Prosedur Pemberian Izin Penyiaran dalam Aspek Hukum Administrasi Negara (Studi di TVRI Sumatera Utara)

BAB II
PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI
A. Pengertian Perizinan
Dalam suatu negara hukum modren, dimana pemerintah ikut
campur dalam segala lapangan kehidupan masyarakat, maka kepada
administrasi negara diberikan tugas yang semakin luas untuk mewujudkan
kesejahteraan

rakyat.

Dalam

menjalankan

tugas-tugasnya,

maka

pemerintah selalu aktif dalam menyelenggarakan kepentingan umum
(public service)
Secara umum perbuatan pemerintah (overdeids handling) dapat

dibagi ke dalam 2 (dua) jenis perbuatan yaitu perbuatan hukum dan
perbuatan non hukum. Dalam lapangan hukum administrasi negara hanya
meninjau perbuatan pemerintah yang bersifat publiekrechtelijk yaitu
hukum yang mengatur perbuatan hukum yang bersifat mengatur dan
memelihara kepentingan-kepentingan umum (publik).
Dalam hal ini perbuatan pemerintah tersebut akan membawa akibat
hukum secara langsung. Sedangkan perbuatan pemerintah sebagai
perbuatan non hukum tidak menimbulkan akibat hukum secara langsung,
contohnya peresmian-presmian proyek pemerintah.
Sebagai perwujudan dari perbuatan pemerintah yang merupakan
perbuatan hukum itu sendiri adalah ketetapan (beschikking).
Menurut Van der Wel Berpendapat tentang ketetapan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

“Beschikking atau ketetapan atau penetapan adalah suatu alat
pemerintah dengan maksud/ dalam hal konkrit meneguhkan tanpa
turut serta kehendak lain suatu hubungan hukum yang telah ada,
guna menimbulkan yang baru atau menolak untuk diteguhkan
suatu hubungan hukum yang telah ada atau menimbulkan

hubungan hukum baru”22
Menurut Van Der Pot, yaitu :
“Beschikking atau ketetapan adalah tindakan umum yang dilakukan
alat-alat

pemerintah,

pernyataan

kehendak

mereka

dalam

menyelenggarakan hak khusus, dengan maksud menyatakan
perubahan dalam lapangan hubungan hukum”23
Menurut Donner, yaitu :
a. “Suatu perbuatan hukum dalam hal sebagai alat pemerintah dan
atau berdasar suatu ketentuan yang mengikat dan berlaku

umum dengan maksud menentukan hak kewajiban mereka
yang tunduk pada suatu ketertiban hukum dan penetuan
tersebut diadakan tanpa melihat kemauan yang dikenai itu.
b. Perbuatan pemerintah yang dijalankan jabatan pemerintah yang
dalam hal tertentu secara segi satu dan dengan sengaja untuk
meneguhkan suatu hubungan hukum atau suatu untuk

22

H.M. Jafar Ali, SH, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, 1998, hal. 46
23
Ibid, hal. 47

Universitas Sumatera Utara

meneguhkan suatu hubungan hukum atau suatu keadaan hukum
yang telah ada atau menimbulkan hubungan hukum atau suatu
keadaan hukum baru atau menolaknya” 24
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa ketetapan itu ialah

perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang diatur oleh hukum dan
menimbulkan suatu akibat hukum yang terjadi atas hak dan kewajiban.
Ketetapan itu merupakan perbuatan hukum bersegi satu, yakni perbuatan
hukum yang akibat hukumnya timbul cukup dengan adanya kehendak dari
satu pihak yaitu pihak pemerintah.
Ketetapan itu merupakan lapangan pekerjaan pemerintah dalam arti
sempit, yaitu lapangan pekerjaan dari eksekutif (bestuur). Tetapi perbuatan
membuat ketetapan dilakukan oleh pemerintah dalam arti kata luas yakni
oleh badan legislatif, eksekutif dan judikatif.
Syarat-syarat sahnya suatu keputusan seperti halnya, suatu
peraturan hukum secara umum misalnya undang-undang, peraturan
pemerintah, ataupun putusan hakim dalam peradilan harus memperhatikan
syarat-syarat dalam penerbitannya agar dapat berlaku sah. Adapun syaratsyarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Syarat materil
b. Syarat formil

