PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KEGIATAN BELAJAR SISWA TERHADAP KECAKAPAN HIDUP SISWA :Studi Tentang Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

PERNYATAAN………... iii

ABSTRAK……… iv

KATA PENGANTAR……….. v

UCAPAN TERIMA KASIH………. vi

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR GAMBAR………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN………. xvii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah………... 9

C. Pembatasan Masalah………...………... 10

D. Rumusan Masalah……….. 11

E. Tujuan Penelitian………... 11

F. Kegunaan Penelitian……….. 12

G. Asumsi Penelitian……….. 12

H. Definisi Operasional……….. 13

BAB II PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KEGIATAN BELAJAR SISWA TERHADAP KECAKAPAN HIDUP SISWA………. 15 A. Hubungan motivasi belajar siswa dengan kegiatan belajar siswa……… 15


(2)

ii

B. Hubungan motivasi belajar siswa dengan kecakapan hidup

siswa……….. 16

C. Hubungan kegiatan belajar siswa dengan kecakapan hidup siswa……….. 17

D. Kecakapan Hidup……….. 19

1. Pengertian Kecakapan Hidup (Life skills)……… 19

2. Konsep Kecakapan Hidup (Life skills)………. 23

3. Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills).. 33

E. Motivasi Belajar Siswa……… 35

1. Pengertian Motivasi Belajar……… 35

2. Indikator motivasi belajar.……….. 36

F. Kegiatan Belajar Siswa……… 39

1. Pengertian Kegiatan Belajar Siswa………. 39

2. Indikator Kegiatan Belajar Siswa……….. 41

G. Kerangka Berpikir………... 44

H. Penelitian yang Relevan……….. 46

I. Hipotesis……….. 48

BAB III METODE PENELITIAN……… 49

A. Metode Penelitian yang Digunakan……….. 49

B. Variabel dan Indikator Penelitian………. 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian……… 52

D. Lokasi Penelitian……….. 53

E. Teknik Pengumpulan Data……….. 54


(3)

iii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 71

A. Hasil Penelitian……….. 71

1. Deskripsi data penelitian………. 71

2. Hasil Uji Normalitas……… 99

3. Hasil Uji Homogenitas……… 101

4. Hasil Uji Linieritas……….. 101

5. Hasil Pengujian Hipotesis………. 110

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 112

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI……….. 138

A. Kesimpulan……… 138

B. Implikasi……… 140

C. Rekomendasi………. 142 DAFTAR PUSTAKA ………...


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Data Alumni Program Keahlian Agribisnis Tanaman

Pangan dan Hortikultura……… 3 3.1 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian… 59

3.2 Kategori variabel penelitian……….. 61

3.3 Analisis Varians Untuk Pengujian Kelinieran dan

Signifikansi Regresi……….. 67 3.4 Patokan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi…………. 69

4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Motivasi Belajar Siswa

Pada Setiap Aspek………. 72

4.2 Kategori Data Aspek Motivasi Intrinsik………... 73

4.3 Kategori Data Aspek Motivasi Ekstrinsik………. 73

4.4 Hasil Analisis Deskriptif Data Motivasi Belajar Siswa

Pada Setiap Indikator………. 74 4.5 Kategori Data Indikator “Hasrat dan Keinginan

Berhasil”………... 75 4.6 Kategori Data Indikator “Dorongan Kebutuhan”……….. 76

4.7 Kategori Data Indikator “Harapan dan Cita-cita”………... 76

4.8 Kategori Data Indikator “Penghargaan dalam Belajar”….. 77

4.9 Kategori Data Indikator “Kegiatan yang Menarik dalam

Belajar”………... 77


(5)

v

4.11 Hasil Analisis Deskriptif Data Kegiatan Belajar Siswa

Pada Setiap Aspek………..………. 79

4.12 Kategori Data Aspek Persiapan Belajar……… 80

4.13 Kategori Data Aspek Proses Belajar………. 81

4.14 Kategori Data Aspek Evaluasi Hasil Belajar………. 81

4.15 Hasil Analisis Deskriptif Data Kegiatan Belajar Siswa Pada Setiap Indikator ……….… 82

4.16 Kategori Data Indikator Persiapan Fisik………. 83

4.17 Kategori Data Indikator Persiapan Mental……….. 83

4.18 Kategori Data Indikator Visual Activities……….. 84

4.19 Kategori Data Indikator Oral Activities……….. 84

4.20 Kategori Data Indikator Listening Activities………. 85

4.21 Kategori Data Indikator Writing Activities……… 85

4.22 Kategori Data Indikator Motor Activities………... 86

4.23 Kategori Data Indikator Mental Activities……….. 86

4.24 Kategori Data Indikator Perubahan Sikap dan Perilaku…. 87 4.25 Hasil Analisis Deskriptif Data Kecakapan Hidup Siswa Pada Setiap Aspek……….. 88

4.26 Kategori Data Aspek Personal Skill………... 89


(6)

vi

4.28 Kategori Data Aspek Academic Skill……….. 90

4.29 Kategori Data Aspek Vocational skill………. 90

4.30 Hasil Analisis Deskriptif Data Kecakapan Hidup Siswa

Setiap Indikator……….. 91

4.31 Kategori Data Indikator Kesadaran Diri………. 92

4.32 Kategori Data Indikator Kecakapan Berpikir………. 93

4.33 Kategori Data Indikator Kecakapan Berkomunikasi……. 93

4.34 Kategori Data Indikator Kecakapan Bekerjasama……….. 94

4.35 Kategori Data Indikator Kecakapan Identifikasi Masalah.. 94

4.36 Kategori Data Indikator Kecakapan Dasar………. 95

4.37 Kategori Data Indikator Kecakapan Khusus……….. 95

4.38 Kategori Data Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Umur

Siswa……….. 96

4.39 Kategori Data Kegiatan Belajar Siswa Berdasarkan Umur

Siswa……….. 97

4.40 Kategori Data Kecakapan Hidup Siswa Berdasarkan

Umur Siswa……… 98

4.41 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian……… 100

4.42 Hasil Uji Homogenitas Variabel Penelitian……… 101

4.43 Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X2 atas X1………..

102

4.44 Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi Y


(7)

vii

4.45 Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi Y atas X2………..

