POLITIK BAHASA NASIONAL MAKALAH Disusun

POLITIK BAHASA NASIONAL
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia untuk penulisan
karya ilmiah
Dr. H. Agus Nero Sofyan, Drs., M.Hum.

Oleh:
Nina Fitriyana

A141043

Gina Tazkya

A141050

Hilda Amalia

A141053

Ira Monica


A141060

Arida Siti Agustin

A141076

Retno Anjarwati

A141085

Program Studi S-1 Farmasi
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Bandung

2014

2

KATA PENGANTAR


Alhamduillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Bahasa Politik Nasional” ini.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan hasil yang
terbaik dan sesuai dengan harapan. Walaupun dalam pembuatannya kami
mendapatkan beberapa kesulitan karena faktor keterbatasan ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang kami miliki.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. H. Agus Nero Sofyan, Drs., M.Hum. selaku dosen
pembina mata kuliah bahasa Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan semua yang telah memberikan dukungan dan dorongan
kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan tugas yang akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi rekan-rekan dan semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, September 2014


Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A.

Latar Belakang........................................................................................... 1

B.

Tujuan....................................................................................................... 2

C.


Rumusan Masalah................................................................................... 2

BAB II.............................................................................................................. 3
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA....................................................................3
A.

Bahasa Nasional...................................................................................... 3

B.

Bahasa Negara........................................................................................ 4

BAB III............................................................................................................. 7
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.............................................................7
A.

Perkembangan Bahasa Indonesia..............................................................7

BAB IV........................................................................................................... 13
SIKAP DAN KESADARAN DALAM BERBAHASA................................................13

BAB V............................................................................................................ 17
PENUTUP...................................................................................................... 17
A.

Kesimpulan........................................................................................... 17

B.

Saran................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam perkembangannya, Indonesia diperkaya

dengan bahasa daerah yang tersebar diseluruh nusantara. Sehingga
terdapat hubungan saling mengisi dengan bahasa daerah. Awal
penciptaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia yaitu
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang bermula dari Sumpah Pemuda,
yang salah satu dari ketiga butir Sumpah Pemuda tersebut menyatakan
“Kami poetra poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia”. Sejak saat itu, bahasa Indonesia menjadi bahasa
persatuan yang memperlihatkan ciri-cirinya sebagai alat komunikasi
yang mutlak diperlukan oleh bangsa Indonesia.
Akan tetapi, di era globalisasi ini, banyak sekali budaya asing
yang masuk ke Indonesia, termasuk bahasa asing. Sehingga, sudah
bukan hal yang langka ketika Bahasa Indonesia digabung dengan
bahasa asing. Terutama dikalangan remaja, banyak kata-kata baru yang
sering disebut dengan ‘bahasa gaul’. Hal ini dapat berpengaruh buruk
terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1

B. Tujuan
Makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah bahasa

Indonesia, juga memiliki tujuan lain yang ditujukan kepada pembaca
khususnya bangsa Indonesia, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia.
Menjelaskan mengenai perkembangan bahasa Indonesia.
Menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia beserta fungsinya.
Mengajak bangsa Indonesia untuk lebih peduli dan cinta
terhadap bahasa Indonesia.

C. Rumusan Masalah
1. Mengapa kita harus mempelajari bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesiasebagai bahasa
nasional dan bahasa negara?
3. Bagaimana proses perkembangan bahasa Indonesia?
4. Bagaimana


cara

menyikapi

berbahasa Indonesia?

2

dan

menyadari

pentingnya

BAB II
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia merupakan ilmu pengetahuan umum yang
harus dipelajari di Indonesia dari mulai pendidikan terendah, hingga di
perguruan tinggi. Landasan utama diadakannya mata kuliah bahasa

Indonesia sampai di perguruan tinggi, yaitu karena bahasa Indonesia
memiliki dua kedudukan dengan fungsi kedudukan masing-masing yang
berbeda-beda.
A. Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional.
Fungsi dari kedudukan sebagai bahasa nasional tersebut adalah: (1)
lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat
yang memungkinkan penyatuan dari berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing.
Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasari rasa kebanggaan kita. Bermula dari kebanggaan itulah, kita
akan mencintai bahasa Indonesia dengan cara memelihara dan
mengembangkannya. Selain itu, rasa bangga dalam menggunakan
bahasa Indonesia harus kita tingkatkan.
Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia harus
diakui menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia.

