Analisis Kinerja Dense Wavelength Division Multiplexing Pada Sistem Komunikasi Serat Optik Di Arnet Sumbagut (Aplikasi Medan Centrum-Tebing Tinggi Ring II Sumatera)

(1)

ANALISIS KINERJA DENSE WAVELENGTH DIVISION

MULTIPLEXING PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

di ARNET SUMBAGUT

(Aplikasi Medan Centrum-Tebing Tinggi Ring II Sumatera)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

EKA DUMAITA MANIK

NIM : 080422039

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur serta hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa sumber segala pengetahuan yang telah memberikan hikmat, kekuatan, kebijaksanaan, serta bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini dengan baik dan tepat waktunya.

Tugas Akhir ini di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S-1 Jurusan Departemen Teknik Elektro di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orangtua tercinta atas segala kasih sayang, pengorbanan, dukungan doa dan materi yang telah diberikan.

2. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman. Bafaai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Rachmad Fauzi ST,MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Maksum Pinem ST, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir. 5. Bapak Rachmad Fauzi selaku Dosen Wali penulis.

6. Bapak Firman Nasution selaku Officer Tiga SKSO Arnet Sumbagut Medan yang berkenan membimbing penulis selama melakukan Penelitian Tugas Akhir di PT.TELKOM.

7. Bapak Samidan Gultom selaku Pimpinan STO Kabanjahe yang berkenan membimbing penulis selama melakukan Penelitian Tugas Akhir.

8. Bapak Juanda Siadari selaku Mitra Kerja TELKOM dari PT.HUAWEI yang berkenan membimbing penulis selama melakukan Tugas Akhir.

9. Seluruh Staf dan Karyawan yang bekerja di ARNET SUMBAGUT PT. Telkom Medan.

10.Abang, Kakak, dan Adik yang telah memberikan masukan selama Tugas Akhir.

11.Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mengajar dan mendidik penulis selama ini.


(3)

12.Seluruh Staf dan Karyawan Departemen Teknik Elektro USU.

13.Teman-teman seperjuangan : Tinsona Saragi, Yesi Florenta Ginting, Andi Purba Siboro, Farel, dan seluruh teman-teman sekelas yang memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

Penulis tetap menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum begitu sempurna baik dari segi materi, pengolahan maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan. Kiranya Tuhan selalu memberikan karuniaNya kepada kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi yang memerlukannya.

Medan, November 2010

Hormat Saya,

Eka Dumaita Manik


(4)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran... vii

ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Manfaat Penulisan ... 2

1.6 Metodologi Penulisan ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Pendahuluan ... 5

2.2 Gelombang Elektromagnetik ... 5

2.3 Spetrum Gelombang Elektromagnetik ... 7

2.4 Spektrum Elektromagnetik ... 9

2.5 Panjang Gelombang ... 10

2.6 Prinsip Dasar Komunikasi Serat Optik ... 11

2.6.1 Pemantulan Sempurna ... 12

2.6.2 Hukum Snnelius ... 14

2.6.3 Perambatan Cahaya ... 16

2.6.4 Konfigurasi Dasar Serat Optik ... 17

2.7 Struktur dan Jenis Serat Optik ... 17

2.8 Penyambungan Serat Optik ... 20

2.8.1 Sistem Penyambungan Serat Optik ... 20

2.8.2 Alat dan Bahan Penyambungan Serat Optik ... 21


(5)

2.9 Pengukuran Redaman Serat Optik... 23

2.9.1 Sistem Pengukuran Redaman Serat Optik ... 24

2.9.2 Cara Mengukur Redaman Serat Optik ... 25

2.10 Multiplexing ... 27

2.10.1 Time Division Multiplexing ... 28

2.10.2 Frequency Division Multiplexing ... 29

2.10.3 Wavelength Division Multiplexing ... 29

BAB III DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING 3.1 Pendahuluan ... 31

3.1.1 Teknologi DWDM ... 31

3.1.2 Sistem DWDM ... 32

3.1.3 Prinsip Kerja DWDM ... 33

3.1.4 Komponen DWDM ... 34

3.2 Konfigurasi Umum DWDM... 39

3.3 Parameter DWDM ... 42

3.4 Perutean Panjang Gelombang ... 46

BAB IV ANALISIS KINERJA DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING 4.1 Umum ... 47

4.2 Analisis Pengukuran Kinerja DWDM pada SKSO ... 47

4.2.1 Redaman ... 47

4.2.2 Band Frequency ... 53

4.2.3 Bandwidth ... 54

4.2.4 Delay ... 55

4.2.5 Panjang Gelombang ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 62

5.2 Saran ... 62


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II 2.1 Spektrum Gelombang Elektromagnetik ... 7

Gambar II 2.2 Panjang Gelombang ... 11

Gambar II 2.3 Pemantulan dan Pembiasan Cahaya ... 12

Gambar II 2.4 Pemantulan pada Cermin (Refleksi) ... 13

Gambar II 2.5 Pembiasan (Refraksi) ... 13

Gambar II 2.6 Hukum Snnelius ... 15

Gambar II 2.7 Propagasi Cahaya Serat Optik ... 16

Gambar II 2.8 Konfigurasi Dasar Serat Optik ... 17

Gambar II 2.9 Struktur Dasar Serat Optik ... 18

Gambar II 2.10 Serat Optik Step Indeks ... 19

Gambar II 2.11 Serat Optik Graded Indeks Multimode ... 19

Gambar II 2.12 Serat Optik Step Indeks Multimode... 20

Gambar II 2.13 Clousure Serat Optik ... 21

Gambar II 2.14 Penyambungan Serat Optik ... 22

Gambar II 2.15 Sistem Transmisi Serat Optik ... 23

Gambar II 2.16 Transmission Loss ... 24

Gambar II 2.17 Tampilan Redaman Serat Optik ... 25

Gambar II 2.18 Alat Pemotong Fiber Optik ... 26

Gambar III 3.1 Blok Diagram Prinsip Kerja Kerja DWDM ... 34

Gambar III 3.2 Transmitter DWDM ... 35

Gambar III 3.3 Laser ... 36

Gambar III 3.4 Modulator DWDM ... 37

Gambar III 3.5 Prinsip Direct Modulation ... 38

Gambar III 3.6 Prinsip External Modulation ... 38

Gambar III 3.7 Konfigurasi Umum DWDM ... 40

Gambar III 3.8 Hasil Pengukuran Redaman ... 43

Gambar IV 4.1 Grafik Kondisi FO dalam Idle ... 48

Gambar IV 4.2 Tampilan Hasil Data dari Grafik FO Core 1 ... 49

Gambar IV 4.3 Band Frequency DWDM ... 53


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel II 2.1 Spektrum dan Panjang Gelombang ... 10

Tabel II 2.2 Indeks Bias Medium ... 14

Tabel II 2.3 STM-4 Loss Limit ... 23

Tabel III 3.1 Batasan Panjang medium dan Kecepatan Max Data ... 45

Tabel IV 4.1 Hasil Pengukuran Redaman FO... 51

Tabel IV 4.2 Logical Design Specification ... 54

Tabel IV 4.3 Compounded Growth Bandwidth Voice dan Data ... 54

Tabel IV 4.4 OC-192/STM-64 ITU Wavelength ... 59

Tebel IV 4.5 Wavelength ITU-T Red and Blue Filter Wavelength ... 60


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengukuran Redaman FO Core-1 Lampiran 2 Pengukuran Redaman FO Core-2 Lampiran 3 Data Hasil Pengukuran Redaman Lampiran 4 Konfigurasi Ring II DWDM Sumatera Lampiran 5 Hasil Pengukuran Boster 2 Ring II DWDM Lampiran 6 Trafik Info Delay Tx Boster 2

Lampiran 7 Trafik Info Delay Rx Boster 2 Lampiran 8 Boster 1 DWDM Ring II Lampiran 9 Boster 1 DWDM Ring II Lampiran 10 Trafik Info Delay Tx Boster 1 Lampiran 11 Trafik Info Delay Rx Boster 1 Lampiran 12 Model Pengukuran DWDM


(9)

ABSTRAK

Pertumbuhan aplikasi bandwidth yang beraneka ragam besarnya seperti video phone, teleconference dan still image dibutuhkan media transmisi yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Disamping memiliki bandwidth yang besar, serat optic juga memiliki redaman yang sangat kecil saat melewatkan sinyal. Oleh karena itu serat optik saat ini menjadi pilihan utama backbone jaringan telekomunikasi. Untuk dapat melakukan penggabungan kanal-kanal komunikasi yang banyak dengan media serat optik tidak mudah dan untuk mengurangi amplifier di dalam jaringan dibutuhkan suatu cara yang kompleks, dengan demikian jaringan dapat melayani beban tanpa harus banyak memasang amplifier. WDM menjadi salah satu solusi karena dapat memultipleks sinyal ke dalam saluran serat optik tunggal dan dapat mengurangi jumlah amplifier.

Namun untuk medapatkan hasil yang optimal dalam memultipleks sinyal pada saluran komunikasi serat optik tunggal menggunakan WDM ini juga memiliki tigkatan. Diawali dengan tingkat teknologi PDH,SDH dan kemudian DWDM, oleh karena itu saat ini kinerja teknologi DWDM pada serat optik digunakan agar di peroleh hasil kinerja yang lebih baik yang dapat digunakan dalam area tertentu dengan kualitas yang jauh lebih baik.

Pada prinsip kerja DWDM adalah suatu metoda untuk menyisipkan sejumlah kanal atau panjang gelombang pada sistem komunikasi serat optik, dan parameter yang akan di analisis adalah waktu delay, redaman, bandwidth, band frequency dan panjang gelombang.


(10)

ABSTRAK

Pertumbuhan aplikasi bandwidth yang beraneka ragam besarnya seperti video phone, teleconference dan still image dibutuhkan media transmisi yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Disamping memiliki bandwidth yang besar, serat optic juga memiliki redaman yang sangat kecil saat melewatkan sinyal. Oleh karena itu serat optik saat ini menjadi pilihan utama backbone jaringan telekomunikasi. Untuk dapat melakukan penggabungan kanal-kanal komunikasi yang banyak dengan media serat optik tidak mudah dan untuk mengurangi amplifier di dalam jaringan dibutuhkan suatu cara yang kompleks, dengan demikian jaringan dapat melayani beban tanpa harus banyak memasang amplifier. WDM menjadi salah satu solusi karena dapat memultipleks sinyal ke dalam saluran serat optik tunggal dan dapat mengurangi jumlah amplifier.

Namun untuk medapatkan hasil yang optimal dalam memultipleks sinyal pada saluran komunikasi serat optik tunggal menggunakan WDM ini juga memiliki tigkatan. Diawali dengan tingkat teknologi PDH,SDH dan kemudian DWDM, oleh karena itu saat ini kinerja teknologi DWDM pada serat optik digunakan agar di peroleh hasil kinerja yang lebih baik yang dapat digunakan dalam area tertentu dengan kualitas yang jauh lebih baik.

Pada prinsip kerja DWDM adalah suatu metoda untuk menyisipkan sejumlah kanal atau panjang gelombang pada sistem komunikasi serat optik, dan parameter yang akan di analisis adalah waktu delay, redaman, bandwidth, band frequency dan panjang gelombang.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi telekomunikasi dewasa ini sangat mengalami kemajuan yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus dikembangkan agar user dapat melakukan komunikasi secara praktis dan cepat dengan beban bandwidth yang besar.

