tanaman ini disebabkan oleh adanya peningkatan berat kering daun dan
berat kering batang. (Skerman et al., 2002)
Universitas Sumatera Utara
Havlin, et al. (1999) menyatakan bahwa pemupukan dengan nitrogen akan
dapat meningkatkan jumlah daun dan memperluas helai daun menyebabkan
peningkatan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman seperti
daun, anakan, batang bertambah sehingga produksi berat kering total tanaman
juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada hasil penelitin dengan semakin
meningkatnya dosis pupuk akan di ikuti oleh peningkatan pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan.
Untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat
kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik.
Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K)
Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis
hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemu (Amilia, 20011).
Syofiani (1998) menyatakan bahwa produksi selalu disebabkan adanya
pertumbuhan dari rumput seperti tinggi tanaman bertambah dan jumlah anakan
juga bertambah.
Produksi setiap varietas berbeda- beda tergantung pada sifat genetik
varietas tanaman tersebut. Hal ini sesuai pernyataan (Soegito et al., 1992)
menyatakan setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda - beda
tergantung kepada sifat genetik varietas tanaman itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Juli sampai dengan 6 November
2016 di lahan percobaan SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kecamatan Semadam
Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian tempat ± 1000 m di atas permukaan
laut, dengan kelembaban udara 35% - 80% (pH) tanah 7,0 jenis tanah Regosol dan
tekstur tanah lempung berpasir.
Bahan dan Alat
Bahan
Urin kambing fermentasi mikroorganisme lokal seperti buah (pepaya,
pisang, dan nenas), mikroorganisme lokal sebagai stater pengurai pada saat
fermentasi molases sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen bagi mikroorganisme
saat fermentasi, Pastura yang terdiri dari tiga jenis yang pertama rumput gajah
mini Pennisetum purpureum schumach, kedua rumput Setaria spachelata) dan
ketiga rumput Brachiaria brizantha. Sebagai objek yang akan diteliti. Lahan
terdiri dari 36 plot, dimana 1 plot berukuran 3 x 3 m, dengan jumlah 12 tanaman
per plot. urin kambing fermentasi dengan mikroorganisme lokal buah (pepaya,
pisang dan nenas) sebagai pupuk organik cair dan zat hara tanaman dari ketiga
jenis hijauan yang akan diterapkan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi: blender untuk menghaluskan media
pembuatan mikroorganiasme lokal, cangkul digunakan untuk membersihkan dan
membalikkan lapisan topsoil tanah, gembor untuk menyiran tanaman apabila
terjadi kekeringan, parang, gunting dan arit untuk memotong rumput, meteran
sebagai alat untuk mengukur tinggi tanaman, kertas dan karung sebagai alas
tempat hijaun saat pemotongan, timbangan sebagai alat penimbang bahan segar
dan bahan kering dan oven sebagai alat pengeringan bahan segar hijuan sehingga
diperoleh bahan kering.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial faktor pertama dosis pupuk cair urin kambing
terfermentasi (P) terdiri dari:
P 0 = (kontrol)
P 1 = 10 liter/ha
P 2 = 15 liter/ha
P 3 = 20 liter/ha
Faktor kedua jenis rumput hijuan (R) yang terdiri dari:
R 1 = rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach
R 2 = rumput Setaria spachelata
R 3 = rumput Brachiaria brizantha
Universitas Sumatera Utara
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali, sistem aplikasi
pemupukan disiramkan pada pangkal batang. Ketiga varietas rumput objek yang
diteliti dengan masing – masing dosis yang diterapkan, pemupukan pertama
dilakuakan 10 hari susudah masa tanam, sedangkan yang ke dua 10 hari sesudah
pemotongan pertama dan begitu juga yang ketiga. Hasil pengamatan dari setiap
data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Metode matematika Rancangan
Acak Kelompok (RAK) pola faktorial adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + βi + Rk + Pj + (R.P) Jk + Ɛijk
Dimana :
Yijk
: pengaruh pupuk cair hasil pengamatan dari perlakuan ulangan ke i,
pada taraf ke j dan rumput pada ke k.
µ
: Nilai tengah umum
βi
: Efek block ke i
Rk
: Jenis Rumput (R) pada taraf ke-j
Pj
: pengaruh dosis (P) pada taraf ke-k
(P.R)jk : Jumalah Dosis (P) pada taraf ke-j dan Rumput (R) pada taraf ke-k
Ɛijk
: Efek pengaruh dari galat percobaan dari perlakuan ulangan ke i,
dosis (P) pada taraf ke - j dan jenis rumput (R) pada taraf ke - k.
Persiapan Bibit dan Pupuk Cair Fermentasi
Pada persiapan ketiga jenis hijuan yang akan ditanam di kebun percobaan
SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian
tempat ± 1000 m di atas permukaan laut, dengan kelembaban udara 35% - 80%
dengan jenis bibit rumput pertama rumput Gajah mini Pennisetum purpureum
schumach, kedua rumput Brachiaria brizantha dan ketiga rumput Staria
spachelata.
Universitas Sumatera Utara
1. Pembuatan POC Fermentasi mikroorganisme lokal buah yaitu (pepaya, nenas
dan pisang) sebayak 10 Kg. ditambahkan 2 kg. Gula merah dicairkan dan 10
liter air buah kelapa 4 buah ragi tempe. Dengan cara pembuatan sebagai
berikut buah-buahan dihaluskan, dimasukkan ke dalam tong plastik,
campurkan dengan air buah kelapa, masukkan gula merah yang telah dicairkan
dan ragi tape, ditutup dengan rapat beri lubang udara dengan cara memasukkan
selang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air dan di
biarkan selama 10 – 15 hari.