24

Ibid, hal 47


Universitas Sumatera Utara

Ad.a. Syarat Materil
1. Alat pemerintah yang memuat ketetapan harus berwenang.
2. Karena ketetapan adalah pernyataan kehendak (wilsverklaring)
maka tidak boleh terdapat kekurangan yuridis.
3. Bentuk dan tata cara harus sesuai

dengan peraturan

dasar,perbuatan harus memperhatikan prosedur membuat
ketetapan bilamana prosedur itu ditetapkan dengan tegas dalam
peraturan itu (rechimatig).
4. Isi dan tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan
yang hendak dicapai (doelmatig).
Ad.b. Syarat Formil
1. Syarat-syarat yang ditentukan dalam mempersiapkan ketetapan
itu harus dipenuhi.
2. Harus diberi bentuk yang telah ditentukan.
3. Syarat-syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan ketetapan

itu dipenuhi.
4. Jangka waktu harus ditentukan (tidak daluarsa) antara
pembuatan dan diumumkannya ketetapan itu.
Didalam menjalankan tugasnya, pemerintah membuat ketetapan
(beschikking). Kbijaksanaan perizinan merupakan kebijakan yang sering
diterapkan oleh pemerintah dalam mengatur masyarakat. Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

menggunakan izin sebagai sarana Juridis dalam mengemudikan warga
negara.
Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan
dalam dalam hukum administrasi. Pemerintahan menggunakan izin
sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku warga.
Menurut Mr. N.M Spelt dan Prof. J.B.N.M. Ten Berge:
“Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undangundang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang

dari


ketentuan-ketentuan

larangan

perundang-

undangan.”25
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang
memeohonnya

untuk

melakukan

tindakan-tindakan

tertentu

yang


sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang
demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.
Dari uraian diatas bahwa kebijakan perizinan merupakan kebijakan
pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dalam
keadaan tertentu menyimpang dari peraturan tersebut. Maksudnya demi
kepentingan

umum

pemerintah

mengeluarkan

izin

berdasarkan

kebijaksanaan dengan dasar oleh karena belum adanya peraturan untuk itu
dengan tidak melanggar peraruran yang berlalu.
Disamping


itu

bahwa

pemerintahan

yang

menetapkan

kebijaksanaan perizinan sudah tentu sebagai perwujudan pengawasan dari
25

Philipus Mandiri Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan,Yuridika, Surabaya 1993, hal 2

Universitas Sumatera Utara

pemerintah terhadap aktivitas masyarakat sehingga tercipta suatu
keteraturan. Dilain pihak masyarakat juga mendapatkan keuntungan,

dimana dengan dilaksanakannya kebijaksanaan perizinan itu maka
aktivitas warga negara itu akan memperoleh kekuatan hukum dengan
dikabulkannya permohonann warga negara tersebut. Dengan kata lain
sistem perizinan berfungsi untuk memperoleh jaminan terhadap penguasa
atau perlindungan dari penguasa.
Ini adalah paparan luas dari pengertian izin. Didalamnya dapat
diadakan perbedaan berdasarkan berbagai figur hukum. Tanda pengenal
bersama dari figur hukum ini ialah bahwa semuanya menimbulkan akibat
yang kurang lebih sama yakni bahwa dalam bentuk tertentu diberi
perkenan untuk melakukan sesuatu yang mestinya dilarang.
Pertama-tama diadakan pembedaan menurut izin dalam arti
sempit,pelepasan (atau pembebasan = dispensasi) dan konsensi. Figurfigur tersebut akan diuraikan lebih lanjut dibawah ini.
Bentuk-bentuk hukum lain yang sejenis dengan izin ialah misalnya
kewajiban melaporkan, penarikan pajak, pengujian, perbolehan, perkenan,
dan pemberian kuasa.
B. Jenis-jenis Perizinan
Kebijakan perizinan sebagai instrumen pemerintah banyak
digunakan untuk mengendalikan kepentingan masyarakat. Adapun jenis-jenis
perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu :


Universitas Sumatera Utara

1. Izin (dalam arti sempit)
2. Pelepasan atau pembebasan (dispensasi)
3. Konsensi26
Ad. 1 Izin (dalam arti sempit)
Pengikatan aktivitas-aktivitas pada suatu peraturan izin pada
umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk
mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan
yang buruk. Tujuannya adalah mengatur tindakan tindakan yang oleh
pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana
ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Contoh
tentang hal ini ialah izin pembangunan. Melalui izin ini, larangan
membangun bagi pemohon ditiadakan, sejauh menyangkut bangunan yang
diuraikan dengan jelas dalam permohonan.
Yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu
tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam
ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dalam perkenan dapat dengan
teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. Jadi, persoalannya
bukanlah untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang
sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan
dilakukan dengan cara tertentu (dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan).
Penolakan izin hanya dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh

26

Lutfi Effendi, SH,M.Hum, Pokok-pokok Hukum Administrasi, Banyumedia, Malang

hal. 64

Universitas Sumatera Utara

penguasa tidak dipenuhi atau bila karena suatu alasan tidak mungkin
memberi izin kepada semua orang yang memenuhi kriteria. Yang terakhir
ini terjadi misalnya jika hanya bagian tertentu dari objek izin dapat
dibagikan, seperti pada izin-izin tempat perhentian.
Akhirnya, penguasa karena alasan-alasan kesesuaian tujuan
(doelmatigheid)

dapat

menganggap

perlu

untuk

menjalankan

kebijaksanaan izin restriktif dan membatasi jumlah pemegang izin.
Pertimbangan-pertimbangan kesesuaian tujuan ini dapat misalnya berisi
bahwa kapasitas lebih tertentu harus dicegah atau bahwa komuniyas dari
para pemegang izin yang sudah ada harus ditingkatkan. Pembatasanpembatasan yang bersifat demikian terlibat antara lain dalam bidang izinizin lingkungan.
Ad. 2. Pelepasan atau Pembebasan (dispensasi)
Pelepasan atau pembebasan, berlawanan dengan izin, memang
dimaksudkan sebagai kecualian yang sungguh-sungguh. Pelepasan adalah
kecualian atas larangan sebagai aturan umum. Pemberian perkenan
berhubungan erat dengan keadaan-keadaan khusus peristiwa. Pada
pelepasandari ketaatan mengikuti aturan-aturan, maka pada dasarnya
aturan-aturan itu selalu dimaksudkan untuk ditaati. Pada umumnya
pembuat undang-undang untuk mendapaykan pengawasan optimal, telah
memasukkan suatu sistem pelepasan (dispensasi) dalam undang-undang.

Universitas Sumatera Utara

Suatu contoh dapat dilihat dalam “hinderwet” nederland yang
bertujuan memerangi bahaya, kerugian dan gangguan di luar suatu
lembaga. Aktivitas-aktivitas yang kurang relevan terhadap lingkungan
dibebaskan dari kewajiban izin, namun tetap harus memenuhi peraturan
dispensasi dari penguasa tingkat bawah. Dalam peraturan demikian,
penguasa tingkat bawah dapat menetapkan bahwa untuk bagian-bagian
tertentu dari wilayah bersangkutan, kewajiban izin tidak berlaku. Sebagai
penggantinya, dalam peraturan dicantumkan ketentuan-ketentuan umum
untuk mencegah bahaya, kerugian atau gangguan.
Disamping itu, untuk sejumblah besar kategori lembaga sejenis
yang kurang berbahaya bagi lingkungan (seperti pabrik-pabrik roti dan
gedung-gedung kantor), kewajiban izin diganti dengan aturan-aturan
umum dalam suatu peraturan umum dari penguasa nasional. Sebagai
keuntungan peraturan umum dikatakan bahwa ia mengarahkan pada lebih
banyak kepastian (persoalan-persoalan yang sama dilakukan sama) dan
lebih kurang kelambatan (tidak ada acara izin yang panjang). Yang
mungkin dapat merugikan: lebih kurang flesebelitas, lebih kurang
kemungkinan untuk memperhitungkan keadaan-keadaan dalam peristiwan
kongkrit dan untuk memperhitungkan keuntungan pihak ketiga.
Peraturan umum dikaitkan dengan kewajiban pelapor. Mendirikan
atau mengubah lembaga yang tercakup dalam peraturan umum harus
dilaporkan pada organ yang berwenang. Pelaporan itu poenting untuk
mempertahankan aturan-aturan umum. Setelah pelaporan, organ yang

