Sistem Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Belawan Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.1.1

Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan

pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
Permenkes No. 75 Tahun 2014, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan peventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh dan terapadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah
kerjanya. Program kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas merupakan
program pokok (public health essential) yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah
untuk melindungi penduduknya, termasuk mengembangkan program khusus
untuk penduduk miskin (Muninjaya, 2011).

10
Universitas Sumatera Utara

11

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan, dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin, golongan umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
2.1.2


Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang:
1.

memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat;

2.

mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

3.

hidup dalam lingkungan sehat; dan

4.

memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat (Permenkes No.75 Tahun 2014).

2.1.3

Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Sebagaimana tertera di Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas,

prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:
1.

Paradigma Sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

12

2.


Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.

3.

Kemandirian Masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

4.

Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5.


Teknologi Tepat Guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6.

Keterpaduan dan Kesinambungan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan
yang didukung dengan manajemen puskesmas.

2.1.4

Fungsi Puskesmas
Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, dalam

melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1.


penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas
berwenang untuk:

Universitas Sumatera Utara

13

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. memberikan

rekomendasi

terkait

masalah

kesehatan

masyarakat,

termasuk dukungan terhadap
2.

penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas
berwenang untuk:
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;

b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;

Universitas Sumatera Utara

14

c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
f. melaksanakan rekam medis;
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.
2.2

Program Kesehatan Lingkungan

2.2.1

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan

hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan
dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.Ruang lingkup Kesehatan lingkungan
Menurut WHO, adalah
1.

Penyediaan air minum

2.


Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

Universitas Sumatera Utara

15

3.

Pembuangan sampah padat

4.

Pengendalian vektor

5.

Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6.


Higiene makanan, termasuk higiene susu

7.

Pengendalian pencemaran udara

8.

Pengendalian radiasi

9.

Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan

sanitasi

yang

berhubungan

dengan

keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
2.2.2
1.

Tujuan Program Kesehatan Lingkungan

Tujuan secara umum
a.

Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman
pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

b.

Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber
lingkungan

dalam

upaya

meningkatkan

derajat

kesehatan

dan

kesejahteraan hidup manusia.

Universitas Sumatera Utara

16

c.

Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara
masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam
menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

2.

Tujuan secara khusus
Meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup

manusia, yang di antaranya berupa:
a.

Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan
kesehatan.

b.

Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan
dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.

c.

Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran
hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk
hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

d.

Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian,
peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain

e.

Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit
dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

f.

Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat
kesehatan.

g.

Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

h.

Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program
kesehatan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

17

2.2.3

Sumber Daya Program Kesehatan Lingkungan
Dalam melaksanakan program-program kesehatan lingkungan diperlukan

sumber daya untuk mencapai tujuan program, sumber daya program kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut :
1.

Tenaga Pelaksana
Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program kesehatan

lingkungan adalah terdiri dari tenaga inti dibidang kesehatan lingkungan seperti
sanitarian atau diploma III kesehatan lingkungan. Disamping itu dalam
pelaksanaan program kesehatan lingkungan ini juga dibutuhkan tenaga pendukung
yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program.
2.

Sarana dan Prasarana Program Kesehatan Lingkungan
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program

kesehatan lingkungan adalah ruangan sebagai tempat petugas kesehatan
lingkungan melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling,
demonstrasi, pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan
peralatan kerja.
Peralatan-peralatan

kesehatan

lingkungan

berupa

alat-alat

peraga

penyuluhan, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas
lingkungan (air, tanah dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada tempattempat umum dan tempat pengolahan makanan serta alat transportasi untuk
mendukung kegiatan program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan.
Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan
program kesehatan lingkungan antara lain berupa maket, media cetak, sound

Universitas Sumatera Utara

18

system, media elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil
kegiatan.
3.

Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan
Untuk mendukung tercapainya cakupan program kesehatan lingkungan
dibutuhkan dana, adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, BLN
(Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya masyarakat. Besarnya dana
yang dibutuhkan sangat berbeda dimasing-masing puskesmas, tergantung
masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja puskesmas.

