fullpapers jipk7df6c50aa02full

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Kitosan Sebagai Alternatif Bahan Pengawet Kamaboko Ikan Kurisi
(Nemipterus nematophorus) pada Penyimpanan Suhu Dingin
Chitosan as Alternative to Preservative Kamaboko Fish Kurisi (Nemipterus nematophorus)
at Cold Temperature Storage
Dwitha Nirmala1, Endang Dewi Masithah2*, Djoko Agus Purwanto3
1

Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya
Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya
3
Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
*een_icha@yahoo.com
2

Abstrak
Kitosan merupakan modifikasi senyawa kitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan
Crustaceae seperti udang serta kepiting. Khasiat kitosan sebagai bahan antibakteri dan kemampuannya
untuk mengimobilisasi bakteri tampaknya menjadikan senyawa tersebut dapat digunakan sebagai
pengawet makanan. Daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan kitosan.

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama waktu pengawetan kamaboko dengan
menggunakan kitosan, mengetahui besarnya konsentrasi kitosan yang optimal dalam pengawetan
kamaboko serta mengetahui pengaruh kitosan terhadap sifat fisik kamaboko baik dari segi citarasa
maupun penampakannya. Percobaan dibagi dalam dua tahap penelitian. Tahap penelitian pendahuluan
adalah pembuatan kitosan dari kulit udang, dengan konsentrasi NaOH 50% dan pembuatan kamaboko
ikan kurisi. Tahap penelitian utama adalah tahap aplikasi penambahan kitosan pada kamaboko dengan
memvariasikan konsentrasi kitosan. Konsentrasi kitosan dalam pelarut asam asetat adalah 0,5%, 1%,
1,5%, 2% dengan waktu perendaman kamaboko dalam larutan kitosan selama 5 menit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi kitosan yang optimal untuk digunakan sebagai bahan pengawet
kamaboko ialah sebesar 1,5 % dengan masa simpan 12 hari dengan waktu perendaman kitosan selama 5
menit.
Kata kunci : Kitosan, pengawet, kamaboko
Abstract
Chitosan is the modification of chitin, which found on the outer skin of Crustacea species such as shrimps
and crabs. The tipycal quality of chitosan as antybacteria with the ability to immobilize bacteria it might
caused chitosan used to be food preservation. The ability to obstruct bacteria depend on chitosan
concentration. The aims of this research were knowing how long this food preservative used chitosan
would be defence in “kamaboko”, knowing the optimal concentration of chitosan for kamaboko
preservation and knowing the effect of chitosan in kamaboko physics, taste, also their performance. This
experiments were done in two steps. The first step preliminary research was the production of chitosan

from shrimp skins, which the NaOH concentration was 50% and making of kamaboko. The second step
primary research was the application of chitosan that had to be added to kamaboko with different
concentration. Chitosan concentration in acetic acid solvent were 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, with soaking time
kamaboko 5 minute. The experiments result indicated that the optimum concentration of chitosan to
preserves bakso was 1,5 % for twelve days with soaking time of chitosan was 5 minute.
Keywords: Chitosan, preservation, kamaboko

109 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepu-

terbukti menggunakan formalin (BPOM RI,
2012).
Sehingga perlu dilakukan usaha un-


lauan yang mempunyai wilayah perairan
yang cukup luas, terutama wilayah perairan
laut yang mencakup 2/3 dari luas wilayah
Indonesia. Wilayah perairan yang cukup
luas tersebut menyimpan potensi sumber daya ikan yang cukup besar, terutama ikan laut
untuk konsumsi manusia. Namun segala keunggulan tersebut tidak sejalan dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia.
Perlu dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan ikan-ikan hasil
tangkapan samping (HTS) seperti ikan kurisi
ini agar memiliki nilai ekonomis yang lebih
tinggi. Oleh karena itu perlu kiranya
dilakukan terobosan-terobosan dalam diversifikasi pengolahan komoditas perikanan
yang diharapkan mampu memanfaatkan

tuk mencari alternatif pengganti bahan
pengawet yang alami. Salah satu bahan yang
dapat dipakai adalah kitosan. Kitosan dapat
dimanfaatkan

sebagai


bahan

pengawet

karena sifat-sifat yang dimilikinya yaitu
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak dan sekaligus dapat
melapisi produk yang diawetkan sehingga
terjadi interaksi yang maksimal antara produk dan lingkungannya (Hardjito, 2006). Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai
penambahan bahan bahan alami yang diharapkan menghasilkan produk olahan yang
baik bagi tubuh.
Materi dan Metode
Alat dan Bahan

sumberdaya perikanan menjadi optimal serta
Bahan yang digunakan dalam pene-

dapat meningkatkan minat masyarakat untuk
mengkonsumsi ikan. Salah satu usaha diversifikasi produk perikanan yang dapat dikembangkan adalah Kamaboko.
Kamaboko yang banyak digemari
masyarakat, akhir-akhir ini dikagetkan dengan adanya penggunaan bahan pengawet

berbahaya. Lebih dari 700 jenis makanan di
pasar tradisional dan modern di tujuh kota,

litian ini yaitu ikan kurisi (Nemipterus sp),
air bersih suhu 4oC, Kalsium klorida (CaCl2),

Gula,

Sodium

tripholyposphate

(STPP), Egg white powder (EWP), Bahan
yang digunakan dalam proses pengolahan
kamaboko yaitu surimi ikan kurisi beku dan
garam 2%. Bahan yang digunakan dalam
penelitian utama yaitu surimi ikan kurisi
beku, larutan asam asetat 1% dan bubuk
kitosan. Alat yang digunakan dalam pem110 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015

D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

buatan surimi pada penelitian ini yaitu blong

percobaan tersebut dianggap seragam. Pada

(91 x 54 cm), basket (56 x 36 x 21 cm),

penelitian ini ulangan yang diperoleh dari 5

Fiber box (110 x 110 x 61), Timbangan

perlakuan pada perhitungan ulangan RAK

digital, Meja pengolahan, Pisau, Trolly, Fish

dengan derajat bebas galat RAK > 15 adalah


scalling machine (5 x 1,5 m), Fish meat

3 kali. Penelitian utama bertujuan untuk

conveying (4 x 1 x 1 m), Meat bone

mengetahui larutan kitosan mana yang dapat

separator (3,5 x 2 x 2 m), Leaching tank

menghambat bakteri.

(1,5 x 1,5 m), Rotary screen (5 x 1 m),

Prosedur Penelitian

Refiner (2 x 1 m), Screw press (8 x 1 m).
Bowl cutter mixer (3 x 3 x 3 m), Former (80

Pembuatan kitosan


x 3,7 x 5,5 cm), Long pan (53 x 3,7 x 5,5

Penelitian awal terdiri dari tahap

cm), Contact plate freezer (6 x 5 x 4 m), Ice

proses pembuatan kitosan dari kulit udang.

machine (4 x 2 x 4 m), Forkift, Rheometer,

Pada tahap pembuatan kitosan dari kulit

pH meter, Metal detector (1,5 x 1 x 1,5 m).

udang ini mencakup tiga proses utama yaitu

Alat yang digunakan dalam proses pengo-

demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi.


lahan kamaboko dari ikan kurisi (Nemipte-

Pembuatan kitosan pada penelitan ini me-

rus sp.) adalah meat grinder, blender, pisau,

ngacu pada metode Suptijah et. al. (1992).

talenan, kompor, panci, baskom, sendok,

Pertama, limbah udang dibersihkan dari ko-

piring, garpu, press cake, pH meter, kain

toran dan daging yang masih menempel se-

saring, mangkok, ember plastik, timbangan

hingga hanya disaring. Kulit udang tersebut


dan cetakan gel ikan.

kemudian ditimbang untuk mengetahui berat

Metode Penelitian

awal sebelum diproses. Proses pertama yang
dilakukan adalah demineralisasi mengguna-

Rancangan penelitian yang diguna-

kan HCL 1,0 N dengan perbandingan HCL

kan pada penelitian ini adalah Rancangan

dan limbah udang 1:7 selama 1 jam pada

Acak Kelompok (RAK) (Kusriningrum,


suhu 900C sambil diaduk. Kemudian disa-

2008), sebab penelitian ini memiliki dua

ring dan dicuci dengan air sampai pH netral.