Universitas Sumatera Utara

berwenang dalam keadaan-keadaan tertentu masih dapat mengajukan
tuntutan lebih lanjut guna perincian ketentuan-ketentuan umum. Terhadap
tuntutan lebih lanjut ini dapat dimintakan banding. Bila suatu lembaga
karena kekeliruan tidak dilaporkan, dapat memberi sanksi (paksaan
pemerintahan, uang paksa)
Ad. 3. Konsensi
Dalam menyelenggarakan kesejahteraan umum (bestuursjong)
pemerintah menyerahkan pelaksanaanya sebagian kepada pihak swasta
dengan syarat-syarat tertentu. Penyerahan tersebut kepada pihak swasta
adalah dalam bentuk konsensi.
Adapun latar belakang pemberian konsensi adalah karena dalam
mewujudkan kesejahterahaan rakyat tersebut pemerintah tidak dapat
melaksanakannya sendiri, misalnya kurangnya tenaga ahli dari pemerintah
dalam dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan pemerintah.
Dalam pemberian konsensi tersebut, pemerintah telah menentukan
aktivitas yang harus dilakukan pemegang konsensi dengan membebankan
kewajiban-kewajiban dan disisi lain harus ditetapkan hak-hak dari
pemegang konsensi. Pada umumnya konsensi berkaitan dengan jangka
waktu yang lebih panjang, sehingga ditetapkan dalam suatu persetujuan
antara pemerintah dan pemegang konsensi. Misalnya :
- Konsensi bagi perusahaan swasta melakukan eksploitasi di

bidang

pertambangan

Universitas Sumatera Utara

- Konsensi untuk angkutan umum
- Konsensi penebangan hutan
Disamping ketiga kategori perizinan tersebut diatas yaitu izin
dalam arti sempit, dispensansi dan konsensi, yang juga termasuk kategori
perizinan adalah lisensi.
Menurur W.F. Prins, lisensi adalah suatu izin untuk menjalankan
suatu perusahaan dengan leluasa. Dengan penetapan lisensi bahwa hal-hal
yang diliputi oleh lisensi diletakkan dibawah pengawasan pemerintah,
sehingga dapat dicegah gangguan-gangguan dalam pelaksanaan aktivitasaktivitasnya.27
Untuk mendapatkan lisensi ini pemohon akan mendapat jaminan
dari pemerintah bahwa perusahaan yang dikelola itu diperbolehkan dengan
syarat yang ditentukan pemerintah.
Dengan pengawasan dari pemerintah akan dapat dicegah gangguan
dari pihak lain terhadap aktivitas perusahaan, misalnya pengambil alihan
perusahaan oleh orang yang tidak termuat dalam lisensi yang dikeluarkan
pemerintah.

27

Bacshan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Alumni 1985, hal. 110

Universitas Sumatera Utara

C. Perizinan sebagai Alat Pengendali Kegiatan Masyarakat
Sebagaimana telah diuraikan bahwa pemerintah sebagai public
service mempunyai tugas untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum
(bestuursjong). Pemerintah dalam menjalankan tugasnya mempunyai sifat
mengatur dan mengurus :
-

Bersifat mengurus
Dalam hal ini pemerintah menyediakan sarana-saran maupun

prasarana untuk kepentingan masyarakat yang meliputi segala bidang
ekonomi, sosial budaya dan lain-lain, sehingga tercapailah negara
kesejahteraan sosial.
-

Bersifat mengatur
Dalam hal ini pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan yang

bersifat mengatur untuk kepentingan masyarakat dimana konsekuensinya
segala peraturan itu harus dipatuhi oleh para warga masyarakat.
Pemerintah dan organ-organnya menjalankan sifat mengatur ini dengan
memerintah dan melarang yang yang pada akhirnya melahirkan sistem
perizinan.
Sebagai alat pemerintah (organ negara) yang bersifat mengatur dan
dalam menjalankan tugas yang mengatur ini mempunyai wewenang atau
berhak untuk menolak ataupun meluluskan terbitnya suatu izin. Menolak
atau meluluskan terbitnya suatu izin ini harus didasarkan pada azas-azas