3


jadi, seandainya ada orang yang tidak menghargai lambang bangsa
Indonesia ini, sedikitnya kita akan tersinggung dan rasa hormat terhadap
orang tersebut akan hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat
menunjukkan identitasnya apabila kita sebagai masyarakat Indonesia
membina dan mengembangkan bahasa Indonesia di bidang-bidang yang
sesuai dengan keahlian kita masing-masing.
Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita untuk
berkomunikasi dengan warga Indonesia lainnya, dari berbagai daerah,
menggunakan bahasa Indonesia. Karena, jika antara komunikator dan
komunikan mengerti dengan bahasa yang digunakan, akan menghindari
terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena
kita telah memiliki bahasa nasional yang lahir dari bumi kita sendiri
sehingga

kita

dapat

saling


mengenal

dan

bersatu

antarwarga,

antardaerah, dan antarbudaya.
B. Bahasa Negara
Bahasa Indonesia memiliki empat fungsi dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara. Keempat fungsi bahasa negara adalah: (1)
bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengatur di dunia pendidikan, (3)
alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan

pelaksanaan

pembangunan,

dan

(4)

kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

4

alat

pengembangan

Fungsi pertama, bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam
upacara dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu
juga dalam penulisan dokumen-dokumen negara. Hal itu juga berlaku
pada pidato kenegaraan.
Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia menggunakan pengantar bahasa Indonesia dan dari mulai
pendidikan di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai perguruan tinggi pun,
mau tak mau pengantarnya menggunakan bahasa Indonesia. Sesuai
dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional,

Pasal

37

Ayat

2

mewajibkan

perguruan

tinggi

menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian.
Dan salah satu dari mata kuliah tersebut adalah Bahasa Indonesia.
Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia
untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai
bidang. Dalam hal ini kita berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara
lisan maupun tulisan, menggunakan bahasa Indonesia, agar dapat
dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan.
Fungsi keempat mengingatkan kita untuk bergelut dalam dunia
ilmu. Ilmu yang kita miliki akan jauh lebih berguna apabila kita dapat
menyebarkannya pada orang lain di sekitar kita. Ilmu yang disampaikan
akan lebih efektif dan efisien dalam penerimaannya jika menggunakan
bahasa Indonesia.

5

Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan
pemikiran diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di
perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan pemakaian bahasa
Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah,
misalnya. Perbedaan itu juga dapat dibuktikan ketika kita pergi ke daerah
lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu
pula dengan kita pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan
segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh
yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian itu adalah
bahasa dalam SMS atau chatting dan bahasa dalam makalah. Bahasa
SMS takketat, bahkan bisa menggunakan kata-kata sesuai dengan
keinginan kita. Sedangkan, makalah penuh dengan aturan yang harus
kita taati.

6

BAB III
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

A. Perkembangan Bahasa Indonesia
Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab,
Belanda, Mandarin, Jepang, atau bahasa asing lainnya, atau juga
bahasa daerah lainnya, bahsa Indonesia tergolong bahasa yang relatif
masih muda. Bahasa Indonesia baru lahir pada tanggal 28 Oktober
1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya begitu
pesat.

Hingga

tahun

1988—berarti

enam

puluh

tahun—bahasa

Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata. Tahun 2008 bahasa
Indonesia sudah memiliki 100 ribu lebih kosakata.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata
dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan Sunda, masuk ke dalam
bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya
adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris.
Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih
berorientasi pada bahasa Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang
berasal dari bahasa Belanda, misalnya, tradisionil, formil, sistim,.
Namun,

sejak

Disempurnakan

1972—bersamaan
(EYD)—bahasa

dengan

Indonesia

lahirnya
dalam

Ejaan
hal

yang

menyerap

kosakata asing lebih berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu,

7

kosakata yang berasal dari bahasa Belanda seperti ketiga contoh taklagi
dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata tersebut
adalah tradisional, formal, dan sistem.
Pada akhir tahun 1990-an—ketika yang memimpin Indonesia
adalah

Abdurrahman

Wahid—perkembangan

kosakata

bahasa

Indonesian memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu muincul lagi
kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya
digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata
istigosah, akhwat, dan ikhwan.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada
kosakata, tetapi juga pada bidang lain seperti istilah atau ungkapan dan
peribahasa. Hal itu dapat kita temukan dengan membaca Sitti Nurbaya
karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh lain
dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran
tahun 2000-an. Tahun 1980-an muncul ungkapan menurut petunjuk,
demi pembangunan, dan sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering
muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam
resmi. Dalam ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan,
perkembangan dalam ragam takresmi lebih pesat, namun juga lebih
cepat menghilang. Misalnya pada tahun 1980-an muncul kata asoy yang
berarti ‘asyik’; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas sebagai
penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas sebagai