sumber keragaman yaitu perlakuan dan me-

Setelah itu beranjak ke tahap kedua yaitu

dia atau bahan percobaan disamping penga-

proses deproteinasi. Pada proses ini bahan

ruh acak. Kelompok sebagai ulangan untuk

hasil demineralisasi ditambahkan NaOH

RAK, antar kelompok media atau bahan

3,5% dengan perbandingan NaOH dan
111 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

limbah udang 1:10 selama 1 jam pada suhu

pai sepuluh kali dari berat ikan. Banyaknya

900C sambil diaduk, kemudian disaring dan

air yang digunakan dan ulangan pencucian

dicuci sampai pH netral. Proses terakhir ada-

tergantung dari jenis ikan yang diolah, jenis

lah deasetilasi dengan perbandingan NaOH

air pencuci dan mutu surimi yang diingin-

50% dan limbah udang 1:20 selama 1 jam

kan. Biasanya air pencuci terakhir mengan-

ada suhu 1400C sambil diaduk, kemudian

dung garam (NaCl) sebanyak 0,01 sampai

disaring dan dicuci sampai pH netral atau

0,3 persen untuk memudahkan pembuangan

mendekati pH 7. Setelah itu dikeringkan

air dari daging ikan. Sebelum dilakukan

secara konvensional menggunakan sinar

penggilingan, air yang berada didalam da-

matahari lalu ditimbang. Kitosan yang

ging ikan harus dibuang terlebih dahulu

diperoleh diuji kadar air, abu, nitrogen dan

dengan cara diperas atau disentrifugasi. Alat

derajat deasetilasinya. Untuk dapat diapli-

penggiling yang digunakan sebaiknya tipe

kasikan ke dalam produk, kitosan dilarutkan

penggiling dingin, agar dapat memperta-

dengan asam asetat sehingga membentuk

hankan mutu surimi (mencegah denaturasi

larutan kitosan.

protein akibat panas penggilingan). Selama

Pembuatan kamaboko

penggilingan

ditambahkan

krioprotektan

(bahan antidenaturasi protein terhadap pemPenelitian lanjutan ini merupakan
tahap pembuatan kamaboko dimana sebelum
pembuatan kamaboko akan diawali dengan
proses pembuatan surimi. Pada prinsipnya
ada empat tahap proses dalam pembuatan
surimi, yaitu pencucian daging ikan, penggilingan, pengemasan, dan pembekuan. Pencucian daging ikan dilakukan tiga sampai
lima kali. Air yang digunakan mempunyai
suhu rendah (5 – 10oC) atau air es, karena
air keran dapat merusak tekstur (akibat
denaturasi/kerusakan protein) dan mempercepat degradasi lemak. Jumlah air yang digunakan biasanya berkisar antara lima sam-

bekuan) berupa gula (sukrosa, dektrosa, atau
sorbitol) dan bahan pengikat plastik dan
selanjutnya dibekukan dalam suhu -100C
sampai -200C. Sebelum digunakan surimi
harus dicairkan (dithawing) dan digiling lebih dahulu, baru kemudian diolah menjadi
produk akhir yang diinginkan.
Kemudian Surimi beku dithawing
terlebih dahulu sebelum dimulai untuk diproses menjadi kamaboko, setelah surimi
beku mencair kemudian ditambahkan garam
2% setelah itu dilakukan dengan cara pemblenderan kedua adonan tersebut selama 3-5
menit, setelah adonan selesai kemudian ado112 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

nan dicetak, selanjutnya direbus pada suhu

bituric acid (TBA ) dan Total Plate Count

setting 400C selama 20 menit dan suhu

(TPC).

cooking 900C selama 30 menit.

Analisis Data

Penyimpanan kamaboko dengan kitosan

Data penelitian utama (tahap 4)

Pada tahap ini kamaboko yang diha-

Dianalisis secara statistik dengan mengguna-

silkan pada tahap pembuatan kamboko di-

kan rancangan acak kelompok (ANOVA).

simpan dalam suhu dingin (0-4oC) dengan

Data yang dihasilkan bila terdapat perbe-

perlakuan pencelupan kitosan 0,5%; kitosan

daan dapat dilakukan uji lanjutan. Uji lan-

1% ; kitosan 1,5% dan kitosan 2% selama 5

jutan yang digunakan adalah Uji Tukey

menit dan tanpa pencelupan kitosan (sebagai

(Tukey Multiple Range Test) (Kusriningrum,

kontrol) dan disimpan pada suhu dingin (0-

2008).