Universitas Sumatera Utara

umum pemerintah yang baik sehingga pemerintah ataupun organnya
terhindar dari perbuatan sewenang-wenang (onrechtmatigoverheiddaad)
Dalam

Undang-undang RI

No. 28

Tahun 1999 tentang

penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme, pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa azas umum pemerintahan
negara yang baik adalah azas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,
kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan penyenggara negara
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dalam bab III Pasal 3 UU. No. 28 Tahun 1999 menyebutkan azasazas umum penyelenggaraan negara meliputi:
1. Azas kepastian hukum;
Azas kepastian hukum adalah azas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan
dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
2. Azas tertib penyelenggaraan negara;
Azas tertib penyelenggara negara adalah azas yang menjadi
landasan

keteraturan,

keserasian

dan keseimbangan

dalam

pengendalian penyelengaraan negara.
3. Azas kepentigan umum;
Azas kepentingan umum adalah azas yang mendahulukan azas
kesejahteraan umum, dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan
selektif.

Universitas Sumatera Utara

4. Azas keterbukaan;
Azas keterbukaan adalah azas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak azasi pribadi, golongan dan
rahasia negara.
5. Azas proporsionalitas;
Azas

proporsionalitas

adalah

azas

yang

mengutamakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
6. Azas profesionalitas;
Azas profesionalitas adalah azas yang mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
7. Azas akuntabilitas;
Azas akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Perizinan pada sebagian besar bidang perbuatan pemerintah antara
lain :
-

Hukum lingkungan

-

Tata ruang

Universitas Sumatera Utara

-

Hukum Administrasi Sosial

-

Ekonomi, budaya dan kesehatan.
Bagi pemerintah sistem perizinan juga bermanfaat untuk

menjalankan pengawasan didalam wilayah pemerintah dari tahap
perencanaan aktivitas warga sampai kepada penyelesaiannya.
Dengan demikian diharapkan suatu keteraturan lingkungan atau
tercipta suatu tatanan masyarakat yang tertib.bagi masyarakat tentunya
akan memperoleh suatu kepastian hukum dalam melakukan tindakannya
setelah ditetapkan pemerintah kepada ketetapan tentang sistem perizinan.
Adapun tujuan dari sistem perizinan adalah :
-

Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu
(misalnya izin bangunan)

-

Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan);

-

Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (izin pendirian stasiun
televisi, izin tebang, izin membongkar pada monumen-monumen);

-

Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah
padat penduduk);

-

Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas
(izin berdasarkan seleksi dimana pengurus harus memenuhi syaratsyarat tertentu).

Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya tujuan suatu perizinan dapat ditentukan pada
ketentuan yang mengatur perizinan itu atau pada pertimbangan peraturan
yang mengaturnya.
Untuk

itu

pemerintah

pemerintah

dalam

membuat

dan

melaksanakan ketetapan yaitu kebijakan perizinan harus memperhatikan
landasan pokok yang merupakan azas hukum, yaitu:
1. Azas Yuridiksitas (rechtmatigheid)
Artinya keputusan pemerintah tidak boleh melanggar hukum
(onrechtmatigheid).
2. Azas Legalitas (wetmatigheid)
Yaitu bahwa keputusan pemerintah itu dibuat berdasarkan suatu
keputusan perundang-undangan.
3. Azas Diskresi
Yaitu wujud perbuatan pemerintah mengambil keputusan karena
belum

ada

peraturan

yang

mengaturnya,

sehingga

diambil

kebijaksanaan oleh organ pemerintah dengan tidak melanggar azas
yuridiksitas dan legalitas, demi kepentingan umum.

