Aliran Pra Klasik dan Klasik BELLA.doc

Aliran Pra Klasik dan Klasik (Sejarah Pemikiran Ekonomi)
TEORI EKONOMI PRA KLASIK
A. Zaman Yunani Kuno
Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam ajaran-ajaran
agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Contoh ajarannya
mengingatkan bahwa cinta uang adalah akar dari segala permasalahan atau misalnya
contoh lain dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 SM, masyarakat Yunani
telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara berekonomi. Ada 3
tokoh utama pada zaman Yunani Kuno yaitu :
1. Plato (427-347 SM)
Masyarakat Yunani di perintah oleh raja-raja dan pemuka agama. Kaum ningrat
sebagai tuan tanah, sedangkan kaum tani dan kaum buruh tidak memiliki kuasa terhadap
tanah. Adanya tawanan perang melahirkan golongan budak sebagai pekerja kasar.
Menghadapi ketegangan yang muncul tersebut, para pembuat undang-undang, para
politisi, kaum filosof-cendekiawan berusaha menyusun kaidah-kaidah yang mengatur
hubungan ekonomi. Demokrasi yang terjadi sebagian dibuat untuk melayani kepentingan
komersiil.
Plato yang hidup di zaman keemasan kebudayaan Athena, mencerminkan pola
berpikir tradisi kaum ningrat. Ia memandang rendah para pekerja kasar dan orang yang
mengejar kekayaan, termasuk lewat perdagangan. Sebaliknya ia sangat menghargai para
prajurit, negarawan dan orang yang bekerja di sektor pertanian.

Gagasan Plato tentang ekonomi timbul secara tidak sengaja dari pemikirannya tentang
keadilan dalam sebuah negara ideal. Menurut Plato, dalam sebuah negara ideal kemajuan
tergantung pada pembagian kerja yang timbul secara alamiah dalam masyarakat. Karena
manusia diciptakan berbeda, meraka juga memiliki sifat dan kecenderungan yang
berbeda, dan akhirnya jenis pekerjaan yang diminati juga berbeda. Plato menyadari
bahwa produksi merupakan basis suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi)
pekerjaan dalam masyarakat merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat
memenuhi sendiri berbagai kebutuhannya. Oleh karena itu, Plato membedakan tiga jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh manusia yaitu :

a). Rakyat jelata, pekerja, Mereka dasar ekonomi masyarakat.
b). Penjaga dan pembangun urusan Negara yang tidak mempunyai kepentingan sendiri,
dan tidak boleh memiliki keluarga.
c). Penjabat tinggi Negara dan filosof, tugas mereka membuat dan mengawasi UU;
pejabat ini harus memperdalam filosof dan ilmu pengetahuan.
Tiga golongan yang ada dalam polis ini adalah cerminan dari tiga bagian jiwa
manusia. Masing-masing mempunyai keutamaan yang identik supaya dapat mencapai
tujuannya: hidup yang baik, negara yang baik. Karena keadilan adalah keutamaan umum
moral manusia, maka keadilan adalah karakter dari negara yang baik. Proses spesialisasi
inilah yang kemudian dikembangkan oleh John Locke dan Adam Smith.

Teori Division of Labour yang dikembangkan oleh Adam Smith berasal dari
pandangan Pato, perbedaannya Smith memaksudkan Division of Labour untuk memacu
pertumbuhan output dan pembangunan ekonomi, sedangkan Plato memaksudkan untuk
pembangunan kualitas kemanusiaan.
Teori Plato tentang fungsi uang yang dijelaskan dalam bukunya Politika,
menyatakan bahwa fungsi uang adalah sebagai alat tukar, alat pengukur nilai, dan alat
penimbun kekayaan Plato menganggap bahwa uang tidak dapat dan tidak layak
dikembangkan (melalui bunga).
2. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles merupakan salah satu dari murid Plato, dan juga orang pertama yang
meletakkan dasar pemikiran tentang teori nilai (value) dan harga (price), yang hingga
abad ke- 19 masih dipelajari dalam teori ekonomi. Kontribusi Aristoteles terhadap
ekonomi tampak pada organisasi ekonomi masyarakat, communal dengan private
property, nilai dan pertukaran. Kontribusnya yang paling besar terhadap ilmu ekonomi
ialah pemikirannya tentang pertukaran barang (exchange of commodities) dan kegunaan
uang. Menurut pandangannya kebutuhan manusia tidak terlalu banyak, tetapi
keinginannya relatif tanpa batas. Pertukaran barang dalam bentuk barter bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan alami, sebab tidak ada laba ekonomi yang diperoleh dari pertukaran
barang dengan barang tersebut. Hal ini dianggap wajar oleh Aristoteles.
Dalam mengelola rumah tangga dan Negara dibutuhkan kegiatan produksi dan tukar

menukar. Ia tidak membenarkan kegiatan perdagangan untuk mengejar keuntungan.

Pendapat ini tidak relevan untuk masa sesudahnya, karena ia tidak melihat dampak
produktif dari perdagangan.
Dengan latar belakang seperti di atas, Aristoteles pada dasarnya menolak pinjam
meminjam uang dengan bunga. Uang memang bermanfaat sebagai alat tukar-menukar
namun jika digunakan untuk mengejar keuntungan

uang dapat menimbulkan

kesenjangan antara si kaya dan si miskin, korupsi dan pemborosan.
Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa pekerja kasar sebaiknya tidak
memiliki hak politik sebagai warga Negara. Ia juga sangat menghargai orang yang
bekerja di sektor pertanian. Dalam hal hak milik bersama ia tidak sependapat dengan
Plato. Menurutnya hak milik bersama tidak praktis dan bertentangan dengan harkat
manusia. Tanpa hak milik pribadi orang tidak merasa puas, karena harga dirinya hilang
serta tidak dapat berbuat amal baik.
3. Xenophone (440-355 SM)
Xenophone merupakan seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang menciptakan
kata ekonomi (dari Oikos dan nomos). Seperti halnya Plato dan Aristoteles, ia

memandang bahwa pertanian sebagai dasar kesejahteraan ekonomi. Ia menganjurkan
pelayaran dan perniagaan dikembangkan Negara, modal patungan dalam usaha,
spesialisasi dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor pertambangan menjadi
milik bersama.
Karya utamanya adalah On the Means of Improving the Revenue of the state of Athens.
Dalam bukunya tersebut, Xenophone menguraikan bahwa Negara Athena yang
mempunyai beberapa kelebihan dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan
Negara. Dengan berbagai kelebihan tersebut, Xenophone melihat bahwa Athena sangat
potensial untuk menarik para pedagang dan pengunjung dari daerah-daerah lain. Para
pengunjung yang mempunyai bisnis kepariwisataan ini harus dilayani dengan baik,
pelayanan yang baik perlu dilakukan, sebab mereka datang ke Athena dengan membayar
pajak sehingga membawa kemakmuran bagi masyarakat Athena. Makin baik pelayanan,
makin banyak pengunjung maka makin banyak pendapatan Negara dan masyarakat yang
didapat. Hal ini menunjukkan bahwa spirit merkantilisme sudah ada pada masa Yunani
Kuno yang menganjurkan orang melakukan perdagangan dengan Negara-negara lain.
Selain spirit merkantilisme telah tumbuh, pemikiran kapitalisme juga telah

dimunculkan oleh Xenophone. Ia menganjurkan peningkatan penambangan perak untuk
memajukan kesejahteraan dan perdagangan, menyetujui adanya modal patungan antar
perorangan dalam menjalankan usaha. Namun ia juga membenarkan perbudakan dan

usaha pertambangan dan usaha lainnya sebagai milik bersama (Negara).
B. Zaman Romawi
Kekaisaran Romawi terbentuk dari sebuah komunitas pertanian kecil dengan
perdagangan yang kecil dan strata social yang kaku. Tetapi kondisi geografis yang
mendukung kekayaan yang melimpah dan kemenangan atas koloni sangat membantu
transisi yang cepat.
Romawi memiliki salah satu sistem mata uang yang paling maju di dunia saat itu.
Koin-koin dari kuningan, perunggu, tembaga, perak, dan emas, yang dicetak dan
diedarkan berdasarkan peraturan-peraturan ketat untuk bobot, ukuran, dan komposisi
logamnya. Koin-koin ini sangat popular di dunia saat itu, koinnya indah, penuh detail,
dan memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Jatuhnya romawi diiringi dengan kehancuran ekonomi, meningkatkan inflasi dan
keadaan yang tidak terkendali. Banyak pendapat tentang runtuhnya kekaisaran Romawi,
pendapat-pendapat tersebut ialah tanah yang tidak subur lagi, penurunan populasi di
Italia, meluasnya perbudakan, serta faktor politik. Keruntuhan Romawi yang disebabkan
perselisihan yaitu karena gangguan kaum Barbar. Hukum dan UU tidak ada pengaruhnya
bagi keendudukan kaum Barbar yang terletak diluar Roma.
Stoicsm yaitu keturunan cynicsm. Ajarannya hanya satu yaitu kebaikan yang
menjamin kebahagiaan. Gravitas adalah karakteristik yang dimiliki stoics, salah satu
konsepnya ialah tentang hukum alam yang digunakan sebagai ujian. Hukum Romawi

sangat unggul saat ini dan sumber penting dalam memberikan inspirasi pada pembuat UU
hukum perdata di Negara-negara Eropa dan Amerika Latin. Dibandingkan hukum lain,
hukum Romawi lebih bersifat absolut dalam perlindungan terhadap kepemilikan dan hak
pemiliknya.
Seperti halnya pemikiran dari Plato dan Aristoteles kerajaan Romawi Kuno juga
melarang keras setiap pungutan atas bunga dan pada perkembangan selanjutnya mereka
membatasi besarnya suku bunga. Kerajaan Romawi adalah Negara pertama yang
menerapkan peraturan tentang bunga untuk melindungi para konsumen.

C. Era Aliran Skolastik
Setelah kerajaan Romawi runtuh, kegiatan ekonomi mulai menyesuaikan dengan
struktur masyarakat yang baru. Menurut Landerth (1976), baru sejak abad ke-15, ketika
masyarakat petani Eropa melalui proses industrialisasi,kemunculan tersebut karena
lahirnya pemikiran-pemikiran ekonomi dari kaum skolastik (scholasticism). Sebagian
besar produksi dihasilkan oleh para petani kecil penyewa atau penggarap tanah. Para
petani dan pedagang berkumpul dalam wadah yang disebut Gilda, yang berfungsi melatih
tenaga terampil dan menetapkan harga pasar dan tingkat upah.
Ajaran-ajaran Skolastik sangat dipengaruhi oleh ajaran agama. Pada abad
pertengahan di Eropa, perilaku ekonomi sangat dipengaruhi oleh ajaran gereja. Ciri utama
aliran ini adalah kuatnya hubungan antara ekonomi masalah etis serta besarnya perhatian

pada masalah keadilan. Hal ini karena ajaran skolastik mendapat pengaruh kuat ajaran
gereja. Pandangan gereja tentang perdagangan dapat digambarkan oleh kalimat “the
merchant cant scarcely or never be pleased to god”. Ada 2 tokoh utama dalam aliran
skolastik yaitu :
1. St. Albertus Magnus (1206-1280)
St. Albertus Magnus merupakan seorang filosof-religius dari Jerman. Salah satu
pemikirannya yang terkenal adalah pendapatnya tentang harga yang adil dan pantas (just
price), yaitu harga yang sama besarnya dengan biaya-biaya dan tenaga yang dikorbankan
untuk meghasilkan barang tersebut. Dengan berpatokan pada harga yang adil dan pantas
ini, maka dalam aktifitas tukar menukar harus disertakan unsur etis. Jika seseorang
menetapkan harga melebihi harga yang adil, menurutnya orang tersebut telah melanggar
etika dan tidak pantas dihormati.
2. Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas merupakan seorang teolog filsuf Italia dan tokoh pemikir
ekonomi pada aad pertengahan. Aquinas adalah murid dari St. Albertus Magnus yang
juga menghubungkan ekonomi dengan etis dan keadilan. Dalam bukunya yang sangat
terkenal Summa Theologica, Aquinas menjelaskan bahwa memungut bunga dari uang
yang dipinjamkan adalah tidak adil, sebab ini sama dengan menjual sesuatu yang tidak
ada. Dengan pola pikir seperti inilah ekonomi etis berkembang karena pemikiran
ekonomi mereka erat dengan ajaran agama.


Pemikiran St. Thomas Aquinas menjadi semakin berkembang hingga pada abad
ke-13 menjadi zaman kejayaan Skolastik. Hal ini dikarenakan adanya tiga faktor penentu
yang muncul pada akhir abad ke-12. Salah satu faktor penting tersebut adalah
ditemukannya karya-karya filsafat Yunani. Faktor-faktor tersebut membuat pemikiran
ekonomi berkembang pesat. Sehingga Teori dari St. Albertus Magnus dan St. Thomas
Aquinas kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh lain seperti Scotus dan Ockham.
D. Era Aliran Merkantilis
Perkembangan pemikiran ekonomi sebelum abad ke 17 kegiatan ekonomi pada umumnya
masih bersifat kecil-kecil yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri
(subsisten). Tetapi pada abad 17 ini kegiatan ekonomi mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam organisasi kegiatan ekonomi masyarakat.
Istilah “Merkantilisme” berasal dari kata Merchant yang berarti “Pedagang”. Menurut
paham merkantilisme setiap negara yang berkeinginan maju harus melakukan
perdagangan dengan negara lain dan bagi penganut merkantilisme sumber kekayaan
negara adalah dari perdagangan luar negeri. Selanjutnya uang adalah sebagai hasil
surplus perdagangan yang menjadi sumber kekuasaan.
Tiga pokok pemikiran aliran merkantilisme adalah tentang Neraca Perdagangan dan
Merkantilisme Arus Logam Mulia, Proteksi dan Teori Kuantitas Uang. Ketiga pokok
pemikiran ini terpusat pada satu doktrin merkantilisme, yaitu neraca perdagangan yang

menguntungkan. Ada 3 tokoh utama dalam aliran merkantilisme, yaitu :
1. Jean Boudin (1530-1596)
Jean Boudin merupakan seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis, yang dapat dikatakan
sebagai orang pertama yang secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga
yang terdapat dalam bukunya Reponse aux Paradoxes de Malestroit (1568). Menurut
Boudin tambahnya uang yang diperoleh dat perdagangan luar negri dapat menyebabkan
naiknya harga barang-barang. Teori Boudin tentang uang dinilai sangat maju dan kirakira 3,5 abad kemudian Irving Fisher mengembangkan teori kuantitas uang.
2. Thomas Mun (1571-1641)
Thomas Mun merupakan anggota kelompok ekonomi pedagang Inggris, (abad ke-17) dan
lebih dikenal sebagai kaum “Merkantilis” yang paling terkenal dan paling di hormati.

Kelompok ini menyarankan agar inggris menggunakan surplus perdagangan untuk
memakmurkan negara secara ekonomi. Salah satu karyanya yang terkenal adalah
“England’s Treasure by Foreign Trade”, memberikan sumbangsih yang besar terhadap
teori perdagangan luar negeri.
3. Sir William Petty (1623-1687)
Sir William Petty merupakan seorang pengajar di Oxford University, dan banyak
menulis tentang ekonomi politik. Dalam bukunya Political Aritmetic (1676), ia telah
menggambarkan bidang metodologi ekonomi. Dengan terbitnya buku ini maka studi
statistika semakin berkembang di Inggris. Dialah yang menggemukakan pertama sekali

tentang nilai tenaga kerja yang kurang dimengerti oleh ahli-ahli berikutnya, sampai tokoh
aliran klasik Ricardo. Menurut Petty ada dua faktor yang menciptakan kekayaan yakni
lahan dan tenaga kerja : “Labour is the father and active principle of wealth, as lands are
the mother”. Bagi Petty, bukan jumlah hari kerja yang menentukan nilai suatu barang,
melainkan biaya yang diperlukan untuk menjaga agar para pekerja tersebut tetap bekerja.
Oleh karena itu tidak heran apabila Freidrich Engels memberinya gelar “The Founder of
Modern Political Economy”.
E. Era Aliran Fisiokrat
Kaum Merkantilis menganggap sumber kekayaan suatu negara adalah
perdagangan luar negeri. Berbeda dengan itu, kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber
kekayaan negara adalah Sumber Daya Alam (SDA). Hal itulah yang menyebabkan aliran
ini dinamai aliran Physiocratism, yaitu penggabungan dari dua kata physic (alam) dan
cratain atau cratos ( kekuasaan), yang berarti mereka yang percaya pada hukum alam
(believers in the rule of nature).
Kaum fisiokratis percaya bahwa alam diciptakan oleh tuhan penuh keselarasan dan
keharmonisan. Hukum alam yang penuh dengan keselarasan dan keharmonisan ini
berlaku kapan saja,dimana saja,dan dalam situasi apapun (bersifat cosmopolit). Dengan
demikian setiap tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing juga
akan selaras dengan kemakmuran masyarakat banyak. Pemerintah tidak perlu campur
tangan, dan alam akan mengatur semuanya (self regulating). Inilah yang nanti bakal

menjadi cikal bakal doktrin perekonomian bebas yang dikembangkan oleh Adam Smith.

Adapun mazhab fisiokrat mempunyai dua tokoh utama yaitu :
1. Francois Quesnay (1694-1774)
Pada awalnya Francois Quesnay berprofesi sebagai seorang dokter, dan sangat
ahli dalam ilmu bedah. Ia mendalami bidang perekonomian setelah diangkat menjadi
anggota “Academic des Scientes”, sebuah lembaga ilmiah yang sangat berwibawa di
Perancis kala itu. Dalam bukunya Tableau Economique (1758), Quesney menggambarkan
arus perekonomian memiliki analogi dengan kehidupan biologis tubuh manusia yang
harmonis, seperti aliran darah.
Menurut Quesnay pada dasarnya hanya ada tiga macam input yakni tanah, buruh, dan
modal. Buruh dan modal adalah input yang dapat dihasilkan dan bukan akan
menghasilkan lebih dari yang dibutuhkan untuk mereproduksinya. Tanah berbeda dengan
buruh dan modal. Tanah tak dapat dihasilkan, tetapi tahan untuk selama-lamanya dan tak
dapat habis. Oleh karena itu Quesnay memisahkan antara pemilik tanah dengan
penggarap tanah.
Menurut Quesnay, bidang usaha pertanian dianggap sebagai satu-satunya usaha yang
produktif, dalam arti produksi neto atau nilai tambah. Sebab, usaha industri atau kerajinan
hanya dianggap mengubah bentuk barang dan usaha perdagangan hanya menyalurkan
barang dari produsen kepada konsumen.
Sehubungan dengan pendapat di atas, Quesnay tidak setuju atas pemberian perlindungan
berlebihan kepada industri dan perdagangan. Perlindungan semacam itu menyebabkan
harga barang menjadi mahal. Semboyan Quesnay dalam kehidupan ekonomi ialah laissez
fair, laissez passer (berikan kebebasan, semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya).
Quesnay juga membagi masyarakat ke dalam empat golongan: (1) kelas masyarakat
produktif, yaitu yang aktif mengolah tanah seperi pertanian dan pertambangan; (2) kelas
tuan tanah .; (3) kelas yang tidak produktif atau steril, terdiri dari saudagar dan pengrajin;
dan (4) kelas masyarakat buruh/labor yang menerima upah dan gaji dari tenaganya.
2. Jacques Turgot (1721-1781)
Jacques Turgot ialah seorang ahli filsafat dan ekonomi yang menjabat Menteri Keuangan
Prancis dalam pemerintahan Raja Lois XVI. Pemikirannya tentang ekonomi sejalan
dengan F. Quesnay, bahwa sumber kemakmuran berasal dari alam terutama usaha bidang
pertanian. Oleh karena itu, Turgot member dorongan agar usaha pertanian dapat

ditingkatkan. Sumbangan pemikiran yang sangat berharga untuk pengembangan ilmu
ekonomi tersebut antara lain, 1). teori pembentukan modal dan 2). teori hukum hasil lebih
yang makin berkurang.
TEORI EKONOMI KLASIK
Mazhab klasik ini lahir pada kuartal terakhir abad ke-18 di Inggris dan
pertengahan pertama abad ke-19. Pandangan mazhab ini terutama berpengaruh di Eropa
dan Amerika hanpir seabad lamanya, khususnya mengenai kebijaksanaan ekonomi.
Pandangan yang dikembangkan oleh Adam Smith ini disebut mazhab klasik sebab
gagasan-gagasannya sudah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-pakar ekonomi
sebelumnya.
Dalam lingkup ekonomi klasik, salah satu landasan ekonomi klasik adalah
kepentingan pribadi dengan kemerdekaan alamiah. Kemerdekaan pribadi sedemikian
sempurnanya, setiap orang tahu apa yang perlu, apa yang menguntungkan bagi dirinya.
Selain itu, lingkup ekonomi klasik adalah pemikiran pesimitis, seperti yang dikemukakan
oleh Thomas Robert Malthus, tentang pertambahan jumlah penduduk yang bertambah
lebih cepat dari pertumbuhan bahan makanan. Adam Smith sendiri, meskipun memiliki
pandangan-pandangan yang optimis, namun mengakui bahwa kemajuan ekonomi
akhirnya akan mencapai titik berhenti. Dalam proses kemajuan itu, terkadang andalan
yang paling penting, yakni persaingan,berlangsung di antara jumlah perusahaan yang
sangat banyak. Adapun tokoh ekonomi yang dimasukkan kategori penganut mazhab
klasik adalah sebagai berikut :
1. Adam Smith (1723-1790)
Para pemikir ekonomi yang memberikan pengaruh besar bagi Adam Smith adalah
francis Hutcheson (1694-1746), yaitu dosennya di Universitas Glasgow dan David Hume
(1711-1776), teman kuliahnya. Dalam bukunya yang pertama The Theory of Moral
Sentiments (1759), banyak menghubungkan masalah ekonomi dan masalah moral. Buku
ini menjadi sumber utama dalam menulis bukunya yang terkenal yaitu An Inquiry Into
the Nature and Causes of the Wealth of Nations pada tahun 1776 atau yang sering
disingkat Wealth of Nations saja.
Haluan pandangan Smith tidak terlepas dari pandangan politiknya yang

bersumber pada falsafah tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya didasarkan
pada hukum alam yang secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat (the order of
things according to natural law). Hukum alam yang dimaksud adalah motivasi ekonomi
yang merupakan penggerak kegiatan ekonomi. Unsur motivasi ini berimplikasi pada
pendapat bahwa individulah yang mengetahui secara tepat apa yang menjadi kepentingan
dirinya. Oleh karena itu, kepadanya harus diberi peluang dan kebebasan untuk
memelihara kepentingannya sendiri. Dalam jangka pendek, hal ini kelihatannya akan
menimbulkan benturan antar individu. Akan tetapi, secara bersamaan perilaku individu
akan diarahkan oleh invisible hand yang membawa hasil optimal bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Invisible hand ini muncul secara alamiah, sebenarnya dalam diri manusia juga ada
motivasi untuk menyelaraskan antara kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat. Oleh karenanya, yang terpenting adalah begaimana menciptakan kondisi
agar kekuatan alamiah tersebut dapat bekerja tanpa gangguan. Berkaitan dengan
produktivitas tenaga kerja, Adam Smith berpendapat bahwa prduktivitas tenaga kerja
dapat ditingkatkan dengan pembagian kerja dan spesialisasi. Meskipun demikian ada
saling ketergantungan antar individu atau kelompok, sehingga harus dihilangkan adanya
hak istimewa bagi sekelompok masyarakat tertentu.
Berbagai teori yang dibahas oleh Smith berutang budi kepada nama-nama yang
telah terkenal sebelumnya. Teori tentang uang, Smith mengembangkan pendapat Hume
dan Locke, bahkan juga Steurt. Begitu juga dalam membicarakan teori keuangan public,
Smith menggunakan acuan tulisan Petty dan Steurt. Karangan-karangan Petty, Steurt dan
Cantillon merupakan perintis sebelum Smith yang membicarakan teori nilai. Teori
pembagian keda berasal dari Plato, Aristoteles, dan Xenophone.
2. Jean Baptist Say (1767-1832)
Jean Baptist Say merupakan seorang ahli ekonomi klasik berkebangsaan Perancis.
Tema pokok pemikiran pemikiran Say dalam mazhab klasik adalah supply create its own
demand. Asumsinya adalah bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Setiap
ada produksi, aka nada pendapatan yang besarnya persis sama dengan nilai produksi tadi.
Jadi, dalam keadaan keseimbangan produksi cenderung menciptakan permintaannya
sendiri akan barang bersangkutan. Atas dasar inilah, para ekonom klasik percaya bahwa

dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh, keseluruhan penawaran produksi selalu
sama besar dengan keseluruhan permintaan akan produksi.
Gagasan Saya nantinya bakal dijadikan titik tolak bagi Keynes untuk melakukan
suatu revolusi dalamm pemikiran ekonomi dengan menyusun suatu kerangka analisis
teoritis yang baru dan pola pendekatan yang berlainan terhadap masalah-masalah
ekonomi masyarakat. Melalui pengkajiannya yang mendalam, Keynes menyimpulkan
bahwa teori Say tidak dapat dibenarkan sebagai dasar teori maupun berdasarkan
pengalaman empiris ekonomi masyarakat.
3. David Ricardo (1772-1823)
David Ricardo adalah seorang ekonom yang berlatar belakang sebagai pengusaha.
Dia dianggap sebagai pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar mazhab
klasik (Djojohadikusumo, 1991). Dapat dikatakan, Ricardo merupakan pemikir pertama
yang meletakkan pemikirannya pada landasan teoritis-deduktif. Inilah yang membedakan
David

Ricardo

dengan

Smith

yang

melakukan

pendekatan

empiris-induktif.

Djojohadikusumo (1991) menyatakan bahwa perangkat teori yang dikembangkan oleh
Ricardo dalam bukunya The principles of Political Economy and Taxation (1817)
meliputi empat kelompok permasalahan, yaitu : 1) teori tentang nilai dan harga barang, 2)
teori tentang distribusi pendapatan yang disajikan dalam teori upah, teori sewa tanah,
teori bunga dan teori laba, 3) teori tentang perdagangan internasional, serta 4) teori
tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.
Perbedaan pendapatnya dengan Smith adalah bahwa Smith lebih menekankan
masalah kemakmuran bangsa dan pertumbuhan, sedang Ricardo lebih memperhatikan
masalah pemerataan pendapatan di antara berbagai golongan dalam masyarakat.
Teori yang dikemukakan David Ricardo banyak mempengaruhi para ekonom
lainnya. Karl Marx dipengaruhi Ricardo melalui teorinya tentang nilai pekerja (labor
theory of value) yang menjelaskan bahwa nilai dari suatu barang produksi ditentukan
oleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan barang produksi tersebut.
John Stuart Mills juga menggunakan teori David Ricardo dalam upayanya untuk
melakukan reformasi sosial.
4. Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Thomas Robert Malthus merupakan ahli ilmu ekonomi politik yang berasal dari

Inggris. Salah satu bukunya yang terkenal adalah “Essay on Principle of Population as it
Affect the Future Improvement of Society” (1798). Teori Malthus pada dasarnya
sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah
menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.
Jika dibandingkan dengan Smith yang sangat optimistik tentang tata sususnan masyarakat
berdasarkan kekuatan alamiah, Malthus sangat pesimitik terhadap prospek kehidupan
manusia. Sikap itu dilatarbelakangi oleh tekanan jumlah penduduk yang semakin tinggi
tidak seimbang dengan kemampuan produksi.
5. John Stuart Mill (1806-1873)
Mill adalah seorang ekonom, yang sejak kecil telah dididik dengan keras oleh
ayahnya yang juga seorang ekonom, yaitu James Mill. Di dalam bukunya “Principles of
Political Economy” Mill mengatakan bahwa tidak ada teori yang orisinil dari
pemikirannya sendiri. Namun konsep return to scale dan ide konsep elastisitas
permintaan yang kemudian dikembangkan oleh Marshall, orisinil berasal dari Mill.
Mill

menaruh

perhatiannya

terhadap

nasib

pekerja

anak-anak,

dan

merekomendasikan legislasi untuk melindungi buruh anak-anak dan memperbaiki kondisi
hidup para buruh. Ia menyebut dirinya seorang sosiali, meskipun pemikiranpemikirannya sering dikelompokkan ke dalam pemikiran klasik.

KESIMPULAN
1. Mazhab Pra Klasik
Di zaman Yunani Kuno di mana saat itu di Athena masih mencerminkan pola
berpikir tradisi kaum ningrat, para tokoh ekonomi (Plato, Aristoteles, dan Xenophone)
sependapat bahwa pertanian merupakan dasar dari kesejahteraan ekonomi. Selain itu pada
dasarnya mereka menolak pinjam meminjam uang dengan bunga. Pemikiran mereka yang
dituangkan dalam buku, nantinya bakal dijadikan rujukan oleh para ahli ekonomi
selanjutnya seperti halnya teori division of labour Adam Smith yang terinspirasi dari
pemikiran Plato.
Di era kerajaan Romawi Kuno perkembangan ekonomi menjadi lebih maju hal itu
ditandai mata uang Romawi yang telah memiliki standar mata uang yang diedarkan
berdasarkan peraturan-peraturan ketat untuk bobot, ukuran, dan komposisi logamnya.
Seperti halnya pemikiran dari Plato dan Aristoteles kerajaan Romawi Kuno juga
melarang keras setiap pungutan atas bunga dan pada perkembangan selanjutnya mereka
membatasi besarnya suku bunga. Kerajaan Romawi adalah Negara pertama yang
menerapkan peraturan tentang bunga untuk melindungi para konsumen.
Setelah kerajaan Romawi runtuh, kegiatan ekonomi mulai menyesuaikan dengan
struktur masyarakat yang baru, dimana saat itu muncul pemikiran pemikiran ekonomi
dari kaum skolastik. Kedua tokoh di era skolastik (St. Albertus Magnus dan Thomas
Aquinas) pemikiran mereka mendapat pengaruh kuat ajaran gereja. Adapun ciri utama
pemikiran mereka berdua adalah hubungan antara ekonomi masalah etis serta besarnya
perhatian pada masalah keadilan.
Selama era merkantilisme berlangsung tidak hanya perdagangan dan perekonomian saja
yang maju pesat. Kemajuan literatur pun juga berkembang seiring dengan munculnya
persoalan-persoalan ekonomi yang berhubungan dengan bisnis para pedagang. Adapun di
era ini terdapat beberapa seumbangsih pemikiran yang bakal dijadikan rujukan oleh ahli
ekonomi setelahnya, diantaranya adalah “nilai tenaga kerja” yang dikemukakan oleh Sir
William Petty, perdagangan luar negeri” yang dikemukakan oleh Thomas Mun, “teori
uang” yang dikemukakan oleh Jean Boudin.
Berbeda dengan kaum merkantilisme yang menganggap sumber kekayaan negara
adalah perdagangan luar negeri, Kaum fisiokratis percaya bahwa alam diciptakan oleh

tuhan penuh keselarasan dan keharmonisan. Di era ini terdapat dua tokoh yang
memberikan sumbangsih dalam perekonomian yaitu 1) Quesney; menggambarkan arus
perekonomian memiliki analogi seperti aliran darah, Quesnay juga membedakan input
menjadi 3 (tanah, buruh, dan modal), 2) Turgot; mencanangkan teori pembentukan modal
dan teori hukum hasil lebih yang makin berkurang.
2. Mazhab Klasik
Pangkal tolak teori ekonomi dalam mazhab klasik adalah bahwa kebutuhan manusia akan
terpenuhi dengan cara yang paling baik apabila sumberdaya produksi digunakan secara
efisien. Di samping itu, pemenuhan kebutuhan yang lebih baik juga akan tercapai jika
barang dan jasa hasil proses produksi dijual dalam paar bebas.
Pandangan Smith tidak terlepas dari pandangan politiknya yang bersumber pada falsafah
tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya didasarkan pada hukum alam. Hukum
alam yang dimaksud adalah motivasi ekonomi yang merupakan penggerak kegiatan
ekonomi. Dalam jangka pendek, hal ini kelihatannya akan menimbulkan benturan antar
individu. Akan tetapi, secara bersamaan perilaku individu akan diarahkan oleh invisible
hand yang membawa hasil optimal bagi masyarakat secara keseluruhan. Berkaitan
dengan produktivitas tenaga kerja, Adam Smith berpendapat bahwa prduktivitas tenaga
kerja dapat ditingkatkan dengan pembagian kerja dan spesialisasi.
Pokok pemikiran pemikiran Say dalam mazhab klasik adalah supply create its own
demand. Asumsinya adalah bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan.
Gagasan Saya nantinya bakal dijadikan titik tolak bagi Keynes untuk melakukan suatu
revolusi dalamm pemikiran ekonomi dengan menyusun suatu kerangka analisis teoritis
yang baru dan pola pendekatan yang berlainan terhadap masalah-masalah ekonomi
masyarakat.
David Ricardo mengembangkan teori yang mencakup dalam bukunya The principles of
Political Economy and Taxation yaitu : teori tentang nilai dan harga barang, 2) teori
tentang distribusi pendapatan yang disajikan dalam teori upah, teori sewa tanah, teori
bunga dan teori laba, 3) teori tentang perdagangan internasional, serta 4) teori tentang
akumulasi dan perkembangan ekonomi.
Teori Malthus pada dasarnya sederhana. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan
penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah

secara deret hitung.
Mill tidak mempunyai teori yang orisinil dari pemikirannya sendiri. Namun konsep return
to scale dan ide konsep elastisitas permintaan yang kemudian dikembangkan oleh
Marshall, orisinil berasal dari Mill.
DAFTAR PUSTAKA
Wirakartakusumah, Djauhari. 1998. Bayang-Bayang Ekonomi Klasik. Jakarta; DIKTI
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sanusi, Bachrawi. 2000. Sistem Ekonomi. Jakarta; Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta; Yayasan
Obor Indonesia
Deliarnov. 2007. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta; PT Raja Grafindo.
Amalia. Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok; Gramata
Skousen, Mark. 2005. Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta; Pranada
Media
Gilarso,T. 1994. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka.Yogyakarta; Kanisius.
Simarmata, Dj. A. 1994. Ekonomi Publik dan Eksternal. Jakarta; Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta; Erlangga
Hardjosoebroto, Sudirman. 1986. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia. Yogyakarta;
BPFE