2.2.4

Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan program kesehatan lingkungan di puskesmas

antara lain:
1.

Penyehatan Air
Secara umum Program Penyehatan Air bertujuan untuk meningkatkan

kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh
penduduk baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air. Secara
khusus program penyehatan air bertujuan meningkatkan cakupan air bersih pada
masyarakat dan meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi
masyarakat.
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air; Inspeksi
Sanitasi Sarana Air Bersih; Pemeriksaan kualitas air; Pembinaan kelompok

Universitas Sumatera Utara

19

pemakai air. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi terpadu pengawasan,
perbaikan dan pembinaan pemakai air.
Target Program Penyehatan Air yang ingin dicapai yaitu : Cakupan air
bersih perkotaan 100% dan pedesaan 85% dan Memenuhi syarat kimia dan
bakteriologis 70%.
Kegiatan surveylance kualitas air terdiri dari observasi sarana air bersih
dan observasi penduduk yang menggunakan sarana air bersih dan bukan sarana air
bersih. Kegiatan pengawasan kualitas air secara umum bertujuan mengetahui
gambaran keadaan sanitasi sarana dan kualitas air sebagai data dasar dan
penyediaan informasi pengamanan kualitas air sehingga tersedia rekomendasi
tindak lanjut dalam upaya perlindungan pencemaran dan perbaikan kualitas air.
Pengawasan kualitas air dilakukan dengan upaya inspeksi sanitasi sarana air
bersih.
2.

Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman, dilaksanakan

dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan
lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas
dari risiko yang membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen
lingkungan, yaitu meliputi jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah
(SPAL), dan pengelolaan sampah.
3.

Penyehatan Tempat -Tempat Umum (TTU)
Program Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU) bertujuan untuk

meningkatkan

kualitas

lingkungan

tempat-tempat

umum

dan

sarana

Universitas Sumatera Utara

20

kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat
melindungi masyarakat dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan,
pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan lainnya.
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan
lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana
angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya. Selain itu juga
dilakukanupaya pembinanan institusi yang meliputi : Rumah Sakit dan sarana
kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.
Target program penyehatan tempat-tempat umum yaitu: memenuhi syarat
kesehatan 76%.
4.

Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan

teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan & minuman,
kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta
penyakit bawaan makanan.
Target program TPM memenuhi syarat sehat sebesar 55 % dengan upaya
kegiatan antara lain melaksanakan pengawasan higiene dan sanitasi TPM pada
restoran, rumah makan, jasa boga, industri rumah tangga, dan depot air minum isi
ulang.
2.3

Klinik Sanitasi
Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan

kesehatanantara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
yang beresikotinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan

Universitas Sumatera Utara

21

masalah kesehatanlingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas bersamamasyarakat yang dapat dilakukan secara pasif dan aktif di
dalam dan di luarpuskesmas (Depkes RI, 2005)
Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit
berbasislingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan
lingkungan,khususnya

pengendalian

penyakit

berbasis

lingkungan,

guna

meningkatkan derajatkesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005).
Pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring pasien/klien di puskesmas
dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan yang tidak
sehatsebagai media penularan dan penyebab penyakit yang dialami oleh
masyarakatselanjutnya dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau
kunjungan rumahuntuk mencari jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan
dan penyakitberbasis lingkungan yang muncul di masyarakat (Depkes RI, 2005).
Kegiatan klinik sanitasi dilaksananakan di dalam gedung dan di luar
gedung Puskesmas (Depkes RI, 2005):
1.

Dalam Gedung
Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan) dan Klien (pengunjung

bukan penyakit berbasis lingkungan). Semua pasien/klien datang berobat ke
puskesmas melalui prosedur pelayanan seperti: mendaftar di loket, selanjutnya
akan mendapat kartu status, diperiksa oleh petugas medis/paramedis di puskesmas
(dokter, bidang, perawat). Apabila diketahui pasien/klien menderita penyakit
berbasis lingkungan maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi.

