Masyarakat Budaya dan Politik Russia

Masyarakat Budaya dan Politik Russia, Eropa Timur dan Asia
Tengah
Moch. Arief Setiawan/071211231059
Summary Week 3
UNI SOVIET: STALINISME DAN LENINISME
Terdapat perbedaan terkait dengan pemerintahan Uni Soviet, khususnya
terkait dengan individu yang memerintah negeri tersebut.

Entry Point

dalam pembahasan Komunisme Soviet adalah melalui karya Karl Marx,
The Victorian.

Secara garis besar buku tersebut membahas mengenai

calssless society. Dalam tulisan tersebut, komunitas tanpa kelas,
merupakan tingkatan tertinggi dalam peradaban manusia, hal ini sangat
bertolak

belakang


dengan

adanya

pandangan

individualisme

dan

kepemilikan hak atas apa yang dimiliki oleh individu, dalam pandangan
Liberalisme.
Setidaknya ada tiga elemen pokok pemikiran sosialisme

Karl Marx

(dalam Wicaksana 2015). Pertama, masyarakat bergerak karena adanya
perubahan ekonomi, hal ini pula sangat bertolak belakang dengan
pemikiran Immanuel Kant, yang menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi adalah sebagai privacy of idea, gagasan yang muncul adalah

penyebab munculnya sebuah perubahan, tanpa adanya perkembangan
gagasan maka suatu kelompok masyarakat akan menjadi stagnan. Dalam
poin pertama ini terdapat pertentangan antara pemikiran historical of

materialism melawan historical of idea. Kedua, Marx menyatakan bahwa
perubahan memiliki sifat yang repetitif, sebuah revolusi dapat terus
berulang yang disebabkan adanya konflik antar kelas, hal ini memiliki
sifat spiral of change. Hal ini pula bertentangan dengan gagasan
modernitas yang dibawa oleh Rossenau, yang menyatakan bahwa
masyarakkat bergerak ke arah progresif, dan bukan regresif seperti
halnya revolusi yang dikatakan oleh Marx. Ketiga, Marx pula mengatakan
bahwa terjadi sebuah perubahan dari modern society menuju ke

community society. Perubahan ini pula memiliki sifat yang revolusioner,

tataran paling tinggi dari perubahan tersebut lagi-lagi ditekankan pada
masyarakat tanpa kelas (Wicaksana 2015).
Lenin,

merupakan


pemimpin

pemberontakan

terhadap

Tsar,

dan

memimpin Revolusi Bolshevik Oktober 1917. Lenin setuju dengan Marx
terkait dengan perlawanan terhadap penindasan kaum kelas atas,
sebagai pemilik kapital. Akan tetapi kemudian Lenin juga mengkritisi
Marx yang tidak memberikan penjelasan dengan apa perubahan dan
perlawanan

itu

dilakukan.


Lenin

kemudian

menyerukan

sebuah

persatuan buruh dalam sebuah organisasi politik. Organisasi politik ini
menjadi jawaban sekaligus kritikan Lenin terhadap Marx, buruh tidak
akan dapat melakukan perlawanan tanpa mengorganisasi diri dalam satu
kelompok besar. Perlawan parah buruh tidak bisa dilakukan secara
sporadis dan terpisah-pisah. Perlawanan secara sporadis tidak dapat
dilakukan karena kelompok borjuis memiliki afiliasi dengan corrupt

state. Inilah yang kemudian mendasari paham komunisme bahwa negara
tidak perlu ada, karena negara hanya akan menjadi alat bagi kaum kelas
atas untuk tetap melakukan penindasan terhadap para buruh. Lenin yang
mendirikan Uni Soviet, namun Lenin menyatakan bahwa negara tersebut

hanya memiliki sifat sementara dan pada suatu saat akan diburbarkan.
Lenin kemudian terbunuh pada tahun 1922, dan digantikan oleh Tolrstoy,
namun tidak bertahan lama, dan digulingkan oleh Joseph Stalin
(Wicaksana 2015).
Pola kepemimpinan Lenin dan Stalin memiliki perbedaan. Stalin pula
mengkritisi Lenin terkait dengan peranan negara. Menurut Stalin negara
diperlukan untuk mengawal

revolusi komunisme sampai tuntas, dan

bukan hanya sekadar transit point. Stalin mengatakan bahwa Lenin
hanya mengimajinaksikan masyarakat Komunis sebatas hanya lingkup
nasional. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang dianggap oleh Stalin
bahwa