2. Perbandingan mikroorganisme lokal dengan urin kambing 1: 10 difermentasi
dimasukkan kantong plastik sebayak 10 liter, ditambahkan mikroorganisme
lo
Kandungan Hara Urin Ternak
Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat
pemeliharaan hewan. Urin di bentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari
tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolism nitrogen
dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin
yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal,
konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya feses dan urin yang
dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Seekor kambing dewasa mampu
menghasilkan urin sebanyak kurang lebih 0,6-2,5 liter/hari sehingga bagi industri
peternakan, urin merupakan komoditas yang sangat potensial untuk menghasilkan
nilai ekonomis yang tinggi. Rasio feses dan urin yang dihasilkan ternak adalah
babi 1,2 :1 (55% feses, 45% urin), sapi potong 2,4 :1 (71% feses, 29% urin),
kambing 1:1 (50% feses, 50 % urin), dan sapi perah 2,2 :1 (69% feses, 31% urin)
(Rinekso et al. 2011).
Jumlah kandungan urin yang dihasilkan tiap ternak dan urin kambing tanpa
fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1 Kandungan urin pada setiap ternak
Nama ternak
dan kotorannya
Kuda
Kerbau
Sapi
Kambing
Babi
Nitrogen
(%)
1,40
0,50
0,50
1,50
0,40
Fosfor
(%)
Kalium
(%)
0,02
0,15
1,00
0,13
0,10
1,60
1,50
1,50
1,80
0,45
Air
(%)
90
92
92
85
87
Sumber: Lingga, 1991
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis urin kambing sesudah fermentasi selama 14 hari berdasarkan
referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6 and 8;1994; BPT 2015. Dapat di lihat
pada tabel di bawah ini Tabel 2. Kandungan hara urin kambing fermentasi
Parameter
Nitrogen
Fosfor
Kalsium
Magnesium
Kalium
pH
Hasil
15.09 ppm
48.95 ppm
1,25 ppm
0.18 %
0.02 %
7.06
Metode Uji
Teknik ekstrasi
Kjeldahl
Flamephothometry
Flamephothometry
AAS
AAS
Electrometry
Dengan H 2 SO 4 (C)
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)
Baunya yang khas urin ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai
hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian
hama tanaman dari serangga (Prihmantoro dan Indriyani, 1994). Urin yang
dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat
bermanfaat yaitu (a) kadar N dan K yang sangat tinggi, (b) urin mudah di serap
tanaman dan (c) urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sastrosoedirjo
dan Rifai, 1981). Urin sapi mengandung unsur-unsur kimia yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman seperti (N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk
senyawa organik
antara lain: urea, amonia, kreatinin
dan keratin, asam.
Menurut Sutedjo (1994), kandungan unsur hara urin yang dihasilkan ternak
tergantung
mudah
atau
sukarnya
makanan
dalam
perut hewan dapat
dicernakan.
Penelitian Setyawati et al (2010), hasil penelitian terhadap lama waktu
fermentasi untuk pupuk cair yang baik adalah 14 hari dengan sumber karbon yang
berasal dari tetes tebu dengan hasil analisa yang didapatkan adalah Nitrogen
Universitas Sumatera Utara
3,745% sedangkan dalam penelitian Martinsari et al. (2009), didapatkan hasil
bahwa dalam pembuatan pupuk organik cair melalui proses fermentasi dengan
penambahan tetes tebu dapat meningkatkan mutu kualitas kandungan hara dalam
pupuk tersebut, terutama nitrogen. Penelitian lain dari Anggraini (2012),
menunjukkan hasil bahwa kandungan N dalam pembuatan pupuk cair dari urin
kambing dan molasses memenuhi standar Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009.
Hasil analisis tanah berdasarkan referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6
and 8;1994; BPT 2016. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 3. Analisis
Kandungan hara tanah area penelitian.
Parameter
Hasil
Metode Uji
Teknik ekstrasi
Nitrogen
Karbon
Kalsium
Magnesium
Kalium
pH tanah
0.28
2.23.
1.33 %
0.57 %
0.29 %
Kjeldahl
WalkleyBlack
AAS
AAS
Flamephothometry
pH 7
Dengan H 2 SO 4 (C)
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Dengan HCl 25%
Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)
Tanah merupakan suatu sistem yang sangat komplek komposisi terdiri dari
lebih kurang 50% fase padat, 25% fase cair dan 25% fase gas. Ketiga fase ini
saling berinteraksi dan berinterelasi satu sama lain, fase padat tanah terdiri dari
mineral sebagai hasil hancuran batuan induk dan bahan organik sebagai hasil
pelapukan sisa tanaman dan binatang, fase cair terdiri dari air diperkaya bendabenda padat terlarut, dan fase gas terdiri dari udara diperkaya oleh zat asam arang
(Ismunadji, 1991)
Universitas Sumatera Utara
Tanah merupakan media alami bagi media pertumbuhan tanaman. Tanah
yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang optimum baik secara
fisik, kimia, dan biologis untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi serta
dapat digunakan secara berkelanjutan. Tanah secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran serta menyuplai kebutuhan air dan hara ke
akar tanaman, secara kimiawi, tanah berfungsi sebagai gudang penyuplai hara
atau nutrisi. Sedangkan secara biologis, tanah berfungsi sebagai habitat bagi
organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan unsur hara
tanaman. Lahan pertanian yang digunakan secara terus menerus untuk penanaman
tanaman pangan dapat menurun kualitas tanah dan produktifitas apabila tidak
menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. (Arsyad, 2006).
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di
Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan
pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari
pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan
petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak
negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para
petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian
modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian
konvensional ke pertanian organik (Sutanto, 2002)
Pupuk memiliki beberapa jenis yang berbeda, diantaranya adalah: pupuk
kandang, pupuk hijau, kompos, humus dan pupuk organik buatan pada umumnya,
Universitas Sumatera Utara
pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkan dan penyemprotan di
sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara
efektif dan efisien bagi tanaman (Suriadikarta, 2006).
Hara Nitrogen
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutanma pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentukan lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono et al.,
2001). Paker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses
pertumbuhan, sintetis asam amino dan protein serta merupakan merombak
struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun akan memudar
dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat, daun bewarna kuning, tangkai tinggi kurus dan warna hijau daun
memucat.