Universitas Sumatera Utara

22

Pada ruang klinik sanitasi pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan
teknis, petugas mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita dikaitkan
dengan masalah kesehatan lingkungan.
Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam Kartu Status Kesehatan
Lingkungan. Kemudian petugas klinik sanitasi melakukan konseling tentang
penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan lingkungan. Petugas
juga membuat janji dengan pasien dan keluarganya apabila diperlukan untuk
melakukan kunjungan rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang
dialami pasien tersebut.
Setelah konseling di ruang klinik sanitasi, pasien dapat mengambil obat di
apotik puskesmas (loket obat) kemudian pasien diperbolehkan pulang. Kegiatan
lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik sanitasi menyampaikan
segala permasalahan, cara penyelesaian masalah, hasil monitoring/evaluasi dan
perencanaan klinik sanitasi dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan
seluruh penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan
demikian diharapkan seluruh petugas puskesmas mengetahui pelaksanaan
kegiatan Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integritas.
2.

Luar Gedung
Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke

Puskesmas). Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh petugas dengan membawa
hasil analisa keadaan lingkungan pasien/klien klinik sanitasi yang merupakan
lanjut dari kesepakatan antara petugas klinik sanitasi dengan pasien/klien yang
datang ke Puskesmas. Kunjungan rumah ini untuk mempertajam sasarannya

Universitas Sumatera Utara

23

karena pada saat kunjungan petugas telah memiliki data pasti adanya sarana
lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan fakor-faktor perilaku yang
berperan besar dalam proses terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan
penyakit berbasis lingkungan.
Pada kunjungan tersebut dapat mengambil partisipasi perawat dari
puskesmas pembantu atau bidan desa, dan kader kesehatan lingkungan untuk
melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang telah diobati tersebut
(semacam kegiatanPerawatan Kesehatan Keluarga). Petugas klinik sanitasi
membawa kartu statuskesehatan lingkungan/register yang telah diisi saat
kunjungan pasien ke ruang kliniksanitasi di puskesmas sebelumnya. Untuk
keperluan monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik sanitasi
mengisi kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini
secaraberkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa.
Pada kunjungan ke lapangan petugas klinik sanitasi mengajak kader
kesehatan/kesehatan

lingkungan,

kelompok

pemakai

air,

PKK,

dan

berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pihak
terkaitlainnya. Dengan maksud agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan
masalahkesehatan yang timbul di lapangan mereka sendiri. Diharapkan jika suatu
saat timbul masalah penyakit berbasis lingkungan yang sejenis, mereka dapat
menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik sanitasimaupun petugas
kesehatan lain yang mendampinginya dapat memberikan penyuluhankepada
pasien/klien dan keluarganya serta tetangga-tetanggga pasien tersebut.

Universitas Sumatera Utara

24

Pada kunjungan rumah tangga petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan
lintasprogram dan lintas sektor, apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan
saranasanitasi dasar dengan biaya besar, (seperti pembangunan sistem perpiaaan)
yang tidakterjangkau oleh masyarakat setempat, petugas klinik sanitasi melalui
puskesmas dapat mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotauntuk ditindaklanjuti.
Jika masalah di lapangan belum dapat terpecahkan, maka dapat diangkat
ke tingkat yang lebih tinggi. Bila diperlukan koordinasi di Kabupaten/Kota,
makapuskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.4

Penyakit Berbasis Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah keadaan lingkungan

yangoptimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yangoptimal pula, ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain:
perumahan,pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembangunan
sampah,pembuangan air kotor dan pencemaran ruang lingkup tersebut harus
dijaga untukmengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media
yang baik untukterwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di
dalamnya(Notoatmodjo, 2007).
Masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks seperti
urbanisaasipenduduk dari desa ke kota, pembuangan sampah yang dilakukan
secara dumpingtanpa adanya pengolahan, penyediaan air bersih hanya 60%
penduduk Indonesiamendapatkan air dari PDAM, tingkat pencemaran udara
sudah melebihi nilai ambangbatas khususnya di kota-kota besar, pembuangan