Semakin beragamnya lanyanan informassi, tuntutan jaringan yang memadai dan persaingan antar pemberi layanan telekomunikasi yang semakin ketat berakibat pada meningkatnya tuntutan sistem transmisi yang memiliki kapasitas bandwidth besar dan kualitas tinggi.

Kebutuhan bandwidth yang besar ini telah diupayakan dengan meningkatkan kualitas media transmisi yang digunakan, diantaranya dengan menggunakan serat optik. Serat optik digunakan sebagai media transmisi pilihan, karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain : memiliki bandwidth yang besar, redaman transmisi kecil, ukuran kecil, dan tidak terpengaruh oleh gelombang elektromagnetik.

Saat ini muncul teknologi untuk memanfaatkan bandwidth serat optik yang besar ini dengan metode penjamakan. Pada komunikasi serat optik terdapat beberapa metode penjamakan, yaitu TDM (Time Division Multiplexing) dan WDM (Wavelength Division Multiplexing) yang selanjutnya berkembang menjadi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Dalam sistem DWDM dikenal sebuah aplikasi sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya. Sistem ini dikenal dengan Arrayed Waveguide Gratings (AWG). AWG ini dapat melakukan multiplexing dan demultiplexing dengan jumlah kanal yang sangat besar dengan rugi yang relatif kecil. Aplikasi sistem AWG ini sangat baik dalam pentransmisian sinyal melalui serat optik. Dengan pemanfaatan sistem AWG ini, maka perbaikan dalam sistem pentransmisian sinyal menggunakan serat optik akan menjadi lebih baik.

Prinsip dasar DWDM adalah suatu metoda untuk menyisipkan sejumlah kanal atau panjang gelombang melalui satu fiber optik, mengoptimalkan penggunaan fiber yang terpasang dan memungkinkan service baru secara cepat dan mudah


(12)

disediakan pada infrastruktur fiber eksisting, DWDM juga menawarkan multiplikasi bandwidth bagi operator pada pasangan fiber yang sama.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana prinsip dasar serat optik 2. Bagaimana prinsip kerja DWDM

3. Bagaimana kinerja serat optik dan DWDM

4. Bagaimana sistem pentransmisian bandwidth dengan menggunakan panjang gelombang

1.3Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisa kinerja DWDM pada sistem komunikasi serat optik dengan menggunakan kapasitas bandwidth panjang gelombang.

1.4Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Hanya membahas SKSO secara umum 2. Hanya membahas DWDM secara umum

3. Hanya membahas kapasitas panjang gelombang DWDM

4. Hanya menganalisa kinerja DWDM Medan Centrum-Tebing Tinggi (Ring II SUMATERA)

5. Hanya menganalisis redaman, delay, bandwidth , band frekuensi dan panjang gelombang.

1.5Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan informasi kepada penulis dan pembaca, bagaimana kinerja DWDM dengan menyisipkan panjang gelombang pada sistem komunikasi serat optik, sehingga dapat memberikan kemudahaan untuk mempelajari kinerja DWDM pada SKSO.


(13)

1.6Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Studi Literatur yaitu berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku pendukung, baik dalam bentuk hardcopy dan softcopi.

2. Studi lapangan yaitu berupa studi langsung di PT TELKOM ARNET Medan. 3. Studi Analisis yaitu berupa studi analisis yang dilakukan pada data yang

diperoleh selama melakukan penelitian di PT TELKOM.

1.7Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.

BAB II : SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Bab ini membahas tentang prinsip kerja, penyambungan dan pengukuran redaman dari sistem komunikasi serat optik

BAB III : Dense Wavelength Division Multiplexing

Bab ini membahas tentang prinsip dasar DWDM, system transmisi dengan menyisipkan panjang gelombang, konfigurasi dasar DWDM.

BAB IV : ANALISA KINERJA DWDM PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (Aplikasi Medan


(14)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari analisa Tugas Akhir ini dan saran dari penulis.


(15)

BAB II

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

2.1 Pendahuluan

Sistem komunikasi pada serat optik didasarkan pada sebuah pemahaman atau prinsip bahwa cahaya pada medium kaca dapat menghantarkan informasi untuk jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan sinyal elektrik yang dihantarkan oleh medium transmisi yang berupa kabel tembaga ataupun medium transmisi yang berupa gelombang radio pada sistem komunikasi wireless (nirkabel). Bahkan pada saat sekarang ini, serat optik digabungkan atau dikombinasikan dengan perangkat elektronik yang canggih dapat membuat kabel serat optik mengirimkan sinyal gelombang cahaya yang sudah didigitalisasi sejauh ratusan kilometer tanpa harus mengalami proses penguatan, dan dengan beberapa loss transmisi, interferensi yang kecil dan potensibel bandwidth yang lebar, serat optik hampir merupakan sebuah media transmisi ideal. Standar rugi-rugi yang diperbolehkan dalam penyambungan adalah 1,5 dB [1].

2.2 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getaran vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus. Terjadinya gelombang eletromagnetik yaitu pertama, arus listrik dapat menghasilkan (menginduksi) medan magnet ini dikenal sebagai gejala induksi magnet. Peletak dasar konsep ini adalah Oersted yang telah menemukan gejala ini secara eksperimen dan dirumuskan secara lengkap oleh Ampere. Gejala induksi magnet dikenal sebagai hukum Ampere. Kedua medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu dapat menghasilkan (meginduksi) medan listrik dalam bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal sebagai gejala induksi elektromagnetik. Konsep induksi elektromagnet ditemukan secara eksperimen oleh Michael Faraday dan dirumuskan secara lengkap oleh Joseph Hendry. Hukum induksi elektromagnet sendiri kemudian dikenal sebagai hukum faraday Hendry [2].

Dari kedua prinsip dasar magnet tersebut, dengan mempertimbangkan konsep simetri yang berlaku dalam hukum alam, James Clerk Maxwell mengajukan suatu usulan yaitu bahwa jika medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat


(16)

menghasilkan medan listrik maka hal sebaliknya boleh jadi dapat terjadi. Dengan demikian Maxwell mengusahakan bahwa medan listrik yang berubah terhadap waktu dapat menghasilkan medan magnet. Prinsip ketiga adalah medan listrik yang berubah-ubah terhadap waktu dapat menghasilkan medan magnet. Prinsip ketiga ini yang dikemukankan oleh Maxwell pada dasarnya merupakan pengembangan dari rumusan hukum Ampere-Maxwell [2].

Dari ketiga prinsip dasar kelistrikan dan kemagnetan tersebut, Maxweell melihat adanya suatu pola dasar. Medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat membangkitkan medan listrik yang juga berubah-ubah terhadap waktu, medan listrik yang berubah terhadap waktu juga dapat menghasilkan medan magnet. Jika proses ini berlangsung secara kontinu maka akan dihasilkan medan magnet dan medan listrik secara kontinu. Jika medan magnet dan medan listrik ini secara serempak merambat (menyebar) di dalam ruang ke segala arah maka ini merupakan gejala gelombang. Gelombang semacam ini disebut gelombang elektomagnetik karena terdiri dari medan listrik dan medan magnet yang merambat dalam ruang [2].

Setiap muatan listrik yang memiliki percepatan memancarkan radiasi elektromagnetik . Radiasi elektromagnetik dirambatkan pada frekuensi yang sama dengan arus listrik. Bergantung pada situasi, gelombang elektromagnetik dapat bersifat seperti gelombang atau seperti partikel. Sebagai gelombang, dicirikan oleh kecepatan (kecepatan cahaya, panjang gelombang, dan frekuensi). Propagasi gelombang elektromagnetik biasanya terdiri dari frekuensi, panjang gelombang dan cepat rambat gelombang [2].

Secara teori, Hertz menyadari bahwa gelombang elektomagnetik yang dinyatakan Maxwell merupakan gabungan dari gelombang listrik dan gelombang magnetik secara saling tegak lurus. Begitu pula dengan arah geraknya, karena gelombang tersebut menggantungkan gelombang listrik, maka Hertz mencoba membuktikan keberadaan gelombang elektormagnetik tersebut melalui keberadaan gelombang listriknya yang diradiasikan oleh rangkaian pemancar [2].

Hertz mencoba membuat rangkaian pemancar sederhana dengan bantuan trafo untuk memperkuat tegangan dan kapasitor sebagai penampung muantannya. Karena ada arus pergeseran pada gap pemancar, diharapkan ada radiasi gelombang elektromagnetik yang akan dipancarkan. Karena secara teori dari percikan yang muncul akan dihasilkan gelombang elektromagnetik, tetapi pada rangkaian loop


(17)

penerima yang hanya berupa kawat berbentuk lingkaran yang tanpa diberikan sumber tegangan apapun, ternyata muncul percikan listrik pada gapnya. Ini membukt ikan bahwa ada listrik yang mengalir melalui radiasi suatu benda yang akhirnya terhantarkan ke loop. Karena merasa belum puas Hertz mencoba untuk menghitung frekuensi pada loop. Frekuensi yang dihasilkan sama dengan frekuensi pancar. Ini artinya lisrtik pada loop berasal dari pemancar itu sendiri. Dengan demikian terbuktilah adanya radiasi grlombang elektromagnetik Maxwell. Percobaan Hertz ini juga memicu penemu telegram kabel dan radio oleh Marconi. Rangkaian ini ada dalam kaca quartz untuk menghindari sinar UV [3].

2.3 Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Susunan semua bentuk gelombang elektromagnrtik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik. Spektrum elektromagnetik disusun berdasarkan panjang gelombang (diukur dalam satuan meter) mencakup kisaran energi yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan rendah dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray. Contoh spektrum gelombang elektromagnetik ditunjukkan pada Gambar 2.1 [3].

Gambar 2.1 Spektrum Gelombang Elektromagnetik

1. Gelombang Radio

Gelombang radio dikelompokkan menurut panjang gelombang atau frekuensinya. Jika panjang gelombang tinggi, maka pasti frekuensinya rendah atau sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai 30 kHz ke atas dan dikelompokkan berdasarkan lebar frekuensinya. Gelombang radio dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat melalui kawat-kawat penghantar. Muatan-muatan ini


(18)

dibangkitkan oleh rangkain elektronika yang disebut osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh antena pula. Kita tidak dapat mendengar radio secara langsung, tetapi penerima radio akan mengubah terlebih dahulu energi gelombang menjadi energi bunyi [3].

2. Gelombang Mikro

Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz. Jika mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis. Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection and Ranging). RADAR berarti mencari dan menetukan jejak sebuah benda dengan menggunakan gelombang mikro. Karena cepat rambat gelombang elektromagnetik = c dalam satuan m/s, maka dengan mengamati selang waktu antara pemancar dengan penerima [3].

3. Sinar Inframerah

Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011Hz sampai 1014 Hz. Jika diperiksa spektrum yang dihasilakn oleh sebuah lampu pijar dengan detektor yang dihubungkan pada miliamperemeter, maka jarum amperemeter sedikit diatas ujung spektrum merah. Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut radiasi inframerah. Sinar inframerah di hasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang bergetar karena benda dipanaskan. Jadi setiap benda panas pasti memancarkan sinar inrfamerah. Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda [3].

