IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP MELALUI REORIENTASI PEMBELAJARAN DAN REFORMASI PRAKTIK PENDIDIKAN PADA SMK.

(1)

REFORMASI PRAKTIK PENDIDIKAN PADA SMK

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Oleh

Tasma Sucita

NIM 1004746

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “ IMPLEMENTASI

PENDIDIKAN BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP MELALUI

REORIENTASI PEMBELAJARAN DAN REFORMASI PRAKTIK

PENDIDIKAN PADA SMK” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, 5 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Tasma Sucita NIM. 1004746


(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan penelitian disertasi yang berjudul

“Implementasi Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Melalui Reorientasi Pembelajaran dan Reformasi Praktik Pendidikan Pada SMK” ini dapat diselesaikan.

Penyusunan Disertasi ini diajukan sebagai bahan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan pada program studi S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Isi dari laporan Disertasi ini tentu masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi penulisan, substansi, pengumpulan data dan sumber referensi, maupun dalam melakukan rekapitulasi data dan analisis data yang diperoleh dari lapangan masih sangat terbatas, untuk itu penulis menerima kritik, saran, dan masukan- masukan yang positif demi perbaikan dan penyempurnaan isi dari laporan penelitian disertasi ini.

Akhirnya dengan selesainya penyusunan laporan disertasi ini, semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis itu sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya. Atas bantuan dan partisipasi dari semua pihak dalam penyusunan laporan disertasi ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya, semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dengan berlipat ganda, amin.

Bandung, 5 Agustus 2015 Penulis,


(5)

tingginya kepada semua pihak atas kritik, saran dan masukan- masukan yang telah disampaikan pada saat bimbingan, seminar, maupun diskusi baik secara formal maupun informal sehingga laporan disertasi ini dapat diselesaikan dengan se maksimal mungkin, khususnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Mokhamad Syaom Barliana, M.Pd., MT. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, terima kasih atas informasi- informasi yang telah disampaikan berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan penyelesaian studi program doktor ini, dan sekaligus sebagai penguji internal.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST., MSIE, atas bimbingan, masukan dan saran-saran selama proses penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan disertasi dan sekaligus selaku dosen pembimbing akademik, dan sebagai anggota dari tim Dosen Pembimbing Disertasi.

3. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sumarto, MSIE, sebagai dosen promotor tim pembimbing Disertasi atas saran-saran dan masukan-masukannya tentang konsep dan arah penelitian yang berkaitan dengan topic penelitian disertasi serta masukan tentang wawasan vokasional di dalam forum internasional dan gambaran mengenai penggunaan software untuk teknis analisis dalam pengolahan data penelitian.

4. Yth. Bapak Prof. Dr. Janulis P. Purba, M.Pd, juga sebagai dosen kopromotor tim pembimbing Disertasi atas masukan-masukan dan saran-sarannya yang berhubungan dengan penentukan variable penelitian, populasi dan sampel, penyusunan instrumen penelitian, serta teknis pengambilan dan analisis data yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan.

5. Yth. Bapak Prof. Dr. Soenarto, M.Sc., MA., sebagai penguji eksternal atas saran-saran dan masukkan-masukkan yang sangat bermanfaat sehubungan dengan penyusunan dan penyelesaian laporan disertasi ini agar lebih sempurna.


(6)

Wiguno, M.MPd. selaku Kepala SMKN 2 Tasikmalaya, dan Ibu Sugiaharti, S.Pd., selaku Kepala SMK Prakarya Internasional, atas ijin kesempatannya untuk melakukan penelitian pada SMK yang Bapak/Ibu pimpin.

7. Yth. Agus Muslihin, S.Pd., MT. , dan Drs. R. Uung Syarif Kurnia, MT., dari SMKN 4 Bandung; Drs. Harudin, dari SMKN 1 Purwakarta; Drs. Jaya, dari SMKN 1 Cirebon, Drs. Rya Moh Maryun, MM, dan Ade Heryanto, S.Pd., dari SMKN 2 Tasikmalaya, Drs. H. Syarif, dan Dani Usman, S.Pd., MT., atas bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada peneliti selama melakukan penelitian di SMK masing-masing.

8. Semua teman program studi S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2010 yaitu Ir. H. Supandi, M.Des., Ir. Suryawati, M.Si., Drs. Elih Mulyana, M.Si, Wasimudin Surya Saputra, ST., MT., Yana Aditia Gerhana, ST., M.Kom., dan Maman Somantri, S.Pd., MT., atas kebersamaan selama mengikuti pendidikan di program ini.

9. Buat istriku Wijayanti Sugiono, dan putra-putraku Alfira Tasyaliany, S.ST., Benido Tasyarahmanto, dan Chania Tasya Umaro, yang selalu saling memberikan doa dan dukungan yang tak henti-hentinya.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Mudah- mudahan atas segala masukan, informasi, saran, dan kritik yang telah diberikan kepada penulis dapat dijadikan sebagai amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT dengan berlipat ganda, amin.

Bandung, 5 Agustus 2015 Penulis,


(7)

(8)

Melalui Reorientasi Pembelajaran dan Reformasi Praktik Pendidikan pada SMK. Dibimbing oleh: Prof. Dr. H. Sumarto, MSIE.; Prof. Dr. Janulis P. Purba, M.Pd.; Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST., MSIE.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pencapaian implementasi pola pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup melalui reorientasi pembelajaran dan reformasi praktik pendidikan yang dilaksanakan pada SMK. Penelitian dilakukan terhadap SMK yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan sampel empat SMK Negeri dan satu SMK Swasta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan pemecahan masalah deskriptif, asosiatif kausal, dan asosiatif resiprokal. Penelitian dilakukan terhadap pimpinan SMK, guru-guru mata pelajaran produktif, dan siswa kelas 3 (XII) yang me miliki kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik dengan teknik random sampling. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan pada SMK yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sudah sesuai dengan tujuan pendidikan berorientasi kecakapan hidup. Hal ini dapat dibuktikan dengan capaian rata-rata pelaksanaan reorientasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru produktif menunjukkan dukungan signifikan yang cukup baik, dan kontribusi reformasi praktik pendidikan terhadap pencapaian kompetensi lulusan mencapai taraf signifikansi cukup. Adapun capaian kompetensi yang dimiliki oleh siswa kelas 3 (XII) sebelum lulus berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lima SMK sampel menunjukkan angka rata-rata baik. Kompetensi dalam kategori baik yang telah dimiliki oleh lulusan SMK tersebut merupakan modal awal yang dapat dijadikan sebagai bekal kecakapan hidup untuk memasuki dunia kerja. Dengan hasil penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan khususnya mengenai sistem pelaksanaan pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup di bidang vokasional.

Kata Kunci : kecakapan hidup, reorientasi pembelajaran, reformasi praktik pendidikan


(9)

Tasma Sucita, 2015. Implementation of Life Skills Oriented Education Through Learning Reorientation and School Reform on SMK. Supervised by: Prof. Dr. H. Sumarto, MSIE.; Prof. Dr. Janulis P. Purba, M.Pd.; Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST., MSIE.

This study aimed to achieving the implementation pattern of implementation of life skills education through a reorientation of learning and practice reforms implemented in vocational education. Research conducted on the CMS are in the region of West Java province with four samples SMK SMK and one private. The method used in this research is quantitative method with a problem-solving approach descriptive, associative causal and associative reciprocal. Research conducted on vocational leaders, teachers productive subjects, and students in grade 3 (XII) which has competence Power Installation Engineering expertise with random sampling techniques. Findings from this study indicate that the implementation study conducted at SMK in West Java Provincial Education Department is in conformity with the goal of life skills-oriented education. This can be evidenced by the achievement of an average implementation reorientation of learning undertaken by prolific teacher showed significant support is quite good, and the reform of educational practices contribute to the achievement of the competence of graduates achieve a significance level sufficient. The achievement of competencies possessed by students in grade 3 (XII) before graduating based on analysis of data obtained from five vocational samples showed average figures either. Competence in both categories that have been owned by the vocational graduates is the initial capital that can be used as a provision of life skills to enter the workforce. With the results of this study may be able to contribute to education, especially regarding the implementation of system-oriented education in the field of vocational life skills.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………. i

Halaman Pengesahan ………. ii

Halaman Pernyataan Keaslian Disertasi ……….………. iii

Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih ………... iv

Abstrak ……….……… vii

Abstract ………... viii

Daftar Isi ……….…..……… viii

Daftar Tabel ……….………..… ix

Daftar Gambar ……….……….… xiii

Daftar Lampiran ……….……….… xv

BAB I PENDAHULUAN ……….…………..……… 1

A.Latar Belakang Penelitian ……….……….……….… 1

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian …….………….…….. 8

C.Tujuan Penelitian ……….….. 11

D.Manfaat/Signifikansi Penelitian ………..………….….……. 12

E. Definisi Operasional ……….. 14

F. Struktur Organisasi Disertasi ………. 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..….……… 17

A.Kajian Pustaka …….……… 17

A.1 Filosofi Kecakapan hidup ………..……… 17

A.2 Konsep Dasar Pendidikan Berorientasi Kecakapan hidup …..….. 21

A.3 Pola Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan hidup …… 31

A.4 Penilaian Hasil Pembelajaran ….……… 38

A.5 Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan ……….…..… 39

A.6 Standar Kompetensi Lulusan ……….…..….… 45

A.7 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ………. 47

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan ……….………… 51

C.Hubungan antar Variabel ………... 53

D.Asumsi ………..……….. 55

E. Kerangka Pemikiran ……….. 56

F. Hipotesis Penelitian ……… 58

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 59

A. Desain Penelitian ……….……….……… 61


(11)

C. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 69

D. Instrumen Penelitian ………. 72

E. Prosedur Penelitian ……… 78

F. Analisis Data Penelitian ……… 81

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ………..………… 85

A. Temuan Penelitian ………..… 85

A.1 Deskripsi Kondisi, Fasilitas dan Infrastruktur SMK ……….. ….. 86

A.2 Deskripsi Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……… 91

A.3 Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian ……… 94

A.4 Deskripsi Uji Statistik Normalitas, Linieritas, Multikolinieritas, Korelasi, dan Regresi ……….. 128

B. Pembahasan Temuan Penelitian ……… 149

B.1 Pola Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan hidup pada SMK ……….……… 149

B.2 Pemahaman dan peranan guru mata pelajaran produktif dalam me-nerapkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup pada SMK .. 151

B.3 Suasana Lingkungan Sekolah atau Iklim Sekolah dalam Pembelajaran Di SMK ………... 154 B.4 Sistem Manajemen Sekolah dalam Pelaksanaan Pembelajaran Di SMK ……… 157 B.5 Sistem Kerjasama (Networking) SMK antara SMK dengan Stake Holder dalam Kegiatan Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup ………... 159 B.6 Deskripsi Kompetensi Lulusan Siswa Kelas 3 (XII) SMK Program Studi Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik …… 162 B.7 Deskripsi Relevansi Pelaksanaan Pembelajaran pada SMK terhadap Tujuan Implementasi Pendidikan Berorientasi Kecakapan hidup ...……… 168 B.8 Deskripsi Temuan Model Sistem Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup pada SMK …………..……….. 179 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ………..…… 181

A. Simpulan Hasil Penelitian ……….…..… 181

B. Implikasi Hasil Penelitian ………..………… 184

C. Rekomendasi Hasil Penelitian ……… 186

DAFTAR KEPUSTAKAAN ……….………….. 191

RIWAYAT HIDUP PENELITI ……… 197


(12)

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia pada saat ini masih belum meningkat secara signifikan. Berdasarkan data di dalam negeri diketahui bahwa Ujian Nasional Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya yang kalau ditafsirkan kemampuan penguasaan siswa masih relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Informasi dari dunia usaha juga muncul adanya keluhan bahwa lulusan memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Hal ini menyebabkan adanya gejala lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah banyak yang menjadi pengangguran baik di pedesaan maupun di perkotaan disebabkan karena sulitnya mendapat pekerjaan. Sementara itu, mereka merasa malu jika harus membantu orang tuanya sebagai petani atau pedagang. Pendidikan yang berjalan selama ini masih bersifat verbalistik `dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Berdasarkan pengamatan terhadap praktek pendidikan sehari-hari khususnya pendidikan formal menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Proses pembelajaran tersebut seakan-akan pendidikan bertujuan hanya untuk menguasai mata pelajaran saja, sedangkan keterkaitan antara materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan materi ajar tersebut agar dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan kurang mendapat perhatian.

Pendidikan seperti terlepas dengan kehidupan sehari-hari dan seakan-akan pendidikan hanya untuk dunia pendidikan saja atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan keseharian dari peserta didik. Sehingga siswa tidak mengetahui manfaat yang dipelajarinya dari mulai belajar sampai lulus tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari untuk memecahkan problematik kehidupan sehari-hari yang dihadapi.


(14)

Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masih banyak lulusan sekolah kejuruan (SMK) yang mengalami kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baik di industri maupun berwirausaha, sehingga lulusan SMK juga memberikan kontribusi yang cukup besar untuk tenaga pengangguan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Kompas, 5 Nopember 2014) menjelaskan bahwa sampai Agustus 2014 jumlah lulusan SMK yang menganggur mencapai 809.280 jiwa atau 11,24% dari jumlah total pengangguran terbuka di Indonesia yaitu 7,24 juta jiwa, sedangkan lulusan SLTA umum hanya mencapai 687.600 jiwa atau 9,55%. Berdasarkan data informasi dari BPS tersebut menunjukkan adanya kemungkinan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di sekolah kejuruan (SMK) masih belum berorientasi kepada pembelajaran kecapakan hidup.

Seyogyanya pendidikan harus dikembalikan kepada prinsip dasarnya yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (humanisme) dan pendidikan juga agar dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik supaya berani menghadapi problema hidup yang dihadapi tanpa merasa tertekan, mempunyai kemauan dan kemampuan, serta senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Hasil pendidikan juga diharapkan agar mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri dengan meningkatkan hubungan terhadap Tuhan yang mahaesa, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan demikian maka diperlukan suatu model pendidikan yang dengan sengaja dirancang untuk membekali peserta didik agar memiliki kecakapan hidup untuk menghadapi kehidupan yang secara integratif dan spesifik guna mengatasi dan memecahkan problema kehidupan. Bahkan sejak tahun 2004 Menteri Pendidikan Nasional (Fajar, 2004, hlm. 2) menyampaikan sambutan pada upacara peringatan hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2004 mengatakan bahwa :

” Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan

belajar bagi masyarakat dan meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), berakhlak mulia, berbudi luhur, serta memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Pentingnya siswa diberikan orientasi pendidikan kecakapan hidup agar lembaga pendidikan mampu memberikan


(15)

pembelajaran harus dijaga agar tetap dalam suasana yang menyenangkan dan

mengasyikkan serta mencerdaskan.”

Terdapat lima aspek yang perlu dikedepankan tentang pengembangan kecakapan hidup (Wadud, 2012), menjelaskan tentang: relevansi kemampuan peserta didik, penyiapan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, proses pembelajaran dalam mencapai kompetensi, ketersediaan fasilitas belajar yang memadai, dan kemampuan kecakapan yang dimiliki peserta didik untuk kehidupannya. Berdasarkan pendapat tersebut maka kegiatan pembelajaran harus dirancang agar memberikan dampak yang positif bagi peserta didik dalam membantu memecahkan problematika kehidupannya. Pendidikan tersebut harus dirancang dan berorientasi kepada kecakapan hidup supaya peserta didik mampu mengatasi persoalan hidup yang dihadapinya secara proaktif dan reaktif agar mampu mengatasi atau mencari solusi sendiri dalam memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Tujuan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peranserta atau partisipasi masyarakat, dan meningkatkan sumber-sumber dana dalam rangka penyelenggaraan pendidikan. Begitu pula Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang membawa konsekuensi terhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom, termasuk di bidang pendidikan. Kualitas pendidikan merupakan salah satu isu sentral pendidikan nasional disamping isu-isu pemerataan, relevansi, dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti dengan pemberlakuan kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan dasar yang bermutu. Salah satu isu penting dalam penyelenggaraaan pendidikan di Indonesia saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan, namun yang terjadi justru kemerosotan mutu pendidikan dasar, menengah, maupun tingkat pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung akibat penyelenggaraan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada aspek kuantitas dan kurang berbanding lurus dengan aspek kualitasnya. Bahkan


(16)

saat ini kualitas pendidikan sepertinya agak dipaksakan dengan adanya KKM pada pendidikan dasar dan menengah, serta IPK pada pendidikan tinggi yang batas kelulusannya dinaikkan agar seolah-olah kualitasnya dari lulusan tersebut lebih baik. Mutu pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal, melainkan ada sejumlah variabel yang dianggap saling berhubungan/ mempengaruhi. Dengan demikian maka perlu adanya sebuah kajian yang mendalam agar dapat mengidentifikasi temuan secara empirik hubungan langsung atau tidak langsung dalam suatu rangkaian dari sistem pendidikan.

Suatu pembelajaran harus menghasilkan suatu pendidikan yang dikelola secara sistematisasi dari proses diperolehnya suatu pengalaman diolah sehingga menjadi pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut maka filsosofi pendidikan dapat diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik dalam menghadapi problema hidup dan kehidupannya. Dengan pengalaman belajar itu, diharapkan peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema hidupnya. Pengalaman belajar itu diharapkan juga dapat mengilhami peserta didik dalam menghadapi problema hidup sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran tersebut memunculkan suatu pertanyaan yaitu : apa tujuan pendidikan itu secara hakiki bagi manusia ? Jawaban pertanyaan tersebut sangat sederhana, yaitu tujuan pendidikan bagi setiap manusia adalah agar peserta didik mampu memecahkan dan mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapinya. Harapan dari jawaban pertanyaan tersebut yaitu agar peserta didik setelah selesai mengikuti pendidikan harus mempunyai bekal kemampuan untuk menyelesaikan setiap menemukan problema hidup yang akan dihadapinya. Apabila peserta didik belum mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupannya, pertanda tujuan pendidikan belum tercapai. Berdasarkan gambaran tersebut maka dalam pelaksanaan pendidikan, peserta didik perlu dibekali dengan pendidikan kecakapan hidup, yang secara umum lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup.


(17)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kejuruan, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Apapun jenis pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan tidak lain muara dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan, keterampilan serta ahli di dalam bidang ilmu tertentu. Selanjutnya mampu dan terampil diaplikasikan dalam dunia kerja. Oleh sebab itu, hakiki dari Sekolah Menengah Kejuruan sangat berbeda dengan sekolah umum atau SMA.

Ada dua hal sebenarnya kelebihan dari Pendidikan Menengah Kejuruan ini,

pertama lulusan dari institusi ini dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha/industri, karena terkait dengan satu sertifikasi yang dimiliki oleh lulusannya melalui Uji Kemampuan Kompetensi. Dengan sertifikasi tersebut mereka mempunyai peluang untuk bekerja atau dengan pendidikan kewirausahaan (interpreneurship) agar lulusan mampu untuk berwirausaha mandiri sehingga bisa menciptakan peluang lapangan pekerjaan minimal untuk dirinya. Kedua, lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan dapat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Bahkan pada pengembangan Kurikulum SMK 2013 (2012, hlm. 55) telah mencantumkan pada struktur kurikulum SMK Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa pada kolom mata pelajaran untuk kelompok A poin 10 yaitu life & Carrier Skills (non mata pelajaran) yang alokasi waktunya 2 (dua) jam per minggu selama enam semester penuh untuk SMK dengan waktu tiga tahun.


(18)

Menurut Hilman (2011, hlm. 28) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ke depan akan berkembang sejalan dengan keinginan pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan sekolah sehingga ada kebijakan rencana pemerintah untuk mengembangkan rasio SMK : SMA menjadi 70 : 30 pada tahun 2015. Apalagi dengan pola Otonomi Pendidikan termasuk manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diberlakukan seperti sekarang ini, maka masyarakat juga memiliki tanggungjawab moral untuk memikirkan dan menumbuh kembangkan pendidikan, sehingga lebih dikenal dengan Pendidikan Berbasiskan Masyarakat (community based education) dan pendidikan berorientasi kawasan atau lingkungan. Adanya kebijakan otonomi daerah tentang pendidikan dan otonomi daerah tentang keuangan ini maka setiap daerah akan berlomba untuk menggali dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing termasuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber daya manusia. Program ini diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pembangunan di berbagai sektor/ bidang di seluruh Indonesia.

Kendala dalam mengimplementasikan Pendidikan Berbasis Masyarakat menurut Sagala (2004) antara lain adalah: sistem perencanaan, penganggaran dan pertanggungjawaban keuangan yang dianut pemerintah masih dari atas ke bawah

(top down); kurangnya kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan atau kekuatan energi masyarakat; sikap Birokrat yang belum mampu membiasakan diri bertindak sebagai pelayan; karakteristik kebutuhan belajar masyarakat yang sangat beragam, sedangkan sistem perencanaan yang dianut masih turun dari atas dan bersifat standar; sikap masyarakat dan juga pola pikir masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masih tertuju pada hal-hal yang bersifat kebutuhan badani / kebendaan; budaya menunggu pada sebagian besar masyarakat kita; tokoh panutan, yaitu tokoh-tokoh masyarakat yang seyogyanya berperan sebagai panutan sering berperilaku seperti birokrat; lembaga sosial masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan masih kurang; keterbatasan anggaran, sarana


(19)

prasarana belajar, dan tenaga kependidikan; dan egoisme sektoral, yaitu masih ada keraguan di antara prosedur yang berbeda tentang kedudukan masyarakat dalam institusi pendidikan berkaitan dengan pendidikan berbasis masyarakat yang masih menonjolkan karakteristiknya masing- masing.

Berkaitan dengan data dan informasi daya serap dan tingkat pengangguran yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Barat (Lindawati, 2013, hlm. 3) tentang penduduk angkatan kerja dan pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan yang ada di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 dapat dijelaskan seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Penduduk Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Jawa Barat

Pendidikan Bekerja Pengangguran Total TPT

(Jiwa) ( % ) (Jiwa) ( % ) (Jiwa) ( % ) <= SD 8.928.460 49,14 602.054 30,58 9.530.514 6,32

SMP 3.360.773 18,50 499.600 25,37 3.860.373 12,94 SMA Umum 2.735.322 15,05 411.890 20,90 3.147.212 13.09 SMA Kejuruan 1.656.635 9,12 281.345 14,29 1.937.980 14,52 Diploma I/II/III 454.309 0,003 61.577 3,13 515.886 11,94

Universitas 1.034.153 5,69 112.540 5,71 1.146.693 9.81 Total 18.169.652 100 1.969.006 100 20.138.658 9,78

Berdasarkan informasi dari tabel 1.2 menunjukkan bahwa lulusan pendidikan SMA Kejuruan (SMK) mempunyai tingkat prosentase pengangguran yang paling tinggi yaitu 15,52% atau jumlah jiwa hampir dua juta (1.937.980 jiwa). Kejadian seperti ini dapat disebabkan karena reorientasi dari proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah belum mengarah kepada pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup pernah dicanangkan oleh pemerintah khususnya departemen pendidikan nasional antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 (Tim BBE, 2003). Pada program pendidikan berorientasi kecakapan hidup tersebut dapat dilakukan melalui empat cara (Zulkarnaini, 2008) yaitu: reorientasi pembelajaran, pengembangan budaya sekolah, manajemen pendidikan, dan hubungan sinergis dengan masyarakat.


(20)

Secara garis besar keempat cara tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu reorientasi pembelajaran, dan reformasi praktik pendidikan (school reform) yang meliputi budaya sekolah (school climate), manajemen sekolah (school management), dan hubungan sekolah dengan masyarakat (networking).

Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup di atas, maka peranan dari guru dalam pembelajaran sangat penting untuk mensukseskan keberhasilan dari program tersebut. Pembelajaran menurut Rahmawati (2012) dapat dijadikan sebagai jantung proses pendidikan suatu institusi pendidikan bersifat kompleks dan dinamis dengan berbagai persepsi dan sudut pandang yang melintasi garis waktu. Pada tingkatan mikro pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional bagi seorang guru melalui penciptaan pengalaman belajar. Sedangkan pada tingkatan makro, pencapaian pembelajaran berkualitas dan lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, sehingga perkembangan intelektual, sikap, dan moral peserta didik sebagai anggota masyarakat dapat terbina dengan baik. Adanya prosentase tingkat pengangguran yang masih tinggi bagi lulusan SMK di Jawa Barat akan dapat diantisipasi apabila ada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran baik secara eksternal maupun internal. Menurut Razi (2004), kedua faktor tersebut dapat dijelaskan yaitu secara eksternal meliputi: guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem; secara internal diantaranya: karakteristik siswa, gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta aktivitas yang dilakukan dalam merespon strategi pembelajaran dari guru.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Melalui Reorientasi Pembelajaran dan Reformasi Praktik Pendidikan pada SMK”


(21)

Banyak permasalahan yang muncul sehubungan dengan topik penelitian ini sehingga penulis mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Persoalan reorientasi model pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah (SMK) dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup. 2. Permasalahan pemahaman guru dalam mewujudkan pelaksanaan pendidikan

berorientasi kecakapan hidup di sekolah.

3. Suasana lingkungan Sekolah (SMK) atau iklim sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

4. Mengenai sistem manajemen sekolah dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

5. Dukungan jalinan kerja sama yang telah dilakukan antara sekolah (SMK) dengan masyarakat (networking) dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup belum terjalin dengan baik.

6. Tinjauan tentang peranan yang telah dilakukan oleh sekolah (SMK) dalam menciptakan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

7. Sejauh mana suatu sekolah (SMK) belum memahami dan melaksanakan pendidikan yang berorientasi kecapakan hidup dengan benar.

8. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh sekolah (SMK) dalam menerapkan/mengimplementasikan pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup.

9. Usaha-usaha apa saja yang telah dilakukan oleh sekolah (SMK) untuk melaksanakan pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup agar dapat berjalan dengan maksimal.

Mengingat banyaknya permasalahan yang mungkin muncul berkaitan dengan rencana penelitian di atas, maka diperlukan pembatasan agar penelitian ini dapat terfokus dan jelas. Adapun pembatasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada SMK yang ada di naungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat khususnya yang memiliki program studi


(22)

keahlian teknik ketenagalistrikan dengan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik.

2. Sekolah yang menjadi populasi penelitian ini yaitu SMK yang memiliki program studi keahlian teknik ketenagalistrikan dengan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang ada di Provinsi Jawa Barat dibagi dalam 4 (empat) zona. Zona 1 yaitu wilayah Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung Barat. Zona 2 yaitu wilayah Pajajaran meliputi Kota/Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta. Zona 3 yaitu wilayah Pantura meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten/Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Kerawang, dan Kabupaten/Kota Bekasi. Zona 4 yaitu wilayah Priangan Timur meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pengandaran. 3. Sekolah yang dijadikan sampel penelitian ini adalah SMK yang ada di Provinsi

Jawa Barat yang mempunyai program studi keahlian teknik ketenagalistrikan dengan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang berjumlah lima SMK yaitu dengan mengambil setiap zona satu buah SMK Negeri dan satu buah SMK yang memiliki akreditasi A untuk dijadikan sebagai informasi pembanding dari sampel SMK Swasta. Sampel penelitian untuk zona 1 yaitu SMKN 4 Bandung (dengan sebutan istilah SMKN D), zona 2 yaitu SMKN 1 Purwakarta (dengan sebutan istilah SMKN T), zona 3 yaitu SMKN 1 Cirebon (dengan sebutan istilah SMKN E), zona 4 yaitu SMKN 2 Tasikmalaya (dengan sebutan istilan SMKN Z), dan dari SMK Swasta yaitu SMK Prakarya Internasional 2 Bandung (dengan sebutan istilah SMKS D).

4. Pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang akan diteiliti meliputi empat aspek yaitu reorientasi pembelajaran, iklim sekolah, manajemen sekolah, dan hubungan sinergi sekolah dengan masyarakat.


(23)

5. Subjek pengamatan/observasi terhadap pembelajaran di SMK lebih prioritas untuk kelompok mata pelajaran produktif pada Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik.

6. Siswa yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas 3 (XII) dari program studi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik dengan asumsi yang memiliki kemampuan kompetensi yang paling lengkap dan akan memasuki dunia kerja.

Berdasarkan gambaran dari latar belakang penelitian, identifikasi permasalahan, dan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada suatu SMK melalui reorientasi pembelajaran dan reformasi praktik pendidikan?” Mengacu dari pertanyaan masalah utama di atas maka penulis dapat merumuskan masalah secara rinci dengan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup seperti apakah yang telah dilakukan pada SMK yang memiliki program studi Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik?

2. Bagaimanakah pemahaman dan peranan guru dalam menerapkan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah (SMK)?

3. Suasana lingkungan sekolah atau iklim sekolah yang bagaimana yang telah diciptakan oleh suatu SMK dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup?

4. Sistem manajemen sekolah seperti apakah yang diciptakan oleh suatu SMK dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup?

5. Bagaimanakah sistem jalinan kerja sama (networking) antara sekolah (SMK) dengan masyarakat (stake holder) yang telah dilakukan oleh suatu SMK dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup?


(24)

6. Bagaimanakah deskripsi kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK Kelas 3 (XII) program studi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik sebelum mereka lulus dan memasuki dunia kerja ?

7. Bagaimanakah relevansi pembelajaran yang dilaksanakan pada SMK yang memiliki program studi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik terhadap tujuan implementasi pola pendidikan berorientasi kecakapan hidup ?

C.Tujuan Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data dan informasi yang berhubungan dengan permasalahan di atas. Secara umum tujuan

dari penelitian ini adalah “ ingin mengetahui tentang pola pelaksanaan pendidikan

berorientasi kecakapan hidup yang dilakukan oleh SMK dalam menunjang

kualitas sumber daya lulusan untuk memasuki dunia kerja”. Adapun secara khusus tujuan dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Mengetahui pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang dilakukan pada SMK yang memiliki program studi kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik.

2. Mendapatkan gambaran tentang pemahaman dan peranan guru dalam menerapkan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah (SMK).

3. Mengetahui suasana lingkungan sekolah atau iklim sekolah yang telah diciptakan oleh suatu SMK dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

4. Mengetahui sistem manajemen sekolah seperti apakah yang diciptakan oleh suatu SMK dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.

5. Mendapatkan gambaran tentang sistem jalinan kerja sama (networking) antara sekolah (SMK) dengan masyarakat (stake holder) yang telah dilakukan oleh suatu SMK dalam menunjang kegiatan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup.


(25)

6. Mendapatkan deskripsi tentang kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK Program Studi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik sebelum mereka lulus dan memasuki dunia kerja.

7. Mengetahui relevansi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada SMK yang memiliki Program Studi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik terhadap tujuan dari implementasi pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan kajian ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup ditinjau dari relevansi peranan guru, lingkungan sekolah, manajemen sekolah, dan kerjasama sekolah dengan stake holder.

b. Memberikan informasi tentang pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang meliputi orientasi model pembelajaran dan reformasi praktik pendidikan.

c. Berdasarkan orientasi pembelajaran tersebut maka sekolah dapat menentu-kan jenis atau model pembelajaran seperti apakah yang dianggap paling relevan sesuai dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang akan disampaikan dalam pembelajaran tersebut.

d. Berdasarkan reformasi praktik pendidikan maka sekolah dapat menciptakan situasi dan kondisi sekolah seperti apakah yang paling menunjang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, disamping ada faktor manajemen sekolah dan hubungan sinergi antara sekolah dengan masyarakat

(networking).

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran bagi pengelola sekolah (Kepala SMK dan jajarannya) khususnya SMK yang memiliki Program Studi Keahlian Teknik Ketenagalistrikan dengan Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik


(26)

dalam menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup.

b. Memberikan masukan kepada penentu kebijakan (para birokrat seperti Kadis Pendidikan Kab/Kota, Kadis Provinsi, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta pejabat terkait) dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya agar lulusan SMK dibekali kecakapan hidup supaya dapat hidup mandiri dan mampu menyelesaikan problematika kehidupan yang dihadapinya sehari-hari.

c. Memberikan informasi agar orang tua siswa, masyarakat, dan dunia kerja dapat berpartisipasi secara langsung dalam mendukung proses pembelajaran yang berorietasi kecakapan hidup agar lulusannya mampu bekerja dan hidup mandiri.

d. Dapat menjadi acuan bagi peneliti bidang sejenis berikutnya yang lebih mendalam untuk memperoleh perbandingan sehingga memperkaya penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa mendatang khususnya bidang pendidikan teknologi dan kejuruan.

E. Definisi Operasional

Berkaitan dengan metode penelitian di atas, maka ada beberapa variable yang dapat penulis definisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Implementasi: tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

2. Pendidikan Kecakapan Hidup: kecakapan yang dimiliki seseorang (individu) untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.


(27)

3. Reorientasi Pembelajaran: menyiasati kurikulum khususnya mengintegrasikan pendidikan berorientasi kecakapan hidup ke dalam mata pelajaran.

4. Reformasi Praktik Pendidikan: pembaharuan atau reformasi sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup meliputi iklim sekolah, manajemen sekolah, dan hubungan sinergi antara sekolah dengan masyarakat (networking).

5. SMK: sekolah menengah kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila memasuki/terjun dalam dunia kerja. Tujuan lembaga ini adalah meningkatkan kemampuan siswa agar dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi penulisan laporan hasil pelaksanaan penelitian dalam disertasi ini terdiri dari lima bab, yaitu:

1. Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi disertasi.

2. Bab II Kajian Pustaka, yaitu menjelaskan tentang kajian terhadap berbagai teori dan pustaka yang terkait dengan penelitian ini meliputi: filosofi kecakapan hidup, konsep dasar pendidikan berorientasi kecakapan hidup, pola pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup, penilaian hasil pembelajaran, menjelaskan tentang pendidikan sekolah menengah kejuruan, standar kompetensi lulusan SMK, kerangka kualifikasi nasional Indonesia, penelitian terdahulu, asumsi penelitian, dan dugaan sementara atau hipotesis penelitian yang akan harus diuji berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian ini.


(28)

3. Bab III Metode Penelitian, membahas tentang desain penelitian dan justifikasi mengenai reorientasi pembelajaran dan reformasi praktik pendidikan, partisipasi dan tempat penelitian, metode pengumpulan data penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan teknik analisis analisis data penelitian.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan, menampilkan tentang visual hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data-data atau fakta-fakta hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis sesuai dengan disain penelitian. Hasil tampilan visual tersebut kemudian dianalisis dan dibahas untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan dan sekaligus sebagai uji hipotesis yang telah disampaikan pada penelitian disertasi ini.

5. Bab V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, yaitu menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan dari penelitian. Simpulan ini harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Sedangkan implikasi dan rekomendasi disampaikan berdasarkan temuan, pembahasan, dan simpulan yang telah dideskripsikan di atas, yang ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian, dan peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian lanjutan sebagai follow up dari hasil penelitian ini.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dan dikembangkan sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Prosess penelitian kuantitatif yang dikembangkan dalam penelitian ini melalui langkah-langkah atau prosedur seperti yang dijelaskan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur proses penelitian kuantitatif

Penelitian dengan pendekatan metode kuantitatif dapat dibagi menjadi dua (Sugiyono, 2014a), yaitu metode penelitan eksperimen dan metode penelitian survei. Metode eksperimen merupakan metode penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) dalam keadaan yang terkendali misalnya penelitian yang dilakukan pada laboratorium. Menurut Creswell (2009) “experimental research


(30)

impact is assessed by providing a specific treatment to one group and with holding it from another group and then determining how both groups score on an outcome”. Sedangkan metode survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil dengan data yang dianalisis dalam penelitian merupakan sampel dari populasi tersebut. Analisis tersebut biasanya untuk menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis yang digunakan dalam penelitian. Menurut Kerlinger (1973) “Survey research studies large and small population (or universes) by selecting and studying samples chosen from the population to discover the relative incident distribution, and interrelations of socioligiccal and psychological variables”. Menurut Sugiyono (2014a) penelitian survei ini peneliti menanyakan kepada beberapa orang sebagai responden terhadap keyakinan, pendapat, karakteristik dari suatu obyek dan perilaku baik yang telah lalu maupun sekarang.

Berdasarkan gambaran di atas, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian disertasi ini adalah dengan menggunakan metode penelitian survei. Bentuk-bentuk rumusan masalah berkaitan dengan proses penelitian kuantitatif ini, Sugiyono (2014a) menjelaskan bahwa rumusan masalah penelitian kuantitatif terdiri atas empat bentuk rumusan masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, dan komparatif asosiatif. Penelitian dengan rumusan masalah deskriptif yaitu penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. Penelitian dengan rumusan masalah komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih, pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Penelitian dengan rumusan masalah asosiatif merupakan penelitian yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Peneltian dengan rumusan masalah asosiatif ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu simetris, kausal, dan reciprocal. Sedangkan penelitian dengan rumusan


(31)

masalah komparatif-asosiatif yaitu menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel atau populasi yang berbeda.

Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu ada tujuh rumusan masalah yang digunakan. Tujuh rumusan masalah tersebut dapat dijelaskan bahwa rumusan masalah pertama, dua, dan enam termasuk rumusan masalah deskriptif; rumusan masalah tiga, empat, dan lima termasuk rumusan masalah asosiatif kausal; dan rumusan masalah tujuh termasuk rumusan masalah asosiatif reciprocal (interaktif).

A. Desain Penelitian

Konsep hubungan antara variabel reorientasi pembelajaran, reformasi praktik pendidikan, dan kompetensi lulusan yang diharapkan dari alumni SMK yang memiliki Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik dapat dijelaskan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Konsep hubungan reorientasi pembelajaran, reformasi praktik pendidikan, dan kompetensi lulusan

Berdasarkan gambar 3.2 tersebut maka kecakapan hidup (life skill) yang akan dihasilkan untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan SMK yang lebih sederhana yaitu merupakan irisan dari implementasi reorientasi pembelajaran (X1) dengan reformasi praktik pendidikan (school reform) (X2).

Kompetensi lulusan SMK ini merupakan variabel prediktif (Y) yang menjadi target penelitian yang selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui tentang


(32)

tingkat pencapaian implementasi pembelajaran berorientasi kecakapan hidup pada suatu SMK yang memiliki kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan deskripsi hubungan keterkaitan antara reorientasi pembelajaran, reformasi praktik pendidikan, dan kompetensi lulusan SMK, maka paradigma hubungan antar ketiga variabel penelitian tersebut dapat dijelaskan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Paradigma keterkaitan antar variabel penelitian

Berdasarkan paradigma keterkaitan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada gambar 3.3 dapat dijelaskan bahwa hasil akhir keluaran

(output) penelitian ini adalah kompetensi lulusan SMK yang merupakan hasil impelementasi antara reorientasi pembelajaran yang didukung dengan reformasi praktik pendidikan yang ada pada SMK tersebut. Kompetensi yang dicapai oleh siswa SMK ini akan dianalisis dengan cara memetakan (mapping) terhadap indikator-indikator kecakapan hidup. Dengan adanya pemetaan dari indikator kecakapan hidup dengan kompetensi lulusan SMK, maka akan diketahui tentang capaian implementasi pelaksanaan pendidikan berorientasi kecakapan hidup dari tiap-tiap SMK.

Secara blok diagram deskripsi tentang pemetaan (mapping) keterkaitan indikator-indikator antar variabel/subvariabel yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan SMK dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar 3.4. Kompetensi lulusan ini merupakan variabel terikat (Y) yang sangat dipengaruhi


(33)

dari hasil implementasi reorientasi pembelajaran (X1) dan reformasi praktik

pendidikan (X2). Variabel reformasi praktik pendidikan (X2) ini terdiri atas tiga

subvariabel, yaitu suasana lingkungan sekolah (X21), manajemen sekolah (X22),

dan kerjasama sekolah dengan stake holder (X23).

Gambar 3.4 Pemetaan indikator-indikator variabel/subvariabel penelitian Berdasarkan gambar 3.4 dapat dijelaskan bahwa reorientasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan didukung reformasi praktik pendidikan yang dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan (SMK), maka akan menghasilkan kompetensi lulusan sesuai dengan tujuan pembelajaran dari sekolah tersebut. Kompetensi lulusan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kompetensi umum, kompetensi kejuruan, dan kompetensi lapangan kerja. Tiap-tiap kelompok kompetensi lulusan juga memiliki indikator-indikator yang harus dicapai, sehingga indikator-indikator kompetensi lulusan ini dapat dipetakan dengan indikator-indikator yang terdapat pada kecakapan hidup. Kecakapan hidup terbagi menjadi tiga kelompok kecakapan, yaitu kecakapan umum (general skill),

kecakapan akademik (academic skill), dan kecakapan kejuruan (vocational skill).


(34)

indikator-indikator kecakapan hidup ini yang akan dijadikan sebagai keluaran (output) dan proses pembelajaran yang dilakukan pada suatu sekolah (SMK).

Penjabaran indikator-indikator dari gambar 3.4 untuk tiap-tiap variabel/ subvariabel pendukung (independen) terhadap indikator-indikator kecakapan hidup melalui indikator-indikator pencapaian kompetensi lulusan SMK dapat dijelaskan pada tabel 3.1 sampai dengan tabel 3.5.

Tabel 3.1 Indikator-indikator variabel reorientasi pembelajaran (X1)

NO INDIKATOR DUKUNGAN REORIENTASI PEMBELAJARAN TERHADAP PENCAPAIAN KECAKAPAN HIDUP

1.1 Guru memahami mata pelajaran bukan sebagai tujuan tetapi dijadikan sebagai alat untuk menyiapkan kecakapan hidup bagi peserta didik dalam pembelajaran

1.2 Guru lebih mengaktifkan siswa daripada gurunya sendiri (mengubah

teaching ke learning)

1.3 Guru membuat RPP setiap materi ajar disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan dimana peserta didik akan bekerja stlh lulus

1.4 Guru menyiapkan media sesuai RPP setiap materi ajar sebelum melakukan pembelajaran

1.5 Guru memahami pembelajaran keterampilan proses berorientasi kecakapan hidup

1.6 Guru merancang setiap pembelajaran berorientasi kepada kompetensi keahlian peserta didik

1.7 Guru memahami tentang maksud pembelajaran terpadu antara teoritis dan praktis

1.8 Guru dalam melaksanakan pembelajaran selalu mengkaitkan pembelajaran kontekstual sesuai dengan kehidupan sehari-hari

1.9 Guru merancang dan menyiapkan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang diharapkan

1.10 Guru melaksanakan evaluasi pada setiap akhir dari proses pembelajaran 1.11 Guru menganalisis secara cermat pada setiap pelaksanaan evaluasi hasil

pembelajaran yang berkaitan dengan prilaku, disiplin dan kejujuran peserta didik

Tabel 3.1 di atas, menjelaskan tentang rumusan indikator-indikator dari variabel reorientasi pembejaran (X ) terhadap indikator-indikator kecakapan hidup


(35)

yang melalui pencapaian indikator-indikator kompetensi lulusan SMK. Sedangkan indikator-indikator dukungan reformasi praktik pendidikan (X2)terhadap

indikator-indikator kecakapan hidup melalui pencapaian indikator-indikator kompetensi lulusan SMK (Y), dapat dibagi menjadi tiga kelompok subvariabel yaitu suasana lingkungan sekolah (school climat), manajemen sekolah (school management), dan hubungan sekolah dengan stake holder (networking) dapat dijelaskan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Indikator-indikator subvariabel reformasi praktik pendidikan (X2)

SUBVARIABEL INDIKATOR DUKUNGAN REFORMASI PRAKTIK PENDIDIKAN TERHADAP PENCAPAIAN

KECAKAPAN HIDUP

Suasana/ Iklim Sekolah

(X21)

21.1Suasana sekolah mendukung pengembangan disiplin diri siswa

21.2Suasana sekolah mendukung terciptanya sikap tanggung jawab kepada peserta didik

21.3Sekolah menyiapkan sarana untuk meningkat kan belajar siswa

21.4Sekolah membuat program untuk memotivasi belajar kepada peserta didik

21.5Sekolah menyiapkan fasilitas untuk mengembang kan rasa kebersamaan dan toleransi kepada peserta didik 21.6Sekolah membuat suatu program/ kegiatan untuk

mendukung rasa kebersamaan sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi kepada peserta didik Manajemen

Sekolah (X22)

22.1Pimpinan sekolah berusaha menciptakan suasana kemandirian bagi institusinya

22.2Pimpinan sekolah selalu melaksanakan transparansi setiap program dan kegiatan

22.3Pimpinan sekolah berusaha menjalin kerja sama dengan berbagai institusi terkait

22.4 Pimpinan sekolah melaksanakan akuntabilitas anggaran dan keuangan

22.5Pimpinan sekolah memikirkan sustainbilitas dari setiap program dan kegiatan untuk melaksanakan pembelajaran life skill

Hubungan Sekolah dengan Stake

Holder

23.1Sekolah melibatkan orang tua peserta didik dalam menentukan rencana pengembangan sekolah


(36)

(X23 ) pelaksanaan program pengembangan sekolah

23.3Sekolah selalu melibatkan stake holder dalam merancang kurikulum dengan melibatkan dunia usaha, industri, lembaga profesi terkait

23.4Sekolah selalu melibatkan stake holder dalam membuat program implementasi kurikulum dengan melibatkan dunia usaha, industri, lembaga profesi terkait

23.5Sekolah mengikutsertakan stake holder dalam kegiatan mencari sumber dana sebagai upaya untuk membantu pembiayaan sekolah

Tabel 3.3 Indikator-indikator dukungan bersama reorientasi pembelajaran dan reformasi praktik pendidikan (X1 ∩ X2)

DUKUNGAN VARIABEL DAN

SUBVARIABEL

INDIKATOR DUKUNGAN REORIENTASI PEMBELAJARAN DAN SUB REFORMASI PRAKTIK

PENDIDIKAN TERHADAP PENCAPAIAN KECAKAPAN HIDUP

Dukungan reorientasi pembelajaran dan suasana lingkungan

sekolah (X1∩X21)

a) Timbulnya sikap disiplin diri dari peserta didik/siswa dalam mengikuti setiap pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru b) Terciptanya sikap tanggung jawab setiap peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran dan melaksanakan tugas dari guru c) Terciptanya proses pembelajaran yang optimal dalam

mentransfer iptek dari guru kepada peserta didik/siswa sesuai dengan tujuan dari pembelajaran/kurikulum

d) Timbulnya semangat dan motivasi belajar tinggi dari setiap peserta didik/siswa dalam mengikuti pembelajaran dari guru e) Terciptanya jiwa dan semangat kebersamaan yang positif dari

setiap peserta didik/siswa dalam mengerjakan setiap tugas dan kewajiban yang diberikan gurunya dalam proses pembelajaran f) Timbul dan berkembangnya sikap toleransi dari setiap peserta

didik/siswa dalam mengikuti proses pembelajaran baik di kelas, bengkel, laboratrium, workshop, dan tempat lainnya sebagai implementasi dari iptek yang telah diperolehnya dari proses pembelajaran tersebut.

Dukungan reorientasi pembelajaran dan manajemen sekolah

(X1∩X22)

1. Pimpinan sekolah berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif

2. Pimpinan sekolah selalu melaksanakan transparansi program dalam pembelajaran

3. Pimpinan sekolah berusaha menjalin kerja sama dengan institusi terkait untuk meningkatkan pembelajaran

4. Pimpinan sekolah melaksanakan akuntabilitas anggaran dan keuangan untuk pembelajaran

5. Pimpinan sekolah memikirkan sustainbilitas setiap program dan kegiatan untuk melaksanakan pembelajaran kecakapan hidup


(37)

reorientasi pembelajaran dan hubungan sekolah dengan stake holder

(X1∩X23)

tua peserta didik dalam menciptakan proses pembelajaran b. Guru harus selalu berkonsultasi dengan orang tua siswa lewat

komite setiap ada proses pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan orang tua siswa seperti LKS, dan lain-lain

c. Terjalinnya komunikasi yang baik antara guru pembimbing dengan pelaksanaan pembelajaran di dunia usaha, dunia industry, atau lembaga profesi terkait

d. Guru dan lembaga stake holder harus selalu berkomunikasi setiap ada perubahan berkaitan dengan pelaksanaan pembela-jaran baik kurikulum, materi pembelapembela-jaran, atau iptek terbaru e. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara guru, orang tua

siswa, dan lembaga profesi, dunia usaha, dan dunia industry dalam menciptakan proses pembelajaran yang baik.

Indikator-indikator dukungan bersama dari reorientasi pembelajaran dan reformasi praktik pendidikan (X1∩X2) terhadap indikator-indikator kecakapan

hidup, akan dipetakan (mapping) melalui pencapaian indikator-indikator yang terdapat pada kompetensi lulusan SMK. Indikator-indikator Kompetensi lulusan SMK ini dapat dijelaskan pada tabel 3.4 seperti berikut.

Tabel 3.4 Indikator-indikator kompetensi lulusan SMK program keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik

NO INDIKATOR-INDIKATOR KOMPETENSI LULUSAN SMK YANG DIPETAKAN TERHADAP KECAKAPAN HIDUP 1 Pemelukan agama

2 Pengembangan potensi diri

3 Sikap percaya diri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan 4 Partisipasi terhadap aturan

5 Sikap tolerasi terhadap lingkungan global 6 Peka terhadap informasi

7 Kemampuan dalam mengambil keputusan 8 Kemampuan pengembangan budaya belajar 9 Bersikap kompetitif dan sportif dalam bekerja 10 Kemampuan menganalisis masalah hidup 11 Kemampuan memanfaatkan lingkungan 12 Kemampuan ekspresi diri

13 Kemampuan mengapresiasi dan berkreasi

14 Kemampuan menjaga kesehatan dan keamanan diri 15 Kemampuan berkomunikasi


(38)

17 Kemampuan menghargai perbedaan pendapat 18 Kemampuan membaca dan menulis naskah 19 Kemampuan bahasa Indonesia dan Inggris 20 Kemampuan berwirausaha

21 Memasang instalasi penerangan dan tenaga 22 Mengoperasikan sistem control

23 Merawat dan memperbaiki alat rumah tangga listrik 24 Memelihara panel hubung bagi listrik

25 Lapangan pekerjaan Industri Vendor/ Pembuat Biro Konsultan Teknik /Biro Jasa Instalatir

26 Pekerjaan Industri Pemakai/ Industri Manufaktur

Indikator-indikator yang dicapai pada kompetensi lulusan akan dipetakan

(mapping) terhadap indikator-indikator kecakapan hidup (life skill) yang meliputi kecakapan umum (general skill), kecakapan akademik (academic skill), dan kecakapan vokasional (vocational skill). kecakapan umum ini dibagi dalam tiga bagian yaitu kecakapan kesadaran diri (self awareness skill), kecakapan berfikir

(thinking skill), dan kecakapan sosial (social skill). Adapun hubungan indikator-indikator kecakapan hidup dengan kecakapan hidup sebagai keluaran (output)

hasil penelitian dapat dijelaskan pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Indikator-indikator kecakapan hidup dan kecakapan hidup

INDIKATOR-INDIKATOR KECAKAPAN HIDUP

KECAKAPAN HIDUP

(OUTPUT)

Self Awareness Skill

1. Kesadaran sebagai Makhluk Tuhan 2. Kesadaran akan eksistensi diri 3. Kesadaran akan potensi diri

Thinking Skill

4. Kecakapan Menggali Informasi 5. Kec. Mengolah Informasi 6. Kec. Mengambil Keputusan 7. Kec. Memecahkan Masalah

Social Skill

8. Kec. Komunikasi lisan 9. Kec. Komunikasi tertulis

1. Pengetahuan meningkat 2. Sikap Positif

3. Keterampilan meningkat 4. Siap Bekerja

5. Siap Berusaha 6.Siap Mandiri 7. Siap Bermitra


(39)

10.Kec. Bekerjasama

Akademik Skill :

11. Kec. Mengidentifikasi variabel 12. Kec. Menghubungkan variabel 13. Kec. Melaksanakan penelitian

Vokational Skill :

14. Sering juga disebut sebagai kecakapan kejujuran

15.Terkait dengan pekerjaan tertentu

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan penelitian ini adalah civitas akademik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang meliputi Pimpinan Sekolah (kepala sekolah/wakil kepala sekolah yang terkait dengan bidang penelitian), guru-guru yang mengajar mata pelajaran produktif, staf/karyawan sekolah, dan siswa SMK kelas 3 (kelas XII) yang memilih program studi kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik.

Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di wilayah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang terbagai ke dalam empat zona. Adapun pembagian zona lokasi Penelitian pada Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki Program Studi Keahlian Teknik Ketenagalistrikan dengan Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dapat dijelaskan sebagai berikut (a) Zona 1 yaitu wilayah Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung Barat. (b) Zona 2 yaitu wilayah Pajajaran meliputi Kota/Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta. (c) Zona 3 yaitu wilayah Pantura meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten/Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten


(40)

Karawang, dan Kabupaten/Kota Bekasi. (d) Zona 4 yaitu wilayah Priangan Timur meliputi Kabupaten Garut, Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pengandaran.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014a) populasi merupakan wilayah generalisasi yang meliputi obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah SMK yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang memiliki program studi kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data pokok Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (http://datapokok.ditpsmk.net/) menjelaskan bahwa total SMK di Jawa Barat berjumlah 1.281 buah yang terdiri dari SMK Negeri sebanyak 167 buah dan SMK Swasta 1.114 buah. Dari 1.281 SMK tersebut yang memiliki kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik berjumlah 97 buah SMK yang terdiri dari 23 SMK Negeri dan 74 buah adalah SMK Swasta (data selengkapnya terdapat pada lampiran N).

Teknik pengambilan sampel data dilakukan sistem wilayah (zona) dengan cara cluster random sampling (Sugiyono, 2014b, hlm.122), karena pengambilan data sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dari populasi tersebut. Begitu pula anggota populasi diasumsikan homogen/relative homogen. Dengan demikian sehingga sekolah-sekolah yang dijadikan sampel penelitian sehubungan dengan pengambilan data penelitian yaitu berjumlah 5 (lima) SMK dengan perincian empat SMK Negeri sebagai perwakilan dari setiap zona dan satu SMK Swasta (dengan akreditasi A) sebagai informasi pembanding. Sampel dari zona 1 wilayah Bandung Raya yaitu SMK Negeri 4 Bandung (dengan kode SMKN D) yang beralamat di Jln Kliningan nomor 6 Buah Batu Kota Bandung 40264 telp/fax 022-7303736 http://smkn4 bdg.sch.id/; zona 2 wilayah Pajajaran yaitu SMK Negeri 1 Purwakarta (dengan kode SMKN T) yang beralamat di Jln Industri Km 4 Babakan Cikao telp/fax. 0264-200163 Kota Purwakarta 41151 http://blog-smkn1pwk. blogspot.com/; zona 3 wilayah Pantura


(41)

yaitu SMK Negeri 1 Cirebon (dengan kode SMKN E) yang beralamat di Jln Perjuangan telp 0231-480202 Kota Cirebon 45132 http://www.smkn1-cirebon.sch.id/; zona 4 wilayah Priangan Timur yaitu SMK Negeri 2 Tasikmalaya (dengan kode SMKN Z) yang beralamat di Jln Noenoeng Tisnasaputra Kahuripan-Tawang telp. 0265-331839 Kota Tasikmalaya 46112 http://smkn2 kotatasik.sch.id/; dan sampel dari SMK Swasta yaitu SMK Prakarya Internasional Bandung (dengan kode SMKS D) yang beralamat Jln Inhofftank No.146 Pelindung Hewan, Astananyar, Kota Bandung 40243 telp. 022-5208637 http://www.smk-pi.com/.

Adapun personil yang terlibat dalam sampel penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Daftar jumlah personil sampel penelitian

Nama Sekolah Pimpinan Sekolah

Guru MP Produktif

Siswa Kelas 3 (XII)

Jumlah

SMKN D (zona 1) 5 10 60 75

SMKN T (zona 2) 5 10 60 75

SMKN E (zona 3) 5 10 60 75

SMKN Z (zona 4) 5 10 60 75

SMKS D 3 8 34 45

T o t a l 23 48 274 345

Teknik sampling untuk pimpinan sekolah dan guru menggunakan pusposif sampling, sedangkan untuk siswa dilakukan dengan sistem random sampling. Sampel untuk pimpinan sekolah diambil masing-masing lima orang untuk SMKN, kecuali untuk SMKS D berjumlah tiga orang karena keterbatasan responden yang terdapat pada sekolah tersebut. Personil yang terlibat dalam penelitian ini meliputi Kepala SMK, Wakil Kepala SMK, Ketua Program Studi, dan Kepala Bengkel/Workshop, dan koordinator Laboratorium. Guru-guru yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran produktif dengan tiap-tiap SMK diambil


(42)

sebanyak sepuluh orang kecuali untuk SMKS D yaitu berjumlah 8 orang. Pertimbangan pengambilan sampel tersebut adalah berdasarkan struktur kurikulum SMK tahun 2006 untuk program studi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (kurikulum KTSP), dimana jumlah mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan yang terdapat dalam kurikulum tersebut berjumlah 13 (tigabelas) mata pelajaran, sedangkan seorang guru terkadang mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Sedangkan untuk siswa yaitu diambil siswa SMK kelas 3 (XII) yang memilih program studi kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik.

Teknik pengambilan sampel untuk siswa dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu dengan total siswa rata-rata 60 orang (dua kelas) untuk masing-masing SMKN, dan 34 orang (satu kelas) untuk SMKS karena keterbatasan jumlah siswa yang terdapat pada SMK tersebut. Sehingga total personil yang terlibat sebagai sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 345 orang dengan rincian pimpinan SMK sebanyak 23 orang, guru mata pelajaran produktif 48 orang, dan siswa kelas 3 (XII) berjumlah 274 orang.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suryabrata (2008) bahwa instrumen pengumpul data penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atribut psikologis ini secara teknis digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Perangsang atribut kognitif biasanya menggunakan pertanyaan, sedangkan untuk atribut non kognitif biasanya menggunakan perangsang pernyataan. Arikunto (2010) berpendapat bahwa instrumen pengumpul data penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti sebagai pengumpul data agar kegiatan yang dilakukan menjadi sistematis dan mudah.


(43)

Mengingat instrumen penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan kualitas dari suatu pelaksanaan penelitian, maka data yang terkumpul harus dapat mencerminkan tentang kondisi dari suatu lembaga/institusi atau sesuatu hal yang diteliti. Apabila penelitian tersebut tidak dirancang dan didesain dengan baik, maka kemungkinan data yang terkumpul tidak dapat digunakan untuk mendeskripsikan kondisi dari sesuatu hal yang diteliti sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

Namun demikian instrument penelitian juga harus dilakukan uji statistik sebelum digunakan untuk pengambilan data. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah instrumen yang akan digunakan sebagai alat ukur pengambilan data sudah layak digunakan atau belum. Prosedur uji kelayakan istrumen ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: uji validitas isi, uji validitas item/konsistensi internal atau sering juga disebut dengan istilah validitas kontruk, dan uji reliabilitas. Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar 3.5.


(44)

Gambar 3.5 Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian

Berdasarkan langkah-langkah gambar 3.5 di atas, dapat dijelaskan bahwa uji validitas isi yaitu pengujian instrumen penelitian yang disusun dengan cara membuat kisi-kisi berdasarkan variabel/subvariabel penelitian kemudian alat ukur pengambilan data diperiksa oleh tim ahli minimum tiga orang. Tim ahli tersebut adalah Prof. Dr. Janulis P Purba, M.Pd.; Prof. Dr. Sumarto, MSIE; dan Prof. Dr. Bachtiar Hasan, ST., MSIE. Aspek yang dilihat dalam uji validitas isi adalah: aspek isi/materi, format, bahasa, dan ilustrasi (jika terdapat gambar).

Selanjutnya setelah uji validitas isi dilanjutkan dengan uji validitas item/konstruk. Uji validitas item/konsistensi internal, merupakan uji ketepatan instrumen. Uji ini dilakukan untuk melihat valid atau tidaknya tiap butir instrumen yang dibuat. Cara yang dilakukan dengan melihat korelasi antara tiap butir instrumen dengan skor total. Dalam pengujian ini, jika terdapat item instrumen


(1)

Desmawati, L., Suminar, T., dan Budiartati, E. (2010). Penerapan Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada Program Pendidikan

Kesetaraan Di Kota Semarang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang. Semarang.

Fajar, A. M. (2004). Sambutan Menteri Pendidikan Nasional Pada Upacara

Peringatan Hari Pendidikan Nasional. tanggal 2 Mei 2004. Jakarta.

Fitrihana, N. (2005). Proses Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Kecakapanb

Hidup Untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan Dan Daya Saing Bangsa.

Prodi Teknik Busana FT UNY. Yogyakarta.

GeorgSpöttl (biat,University of Flensburg). (2000). Study onWork, Technology

and Trainingin the Manufacturing Sector of Malaysia’s Industry. Deutsche Gesellschaftfür Technische Zusammenarbeit (GTZ)

Gusmeirina, N. H. (2008). Implementasi Pembelajaran Akuntansi Berorientasi Life Skill Serta Kesesuaian Praktik Kerja Industri Berdasarkan Kurikulum Nasional dan Lokal Pada Pendidikan Sistem Ganda Di SMK Negeri 2

Kendiri. Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Malang.

Malang.

Handayani, S. (2009). Muatan Life Skills Dalam Pembelajaran Di Sekolah :

Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Bermutu. Konferensi

Internasional Pendidikan UPI – UPSI. Malaysia.

Hilman, A. (2011). Workshop Program Pengembangan Mutu SMK Se Jawa

Barat, (1.Globalisasi, peluang dan tantangan; 2.Strategi membangun mutu

di SMK; 3. Kesiapan SMK; 4.Revitalisasi Kompetensi Keahlian SMK; 5.Rekomendasi.)

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Gaung Persada Press. Jakarta.

Jalal, F. (2010). Peran LPTK dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di

Indonesia. Seminar Internasional APTEKINDO Temu Karya XVI

FT/FPTK/FKT se Indonesia, Denpasar.[30 April 2010]

Jalal, F. (2012). Tantangan Penyiapan SDM dalam Mendukung MP3EI. Seminar Internasional APTEKINDO Temu Karya XVII FT/FPTK/FKT se Indonesia, Makassar.[4 Mei 2012]

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Pengembangan Kurikulum 2013. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta


(2)

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 0490 Tahun 1992. Tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Kerlinger, F.N. and Lee, H.B. (1973). Foundation of behavioral research. Victoria: Thomson Learning.

Lindawati. (2013). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Dan Persepsi Siswa

tentang Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha (Survey pada Siswa

Kelas XII SMK Negeri Di Kota Bandung). Perpustakaan UPI. Bandung. Mar, V. D. (2011). Introducing Unesco’s Technical Vocational Education and

Training (TVET) Definition and Strategy. Education for All. UNESCO.

Mistral, G. (1948). Lifeskills Education & CCE (Continuous And Comprehensive Evaluation). CBSE (Central Board Of Secondary Education) Class IX & X. Know-As You Graw. Preet Vihar. India

Muir, J. (2012). Youth Rising Out of Poverty Education, Life Skills & Networks. (Life Skill Philosophy and Education Philosophy). [online] terdapat : http://friendsofcambodia.org/Philosophy-LifeSkills.htm [12-02-2015 12.34] Mustikawanto, A. (2003). Pendidikan Berorientasi Life Skill melalui Broad Band

Education. Tim BBE Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Nashokha, I. (2012). Pembelajaran Life Skill (Kecakapan Hidup) Dengan Metode

Parent’s Di MTs Negeri Malang I. Student Research Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.

Oebaidillah, S. (2014). Kemendikbud Koreksi Data BPS Soal SMK Dominasi

Pengangguran. [Online] terdapat :http://news.metrotvnews.com

/read/2014/11/07/315612/kemendikbud-koreksi-data-bps-soal-smk-dominasi-pengangguran 927 Januari 2015 pkl 11.07]

Paryono. (2014). Transferable skills in Technical and Vocational Education and

Training (TVET) in Brunei Darussalam. (SEAMEO VOCTECH) [online]

terdapat : www.tvet-online.asia

Peraturan Pemerintah Nomor 1489 Tahun 1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Jakarta. [20 Mei


(3)

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia (KKNI). Jakarta. [17 Januari 2012]

Power, C.N. (1996).Enhancing The Role Of teacher ini a changing world. Paris : UNESCO .

Rahmawati, F. (2012). Strategi Pencapaian Kualitas Pembelajaran,Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. FT–UNY.[Online]. Terdapat : http://staff. uny.ac.id/sites/default/files/Strategi%20Pencapaian%20Kualitas %20Pembelaja ran.pdf [20 Januari 2013]

Razi, F. (2004). Kontribusi Faktor-faktor Internal Terhadap Keberhasilan Belajar

Pada Mata Kuliah Materi Pendidikan Agama Islam: Studi Deskriptif

Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak, Abstrak PK.

Reksoatmodjo, T. N. (2009). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. cetakan kedua. PT Refika Aditama. Bandung.

Sagala, S. (2004). Manajemen Berbasis sekolah dan Masyarakat. Strategi Meme-nangkan Persaingan Mutu. PT Rakasta Samasta, Jakarta.

Saputra, R. B. (2013). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar melalui

Pembelajaran Biologi Berorientasi pada Life Skill. Phisic education

Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Sofyan, H. (2011). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK). UNY. [online]. Terdapat: http://1ptk.blogspot.com/2011/11/prinsip-pendidikan-vokasional-dari. html. [20 Januari 2013]

Sugiyono. (2014a). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan ke-5. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. (2014b). Metode Penelitian Pendidikan . Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cetakan ke-20. Alfabeta. Bandung.

Suhamijaya, S. (2003). Pendidikan Keterampilan Hidup (Life Skills). Direktorat Tenaga Teknis. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta. Sulistyani, N. (2012). Pendidikan Sebagai Life Skill (Sebuah Tinjauan Dari Segi

Filsafat Ilmu). Program Pascasarjana UNY. Yogyakarta.


(4)

Tim Broad Band Education. (2003). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup

(Life Skill) Melalui Pendekatan Broad Based Education (BBE). Dinas

Pendidikan Propinsi Jawa Barat

Tim BBE (2003). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Broad Based Education. Departemen Pendidikan Nasional.[online] terdapat :http://www.lifeskill.net.E-mail:info@lifeskill.net [April, 2003]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. [30 Desember 2011]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah. Jakarta. [30 Desember 2011]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Jakarta. [30 Desember 2011] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta. [30 Desember 2011]

Unesco. (1998). World Education Report : Teachers and Teaching in A Changing World. Paris.

Unevoc-Unesco. (2012). Promoting Skills for Sustainable Development. ESD (Education for Sustainable Development and TVET (Technical Vocational Education and Training). [Online] terdapat : www.unesco.org/ education [12-02-2015]

Universitas Pendidikan Indonesia (2014), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Pres. Bandung.

Vardeman, S. B. (1994). Statistics for Engineering Problem Solving. Iowa State University. IEEE Press. PWS Publishing Company. Boston.

Wadud, A. (2012). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill

Education), [Online]. Terdapat : http://aw-nashruddin.blogspot.com/2012/

01/ pendidikan-berorientasi-kecakapan- hidup.html [21 Maret 2013]

Wahyudin, H. (2010). Statistika. Diktat Kuliah Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Weisen, R.B. (1997). Life Skills Education In Schools. Programme On Mental

Health. Division Of Mental Health And Prevention Of Substance Abuse World Health Organization. Geneva.


(5)

Winarni, D.S., Bintari, S.H., dan Widyaningrum, P. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Life Skills Memanfaatkan

Bahan Baku Kedelai Lokal. Universitas Negeri Semarang. Semarang,

Winarno, A. N. (2012). Prosedur Uji Statistik dalam Penelitian. Copyright © 2012. All Rights Reserved. [online] terdapat: http://www.cahangon. net/statistik/uji-normalitas.html [5 Juli 2015]

Zarkasyi, W. (2012). Pertumbuhan Lembaga Kursus Jabar Tertinggi, Pikiran Rakyat. [17 Desember 2012]. Bandung

Zuchdi, D. (2007). Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Keterampilan

(Life Skills Development) Dalam Kurikulum Persekolahan. Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. UNY. Yogyakarta.

Zulkarnaini. (2008). Pola Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan

Hidup (Life Skill Education). [Online] terdapat: http://zulkarnainidiran.

wordpress.com/2008/11/28/pola-pelaksanaan-pendidikan-berorientasi-kecakapan-hidup-life-skill-education/ [20 Maret 2013]

Referensi Internet

http://www.akbidmandirigresik.ac.id/life-skill-education-pendidikan-berorientasi-keca kapan-hidup/. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life skill

education). [20 Maret 2013 pkl 23.20]

http://smkn4-bandung.com/ [24 Oktober 2012 pkl 15.27]

http://listriksmkn2yogya.wordpress.com/profil-jurusan/c-kurikulum/ [27-05-2014; pkl.11.09]

http://123bisnis80.wordpress.com/2010/09/02/daftar-smk-di-kota-bandung/ [31 Mei 2014 pkl 17.27]

http://blog.kartunmania.com/2014/06/daftar-alamat-dan-jurusan-smk-swasta-di-kota-bandung/#axzz3AqOMeQMj [19 Agustus 2014 pkl 20.40]

http://www.umm.ac.id/id/page/041111/1/jawa-barat.html [15-10-2014 pkl 11.17] http://datapokok.ditpsmk.net/ [15-10-2014 pkl 11.37]

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/05/152900626/BPS.Lulusan. SMK.Paling.Banyak.yang.Menganggur [27 Januari 2015 pkl 10.50]


(6)