Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Dividend Payout Ratio

2.1.1

Pengertian Dividen
Perusahaan yang berhasil dalam mengelola operasional perusahaan akan

memperoleh income (pendapatan). Pendapatan yang diperoleh perusahaan inilah
yang sebagian akan dijadikan dividen dan diberikan kepada pemegang saham.
Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik
dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan
sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Menurut Halim
(2007:16),

”dividen

merupakan


pembagian

keuntungan

yang

diberikan

perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang diperoleh perusahaan”.
Dividen merupakan salah satu return yang paling dinanti-nantikan oleh
investor sekaligus juga merupakan sinyal bahwa perusahaan berada pada tingkat
profitabilitas tinggi. Bagi para investor, dividen ini merupakan gambaran
keyakinan manajemen atas prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bila
perusahaan yakin dengan prospeknya di masa mendatang baik maka akan terjadi
peningkatan pembayaran dividen dan tentu selanjutnya pasar akan merespon
positif atas pengumuman kenaikan dividen tersebut. Hal ini tentunya akan
meningkatkan jumlah maupun harga saham perusahaan.
Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen
maka semua pemegang saham biasa mendapatkan hak yang sama. Pembagian


Universitas Sumatera Utara

dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar
dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, 2003:85).
2.1.2

Jenis-Jenis Dividen
Menurut Darmadji (2006) dividen dapat terbagi dalam beberapa jenis

yaitu:
1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu dividen tunai yang mengacu pada
deviden yang diberikan emiten kepada pemegang saham dalam bentuk
uang tunai.
2. Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan
dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan
menjadi bertambah.
3. Dividen property (property dividen), yaitu pembagian kepada pemegang
saham yang dapat dibayar dengan aktiva selain kas.
4. Dividen likuidasi (liquidation dividen), yaitu dividen yang diberikan

kepada pemegang saham sebagai dilikuidasikannya perusahaan.
Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset perusahaan
dikurangi dengan semua kewajibannya.
5. Dividen Utang/Scrip Dividends, yaitu timbul apabila laba tidak dibagi
itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang
ada tidak cukup.
Secara umum, pemegang saham lebih menyukai dividen dalam bentuk
tunai. Dalam teori bird-in-the-hand (Brigham, 2001:103) menyatakan bahwa nilai
perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran dividen yang tinggi
karena investor menganggap bahwa dividen tunai lebih kecil risikonya
dibandingkan keuntungan modal potensial. Dividen tunai mengacu pada dividen
yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai.
Misalnya, Perusahaan Y mengumumkan untuk memberikan dividen tunai sebesar
Rp 100 untuk setiap saham, maka pada tanggal yang telah ditentukan setiap
pemegang saham berhak mendapatkan Rp 100 dikalikan dengan jumlah saham
yang dimilikinya.

Universitas Sumatera Utara

Biasanya terdapat 3 syarat mutlak untuk pembayaran dividen tunai yaitu:

1. Cukupnya laba ditahan yang belum diapropriasikan
2. Cukupnya uang tunai
3. Tindakan resmi oleh dewan komisaris
2.1.3

Kebijakan Dividen
Besar atau kecilnya payout ratio ditentukan oleh kebijakan dividen dari

masing-masing perusahaan. Menurut Sartono (2001:281), “kebijakan dividen
adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa datang”. Dalam memutuskan pembagian
dividen

perusahaan

harus

mempertimbangkan


kelangsungan

hidup

dan

pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan dividen yang diambil perusahaan sangat bergantung pada
berbagai faktor yang terjadi, baik itu yang terjadi di dalam perusahaan maupun
yang terjadi di luar perusahaan.
Menurut Sartono (2001:292-295), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen ada lima yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi
kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi
perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan


Universitas Sumatera Utara

secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam
Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan
memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.
4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital
gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan
perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi.
Menurut Atmaja (1994) faktor yang mempengaruhi dalam menentukan
kebijakan dividen, antara lain :
1. Perjanjian Hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan
dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
2. Pembatasan dari Saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk

saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya Kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika
tersedia uang tunai yang cukup.
4. Pengendalian, Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap
perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibatnya dividen yang
dibayarkan kecil.
5. Kebutuhan Dana untuk Investasi, Perusahaan yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang
menguntungkan.
6. Fluktuasi Laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat
membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan
dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan
berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga.
2.1.4

Pengertian Dividend Payout Ratio
Besarnya dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham dapat

direpresentasikan oleh suatu rasio yang disebut rasio pembayaran dividen yang
merupakan persentase dari pendapatan setelah pajak yang berubah menjadi

dividen. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) merupakan rasio

Universitas Sumatera Utara

yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Jika perusahaan
meraih laba bersih sebesar 100 miliar dan membayar dividen sebanyak 30 miliar,
maka rasio pembayaran dividen adalah 30%.
Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan
dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba
saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit
uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari
kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat (Van
Horne, 2005:270).
Menurut (Horne dan Wachowicz, 2007) ada tiga faktor yang
mempengaruhi perusahaan melakukan pembayaran dividen yang stabil :
1. Kandungan Informasi.
Ketika laba jatuh dan perusahaan tidak memotong dividennya pasar
mungkin akan lebih yakin pada saham perusahaan daripada jika dividen
tiba-tiba dikurangi.
2. Keinginan untuk mendapatkan penghasilan.

Pada investor yang menginginkan penghasilan periodik tertentu lebih
menyukai perusahaan yang dimiliki dividen stabil, walaupun kedua
perusahaan tersebut mungkin memiliki pola laba dan pembayaran
dividen jangka panjang yang sama.
3. Pertimbangan Institusional.
Dividen yang stabil mungkin menguntungkan dari sisi hukum untuk
memungkinkan para investor institusi tertentu membeli saham biasa.
Pembagian dividen memberikan sinyal positif kepada para investor
mengenai prospek saham karena mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi DPR akan mengutungkan para investor
tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena
memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya DPR semakin kecil akan merugikan

Universitas Sumatera Utara

para investor tetapi internal financial perusahaan akan semakin meningkat.
Banyak perusahaan yang telah memiliki kebijakan dividen yang mantap dan tidak
menginginkan terjadinya fluktuasi dividen (khususnya arah yang menurun),
karena hal ini justru akan berpengaruh negatif terhadap harga saham.


2.2

Size
Size atau ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja perusahaan. Perusahaan besar akan mempertahankan
kebesarannya dengan menjaga agar tidak terjadi penurunan nilai saham di pasar
modal. Perusahaan yang berukuran besar pada umumnya usahanya lebih
terdiversifikasi, lebih mudah dalam mengakses pasar modal, dan membayar
tingkat suku bunga rendah (Sartono, 2001).
Berbeda dengan perusahaan besar, perusahaan baru dan yang masih kecil
akan mengalami kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Kemudahan
akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk
memperoleh dana yang lebih besar. Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor
yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Menurut Febriani (2010):
Ukuran perusahaan adalah ukuran besarnya perusahan yang dilihat dari
jumlah aktiva perusahaan. Ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran
mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan mengembalikan
utang. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh

pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini terkait dengan
tingkat kepercayaan yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaanperusahaan besar, dibandingkan dengan kepercayaan mereka kepada
perusahaan kecil.

Universitas Sumatera Utara

Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dimana tahap ini arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap telah memiliki prospek yang baik dalam
jangka waktu yang relatif lama. Selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan
relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan
dengan total asset yang kecil.

2.3

Earning Growth
Menurut Harahap (2001:267) yang dimaksud dengan laba adalah

“perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan
pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan itu”. Pertumbuhan laba adalah peningkatan laba atau
penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Menurut Keown et al. (2001:136), “rasio pertumbuhan (growth ratio)
yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi
secara umum”. Pertumbuhan laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana
kinerja suatu perusahaan. Pada umumnya kinerja manajer perusahaan diukur dan
dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh, sehingga banyak manajer yang
melakukan manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik. Tindakan
manajemen tersebut dapat merugikan pemegang saham. Pemegang saham sangat
mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yaitu ditandai dengan

Universitas Sumatera Utara

peningkatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan pengembalian
kepada pemegang saham.
Menurut Anoraga (2001:63), “risiko berhubungan positif dengan tingkat
keuntungan. Semakin tinggi suatu risiko maka akan mengakibatkan semakin
tinggi keuntungan yang diharapkan”.
Risiko merupakan ketidakpastian yang selalu menyertai seorang investor
dalam melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Untuk mengatasi masalah ini
investor harus mempunyai pengetahuan tertentu agar dapat membuat perkiraanperkiraan rasional pada masa yang akan datang. Dari perkiraan-perkiraan rasional
ini dibuatlah keputusan investasi, yaitu jenis investasi yang diperkirakan dapat
menghasilkan keuntungan yang paling besar dengan risiko yang paling kecil.

2.4

Price Earning Ratio
Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio/PER) merupakan bagian dari

rasio saham biasa (common stock ratio). Rasio saham biasa menunjukkan bagian
dari laba perusahaan, dividen dan modal yang dibagikan pada setiap saham.
Menurut Rahardjo (2007:131) “rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar per
lembar saham (market price share) dengan penghasilan per lembar saham
(earning per share)”. Rasio ini sering digunakan untuk membandingkan peluang
investasi.
Pendekatan PER ini disebut juga pendekatan multiplier. Pada pendekatan
ini investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercemin
dalam harga suatu saham. Hal ini menunjukkan bahwa harapan investor terhadap

Universitas Sumatera Utara

earning perusahaan direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar
atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai
PER. Dengan kata lain PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu saham sebanyak 3
kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali earning perusahaan tersebut.
PER merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh investor
dalam berinvestasi karena PER diakui sebagai metode penilaian saham yang baik
yang menentukan nilai saham di masa yang akan datang apakah investasi modal
yang dilakukan menguntungkan atau merugikan dan menentukan besarnya modal
dalam saham. PER juga berguna untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin
dalam earning per share. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui
rasio-rasio keuangan seperti PER dikarenakan adanya keinginan investor atau
calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham.
Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang
tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan rendah cenderung memiliki PER yang rendah. Bagi investor
semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk
dalam kategori murah. Selain itu, jika nilai intrinsik suatu saham lebih tinggi
dibanding dengan harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham
yang undervalued, dan sebaiknya dibeli. Sebaliknya, jika nilai intrinsik suatu
saham lebih rendah dibanding harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong

Universitas Sumatera Utara

sebagai saham yang overvalued, dan sebaiknya tidak dibeli, atau sebaiknya dijual.
Nilai intrinsik yaitu nilai saham pada saat likuidasi.
Menurut Jogiyanto (2003:107) terdapat faktor-faktor yang menentukan
besarnya PER, yaitu:
a. PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen (DPR).
b. PER berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian yang diinginkan.
c. PER berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.
2.5

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Mpaata dan Sartono (1997) meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi

PER dengan menggunakan data perusahaan–perusahaan di Amerika. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Asset, DPR, Sales,
Earning Growth, Size, ROE, dan Leverage. Variabel dependen yang digunakan
adalah PER. Hasil penelitian menemukan bahwa DPR berpengaruh signifikan
negatif terhadap PER pada sektor pharmaceutical industry, leverage dan earning
growth berpengaruh positf terhadap PER pada sector food and beverage industry,
dan size berpengaruh signifikan positif pada sector service industry.
Mangku (2002), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PER.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Return on
Equity, Leverage, Ukuran perusahaan dan pertumbuhan Earning per Share.
Variabel dependen yang digunakan adalah PER. Dalam penelitiannya,
menunjukkan bahwa DPR, return on equity, leverage, Ukuran perusahaan dan
pertumbuhan earning per share berpengaruh terhadap PER pada perusahaan

Universitas Sumatera Utara

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Untuk variabel leverage
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap PER, sedangkan variabel DPR,
return on equity, Ukuran Perusahaan dan pertumbuhan earning per share
berpengaruh positif terhadap PER.
Putri dan Astuti (2003) melakukan penelitian terhadap beberapa faktor
yang mempengaruhi PER diantaranya faktor leverage, dividen DPR, size, dan
earning growth. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan adalah leverage, DPR, size,
dan earning growth. Variabel dependen yang digunakan adalah PER. Faktor
Leverage berpengaruh signifikan terhadap PER pada industri food & beverage.
Faktor DPR berpengaruh signifikan terhadap PER pada industri metal & cable.
Faktor size berpengaruh signifikan terhadap PER pada industri metal dan industri
food & beverage. Faktor Country Risk berpengaruh signifikan terhadap PER pada
industri cable & Pharmacy. Faktor earning growth tidak berpengaruh signifikan
terhadap PER pada semua industri.
Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian sebelumnya terdapat
pada tabel 2.1 berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No

Nama
Peneliti

Judul
Penelitian

1.

Kaziba A.
Mpaata
dan
Agus
Sartono
(1997)

Factor
Determining
Price-Earnings
(P/E)
Ratio

Variabel
Penelitian
Fixed Asset,
Dividend pay
out, Sales,
Earning
Growth, Size,
ROE, dan
Leverage

Hasil Penelitian

DPR berpengaruh
signifikan negatif
terhadap PER pada
sektor pharmaceutical
industry, Leverage
dan pertumbuhan laba
berpengaruh positf
terhadap PER pada
sector food and
beverage industry,
dan size berpengaruh
signifikan positif
pada
sector service
industry

2.

I Ketut
Mangku
(2000)

Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Price Earning
Ratio pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Jakarta

PER, Earning
Prospek,
Leverage, Firm
Size

3.

Rosjee V.
Surya
Putri,
Cristina
Dwi
Astuti
(2003)

Pengaruh Faktor
Leverage,
Dividiend
Payout, Size,
Eaning
Growth, and
Country
Risk Terhadap
Price
Earning Ratio

Leverage,
DPR, Size,
EG, Country
Risk

Variabel DPR, ROE,
Leverage, ukuran
perusahaan, dan
pertumuhan
berpengaruh pada
PER. Leverage
berpengaruh negatif
sedangkan variabel
lain berpengaruh
positif
Faktor Leverage
berpengaruh
signifikan terhadap
PER pada industri
food & beverage
Faktor dividend
payout ratio
berpengaruh
signifikan terhadap
PER pada industri
metal & cable Faktor
size berpengaruh
signifikan terhadap

Universitas Sumatera Utara

PER pada industri
metal dan industri
food & beverage
Faktor Country Risk
berpengaruh
signifikan terhadap
PER pada industri
cable & Pharmacy.
Faktor Earning
Growth tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
PER pada semua
industri
Sumber : Data yang diolah penulis, 2013
2.6

Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

2.6.1

Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah

diuraikan sebelumnya, maka kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

Variabel Independen
Dividend Payout Ratio
(X1)
Size
(X2)

Variabel Dependen
H1
H2

Price Earning
Ratio (Y)

H3
Earning Growth
(X3)

H4
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
hubungan antar variabel yang akan diteliti (Priadana, 2009:89).
Dalam penelitian ini, variabel independen atau variabel bebas yang
digunakan adalah DPR, Size dan Earning Growth. Sebagai variabel dependen
yaitu PER.
DPR merupakan perbandingan antara dividen per lembar saham dengan
laba per lembar saham, semakin besar dividen yang dibagikan maka akan sangat
menarik buat investor. Perubahan atas DPR dapat mempengaruhi perubahan PER.
Jika DPR tinggi maka PER akan tinggi. Jika earning growth tinggi maka PER
juga akan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan secara logika, jika suatu perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka perusahaan ini dianggap tidak

Universitas Sumatera Utara

mengalami kesulitan untuk membayar dividen kepada investor. Investor yang
mengamati tingkat pertumbuhan earning yang tinggi membuat investor mau
membayar beberapa kali lipat dari setiap earning perusahaan sehingga PER
sahamnya

tinggi

pula.

Tingkat

earning

growth

yang

terus

menerus

menggambarkan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan. Ukuran (size)
perusahaan secara umum menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai
operasi dan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga semakin
besar sebuah perusahaan maka akan semakin besar pula penjualannya dan
berdampak pada laba perusahaan. Peningkatan ini akan berdampak positif pada
PER pada masa yang akan datang karena akan dinilai positif oleh para investor.
2.6.2

Hipotesis Penelitian
Menurut Sangadji (2010:90), hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap masalah yang diajukan.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Size dan Earning Growth
terhadap Price Earning Ratio (PER) secara parsial dan simultan.
H 0 : Tidak terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Size dan Earning
Growth terhadap Price Earning Ratio (PER) secara parsial dan simultan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia

0 61 101

Pengaruh DPR (Dividend Payout Ratio), Earning Growth, ROI (Return On Investment) Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 63 92

Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham (Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. Serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk.)

0 36 85

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 35

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 4