4. Cahaya Tampak

Cahaya tampak sebagai radiasi elekromagnetik yang paling dikenal oleh kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang ektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang gelombang tampak nervariasi tergantung warnanya mulai dari panjang gelombang 0.000004m cahaya violet (ungu) sampai 0.000007m untuk cahaya merah. Kegunaan cahaya salah satunya adalah penggunaan laser dalam serat optik pada bidang telekomunikasi dan kedokteran [3].


(19)

5. Sinar Ultraviolet

Sinar ultaraviolet mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai 1016 Hz atau dalam daerah panjang gelombang 0.0000001m-0.000001m gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Matahari adalah sumber utama yang memancarkan sinar uktraviolet dipermukaan bumi, lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas atmosferlah yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet dan meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakannya kehidupan mahluk hidup di bumi [3].

6. Sinar X

Sinar X mempunyai frekuensi antara 10 Hz samapai 20 Hz, panjang gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm. Meski seperti itu tetapi sinar X mempunyai daya tembus kuat, dapat menembus buku tebal, kayu tebal beberapa centimeter dan pelat aluminium setebal 1 cm [3].

7. Sinar Gamma

Sinar gamma mempunyai frekuensi 10 Hz atau panjang gelombang 10 cm. Daya tembus paling besar yang menyebabkan efek yang serius jika diserap oleh jaringan tubuh [3].

2.4 Spektrum Elektromagnetik

Spektrum optik cahaya adalah bagian dari spekrtum elektromagnetik yang tampak oleh manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang ini disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak ada batasan yang tepat dari spektrum optik, mata normal manusia akan dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm. Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah hijau dari spektrum optik. Warna percampuran seperti pink atau ungu didapat jika mencampurkan beberapa panjang gelombang.

Meskipun spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga tidak ada batas yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya. Tabel 2.1 menunjukkan batas kira-kira warna-warna spektrum [4].


(20)

Tabel 2.1 Spektrum dan Panjang Gelombang

No Warna Panjang Gelombang

1 Ungu 380-450 nm

2 Biru 450-495 nm

3 Hijau 495-570 nm

4 Kuning 570-590 nm

5 Jingga 590-620 nm

6 Merah 620-750 nm

2.5 Panjang Gelombang

Panjang gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah pola gelombang. Biasanya memiliki denotasi huruf Yunani lambda. Dalam sebuah gelombang sinus, panjang gelombang adalah jarak antara puncak ke puncak. Axisx mewakilkan panjang gelombang, dan I mewakilkan kuantitas yang bervariasi (misalnya tekanan udara untuk sebuah gelombang suara atau kekuatan listrik atau medan magnet untuk cahaya), pada suatu titik dalam fungsi waktu x. Panjang gelombang memiliki hubungan inverse terhadap waktu, jumlah puncak untuk melewati sebuah titik dalam sebuah waktu yang di berikan [4].

Panjang gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini adalah kecepatan cahaya c, untuk sinyal (gelombang) di udara, ini merupakan kecepatan suara di udara, panjang gelombang ditunjukkan pada Gambar 2.2 [5].


(21)

2.6 Prinsip Dasar Komunikasi Serat Optik

Serat optik bekerja berdasarkan hukum snellius tentang pemantulan sempurna. Pemantulan cahaya atau pembiasaan cahaya yang terjadi sangat bergantung pada saat cahaya menyentuh permukaan atau masuk ke inti serat fiber optic. Salah satu contoh tentang adanya pembiasaan cahaya ini, misalnya pada saat kita sedang berada di tepi danau ketika kita melihat ikan dan mahluk hidup lainnya berada di bawah permukaan air. Sekilas akan terlihat bahwa danau tersebut sepertinya dangkal dan air tenang, namun apa yang kita lihat tentang kedalaman air danau tersebut berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Begitu juga tentang keberadaan ikan dan mahluk hidup lainnya, pada saat kita melihat, belum tentu mahluk hidup tersebut berada pada posisi sebenarnya. Hal ini terjadi karena adanya pembiasaan cahaya, dimana menurut ilmu fisika tentang cahaya, jika cahaya jatuh pada medium yang berbeda indeks biasnya, cahaya tersebut akan dibiaskan dan sudut datang dari sinar laser yang dikirimkan pada serat optik dapat memungkinkan untuk mengatur seberapa efisiensi sinar laser tersebut sampai pada tujuan. Gelombang cahaya di arahkan melalui inti dari fiber optic tersebut, sama seperti gelombang radio yang diarahkan melalui kabel koaksial. Sinar laser pada serat optik di arahkan hingga ke ujung dari fiber optic tersebut dengan memanfaatkan prinsip dari pemantulan cahaya di dalam inti serat optik [5].

Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman, dan juga kapasitas besar dalam menyalurkan informasi. Seiring dengan perkembangan telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan teknologi serat optik semakin dikembangkan, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa mendatang, terutama untuk transmisi jarak jauh. Dampak dari perkembangan teknologi ini adalah perubahan jaringan analog menjadi jaringan digital baik dalam sistem switching maupun dalam sistem transmisinya. Hal ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital, serat optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya. Serat optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat ringan dapat mengirimkan informasi dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif rendah. Dalam sistem komunikasi serat optik, informasi diubah menjadi sinyal optik (cahaya) dengan menggunakan sumber cahaya LED atau Diode Laser. Kemudian


(22)

dengan dasar hukum pemantulan sempurna, sinyal optik yang berisi informasi dilewatkan sepanjang serat sampai pada penerima, selanjutnya detektor optik akan mengubah sinyal optik tersebut menjadi sinyal listrik kembali [5].

2.6.1 Pemantulan Sempurna

Pematulan dalam sistem komunikasi serat optik yang digunakan adalah pemantulan sempurna. Perambatan cahaya dalam serat optik dapat merambat dalam medium dengan tiga cara yaitu :

a. Merambat Lurus b. Dibiaskan c. Pemantulan

Pemantulan cahaya dalam serat optik ditunjukkan pada Gambar 2.3, yaitu pada saat refraksi, sudut kritis dan pemantulan sempurna [6].

Gambar 2.3 Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

Pemantulan (refraksi) secara umumnya dapat ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada refraksi ini medium yang digunakan adalah cermin. Cahaya yang dipantulkan melalui cermin dapat dilihat pada sudut datang dan sudut refraksi seperti pada gambar.


(23)

Gambar 2.4 Pemantulan (Refleksi) Pada Cermin

Cahaya yang bergerak dari materi dengan indeks bias lebih besar (padat) ke materi dengan indeks bias lebih kecil (tipis) maka akan bergerak menjauhi sumbu tegak lurus (garis normal). Sudut datang lebih kecil daripada sudut bias. Cahaya yang bergerak dari materi dengan indeks bias lebih kecil (tipis) ke materi dengan indeks bias lebih besar (padat) maka akan bergerak mendekati sumbu tegak lurus (garis normal). Sudut datang lebih besar daripada sudut bias. Pembiasan pada cahaya ditunjukkan pada Gambar 2.5 [6].


(24)

Refractive Index (Indeks bias)

Bila gelombang cahaya merambat melalui material, tidak dalam vacum, maka kecepatannya lebih kecil dibandingkan dalam vacum.

V = c/n...(2.1)

atau

n = c/V...(2.2) Dimana:

c = kecepatan cahaya dalam vacum (3 x 108 m/s).

n = refractive index (index of refraction) atau indeks bias. V = kecepatan rambat cahaya dalam material.

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 dan nilainya untuk beberapa zat ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Indeks Bias Medium

Medium N = c/v

Udara Hampa 1.0000

Udara pada STP 1.0003

Air 1.333

Es 1.31

Alkohol 1.36

Gliserol 1.48

Benzena 1.50

Kaca Kuarsa Lebur 1.46

Kaca Korona 1.52

Api cahaya/kaca flintana 1.58

Lucite atau plexiglass 1.51

Garam dapur/ Natrium Klorida 1.53


(25)

2.6.2 Hukum Snnelius

Hukum Snnelius digunakan sebagai hukum dasar dari prinsip pembiasaan cahaya atau optik. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada gambar ini tampak bahwa nilai-nilai dari indeks. Pada hukun Snnelius ini dapat disampaikan tiga bagian penting dari pengertian hukum Snnelius yaitu [7]:

a. Cahaya merambat lurus dalam suatu medium

b. Cahaya dapat dirubah arahnya dengan menggunakan kaca atau permukaan licin

c. Cahaya yang dipantulkan ke cermin membentuk sudut datang yang sama dengan sudut pantul.

Gambar 2.6 Hukum Snnelius

n = c/v

Dimana : n : Indeks bias

v : Kecepatan perambatan cahaya di medium c : Kecepatan perambatan cahaya diruang hampa Ada dua kondisi dalam pembiasan yaitu :


(26)

1. Bila sinar datang dari medium tipis kemedium lebih padat, maka sinar akan di biaskan mendekati garis normal. Dalam hal ini sudut bias lebih kecil dari sudut datang.

2. Bila sinar datang dari medium padat kemedium lebih tipis, maka sinar akan

dibiaskan menjauhi garis normal. Dalam hal ini sudut bias lebih besar dari sudut datang.

Sudut kritis dalam pembiasaan adalah sudut datang cahaya dengan kondisi dimana harga diperbesar samapai suatu nilai tertentu sehingga seluruh cahaya datang dipantulkan secara total, hal demikian merupakan kondisi ideal untuk mentransmisikan cahaya dalam serat optik [7].

2.6.3. Perambatan Cahaya

Perambatan cahaya terdiri dari beberapa mode dalam medium yang sama yaitu ;

a. Cahaya dapat merambat dalam serat optik melalui sejumlah lintasan yang berbeda.

b. Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut mode dari suatu serat optik.

c. Ukuruan diameter core menentukan jumlah mode yang ada dalam suatu serat optik.

d. Serat optik yang memiliki lebih dari satu mode disebut serat optik multimode.

e. Serat optik yang mempunyai hanya satu mode saja diesbut serat optik single mode. Serat optik single mode memiliki ukuran core lebih kecil.


(27)

Gambar 2.7 Propagasi Cahaya Pada Serat Optik

Perambatan cahaya pada komunikasi serat optik ditunjukkan pada Gambar 2.7. Perambatan cahaya atau propgasi cahaya dapat dilakukan dalam beberapa bentuk bagian. Pada Gambar 2.7 ini ditunjukkan bahwa propagasi cahaya dibiasakan dan dipantulkan pada sebuah bentuk kerucut [7].

2.6.4. Konfigurasi Dasar Serat Optik

Konfigurasi dasar serat optik dapat ditunjukkan pada Gambar 2.8 .


(28)

Prinsip instalasi kabel serat optik tidak berbeda dengan instalasi kabel tembaga, namun ada hal-hal khusus dalam instalasinya, antara lain;

1. Penyediaan slack kabel. 2. hati-hatian dalam penarikan 3. Alat sambung dan toolkit khusus 4. Diperlukan kabel rol (cable reel) 5. Gunakan kabel otpik sesuai spesifikasi

2.7 Struktur dan Jenis Serat Optik

Struktur dasar serat optik terdiri dari beberapa bagian yaitu, core, cladding dan coating atau buffer. Setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing.

1. Core

Core merupakan inti dari serat optik yang terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi. Merupakan bagian utama dari serat optik karena perambatan cahaya sebenarnya terjadi pada bagian ini. Memiliki diameter 10 mm-50 mm, dan ukuran core sangat mempengaruhi karateristik serat optik [8].