D. Dasar-dasar perizinan
Pada hakekatnya bahwa sistem perizinan ditetapkan oleh
pemerintah untuk menciptakan ketentuan aktivitas masyarakat. Dengan
demikian dalam menciptakan kebijaksanaan pemerintah harus memuat

Universitas Sumatera Utara

aspek-aspek juridis dari sistem perizinan itu. Hal ini nantinya akan
memudahkan pengertian dari masyarakat akan hak dan kewajiban yang
dibebankan oleh pemerintah kepada warga yang berkepentingan akan izin
tersebut. Begitu juga dengan mekanisme sistem perizinan yang baik akan
mempermudah tugas pemerintah untuk melakukan pengawasan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Agar mekanisme tersebut dapat
dijalankan oleh pemerintah dengan harapan masyarakat akan mudah
mengerti.
Pada umumnya sistem perizinan terdiri atas :
1. Larangan
Larangan dan wewenang suatu organ pemerintahan untuk
menyimpang dari larangan itu dengan memberi izin, harus ditetapkan
dalam suatu peraturan perundang-undangan. Ini timbul dari azas legalitas
dalam negara hukum demokratis, pemerintah (kekuasaan eksekutif) hanya
memiliki wewenang-wewenang yang dengan tegas diberikan kepadanya
dalam undang-undang dasar atau undang-undang lain. Latar belakang azas
ini, yang juga disebut sebagai azas pemerintahan berdasarkan undangundang (het beginsel van wetmatigheid van het bestuur), ialah keharusan
untuk memperoleh jaminan-jaminan tertentu terhadap penguasa. Karena
itu tindakan-tindakan penguasa diikat pada aturan-aturan yang jelas.
Norma larangan yang diuraikan secara abstrak menunjukkan
tingkah laku mana yang pada umumnya tidak diperbolehkan. Pelanggaran

Universitas Sumatera Utara

norma ini biasanya dikaitkan dengan sanksi-sanksi hukum administrasi
atau sanksi-sanksi hukum pidana.
2. Izin
Norma larangan umum dikaitkan dengan norma umum yang
memberikan

kepada

suatu

organ

pemerintah

wewenang

untuk

menggantikan larangan itu dengan persetujuan dalam suatu bentuk
tertentu. Keputusan yang memberikan izin adalah suatu keputusan tata
usaha negara (keputusan TUN). Keputusan TUN ialah keputusan sepihak
dari suatu organ pemerintahan, diberikan atas dasar wewenang
ketatanegaraan atau ketatausahaan, yang menciptakan bagi suatu atau lebih
keadaan konkrit, individual, suayu hubungan hukum, menetapkan secara
mengikat atau membebaskannya, atau dalam mana itu ditolak. Menurut
akibat hukumnya, izin adalah keputusan TUN yang menciptakan hukum
(atau konstitutif). Ini berarti bahwa dengan izin dibentuk suatu hubungan
hukum tertentu. Dalam hubungan hukum ini oleh organ pemerintahan
diciptakan hak-hak (izin) dan kewajiban-kewajiban (melalui ketentuanketentuan) tertentu bagi yang berhak.
3. Ketentuan-ketentuan
Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi
organ pemerintahan memberi izin.
Syarat-syarat yang ditentukan itu adalah berhubungan dengan
fungsi perizinan itu sebagai pengendalian masyarakat dari pemerintah

Universitas Sumatera Utara

untuk menjalankan aktivitas pihak yang bersangkutan. Untuk menetapkan
atau mengeluarkan suatu izin azas-azas umum bagi prosedur/penerbitan
suatu izin yaitu yang dimulai dari permohonan sampai kepada
pengumuman keputusan perizinan.
Pada dasarnya penerbitan suatu izin dimulai dari sistematika
sebagai berikut:
a. Permohonan
Permohonan ialah permintaan dari yang berkepentingan akan suatu
keputusan. Keputusan perizinan akan diberikan oleh pemerintah apabila
ada pemerintahan dari yang berkepentingan. Dari segi kepastian hukum
dan penentuan jangka

waktu adalah keputusan bentuk tertulis.

Permohonan tersebut memuat idientitas permohonan petunjuk mengenai
izin yang diminta dan jangka waktu. Dalam mengajukan permohonan,
permohonan harus melampirkan data-data atau dokumen-dokumen yang
berhubungan sebagai petunjuk kepada pemerintah untuk mengeluarkan
keputusan. Pada umumnya pemerintah menetapkan bentuk formulir
permohonan sebagai standart untuk mengajukan permohonan karena lebih
praktis.
Apabila permohonan tidak dilengkapi data yang lengkap maka
pemerintah berwenang tidak memproses permohonan, dimana terlebih
dahulu pemerintah harus memberitahukan kelalaian tersebut kepada
pemohon.

Universitas Sumatera Utara

b. Acara persiapan dan peran serta (inspraak)
Demi mewujudkan perlindungan hukum kepada pihak yang
berkepentingan maka pemerintah harus melakukan persiapan dengan
ketelitian yang cermat untuk mengeluarkan keputusan perizinan. Dalam
hal ini pemerintah akan berusaha melakukan musyawarah dengan pihak
yang berkepentingan yaitu pihak pemohon atau pihak ketiga bila ada.
Dengan kata lain pemerintah akan menerima pertimbangan dari pihak
yang berkepentingan agar keputusan perizinan yang dibuat sedapat
mungkin dicegah kerugian bagi pihak yang berkepentingan akan diberi
kesempatan mengajukan keberatan, diman hal ini dimuat dalam rancangan
keputusan.
c. Pemberian keputusan
Keputusan mengenai permohonan perizinan dari pemerintah dapat
berupa pernyataan tidak dapat diterima, penolakan izin dan pemberian
izin. Pernyataan tidak dapat diterima diberikan karena alasan formil, yang
disebabkan beberapa hal yaitu permohonan tidak diajukan yang
berkepentingan, lewatnya jangka waktu, dan instansi yang diminta
memberi izin tidak berwenang.
Penolakan izin terjadi bila ada keberatan-keberatan mengenai isi
terhadap pemberian izin. Alasan-alasan penolakan izin harus dicantumkan
dalam keputusan penolakan izin tersebut. Dimana hal ini untuk

Universitas Sumatera Utara

mengantisipasi adanya kemungkinan bagi pemohon mengajukan keberatan
atau banding.
Pemberian izin akan diputuskan oleh pemerintah apabila syarat
formil dan materil telah dipenuhi oleh pemohon izin. Keputusan
pemberian izin harus ditetapkan dengan jangka waktu yang pantas, artinya
izin tersebut diberikan akan berhubungan dengan pemohon menjalankan
aktivitasnya.
d. Susunan keputusan perizinan
Susunan keputusan perizinan pada umumnya akan memuat diktum,
uraian isi mufakat yang diberikan dengan izin, ketentuan-ketentuan,
pembatasan-pembatasan, syarat-syarat yang berhubungan dengan izin
serta pemberian alasan.
Pemberian alasan yang dimuat dalam keputusan perizinan adalah
berupa ketentuan-ketentuan undang-undang yang diterapkan, penetapan
fakta oleh pemerintah dan pertimbangan hukum yang dilakukan
pemerintah.
Azas pemberian alasan diberikan dalam 2 (dua) arti pokok yaitu :
1. Azas pemberian alasan yang mendukung, yaitu berkaitan dengan fakta
bahwa keputusan adalah hasil dari suatu proses, dimana kepentingankepentingan dan fakta yang dihubungkan dengan peraturan perundangundangan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

2. Azas pemberian alasan yang dapat diketahui, yaitu pencantuman
ketentuan undang-undang yang diterapkan dalam keputusan perizinan
tersebut adalah saling berhubungan.
e. Pengumuman keputusan
Pengumuman keputusan perizinan kepada para pihak yang
berkepentinagan pada dasarnya dengan pengumuman atau penyerahan
langsung oleh pemerintah.
Penerimaan keputusan oleh pihak yang berkepentingan dari
pemerintah adalah berdasarkan :
-

Pada hari keputusan itu dikirimkan atau diserahkan atau diumumkan
secara terbuka, atau

-

Pada hari dimana organ pemerintah dengan cara lain telah
memberitahukan kepada yang berkepentingan tentang keputusannya.

E. UNDANG-UNDANG PENYIARAN
Peraturan Perundang-undangan yang mendukung dan mengatur
tentang izin pendirian dan penyiaran Televisi Republik Indonesia.
1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers pasal (6)
mengamanatkan kewajiban pers nasional
2. Undang-undang Penyiaran No 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama
bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

3. Khusus mengenai tata cara dan Persyaratan Perizinan bagi Lembaga
Penyiaran Publik (LPP) telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik serta Informatika RI.
4. Hal-hal pendorong pendirian TVRI, Undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik Nomor 14 Tahun 2008

Universitas Sumatera Utara