108


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Skema Kecakapan Hidup………. 25

2.2 Dominasi Pendidikan Kecakapan Hidup……….. 32

2.3 Pembelajaran Kontekstual Mengaitkan Mata Pelajaran

Dengan Kehidupan Nyata………. 35 2.4 Pola Hubungan Antar Variabel………. 46

4.1 Diagram Batang Data Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap

Aspek……….. 72

4.2 Diagram Batang Data Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap

Indikator……….. 75

4.3 Diagram Batang Variabel Kegiatan Belajar Siswa Pada

Setiap Aspek……… 79

44 Diagram Batang Variabel Kegiatan Belajar Siswa Pada

Setiap Indikator………. 82

4.5 Diagram Batang Variabel Kecakapan Hidup Siswa Pada

Setiap Aspek………. 88

4.6 Diagram Batang Variabel Kecakapan Hidup Siswa Pada

Setiap Indikator………. 92

4.7 Diagram Batang Variabel Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan Umur Siswa……….. 97 4.8 Diagram Batang Variabel Kegiatan Belajar Siswa

Berdasarkan Umur Siswa……….. 98 4.9 Diagram Batang Variabel Kecakapan Hidup Siswa


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian………... 148

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ……….. 150

Lampiran 3 Uji Validitas Instrument Penelitian………. 158

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Instrument Penelitian ……… 171

Lampiran 5 Rekapitulasi data motivasi belajar siswa ……… 177

Lampiran 6 Rekapitulasi data kegiatan belajar siswa………. 179

Lampiran 7 Rekapitulasi data kecakapan hidup siswa……….. 181

Lampiran 8 Rekapitulasi rata-rata skor responden per aspek………. 186

Lampiran 9 Hasil analisis deskriptif variabel X1, X2, Y………. 188

Lampiran 10 Rekapitulasi Data X1, X2, Y Berdasarkan Umur Siswa 195 Lampiran 11 Pengujian normalitas data variabel motivasi belajar siswa…. 196 Lampiran 12 Pengujian normalitas data variabel kegiatan belajar siswa…. 198 Lampiran 13 Pengujian normalitas data variabel kecakapan hidup siswa... 200

Lampiran 14 Pengujian Homogenitas data variabel motivasi belajar……... 202

Lampiran 15 Pengujian Homogenitas data variabel kegiatan belajar…….. 204

Lampiran 16 Pengujian Homogenitas data variabel kecakapan hidup……. 206


(10)

x

Lampiran 18 Anava uji linieritas dan signifikansi variabel Y atas X1………. 212

Lampiran 19 Anava uji linieritas dan signifikansi variabel Y atas X2………. 216

Lampiran 20 Perhitungan analisis regresi dan korelasi variabel X2 atas X1.. 220

Lampiran 21 Perhitungan analisis regresi dan korelasi variabel Y atas X1… 225


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah dalam hal ini melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya inovasi serta program pendidikan telah dilaksanakan, antara lain yaitu penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum dilaksanakan dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan melaksanakan KTSP, pemerintah memberikan kesempatan yang luas kepada sekolah untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan mutu pendidikannya meningkat. Peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dilakukan oleh pemerintah dengan menyelenggarakan program pendidikan dan latihan peningkatan kompetensi. Pemerintah juga berupaya memberikan bantuan-bantuan pengadaan fasilitas sekolah, misalnya pengadaan peralatan praktik, penambahan sarana kelas maupun laboratorium. Selain itu pemerintah juga berupaya untuk menyelenggarakan program diklat bagi Kepala Sekolah yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi manajemen di sekolah.

Walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dan inovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun demikian peningkatan mutu pendidikan masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Kualitas


(12)

pendidikan di Indonesia ternyata masih sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Global Competitiveness Report 2009/2010 menyebutkan bahwa tingkat persaingan global suatu negara antara lain ditentukan dari kualitas pendidikan dan mencatat daya saing Indonesia berada di peringkat ke-54 dari 133 negara, jauh di bawah negara tetangga termasuk Cina dan India (http://www.indomovement.com). Kualitas pendidikan yang rendah mempunyai dampak terhadap Human Development Indeks (HDI). Sebagaimana laporan UNDP, HDI yang dirilis tahun 2009 melaporkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 182 negara yang dipublikasikan HDI, dengan indeks 0,734 (http://id.wikipedia.org).

Saat ini masalah kecakapan hidup (life skills) melalui pendidikan formal menjadi aktual untuk dibahas karena berbagai alasan seperti meningkatnya lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah, lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, serta meningkatnya jumlah pengangguran (Handayani, S, 2009:1). Diperkirakan bahwa rendahnya kualitas lulusan yang diindikasikan dengan kecakapan hidup yang rendah menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Demikian juga dengan kondisi tamatan Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari pihak sekolah dan alumni, dapat diperoleh gambaran tentang keterserapan lulusan didunia usaha/industri ternyata masih cukup rendah. Lulusan yang bekerjapun, kebanyakan dari mereka bekerja di industri-industri manufaktur


(13)

atau bekerja di instansi pemerintah. Sedikit sekali dari mereka yang membuka usaha sendiri dibidang agribisnis. Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Data Alumni Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

NO Keterangan Tahun Pelajaran 2007/2008

Tahun Pelajaran 2008/2009

Tahun Pelajaran 2009/2010

1 Jumlah lulusan 60 60 60

2 Jumlah lulusan yang

disalurkan BKK - 11 18

3 Jumlah lulusan yang

kuliah 4 12 10

4 Jumlah lulusan yang

ber-wirausaha - 2 -

5

Jumlah lulusan yang bekerja dibidang

lain

12 7 14

Sumber: Data Alumni Program KeahlianAgribisnis SMKN 1 Losarang Keberhasilan dalam suatu program pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal. Katresna (2009:5) mengemukakan bahwa rendahnya mutu guru, kurangnya sarana dan prasarana, kecilnya biaya operasional serta orientasi pendidikan yang semata-mata kepada penguasaan materi pelajaran merupakan penyebab rendahnya kualitas lulusan. Sementara itu Marwanti (2008:2) menyebutkan komponen mendasar yang secara langsung berkaitan dengan penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran adalah interaksi segitiga antara guru, peserta didik dan materi pembelajaran.

Pemahaman guru tentang pendidikan kecakapan hidup menentukan keberhasilan implementasi pendidikan kecakapan hidup untuk diberikan kepada


(14)

siswa. Berkaitan dengan implementasi pendidikan kecakapan hidup di SMK Negeri 1 Losarang, dapat diketahui bahwa kesiapan guru dalam pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup masih kurang, hal ini diindikasikan dengan dengan rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pendidikan kecakapan hidup dalam kegiatan pembelajarannya.

Keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup tidak bisa dilepaskan dari pelaksananya. Selain guru, para pelaksana dalam hal ini adalah siswa. Pendidikan kecakapan hidup dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kecakapan hidup tersebut terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa, guru dan fasilitas belajar yang digunakan. Siswa melakukan aktivitas atau kegiatan belajar, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap/tingkah laku sesuai dengan tujuan belajar yang diinginkan. Oleh karena itu didalam belajar harus ada aktivitas atau kegiatan. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas atau kegiatan belajar siswa itu adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental. Dengan demikian kegiatan belajar siswa dapat menentukan keberhasilan belajarnya.

Berkaitan dengan kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, dari pengamatan ternyata masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kesiapan belajar siswa. Banyaknya siswa yang tidak mampu menjawab soal pre tes yang mengulas pelajaran sebelumnya, menunjukkan persiapan belajar yang kurang. Kondisi siswa yang siap menerima


(15)

pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan atau tugas yang diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban dan melaksanakan tugas yang benar, tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajarai materi yang telah dan akan diajarkan oleh guru. Dengan adanya kesiapan belajar, akan mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar secara maksimal. Selain itu, pada kegiatan praktik dijumpai siswa tidak mampu bekerja secara kelompok. Mengingat lahan yang dimiliki sekolah untuk kegiatan praktik terbatas, maka kegiatan praktik di lahan dilakukan secara berkelompok. Beberapa siswa cenderung lebih giat melakukan praktik dari pada siswa yang lain.

Motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana, N (2009:61) bahwa menilai keberhasilan suatu program pengajaran salah satunya ditentukan oleh motivasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan dan berusaha untuk mengingat atas apa yang telah diajarkan oleh guru, dan melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru. Berkaitan dengan motivasi belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, dari pengamatan masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya semangat belajar, rendahnya kreatifitas, dan keingintahuan juga rendah.

Rendahnya kualitas lulusan Agribisnis SMK Negeri 1 Losarang diperkirakan karena kecakapan hidupnya rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kecakapan personal yang dimiliki siswa. Berdasarkan informasi dari bagian kesiswaan diketahui sekitar 30% siswa kurang disiplin, sering terlambat datang ke sekolah. Sedangkan berdasarkan informasi dari para guru diketahui


(16)

sekitar 30% kecenderungan siswa kurang memperhatikan pelajaran, 60% tidak adanya kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas dan sekitar 10% dari mereka terlambat mengumpulkan tugas-tugas. Kecakapan akademik juga rendah, misalnya kemampuan memecahkan suatu masalah yang kurang, serta kreativitas yang rendah. Hal ini juga ditunjukkan dengan sekitar 70% dari mereka nilai mata pelajaran adaptif dibawah KKM. Demikian pula dengan rendahnya kecakapan sosial, misalnya kemampuan berkomunikasi yang rendah, tidak mampu bekerja secara kelompok. Kecakapan vokasional yang juga rendah ditunjukkan dengan kompetensi yang kurang, sekitar 60% nilai mata pelajaran produktif dibawah KKM. Kondisi ini membuat siswa tidak mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari, dan setelah lulus mereka juga tidak tahu bagaimana menerapkan apa yang dipelajari.

Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, membuat kebijakan program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills). Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dapat memasukkan kecakapan hidup dalam kurikulumnya. SMK dalam pelaksanaannya, menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana didalam kerangka kurikulumnya dapat menerapkan pendidikan yang berorientasi kepada kecakapan hidup (life skills) dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 13. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam pelaksanaannya terintregasi dalam setiap mata diklat dan dilaksanakan di dalam kelas, bengkel, laboratorium, lahan budidaya, di tempat Prakerin, Unit Produksi dan kegiatan ekstrakurikuler.


(17)

Pendidikan berorientasi kecakapan hidup diperlukan karena muatan kurikulum di Indonesia cenderung memperkuat teoritis akademik (academic skill) (Handayani, S, 2009:2). Banyak kebutuhan dan persoalan empirik lingkungan tempat tumbuh siswa kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu mengaplikasikan kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dunia kerja dan persoalan yang terjadi di sekitarnya.

Pendidikan kecakapan hidup mengorientasikan siswa untuk memiliki kemampuan dan modal dasar agar dapat hidup mandiri dan survive di lingkungannya. Menurut Tim BBE Depdiknas dalam Sukmara D, (2007:33), kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan hidup mempunyai cakupan yang luas, berintegrasi antara pengetahuan dan keterampilan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dituntut memiliki (1) Kecakapan Pribadi (Personal Skill), (2) Kecakapan Sosial (Sosial Skill), (3) Kecakapan Akademik (Academic Skill), dan (4) Kecakapan Vokasional (Vocational Skill).

Pengembangan pendidikan berorientasi kecakapan hidup berbeda pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pengembangan pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dititik beratkan pada kecakapan vokasional (Vocational Skill). Kecakapan vokasional sering disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang


(18)

pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih cocok untuk siswa yang akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan ketrampilan psikomotor daripada kecakapan berpikir ilmiah. Oleh karena itu kecakapan vokasional lebih cocok bagi siswa SMK, kursus ketrampilan atau program diploma (Handayani, S, 2009:5).

Tujuan kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura antara lain adalah setelah lulus siswa mampu memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam bidang budidaya tanaman. Sesuai dengan standar kompetensi kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, siswa diajarkan bagaimana memproduksi tanaman pangan dan hortikultura. Sesuai dengan kondisi daerah di Indramayu dan lahan yang dimiliki oleh sekolah, maka komoditas yang diajarkan oleh guru kepada siswa antara lain tanaman cabe, jagung, tomat, sawi, dan kembang kol. Pada penelitian ini kecakapan vokasional siswa dibatasi pada kompetensi membudidayakan cabe hibrida. Jenis cabe ini cocok dibudidayakan di daerah dataran tinggi maupun rendah, termasuk Indramayu. Seperti yang ditulis dalam Suara Karya Online, 2010 bahwa Kabupaten Indramayu mempunyai produk hortikultura unggulan seperti bunga kol dan cabe.

Pelaksanaan program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills) diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa untuk dapat memiliki kecakapan dan keberanian memecahkan permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menegaskan betapa pentingnya sekolah berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup bagi siswanya.


(19)

Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMK Negeri 1 Losarang selama ini belum pernah dievaluasi sehingga gambaran menyeluruh tentang hasilnya pun belum diketahui.

Berdasarkan uraian diatas perlu adanya suatu penelitian terhadap siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Belajar Siswa Terhadap Kecakapan Hidup Siswa (Studi Tentang Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida)”.

.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya lulusan yang belum diterima di dunia industri, tidak berani untuk berwirausaha dan lebih memilih menganggur.

2. Fasilitas yang ada belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup.

3. Kurangnya kesiapan guru dalam pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup, dengan diindikasikan rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup.


(20)

5. Motivasi belajar siswa yang rendah, hal ini diindikasikan dengan rendahnya keinginan bersaing untuk berprestasi, semangat belajar yang rendah dan keingintahuan juga rendah.

6. Kegiatan belajar siswa yang rendah, hal ini diindikasikan dengan persiapan belajar yang kurang, kecenderungan siswa pasif dalam menerima pelajaran teori dikelas, serta mengandalkan teman dalam melaksanakan tugas.

7. Kecakapan hidup (kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional) yang rendah.

8. Kecakapan vokasional yang diajarkan kepada siswa meliputi kecakapan membudidayakan cabe, jagung, tomat, sawi, dan kembang kol.

9. Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMK Negeri 1 Losarang selama ini belum pernah dievaluasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor yang diprediksi kuat mempunyai pengaruh terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu motivasi belajar siswa dan kegiatan belajar siswa, dimana kecakapan hidup siswa ditekankan pada kecakapan vokasional membudidayakan cabe hibrida.


(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa dan kecakapan hidup siswa?

2. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar siswa?

3. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa?

4. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa, dan kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).

2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).


(22)

3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).

4. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk :

1. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk mensosialisasikan pelaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skills) kepada para guru dan siswa.

