ART Agastya Rama Listya Popular culture worship Abstrak
rlurna!$tuiiPenb*ffff
Interdisrplin
.Iournal
of Interdlsclpltnary
Deuelopment
Stndles
Pembangunan Ekonomi Pro Petanl daa Penguraha Kecll
di Jepang: Sebuah Pcndelatan Pnbllc Cholcc
Ngorang Philipus
LITERATIIRE: A Moral Choice for
the Natlon's Characther Bullding{Yes, urhy lfot?
Listgani
Bercerai dan Karrin-kgl, Botchkeh?
Perspektlf Pastonl
Mesach Krisetga
Peminta"""f;
il:1""t*:::ffin::*""'*'ffiH
Ihbupaten Tcgd, Jrwe Tcngeh
Joko Mariyono dan Apil
Kuntainingsih
Pengarui ?erpaan Telerrlrt
tcrhadap Fole Konuaitasl Konunlter Saoln
Rini Darmastuti
Popular Culture, Worship Warr and the ldce of
Blended Worship
Agastga Rama Listga
TERAKREDITASI
|2005
sK t{o. S3IDTKTVKEP
6 Descmber 2005
fssN0215-4765
Vol. XVlll No. 3 Des 2006- Maret 2007
POPULAR CULTURE, WORSHIP WARS
AND THE IDEA OF BLENDED WORSHIP
AGASTYA RAMA LISTYA
Abstract
Tidak dapat disangkal bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi y ang begitu pesat
pada abad XX telah melahirkan kebudayaan populer yang dalam perkembangannya telah
menimbulkan persoalan tersendiri dalam
kehidupan gereja. Beberapa gereja ditengarai
mengadopsi kebudayaan populer dan mengimplementasikannya ke dalam ibadah, teologi dan
nyanyian jemaat sebagai bagian dari upayanya menjangkau " dunia" (the seekers). Sementara di
sisi lain kalangan konservatif bersikeras untuk tidak mengambil sikap kompromistik terhadap
kebudayaan populer. Pertentangan diantara kubu yang mempertahankan tradisi gereja yang
lama dan mereka yang menginginkan gaya kontemporer sebagai bagian dari kep ekaan gereja
melihat perubahan konteks budaya, telah memicu " pertikaian abadi" yang di Barat dikenal
dengan istilah "worship wars." "Worship wars" bukan h anya telah menyita seluruh energi dan
w aktu ger eja, namun di sisi lain juga telah membawa ger eja p ada perpecahan.
Suka atau tidak suka, kebudayaan populer telah mempengaruhi seluruh dimensi te ologis gereja.
Ger eja tidak mungkin m emutar arah jarum jam ke belakang. Kini pertanyaannya adalah apa
yang dapat dilakukan gereja Protestan arus utama untuk m enghadapi situasi yang dilem atis ini?
Blen ded worship dianggap seb agai sebuah solusi terbaik untuk m em ecahkan situasi dilematis ini
d engan tetap m emberikan p eng hargaan terhadap keberagam an d alam jem aat.
Keywords: popular culture, worship wars, blended worship
1
Interdisrplin
.Iournal
of Interdlsclpltnary
Deuelopment
Stndles
Pembangunan Ekonomi Pro Petanl daa Penguraha Kecll
di Jepang: Sebuah Pcndelatan Pnbllc Cholcc
Ngorang Philipus
LITERATIIRE: A Moral Choice for
the Natlon's Characther Bullding{Yes, urhy lfot?
Listgani
Bercerai dan Karrin-kgl, Botchkeh?
Perspektlf Pastonl
Mesach Krisetga
Peminta"""f;
il:1""t*:::ffin::*""'*'ffiH
Ihbupaten Tcgd, Jrwe Tcngeh
Joko Mariyono dan Apil
Kuntainingsih
Pengarui ?erpaan Telerrlrt
tcrhadap Fole Konuaitasl Konunlter Saoln
Rini Darmastuti
Popular Culture, Worship Warr and the ldce of
Blended Worship
Agastga Rama Listga
TERAKREDITASI
|2005
sK t{o. S3IDTKTVKEP
6 Descmber 2005
fssN0215-4765
Vol. XVlll No. 3 Des 2006- Maret 2007
POPULAR CULTURE, WORSHIP WARS
AND THE IDEA OF BLENDED WORSHIP
AGASTYA RAMA LISTYA
Abstract
Tidak dapat disangkal bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi y ang begitu pesat
pada abad XX telah melahirkan kebudayaan populer yang dalam perkembangannya telah
menimbulkan persoalan tersendiri dalam
kehidupan gereja. Beberapa gereja ditengarai
mengadopsi kebudayaan populer dan mengimplementasikannya ke dalam ibadah, teologi dan
nyanyian jemaat sebagai bagian dari upayanya menjangkau " dunia" (the seekers). Sementara di
sisi lain kalangan konservatif bersikeras untuk tidak mengambil sikap kompromistik terhadap
kebudayaan populer. Pertentangan diantara kubu yang mempertahankan tradisi gereja yang
lama dan mereka yang menginginkan gaya kontemporer sebagai bagian dari kep ekaan gereja
melihat perubahan konteks budaya, telah memicu " pertikaian abadi" yang di Barat dikenal
dengan istilah "worship wars." "Worship wars" bukan h anya telah menyita seluruh energi dan
w aktu ger eja, namun di sisi lain juga telah membawa ger eja p ada perpecahan.
Suka atau tidak suka, kebudayaan populer telah mempengaruhi seluruh dimensi te ologis gereja.
Ger eja tidak mungkin m emutar arah jarum jam ke belakang. Kini pertanyaannya adalah apa
yang dapat dilakukan gereja Protestan arus utama untuk m enghadapi situasi yang dilem atis ini?
Blen ded worship dianggap seb agai sebuah solusi terbaik untuk m em ecahkan situasi dilematis ini
d engan tetap m emberikan p eng hargaan terhadap keberagam an d alam jem aat.
Keywords: popular culture, worship wars, blended worship
1