2. Cladding

Cladding ini terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias lebih kecil dari core dan merupakan selubung dari core. Hubungan indeks bias cladding dan core akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis) [8].

3. Coating

Coating terbuat dari bahan plastik dan berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan. Struktur dasar serat optic dapat ditunjukkan pada Gambar 2.9 [8].


(29)

Jenis-jenis serat optik dapat dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah [8]:

a. Step Index Multimode - Index core konstan

- Ukuran core besar dan dilapisi cladding yang sangat tipis

- Penyabungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar - Terjadi disperse

- Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa index core yang digunakan adalah tetap atau konstan dengan ukuran core besar, kemudian penyambungan untuk jenis optik ini terbilang mudah. Jenis Serat optik step index dapat ditunjukkan pada Gambar 2.10 [8].

Gambar 2.10 Serat Optik Step Indeks[12]

b. Graded Indeks Multimode

Cahaya merambat karena difraksi yang terajdi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat [8].


(30)

Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai kebatas core cladding dan dispersi dalam jenis serat optik ini minimum. Jenis serat optik gradded indeks multimode ditunjukkan pada Gambar 2.11 [8].

c. Step Indeks Multimode

Serat optik SI Singlemode memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan ukuran claddingnya. Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik. Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. Jenis serat optik Step Indeks Multimode ditunjukkan pada Gambar 2.12 [8].

Gambar 2.12 Jenis Serat Optik Step Indeks Multimode

2.8 Penyambungan Serat Optik

Penyambungan serat optik pada dasarnya dilakukan berdasarkan standar dari setiap perudahaan yang menggunakannya. Pada Tugas Akhir ini penulis membuat penelitian penyambungan serat optik berdasarkan standar perusahaan PT.TELKOM [8].

Penyambungan yang dilakukan sesuai standar perusahan adalah per tiga kilometer atau satu span. Setiap satu span maka terjadi sambungan dan kotak penyambungan di namakan handhold [8].

Jika terjadi sambungan di luar satu span hal tersebut diakibatkan adanya kerusakan pada kabel optik. Kerusakan tersebut dapat disebabkan karena penggalian atau karena ketahanan kabel tersebut [8].


(31)

2.8.1 Sistem Penyambungan Serat Optik

Pada dasarnya sistem penyambungan serat optik dilakukan sesuai standart diatas. Selain hal tersebut penyambungan juga terjadi karena adanya kerusakan pada serat optik tersebut. Sistem penyambungan serat optik ini perlu memperhatikan beberapa hal penting. Penyambungan fiber optic harus dilakukan dengan extra hati-hati, karena bentuk serat-serat optik yang sangat halus sehingga dibutuhkan ketelitian. Terminasi kabel optik adalah menghubungkan serat optik dari ujung kabel dengan pach panel, melalui elemen pigtail dan konektor. Cara terminasi kabel serat optik dengan menggunakan End closure, pig dan konektor. Sambungan serat optik dengan pigtail disimpan di dalam end closur. Bila konektor yang terpasang didalam Cabinet adalah 96 buah, maka jumlah sambungan serat optik juga 96 buah. Metoda terminasi ini mempunyai kapasitas besar, tetapi harganya lebih mahal dibandingkan dengan cara terminasi yang lainnya. Prosedur terminasi kabel serat optik meliputi hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan terminasi Kabel Optik [9].

a. Penanganan kabel optik pada saat membuat lengkungan tidak boleh melebihi bending radius kabel yang diijinkan.

b. Jaga kebersihan adaptor dan konektor dari kotoran dan debu.

c. Hati-hati jangan mengganggu kabel dan peralatan transmisi yang sedang operasi.

Perangkat ini digunakan untuk melindungi serat optik saat ditanam dibawah tanah. Dalam sistem penyambungan peralatan ini digunakan setelah penyambungan fiber terlaksana dengan baik. Jika hasil penyambungan baik, maka dapat diberikan pengaman seperti closure. Bentuk Closure ditunjukkan pada Gambar 2.13.


(32)

2.8.2 Alat dan Bahan Penyambungan Serat Optik

Penyambungan fiber optic dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat penting, yaitu :

a. Stripper (Pemotong manual)

b. Holder (pemotong lebih akurat, dapat menetapkan standar redaman yang terkecil)

c. Fusion Splicing (penyambung) d. Alkohol (pembersih)

e. Closure (wadah penyambungan kabel)

2.8.3 Cara Penyambungan Serat Optik

Penyambungan fiber optik harus dilakukan dengan extra hati-hati, karena bentuk serat-serat optik yang sangat halus sehingga dibutuhkan ketelitian. Untuk melakukan penyambungan harus mengikuti tahap-tahap berikut ini [9]:

1. Fiber optic disusun secara rapi sesuai dengan urutan pewarnaan. 2. Kemudian fiber optic diukur sesuai dengan pajang yang dibutuhkan

3. Selanjutnya fiber dibersihkan menggunakan Alkohol guna menghindari debu yang menempel pada fiber ketika melakukan pengukuran atau penyusunan fiber sesuai urutan warna.

4. Setelah fiber bersih maka dilakukan penyambungan menggunakan alat yang telah disediakan.

5. Hasil penyambungan yang baik dapat dilihat dari alat yang digunakan pada saat penyambungan, pada umumnya standar rugi-rugi penyambungan yang baik adalah 0.15 dB, jika hasil redaman penyambungan diperoleh di bawah nilai standart maka penyambungan yang dilakukan dapat dikatakan dalam kondisi baik.

6. Jika hasil penyambungan baik, maka dapat diberikan pengaman seperti closure.

Cara penyambungan serat optik yang lebih jelas dapat ditunjukkan pada Gambar 2.14. Gambar ini menjelaskan secara langsung sistem dan cara yang benar dalam melakukan penyambungan FO.


(33)

Gambar 2.14 Penyabungan Serat Optik

2.9 Pengukuran Redaman Serat Optik

Pada sistem transmisi serat optik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15 cahaya yang merambat sepanjang serat optik akan mengalami peredaman, sehingga di ujung jauh (sisi penerima) kekuatan cahaya akan menjadi lemah. Disisi lain kekuatan cahaya dari dioda laser terbatas dan foto dioda memiliki sensitifitas tertentu untuk dapat mendeteksi sinyal optik. Oleh karena itu untuk dapat mengoperasikan sistem telekomunikasi, rugi-rugi optik (total loss) harus dibuat pada level yang lebih rendah dari level total loss yang diperbolehkan [10].


(34)

Level rugi-rugi optik yang diperbolehkan sudah ditentukan untuk masing-masing sistem telekomunikasi, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3 [10].

Tabel 2.3 STM-4 Loss Limit

Rugi-rugi transmisi atau Transmission loss terlihat pada Gambar 2.14 Transmission loss = Intra OfficeLoss + Line Loss

Intra Office loss = Margin sistem + FDP Loss

FDP loss = Optik Jumper Cord + Connector Loss

Line loss = Cable Loss + Splicing Loss + Maintenance Margin

Dalam pelaksanaan uji akhir kabel optik dimaksudkan untuk mengukur besarnya line loss, yaitu total loss cable link yang merupakan penjumlahan dari cable loss, splicing loss dan connector loss. Demikian juga setiap sambungan harus diukur nilai lossnya apakah masih di bawah standar nilai splicing loss yang diperbolehkan ditunjukkan pada Gambar 2.16 [11].

Gambar 2.16 Transmission Loss

1310 nm 1550 nm

1. Transmission loss 29,5 db 29,5 db

2. Sistem margin 3,0 db 3,0 db

3. FDP loss 1,0 db 1,0 db

4. Line loss 1-2-3

25,5 db

1-2-3 25,5 db

5. Pemeliharaan margin * 2,5 db * 2,5 db


(35)

2.9.1 Sistem Pengukuran Redaman Serat Optik

Pengukuran redaman fiber optic menggunakan alat ukur OTDR (Optical Time Domain Reflectometer). Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengaturan pada OTDR. OTDR merupakan salah satu peralatan utama yang digunakan dalam uji akhir kabel serat optik. Dengan OTDR memungkinkan sebuah link bisa diukur dari satu ujung. OTDR dipakai untuk mendapatkan gambaran visual dari redaman serat optik sepanjang sebuah link yang diplot pada sebuah layar dengan jarak digambarkan pada sumbu X dan redaman pada sumbu Y. Bentuk grafik hasil pengukuran dapat ditunjukkan seperti Gambar 2.17 [11].

Gambar 2.17 Tampilan Redaman Optik

OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser ke dalam serat optik, sebagian sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah coupler ke detektor optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan ditampilkan pada layar CRT. OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu. Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam serat digunakan untuk menghitung jarak atau l = (v x t) / 2. Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap jarak [11].


(36)

2.9.2 Cara Mengukur Redaman Serat Optik

Karakteristik penting dari link yang diukur adalah: a. Jarak, yaitu jarak kabel optik yang selesai diinstalasi. b. Lokasi retak pada link, ujung link atau patahan. c. Loss tiap sambungan dan loss total antara dua titik.

Gambar dibawah ini merupakan contoh hasil pengukuran menggunakan OTDR dan dapat ditunjukan setiap sambungan yang terjadi dan patahan optik juga dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mempergunakan OTDR adalah sebagai berikut [11]:

a. Jangan melihat laser secara langsung, karena berbahaya bagi mata. b. Konektor harus bersih, agar diperoleh hasil yang benar.

c. Tegangan catuan yang diijinkan. d. Penanganan kabel konektor. e. Kondisi lingkungan alat.

f. Kemampuan spesifik dari peralatan.

Gambar 2.18 Alat Pemotong FO

Agar OTDR dapat bekerja dengan baik, harus dihindari hal-hal sebagai berikut: 1. Vibrasi yang kuat.

2. Kelembaman yang tinggi atau kotor (debu). 3. Dihadapkan langsung ke matahari.

4. Daerah gas reaktif.

Dalam mengoperasikan OTDR, sebelum pengukuran perlu dilakukan setting beberapa parameter meliputi:


(37)

a. Setting IOR (indeks bias).

b. Pemilihan panjang gelombang laser. c. Pemilihan rentang jarak (distance range). d. Pemilihan lebar pulsa.

e. Setting Attenuation. f. On/Off laser.

Urutan Operasi Pengukuran Rugi-rugi (Loss) Serat Optik:: a. Tekan priview

b. Ubah rentang jarak (Distance Range), bila ujung jauh serat optik yang diukur tidak tampak.

c. Tekan (start/stop) , memulai proses averaging. d. Pengukuran loss antara dua titik.

e. Pengukuran loss sambungan.