4oC). Pada hari ke- 0 dan hari ke-12 lama

Data penelitian tahap 1,2 dan 3

penyimpanan dilakukan analisis fisik (ke-

dianalisis secara deskriptif, yang menurut

kuatan gel), analisis kimia (kadar protein,

Sugiyono (2008) berfungsi untuk mendes-

lemak, air, abu, karbohidrat by different) dan

kripsikan atau memberi gambaran terhadap

mikrobiologi (TPC). Tujuan penelitian uta-

obyek yang diteliti melalui data sampel atau

ma ini adalah untuk mengetahui pengaruh

populasi sebagaimana adanya, tanpa mela-

pencelupan kitosan 0,5%; kitosan 1% ; kito-

kukan analisis dan hanya membuat kesim-

san 1,5% dan kitosan 2% terhadap karak-

pulan yang berlaku untuk umum.

teristik fisik, kimia dan mikrobiologi kama-

Variabel Penelitian

boko pada penyimpanan suhu dingin (suhu
0-4oC). Prosedur analisis parameter uji dapat
dilihat pada lampiran.

Variabel dependen yang diamati meliputi aspek kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat),

Parameter Pengamatan

mikrobiologi (analisa TPC) dan organoleptik

Parameter pada penelitian tahap 3

(Rasa, Penampakan, Tekstur, Aroma &

(tahap pembuatan kamaboko) adalah uji

Warna) setelah kamaboko selesai diolah

Fisik (uji lipan, uji gigit, kekuatan gel

sesuai perlakuan dan tenggang waktu selama

(g.cm). Parameter penelitian tahap 4 (pene-

penyimpanan suhu dingin. Sedangkan varia-

litian utama) adalah uji proksimat (kadar air,

bel independennya (sebagai perlakuan) ada-

abu, protein, lemak, karbohidrat), Thiobar113 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

lah konsentrasi larutan kitosan dan lama

masih tergolong rendah dan masih berada

penyimpanan pada suhu dingin.

dalam standar nilai TBA untuk kategori
produk pangan yang masih baik kualitasnya.

Hasil dan Pembahasan

Pada hari ke-0 dan 12 perlakuan kitosan
Pengaruh

Perlakuan

terhadap

Total

Bakteri (TPC)

1,5% menghasilkan kamaboko ikan kurisi
yang memiliki nilai TBA yang lebih rendah

Penyebab utama kerusakan bahan

dibandingkan nilai TBA perlakuan kontrol.

pangan adalah pertumbuhan mikroba, kegia-

Rendahnya nilai TBA kamaboko ikan kurisi

tan enzim dan perubahan kimia. Ternyata

dengan perlakuan kitosan 1,5% menunjuk-

pertumbuhan mikroba merupakan penyebab

kan bahwa kitosan mampu menekan ter-

utama penyusutan bahan pangan (Harris dan

jadinya oksidasi lemak.

Karmas, 2002). Pada penelitian ini pengaruh

Analisis Mutu Kimiawi

perlakuan kitosan terhadap pengujian total
bakteri (TPC) pada penelitian ini yang dapat

Pengujian Kadar Air

menghambat pertumbuhan bakteri tebaik

Berdasarkan uji statistik dapat dike-

terlihat pada larutan kitosan 1,5% pada hari

tahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan

ke-12. Secara umum kenaikan jumlah koloni

memberikan pengaruh yang berbeda nyata

bakteri yang telah terjadi selama penyim-

terhadap kadar air, sedangkan penyimpanan

panan, karena pertumbuhan mikroorganisme

tidak berbeda nyata artinya pada perlakuan

ini dipengaruhi oleh waktu (Ganan dan

memberikan pengaruh terhadap kadar air

Sherington, 2002).

produk kamaboko ikan kurisi yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan

Thiobarbituric Acid (TBA)

bahwa perlakuan kitosan 1,5% sangat berLipid dapat mengalami kerusakan
yang dikenal dengan ketengikan/ rancidity,
hal tersebut disebabkan oleh oksidasi,
hidrolisis dan kerja enzim (Ketaren, 2000).
Pada penelitian ini nilai TBA kamaboko ikan kurisi dari semua perlakuan cenderung

mengalami

peningkatan

selama

penyimpanan. Akan tetapi peningkatannya

beda nyata dengan perlakuan kitosan 0%
(kontrol); 0,5%; 1% dan 2% penyimpanan
hari ke-0 dan hari ke-12.
Air juga merupakan bagian penting
dari zat gizi yang baik (Harris dan Karmas).
Kadar air merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap daya awet suatu bahan
olahan. Semakin rendah kadar air, semakin
114 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

lambat pertumbuhan mikroba sehingga ba-

(Winarno 2000).

han pangan tersebut dapat tahan lama

73
72.07
71.61
71.47
71.26

72

71.61
71.25

71

70.35

Nilai kadar air

70.25

70.25
Kont rol

70

Kit osan 0.5%
69
Kit osan 1%

68.2
68

Kit osan 1.5%

67

Kit osan 2%

66
0

12

Pengamatan hari ke-

Gambar 1. Kadar air kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

1.6
1.37
1.4

1.27 1.29 1.3

1.36 1.34

1.29

1.27
1.13

Nilai kadar abu

1.2

Kontrol

1

0.88

Kitosan 0.5%

0.8

kitosan 1%

0.6

Kitosan 1.5%

0.4

Kitosan 2%

0.2
0
0

12

Pengamatan hari ke-

Gambar 2. . Kadar abu kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan
115 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Berdasarkan uji statistik dapat dike-

oleh adanya bakteri yang menggunakan

tahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan

unsur-unsur mineral untuk pertumbuhannya.

memberikan pengaruh yang berbeda nyata

Penurunan kadar abu disebabkan oleh

terhadap kadar abu, sedangkan penyimpanan

adanya bakteri yang menggunakan unsur-

berbeda nyata sehingga kesimpulannya baik

unsur mineral untuk pertumbuhannya.

penyimpanan ataupun perlakuan berpenga-

Bakteri membutuhkan unsur-unsur

ruh nyata terhadap kadar abu kamaboko

kimia dasar untuk pertumbuhan, diantaranya

yang dihasilkan. Hasil uji Duncan menya-

adalah karbon, hidrogen, oksigen, fosfor,

takan bahwa dimana perlakuan kitosan 1,5%

magnesium, besi dan lain-lain (Buckle et al.,

penyimpanan hari ke-0 dan hari ke-12

2009).

berbeda nyata dengan kitosan 0% (kontrol)

Pengujian Kadar Protein

penyimpanan hari ke-0 dan hari ke-12
Kadar protein pada hari ke-0 yang

sangat berbeda nyata dengan kitosan 0,5%,

tertinggi terdapat pada kitosan 1,5% sebesar

1% dan 2% penyimpanan hari ke-0 dan hari

17,12% dan hari ke-12 yang tertinggi juga

ke-12.

sama pada kitosan 1,5% sebesar 16,95%.

Penurunan kadar abu disebabkan

17.1216.75

18

16.95
15.76

16
14.17

Nilai kadar protein

14
12

13.21

12.53
11.29

10.75

Kontrol
Kitosan 0.5%
kitosan 1%
Kitosan 1.5%
Kitosan 2%

10
7.35

8
6
4
2
0
0

12

Pengamatan hari ke-

Gambar 3. . Kadar protein kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

116 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Berdasarkan uji statistik dapat dike-

nyimpanan disebabkan oleh adanya pening-

tahui bahwa penyimpanan tidak berbeda

katan kadar air (terutama pada kontrol),

nyata atau tidak berpengaruh terhadap kadar

selain itu juga diduga akibat adanya aktivitas

protein sedangkan perlakuan konsentrasi

enzim proteolitik yang diproduksi oleh

kitosan memberikan pengaruh yang berbeda

bakteri yang masih hidup (Winarno, 2000).

nyata atau berpengaruh terhadap kadar pro-

Pengujian Kadar Lemak

tein produk kamaboko ikan dimana kitosan
Kadar protein pada hari ke-0 yang

0% berbeda nyata dengan dengan kitosan

tertinggi terdapat pada kitosan 2% sebesar

0,5%; 1%; 1,5%; 2% penyimpanan hari ke-0

0,41% dan hari ke-12 yang tertinggi juga

dan hari ke-12.

sama pada kitosan 2% sebesar 0,21%.

