Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm) Chapter III V

BAB III
CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM

3.1

Umum
Crosstalk terjadi pada panjang gelombang yang terpisah dan telah di filter

(tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran
tertentu ( pada output filter tertentu ) sebenarnya berakhir di dalam saluran yang
berdekatan (saluran yang lain). Crosstalk sangat penting dalam sistem DWDM.
Ketika sinyal dari satu saluran tiba di tempat lain maka akan menjadi noise di
saluran lain[9]. Hal ini dapat berdampak serius pada sinyal untuk rasio kebisingan
dan oleh karenanya ini menjadi tingkat kesalahan dari sistem tersebut.
Crosstalk biasanya disebut sebagai kondisi “Kasus Terburuk”. Disinilah
sinyal dalam satu saluran yang tepat diperbolehkan di tepi band. Crosstalk
diartikan sebagai rugi – rugi dalam satuan dB yang menyatakan tingkat input
sinyal dan Kuat sinyal yang berdekatan ( tidak diinginkan )[9]. Gambar 3.1
memperlihatkan definisi crosstalk.

Gambar 3.1 Definisi Crosstalk


31
Universitas Sumatera Utara

3.2

Optical Cross Connect (OXC)
merupakan elemen jaringan yang terpenting yang memungkinkan dapat

dilakukannya rekonfigurasi jaringan optik, dimana lintasan cahaya dapat
dinaikkan dan diturunkan sesuai kebutuhan [10]. Hal ini menawarkan skalabilitas
routing, bit rate dan protokol independen dan meningkatkan kapasitas transport
pada jaringan DWDM. Propagasi melalui elemen-elemen switching yang
merupakan bagian dari OXC menghasilkan degradasi sinyal yang disebabkan
rugi-rugi intrinsik perangkat dan ketidaksempurnaan operasi. Ketidaksempurnaan
switching menyebabkan kebocoran sinyal, dimana panjang gelombang bisa saja
sama atau berbeda dengan panjang gelombang sinyal[10].

3.2.1


Wavelength Multiplexer / Demultiplexer
Multiplexer dan demultiplexer adalah komponen penting pada sistem

DWDM. Wavelength Multiplexer berfungsi untuk memultiplikasi kanal-kanal
panjang gelombang optik yang akan ditransmisikan dalam serat optik.
Sedangkan wavelength demultiplexer berfungsi untuk mendemultiplikasi kembali
kanal panjang gelombang yang ditransmisikan menjadi kanal - kanal panjang
gelombang menjadi seperti semula.
Demultiplexer membutuhkan sebuah mekanisme pemilihan panjang
gelombang dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kategori , yaitu :
1. Demultiplexer yang didasarkan pada difraksi (diffraction-based demultiplexer),
menggunakan sebuah elemen dispersi angular, misalnya sebuah kisi difraksi,
yang menghamburkan cahaya yang terjadi secara ruang ke berbagai komponen
panjang gelombang.

32
Universitas Sumatera Utara

2. Demultiplexer


yang didasarkan pada

interferensi (Interference-based

demultiplexer), menggunakan perangkat seperti filter optik dan pengkopel
direksional.
Untuk keduanya, perangkat yang sama dapat digunakan sebagai
multiplexer atau demultiplexer, tergantung pada arah propagasi, karena
gelombang optik dapat berbalik arah secara padu di dalam media dielektrik.
Demultiplexer yang didasarkan pada kisi menggunakan fenomena difraksi
Bragg dari sebuah kisi optik. Gambar 3.2 menunjukkan perancangan dua
demultiplexer yang demikian. Sinyal masukan DWDM difokuskan pada sebuah
kisi pemantul (reflection grating), yang memisahkan beragam panjang gelombang
secara ruang, dan sebuah lensa memfokuskannya pada masing-masing serat.
Penggunaan lensa dengan indeks yang bertingkat menyederhanakan penyusunan
dan membuat perangkat relatif lebih padu.

Gambar 3.2 Demultiplexer yang berdasarkan kisi yang dibuat dari (a) sebuah
lensa konvensional dan (b) lensa dengan indeks bertingkat


33
Universitas Sumatera Utara

Demultiplexer yang didasarkan pada filter menggunakan fenomena
interferensi optik untuk memilih panjang gelombang. Demultiplexer yang
didasarkan pada filter MZ telah menarik perhatian besar.
Gambar 3.3 mengilustrasikan konsep dasar dengan menunjukkan tampilan
dari sebuah multiplexer empat kanal. Perangkat ini terdiri dari tiga interferometer
MZ. Satu lengan dari tiap-tiap interferometer MZ dibuat lebih panjang dari yang
lain untuk menghasilkan pergeseran phasa yang bergantung pada panjang
gelombang di antara dua lengan. Perbedaan panjang lintasan dipilih supaya total
daya masukan dari dua port masukan pada panjang gelombang yang berbeda
terjadi pada hanya satu port keluaran.