Sebelum melakukan pengukuran dengan OTDR, maka perlu dilakukan setting sebagai berikut:

a. Rentang jarak (Distance range) b. Lebar Pulsa (Pulse Width) c. Indeks bias (IOR)

d. Gain (Att)

e. Panjang gelombang

2

2..1100MMuullttiipplleexxiinngg M

Muullttiipplleexxiinngg aaddaallaahh tetekknniikk memennggggaabbuunnggkkaann bebebbeerraappaa ssiinnyyaall sseeccaarraa b

beerrssaammaaaann papaddaa ssuuaattuu sasalluurraann trtraannssmmiissii.. DiDi ssiissi i pepenneerriimmaa,, pepemmiissaahhaann gagabbuunnggaann s

siinnyyaall teterrsseebbuutt sseessuuaaii ddeennggaann ttuujjuuanan mamassiinngg--mamassiinngg didisseebbuutt dedemmuullttiipplleexxiinngg.. DDaallaam m m

muullttiipplleexxiinngg,, ppeerraannggkkaatt yyaanngg ddiigguunnaakkaann ddiisseebbuutt mmuullttiipplleexxeerr aattaauu ddiisseebbuutt jjuuggaa ddeennggaann i

issttililaahh TrTraannsscceeiivveerr//MMuuxx.. RReecceeiivveerr atataauu ppeerraannggkkaatt yyaanngg memellaakkuukkaann dedemmuullttiipplleexxiinngg d


(38)

G

Gaammbbaarr 22..1199 MMuultltipiplleexxiinngg

F

Fuunnggssii MMuullttiippllxxeerr sseeccaarraa uummuumm mmeennggkkoombmbiinnaassiikkaann ((meme--mmuullttiipplleexx)) ddaattaa ddaarrii nn iinnppuutt d

daann memennttrraannssmmiissiikkaann mmeellaalluuii kkaappaassiittaass ddaattaa lliinnkk yyaanngg ttininggggi.i. DDeemmuullttiippllxxeerr bbeerrffuunnggssi i m

meenneerrimimaa alaliirraann dadattaa yayanngg ddi-i-mmuullttiipplleexx (p(peemmiissaahh / / dedemmuullttiipplleexx dadarrii dadattaa teterrsseebbuutt t

teerrggaannttuunngg papaddaa sasalluurraann)) dadann mmeennggiirriimmnnyyaa keke lliinnee oouutt yayanngg ddimimiinnttaa.. PrProoeessee kkeerrjjaa m

muullttipiplleexxiinngg ddiittuunjnjuukkkkaann ppaaddaa GGaammbbaarr 22..1199.. MMuullttiipplleexxiinngg tteerrddiirrii ddaarrii bbeebbeerraappaa jjeenniiss,, a

annttararaa llaaiinn sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt [[1122]]:: 1

1.. TiTimmee DDiivviissiioonn MMuullttiipplleexxiinngg ((TTDDMM)) 2

2.. FrFreeqquueennccyy DDiivviissiioonn MMuullttiippxxiinngg ((FFDDMM)) 3

3.. WaWavveelleennggtthh DDiivviissiioonn MMuullttiipplleeiinngg ((WWDDMM))

2

2..1100..11TTiimmeeDDiivviissiioonnMMuullttiipplleexxiinng g T

Tiimmee DDiivviissiioonn MuMullttiipplleexxiinngg mmeerruuppaakkaann sesebbuuaahh prproosesess pepennttrraannssmmiissiiaann b

beebbeerraappaa sisinnyyaall iinnffoorrmamassii yayanngg hahannyyaa memellaalluui isasattuu kakannaall ttrraannssmmiissii dedennggaann mmaassiinngg- -m

maassiinngg ssiinnyyaall ddiittrraannssmmiissiikkaann ppaaddaa ppeerriiooddee wwaakkttuu tteerrtteennttuu.. A

Akkaann adadaa bebebbeerraappaa sisinnyyaall ininffoorrmamassii yyaanngg akakaann mamassuukk kkeeddaallaamm MuMullttiipplleexxeerr d

daarrii TTDDMM,, ssiinnyyaall--ssiinnyyaall tteerrsseebbuutt mmeemmiilliikkii bbiitt rraattee yyaanngg rreennddaahh ddeennggaann ssuummbbeerr ssiinnyyaal l y

yaanngg beberrbbeeddaa--bebeddaa.. KeKettiikkaa sisinnyyaall teterrsseebbuutt mememmaassuukkii MuMullttiipplleexxeerr,, mamakkaa sisinnyyaall akakaann m

meellaalluuii sseebbuuaahh sswiwicctthh rroottaarryy yayanngg memennyyeebbaabbkkaann ssiinnyyaall iinnffoorrmamassii yyaanngg sesebbeelluummnnyyaa t

teellaahh didissaammpplliinngg itituu akakaann ddibibuuaatt bbeerruubbaahh--uubbaahh titiaapp dedettikiknnyyaa.. HaHassiill OOuuttppuutt dadarrii s

swwiittcchh iinnii mmeerruuppaakkaann ggeelloombmbaanngg PPAAMM yyaanngg mmeennggaanndduunngg ssaammppllee--ssaammppllee ddaarrii ssiinnyyaal l i

innffoorrmmaassii yyaanngg ppeerriiooddiikk tteerrhhaaddaapp wwaakkttuu.. S

Seetteellaahh mmeellaauuii mmuullttiipplleexx,, sisinnyyaall kekemmuuddiiaann ddiittrraannssmmiissii ddeennggaann mmeemmbbaaggii--bbaaggi i s

saammppllee ininffoorrmmaassii beberrddaassaarrkkaann (H(Hoolldd TiTimmee//JJuummllaahh kakannaall)).. KaKannaall trtraannssmmiissii iinni i m

meerruuppaakkaann sseebbuuaahh kkaannaall ddeennggaann rraannggkkaaiiaann yyaanngg ddiissiinnkkrroonniissaassiikkaann.. KKaannaall ssiinnkkrroon n iinni i d


(39)

t

teeppaatt kekeddaallaamm ffrraammee.. KeKettiikkaa ssiinnyayall trtraannssmmiissii mememmaassuukkii dedemmuullttiipplleexxeerr,, gagabbuunnggaann s

siinnyyaall yyaanngg bbeerr--bbiitt--rraattee titinnggggii ((ssiinnyyaall ttrraannssmmiissii)) didibbaaggii--bbaaggii kekemmbbaallii memennjjaaddii ssiinnyyaall i

innffoorrmmaassii seseppeerrttii ssiinnyyaall iinnffoorrmmaassii awawaall yyaanngg beberr--bbiitt--rraattee rerennddaahh.. KKeemmuuddiiaann akakaann ddi i r

roottaarryy sswwiittcchh ppuullaa didissaannaa yayanngg akakaann memennggaarraahhkkaann sisinnyyaall--ssiinnyyaall keke tutujjuunnaa mmaassiinngg- -m

maassiinngg dadarrii sisinnyyaall itituu.. PPaaddaa mmuullttiippllxxeerr teterrddaappaatt fifilltterer yayanngg beberrfufunnggssii memelleewwaattkkaann s

siinnyyaall ddeennggaann frfreekkuueennssii rreennddaahh,, dadann papaddaa dedemmuullttiipplleexxeerr akakaann teterrddaappaatt fifilltteerr yyaanngg b

beerrttuujjuuaann ununttuukk mmeennddaappaattkkaann sisinnyyaall kekelluuaarraann yayanngg akakaann sasammaa dedennggaann sisinnyyaall i

innffoorrmmaassii iinnppuuttnnyyaa [[1122]].. G

Geelloombmbaanngg susuaarraa dadarri i peperrccaakkaappaann tteelleeppoonn didi sasammppllee sesekkaallii 121255mmsseecc,, ddaann s

seettiiaapp ssaammppllee didiccoonnvveerrtt memennjjaaddii 8 8bibitt ddaattaa ddiiggiittaall.. DeDennggaann mmeenngggguunnaakkaann tetekknniikk ininii,, k

keecceeppaattaann ttrraannssmmiissii 6464000000 bbiitt//sseecc didibbuuttuuhhkkaann ununttuukk memennttrraannssmmiissiikkaann ssuuaarraa tteerrsseebbuutt.. T

T11 lilinnee sesebbeennaarrnnyyaa memerruuppaakkaann sesebbuuaahh cchhaannnneell yayanngg mamammppuu mmeennttrraannssmmiissiikkaann papaddaa k

keecceeppaattaann 1,1,554444 MbMbiitt//sseecc.. KeKecceeppaattaann trtraannssmmiissii ininii lelebbiihh lleebbaarr didi babannddiinnggkkaann kakabbeel l t

teelleeppoon n ppaaddaa uummuummnnyyaa,, sseehhiinnggggaa TTDDMM ddiigguunnaakkaann uunnttuukk mmeennggiijjiinnkkaann sseebbuuaahh TT11 lliinnee u

unnttuukk mememmbbaawwaa 2424 sisinnyyaall ssuuaarraa yyaanngg beberrbbeeddaa.. DeDennggaann ssaattu ufrfraammee teterrddiirrii dadarrii 191933 b

biitt,, sseehhiinnggggaa kkeecceeppaattaa ttiiaapp ffrraammeennyyaa 112255µµs s [[1122]].. T

Tiippaa frfraammee tteerrsseebbuutt kekemmuuddiiaann ddiibbaaggi imemennjjaaddii 2424 slsloott ssiinnyyaall susuaarraa dadann 88 bbiitt d

diiggiittaall cocoddee.. TDTDMM didigguunnaakkaann kkaarreennaa aallaassaann bbiiaayyaa,, sesemmaakkiinn sseeddiikkiitt kakabbeell yyaanngg d

diigguunnaakkaann dadann sseemmaakkiinn sisimmppllee rerecceeiivveerr yayanngg ddapapaatt didippaakkaaii ututnnuukk memennttrarannssmmiissiikkaann d

daattaa ddaarrii babannyyaakk susummbbeerr ununttuukk babannyyaakk ttujujuuaann mememmbbuuaatt TDTDMM lelebbiihh mmuurraahh d

diibbaannddiinnggkkaann yyaanngg lalaiinn.. TDTDMM iinnii jjuuggaa memenngggguunnaakkaann babannddwwiiddtthh yayanngg lelebbiihh seseddiikkiitt d

daarriippaaddaa FrFreeqquueennccyy DiDivviissiioonn MuMullttiippxxiinngg ((FFDDMM)).. DeDennggaann lelebbaarr bbaannddwwiiddtthh yyaanngg k

keecciill,, mememmbbuuaatt bibittrraattee sesemmaakkiinn ceceppaatt,, nanammuunn ddaayyaa yyaanngg didigguunnaakkaann sesemmaakkiinn bebessaarr [

[1122]]..

2

2..1100..22FFrreeqquueennccyyDDiivviissiioonnMMuullttiipplleexxiinngg ((FFDDMM)) F

Frreeqquueennccyy DiDivviissiioonn MuMullttiipplleexxiinngg adadaallaahh mmeennggggaabbuunnggkkaann bbaannyyaakk sasalluurraann i

innppuutt mmeennjjaaddii sseebbuuahah ssaalluurraann oouuttppuutt bbeerrddaassaarrkkaann ffrreekkuueennssii.. JJaaddii ttoottalal bbaannddwwiiddtthh ddaarri i k

keesseelluurruuhhaann sasalluurraann didibbaaggii memennjjaaddii ssuubb--ssuubb ssaalluurraann oolelehh frfreekkuueennssii.. TiTiaapp sisinnyyaall m

moodduullaassii mememmeerrlluukkaann bbaannddwwiiddtthh cceenntteerr teterrtteennttuu sesekkiittaarr ffrreekkuueennssii ccaarrrriieerrnnyyaa,, d

diinnyyaattaakkaann sesebbaaggaaii susuaattuu sasalluurraann.. SSiinnyyaall ininppuutt babaiikk ananaalloogg mamauuppuunn ddiiggiittaall akakaann d


(40)

t

teerrddiirrii dadarrii duduaa peperraallaattaann tteerrmmiinnaall dadann pepenngguuaatt ululaanngg sasalluurraann trtraannssmmiissii (r(reeppeeaatteerr t

trraannssmmiissssiioonn lliinnee)) [[1122]].. 1

1.. PePerraallaattaann TTeerrmmiinnaall ((TTeerrmmiinnaall EEqquuiiiippmmeenntt)) P

Peerraallaattaann teterrmmiinnaall teterrddiirri iddaarrii bbaaggiiaann yayanngg memennggiirrimimkkaann ssiinnyayall frfreekkuueennssii keke r

reeppeeaatteerr dadann bbaaggiiaann ppeenneerrimimaa yayanngg memenneerrimimaa sisinnyyaall teterrsseebbuutt dadann memenngguubbaahhnnyyaa k

keemmbbaallii mmeennjjaaddii ffrreekkuueennssii sseemmuullaa [[1122]]..

