ART Mawardi Pengembangan Keprofesian Abstract

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN

BERKELANJUTAN (PKB)
DAN KEWAJIBAN MEMENUHI JAM MENGAJAR:
KEBIJAKAN D1LEMATIS?

Mawardi

Program Studi SI PGSD - FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan posisi dilematis kebijakan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan kewajiban
memenuhi jam mengajar bagi guru, peta permasalahan yang
muncul,
serta altematif pemecahannya.
PKB adalah
pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitas guru. PKB terdiri dan tiga macam kegiatan, yaitu

(1) pengembangan din, (2) publikasi ilmiah, dan (3) karya inovatif.
Kebijakan PKB ini disinyalir akan menghadapi empat
permasalahan. Pertama, beban mengajar guru 24 jam per-minggu
dirasa sangat berat. Kedua, para guru tidak disiapkan secara
sungguh-sungguh untuk menjadi peneliti. Ketiga, pengelolaan
sistem penilaian kinerja gum yang kurang berkeadilan. Keempat,

kebijakan tentang otonomi daerah yang tertuang dalam UU No. 22
Thn 1999 tentang Otonomi daerah Jo UU No. 32 thn 2004 tentang
Pemerintah daerah dan desenralisasi pendidikan (PP No. 25 Thn
2000 tentang Kewenangan pemerintah dan Provinsi, jo PP No. 38
Thn 2007 tentang Pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah
Kabupaten/Kota) "menyeret" guru dalam ranah politik. Altematif
pemecahannya adalah: (1) merevisi PP No. 14 Tahun 2008 yang
mengatur tentang beban kerja guru menjadi minimal 18 jam,
maksimal 24 jam, sehingga setara dengan beban kerja dosen,
Atau kalau beban kerja minimal 24 jam dan maksimal 40 jam
91


PKB dan Kewajiban Memenuhi Jam Mengajar (Mawardi)

mempakan harga mati yang harvs diteir ma, maka altematif
pemecahannya adalah mengembalikan pemenuhan beban kerja
guru berdasarkan Permendiknas nomor 30 tahun 2011 tentang
Perubahan atas peraturan merited pendidikan nasional nomor 39
tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas
satuan pendidikan, (2) mengembangkan sistem pelatihan
penelitian guru secara berkelanjutan dengan melibatkan

widyaiswara LPMP dan pakar dari perguman tinggi, (3) penataan
sistem penilaian PK gum yang berkeadilan, serta (4)
membebaskan gum dari lingkaran ams politik praktis dengan cara
merevisi UU No. 22 Thn 1999 tentang Otonomi daerah Jo UU No.
32 thn 2004 tentang Pemerintah daerah dan desenratisasi
pendidikan (PP No. 25 Thn 2000 tentang Kewenangan pemerintah

dan Provinsi, jo PP No. 38 Thn 2007 tentang Pembagian umsan
pemerintahan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Khususnya kewenangan

pemerintah daerah (cq BupatiA/Valikota) daiam rekmtmen dan
mutasi gum.
PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini wacana tentang ujian ulang kompetensi
guru yang telah memperoleh sertifikat profesi terus bergulir.
Sebuah berita yang dilansir harian SINDO (Selasa, 3 Juli 2012)
memuat pernyataan Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru
Indonesia (FSGI) Retno Listyarti dan Sekretaris Jenderal Federasi
Guru Independen Indonesia (FGII) Iwan Hermawan. Retno
mengatakan bahwa pengujian tersebut melanggar hukum meski
tidak berpengaruh terhadap tunjangan guru. Menurutnya ujian
ulang dengan tujuan pemetaan kualitas guru juga dinilai tak
relevan. Uji ulang ini melanggar asas umum pemerintahan
khususnya asas motivasi dan kepastian hukum dalam hukum tata
,

,

,


usaha negara. Penolakan senada dinyatakan oleh Iwan
Hermawan, bahwa uji ulang ini merupakan bentuk kegagalan
Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam
92