Gambar 3.3 Multiplexer empat kanal yang didasarkan pada interferometer machzehnder
Kinerja multiplexer terutama ditentukan oleh besarnya insertion loss pada
tiap-tiap kanal. Kriteria kinerja demultiplexer lebih ketat. Pertama, kinerja
demultiplexer sebaiknya tidak dipengaruhi oleh polarisasi sinyal DWDM. Kedua,
demultiplexer sebaiknya memisahkan tiap – tiap kanal tanpa perusakan dari kanal
yang berdekatan. Dalam praktiknya, perusakan sebagian daya sering terjadi,

khususnya pada sistem DWDM dengan interchannel spacing yang kecil.

34
Universitas Sumatera Utara

Perusakan daya ini dinyatakan sebagai crosstalk dan sebaiknya bernilai kecil (< 20 dB) untuk memberikan kinerja sistem yang memuaskan[10].

3.2.2

Optical Switch
Optical switch yang paling sederhana adalah mechanical switching [10].

Sebuah cermin sederhana dapat dijadikan switch apabila arah keluarannya dapat
diubah dengan memiringkan cermin tersebut. Tidaklah praktis bila cermin yang
digunakan berukuran besar karena jumlah switch yang dibutuhkan untuk membuat
OXC adalah banyak. Oleh sebab itu digunakanlah teknologi micro-electro
mechanical sistem (MEMS) sebagai perangkat switching. Gambar 3.4
menunjukkan sebuah optical switch MEMS 8 x 8 yang memuat array dua dimensi
dari cermin mikro yang bebas berotasi. Cermin – cermin yang kecil ini dapat
memantulkan 100 % sinyal cahaya ataupun sebagiannya (partial transmission).

Rugi – ruginya juga lebih kecil[10].

Gambar 3.4 Optical switch MEMS 8 x 8 dengan cermin mikro yang bebas
berotasi
Semiconduktor waveguide juga dapat digunakan untuk membuat optical
switch dalam bentuk pengkopel direksional, interferometer MZ, dan sambungan

35
Universitas Sumatera Utara

Y. Teknologi InGaAsP / InP sangat umum digunakan sebagai switch. Gambar 3.5
(a) menunjukkan sebuah switch 4 x 4 yang didasarkan pada sambungan Y;
elektrorefraksi digunakan untuk men-switch sinyal di antara dua lengan
sambungan Y. Karena waveguide InGaAsP menghasilkan penguatan, SOA dapat
digunakan untuk mengimbangi rugi-rugi penyisipan. SOA sendiri dapat
digunakan untuk membuat OXC. Ide dasarnya ditunjukkan secara skematis pada
Gambar 3.5 (b) dimana SOA bertindak sebagai gerbang switch. Masing-masing
input dipisahkan menjadi N cabang mengunakan pemisah panjang gelombang,
dan masing-masing cabang dilewatkan melalui SOA, dimana salah satunya
memblok cahaya melalui penyerapan atau melewatkannya sambil memperkuat

sinyal secara simultan. Crosstalk perangkat space switch ini untuk ukuran 2x2
bernilai -40 dB[10].

Gambar 3.5 Contoh optical switch yang didasarkan pada : (a) semiconductor
waveguide sambungan-y dan (b) SOA dengan pemisah

36
Universitas Sumatera Utara

3.3

Model Sistem yang Dianalisis
Model sistem dari optical cross connect DWDM yang dianalisis adalah

seperti pada Gambar 3.6. Pada model sistem ini, crosstalk yang dihasilkan
kombinasi switch[11].

Gambar 3.6 Ilustrasi Skematik konvensional OXC

Gambar 3.6 menunjukkan cross connect terhubung di mana terdapat M

serat masukan dan N serat keluaran kanal. Cross connect menswitch sinyal ke
lokasi yang diinginkan untuk pada sisi lain yang di demultipleks.
Pada switch, sinyal dari input 1 dihubungkan dengan output 3. Dan sinyal
dari input 3 dihubungkan ke output 1. itu dapat dilihat bahwa dalam output 3,
sebagian kecil masukan 3 telah masuk bersama dengan sinyal 1. Demikian pula
pada output 1 sebagian kecil dari masukan 1 telah masuk bersama- sama dengan
sinyal 3. Ini adalah dari sinyal yang tidak diinginkan yang masuk ke dalam output
dari optical cross connect[11]. Crosstalk yang masih ditolerir ( Maksimal ) adalah
-40 dB[10].