Unsur nitrogen merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang atau limbah cair urine (sapi, kambing,
babi, kuda). Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur makro seperti
nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K), pupuk kandang mengandung unsur
mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur Fosfor dalam
pupuk kandang sebagian besar dari kotoran cair. Kandungan unsur kalium dalam
kotoran cair lima kali lebih besar dari kotoran padat. Sementara kandungan
Nitrogen dalam kotoran cair hanya 2-3 kali lebih besar dari kotoran padat
(Jamilin, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Hara Posfor
Pospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur hara
ini terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur (P) adalah hara kedua
setelah nitrogen (N) dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk
Kandungan fosfor (P 2 O 5 ) berkaitan dengan kandungan N dalam substrat,
semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang
merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan posfor dalam pupuk cair
juga meningkat. Kandungan posfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian
besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor
terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar
mikroorganisme Posfor salah satunya terikat dalam bentuk P 2 O 5 di akhir proses
dekomposisi. Posfor berada dalam dua bentuk, yaitu inorganik dan organik seperti
asam nukleat, phitin dan lesitin (Sarief, 200).
Dengan adanya sumber karbon dan nitrogen yang benar - benar tersedia,
maka bakteri dan jamur dapat merombak lesitin dan asam nukleat dan
membebaskan fosfor sebagai fosfat. Kalium (K 2 O) kalium hanya berperan dalam
membantu pembentukan protein dan karbohidrat. dengan kehadiran bakteri dan
aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium.
Kalium diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didegradasi
kembali maka kalium akan menjadi tersedia kembali (Sopiandie, 2010).
Standar mutu pupuk organik cair atau pasta adalah pH 4-8, kadar total N,P
dan K< 2,00 %, secara umum pupuk organik mengandung unsur N, P dan K yang
dibutuhkan oleh tanaman dengan sejumlah nutrisi yang terdiri atas 1-7% N, 2-
Universitas Sumatera Utara
12% P, dan 0 - 10% K dan nisbah C:N:P yang ideal untuk bahan organik tanah
adalah 100:10:1 (Peraturan Menteri Pertanian, 2009).
Kalium
Kalium (K) berperan dalam menbantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap
penyakit serta kekeringan (Marsono et al. 2001). Kalium tidak disentesis menjadi
senyawa oleh tumbuhan, sehingga unsur hara ini tetap sebagai ion didalam
tumbuhan. kalium berperan sebagai antivator dari sebagai enzim yang esensial
dalam reaksi-reaksi fhotosintesis dan respirasi, serta enzim yang terlibat dalam
sintesis protein dan pati.
Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur posisi osmotis
sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur turgor sel ini, peran yang
penting dalam proses membuka dan penutupnya stomata. (Lakitan, 2004).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada
kedelai. (Leiwakabessy et al.,1998)
Kebutuhan tanaman akan unsur kalsium dapat diproleh dari pemupukan
salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal sebagai salah satu KCl (Sigit, 2001)
mengatakan upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas
karena salian mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi unsur kalium juga
terikat dengan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Urin Kambing
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisal. Produksi urin kambing - domba
mencapai 0,6- 2,5 liter/hari dengan kandungan nitrogen 0,51 – 0,71%. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung
oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik
(Sialalahi et al., 2004)
Pupuk organik cair larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urin), dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Urin adalah zat-zat yang
disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya zat-zat makanan
yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh
kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Urin mempunyai zat
pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman
(Said et al., 2006)
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk
menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan
Universitas Sumatera Utara
pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan pengaplikasian,
bentuk, dan kandungan unsur haranya. (Simanungkalit, 2006).
Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat pupuk
cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan
tanaman yang mudah larut, kelebihan pupuk cair adalah mampu memberikan hara
sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu pemberiannya dapat merata dan
kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Berdasarkan sumber bahan
yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk anorganik berasal dari
bahan mineral dan telah diubah melalui proses produksi di pabrik sehingga
menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman, pupuk organik adalah
pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati.
Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga
sifat fisiknya akan berbeda dari semula (Fadludin, 2013).
Kandungan unsur hara urin kambing lebih baik dibanding dengan
kandungan unsur hara pada fecesnya. Kandungan N, P dan K pada urin kambing
berturut turut sebesar 1.35%, 0.05% dan 2.10%, sedangkan unsur hara pada feces
sebesar 0.75%, 0.50% dan 0.45%. Apabila dibandingkan dengan urin ternak
lainnya, seperti urin sapi, urin domba menunjukkan kualitas yang lebih baik,
dimana kandunagn N, P dan K didalam urin sapi lebih rendah dibanding urin
domba, yaitu berturut turut sebesar 1.0%, 0.5% dan 0.5%. (Santoso, 2013).
Pemanfaatan limbah urin ternak ruminansia pada umumya sebagai salah
satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak
sudah bisa memperoleh hasil sebelum ternak itu dijual. Harga urin yang sudah
Universitas Sumatera Utara
diolah dan menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 10.000 - Rp 15.000/liter.
Penggunaan urin ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan peternak
agar semua produk dari ternak bisa digunakan untuk mendatangkan keuntungan
secara ekonomis, meski awalnya perlu ada pendampingan terhadap peternak,
terutama soal teknik atau cara menampung urin hingga proses pembuatan menjadi
pupuk cair (Parnata et al., 2004)
Potensi dalam bidang peternakan, maka perlu melihat peluang-peluang
dari produk-produk peternakan yang dapat digunakan. Salah satu peluang, yang
dapat digunakan yaitu kotoron dan limbah urine sebagai bahan baku pembuatan
pupuk cair organik. Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan
dengan kemajuan teknologi dan tuntutan zaman saat ini keragaman jenis pupuk
organik semakin bertambah ramah lingkungan dengan berkembangnya pertanian
di indonesia. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah urin kambing dapat
diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan
limbah urin (biourine) sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu
pendapatan bagi peternak peteni pada umumya di indonesia (Musnawar, 2003).
Hasil analisa menunjukkan bahwa produktivitas optimal pada rumput
gajah yang diberikan pupuk cair urine kambing dengan dosis 15-20 liter/ha.