2

2.. PePerraallaattaann PPeenngguuaatt UUllaanngg ((RReeppeeaatteerr EEqquuiippmmeenntt)) R

Reeppeeaatteerr eeqquuiippmmeenntt teterrddiirrii dadarrii ppeenngguuaatt dadann eeqquuaalliizzeerr yyaanngg fufunnggssiinnyyaa m

maassiinngg--mamassiinngg ununttuukk mmeennggkkoommppeennssii rreeddaammaann ddaann kekecceeppaattaann rereddaammaann sseewwaakkttuu t

trraannssmmiissii mmeelleewwaattii ssaalluurraann aannttaarraa kkeedduuaa rreeppeeaatteerr mmaassiinngg--mamassiinngg.. [[1122]]

2

2..1100..33WWaavveelleennggtthhDDiivviissiioonnMMuullttiippllxxiinng g((WWDDMM)) D

Daallaamm kokomumunniikkaassii seserraatt opopttiikk,, WDWDMM adadaallaahh tetekknnoollooggii yayanngg mumullttiipplleexxiinngg m

muulltti i cacarrrriieerr ooppttiikk ssiinnyyaall papaddaa ssaattuu seserraatt ooppttiikk dedennggaann memenngggguunnaakkaann bbeerrbbaaggaaii p

paannjjaanngg ggeelloommbbaanngg (w(waarrnnaa)) dadarrii sisinnaarr lalasseerr ununttuukk mememmbbaawwaa ssiinnyyaall yayanngg beberrbbeeddaa.. H

Haall ininii mememmuunnggkkiinnkkaann ununttuukk mememmuullttiipplleexxiinngg,, ddii sasammppiinngg mmeemmuunnggkkiinnkkaann k

koommuunniikkaassii didirreeccttiioonnaall lelebbiihh dadarrii sasattuu sasalluurraann,, ininii bibiaassaannyyaa didisseebbuutt WaWavveellnnggtthh D

Diivviissiioonn MMuullttiipplleexxiinngg ((WWDDMM)).. W

Waavveelleennggtthh DDiivviissiioonn MMuullttiipplleexxiinngg aaddaallaahh iissttiillaahh uummuumm yayanngg ddiitteerraappkkaann ppaaddaa s

seebbuuaahh cacarrrriieerr opopttiikk yyaaiittuu papannjjaanngg ggeelloombmbaanngg,, seseddaannggkkaann frfreeqquueennccyy didivviissiioonn m

muullttiipplleexxiinngg bbiiaassaannyyaa diditteerraappkkaann kkee opopeerraattoorr raraddiioo.. DDaallaamm hahall ininii papannjjaanngg g

geelloommbbaanngg dadann ffrreekkuueennssii bbeerrbbaannddiinngg tteerrbbaalliikk,, sseerrtta a raraddiioo cacahhaayyaa adadaallaahh kekedduuaa b


(41)

BAB III

DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING

3.1 Pendahuluan

Menurut definisi teknologi DWDM merupakan suatu teknologi jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4, 8, 16, 32,dan seterusnya) dalam satu serat tunggal. Jumlah panjang gelombang yang saat ini sudah distandarkan secara lengkap oleh ITU-T adalah 16 panjang gelombang (rekomendasi ITU-T seri G.692). Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuannya dalam hal ini diyakini banyak orang akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditransmisikan dalam satu serat (saat ini ada yang sudah mampu hingga sekitar 400 panjang gelombang). ITU-T G.692 standard Channel spacing 0.4 nm atau 0.8 nm (50 GHz atau 100 GHz). Transmission window [14]:

C band = 1530 –1565 nm L band = 1565 –1625 nm U band = 1625 –1675 nm

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) adalah suatu metoda untuk menyisipkan sejumlah kanal atau panjang gelombang melalui satu fiber optik. DWDM mengoptimalkan penggunaan fiber yang terpasang dan memungkinkan service baru secara cepat dan mudah disediakan pada infrastruktur fiber eksisting. DWDM menawarkan multiplikasi bandwidth bagi operator pada pasangan fiber yang sama [14].

Prinsip dasar dari teknologi DWDM adalah BW dari laser yang dimodulasi adalah 10-50 MHz, Typical Guard band 0.4 –1.6 nm, 80 nm atau14 THz @1300 nm band, 20 nm atau 15 THz @ 1550 nm. Bentuk discrete wavelengths dari tiap kanal dapat di modulasi, routed dan switched secara individu. Operasi ini membutuhkan perangkat pasif dan aktif yang berbeda-beda [14].


(42)

3.1.1 Teknologi DWDM

Teknologi DWDM merupakan teknologi terbaru dalam telekomunikasi dengan media kabel serat optik. Pada prinsipnya DWDM dapat dipandang sebagai sekumpulan kanal-kanal optis yang masing-masing menggunakan panjang gelombang (wavelength) cahaya berbeda-beda, tetapi semuanya menggunakan satu serat otpik yang sama. Solusi teknologi tersebut mampu meningkatakan kapasitas jaringan eksisting tanpa perlu mengeluarkan biaya penanaman kabel kembali, dan secara signifikan mampu mengurangi biaya peningkatan jaringan [15].

Dengan teknologi SDH yang menggunakan fiber optic untuk suatu network elemen SDH membutuhkan perangkat terminal, repeater, dan sepasang core serat optik (Tx dan Rx). Dengan peningkatan kapasitas network, maka semakin banyak NE SDH. Hal itu berarti semakin banyaknya komponen-komponen SDH yang terpasang. Tetapi dengan penerapan DWDM pada teknologi SDH maka mampu mengurangi perangkat repeater-repeater SDH dan penghematan pemakaian core optik untuk penggunaan NE SDH yang lebih baik [15].

Keuntungan-keuntungan dalam penerapan DWDM antara lain adalah :

1. Penghematan penggunaan sumber daya core optik terutama jaringan kabel optik yang hanya memiliki kapasitas core yang kecil

2. Kemampuan penyaluran transport network yang sangat tinggi, sehingga mampu menekan biaya investasi dan pemeliharaan perangkat

3. Transparansi format dan bit rate (tidak merubah format/bit rate, hanya menyalurkan) sehingga penyaluran data, gambar dan suara tetap.

Interface filter dan teknologi lainnya dapat digunakan untuk memisahkan dan menggabungkan panjang gelombang dalam satu sistem WDM. Beberapa pendekatan sedang dilakukan untuk aplikasi WDM saat ini. Beberapa kemampuan WDM muncul dengan keuntungan tersendiri, namum masih belum dipublikasikan. Walaupun teknologi tersebut bekerja dengan cara yang berbeda, namum pada proses multipleksing dan demultipleksing hasilnya cukup baik [15].


(43)

3.1.2 Sistem DWDM

DWDM merupakan suatu teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses memultipleksing seluruh panjang gelombang tersebut ditransmisikan melalui sebuah serat optik [16].

Teknologi DWDM adalah teknologi dengan memanfaatkan sistem SDH yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Menurut defenisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transportasi yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4,8,16,32 dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal, dimana artinya apabila dalam satu fiber itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan transmisinya menjadi 4x10 Gbs (kecepatan awal dengan menggunakan teknologi SDH) [16].

3.1.3 Prinsip Kerja DWDM

Pada dasarnya DWDM memiliki prinsip kerja yang sama dengan media transmisi yang lain dalam mengirimkan informasi dari suatu tempat ke tempat lain. Namun dalam teknologi ini pada suatu kabel atau serat optik dapat dilakukan pengiriman banyak informasi secara bersamaan melalui kanal yang berbeda. Setiap kanal ini dibedakan dengan menggunakan prinsip perbedaan panjang gelombang (wavelength) yang dikirimkan oleh sumber informasi. Sinyal informasi yang dikirimkan awalnya diubah menjadi panjang gelombang yang sesuai dengan panjang gelombang yang tersedia pada kabel optik kemudian di multipleksing pada satu fiber. Dengan teknologi DWDM ini, pada satu serat optik dapat tersedia beberapa panjang gelombang yang berbeda sebagai media transmisi yang dapat disebut dengan kanal [16].

Pada sisi kanan terdapat beberapa sinyal yang dipisahkan dalam sebuah demultiplexer dan dirutekan kesetiap penerima masing-masing. Receiver bersifat color-band dalam merespon secara sama untuk semua panjang gelombang. Receiver dapat mendeteksi semua panjang gelombang yang masuk, artinya bahwa sinyal-sinyal tersebut harus benar terpisah pada bagian multiplekser, karena jika terjadi perbedaan panjang gelombang antara 2 atau lebih yang masuk, maka pada keluaran receiver akan diaggap sebagai sebuah noise.


(44)

Add-drop multiplekser ialah sebuah multiplekser yang berfungsi untuk mengeluarkan 1 atau lebih panjang gelombang dari gabungan transmisi sinyal optik. Add-drop multiplekser dapat melakukan drop ke suatu lokasi tujuan. Ia juga dapat melakukan add sinyal tersebut, sehingga dapat ditransmisikan kembali pada mid point station. Pada Gambar 3.1 ditunjukkan sistem atau prinsip kerja dari DWDM secara umum [16].

Gambar 3.1 Blok Diagram Prinsip Kerja DWDM

3.1.4 Komponen DWDM

Analogi prinsip Multipleks Optik adalah seperti suatu cahaya warna putih jika melewati suatu prisma dapat diuraikan menjadi warna-warni pelangi

(merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).

1. Transmitter merubah bit-bit elektrik menjadi pulsa-pulsa optik dengan frekuensi tertentu

2. Sumber optik yang digunakan dalam sistem komunikasi optik adalah laser karena menghasilkan cahaya dengan berkas dan lebar

spektral yang sempit dan menghasilkan daya optik yang besar

3. Transmitter menggunakan laser pita sempit (narrow-band) yang memiliki lebar spektral yang sempit untuk membangkitkan pulsa-pulsa optik

4. Transmisi dilakukan pada pita infra merah dan harus dikendalikan dengan sangat ketat agar dapat menghasilkan panjang gelombang yang tepat


(45)

5. Transmitter laser memerlukan kondisi lingkungan tertentu dan catu daya listrik yang teratur (regulated) agar dapat beroperasi dengan baik.

Komponen dari DWDM terdiri dari bagian-bagian yaitu : 1. Transmitter Tx

Rangkaian Laser (Laser Control dan Laser) berfungsi untuk membangkitkan sinyal laser, dan diteruskan ke rangkaian Modulator. Rangkaian Modulator (Modulator dan Modulator Driver) berfungsi menerima sinyal laser dari rangkaian laser, untuk memodulasi sinyal dengan daya elektrik (informasi), sehingga diperoleh sinyal dengan daya optik yang mempunyai wavelength tertentu. Bentuk transmitter DWDM ditunjukkan pada Gambar 3.2 [17].