37
Universitas Sumatera Utara

3.4

Analisa Sistem
Untuk

menghitung crosstalk pada kanal masukan dan kanal keluaran


dapat digunakan Persamaan 3.1[11] :

 2  M .b 2 .Rd2 .Ps2 2 adj   N  3 monadj  X switch }

(3.1)

Dimana :
M

: kanal masukan

b

: Perbandingan tinggi puncak suatu sinyal

N

: Kanal keluaran

Rd


: Detektor Respon

Ps

: Daya Input Sinyal

 adj

: Crosstalk efektif kanal yang berdekatan

 nonadj : Crosstalk efektif kanal yang tidak berdekatan
Xswitch : Nilai Crosstalk ( dalam satuan linier ) pada suatu optical switch

Crosstalk ASE (Amplified Spontaneous emission) adalah Crosstalk yang
disebabkan oleh gain dan hamburan Spontan Raman di optik Amplifier Ramen.
Untuk menghitung crosstalk yang disebabkan oleh gain dapat digunakan
Persamaan 3.2[11] :

 ase 


G  1.N

sp

.h.v.BW 

(3.2)

Dimana :
G

: gain

Nsp : faktor emisi spontan atau Faktor populasi inversi
h

: konstanta Planck (6,634 × 10 -34JKg-1K-1)

v = c / adalah frekuensi sinyal
38
Universitas Sumatera Utara

c

: kecepatan cahaya (3 × 108)
: panjang gelombang

BW : lebar pita (hertz)

3.5

Crosstalk di Optical Cross Connect
Ada beberapa jenis crosstalk yang terjadi pada OXC berdasarkan

sumbernya[10] :
1. Interband crosstalk
Interband crosstalk adalah crosstalk yang terjadi pada panjang gelombang
di luar slot kanal (panjang gelombang di luar bandwith optik). Crosstalk ini dapat
dihilangkan dengan filter narrow-band dan tidak menghasilkan getaran (beating)
selama pendeteksian, sehingga tidak terlalu merugikan.
2. Intraband crosstalk
Crosstalk yang terjadi pada slot kanal panjang gelombang yang sama
disebut intraband crosstalk. Crosstalk ini tidak dapat dihilangkan dengan optical
filter sehingga berakulumasi sepanjang jaringan. Karena tidak dapat dihilangkan,
maka crosstalk jenis ini harus dihindarkan. Gambar 3.7 memperlihatkan interband
dan intraband crosstalk

Gambar 3.7 Interband dan Intraband Crosstalk

39
Universitas Sumatera Utara

Pada intraband crosstalk, akan didefenisikan perbedaan antara incoherent
dan coherent crosstalk. Perbedaan antara kedua jenis crosstalk ini dapat dilihat
dari konsekuensi yang ditimbulkannya.
Interferensi kanal sinyal dan kanal crosstalk pada detektor menghasilkan
pola getaran (beat term). Crosstalk dinyatakan sebagai coherent crosstalk bila
total crosstalk didominasi oleh getaran ini. Jika pola getar ini sangat kecil
dibandingkan total crosstalk, maka dinyatakan sebagai incoherent crosstalk. Pada
incoherent crosstalk pola getar dapat diabaikan (misalnya jika panjang
gelombang-panjang gelombangnya berbeda). Pada coherent crosstalk, pola getar
tidak dapat diabaikan. Crosstalk ini terjadi pada jaringan DWDM jika kanal-kanal
dengan frekuensi carrier yang sama digabungkan.
Crosstalk yang terjadi pada jaringan DWDM juga dapat dibedakan atas :
1. Interchannel crosstalk
Interchannel crosstalk terjadi ketika interferensi sinyal dihasilkan oleh
kanal yang bersebelahan yang beroperasi pada panjang gelombang yang berbeda.
Ini terjadi karena ketidaksempurnaan perangkat pemilih panjang gelombang
dalam menolak atau menahan sinyal dari kanal panjang gelombang lain yang
berdekatan. Gambar 3.8 menunjukkan sebuah contoh crosstalk dalam sebuah
demultiplexer.