Universitas Sumatera Utara

25

limbah industri dan limbah rumahtangga yang tidak dikelola dengan baik,
bencana alam serta perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah yang sering
kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatanlingkungan (Chandra, 2007).
Penyakit berbasis lingkungan merujuk pada penyakit yang memiliki akar
atauhubungan yang erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada
sebuah ruangdalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas
dalam jangkawaktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan,
kalau kondisilingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan
penyakit tersebutdihilangkan (Achmadi, 2012).
2.4.1

TB Paru
TB Paru atau yang sering disebut penyakit Tuberculosis (TBC)

adalahbatuk yang berlangsung secara terus menerus selama 3 minggu atau lebih,
berkeringat malam tanpa aktifitas serta dapat juga ditandai dengan batuk darah
karena pembuluh darah pecah akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut.
Penyakit

ini

disebabkan

oleh

Mycobacterium

Tuberculosis

basil

atau

kumanyangberbentuk batang dan mempunyai sifat tahan terhadap penghilangan
warna yang bersifat asam dan alkohol (kuman tetap berwarna kemerahan), maka
disebut Basil Tahan Asam (BTA). Menemukan kuman BTA ini menjadi
dasardalam penegakan diagnosis (Achmadi, 2012).
2.4.2

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri.

Penyakit ini diawali denganpanas disertai salah satu atau lebih gejala:
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period

Universitas Sumatera Utara

26

prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima provinsi
dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%),
Aceh (30,0%),Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%)
(Kemenkes RI, 2014)
2.4.3

Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan

gejala panas tinggi disertaibatuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50
kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
berkurang). Pneumonia ditanyakan pada semua penduduk untuk kurun waktu 1
bulan atau kurang dan dalam kurun waktu 12 bulan atau kurang. Period
prevalence dan prevalensi tahun 2013 sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima
provinsi yang mempunyai period prevalence dan prevalensi pneumonia tertinggi
untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% dan 10,3%), Papua (2,6%
dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%),
dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%) (Tabel 6.1). Period Prevalence pneumonia
di Indonesia tahun 2013 menurun dibandingkan dengan tahun 2007 (Kemenkes
RI, 2014)
2.4.4

Diare
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih

dari 3 kali sehari dengankonsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan
atau lendir.Penyebab dari diare yaitu oleh bakteri/virus, seperti: Rotavirus,
Escherrichia

coli

enterotoksigenik

(ETEC),

Shigella,

Compylobacter

jejuni,Cryptospondium (Kemenkes RI, 2014).

Universitas Sumatera Utara

27

2.4.5

Malaria
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global.

Penyakit ini masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering
menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta
dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini dapat bersifat akut, laten atau kronis.
Kepada responden yang menyatakan “tidak pernah didiagnosis malaria oleh
tenaga kesehatan” ditanyakan apakah pernah menderita panas disertai menggigil
atau panas naik turun secara berkala, dapat disertai sakit kepala, berkeringat,
mual, muntah dalam waktu satu bulan terakhir atau satu tahun terakhir.
Ditanyakan pula apakah pernah minum obat malaria dengan atau tanpa gejala
panas. Untuk responden yang menyatakan “pernah didiagnosis malaria oleh
tenaga kesehatan” ditanyakan apakah mendapat pengobatan dengan obat program
kombinasi artemisinin dalam 24 jam pertama menderita panas atau lebih dari 24
jam pertama menderita panas dan apakah obat habis diminum dalam waktu 3 hari.
2.4.6

Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam

Berdarah

Dengue

disebabkan

oleh

virus

dengue

dan

ditularkanoleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam
darahnya mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke
dalam lambung nyamuk dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam
kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk
menggigitorang sehat akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di
dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya.