Gambar 3.2 Transmitter DWDM

2. Laser

Rangkaian Laser (Laser Control dan Laser) untuk membangkitkan sinyal laser, dan diteruskan ke rangkaian Modulator. Rangkaian ini ditunjukkan pada Gambar 3.3 [17].


(46)

Gambar 3.3 Laser DWDM

Untuk Sistem DWDM kecepatan tinggi maka digunakan laser dengan sfesifikasi seperti berikut hanya untuk “Long Wavelength Lasers” (1550 nm range). Hanya untuk “Single Frequency Lasers“ dan tidak ada direct modulation untuk laser current [17].

3. Modulator

Modulator memilih format modulasi untuk optimalisasi yaitu : 1. Bandwidth meningkatkan efisiensi spectral

2. Receiver menekan OSNR yang diperlukan channel power menekan non linearities. Rangkaian Modulator (Modulator dan Modulator Driver) berfungsi menerima sinyal laser dari rangkaian laser, untuk memodulasi sinyal dengan daya elektrik (informasi), sehingga diperoleh sinyal dengan daya optik yang mempunyai wavelength tertentu. Bentuk Modulator dapat ditunjukkan pada Gambar 3.4 [17].


(47)

Direct Modulation ini melakukan fungsi konversi electrical-to-optical (EO) dan parallel to serial coverter. Format modulasi yang digunakan adalah return-to-zero (RZ) dan bila ada lojik “1”, dioda laser akan “on” dan bila ada lojik “0”, dioda laser akan “off”. Direct modulation memiliki kelemahan utama untuk data rate yang tinggi, tidak dapat digunakan pada bit rate yang lebih besar dari 2,5 Gbps. Direct modulation dapat membangkitkan non-linieritas dan meningkatkan chirp. Direct modulation dibatasi jarak dan cocok untuk aplikasi metro DWDM. Bentuk Direct Modulator ditunjukkan pada Gambar 3.5 [17].

Gambar 3.5 Prinsip Direct Modulation

Chirp Direct Modulation adalah perubahan mendadak panjang gelombang tengah (center wavelength) laser yang disebabkan oleh ketidakstabilan laser Efeknon-linier dapat menyebabkan chirp pada sistem komunikasi optic dan dapat mengurangi efek chirping yang berasal dari proses pelaseran dengan menggunakan external modulator. Pergeseran chirp biasanya +1 GHz s/d -1 GHz [17].

Prinsip Kerja dari Direct Modulation ;

1. Parallel to Serial Converter berfungsi untuk mengubah “n” sinyal dengan daya elektrik parallel menjadi satu sinyal dengan daya elektrik serial; untuk diteruskan ke High Speed Electrical Driver.

2. High Speed Electrical Driver berfungsi untuk mengontrol daya dari sinyal electric berdasarkan kepada sinyal balik dari Laser.


(48)

3. Laser berfungsi untuk mengubah sinyal dengan daya electrik menjadi sinyal dengan daya optic. Jadi modulator ini melakukan fungsi parallel-to serial coverter dan konversi electrical-to-optical (EO). Format modulasi yang digunakan adalah return-to-zero (RZ) : Bila ada lojik “1”, dioda laser akan “on” bila ada lojik “0”, dioda laser akan “off”.

External Modulation dapat ditunjukkan pada Gambar 3.6 [17].

Gambar 3.6 Prinsip External Modulation

External modulation merupakan suatu laser yang dibias secara DC menghasilkan continuous wave (CW) yang diumpankan ke external modulator yang memodulasi sinyal CW menjadi aliran bit optik lebih stabil dan sering digunakan pada sistem DWDM ada dua jenis yaitu [17]:

1. Electro-absorption modulators (EAMs)

2. Mach-Zehnderinterferometer mdulators (MZI). Pada umumnya menggunakan format nonreturn-to-zero (NRZ).

3. Tetapi ada pula sistem DWDM yang menggunakan format return-to-zero (RZ) dan carrier-suppressed return-to-zero (CS-RZ)


(49)

3.2 Konfigurasi Umum DWDM

T1, T2, T3 .. Tn, Optical Transmitter (Laser) berfungsi untuk mengubah sinyal dengan daya elektrik menjadi sinyal dengan daya optik, dan diteruskan ke Mux DWDM. Mux DWDM menggabungkan sinyal dengan daya optik dari Optical Transmitter (laser) menjadi satu (parallel ke serial converter). Multiplex ini juga disebut sebagai “coupler atau combiner”. Kabel fiber optik berfungsi sebagai media transmisinya, menyalurkan sinyal optik dari pengirim (Tx) ke penerima (Rx). Optical Amplifier akan memperkuat sinyal optik, agar mempunyai daya selalu stabil, sama dengan pada saat keluar dari Laser. Demux DWDM mengubah dari sinyal optik serial menjadi sinyal optik parallel serial ke parallel conventer. Demultiplex ini juga disebut sebagai Splitter atau decombiner. R!, R2, R3, .. Rn merupakan Optical Receiver (Detector) untuk mengubah dari Sinyal dengan daya optik menjadi sinyal dengan daya elektrik. Konfigurasi umum dan sesuai fungsi komponen masing-masing ditunjukkan pada Gambar 3.7 [17]

Beberapa Channel Wavelength Independent Beberapa Channel Wavelength Independent Multiplex DWDM

(Coupler)

Demultiplex DWDM (Splitter) Kabel Fiber Optic,

membawa beberapa channel Wavelength

Optical Transmitter (Laser) Optical Receiver (Detector)

T1 T1 T2 Tn λ1 λΝ λ2 λ3 R1 R2 Rn λ1 λ2 λΝ λ3

λΝ λ3λ2λ1

λΝ λ3λ2λ1

Optical Amplifier

λΝ λ3λ2λ1

λΝ λ3λ2λ1

Gambar 3.7 Konfigurasi Umum

Dari gambar di atas dapat dijelaskan setiap bagian seperti berikut : 1) Optical Transmitter (Laser)

Sistem DWDM menggunakan resolusi yang tinggi, atau band yang sempit, dan laser mengirimkan pada band panjang gelombang 1550 nm; dengan 2 keuntungan, yaitu memperkecil kehilangan daya optik, selama perjalanan sinyal pada kabel serat optik dari pengirim ke penerima dan memungkinkan digunakannya


(50)

penguat optic untuk memperbesar daya optik pada jarak tempuh yang lebih jauh lagi. Laser dikirimkan dengan band yang sempit ini penting, untuk memungkinkan spasi antar kanal menjadi dekat, dan sekaligus untuk memperkecil efek-efek lain dari sinyal, misalnya dispersi chromatic [17].

2) DWDM Multiplexer

DWDM Multiplexer berfungsi untuk menggabungkan sinyal-sinyal transmit yang mempunyai panjang gelombang berbeda-beda menjadi satu, untuk kemudian diteruskan ke satu satu optical fiber. Untuk keperluan multiplexing ini beberapa teknologi digunakan, termasuk “filter-filter dielektrik thin-film” dan beberapa tipe “optical grating”. Beberapa multiplex dibuat dari “completely passive devices” artinya tidak memerlukan catuan listrik. Multiplex optical pasif bekerja sebagaimana prisma dengan presisi yang sangat tinggi untuk menggabungkan beberapa sinyal individual. Multiplex ada yang mempunyai kemampuan untuk transmit dan receiver pada satu single fiber, yang dikenal dengan “be-directional transmission” [17].

3) Optical Cable

Optical Cable berfungsi untuk menyalurkan sinyal gabungan beberapa panjang gelombang, yang datang dari DWDM Multiplexer [17].

4) Optical Amplifier

Optical Amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal optik yang sudah mulai melemah karena redaman sepanjang dalam perjalanan didalam kabel serat optik. Satu optical amplifier dapat menguatkan beberapa sinyal optik secara bersamaan. Sebelum dikembangkan optical amplifier, untuk menguatkan sinyal optik yang mulai melemah dilakukan dengan jalan meregenerasi sinyal tersebut secara elektrik yaitu dengan jalan mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik terlebih dahulu kemudian diregenerasi diubah kembali menjadi sinyal optik dan dipancarkan ke stasiun tujuan. Pada cara ini, setiap panjang gelombang mempunyai regeneratornya sendiri-sendiri [17].


(51)

DWDM Demultiplexer berfungsi untuk memisahkan satu sinyal gabungan beberapa lambda yang datang dari kabel serat optik, menjadi beberapa sinyal dengan lambda yang independent. Untuk keperluan demultiplexing ini beberapa teknologi digunakan, termasuk “filter-filter dielektrik thin-film” dan beberapa tipe “optical grating”. Beberapa demultiplex dibuat dari “completely passive devices”; artinya tidak memerlukan catuan listrik. Demultiplex optical pasif bekerja sebagaimana prisma dengan presisi yang sangat tinggi untuk memisahkan gabungan beberapa sinyal menjadi beberapa sinyal dengan lambda yang individual, biasanya fungsi Multiplex dan Demultiplex terletak dalam satu device [17].

6) Optical Receiver (Detector)

Optikal Receiver berfungsi untuk mendeteksi sinyal dengan gelombang cahaya yang datang dari DWDM demultiplexing, untuk kemudian mengubah dari sinyal dengan daya optik (cahaya) menjadi sinyal dengan daya listrik. Optical receiver biasanya berupa “wideband device”, yaitu dengan tujuan agar dapat mendeteksi sinyal cahaya yang melebihi lebar ring relatif dari panjang gelombang, misalnya antara 1280 -1580 nm [17].

3.3 Parameter DWDM

Pada Tugas akhir ini parameter yang digunakan dalam menganalisis sistem dan teknologi DWDM tersebut yaitu :

1. Delay

Delay adalah waktu tunda dari suatu informasi yang akan dikirim yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Titik-titik yang dilalui oleh sebuah sistem dalam pentransmisian informasi bisa berupa saluran FO, Modem, Komputer dan sebagainya yang dilewati oleh sebuah jalur transmisi. Oleh karenanya delay dalam suatu saluran juga merupakan unjuk kerja yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kemampuan dan kualitas pentransmisian sinyal atau informasi [17].

Pada Tugas akhir ini delay yang dianalisis adalah sebagai berikut : a. Delay Serialisasi

b. Delay Propagasi c. Delay Proccesing


(52)

Dari ketiga delay tersebut pengaruh terbesar adalah pada delay serialisasi. Untuk menghitung delay serialisasi dapat digunakan persamaan (3.1), (3.2), (3.3), (3.4) [17].

Delay Serialisasi = bytes/frame x bits/frame/bits/sec...(3.1) Delay propag = panjang fiber (km) x 0.005 ms/km...(3.2) Delay Proc NE = Jumlah Total NE dalam lintasan x 0.45 ms...(3.3) Delay Total = Delay Serialisasi + Delay Propagasi + Delay Processing...(3.4)

2. Redaman

Pada sebuah sistem telekomunikasi sangat sering ditemui rugi-rugi atau redaman dari setiap perangkat yang digunakan setiap perusahaan. Setiap perangkat yang digunakan perusahaan memiliki standar-standar tertentu. Pengukuran redaman pada SKSO berikut ini dilakukan pada OTB antara MDC-TBG.

Hasil pengukuran yang dilakukan penulis untuk fiber optic daerah MDC-TBG menggunakan 48 core. Berikut hasil pengukuran yang diperoleh selama mengikuti penelitian, dan sebagai contoh dapat ditunjukkan pada Gambar Grafik 3.8 ditunjukkan untuk core 1.


(53)

Grafik FO pada Gambar 3.8 menunjukkan bahwa kondisi dalam keadaan idle (siap pakai). Dari garis grafik yang terlihat merupakan panjang kabel dari Medan ke Tebing sepanjang 9,57 km. Jika kabel FO yang semakin panjang maka redaman bertambah. Redaman pada FO telah sesuai dengan standart yang diharapkan maka FO tersebut siap untuk disambungkan jika ada permintaan pelanggan.

Untuk menghitung redaman dapat digunakan persamaan berikut ini :

Link budget = Slope * jarak kabel...(3.5) Lossline = (Redaman Kabel/km x jarak) + (Redaman per splice x

jumlah Splice) + (Redaman Patchcore * jumlah Conector)……...(3.6) Total loss ideal = Panjang kabel * standar redaman kabel per km...(3.7) Total loss max = (Panjang kabel x loss/km) + (jlh sambungan x 0.15) + (jlh

connector x loss connector)………....……. ..(3.8) Space Margin = Total loss max – Total loss saat ini...(3.9)

Keterangan :

Joint : jumlah sambungan

Total loss ideal : total loss kabel tanpa apapun

Total loss max : total loss kabel sambungan + connector (berdasarkan hasil ukur OTDR) + total loss kabel (ideal)

Total loss saat ini : total joint setelah operasi atau setelah kabel putus (berdasarkan hasil ukur OTDR)

3. Band Frekuensi

Band frekuensi merupakan jalur atau frekuensi yang dilalui oleh bandwidth. Pada band frekunesi yang digunakan DWDM saat ini berapa pada kordinat window dan yang sering digunakan adalah pada band C. Band frekuensi yang digunakan dapat dilihat pada bab 4 Gambar 4.3 [17].

Hubungan antara spasi lamda dengan spasi frekuensi adalah :

∆f = c/λ2 x ∆λ...(3.10) Dimana :


(54)

∆f : Spasi frekuensi (GHz)

∆λ : Spasi Lamda (nm)

Λ : Panjang gelombang daerah operasi

Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi akan menghasilkan nilai yang kurang presisi, sehingga sitem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai standar penentu spasi kanal yang digunakan adalah λ = 1550 nm [17].

4. Bandwidth

Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam hal ini bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal diukur dalam satuan Hertz. Bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk kecepatan transfer data (transfer rate) yaitu jumlah data atau voice yang di bawah dari suatu titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu (pada umumnya dalam detik). Bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bit perseconds) atau dalam Bps (Bytes perseconds). Persamaan umum dari bandwidth dapat dilihat pada persamaan 3.11 [17].

Bandwidth = jumlah bit / s...(3.11) Bandwidth merupakan konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki kekurangan atau batasan, tidak peduli bagaimana cara mengirimkan informasi maupun media apa yang dipakai dalam penghantaran informasi. Hal ini karena adanya hukum fisika maupun batasan teknologi. Ini akan menyebakan batasan terhadap panjang media yang dipakai. Kecepatan maksimal

Tabel 3.1 Batasan Panjang Medium dan Kecepatan Maksimum Aliran Data

Media Panjang Maksimum Kecepatan Maksimu

Kabel Coaxial 50 Ohm 200 m 10-100Mbps

Kabel Coaxial 75 Ohm 500 m 10-100Mbps

UTP Kategori 5 100 m 10 Mbps

Multimode 2 km 10 Mbps


(55)

Wireless 100 m 2 Mbps

Infra Red 1 m 4 Mbps

yang dapat dipakai, maupun perlakuan khusus terhadap media yang dipakai. Batasan panjang medium dan kecepatan maksimum aliran data dapat dilihat pada Tabel 3.1 [17].

Terdapat hubungan lansung antara kapasitas membawa informasi dari suatu sinyal dengan bandwidthnya. Makin besar bandwidth, makin tinggi kapasitas pembawa informasi. Makin terbatas bandwidth, makin besar distorsi dan makin besar potensi galat oleh penerima. Laju galat adalah laju kemunculan galat, yaitu penerima 1 ketika 0 dipancarkan atau 0 ketika 1 dipancarkan [18].

3.4 Perutean Panjang Gelombang

Perutean panjang gelombang ini dapat dilihat pada Gambar 3.1, yaitu terdapat 1-n gelombang cahaya menuju 1-n receiver masing-masing. Receiver tersebut dapat berupa titik optic connection maupun cable connection.

Fungsi lain dari sebuah demultiplekser ialah sebagai pengorganisir gelombang cahaya. Demultiplekser optik melakukan perutean panjang gelombang cahaya dari panjang gelombang yang berbeda-beda kedalam setiap receiver tujuan masing-masing [19].

Panjang gelombang yang diaplikasikan saat ini di PT.TELKOM sebanyak 7 lamda, yaitu ; Aceh (5 lamda), Kabanjahe (1 lamda), Tebing Tinggi (1 lamda) [20].


(56)

BAB IV

ANALISA KINERJA DWDM PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (Aplikasi Medan Centrum-Tebing Tinggi Ring II SUMATERA)

4.1 Umum

Dalam tugas akhir ini akan dianalisa kinerja Dense Wavelength Division Multipleks pada sistem komunikasi serat optik. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Redaman b. Band Frekuensi c. Bandwitdh d. Delay

e. Panjang Gelombang (Wavelength)

Pada sistem komunikasi SKSO untuk perangkat DWDM konfigurasi RING II ditunjukkan di Lampiran pada Gambar 3. Ring II ini terdiri dari Medan -Tebing Tinggi - Kisaran - Rantau Parapat - Pekanbaru - Bukit Tinggi - Patang - Paniaran – Lubuk basung – Lubuk laping - Kotanopan - Padang Sidimpuan – Sibolga – Balige - Pematang Siantar. Ring II ini merupakan kelanjutan dari Ring II SDH. SDH-DWDM merupakan komunikasi berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan kapasitas pelanggan.

4.2 Analisis Pengukuran Kinerja DWDM pada SKSO di PT.Telkom

Dalam Tugas Akhir ini, kinerja DWDM yang dianalisis dibatasi dari Medan Centrum-Tebing Tinggi (RING II Sumatera). Model sistem RING II tersebut dapat ditunjukkan di Lampiran pada Gambar 3 dimana titik terminasi dalam gambar tersebut ditunjukkan komunikasi anatara RING I dan RING II pada kota Pekan Baru, dari gambar dapat dilihat yang berwarna hijau, sehingga untuk pengukuran dapat di lakukan langsung pada setiap kota dalam konfigurasi.

4.2.1 Redaman

Pada sebuah sistem telekomunikasi sangat sering di temui rugi-rugi atau redaman dari setiap perangkat yang di gunakan setiap perusahaan. Setiap perangkat yang digunakan perusahaan memiliki standar-standar tertentu. Pengukuran redaman


(57)

pada SKSO berikut ini dilakukan pada OTB antara MDC-TBG. Model pengukuran dari redaman ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Model Pengukuran Redaman dengan OTDR

Berikut merupakan perangkat OTB yang merupakan bagian dari pengukuran redaman FO ditunjukkan pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Perangkat OTB

Hasil pengukuran yang dilakukan penulis untuk fiber optic daerah MDC-TBG menggunakan 48 core ditunjukkan pada Tabel 4.1, dan data selengkapnya pada Lampiran 3.


(58)

Table 4.1 Hasil pengukuran redaman menggunakan OTDR

Sistem : RMJ

Sub System :RI NG I I SUMATERA ( MDC-TBG)

Jenis Kabel : G.652D ( 48 core / 4 Tube)

Periode : Juli 2010

Link :Medan Centrum-Tebing Tinggi 9 .57 km Furukaw a

Core Kondisi

Panjang kabel ( km

)

TOTAL JOI NT TOTAL LOSS

SPACE MARGI N Keterangan I DEAL

SAAT

I NI I DEAL MAX

SAAT I NI

1 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 4.50 0.26455 I dle 2 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 3.47 1.29455 I dle 3 OK

9.57 Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi 4 OK 9.57 Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi 5 OK

9.57 Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi 6 OK

9.57 Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi 7 OK 9.57 5 5 3.01455 4.76455 4.20 0.56455 I dle 8 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 4.28 0.48455 I dle 9 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 3.62 1.14455 I dle 10 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 4.33 0.43455 I dle 11 OK 9.57 Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi 12 OK

9.57 Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi 13 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 4.08 0.68455 I dle 14 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 4.44 0.32455 I dle 15 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 3.55 1.21455 I dle 16 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 3.33 1.43455 I dle 17 OK 9.57 5 5 3.01455 4.76455 3.39 1.37455 I dle 18 OK

9.57 5 5 3.01455 4.76455 3.49 1.27455 I dle 19 OK


(1)

3. Bentuk Konfigurasi Ring II DWDM Sumatera PT.TELKOM

Gambar 3


(2)

4. Contoh Hasil Pengukuran Power In/Out DWDM Boster-2

Gambar 4

Hasil Pengukuran Boster 2 Ring II DWDM

5. Hasil Pengukuran Trafik Info Delay Transmiter pada Boster-2 DWDM


(3)

6. Hasil Pengukuran Trafik Info Delay Receiver pada Boster-2 DWDM

Gambar 6 . Info Trafik Delay Rx Boster 2

7. Hasil Pengukuran Power In/Out Boster-1 DWDM Ring II

Gambar 7


(4)

8. Hasil Pengukuran Total Power Output Preampasis Boster 1 DWDM Ring II

Gambar 8 Preampasis 1

9. Hasil Pengukuran Trafik Info Delay Transmiter Boster-1 DWDM Ring II

Gambar 9


(5)

10. Hasil Pengukuran Trafik Info Delay Receiver Boster-1 Ring II DWDM

Gambar 10

Trafik Info Delay Rx Boster 1

11. Model Pengukuran Delay dan Power Input/Output Ring-II DWDM

Gambar 11


(6)

12. Bentuk Ring II SDH pada PT.TELKOM


Dokumen yang terkait

Analisis Perancangan Jaringan Serat Optik Dwdm (Dense Wavelength Division Multiplexing) Untuk Link Medan – Langsa (Studi Kasus di PT. Telkom Medan)

16 126 72

Analisis Kinerja Topologi Jaringan Ring pada Synchronous Digital Hierarchy (SDH) dan Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) di PT. TELKOM MEDAN (Aplikasi Ring 1 (NEC) dan Ring 2 (SIEMENS) JASUKA)

7 77 85

Studi Perbandingan DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) Dan CWDM (Coarse Wavelength Division Multiplexing) Pada Sistem Komunikasi Serat Optik

8 66 87

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 12

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

1 1 1

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 4

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 26

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm) Chapter III V

1 0 20

Analisis pengaruh crosstalk pada sistem komunikasi Serat optik terhadap jaringan dense wavelength Division multiplexing (dwdm)

0 0 1

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ANALYSIS AND SIMULATION OF NON LINEAR EFFECT THREE WAVE MIXING IN DENSE WAVELENGHT DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) L

1 2 8