Gambar 3.8 Interchannel Crosstalk pada sistem DWDM

40
Universitas Sumatera Utara

2. Intrachannel crosstalk
Pada intrachannel crosstalk, sinyal interferensi mempunyai panjang
gelombang yang sama dengan sinyal yang diinginkan. Gambar 3.9 adalah sebuah
contoh sumber intrachannel crosstalk. Dua sinyal yang independen, masingmasing dengan panjang gelombang , memasuki sebuah optical switch. Switch ini
merutekan sinyal masukan port 1 ke keluaran port 4, dan merutekan sinyal
masukan port 2 ke keluaran port 3. Di dalam switch, daya optik masukan port 1
terkopel ke port 3, dimana sinyal ini akan berinterferensi dengan sinyal dari port
2. 1

Gambar 3.9 Intrarchannel Crosstalk pada sistem DWDM

3.6

Derau ( Noise )
Sinyal yang ditransmisikan dari satu titik ke titik lain dapat

diklasifikasikan mempunyai dua bagian, yaitu satu bagian yang memuat informasi
dan bagian yang lain adalah bagian yang tidak di kehendaki, bagian ini
selanjutnya disebut derau (noise)[12].

41
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM

4.1

Umum
Tugas Akhir ini bertujuan untuk pengaruh terjadinya crosstalk

pada

masing – masing Optical Cross Connect ( OXC ) Jaringan Dense Wavelength
Division Multiplexing (DWDM). Adapun model sistem OXC yang dianalisis
adalah sistem OXC kombinasi switch

4.2

Analisis Crosstalk Terhadap Kanal Masukan (M)

dan Kanal

Keluaran (N)
Dari model Optical Cross Connect (OXC) dengan kombinasi switch pada
Gambar 3.6, maka dapat dihitung nilai Crosstalk untuk kanal masukan ( M ) yang
bervariasi : 6,10,14,18,22 dan kanal keluaran ( N ) yang bervariasi : 5,10,15,20,25
dengan daya input ( Ps) : -8 dBm. Dengan asumsi, b=1, Rd = 0,85, Eadj = 0,5 dan
Enonadj =0,5 dari diambil dari referensi [9]. Maka nilai crosstalk dapat dihitung
dengan Persamaan (3.1) sebagai berikut:
Ps= -8 dBm=10-3.8 W
M = 6,10,14,18,22
N = 5,10,15,20,25

σ2 = M.b2.Rd.Ps2{2Eadj + (N – 3)Enonadj + Xswitch}

42
Universitas Sumatera Utara

= (6)(1)2(0,85)2(10-3.8)2{2(0,5)+(5-3)0,5+0,01}
= (6)(1)(0,7225)(10-7.6){1+1+0,01}
= 4,335 x 10-7.6{2,01}
σ2 = 8,71335 x 10-7.6
σ = 0,00046 Watt
= -33,29 dB

Tabel 4.1 Hasil Analisis Crosstalk OXC terhadap Kanal Masukan dan
Kanal Keluaran
M

N

6
6
6
6
6
10
10
10
10
10
14
14
14
14
14
18
18
18
18
18
22
22
22
22
22

5
10
15
20
25
5
10
15
20
25
5
10
15
20
25
5
10
15
20
25
5
10
15
20
25

Crosstalk
( Watt)
0,0004
0,0007
0,0008
0,0010
0,0011
0,0006
0,0009
0,0011
0,0013
0,0014
0,0007
0,0001
0,0013
0,0015
0,0017
0,0008
0,0012
0,0015
0,0017
0,0019
0,0008
0,0013
0,0016
0,0019
0,0021

Crosstalk
(dB)
-33,29
-31,54
-30,58
-29,92
-29,41
-32,18
-30,43
-29,47
-28,81
-28,30
-31,45
-29,70
-28,74
-28,08
-27,57
-30,91
-29,15
-28,20
-27,53
-27,03
-30,47
-28,72
-27,76
-27,10
-26,59

43
Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 4.1 di atas, maka dapat diperoleh data hasil analisis dalam
bentuk grafik yang menggambarkan pengaruh crosstalk OXC terhadap kanal
masukan dan kanal keluaran, yaitu seperti yang tampak pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara crosstalk OXC dengan kanal masukan dan
kanal keluaran
Berdasarkan grafik Gambar 4.1 maka diperoleh bahwa untuk M = 6 dan
N= 5 diperoleh crosstalk sebesar -33,29 dB. Untuk M = 10 dan N = 5 diperoleh
crosstalk -32,18 dB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah
kanal masukan ( M ) dengan jumlah kanal keluaran ( N ) tetap maka crosstalk
semakin besar.
Untuk M = 14 dan N = 10 diperoleh crosstalk sebesar -29,70 dB. Jika
M=14 dan N=5 maka crosstalk sebesar -28,74 dB.sehingga disimpulkan bahwa
semakin besar jumlah kanal keluaran ( N ) dengan jumlah kanal masukan ( M )
tetap maka crosstalk semakin besar

44
Universitas Sumatera Utara

4.3

Analisis Crosstalk Terhadap Daya Input
Dari model Optical Cross Connect (OXC) dengan kombinasi switch pada

Gambar 3.6, maka dapat dihitung nilai Crosstalk untuk kanal masukan yang
bervariasi (M) =6 dan kanal keluaran (N) = 5 dengan daya input yang bervariasi
(Ps) :-6 dBm, -7 dBm, -8 dBm, -9 dBm,10 dBm . Dengan asumsi, b=1, Rd = 0,85,
Eadj = 0,5 dan Enonadj =0,5 dari diambil dari referensi [9]. Maka nilai crosstalk
dapat dihitung dengan Persamaan (3.1) sebagai berikut:
Ps= -6 dBm=10-3.6 W
M=6
N= 5
σ2 = M.b2.Rd.Ps2{2Eadj + (N – 3)Enonadj + Xswitch}
= (6)(1)2(0,85)2(10-3.6)2{2(0,5)+(5-3)0,5+0,01}
= (6)(1)(0,7225)(10-7.2){1+1+0,01}
= 4,335 x 10-7.2{2,01}

 2 = 8,71335 x 10-7.2

 = 0,00074 Watt
= -31,29 dB

Tabel 4.2 Hasil Analisis crosstalk terhadap Daya Input
Ps
(dBm)

Crosstalk
( Watt)

Crosstalk (dB)

-6
-7
-8
-9
-10

0,00074
0,00058
0,0004
0,00037
0,00029

-31,29
-32,29
-33,29
-34,29
-35,29

45
Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 4.2, maka dapat diperoleh data hasil analisis dalam bentuk
grafik yang menggambarkan pengaruh crosstalk OXC terhadap Daya Input, yaitu
seperti yang tampak pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara crosstalk OXC dengan daya Input

Berdasarkan grafik Gambar 4.2 maka diperoleh bahwa untuk Daya Input
(Ps) = -6 dBm diperoleh crosstalk sebesar -31,29 dB. Untuk Daya Input (Ps) = -7
dBm diperoleh crosstalk -32,29 dB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
mengurangi crosstalk maka daya input sinyal harus semakin kecil.

4.4

Analisis Crosstalk Terhadap Gain dan Bandwidth
Dari model Optical Cross Connect (OXC) dengan kombinasi switch pada

Gambar 3.6, maka dapat dihitung nilai Crosstalk dengan Gain (G) = 20 dB, 10dB,
5 dB, 3 dB, 2 dB, dan rentang Bandwidth yang bervariasi ( BW ) = 20 Hz, 15 Hz,
12 Hz, 5 Hz, 2Hz. Dengan asumsi Nsp = 1,8, h =6,63 x 10-34, c=3x108,

46
Universitas Sumatera Utara

 =1550x10-9 dari diambil dari referensi [9]. Maka nilai crosstalk dapat dihitung
dengan Persamaan (3.2) sebagai berikut:
3 x10 8
 0,00019
v 
 1550 x10 9
c

 ase  {(G  1).Nsp.h.v.Bw }
=

(100  1).1,8.6,63 x10 34 .0,00019 .20

=

(99)(1,8)(6,63 x10 34 )(0,00019)( 20 )

=

4,48 x10 34

= 2,11 x 10-17 Watt
= -166,7 dB

Tabel 4.3 Hasil Analisis Crosstalk OXC terhadap Gain dan Bandwidth

Untuk Gain = 20 dB
Bandwidth
( Hz)
20
15
12
5
2

Crosstalk
( Watt )
2,11 x 10-17
1,83 x 10-17
1,63 x 10-17
1,05 x 10-17
6,7 x 10-18

Crosstalk
( dB )
-166,7
-167,3
-167,8
-169,7
-171,7

Untuk Gain = 10 dB
Bandwidth
( Hz)
20
15
12
5
2

Crosstalk
( Watt )
6,38 x 10-18
5,53 x 10-18
4,94 x 10-18
3,19 x 10-18
2,02 x 10-18

Crosstalk
( dB )
-171,9
-172,5
-173,0
-174,9
-176,9

47
Universitas Sumatera Utara

Untuk Gain= 5 dB
Bandwidth
( Hz)
20
15
12
5
2

Crosstalk
( Watt )
3,12 x 10-18
2,71 x 10-18
2,42 x 10-18
1,56 x 10-18
9,89 x 10-18

Crosstalk
( dB)
-175,0
-175,6
-176,1
-178,0
-180,0

Untuk Gain = 3 dB
Bandwidth
( Hz)
20
15
12
5
2

Crosstalk
( Watt )
2,12 x 10-18
1,83 x 10-18
1,64 x 10-18
1,06 x 10-18
6,71 x 10-18

Crosstalk
( dB)
-176,7
-177,3
-177,8
-179,7
-181,7

Untuk Gain = 2 dB
Bandwidth
( Hz)
20
15
12
5
2

Crosstalk
( Watt )
1,62 x 10-18
1,40 x 10-18
1,25 x 10-18
8,10 x 10-19
5,12 x 10-19

Crosstalk
( dB )
-177,9
-178,5
-179,0
-180,9
-182,9

Dari Tabel 4.3, maka dapat diperoleh data hasil analisis dalam bentuk
grafik yang menggambarkan pengaruh crosstalk OXC terhadap Gain dan
Bandwidth, yaitu seperti yang tampak pada Gambar 4.3.

48
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara Crosstalk OXC terhadap Gain dan Bandwidth

Berdasarkan grafik Gambar 4.3 maka diperoleh bahwa untuk Gain = 20
dB dengan Bandwidth (Bw)= 20 Hz maka crosstalk = -166,7 dB. Jika Gain =10
dB dengan Bandwidth (Bw) = 20 Hz maka crosstalk = -171,9 dB. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin besar Gain (G) dengan Bandwidth (Bw ) tetap maka
crosstalk semakin besar.
Untuk Gain ( G )= 20 dB dengan Bandwidth ( Bw )= 20 Hz maka crosstalk
= -166,7 dB. Jika Gain (G) =20 dB dengan Bandwidth ( Bw ) = 15 Hz maka
crosstalk

= -171,9 dB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar

Bandwidth ( Bw ) dengan Gain (G) tetap maka crosstalk semakin besar.

49
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN

5.1

Kesimpulan
Dari pembahasan dan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa :
1. Crosstalk OXC pada kombinasi switch Untuk M = 14 dan N = 10
diperoleh crosstalk sebesar -29,70 dB. Jika M = 14 dan N = 15 maka
crosstalk sebesar -28,74 dB, Sehingga semakin besar jumlah kanal
keluaran ( N ) dengan jumlah kanal masukan ( M ) tetap maka crosstalk
semakin besar

2. Untuk mengurangi terjadinya crosstalk maka daya input sinyal (Ps) yang
harus dikecilkan.
3. Pengaruh gain dan bandwidth pada crosstalk sangat berpengaruh karena
semakin besar gain dan bandwidth maka crosstalk yang dihasilkan akan
semakin besar pula. dan sebaliknya semakin kecil gain dan bandwidth
maka crosstalk yang dihasilkan akan semakin kecil.

5.2

Saran
Untuk pengembangan yang lebih lengkap dalam analisis crosstalk OXC

ini,

Penulis

memberikan

saran

yaitu

:

Analisis

dilakukan

dengan

mengikutsertakan parameter yang belum dibahas pada Tugas Akhir ini, seperti Bit
Error Rate (BER).

50
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Perancangan Jaringan Serat Optik Dwdm (Dense Wavelength Division Multiplexing) Untuk Link Medan – Langsa (Studi Kasus di PT. Telkom Medan)

16 126 72

Analisis Kinerja Dense Wavelength Division Multiplexing Pada Sistem Komunikasi Serat Optik Di Arnet Sumbagut (Aplikasi Medan Centrum-Tebing Tinggi Ring II Sumatera)

3 83 83

Studi Perbandingan DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) Dan CWDM (Coarse Wavelength Division Multiplexing) Pada Sistem Komunikasi Serat Optik

8 66 87

PERENCANAAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) PADA LINK PADANG-PEKANBARU.

0 0 6

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 12

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

1 1 1

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 4

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 26

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 1

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ANALYSIS AND SIMULATION OF NON LINEAR EFFECT THREE WAVE MIXING IN DENSE WAVELENGHT DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) L

1 2 8