Penurunan kadar protein selama pe-

0.45

0.41

0.4

Nilai kadar lemak

0.34
0.35
0.3

Kontrol

0.26

0.25

0.21

0.2
0.15

0.17

0.16
0.13

0.12

0.11

0.1

Kitosan 0.5%
kitosan 1%
Kitosan 1.5%

0.06

Kitosan 2%

0.05
0
0

12

Pengamatan hari ke-

Gambar 4. Kadar lemak kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

Berdasarkan uji statistik dapat dike-

dihasilkan. Hasil uji Duncan menunjukkan

tahui bahwa penyimpanan dan perlakuan

bahwa konsentrasi 2% sangat berbeda nyata

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh

dengan konsentrasi kitosan 0%; 0,5%; 1%;

yang sama-sama berbeda nyata artinya

1,5%.

sama-sama memberikan pengaruh terhadap

Penurunan kadar protein selama pe-

kadar lemak kamaboko ikan kurisi yang

nyimpanan diduga akibat adanya aktivitas
117 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

enzim proteolitik yang diproduksi oleh

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh

bakteri yang masih hidup (Fardiaz, 2000).

yang berbeda nyata artinya memberikan

Pengujian

Kadar

Karbohidrat

pengaruh terhadap kadar karbohidrat produk

By

kamabokoikan yang dihasilkan. Hasil uji

Different

Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi
Berdasarkan uji statistik dapat dike-

0,5% dan 2% sangat berbeda nyata terhadap

tahui bahwa penyimpanan dan perlakuan

konsentrasi 0%; 1% dan 1,5%.

25

Nilai kadar karbohidrat

20.03
20

17.97
16.34

16.17

14.58
15

13.59
12.61

12.05

Kont rol
Kit osan 0.5%

10

Kit osan 1%

7.47 6.85

Kit osan 1.5%
5
Kit osan 2%
0
0

12

Pengamatan hari ke-

Gambar 5. Kadar karbohidrat kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

Organoleptik Penampakan
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan
memberikan pengaruh (P < 0,05) terhadap
penampakan pada uji analisis organoleptik.
Untuk uji lanjut tukey menunjukkan bahwa
kontrol berbeda nyata dengan kitosan 1,5%
sedangkan kitosan 0,5% ; 2% ; 1% tidak
berbeda nyata sehingga dengan konsentrasi

ini tidak mempengaruhi penampakannya.
Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi pada
penyimpanan, perlakuan terbaik adalah penambahan kitosan 1,5%.
Menurut Wang et al (2008), larutan
kitosan berfungsi sebagai edible coating
yang mampu memberikan nilai organoleptik
penampakan bakso lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa kitosan.
118 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Gambar 6. Hasil uji organoleptik penampakan kamaboko dengan coating kitosan selama
penyimpanan
Organoleptik Aroma
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan
memberikan pengaruh (P< 0,05) terhadap
aroma pada uji analisis organoleptik. Dida-

bahwa kitosan 0% dan kitosan 1% memberikan pengaruh terhadap aroma kamaboko. Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi
pada penyimpanan, perlakuan terbaik adalah
penambahan kitosan 1%.

patkan hasil uji lanjut Tukey menunjukkan

Gambar 7. Hasil uji organoleptik aroma kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan
119 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Menurut Buckle et al., (2009), nilai

Organoleptik Rasa

organoleptik untuk aroma empek-empek

Rasa merupakan faktor yang sangat

pada penggunaan kitosan 1,5% dan 2% lebih

menentukan pada keputusan akhir konsumen

rendah bila dibandingkan dengan penggu-

untuk menerima atau menolak suatu maka-

naan kitosan 1%. Larutan kitosan berfungsi

nan, walaupun parameter yang lain baik,

sebagai edible coating mampu memberikan

tetapi jika rasanya tidak enak atau tidak

nilai organoleptik aroma empek-empek lebih

disukai maka akan ditolak (Martianto dan

baik bila dibandingkan dengan perlakuan

Soekirman, 2006).

tanpa kitosan.