Komunisme

bukan

hanya


lingkup

nasional,

melainkan

internasional, karena gerakan komunis tidak dapat bergerak sendirisendiri, melainkan harus bersatu dalam melawan dominasi kaum borjuis.
Pada masa Stalin, dia melakukan ekspansi ideologi gagasan Marx dan

Lenin. Stalinisme meninggalkan dua gagasan utama, yaitu negara
merupakan ujung tombak pergerakan Komunisme, posisi negara secara
permanen, dan Revolusi Komunisme secara internasional. Terdapat
perbedaan pandangan pula terkait dengan penggunaan partai politik.
Menurut Lenin, partai politik digunakan untuk penyebaran ideologi
komunis, sedangkan bagi Lenin, partai digunakan untuk mencapai
kepentingan-kepentingan (Wicaksana 2015).
Kawasan kepemimpinan di Uni Soviet sangat dipengaruhi oleh model
kepemimpinan
menjabarkan


individu
karakter

yang

berkuasa.

politik,

ekonomi,

Berikut
dan

ini

penulis

akan


pada

masa

kultural

kepemimpinan Stalin. Pertama, karakter politik, karakter politik ini
mampu dibagi menjadi tiga bagian pula. Adanya Communist Totalitarian,
yang

bercirikan

undivided

party

atau

partai


tunggal.

Pemegang

pemerintahan ada di tangan Politburo yang terdiri dari 5-9 orang, sekjen
partai dipegang oleh Pemimpin negara yang tidak lain Stalin itu sendiri.
Selanjutnya

yaitu

Society.Maksudnya

adanya
adalah

intrepetation
adanya

of


campur

the

State

tangan

into

negara

the

dalam

keseluruhan aspek kehidupan bernegara masyarakat Uni Soviet. Terakhir
dari karakter pertama adalah adanya supremation all of opposing party.
Stalin


melakukan

penindasanterhadap

lawan-lawan

partai

yang

bertentangan dengan haluan Stalin. Dinamika Uni Soviet inilah yang
kemudian dipengaruhi oleh karakter ketiga ini. Untuk menyingkirkan
lawan-lawan politisnya, Stalin membentuk komposisi masyarakat yang
saling curiga satu sama lain. Sebagai dampak Stalin yang memerintakan
untuk mengawasi satu sama lain. Orang-orang dilarang berkumpul lebih
dari empat orang. Secara sederhana, dua orang masih berimbang apabila
beradu argumen, tiga orang setidaknya masih ada komposisi antara prokontra yang tidak seimbang, apabila empat orang, maka sudah tentu
posisi

antara

yang

pro-kontra

berimbang

dan

hal

ini

sangat

membahayakan (Wicaksana 2015).
Dalam hal ekonomi Stalin, terdapat lima karakter ekonomi yang muncul,
pertama adalah nationalization of all most production. Semua industri

yang ada di Uni Soviet dikuasai oleh negara, dan tidak ada kepemilikan
pribadi.