Produksi rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach, rumput Setaria
spachelata dan rumput Brachiaria brizanta. Perunit sebanyak 19,733 kg atau 9,85
kg per meter persegi, hal ini sesuai dengan Harjadi (1993) yang mengatakan
bahwa produktivitas rumput dipengearuhi oleh faktor vegetatif atau pertumbuhan
karene pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur karbohidrat,
Universitas Sumatera Utara
apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat maka
perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur Nitrogen berfungsi untuk
pertumbuhan dan pembentukan sel vegetatig, meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam
tubuh
tanaman,
meningkatkan
kualitas
tanaman
penghasil
daun
serta
meningkatkan mikroorganisme dalam tanah.
Fermentasi Urin dengan Mikroorganisme Lokal
Fermentasi adalah segala macam proses metabolis dengan bantuan dari
enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan
reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat
organik dengan menghasilkan produk tertentu. Fermentasi merupakan proses
biokimia yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat
dari pemecahan kandungan bahan tersebut Proses fermentasi terjadi, bermacammacam perubahan komposisi kimia seperti: kandungan asam amino, karbohidrat,
pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya
peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan
akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi.
Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim– enzim tertentu
terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa
menjadi gula sederhana (Sastrosupardi et al., 2004)
Fermentasi urin kambing dengan bantuan mikroorganisme, yang diaplikasi
pada tanaman sangat membantu dan menguntungkan petani karena dari segi biaya
Universitas Sumatera Utara
murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk kimia fermentasi
urine kambing dapat diaplikasikan melalui daun (Guntoro et al., 2006)
Pupuk organik cair sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian, urin
kambing sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu. Pada proses fermentasi
menggunakan bantuan bakteri dekomposer atau bioaktivator seperti EM dari
limbah buah-buahan, sayuran, tanaman dari pertanian dan
EM4 (Effective
Microorganism) sudah banyak beredar di toko pertanian (Rahayu et al., 2005)
EM4 sama saja dengan MOL, dari aroma sudah sama. Dari sinilah ide
mengkaji bagaimana membuat atau menghasilkan mikroorganisme lokal atau
lebih sering dikenal dengan nama MOL. Dengan memanfaatkan bahan limbah
yang ada di sekitar petani seperti buah-buahan busuk pisang, pepaya, mangga,
rebung, urin kambing, bahkan sampai urin manusia, darah hewan, bangkai hewan,
air cucian beras, dan sisa makanan (Saefudin et al., 2008)
Urin ternak kambing dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri
pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4
yang telah beredar toko-toko pertanian ataupun yang bisa dibuat sendiri dari
produk limbah masyarakat pertanian seperti limbah buah-buahan yang telah
busuk, seperti pisang, pepaya, mangga, jeruk, rebung, batang pisang, tulang ikan
keong dan urie ternak dll, sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM
merupakan Effective Microorganisme yang berguna untuk mempercepat proses
penguraian ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM mengandung sekitar 80
macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling
pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi
Universitas Sumatera Utara
(yeast) dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin kambing dapat
berlangsung secara cepat sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang
baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas tidak berbau
busuk, tidak mengandung hama dan penyakit serta tidak membahayakan
pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Sundari et al., 2012)
Fermentasi urin bertujuan menghasilkan pupuk cair dengan bahan dasar
urin dengan komposisi yang dihasilkan menjadi lebih baik, dengan sentuhan
inovasi tekhnologi, limbah urine sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan
salah satu pendapatan bagi setiap peternak. salah satu pupuk organik memberikan
hasil yang cukup menjanjikan selain sebagai dekomposer. Pupuk organik
mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah (Yuniwati et al., 2012)
Pengaruh Urin Kambing terhadap Produksi Hijauan
Urin kambing dosis 15-20 liter/ha dengan konsentrasi 33% mampu
menekan penggunaan pupuk kimia sampai 50% dengan tingkat produksi yang
lebih tinggi ± 5% dibandingkan penggunaan pupuk kimia, memberikan respons
yang sangat baik terhadap produksi hijauan Pennisetum purpureum, jika
dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk
kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan Pennisetum
purpureum dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih tinggi jika dibandingkan dengan
produksi Pennisetum purpureum yang tidak mendapat perlakuan pemupukan
(kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P dan K baik secara terpisah maupun
gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak memberikan respon sebaik pemberian
pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang bersama- sama dengan pupuk buatan
Universitas Sumatera Utara
(N, P dan K) tidak memberikan respon sebaik pupuk kandang secara tunggal.
Bahkan dilaporkan kombinasi pupuk kandang dengan unsur anorganik
menunjukkan
penurunan
produksi
hijauan
Pennisetum
purpureum
(Prawiradiputra, 1982).
Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman hijauan adalah 10-20 ton/ha
atau 1-2 kg/m2. menyatakan produktivitas tanaman hijauan berkisar 20-50 ton/ha.
Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha, pupuk organik urin ternak kambing dan
padat yang sudah difermentasi dengan mikroorganisme juga dapat memenuhi
kebutuhan hara hijauan, sayuran yang dibudidayakan secara organik. (Suhardi,
2013).
Hasil penelitian Yaacob et al. (2013) dilahan pertanian menunjukkan
bahwa pemberian urien kerbau fermentasi EM4 dengan dosis Perlakuan 15 ml +
20 ml air berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jumlah anakan, berat segar
dan produksi berat kering rumput gajah pada setiap pemotongan dengan produksi
jumlah tunas 39.35, tinggi tanaman 142.045 cm. Produksi berat basah 13.16 Kg.
Produksi hijauan yang kontinu, maka salah satu jalan yang harus ditempuh
adalah pemupukan, namun penentuan jenis pupuk pada tanaman harus sesuai
dengan kondisi tanah dan tanaman, unsur hara utama dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksi, yaitu nitrogen, fosfat dan kalium.
Pemberian pupuk nitrogen merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan
produksi dan kekurangan unsur hara tersebut akan menyebabkan tanaman menjad
kerdil atau kecil, warna daun merah dan kekuning-kuningan (Susetyo, 1969).
Universitas Sumatera Utara
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk
urin berasal dari darah atau cairan interstisal, komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Bakteri yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui analisis. Seperti urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik dengan adanya
fermentasi, maka zat - zat kompleks dalam urin tersebut akan dipecah oleh
mikroorganisme akan mengalami perubahan bentuk senyawa yang lebih
sederhana atau dengan kata lain proses fermentasi akan mengubah senyawa kimia
kesubstrat organik. Perubahan sifat senyawa dalam urin tersebut akan
memperkaya kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman hijauan
sehingga lebih mudah dicerna oleh tanaman selain dengan cara disiramkan pupuk
jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau
batang tanama (Marsono, 2007).
Pemupukan
Hasil analisa menunjukkan bahwa produktivitas optimal pada rumput
gajah yang diberikan pupuk cair urin kambing dengan dosis 0,5 ml/liter air.
Produksi rumput gajah per unit sebanyak 19,733 kg atau 9,85 kg per meter
persegi,
produktivitas
rumput
dipengearuhi
oleh
faktor
vegetatif
atau
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan karena pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur
karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat
maka perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur nitrogen berfungsi untuk
pertumbuhan dan pembentukan sel meningkatkan pertumbuhan tanaman yang
mudah dapat siserap oleh tanaman serta meningkatkan mikroorganisme dalam
tanah. (Rica et al., 2012)
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman. Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang
bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
meningkatkan produksidan hasil mutu tanaman (Greenhalga, 1973).
Menurut Chandra et al. (1993) Mengemukakan bahwa hal- hal yang perlu
diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk,
jenis tanah, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat
agar sebagian besar dari pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman.
Pemupukan dapat dilakukan dalam bentuk pupuk organik maupun
anorganik. Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang
dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kandang adalah
kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa- sisa pakan dan
alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen,
asam fosfat, dan kalium saja, tetapi karena mengandung hampir semua unsur hara
makro (unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfat (P 2 O 5 ), Kalium (K 2 O) dan
Air (H 2 O) dan mikro (Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan
Universitas Sumatera Utara
(Mn), dan Boron (Bo) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara
keseimbangan hara dalam tanah (Purbayanti et al., 2000)
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing
(urin), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur
serta kesehatanternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis
pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah
serta kandungan haranya (Soepardi, 1983). Pupuk kandang (termasuk urin)
biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K 2 O
(Yodohusodo, 2005).
Hijauan Makanan Ternak
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman
ataupun tumbuhan berupa daun - daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan
bunga (Darvis, 1996). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution, (1986)
yang menyatakan makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal
dari tanaman dalam bentuk daun - daunan. Kelompok makanan hijauan ini
biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa
diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan kering. Hijauan
sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, sebab
hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan khususnya di
Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa, karena bahan
tersebut diberikan dalam jumlah yang besar.- Sebagian besar pakan ruminansia
adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan kecernaan rendah, oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
harus diusahakan agar ternak sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk
mencukupi kebutuhannya akan zat - zat makanan (Hsieh, 1995).
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia,
termasuk Indonesia karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing,
dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik
kualitas,
kuantitas,
maupun
kontin
uitasnya
masih
sangat
terbatas
(Reksohadiprodjo, 1985).
Pertumbuhan Hijauan Makanan ternak
Peningkatan populasi ternak masih tergantung pada kemampuan suatu
wilayah (carrying capacity) untuk menyediakan tanaman hijauan pakan ternak
ruminansia. Hilangnya areal padang penggembalaan serta pengurangan lahan
untuk peruntukan non pertanian dan ekstensifikasi pertanian mengakibatkan luas
areal sumber tanaman pakan ternak semakin berkurang. Dengan demikian
ketersediaan pakan hijauan, khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan
awal musim hujan sering menjadi kendala utama bagi peternak di Indonesia.
(Agus, 2008).
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan ternak.
Pengembangan hijauan pakan hanya memungkinkan dilaksanakan di daerahdaerah yang masih jarang penduduknya atau di kawasan lahan marginal,
pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) harus berkompetisi dengan
pengembangan tanaman ekonomis lainnya. Sementara itu, pengembangan sumber
konsentrat juga harus berkompetisi dengan kebutuhan bahan pangan. Bahkan,
pada masa mendatang pengembangan sumber pakan tersebut akan berkompetisi
Universitas Sumatera Utara
dengan pengembangan biofuel, seperti jagung, gandum, ubi kayu dan bahan
pangan lainnya. (Suriadikarta et al., 2006)
Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan semua bahan yang berasal
dari tanaman dalam bentuk daun daunan. Kelompok hijauan makanan ternak
meliputi famili rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuhan lain
seperti kacang-kacangan serta limbah industri pertanian. Hijauan sebagai pakan
ternak dapat diberikan dalam keadaan segar dan dalam keadaan kering. Hijauan
sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting. Hal ini
disebabkan hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan.
Sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan
kecernaan rendah, oleh karena itu harus diusahakan agar ternak sebanyak
mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya akan zat-zat
makanan. Dalam pengembangan ternak ruminansia di Indonesia, hijauan makanan
ternak adalah faktor yang sangat penting dengan komposisi yang terbesar yaitu
70-80% dari total biaya pemeliharaan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak
sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki.
Salah satu syarat tumbuh yang mempengaruhi produksi tanaman hijauan
makanan ternak adalah kondisi tanah yaitu sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik
tanah ini terdiri dari warna, tekstur, stuktur dan drainase. Didalam tanah terjadi
berbagai reaksi kimia karena tanah memiliki unsur-unsur kimia yang terlarut
didalam air. Karena reaksi kimia tersebut nutrisi yang ada didalam tanah mudah
diserap oleh tanaman. Namun apabila kondisi tanah tidak baik seperti miskin
Universitas Sumatera Utara
unsur hara yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah ini akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Rumput Gajah Mini Pennisetum purpureum schumach
Rumput gajah (schumach) kerdil dikenal juga sebagai rumput Napier,
berasal dari daerah Afrika yang kemudian menyebar dan diperkenalkan di daerahdaerah tropika, rumput gajah mini tumbuh alami seluruh asia tenggara
(Reksohadiprojo, 2000).