2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah, bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

3. Membantu siswa sehingga mengenal secara pasti jenis kecakapan hidup yang harus dimilikinya, selama masih sekolah maupun setelah lulus sekolah. 4. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan informasi bagi para peneliti untuk

mengkaji secara lebih mendalam pada penelitian selanjutnya.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi dalam penelitian diperlukan karena asumsi-asumsi merupakan dasar berpijak dan landasan pemikiran yang menentukan batas-batas


(23)

dalam keseluruhan proses penelitian. Adapun asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor yang menonjol dalam kecakapan hidup adalah kecakapan vokasional. 2. Kecakapan hidup siswa dibangun melalui peningkatan aktivitas pembelajaran

yang dilakukan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Pendidikan kecakapan hidup terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran dan dilaksanakan di dalam kelas, bengkel, laboratorium, lahan, tempat Prakerin, Unit Produksi dan kegiatan ekstrakurikuler.

H. Definisi Operasional

Beberapa pengertian dalam definisi operasional dapat membantu memahami pengertian yang digunakan pada judul penelitian ini yaitu:

1. Motivasi belajar siswa

Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau daya penggerak yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan dalam belajar.

2. Kegiatan belajar siswa

Kegiatan belajar siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah baik di kelas maupun di luar kelas.

3. Kecakapan hidup

Kecakapan hidup dalam penelitian ini adalah kemampuan, ketrampilan dan kesanggupan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi dan menjalani


(24)

kehidupan, yang meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.


(25)

49 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang Digunakan.

Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan gejala-gejala serta pengaruh antar variabel dimana hasil analisisnya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik. Sehingga jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode korelasi antar variabel. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, M. 1983:54).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lainnya serta melihat tingkat atau derajat hubungan yang ada diantara variabel. Seperti yang diungkapkan Nazir, M. (1983:450) adakalanya seorang peneliti ingin melihat hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel yang terjadi dinamakan korelasi.

Dengan metode korelasional ini akan dapat mengungkapkan keterkaitan hubungan antara variabel motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa, dengan kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).


(26)

B. Variabel dan Indikator Penelitian.

Variabel dalam penelitian ini bersumber dari kerangka teoritis yang dijadikan dasar penyusunan konsep berpikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Variasi nilai dari konsep disebut variabel yang dalam setiap penelitian selalu didefinisikan atau dibatasi pengertiannya secara operasional. Variabel-variabel operasional adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian konkrit dari setiap variabel, sehingga dimensi dan indikator-indikatornya dapat ditetapkan.

Sebagaimana telah disebutkan, terdapat tiga variabel utama yang diamati dalam penelitian ini. Ketiga variabel tersebut secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

1. Motivasi belajar (X1)

Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau daya penggerak yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan dalam belajar, yang ditandai dengan adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan dalam belajar, serta harapan dan cita-cita, yang semuanya merupakan motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan dalam belajar, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.

2. Kegiatan belajar siswa (X2)

Kegiatan belajar siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran


(27)

di sekolah baik di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan atau aktivitas didalam belajar sangat diperlukan, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada kegiatan atau aktivitas belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa memerlukan persiapan baik fisik maupun mental. Selanjutnya dalam proses belajar, banyak jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Kegiatan siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Setelah melakukan kegiatan belajar diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap pandangan terhadap sesuatu dan lain-lain didapatkan siswa berkat pengalaman belajar atau praktik yang dilakukannya dengan sengaja.

Dari uraian diatas dapat tergambar beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai indikator kegiatan belajar siswa, yang secara garis besarnya adalah persiapan belajar yaitu secara fisik dan mental, proses belajar meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, mental activities dan evaluasi hasil belajar meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku.

3. Kecakapan hidup (Y)

Kecakapan hidup dalam penelitian ini adalah kemampuan, ketrampilan dan kesanggupan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi dan menjalani kehidupan, yang meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Kecakapan hidup ini memberikan manfaat


(28)

yang besar bagi siswa terutama bekal dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti (Sarwono, J. 2006:111). Selanjutnya Narsoyo, T (2009:5) mendefinisikan populasi sebagai kelompok objek dengan ukurannya tidak terhingga (infinite), yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui sampling.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI tahun pelajaran 2010/2011 pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang yang berjumlah 61 orang.

Sedangkan sampel adalah sekelompok objek yang dikaji atau diuji, yang dipilih secara acak (random) dari kelompok objek yang lebih besar yang memiliki karakteristik yang sama (Narsoyo, T. 2009:4). Sampel diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Nazir, M (1983:279) tentang teknik ini dinyatakan bahwa jika sebuah sample yang besarnya n ditarik dari sebuah populasi finite yang besarnya N sedemikian rupa, sehingga tiap unit dalam sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih, maka prosedur

sampling yang demikian dinamakan sampel random sederhana (simple random sample).

Untuk menetapkan ukuran sampel apabila populasi sudah diketahui dipergunakan rumus (Sarwono, J. 2006:120) sebagai berikut:


(29)

N

n = N (d)² + 1 Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d²= derajat kebebasan (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

61 61 61

N = --- = --- = --- = 52,928 = 53 orang 61 (0,05)² + 1 0,1525 + 1 1,1525

Sehingga berdasarkan rumus diatas diperoleh keterangan bahwa untuk populasi siswa yang berjumlah 61 dengan taraf kesalahan 5% diperoleh sampel sebesar 53 siswa.

D. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di lokasi SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten Indramayu, pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selain faktor waktu, biaya dan wilayah kerja yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi penelitian, peneliti mempertimbangkan bahwa di SMK Negeri 1 Losarang belum pernah dilakukan penelitian tentang pendidikan kecakapan hidup.


(30)

E. Teknik Pengumpulan Data.

Berdasarkan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, maka diperlukan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian. Menurut Nazir, M (1983:174) pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik angket. Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan/pernyataan yang disampaikan kepada responden secara tertulis. Angket tersebut disebarkan kepada siswa tingkat dua tahun pelajaran 2010/2011 pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang.

1. Penyusunan angket

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti, kemudian mendefinisikan variabel tersebut dan selanjutnya menjabarkannya dalam bentuk indikator-indikator. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X1 adalah Motivasi Belajar siswa, variabel X2 adalah Kegiatan Belajar Siswa dan variabel Y adalah Kecakapan Hidup Siswa.

b. Membuat kisi-kisi angket dari setiap variabel penelitian seperti pada lampiran 1 halaman 148-149.

c. Menyusun pernyataan-pernyataan disertai alternatif jawabannya dan petunjuk cara menjawabnya agar responden tidak keliru dalam menjawab.


(31)

Pernyataan-pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk angket yang bersifat tertutup. Dengan menggunakan angket tertutup, responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari variabel disertai alternatif jawabannya. Kemudian responden diminta untuk menjawab setiap pernyataan sesuai dengan keadaan dirinya dengan cara membubuhkan tanda ceklis (√) pada alternatif jawaban yang tersedia. Instrument penelitian dapat dilihat pada lampiran 2 halaman150-157.

d. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap item pernyataan. Penetapan skor didasarkan pada jenis skala yang digunakan. Dalam penelitian ini jenis skala yang digunakan adalah model Skala Penilaian (Rating Scales) dengan ukuran ordinal. Rating scale adalah sebuah instrumen atau alat yang mewajibkan pengamat untuk menetapkan subjek kepada kategori atau kontinum dengan memberikan nomor atau angka pada kategori tersebut (Nazir, M 1983:185). Menurut Sudjana, N (2009:77-79) bahwa skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dalam penelitian ini rentangan diberikan dalam bentuk angka 5,4,3,2,1 untuk pernyataan yang bernilai positif dan angka 1,2,3,4,5 untuk pernyataan yang bernilai negatif.. Sedangkan kategori diberikan mulai “selalu” sampai “tidak pernah”, atau “paham” sampai “tidak paham”, atau “ingin” sampai “tidak ingin”, tergantung dari konteks pernyataan yang diberikan. Pembuatan kategori sangat berguna jika peneliti ingin


(32)

mengurutkan suatu perilaku dari rendah ke tinggi atau sebaliknya (Nazir, M 1983:184).

2. Uji coba instrumen

Angket yang telah selesai disusun, tidak langsung disebarkan atau digunakan untuk mengumpulkan data yang sebenarnya. Hal ini perlu diujicobakan terlebih dahulu terhadap responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang telah ditetapkan. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan angket tersebut yang telah disusun. Uji coba diperlukan untuk menghasilkan instrumen penelitian yang memenuhi syarat pengolahan data yaitu valid dan reliabel.

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Instrument evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang valid (Suharsimi, 2010:64). Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Sudjana, N. 2009:12-16). Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempenyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Suharsimi, 2010:86).


(33)

a. Uji Validitas Instrumen

Dalam pengujian validitas instrumen, peneliti melakukan pengujian terhadap butir-butir pertanyaaan (item) yang ada dalam angket. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total. Uji validitas instrumen ini dihitung dengan menggunakan Korelasi Product Moment (Sudjana, 2005:369). Rumus Korelasi Product Moment (Pearson) adalah sebagai berikut:

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n r Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = skor tiap item

Y = skor seluruh item responden uji coba

Selanjutnya dilakukan uji signifikansi terhadap validitas dengan menggunakan uji-t (Sudjana, 2005:380), yaitu :

) 1 ( ) 2 ( 2 r n r thit xy

− −

=

Keterangan :

t = taraf signifikasni korelasi r = koefisien korelasi n = jumlah responden


(34)

dengan kriteria : Jika thitung > ttabel (alpha=5%, derajat kebebasan=n-2), maka butir item valid

dan signifikan.

Berdasarkan hasil perhitungan akhir dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dengan rumus tersebut diperoleh 20 item dari 26 item dinyatakan valid untuk angket variabel Motivasi Belajar Siswa (X1), 23 item dari 28 item dinyatakan valid untuk angket variabel Kegiatan Belajar Siswa (X2), dan 40 item dari 45 item dinyatakan valid untuk angket variabel Kecakapan Hidup Siswa (Y). Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 158-170.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya adalah menguji reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan metode split-half terhadap pernyataan–pernyataaan yang dipakai. Hasil tes dipisahkan ke dalam dua kelompok, yaitu antara item-item ganjil dan item-item genap. Kemudian skor kedua kelompok kuisioner dari setiap responden dikorelasikan menggunakan rumus korelasi product moment. Selanjutnya reliabilitas seluruh perangkat dihitung dengan rumus (Narsoyo, 2009:192):

2 rhh

rtt = ---

1 + rhh

Keterangan:

rtt = koefisien reliabilitas seluruh perangkat tes rhh = koefisien reliabilitas separuh perangkat tes


(35)

rhh dihitung dengan rumus korelasi Korelasi Product Moment (Pearson).

Rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian No Variabel Penelitian rtt Keterangan

1 Motivasi Belajar Siswa 0,938 reliabel 2 Kegiatan Belajar siswa 0,904 reliabel 3 Kecakapan Hidup Siswa 0,965 reliabel

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 171-176.

3. Penyebaran angket

Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba menunjukkan bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria, maka selanjutnya melaksanakan penyebaran angket untuk mendapatkan data yang diinginkan. Angket yang disebarkan sebesar jumlah sampel yang telah ditentukan yaitu sebesar 53 siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang.


(36)

F. Teknik Analisis Data.

Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik untuk mengolah dan menganalisa data. Teknik statistik yang digunakan adalah statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif yaitu kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana memperoleh dan menyajikan data atau informasi agar mudah dipahami oleh pihak lain yang berkepentingan. Sehingga statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data penelitian tentang variable-variabel penelitian, yaitu motivasi belajar siswa (X1) sebagai variabel bebas, dan kegiatan belajar siswa (X2) sebagai variabel bebas, dan kecakapan hidup siswa (Y) sebagai variabel terikat. Adapun statistik inferensial yaitu yang berkaitan dengan pengambilan kesimpulan tentang karakteristik populasi yang dikaji, sehingga statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan generalisasi (Narsoyo, T. 2009:2).

Dalam menganalisis data yang sudah diolah, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas, uji linearitas, analisis regresi dan korelasi.

1. Analisis deskriptif

Untuk memudahkan melakukan analisis data, penulis melakukan tabulasi data yaitu dengan merekap semua jawaban responden ke dalam suatu tabel, sehingga hal itu akan mempermudah dalam mengolah dan menganalisis data. Untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif yang pertama berupa perhitungan skor rata-rata, skor maksimum, skor minimum, dan standar deviasi setiap aspek dan indikator dari masing-masing


(37)

variabel penelitian dan yang kedua berupa perhitungan skor rata-rata, skor maksimum, skor minimum, dan standar deviasi dari setiap variabel berdasarkan umur siswa.

Untuk menginterpretasikan data dari variabel-variabel penelitian yang didapatkan, disusun berdasarkan rata-rata skor (Mean Ideal/M) dan Standar Deviasi Ideal (SD) setiap aspek dan indikator dengan standar lima pada skala penilaian 1-5 (Suharsimi, 2010:256). Karena jarak praktis dalam kurva normal adalah 6 SD, maka Mean Ideal didapatkan dari setengah dari jumlah skor ideal tertinggi dengan skor ideal terendah dan Standar Deviasi Ideal didapatkan dari seperenam dari pengurangan skor ideal tertinggi dengan skor terendah. Berdasarkan Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal yang diperoleh, maka dapat dibuat pengkategorian variabel-variabel penelitian.

Pengkategorian yang digunakan seperti pada tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2

Kategori variabel penelitian

Skor Rata-Rata Kategori

{≥(M+1.5 SD)} Sangat Tinggi {≥(M+0.5 SD)} s/d {<(M+1.5 SD)} Tinggi

{≥(M-0.5 SD)} s/d {<(M+0.5 SD)} Sedang {≥(M-1.5 SD)} s/d {<(M-0.5 SD)} Rendah

{<(M-1.5 SD)} Sangat Rendah

2. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat (χ²) (Sudjana, 2005: 273):


(38)

k (Oi ei)²

χ ² = ∑ --- i=1 ei

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat distribusi frekuensi, dengan langkah sebagai berikut(Sudjana, 2005: 47):

1) Mencari rentang variable X dan variable Y dengan rumus: Rentang = skor tertinggi – skor terendah 2) Menentukan banyaknya kelas interval, dengan rumus:

Banyak Kelas (BK) = 1+ 3,3 log n 3) Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara:

p = rentang/banyak kelas

4) Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh dengan rumus (Sudjana, 2005: 70):

∑ fixi x = ---

∑ fi

5) Mencari simpangan baku (S) dari data bergolong dengan rumus (Sudjana, 2005: 95):

b. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval. c. Mencari harga Z dengan rumus (Sudjana, 2005: 99):

Z i=


(39)

x = Rata-rata untuk distribusi s = Simpangan baku

d. Mencari luas daerah dari O ke Z dari daftar F (luas daerah di bawah kurva dari O ke Z).

e. Mencari luas kelas interval dengan mencari selisih antara luas O ke Z yang berdekatan untuk harga Z sejenis dan menambahkan untuk harga Z berlawanan.

f. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) yang diperoleh dengan mengalikan luas kelas interval dengan n.

g. Memasukkan frekuensi observasi sesuai dengan distribusi yang telah dibuat sebelumnya.

h. Mencari harga χ ² sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan.

i. Menentukan keberartian harga χ²hitung dengan cara membandingkannya harga

χ²tabel dengan ketentuan: Jika harga χ²hitung > χ²tabel, maka data tidak

berdistribusi normal, tetapi jika sebaliknya, maka data berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Barlett.

Kriteria uji yang digunakan adalah apabila nilai hitung χ2 > nilai tabel χ2, maka H0 yang menyatakan varians homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima.


(40)

(

)

[

(

2

)

]

2

. 10

ln B

dbLogSi

=

χ

Dimana :

Si2 = Varians tiap kelompok data

dbi = n -1 = Derajat kebebasan tiap kelompok

B = Nilai Barlett = (Log S2gab)(Σdbi)

S2gab = Varians gabungan =

=

db S db

S gab i

2

2 .

4. Uji Linieritas

Pada penelitian ini menguji kelinieran menggunakan model regresi yang meliputi:

a. Analisis regresi

Analisis regresi digunakan untuk mencari hubungan fungsional antara Variabel X dengan Variabel Y. Dengan kata lain analisis regresi ini digunakan untuk memprediksikan nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen diubah. Uji ini dilaksanakan dengan menggunakan rumus-rumus sederhana (Sudjana, 2005:315) yaitu:

Ŷ = a + bX Keterangan:

Ŷ = harga-harga variabel Y yang diramalkan X = harga-harga variabel X


(41)

b= koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit terjadi pada X.

Untuk mencari koefisien-koefisien regresi a dan b maka digunakan rumus (Sudjana, 2005:315) yaitu:

(∑Y1)(∑X1²)-(∑X1)(∑X1Y1)

a=

n∑X1² - (∑X1)²

n∑X1Y1 - (∑X1)(∑Y1)

b=

n∑X1² - (∑X1)²

b. Uji kelinieran

Agar perhitungan melalui regresi berlaku, maka perlu dilakukan pengujian linieritas dan signifikani regresi. Perhitungan Analisa Variansi untuk uji linieritas dan signifikani regresi Variabel Y atas X menggunakan rumus-rumus berikut (Sudjana, 2005: 332):

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total

JK(T) =

Y2

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi a

JK (a) =

n Y

2

) (


(42)

3. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi b terhadap a JK(b/a) =       −

n Y X XY

b ( )( )

4. Menghitung Jumlah Kuadrat Residu dengan rumus JKres = JK(T) – JK(a) – JK (b/a)

5. Menghitung Jumlah Kuadrat Kekeliruan

JK(E) =

        −

n Y Y x 2 2 ( )

6. Menghitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok JK(TC) = JKres – JK(E)

7. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat RJKb/a = S2reg = JK(b/a)

8. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu

RJK = S2res =

2

n JKres

9. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Kekeliruan

RJKE = S2E =

k n E JK − ) (

10. Menghitung Rata-rata Jumlah Tuna cocok

S2TC = 2 ) ( − n TC JK


(43)

11. Menghitung nilai uji F untuk Uji Independensi Regresi

F= 2 2

S reg S res

12. Menghitung nilai uji F untuk Uji Linieritas Regresi

F= 2

2 TC

E

S S

Uji linieritas dan signifikansinya dengan menggunakan tabel penolong analisis varians (ANAVA) (Sudjana, 2005: 332), seperti yang terlihat dalam tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3

Analisis Varians Untuk Pengujian Kelinieran dan Signifikansi Regresi

Sumber Variasi df JK RJK F

Total n ∑Y2

Y2 -

Regresi (a) 1 (∑Y)2/n ∑Y2/n -

Regresi (b/a) 1 Jkreg = JK (b/a) S2 reg = JK (b/a) S2reg/ S2 res

Residu n - 2 Jres = ∑(Y-Y)2 S2

res = ∑(Y-Y)2/n-2

Tuna cocok((TC) k-2 JK (TC) S2TC = JK(TC)/k-2 S2TC/ S2E

Kekeliruan n - k JK (E) S2E = JK(E)/n-k

Untuk melakukan uji kelinieran regresinya (uji linieritas) dengan melalui perhitungan statistik dengan rumus (Sudjana, 2005: 332):

S2TC F =


(44)

Kriteria pengujian linieritas regresi dengan membandingkan harga Fhitung

dengan harga Ftabel dengan ketentuan: Jika harga Fhitung < Ftabel, maka regresi

linier, tetapi jika sebaliknya, jika harga Fhitung > Ftabel, maka regresi tidak linier. Selanjutnya melakukan uji taraf signifikansi (uji independen) melalui perhitungan statistik dengan rumus (Sudjana, 2005: 332):

S2reg F =

S2 res

Menentukan keberartian harga Fhitung dengan cara membandingkannya

harga Ftabel dengan ketentuan: Jika harga Fhitung > Ftabel, maka regresi signifikan,

tetapi jika sebaliknya, jika harga Fhitung < Ftabel, maka regresi tidak signifikan.

c. Analisis korelasi

1. Menghitung koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.

Penghitungan koefisien korelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Disini penulis menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:369) yaitu :

n ∑ XY – (∑X)(∑Y)

r

xy =

√{n∑X² - (∑X)²}{n∑Y² - (∑Y)²}

Keterangan:


(45)

n = jumlah responden X = skor variabel pertama

Y = skor variabel kedua yang dikorelasikan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui ada tidaknya hubungan antar variabel penelitian, kemudian diinterpretasikan tinggi rendahnya hubungan tersebut. Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan, maka digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sarwono, J (2006:150) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Patokan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi

Harga r Tingkat hubungan

0,00 - 0,20 Sangat rendah

0,20 – 0,40 Rendah

0,40 – 0,70 Sedang

0,70 – 0,90 Tinggi

0,90 – 1,00 Sangat tinggi

2. Mencari besarnya derajat determinasi.

Derajat determinasi dipergunakan dengan maksud untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengujinya dipergunakan rumus sebagai berikut Sudjana (2005:369):

KD = r²x100% Keterangan:

KD = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi


(46)

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis diperlukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirancang berdasarkan teori-teori yang mendukung diterima atau ditolak.

Untuk membuktikan suatu hipotesis, harga t yang diperoleh dari perhitungan harus diuji apakah signifikan atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus uji statistik t student, sebagai berikut (Sudjana, 2005:380):

r

n-2 t =

√1-r²

Keterangan :

t = taraf signifikasni korelasi r = koefisien korelasi n = banyaknya sampel

Analisis hipotesis dari uji t student pada taraf nyata α=0,05 diperoleh kriteria sebagai berikut:

1. Jika t hitung > t tabelmaka Ho ditolak dan H1 diterima. 2. Jika t hitung < t tabelmaka Ho diterima dan H1 ditolak.

Langkah-langkah dalam teknik pengolahan dan analisis data di atas diharapkan dapat membantu penulis dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.


(47)

138 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah melalui proses analisis data beserta pembahasannya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang, memiliki tingkat motivasi intrinsik terkategori sangat tinggi, motivasi ekstrinsik terkategori tinggi, persiapan belajar terkategori tinggi, proses belajar terkategori tinggi, evaluasi hasil belajar terkategori sedang, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional terkategori tinggi. Selanjutnya tingkat motivasi belajar siswa pada usia 16 tahun dan 17 tahun terkategori sangat tinggi, sedangkan pada usia 18 tahun terkategori tinggi. Tingkat kegiatan belajar siswa dan kecakapan hidup siswa, baik pada usia 16 tahun, 17 tahun dan 18 tahun terkategori tinggi. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa siswa telah memiliki tingkat motivasi belajar siswa, tingkat kegiatan belajar siswa dan tingkat kecakapan hidup siswa yang terkategori tinggi. Walaupun demikian hal tersebut belum menunjukkan siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang memiliki tingkat motivasi belajar siswa, tingkat kegiatan belajar siswa dan tingkat kecakapan hidup yang maksimal.


(48)

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari hasil perhitungan analisis persamaan regresi bahwa semakin tinggi nilai motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula nilai kegiatan belajar siswa. Derajat hubungan antara variabel motivasi belajar siswa dengan variabel kegiatan belajar siswa sebesar 0,78 yang menunjukkan hubungan yang tinggi/kuat, Hal ini berarti 60,79% perubahan pada kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa, dan 39,21% perubahan pada kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan belajar siswa.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari hasil perhitungan analisis persamaan regresi bahwa semakin tinggi nilai motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula nilai kecakapan hidup siswa. Derajat hubungan antara variabel motivasi belajar siswa dengan variabel kecakapan hidup siswa sebesar 0,59 yang menunjukkan hubungan yang sedang. Hal ini berarti 35,35% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa, dan 64,65% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kecakapan hidup siswa.


(49)

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari hasil perhitungan analisis persamaan regresi bahwa semakin tinggi nilai kegiatan belajar siswa, maka semakin tinggi pula nilai kecakapan hidup siswa. Derajat hubungan antara variabel kegiatan belajar siswa dengan variabel kecakapan hidup siswa sebesar 0,83 yang menunjukkan hubungan yang tinggi/kuat. Hal ini berarti 68,87% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh kegiatan belajar siswa, dan 31,13% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kegiatan belajar pada siswa dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kecakapan hidup siswa.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Implikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Analisis data menunjukkan bahwa secara umum tingkat motivasi belajar siswa, tingkat kegiatan belajar siswa dan tingkat kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida), terkategori tinggi tetapi belum maksimal. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk senantiasa memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk dipertahankan dan kemudian ada upaya untuk meningkatkan.


(50)

2. Analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan kegiatan belajar siswa. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.

3. Analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan kecakapan hidup siswa. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga kecakapan hidup yang dikehendaki dapat tercapai. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.

4. Analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara kegiatan belajar siswa dengan kecakapan hidup siswa. Kegiatan belajar yang dilakukan secara maksimal dapat mendukung tercapainya kecakapan hidup siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa sehingga kecakapan


(51)

hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, maka perlu direkomendasikan beberapa hal yang dianggap relevan dengan hasil penelitian ini, antara lain adalah:

1. Untuk Siswa.

a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk terus mempertahankan motivasi belajarnya dan kemudian berupaya untuk memupuk diri agar lebih termotivasi lagi dalam belajar.

b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk senantiasa mempertahakan tingkat kegiatan belajarnya untuk kemudian berusaha meningkatkan aktivitas/kegiatan belajarnya.

c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk mempertahankan tingkat kecakapan hidupnya dan selanjutnya ada upaya untuk meningkatkan kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki untuk menjalani kehidupannya.


(52)

2. Untuk Guru.

a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk terus memberikan motivasi kepada siswa secara terus menerus dan berkesinambungan terutama pemberian motivasi ekstrinsik, misalnya dengan memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa dan atau menggunakan strategi dan metoda pembelajaran yang menarik bagi siswa. b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk menggunakan strategi dan metoda pembelajaran yang menarik bagi siswa, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola laboratorium atau penggunaan alat-alat praktik lainnya.

c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran berorientasi kecakapan hidup serta meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

3. Untuk Pengelola Sekolah.

a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada pihak pengelola sekolah untuk memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi sehingga dapat memacu siswa tersebut dan siswa lainnya untuk lebih giat lagi dalam belajar. Selanjutnya menyarankan kepada guru


(53)

untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik kepada siswa misalnya pembelajaran dengan menggunakan TIK.

b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada pihak pengelola sekolah untuk meningkatkan fasilitas belajar yang mendukung kegiatan belajar siswa.

c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan dan kepada pihak pengelola sekolah untuk merencanakan dengan baik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi kecakapan hidup.


(54)

145

DAFTAR PUSTAKA

---. (2010). Produk Hortikultura DiEkspor Ke Taiwan. Suara Karya Online. Tersedia:http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=259487. [diakses tanggal 30 Mei 2011]

---. Kecakapan Berpikir. Desain Proyek Efektif. Tersedia: http://educate. intel.com/id/ProjectDesign/ThinkingSkills/HigherThinking/.[diakses tanggal 6 Mei 2011]

Asen, A. (2009, 26 Januari). Pendidikan Life Skill. Asen Cipta Kreatif. Tersedia: http://ahmadasen.wordpress.com/2009/01/26/pendidikan-life-skill/:

[diakses tanggal 3 Februari 2011].

Asmani, JM. (2009). “Sekolah Life Skills” Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva Press.

Depdiknas. (2008). Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Tersedia:http://els.bappenas.go.id/upload/other/Agribisnis.htm. [diakses tanggal 3 Februari 2011].

Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajara Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ferynaldy. (2008). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dalam Rangka Peningkatan Life Skills (Kecakapan Hidup) Siswa SMK Negeri 2 Sigli NAD. Tesis PTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Handayani, S. (2009). Muatan Life Skills Dalam Pembelajaran Di Sekolah: Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Bermutu. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/ 196609301997032-SRI_HANDAYANI/MUATAN_LIFE_SKILLS_DALAM_ PEMBELAJARAN_DI_SEKOLAH_Sri.pdf. [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Joyce, B. et al. (2009). Models Of Teaching: Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalijunjung, S. (2008). Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Tesis PTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(55)

Katresna. (2009). Pendidikan Kecakapan Hidup. Belajar Berbagi. Tersedia:

http://katresna72.wordpress.com/2009/10/20/pendidikan-kecakapan-hidup/. [diakses tanggal 3 Februari 2011].

Marwanti, dkk. (2008). Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Melalui Penerapan Pembelajaran Keterampilan Wirausaha Bidang Boga Sebagai Bekal Kecakapan Hidup (Life Skill). Tersedia: eprints.uny.ac.id/1342/1/ARTIKEL.doc. [diakses tanggal 3 Februari 2011].

Nana, S., & Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Narsoyo, T. (2009). Statistika Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Nugroho, D. (2010). Menyelamatkan Demokrasi. Indomovement. Tersedia: http://www.indomovement.com. [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Poerwadarminta. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2007). Konsep Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Tersedia:http://www.puskur.net/. [diakses tanggal 6 Mei 2011]

Rofidah, S. (2008). Membentuk Anak Shaleh. Panduan Praktis Pendidikan Anak Usia Dini-Remaja Agar Menjadi Anak Shaleh. Ciputat: WADI Press. Sardiman. A.M, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT.

RajaGrafindo Persada.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.


(56)

Suharsimi, A. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukmara, D. (2007). Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.

Sulipan. (2010). Konsep Pendidikan Kecakapan Untuk Hidup. Tersedia: http://sulipan.wordpress.com/2010/05/09/pendidikan-kecakapan-untuk-hidup-life-skill/. [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Supriatna, M. Pengembangan Kecakapan Hidup Di Sekolah. http://file.upi.edu/ Direktori/ FIP.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uno, BH. (2010). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wikipedia. (2009). Daftar Negara Menurut Indeks Pembangunan Manusia.

Ensiklopedia Bebas. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara-menurut_IPM#Asia.26.Oseania [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Yunus, D. (2008). Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).


(1)

142

hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, maka perlu direkomendasikan beberapa hal yang dianggap relevan dengan hasil penelitian ini, antara lain adalah:

1. Untuk Siswa.

a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk terus mempertahankan motivasi belajarnya dan kemudian berupaya untuk memupuk diri agar lebih termotivasi lagi dalam belajar.

b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk senantiasa mempertahakan tingkat kegiatan belajarnya untuk kemudian berusaha meningkatkan aktivitas/kegiatan belajarnya.

c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk mempertahankan tingkat kecakapan hidupnya dan selanjutnya ada upaya untuk meningkatkan kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki untuk menjalani kehidupannya.


(2)

2. Untuk Guru.

a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk terus memberikan motivasi kepada siswa secara terus menerus dan berkesinambungan terutama pemberian motivasi ekstrinsik, misalnya dengan memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa dan atau menggunakan strategi dan metoda pembelajaran yang menarik bagi siswa. b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk menggunakan strategi dan metoda pembelajaran yang menarik bagi siswa, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola laboratorium atau penggunaan alat-alat praktik lainnya.

c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran berorientasi kecakapan hidup serta meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

3. Untuk Pengelola Sekolah.

a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada pihak pengelola sekolah untuk memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi sehingga dapat memacu siswa tersebut dan siswa lainnya untuk lebih giat lagi dalam belajar. Selanjutnya menyarankan kepada guru


(3)

144

untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik kepada siswa misalnya pembelajaran dengan menggunakan TIK.

b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada pihak pengelola sekolah untuk meningkatkan fasilitas belajar yang mendukung kegiatan belajar siswa.

c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan dan kepada pihak pengelola sekolah untuk merencanakan dengan baik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi kecakapan hidup.


(4)

145

DAFTAR PUSTAKA

---. (2010). Produk Hortikultura DiEkspor Ke Taiwan. Suara Karya Online. Tersedia:http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=259487. [diakses tanggal 30 Mei 2011]

---. Kecakapan Berpikir. Desain Proyek Efektif. Tersedia: http://educate. intel.com/id/ProjectDesign/ThinkingSkills/HigherThinking/.[diakses tanggal 6 Mei 2011]

Asen, A. (2009, 26 Januari). Pendidikan Life Skill. Asen Cipta Kreatif. Tersedia: http://ahmadasen.wordpress.com/2009/01/26/pendidikan-life-skill/:

[diakses tanggal 3 Februari 2011].

Asmani, JM. (2009). “Sekolah Life Skills” Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva Press.

Depdiknas. (2008). Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Tersedia:http://els.bappenas.go.id/upload/other/Agribisnis.htm. [diakses tanggal 3 Februari 2011].

Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajara Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ferynaldy. (2008). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dalam Rangka Peningkatan Life Skills (Kecakapan Hidup) Siswa SMK Negeri 2 Sigli NAD. Tesis PTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Handayani, S. (2009). Muatan Life Skills Dalam Pembelajaran Di Sekolah:

Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Bermutu.

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/ 196609301997032-SRI_HANDAYANI/MUATAN_LIFE_SKILLS_DALAM_ PEMBELAJARAN_DI_SEKOLAH_Sri.pdf. [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Joyce, B. et al. (2009). Models Of Teaching: Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalijunjung, S. (2008). Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Tesis PTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

146

Katresna. (2009). Pendidikan Kecakapan Hidup. Belajar Berbagi. Tersedia:

http://katresna72.wordpress.com/2009/10/20/pendidikan-kecakapan-hidup/. [diakses tanggal 3 Februari 2011].

Marwanti, dkk. (2008). Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Melalui Penerapan Pembelajaran Keterampilan Wirausaha Bidang Boga Sebagai Bekal Kecakapan Hidup (Life Skill). Tersedia: eprints.uny.ac.id/1342/1/ARTIKEL.doc. [diakses tanggal 3 Februari 2011].

Nana, S., & Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Narsoyo, T. (2009). Statistika Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Nugroho, D. (2010). Menyelamatkan Demokrasi. Indomovement. Tersedia: http://www.indomovement.com. [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Poerwadarminta. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2007). Konsep Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Tersedia:http://www.puskur.net/. [diakses tanggal 6 Mei 2011]

Rofidah, S. (2008). Membentuk Anak Shaleh. Panduan Praktis Pendidikan Anak Usia Dini-Remaja Agar Menjadi Anak Shaleh. Ciputat: WADI Press. Sardiman. A.M, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT.

RajaGrafindo Persada.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Suharsimi, A. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukmara, D. (2007). Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.

Sulipan. (2010). Konsep Pendidikan Kecakapan Untuk Hidup. Tersedia: http://sulipan.wordpress.com/2010/05/09/pendidikan-kecakapan-untuk-hidup-life-skill/. [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Supriatna, M. Pengembangan Kecakapan Hidup Di Sekolah. http://file.upi.edu/ Direktori/ FIP.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uno, BH. (2010). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wikipedia. (2009). Daftar Negara Menurut Indeks Pembangunan Manusia. Ensiklopedia Bebas. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara-menurut_IPM#Asia.26.Oseania [diakses tanggal 12 Maret 2011].

Yunus, D. (2008). Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills). Tersedia: http://pkbmpls.wordpress.com/. [diakses tanggal 12 Maret 2011].