Gambar 8. Hasil uji organoleptik rasa kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan
tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terha-

lama penyimpanan suhu chilling (Konosu
dan Yamaguchi, 2000).
Organoleptik Warna

dap rasa pada uji analisis organoleptik.
Sifat produk yang paling menarik

Tidak berbeda nyata artinya secara statistik
penilaian panelis terhadap rasa kamaboko
dari kelima perlakuan relatif sama. Penurunan rasa produk kamaboko ikan kurisi
pada kitosan konsentrasi 2% ini diduga akibat asam amino bebas terus meningkat se-

perhatian konsumen dan memberikan kesan
disukai atau tidak adalah warna (Nurfianti,
2007).
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan
120 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

memberikan pengaruh (P < 0,05) terhadap

dihasilkan selama penyimpanan atau dengan

warna pada uji analisis organoleptik. Dida-

kata lain panelis menganggap warna dari

patkan hasil uji lanjut Tukey menunjukkan

setiap perlakuan semua penyimpanan sama.

bahwa kitosan 0% berbeda nyata dengan

Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi dapat

kitosan 2%. Sedangkan 0,5% ; 1% ; 1,5%

disimpulkan

tidak

terbaik untuk parameter warna adalah

berbeda

nyata

sehingga

ketiga

perlakuan kitosan ini tidak memberikan

bahwa konsentrasi kitosan

kitosan 2%.

pengaruh pada warna kamaboko yang

Gambar 9. Hasil uji organoleptik warna kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

Gambar 10. Hasil uji organoleptik tekstur kamaboko dengan coating kitosan selama
penyimpanan
121 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Berdasarkan uji statistik dapat dike-

memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap uji

tahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan

lipat pada uji analisis organoleptik. Dida-

tidak memberikan pengaruh (P>0,05) ter-

patkan hasil uji lanjut Tukey menunjukkan

hadap tekstur pada uji analisis organoleptik.

bahwa perlakuan kitosan 0% ; kitosan 0,5%

Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi dapat

; kitosan 1% ; kitosan 2% berbeda nyata

disimpulkan bahwa konsentrasi kitosan ter-

dengan kitosan 1,5%. Sedangkan perlakuan

baik untuk parameter warna adalah kitosan

kitosan 1% tidak berbeda nyata dengan

1%.

perlakuan kitosan 0% ; 0,5% ; 2% dan juga
1,5%. Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi

Analisis Mutu Fisikawi

dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kitoUji lipat

san terbaik untuk parameter warna adalah

Berdasarkan uji statistik dapat dike-

kitosan 1,5%.

Nilai uji lipat

tahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

6.9

7.2

7.6

8.1
7.4

3.5
1.8

2.1

2.3

0

1.9

12
Pengamatan hari ke-

Kontrol

Kitosan 0,5%

Kitosan 1%

Kitosan1,5%

Kitosan 2%

Gambar 11. Hasil uji lipat kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

Uji Gigit
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan

tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap uji gigit pada uji analisis organoleptik. Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kito122 | J I P K V o l . 8 N o . 2
D iterima /sub mitted :18 Ok tober 2015
D isetu ju i/acce pted :7 Ju ni 201 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

san terbaik untuk parameter warna adalah

merangkap sejumlah pelarut di dalamnya.

kitosan 1,5%.

Jika ikatan silang pada rantai panjang poli-

Menurut Sembiring (2011), pemben-tukan

mer dalam jumlah yang cukup banyak, akan

gel terjadi karena terbentuknya jari-ngan

terbentuk bangunan tiga dimensi yang ber-

tiga dimensi dari molekul primer, yang

kesinambungan.

terentang pada seluruh volume gel dan me-

Gambar 12. Hasil uji gigit kamaboko dengan coating kitosan selama penyimpanan

Uji Kekuatan Gel
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi kitosan
memberikan pengaruh (P