Taksonomi rumput gajah schumach sebagai berikut: Filum: Spermatophyta,
Sub filum: Angiospermae, Kelas: Monocotyledanae, Ordo: Glumiflora, Famili:
Gramenae, Sub family: anicoldea, Tribus: Pariceae, Genus : Pennisetum, Spesies:
Pennisetum purpureum schumach. Rumput ini secara umum merupakan tanaman
tahunan yang berdiri tegak, mempunyai kandungan protein yang cukup tingi yaitu
berkisar antara 14.35%, berakar dalam dan tinggi dengan rhizoma-rhizoma yang
pendek. Tinggi batang dapat mencapai 1-2 m, dengan diameter batang dapat
mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk
rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga
berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, dan ujungnya
runcing. Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach merupakan salah satu
rumput unggul mempunyai produksi dan kualitas yang cukup tinggi,
menghasilkan rumpun anakan yang banyak dan mempunyai akar yang kuat batang
yang tidak keras serta struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh
ternak dan pertumbuhan yang cepat. (Aganga et al., 2004)
Universitas Sumatera Utara
Akar rumput gajah berakar serabut dengan akar cabang yang tumbuh tegak
lurus pada serabut tersebut. Akar ini menyerap unsur hara dalam tanah, sampai
kedalaman 50 – 100. Selain menyerap unsur hara dari dalam tanah juga menyerap
air dari sistim perakaran yang cukup kuat dan kokoh sehingga mampu juga
menyerap air dari dalam tanah dengan kedalaman 50 – 100 cm dengan adanya
akar ini daerah penyerapan unsur hara lebih luas dan tumbuh baik dan berproduksi
tinggi apabila faktor iklim yang mempengaruhinya sesuai dengan ketinggian
tempat suhu berkisar 10 – 35 0C (Novizan, 2002).
Rumput gajah (Pennisetum purpureum schamach) sebagai pakan ternak
yang merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas
dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ha/ tahun
(Soegiri et al., 1982)
Rumput Setaria spachelata
Rumput Setaria berasal dari Afrika, yang mempunyai nama-nama spesifik
diwilayahnya, dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata
sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal dengan Setaria, Malaysia
mengenal dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal dengan nama Bunga- bunga,
sedangkan Vietnam mengenal rumput ini dengan sebutan Coduoi cho. Rumput
Setaria pertama kali dibudidayakan sebagai tanaman pakan di Kenya, sehingga
penanamannya meluas sampai kedaerah subtropika terutama Afrika, Asia, dan
Australia, di Asia Tenggara tumbuhan ini banyak ditanam di Indonesia dan
Malaysia (Mansyur el al., 2005)
Universitas Sumatera Utara
Taksonomi rumput setaria spachelata sebagai Phylum: Spermatophyta Sub
phylum: Angiospermae, Class: Monocotyl, Ordo: Glumiflora, Family: Graminae,
Sub Family: Panicoldea, Genus: Setaria, Spesies: Spachelata rumput ini memiliki
rizoma yang pendek serta stolon. Akar rumput setaria majemuk dan juga
berserabut dengan tumbuh di permukaan tanah, juga tumbuh dengan rhizom dan
stolon yang sangat pendek dengan buku-buku yang rapat, pangkal batang
biasanya bewarna kemerahan dan banyak menghasilkan anakan tenggara.
(Aganga et al., 2004)
Daun lebar agak berbulu pada permukaan atas takstur daun halus dan
sangat lunak, bunga berbentuk tandan warna coklat keemasan kandungan protein
6-7% tergantung kultivar dengan produksi berat segar mencapai 100-110
ton/ha/tahun tergantung varietas tinggi dapat mencapai 2 m, klasifikasi rumput
setaria (Spachelata) mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah huja 7501000 mm/tahun, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah produksi hijauan rumput
setaria (Sphacelata) dapat mencapai 100 ton rumput segar/ hektar/ tahun,
pemotongan dapat dilakukan pada 35 – 40 hari (musim hujan) dan 60 hari musim
kemarau. (Putri et al., 2008)
Tanaman berumpun ini sangat bervariabel dan setiap jenis mempunyai ke
intimewaan, beberapa dari yang ada berada dalam satu varietas, ada yang pendek,
berdaun lebar, berakar kuat dan cepat tumbuh kembali setelah dilakukan
pemotongan (Chheda, 1982).
Setaria merupakan rumput penutup tanah padang pengembalaan dan
rumput potong yang apat langsung diberikan pada ternak atau diawetkan dengan
Universitas Sumatera Utara
cara hey dan dengan silage. Beradaptasi baik dengan tanah asam dengan
kesuburan rendah tahan terhadap kekeringan. Mudah dikembangkan pertumbuhan
cepat sehabis pemanenan. (Nasution et al., 1986)
Untuk mendapatkan produksi optimal, jarak tanam yang digunakan 70 x
90 cm. Dapat ditanam bersama leguminose seperti Siratro, Stylosanthes gracillis,
Desmodium intorium. Pendangiran dilakukan pada saat tanaman masih muda atau
setiap kali abis panen. pemupukan dengan menggunakan pupuk organik padat
atau cair. Pemotongan atau penen dilakukan pada saat tinggi tanaman sekitar 90
cm atau tanaman berumur 30 hari. Sebaiknya panen dilakukan pada massa
pertumbuhan vegetatif atau sebelum berbunga. Produksi hujauan segar pada
berbagai umur dengan pemotongan 2-5 cm berkisar antar 160-170 ton/ha/thn.
Kandungan zat dalam bahan kering dengan frekuensi pemotongan 30 hari terdiri
atas PK 13,09 % SK 13,15 % Lemak 2,82 % BETN 44,94 % (Ginting et al.,
2005)
Rumput Brachiaria brizanth)
Rumput Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini memiliki
karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang bercabang, tinggi hamparan kurang
lebih satu meter dan pangkal daun berbulu lebat. Proses penanaman rumput ini
menggunakan pols, hidup di tanah struktur ringan, Pada proses penanaman
rumput Brachiaria brizantha, juga harus memperhatikan faktor lingkungan antara
lain adalah ketersediaan nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan
produksi dan persistensi tanaman (Ginting el al., 1996)
Universitas Sumatera Utara
Taksonomi
rumput
Brachiaria brizantha sebagai berikut: Filum:
Spermatophyta Sub filum: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Poales,
Famili: Poaceae, Genus: Brachiaria, Spesies : Brachiaria brizantha. Rumput ini
dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/tahun dengan pH 6-7. Rumput ini juga
tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, cuaca dingin dan penggembalaan,
dapat dikembangkan dengan stek, pols atau pun biji. Rumput ini dapat
diperbanyak dengan pols, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan
dapat mencapai
30 – 45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapi
tinggi 1 m. Memiliki rhizoma yang pendek dan tinggi batang sekitar 30-200 cm,
bentuk daun linear biasanya berukuran 10-100 cm x 3-20 mm, berbulu berwarna
hijau gelap, bunga terdiri dari 2-16 tandan (Manullang, 2012).
Rumput Brachiaria brizantha merupakan jenis rumput unggul yang
mempunyai produktivitas dan nilai gizi yang cukup tinggi serta disukai ternak
ruminansia pada umumnya. Nilai gizi rumput ini dipengaruhi oleh tatalaksana
pemeliharaan, antara lain umur pada saat pemotongan, unsur hara, terutama unsur
hara makro seperti unsur nitrogen. Produksi rumput Brachiaria brizantha, juga
dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. untuk pemotongan 0, 5 cm, 10 cm, 15 cm
dan 20 cm dari permukaan tanah. interval pemotongan yaitu 20, 30, 45 dan 60
hari menghasilkan produksi sebanyak 186,42; 190,98; 170,98 dan 195,18
ton/ha/tahun dengan rata-rata kandungan nutrisi yaitu: protein kasar 9,66%,
BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96 dn TDN 51%
sehingga sesuai kandungan protein kasarnya, Brachiaria tergolongkan ke dalam
rumput yang unggul (Mathius et al., 1984).
Universitas Sumatera Utara
Defoliasi dan Interval Pemotongan
Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada
di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun renggutan hewan waktu
ternak itu digembalakan. Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang
optimal, sehat dan kandungan gizi tinggi, defoliasi harus dilakukan pada periode
tertentu (Kusumo, 1992).
Interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi,
kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies.
Frekuensi pemotongan berlaku pada batas tertentu, frekuensi yang semakin
rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi
dibandingkan
produksi
kumulatif
oleh
pemotongan
yang
lebih
sering
(Widjajanto et al., 1982)
Semakin lama umur pemotongan pada tanaman akan meningkatkan
kandungan serat kasarnya. Kandungan serat kasar erat hubungannya dengan umur
tanaman. Semakin tua umur tanaman semakin meningkat kandungan serat
kasarnya (Williamson, 1993).
Pada musim penghujan secara umum Pennisetum purpureum sudah dapat
dipanen pada usia 40-45 hari. Sementara itu pada musim kemarau berkisar 50-55
hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang
semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin
banyak. Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, menurut pengalaman
kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu
Universitas Sumatera Utara
awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia
2 bulan (Hardjowigono, 1989).
Berdasarkan penelitian Dartius, (1995). Bahwa hasil analisis nilai gizi
tanaman rumput pada gajah bahwa perlakuan interval pemotongan 4 minggu
dianggap lebih baik, dengan menghasilkan komposisi kadar air dan kadar protein
kasar yang lebih tinggi sebesar (82,79 %) dan (8,86 %) serta lemak kasar dan serat
kasar yang lebih rendah sebesar (4,46 %) dan (33,20 %).
Pengaruh Interval pemotongan adalah selang waktu antara suatu saat
pemotongam sampai saat pemotongan berikutnya. yang utama dari interval
pemotongan 8 minggu dan 10 minggu dianggap tanaman tersebut agak terlalu tua
dalam hubungannya dengan beberapa analisis nilai gizi. Hal ini sesuai pendapat
Lubis (1992), bahwa nilai gizi tanaman Pennisetum purpureum yang dipotong
setiap 2 sampai 4 minggu menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar
sebesar (85,50 %) dan (11,50 %) serta lemak kasar dan serat kasar sebesar (3,20
%) dan (29,3 %).
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Pertumbuhan dan tinggi tanaman merupakan suatu proses pada tanaman
yang menyebabkan berubahnya hasil dan ukuran tanaman untuk menjamin
pertumbuhan yang optimal yang sehat dan kandungan gizi yang baik, defoliasi
diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau
menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40 hari
sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya
hanya bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik. Perlu dijelaskan di sini bahwa
Universitas Sumatera Utara
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya
persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan
tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh
proses asimilasi. Segera setalah defoliasikarbohidrat ini dirombak oleh enzim
tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali (Novizan, 2005).
Lingga (2000). Menyatakan bahwa untuk memproleh pertumbuhan dan
dan produksi yang optimum maka unsur hara dalam tanah harus tersedia bagi
tanaman, bentuk larutan dalam air, dalam jumlah yang cukup dan berimbang
sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam bentuk dan dapat diserap oleh sistem
perakaran.
Jumlah Anakan
Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach, rumput setaria
spachelata, dan rumput Brachiaria brizanta merupakan rumput jenis unggul yang
mampu tumbuh dan berproduksi baik sepanjang tahun di daerah tropis.
keunggulan salah satunya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki tunas yang
banyak, daun lebih luas, produksinya lebih tinggi dan memiliki batang yang kadar
seratnya lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang
lebih akhir. Rumput ini juga memiliki perakaran yang kuat sehingga dapat
berfungsi sebagai penahan erosi di tanah-tanah yang miring dan perbukitan
(Reksohadiprodjo, 1994).
Berdasarkan penelitian Jannah et al. (2012) melakukan pengamatan
penggunaan pupuk kandang kambing (urine dan feses) untuk produksi hijauan
dilaporkan bahwa penggunaan pupuk kandang secara tunggal sebanyak 10 L/ha/
Universitas Sumatera Utara
memberikan respons yang sangat baik terhadap produksi hijauan seperti:
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah tunas produksi berat segar dan berat kerin,
jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk
kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan terhadap rumput
gajah mini Pennisetum purpureum schumach dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih
tinggi jika dibandingkan dengan produksi Pennisetum purpureum schumach yang
tidak mendapat perlakuan pemupukan (kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P
dan K baik secara terpisah maupun gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak
memberikan respon sebaik pemberian pupuk kandang.
Bahan Segar dan Bahan kering
Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval
pemotongan dan adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering
seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang
dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin tua
tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya
lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever et al., 2000)
Pada rerumputan konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai
dengan meningkatnya umur tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian
dinding sel dan menurunnya bagian silitol (Karsinah et al., 2008).
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang
berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Peningkatan total berat
kering tanaman ini disebabkan oleh adanya peningkatan berat kering daun dan
berat kering batang. (Skerman et al., 2002)
Universitas Sumatera Utara
Havlin, et al. (1999) menyatakan bahwa pemupukan dengan nitrogen akan
dapat meningkatkan jumlah daun dan memperluas helai daun menyebabkan
peningkatan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman seperti
daun, anakan, batang bertambah sehingga produksi berat kering total tanaman
juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada hasil penelitin dengan semakin
meningkatnya dosis pupuk akan di ikuti oleh peningkatan pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan.
Untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat
kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik.
Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K)
Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis
hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemu (Amilia, 20011).
Syofiani (1998) menyatakan bahwa produksi selalu disebabkan adanya
pertumbuhan dari rumput seperti tinggi tanaman bertambah dan jumlah anakan
juga bertambah.
Produksi setiap varietas berbeda- beda tergantung pada sifat genetik
varietas tanaman tersebut. Hal ini sesuai pernyataan (Soegito et al., 1992)
menyatakan setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda - beda
tergantung kepada sifat genetik varietas tanaman itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Juli sampai dengan 6 November
2016 di lahan percobaan SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kecamatan Semadam
Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian tempat ± 1000 m di atas permukaan
laut, dengan kelembaban udara 35% - 80% (pH) tanah 7,0 jenis tanah Regosol dan
tekstur tanah lempung berpasir.
Bahan dan Alat
Bahan
Urin kambing fermentasi mikroorganisme lokal seperti buah (pepaya,
pisang, dan nenas), mikroorganisme lokal sebagai stater pengurai pada saat
fermentasi molases sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen bagi mikroorganisme
saat fermentasi, Pastura yang terdiri dari tiga jenis yang pertama rumput gajah
mini Pennisetum purpureum schumach, kedua rumput Setaria spachelata) dan
ketiga rumput Brachiaria brizantha. Sebagai objek yang akan diteliti. Lahan
terdiri dari 36 plot, dimana 1 plot berukuran 3 x 3 m, dengan jumlah 12 tanaman
per plot. urin kambing fermentasi dengan mikroorganisme lokal buah (pepaya,
pisang dan nenas) sebagai pupuk organik cair dan zat hara tanaman dari ketiga
jenis hijauan yang akan diterapkan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi: blender untuk menghaluskan media
pembuatan mikroorganiasme lokal, cangkul digunakan untuk membersihkan dan
membalikkan lapisan topsoil tanah, gembor untuk menyiran tanaman apabila
terjadi kekeringan, parang, gunting dan arit untuk memotong rumput, meteran
sebagai alat untuk mengukur tinggi tanaman, kertas dan karung sebagai alas
tempat hijaun saat pemotongan, timbangan sebagai alat penimbang bahan segar
dan bahan kering dan oven sebagai alat pengeringan bahan segar hijuan sehingga
diperoleh bahan kering.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial faktor pertama dosis pupuk cair urin kambing
terfermentasi (P) terdiri dari:
P 0 = (kontrol)
P 1 = 10 liter/ha
P 2 = 15 liter/ha
P 3 = 20 liter/ha
Faktor kedua jenis rumput hijuan (R) yang terdiri dari:
R 1 = rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach
R 2 = rumput Setaria spachelata
R 3 = rumput Brachiaria brizantha
Universitas Sumatera Utara
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali, sistem aplikasi
pemupukan disiramkan pada pangkal batang. Ketiga varietas rumput objek yang
diteliti dengan masing – masing dosis yang diterapkan, pemupukan pertama
dilakuakan 10 hari susudah masa tanam, sedangkan yang ke dua 10 hari sesudah
pemotongan pertama dan begitu juga yang ketiga. Hasil pengamatan dari setiap
data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Metode matematika Rancangan
Acak Kelompok (RAK) pola faktorial adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + βi + Rk + Pj + (R.P) Jk + Ɛijk
Dimana :
Yijk
: pengaruh pupuk cair hasil pengamatan dari perlakuan ulangan ke i,
pada taraf ke j dan rumput pada ke k.
µ
: Nilai tengah umum
βi
: Efek block ke i
Rk
: Jenis Rumput (R) pada taraf ke-j
Pj
: pengaruh dosis (P) pada taraf ke-k
(P.R)jk : Jumalah Dosis (P) pada taraf ke-j dan Rumput (R) pada taraf ke-k
Ɛijk
: Efek pengaruh dari galat percobaan dari perlakuan ulangan ke i,
dosis (P) pada taraf ke - j dan jenis rumput (R) pada taraf ke - k.
Persiapan Bibit dan Pupuk Cair Fermentasi
Pada persiapan ketiga jenis hijuan yang akan ditanam di kebun percobaan
SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian
tempat ± 1000 m di atas permukaan laut, dengan kelembaban udara 35% - 80%
dengan jenis bibit rumput pertama rumput Gajah mini Pennisetum purpureum
schumach, kedua rumput Brachiaria brizantha dan ketiga rumput Staria
spachelata.
Universitas Sumatera Utara
1. Pembuatan POC Fermentasi mikroorganisme lokal buah yaitu (pepaya, nenas
dan pisang) sebayak 10 Kg. ditambahkan 2 kg. Gula merah dicairkan dan 10
liter air buah kelapa 4 buah ragi tempe. Dengan cara pembuatan sebagai
berikut buah-buahan dihaluskan, dimasukkan ke dalam tong plastik,
campurkan dengan air buah kelapa, masukkan gula merah yang telah dicairkan
dan ragi tape, ditutup dengan rapat beri lubang udara dengan cara memasukkan
selang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air dan di
biarkan selama 10 – 15 hari.
2. Perbandingan mikroorganisme lokal dengan urin kambing 1: 10 difermentasi
dimasukkan kantong plastik sebayak 10 liter, ditambahkan mikroorganisme
lo