Universitas Sumatera Utara

28

2.5

Upaya Penyehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2007).
Adapun tujuan dilakukannya upaya penyehatan lingkungan adalah untuk
menanggulangi

dan

menghilangkan

unsur-unsur

fisik

pada

lingkungan

sehinggafaktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko
timbulnya penyakit menular dimasyarakat (Muninjaya, 2011).
2.5.1

Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat
sampah, sumber air bersih, lampu jalan, dan lain-lain. Standar arsitektur bangunan
terutama untuk perumahan umum pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan
rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta
fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi
persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Chandra, 2007).
Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential
Environment dari WHO antara lain :
1.

Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai
tempat istirahat.

2.

Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan kamar
mandi.

Universitas Sumatera Utara

29

3.

Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4.

Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5.

Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh, dan dapat melindungi penghuninya
dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.

6.

Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri.
Sementara itu, kriteria rumah menurut Winslow antara lain :

1.

Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.
Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan didalam pemenuhan
kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan, diantaranya :
a. Suhu ruangan. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.
Suhu sebaiknya tetap berkisar antara 18-20ºC. Suhu ruangan ini sangat
dipengaruhi oleh: suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara,
suhu benda-benda yang ada disekitarnya.
b. Penerangan. Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada
siang maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan
bantuan listrik. Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari
terutama dipagi hari.
c. Ventilasi. Pertukaran udara yang cukup menyebabkan udara tetap segar
(cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus
memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan
kurang dari 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian
rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.

Universitas Sumatera Utara

30

d. Jumlah ruangan atau kamar. Ruang atau kamar diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama
didalam satu rumah atau sekitar 5 m2 per orang.
2.

Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.
Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang harus
dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan
tersebut, antara lain:
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi
rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga
yang tinggal dirumah tersebut.
c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa,
harus memiliki ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk
menerima tamu.

3.

Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan atau kebakaran.
Ditinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang sehat
dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut. Adapun
kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara lain:
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga
tidak mudah runtuh.
b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam dan

Universitas Sumatera Utara

31

tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.
c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah
terbakar.
d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.
e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.
4.

Dapat menghindarkan dari terjadinya penularan penyakit.
Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti: infeksi
saluran nafas, infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan, kecelakaan, dan
gangguan mental.

2.5.2

Penyediaan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama

hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah
penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumbersumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin
meningkat diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan
lagi aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban
pengotoran air juga akanbertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan.
Sebagai akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka
(Soemirat, 2011).
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama, manusia
mengunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi
pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa

Universitas Sumatera Utara

32

oleh air kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit
bawaan air (Soemirat, 2011).
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara
penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :
1.

Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air
yangdapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada
manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

2.

Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan
dengankebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat
tiga cara penularan, yaitu: (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi
melalui kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.

3.

Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme
inimemiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya
didalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam
air.

4.

Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui
gigitanserangga yang berkembang biak didalam air.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut

hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaktidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus

Universitas Sumatera Utara

33

mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1.

Syarat fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak
berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2.

Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas
dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan
memeriksa sampel (contoh) air tersebut.

3.

Syarat kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus
memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu
memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan.
Karena air baku belum tentu memenuhi standart, maka seringkali
dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum (Soemirat,
2011).
Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks,

tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin
tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman,
maka desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka
pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi
dan desinfeksi (Soemirat, 2011).

Universitas Sumatera Utara

34

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan
segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat
kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan
dapat merugikan secara ekonomis (Soemirat, 2011).
2.5.3

Jamban Sehat
Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urine merupakan hasil akhir

dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan
dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni (Chandra, 2007).
Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat
langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air,
tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja
tersebut. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang
ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja
manusia antara lain: tifus, disentri, kolera, schistosomiasis dan sebagainya
(Soekidjo, 2007).
Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu
jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai berikut (Soekidjo, 2007):

Universitas Sumatera Utara

35

1.

Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut

2.

Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3.

Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4.

Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatangbinatang lainnya

5.

Tidak menimbulkan bau

6.

Mudah digunakan dan dipelihara Sederhana desainnya

7.

Murah

8.