8

penegas seperti pada ungkapan PD lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi
yang sebenarnya adalah ‘kembali’ atau ‘sedang’. Tahun 2004-an muncul
gitu lo atau getho lho, dan semacamnya, akhir-akhir ini kata galau dan
tepar juga semakin popular.
Bidang

makna

pun

mengalami

perkembangan. Ada

lima

penyebab perkembangan makna, yaitu sebagai berikut.
1. Peristiwa Ketatabahasaan
Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda
karena konteks kalimat berbeda.


Agus pulang dengan tangan hampa.



Dia sudah lama dikenal sebagai anak yang
panjang tangan.



Tangan Hani sakit karena jatuh.

2. Perubahan Waktu
Ternyata perubahan waktu mempengaruhi makna pada
beberapa kosakata. Misalnya:
Makna dahulu
Bapak: orang tua laki-laki,

Makna sekarang
Sebutan terhadap semua

ayah

orang laki-laki yang umurnya
lebih tua atau kedudukannya

Canggih: cerewet, bawel
Saudara: orang yang lahir

lebih tinggi
Pintar dan rumit, modern
Sapaan bagi orang yang sama

dari ibu dan bapak yang

derajatnya, orang yang

9

sama

dianggap lahir dari lingkungan
yang sama seperti sebangsa,
seagama, sedaerah

3. Perbedaan Bahasa Daerah
Setiap bahasa baerah memiliki kosakata yang berbedabeda. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan apabila ada
kosakata yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Misanya, kata atos dalam bahasa Sunda berarti ‘sudah’,
sedangkan dalam bahasa jawa berarti ‘keras’.
4. Perbedaan Bidang Khusus
Dalam bidang kedokteran, kata koma berarti ‘sekarat’.
Sedangkan dalam bidang bahasa berarti ‘salah satu tanda
baca untuk jeda’. Kata operasi dalam bidang kedokteran
adalah ‘bedah’ atau ‘bedel’, dalam bidang kemiliteran atau
yang lain berarti ‘tindakan’, dan dalam bidang pendidikan
berarti ‘pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang
telah dikembangkan secara rinci’.
5. Perubahan Konotasi
Kata penyesuaian berarti ‘penyamaan’, tetapi agar orang
lain tidak terkejut atau marah, kata itu dipakai untuk makna
‘penaikan’. Misalnya penaikan harga menjadi penyesuaian
harga.

10

Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian
ejaan. Sejak 1972, bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang
dinamakan

Ejaan

kenyataannya

yang

sampai

Disempurnakan

sekarang

belum

(EYD),

yang

diperhatikan

penuh

dalam
oleh

masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih
banyak terjadi. Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan
pemakaian huruf kecil dengan huruf kapital; pemakaian singkatan nama
diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan,
pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna.
Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada
pemakaian tanda baca koma.
Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada pernyataan berikut?
1) A = B, C, D, dan E
2) A = B, C, D dan E
Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil.
Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng.
Orang Sumedang makan tahu sumedang.
Kesalahan lain yang sering ditemukan adalah pelafalan yang tidak
sesuai dengan kaidah ejaan, menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai
dengan hurufnya, kecuali untuk nama diri. Untuk nama diri, penulisan
dan pengucapan merupakan hak pribadi. Misalnya, Deassy, Dessy, Desi.
Namun masih banyak di antara kita yang “buta huruf” sehingga tidak

11

dapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s, atau huruf t dengan
huruf c, dalam beberapa kata yang berbeda.
Karena kurang perhatian terhadap hal-hal kecil seperti itu, banyak
orang yang melafalkan secara tidak tepat untuk kata-kata panitia, unit,
pasca, aksesoris, akhir, bathin, dan sebagainya.

12

BAB IV
SIKAP DAN KESADARAN DALAM BERBAHASA

Kita memiliki politik bahasa nasional—kekuatan politis—untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain,
justru banyak penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul
pertanyaan apakah berlaku hukum “di situ ada aturan, di situ pula ada
pelanggaran.” Penelusuran dua variabel itu memungkinkan kita untuk
dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti itu secara
proporsional. Lebih-lebih lagi cendekiawan, kita memiliki peran strategis
untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat
bahasa Indonesia, sekaligus mengangkat jatidiri bangsa.
Politik bahasa nasional memberikan bobot kekuatan terhadap
bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa
asing. Salah satu fungsi politik bahasa nasional yaitu memberikan dasar
dan pengarahan bagi perencanaan dan pengembangan bahasa nasional
sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan kedudukan
bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Selain itu,
kita tahu bahwa Sumpah Pemuda yang dibentuk tahun 1928 tidak hanya
mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa Indonesia
dalam

status

yang

tinggi

tidaklah

sepantasnya.

13

berlebihan,

bahkan

sudah

Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting
dalam hubungannya dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki
perencanaan matang dan terarah dalam menghadapi perubahan dan
perkembangan

kebudayaan.

Itulah

yang

dinamakan

kemantapan

dinamis.
Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan
tidak memerhatikan posisi bahasa Indonesia. dengan berbagai alasan,
mereka banyak menyelipkan kata—bahkan kalimat—berbahasa asing,
baik secara lisan maupun secara tertulis tanpa memerhatikan sasaran
yang dituju. Misalnya, kita lihat orang-orang di sekitar kita, atau saat kita
berjalan-jalan ke suatu toko, banyak di antara mereka menggunakan
bahasa asing (baca:Inggris!). padahal kita atau orang-orang yang
berkunjung ke toko tersebut tidak mengerti bahasa Inggris.
Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat
dijadikan alasan. Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa
Indonesia kata asing itu tidak ada, atau bahasa Indonesia tidak menarik
minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia tidak bergengsi
tinggi.
Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan
kita sebagai pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk
pengaya kata. Jadi, jika belum ada kata yang tepat, kita cari di kamus,
kita ikuti prosedur pembentukan kata atau istilah baru. Jika bahasa

14

Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab menaikkan
gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya.
Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi bagi
pengindonesiaan kata dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut:
1. Sumpah Pemuda 1928;
2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara;
3. Keputusan Presiden RI Nomor 57 tahun 1972 tentang
penggunaan Ejaan yang Disempurnakan;
4. Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 tanggal 28
Oktober 1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia
dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa;
5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri Nomor
1/U/1992 tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha
pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa; dan
6. Surat Menteri Dalam Negeri Ri kepada Gubernur, Walikota,
dan Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang
penertiban pengguanaan istilah asing.
Akan tetapi, keenam butir tersebut hanya dilirik dan ditaati selama
empat tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak
diperhatikan lagi, baik oleh perseorangan, lembaga swasta, maupun
lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di berbagai perguruan tinggi
di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student Centre atau

15

Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat
Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya merupakan bangsa
Indonesia? mengapa juga di jalan yang dilalui oleh angkutan kita
terdapat rambu yang bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir
angkutan kota mengerti bahasa Inggris? Contoh lain di pertokoan sangat
marak pemakaian kata-kata asing, padahal pengunjungnya sangat
sedikit yang mengerti abhasa asing secara baik.
Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai
peningkat gengsi sosial. Padahal kalau kita sadari bersama secara
kompak, bahasa Indonesia pun bisa dipakai untuk menaikkan gengsi
sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang
megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut
toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap
sebagai orang “kotaan”, orang “modern”. Yang menurunkan atau
menaikkan gengsi sosial kita dalam hal ini mungkin saja pakaian dan
cara kita berpakaian atau juga perilaku kita secara menyeluruh

16

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia masih harus dipelajari di perguruan tinggi
disebabkan oleh empat faktor yang harus kita perhatikan. Keempat
faktor tersebut adalah (1) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, (2) variasi pemakaian
bahasa Indonesia, (3) perkembangan bahasa Indonesia, dan (4) sikap
dan kesadaran berbahasa Indonesia.

B. Saran
Menurut kami, dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar
perlu dipelajari dan dipahami kembali. Karena, di era globalisasi ini, kita
sering mengucapkan dan menulis bahasa Indonesia yang salah. Maka
dari itu, mempelajari dan memahami bahasa Indonesia penting bagi kita
selaku bangsa Indonesia. Selain di pusat pendidikan, banyak sumber
dan referensi lain yang dapat kita baca untuk memperoleh ilmu
mengenai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

17

DAFTAR PUSTAKA

Suganda, Dadang dkk. 2014. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjadjaran.

18