Kedua, yaitu centralize economic policy making, kekuasaan

negara dipegang oleh Politburo dengan bantuan Menteri Keuangan dan
Kepala Bank Sentral. Seluruh warga negara dicarikan pekerjaan oleh
negara. Tidak ada pengecualian bagi warga negara untuk menganggur,
termasuk orang tua, perempuan dan anak-anak. Warga negara yang
menganggur dianggap sebagai parasitisme yang buruk. Hal inilah yang
kemudian mendorong Uni Soviet untuk mengembangkan industri padat
karya. Adanya redsitribusi pekerja/buruh yang begitu masif (Wicaksana
2015).
Karakter ekonomi ketiga adalah adanya Beuracratic Allocation dan bukan

Market Allocation. Negaralah yang menentukan selera masyarakatnya
dan bukan masyarakat yang menetukan pola permintaan pasar. Karakter
keempat adalah adanya penentuan harga kebutuhan pokok hingga 70
tahun. Naik turunnya harga hanya terkait dengan kemunculan produkproduk non-pokok, sebagai contoh penentuan harga 11.000 bahan pokok,
selebihnya merupakan barang sekunder yang tidak bisa di kontrol
sepenuhnya oleh negara. Selain produk sekunder, banyak produk yang
bermunculan yang ‘lolos’ dari penglihatan Politburo, bayangkan saja
hanya 5-9 orang yang menjadi pusat pemerintahan domestik dalam
negara. Akibatnya produk-produk yang lolos tersebut beredar di pasaran
gelap dan dikendalikan oleh invisible hand, inflasi pun terjadi dan tidak
dapat dipungkiri lagi. Keempat, yaitu there is no real money in Soviet

Union. Masyarakat Uni Soviet jarang dan bahkan tidak memiliki uang
rebel secara nyata, hal ini disebabkan karena semua kebutuhan
masyarakat ditanggung oleh negara, sampai makan pun ditentukan oleh
negara melalui didirikannya dapur umum. Sehingga nilai rubel Russia
sangat fluktuatif. Rubel Russia mampu dibagi menjadi dua bentuk yaitu,

transfer for international dan cash money for people. Kendatipun
perekonomian Uni Soviet akan rusak dan hancur sebagai akibat dari
model penerapan perekonomian Stalin, namun model ekonomi yang
dibangun oleh Stalin juga memiliki dampak positif dalam jangka pendek.
Dampak tersebut diantaranya yaitu perekonomian Uni Soviet yang maju

pesat dengan double digit growth, akan tetapi dalam jangka panjang
akan menimbulkan kebangkrutan dikarenakan tidak adanya kreativitas,
reliabilitas, dan kepercayaan serta minimnya bahkan tida adanya aktor
swasta yang turut berperan (Wicaksana 2015).
Ketiga, adalah dampak kultural atau budaya. Dalam hal ini terkait
dengan

adanya

peranan

militer

yang

sangat

dominan.

Militer

mendapatkan porsi yang sangat besar dalam pemerintahan dan terjadu
militerisasi di semua sektor. Bentuk nasionalisme yang muncul di era
Stalin ini bukanlah ethnic nationalism melainkan civic nationalism, hal
inilah yang kemudian berujung pada pengerusakan dan aksi vandalisme
terhadap berbagai hasil kebudayaan yang ada di masa lampau, bisa
dilihat dari tidak adanya identitas kultural yang muncul secara jelas
dalam era Uni Soviet bahkan Russia modern sekalipun. Aksi ini juga
memiliki kemiripan seperti apa yang pernah dilakukan Tiongkok melalui
Revolusi Kebudayaan. Terakhir, dalam bidang pendidikan. Uni Soviet
tergolong sebagai negara yang memiliki pendidikan sangat maju di
masanya. Akan tetapi ada beberapa ilmu yang dilarang untuk diajarkan
di Ubi Soviet, seperti Ilmu Ekonomi, Ilmu Hukum, dan Bahasa Inggris.
Akibat dari tidak adanya beberapa ajaran tersebut membuat Uni Soviet
unggul dalam bidang Sains dan Teknologi (Wicaksana 2015).
Refrensi Rangkuman:
Wicaksana, I Gede Wahyu, 2015.

Uni Soviet: Perbedaan Diantara

Leninisme dan Stalinisme. Materi disampaikan dan didiskusikan
pada Mata KuliahMasyarakat Budaya dan Politik Russia, Eropa
Timur, dan Asia Tengah pada tanggal 20 Maret 2015. Departemen
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga.