Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

Lampiran 1. Hasil identifikasi hewan

51

Lampiran 2.Gambar hewan segar, hewan teripang setelah dibersihkan, simplisia
teripang, serbuk simplisia dan hasil pemeriksaan mikroskopik
serbuk simplisia teripang

Gambar hewan teripang segar

Gambar hewan teripang setelah dibersihkan

52

Lampiran 2. (lanjutan)

Gambar simplisia teripang

Gambar serbuk simplisia

53


Lampiran 2. (lanjutan)

Spikula
bentuk
sofbutton

Gambar hasil pemeriksaanmikroskopis serbuk simplisia teripang

54

Lampiran 3.Bagan pembuatan simplisia
Teripang segar
dicuci di bawah air mengalir
dipisahkan dari bagian perutnya
diperkecil potongannya
ditiriskan dan ditimbang beratnya
diangin-anginkan
dikeringkan dalam lemari pengering
Simplisia

ditimbang beratnya
dihaluskan menjadi serbuk
Serbuk simplisia
ditimbang serbuknya
dilakukankarakterisasi simplisia
penetapan kadar (air, sari laut air,
sari larut etanol, abu total, abu tidak
larut dalam asam)
Karakterisasi simplisia

55

Lampiran 4. Bagan pembuatan ekstrak n-heksanteripang Holothuria scabra
Jaeger
Serbuk simplisia
dimasukkan ke dalam wadah
ditambahkan n-heksan sampai serbuk
terendam sempurna
dibiarkan selama 24 jam terlindung
dari cahaya, sambil sesekali diaduk dan

disaring

Ampas

Maserat I
dimaserasi kembali dengan
pelarut n-heksan
didiamkan selama 24 jam
dan disaring

Ampas

Maserat II
dimaserasi kembali dengan
pelarut n-heksan
didiamkan selama 24 jam
dan disaring

Ampas simplisia I


Maserat III
digabungkan ketiga
maserat

dikeringkan di atas kertas
perkamen selama 24 jam

dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu
40°C

Ampas simplisia I

Ekstrak n-heksan
diuapkan di atas penangas
air
Ekstrak kental
n-heksan

56


Lampiran 5. Bagan pembuatan ekstrak etilasetat teripang Holothuria scbra
Jaeger
Ampas simplisia I
dimasukkan ke dalam wadah
ditambahkan etilasetat sampai
serbuk terendam sempurna
dibiarkan selama 24 jam terlindung
dari cahaya, sambil sesekali diaduk
dan disaring
Maserat I

Ampas

dimaserasi kembali dengan
pelarut etilasetat
didiamkan selama 24 jam
dan disaring

Ampas


Maserat II
dimaserasi kembali dengan
pelarut etilasetat
didiamkan selama 24 jam
dan disaring

Ampas simplisia II

Maserat III
digabungkan ketiga
maserat

dikeringkan di atas kertas
perkamen selama 24 jam

dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu
40°C


Ampas simplisia II
Ekstrak etilasetat

diuapkan di atas penangas
air
Ekstrak kental
etilasetat

57

Lampiran 6. Bagan pembuatan ekstraketanol teripang Holothuria scabra Jaeger
Ampas simplisia II
dimasukkan ke dalam wadah
ditambahkan etanol 96% sampai
serbuk terendam sempurna
dibiarkan selama 24 jam terlindung
dari cahaya, sambil sesekali diaduk
dan disaring
Maserat I


Ampas

dimaserasi kembali dengan
pelarut etanol 96%
didiamkan selama 24 jam
dan disaring

Ampas

Maserat II
dimaserasi kembali dengan
pelarut etanol 96%
didiamkan selama 24 jam
dan disaring

Ampas simplisia III

Maserat III
digabungkan ketiga
maserat

dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu
40°C
Ekstrak etanol
diuapkan di atas
penangas air
Ekstrak kental
etanol

58

Lampiran 7.Perhitungan karakterisasi simplisia
I. Perhitungan penetapan kadar air simplisia

Sampel I

: Berat Sampel

= 5, 010 g


Volume air

= 0,3 ml

% kadar air I

=
=

Volume air (ml )

x 100%

Berat sampel (g)
0,3 ml
5,010 g

x 100%

= 5,98%


Sampel II : Berat Sampel

= 5, 009 g

Volume air
% kadar air II

=
=

= 0,4 ml

Volume air (ml )

x 100%

Berat sampel (g)
0,4 ��

5,009 �

x 100%

= 7,98%

Sampel III : Berat Sampel

= 5, 012 g

Volume air
% kadar air

=
=

= 0,3 ml

Volume air (ml )

x 100%

Berat sampel (g)
0,3 ml
5,012 g

x 100%

= 5,98%

% kadar air rata-rata =
=

% kadar air I+% kadar air II+% kada air III
3
5,98 %+ 7,98% + 5,98%
3

= 6,64%

59

Lampiran 7. (lanjutan)
II. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam air
Sampel I : Berat Sampel
= 5, 094 g
Berat sari
% kadar sari I

= 0,213 g
Berat Sari (g)

=
=

Berat Sampel (g)
0,213 g
5,094 g

x

100
20

x

100
20

x 100%

x 100%

= 20,90 %

Sampel II : Berat Sampel

= 5,016 g

Berat sari
% kadar sari II

Berat Sari (g)

=
=

= 0,192 g

Berat Sampel (g)
0,192 g
5,016 g

x

100
20

x

100
20

x 100%

x 100%

= 19,14%

Sampel III : Berat Sampel

= 5,036 g

Berat sari
% kadar sari III

=

= 0,102 g

Berat Sari (g)
Berat Sampel (g)

=

0,102 g
5,036 g

x

100
20

x

100
20

x 100%

x 100%

= 10,12%

% kadar sari rata-rata =
=

% kadar sari I+% kadar sari II+% kadar sari III
3

20,90 % +19,14 % + 10,12%
3

= 16,72%

60

Lampiran 7. (lanjutan)

III.

Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sampel I : Berat Sampel
= 5, 016 g
Berat sari
% kadar sari I

= 0,213 g
=
=

Berat Sari (g)
Berat Sampel (g)
0,213 g
5,016 g

x

100
20

100

x

20

x 100%

x 100%

= 20,90 %

Sampel II : Berat Sampel

= 5,016 g

Berat sari
% kadar sari II

=
=

= 0,204 g
Berat Sari (g)

Berat Sampel (g)
0,204 g
5,016 g

x

100
20

x

100
20

x 100%

x 100%

= 20,33 %

Sampel III : Berat Sampel

= 5,076 g

Berat sari
% kadar sari III

=
=

= 0,246 g

Berat Sari (g)
Berat Sampel (g)
0,246 g
5,076 g

x

100
20

x

100
20

x 100%

x 100%

= 24,23%

% kadar sari rata-rata =
=

% kadar sari I+% kadar sari II+% kadar sari III
3

20,90% + 20,33% + 24,23%
3

= 21,82%

61

Lampiran 7. (lanjutan)
IV.

Perhitungan penetapan kadar abu total
Sampel I : Berat Sampel
= 2,007 g
Berat abu
% kadar abu I

= 0,222 g
Berat abu (g)

=
=

x 100%

Berat sampel (g)
0,222 g
2,007 g

x 100%

= 11,06 %

Sampel II : Berat Sampel

= 2,010 g

Berat abu
% kadar abu II

=
=

= 0,254 g
Berat abu (g)

x 100%

Berat sampel (g)
0,254 g
2,010 g

x 100%

= 12,63%

Sampel III : Berat Sampel
Berat abu
% kadar abu III

=
=

= 2,004 g
= 0,152 g

Berat abu (g)

x 100%

Berat sampel (g)
0,152 g
2,004 g

x 100%

= 7,58%

% kadar abu rata-rata =
=

% kadar abu I+% kadar abu II+% kadar abu III
3

11,06%+12,63%+7,58%
3

= 10,42%

62

Lampiran 7. (lanjutan)
V.

Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Sampel I : Berat Sampel
= 2,007 g
Berat abu

= 0,062 g

% kadar abu I

=
=

Berat abu (g)

x 100%

Berat sampel (g)
0,062 g
2,007 g

x 100%

= 3,08 %

Sampel II : Berat Sampel

= 2,010 g

Berat abu
% kadar abu II

=
=

= 0,042 g
Berat abu (g)

x 100%

Berat sampel (g)
0,042 g
2,010 g

x 100%

= 2,08%

Sampel III : Berat Sampel

= 2,004 g

Berat abu
% kadar abu III

=
=

= 0,010 g

Berat abu (g)

x 100%

Berat sampel (g)
0,010 g
2,004 g

x 100%

= 0,4%

% kadar abu rata-rata =

% kadar abu I+% kadar abu II+% kadar abu III
3

3,08% +2,08%+0,4%

=

3

= 1,8%

63

Lampiran 8.Bagan uji aktivitas antibakteri ekstrak teripang
Stok kultur
diambil 1 ose
disuspensikan ke dalam tabung
bertutup yang berisi 10 ml NB
(Nutrient Broth)
diukur kekeruhan pada panjang
gelombang 560 - 600 nm
sampai diperoleh transmitan
25%
Inokulum bakteri
dimasukkan 0,1 ml inokulum ke
dalam cawan petri
ditambahkan 20 ml media
Mueller Hinton Agar ke dalam
cawan petri
dihomogenkan dan dibiarkan
hingga memadat
Media padat
ditanamkan pencadang kertas
dengan berbagai konsentrasi
diinkubasi pada suhu 36±1°C
selama 18-24 jam
diukur diameter daerah
hambatan (zona bening)
disekitar pencadang kertas
Hasil

64

Lampiran 9.Tabel hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureusoleh ekstrakn-heksana teripang
(Holothuria scabra jaeger)
Konsentrasi
mg/ml
500
400
300
200
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Blanko

Diameter daerah hambatan (mm)
D1
14,8
13,5
12,0
11,4
10,4
9,2
8,2
7,7
6,3
-

D2
14,6
13,6
12,2
11,9
10,2
9,6
8,2
7,4
6,8
-

Keterangan

D3
15
13,6
12,9
11,4
10,2
9,6
8,5
7,6
6,8
-

D*
14,8
13,5
12,3
11,5
10,2
9,4
8,3
7,5
6,6
-

: (D*)
= Diameter hambatan rata-rata
(-)
= Tidak terdapat daerah hambatan
(Blanko)
= DMSO

65

Lampiran 10. Tabel hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureusoleh ekstrak etilasetat teripang
(Holothuria scabra jaeger)
Konsentrasi
mg/ml
500
400
300
200
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Blanko

Keterangan : (D*)
(-)
(Blanko)

Diameter daerah hambatan (mm)
D1
12,0
11,4
10,4
9,8
9,3
8,5
7,5
7,0
6,4
-

D2
12,0
11,5
10,0
9,2
9,0
8,6
7,5
7,0
6,0
-

D3
12,5
11,2
10,8
9,6
9,5
8,6
8,0
7,3
6,0
-

D*
12,1
11,3
10,4
9,5
9,2
8,5
7,6
7,1
6,1
-

= Diameter hambatan rata-rata
= Tidak terdapat daerah hambatan
= DMSO

Lampiran 11.Tabel hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus
aureusoleh
ekstraketanolteripang
(Holothuria scabra jaeger)

66

Konsentrasi
mg/ml
500
400
300
200
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Blanko

Diameter daerah hambatan (mm)
D1
24,0
23,4
20,7
19,8
18,9
17,4
17,2
17,0
16,8
16,0
15,3
15,2
14,4
12,5
-

Keterangan : (D*)
(-)
(Blanko)

D2
24,9
24,0
22,8
20,6
19,0
18,3
18,2
17,4
16,5
16,0
16,0
15,0
14,0
12,6
-

D3
24,2
23,3
20,4
21,8
18,8
18,2
18,2
18,0
17,2
16,2
15,6
15,2
14,4
13,0
-

D*
24,3
23,5
21,3
20,7
18,9
17,9
17,8
17,4
16,8
16,0
15,6
15,1
14,2
12,7
-

= Diameter hambatan rata-rata
= Tidak terdapat daerah hambatan
= DMSO

Lampiran 12.Tabel hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosaoleh ekstrakn-heksanateripang
(Holothuria scabra jaeger)
Konsentrasi
mg/ml
500

Diameter daerah hambatan (mm)
D1
13,8

D2
14

67

D3
13,8

D*
13,8

400
300
200
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Blanko

12,4
11,9
8,9
8,6
7,6
6,4
-

Keterangan : (D*)
(-)
(Blanko)

12,2
11,0
9,2
8,3
7,0
6,0
-

12,4
11,9
9,7
8,3
7,3
6,1
-

12,3
11,6
9,2
8,4
7,5
6,1
-

= Diameter hambatan rata-rata
= Tidak terdapat daerah hambatan
= DMSO

Lampiran 13.Tabel hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosaoleh ekstrak etilasetatteripang
(Holothuria scabra jaeger)
Konsentrasi
mg/ml
500
400
300
200
100

Diameter daerah hambatan (mm)
D1
11,7
10,6
9,4
9,3
8,4

D2
12,4
10,8
10,0
8,4
8,2

68

D3
11,8
10,4
9,4
9,2
8,0

D*
11,9
10,6
9,6
8,9
8,2

90
80
70
60
50
40
30
20
10
Blanko

Keterangan : (D*)
(-)
(Blanko)

7,2
7,0
6
-

7,2
7,2
6,7
-

7,8
7,0
6,4
-

7,4
7,0
6,3
-

= Diameter hambatan rata-rata
= Tidak terdapat daerah hambatan
= DMSO

69

Lampiran 14.Tabel hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosaoleh ekstrak etanolteripang
(Holothuria scabra jaeger)
Konsentrasi
mg/ml
500
400
300
200
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Blanko

Keterangan : (D*)
(-)
(Blanko)

Diameter daerah hambatan (mm)
D1
D1
24,9
20,8
20,3
18,4
17,5
16,8
16,2
16,0
15,7
15,2
14,6
14,4
14,2
-

D2
D2
22,8
10,8
20,4
20,4
17,3
17,2
16,7
16,5
15,8
15,5
14,8
14,6
13,6
-

D3
D3
23,0
22,2
19,4
19,3
17,6
17,6
16,0
15,8
15,6
15,0
14,6
14,2
14,0
-

D*
D*
23,5
21,2
20,0
19,3
17,4
17,2
16,3
16,1
15,7
15,2
14,6
14,4
13,9
-

= Diameter hambatan rata-rata
= Tidak terdapat daerah hambatan
= DMSO

Lampiran 15.Gambar hasil uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus
ekstrak etanol teripang (Holothuria scabra Jaeger)

70

D

A
B

C

E

F

J

G

H

K

L

J

N

M

I

O

Keterangan : A,B,C,D,E,F,G,H,I,K,L,M,N = 500,400,300,200,100,90,80,70,60
50,40,30,20,10 mg/ml
O = blanko DMSO

Lampiran 16.Gambar hasil uji aktivitas antibakteri Pseudomonas
aeruginosaekstrak etanol teripang (Holothuria scabra Jaeger)

71

A

B

D

C

F

E

G

K

H

L

J

I

N

M

O

Keterangan : A,B,C,D,E,F,G,H,I,K,L,M,N = 500,400,300,200,100,90,80,70,60
50,40,30,20,10 mg/ml
O = blanko DMSO

Lampiran 17.Gambar hasil uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureusekstrak
etilasetat teripang (Holothuria scabra Jaeger)

72

A

D

B

F

E
C

G

H

K

J

N

L

I

M

O

Keterangan : A,B,C,D,E,F,G,H,I,K,L,M,N = 500,400,300,200,100,90,80,70,60
50,40,30,20,10 mg/ml
O = blanko DMSO

Lampiran 18.Gambar hasil uji aktivitas antibakteri Pseudomonas aeruginosa
ekstrak etilasetat teripang (Holothuria scabra Jaeger)

73

A

D

E

F

C

B

K

G
H

L

J

N

M
I

O

Keterangan : A,B,C,D,E,F,G,H,I,K,L,M,N = 500,400,300,200,100,90,80,70,60
50,40,30,20,10 mg/ml
O = blanko DMSO

Lampiran 19.Gambar hasil uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus
ekstrak n-heksana teripang (Holothuria scabra Jaeger)

74

D
A
G
B

E

C

F
H

K

N

L

J

I

M

O

Keterangan : A,B,C,D,E,F,G,H,I,K,L,M,N = 500,400,300,200,100,90,80,70,60
50,40,30,20,10 mg/ml
O = blanko DMSO

Lampiran 20.Gambar hasil uji aktivitas antibakteri Pseudomonas aeruginosa
ekstrak n-heksan teripang (Holothuria scabra Jaeger)

75

D

A

C

G

E

B
F

H

L

K
I
M

N

J

O

Keterangan : A,B,C,D,E,F,G,H,I,K,L,M,N = 500,400,300,200,100,90,80,70,60
50,40,30,20,10 mg/ml
O = blanko DMSO

76

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Dari Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

13 106 76

Uji Aktivitas Antibakteriekstrak Etanol Daun Kembang Bulan(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes dan Pseudomonas aeruginosa

10 75 66

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Manggis terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa secara In vitro

0 53 68

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

1 25 94

Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana serta Etil Asetat Teripang Jenis Holothuria atra Jaeger Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 15 66

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 4

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 21

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 3