Dapat diterima oleh pemakainya
Pengelolaan tinja manusia dapat dilakukan didalam septik tank. Di dalam

septik tank tinja akan dikonversi sacara anaerobik menjadi biogas (campuran gas
karbondioksida dan gas metan). Diharapkan dengan penyedian jamban yang sehat
dan pengelolaan tinja secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat
diminimalkan (Ricky, 2005).
2.5.4

Pengelolaan air limbah
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.

Universitas Sumatera Utara

36

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air
yang sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan
lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa,
namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi
kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang
sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke
sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini
harus dikelola atau diolah secara baik (Soekidjo, 2007).
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi :
1.

Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang
berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari
ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan
umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2.

Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses
produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Oleh sebab
itu pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan menjadi lebih rumit.

3.

Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah:
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat
ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

37

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut
antara lain: gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan
terhadap keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda (Ricky, 2005).
Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan
dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi sangat direkomendasikan
untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya
yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang
luas.
Kolam stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik
(anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi
(aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah
air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam
maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di
dalam air limbah (Ricky, 2005).
Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di dalam IPAL, biasanya proses
pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment),
pengolahan kedua (secondary treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary
treatment) (Ricky, 2005).

Universitas Sumatera Utara

38

2.5.5

Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai

lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan
sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Soekidjo, 2007).
Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas
dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2011):
1.

Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,
pertanian dan lainnya.

2.

Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam
dan lainnya.

3.

Sampah yang berupa debu atau abu.

4.

Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah
berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia berbahaya.
Sampah ini dalam Bahasa Inggris disebut garbage, yaitu yang mudah

membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya
menghendaki

kecepatan,

baik

dalam

pengumpulan

maupun

dalam

pembuangannya. Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya
karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat organik yang berguna bagi
fotosintesa tumbuh-tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

39

Sampah yang tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse.
Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat
bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila
tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti
pembakaran.
Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan
bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun,
maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Yang dimaksud dengan sampah berbahaya (B3) adalah sampah yang
karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan
mikrobiologinya dapat (a) meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara
bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi
menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap
kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan
dibuang dengan baik.
Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat
melakukan teknik pembuangan sampah baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dengan: meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat
menjadi

sampah,

meningkatkan

efisiensi

pengunaan

bahan

baku,

dan

meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah. Semua usaha
ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya (Soemirat, 2011).

Universitas Sumatera Utara

40

Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari
produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat
penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan
pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu
baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.
2.5.6 Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna
melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007).
1.

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi
lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola
secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit,
atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya
tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum,
pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, objek wisata dan lainlain.

2.

Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain adalah untuk
memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala serta untuk
membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum.

Universitas Sumatera Utara

41

2.5.7

Sanitasi Pengelolaan Makanan
Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan

manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang
diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease)
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain
kebiasaan mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan dan penyajian
yang tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan
dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit
pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan
antara lain: menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan
wabah penyakit.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor, yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk
menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu
diperhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan
(Ricky, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor kimia karena adanya
zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan,
penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan makanan, dan lainlain. Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena

Universitas Sumatera Utara

42

adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya
sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang
mengkonsumsi makanan tersebut.
Gangguan

kesehatan

yang

dapat

terjadi

akibat

makanan

dapat

dikelompokkan menjadi 2, yaitu: keracunan makanan dan penyakit bawaan
makanan. Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari
tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada di dalam panganan
akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang
dapat berasal dari tanah, udara, manusia dan vector.Penyakit bawaan makanan
pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara nyata dari penyakit bawaan air.
Yang dimaksud penyakit bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat
diderita seseorang akibat memakan sesuatu makanan yang terkontaminasi
mikroba patogen, kecuali keracunan (Slamet, 2004).
2.6

Kerangka Pikir

Masukan:
1. SDM
2. Pendanaan
3. Sarana dan
Prasarana

Proses:
(POAC/E)
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Penggerakan dan
Pelaksanaan
4. Pengawasan dan
Pengendalian
5. Penilaian

Keluaran:
Meningkatnya
keberhasilan
pelaksanaan
program klinik
sanitasi

Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara