PERANAN PENGAWAS TK/SD TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM RANGKA PERENCANAAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI KABUPATEN BANDUNG.

PERANAN PENGAWAS TK/SD

TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
DALAM RANGKA PERENCANAAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DI KABUPATEN BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

it

4fe
Oleh:

RINIWIJAYATI
Nim: 009766


PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003

DISETUJUI OLEH

SEKRETARIS PROGRAM STUDI ADMINISTRASI
PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROF. DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A.

DlSETUJUl OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I


PROF! DR. H. ISiVIAUN, M.PD
NIP.130188280

PEMBIMBING II

&
PROF. DRS. H. AAS SYAEFUDDIN, MA
NIP. 130282061

ABSTRAK

Peranan Pengawas TK/SD

Terhadap Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah

Dalam Rangka Perencanaan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
di Kabupaten Bandung

Pada era Otonomi Daerah, muncul semangat kemandirian sekolah dalam mengelola


pendidikan disertai dengan menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat. Semangat ini

tercermin dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Implementasi MBS
membutuhkan pemberdayaan terutama pemberdayaan kinerja kepala sekolah dalam

perencanaan implementasi MBS. Untuk itu diperlukan peranan pengawas, dalam hal ini
pengawas TK/SD.

Pembinaan yang dirancang oleh pengawas TK/SD terhadap kepala sekolah adalah
dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan performance atau kinerja kepala
sekolah dalam melaksanakan fimgsi/perannya agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

Dalam pembinaan tersebut muncul isu pokok yang perlu diteliti, yaitu (1) bagaimanakah
peranan pengawas TK/SD, (2) bagaimanakah kinerja kepala sekolah, (3) bagaimanakah
perencanaan mutu dalam konteks implementasi MBS dflakukan; dan (4) apakah ketiga hal
tersebut (pint 1,2, dan 3)menpunyai keterkaitan satu sama lain.

Dalam mencari bukti yang berkaitan dengan itutersebut maka dipergunakan metoda

penelitian desktiptifanalitik dengan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner. Sumber data

yang dijadikan sampel adalah kepala sekolah dan pengawas. Data yang terkumpul diolah
melalui teknik statistic inferensial dengan teknik analisis jalur dengan maksud untuk

mengetahui keterkaitan fektor sebab dan akibat dari ketiga isu tersebut dan analisis statistic
deskriptif sebagai kajian lebih lanjut atas fenomena yang dftemukan pada pengolahan
sebelumnya.

Kesimpulannya adalah kualitas ketiga variabel berada dalam kategori cukup baik
tetapi tidak ditemukan hubungan sebab akibat di antara (1) peranan pengawas TK/SD, (2)
kinerja kepala sekolah, dan (3) rencana pengembangan mutu sekolah dalam konteks MBS.
Penelahaan lebih lanjut ditemukan intensitas kinerja kepala sekolah di kota lebih bagus dari
pada di daerah pinggiran atau terpencil. Intensitas ini semakin terpencil daerah semakin
berkurang itensitas kinerja kepala sekolah. Hal yang sama terjadi pada rencana

pengembangan mutu dalam konteks implementasi MBS. Tafsiran kualitatif peneliti
menyatakan semakin intensitas kinerja kepala sekolah meningkat semakin meningkat pula
rencana pengembangan mutu.Ketakaitan antara variabel peranan pengawas, kinerja kepala
sekolah dan rencana pengembanan mutu dalam konteks implementasi MBS adalah 0,948

(sangat tinggi) dengan sirat hubungan asimetris ( sebab akibat). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa antara peranan pengawas, kinerja kepala sekolah dan rencana
pengembangan mutu dalam konteks MBS satu sama lain sahng berkaitan secara fungsonal.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka terdapat saran utama yang perlu
dilaksanakan yaitu (1) pemberdayaan pengawas dan kepala sekolah perlu diringkarkan
melalui pelatihan dan pendidikan; dan (2) implementasi MBS harus berkesinambungan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan danevaluasi.

DAFTARISI

LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
ABSTRAK

KATA PENGANTAR
DAFTARISI
DAFTARGAMBAR
DAFTAR TABEL


DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

9

C. Tujuan Penelitian



D. Manfaat Penelitian


**

E. Kerangka Pilar
F. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian

l2
22

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Ruang Lingkup Administrasi Sekolah

25
29

C. Desentralisasi Pendidikan

30


D. Manajemen Berbasis Sekolah
E. Rencana Pengembangan Mutu Sekolah Konteks MBS

37
46

F. Strategi Pembinaan Oleh Pengawas TK/SD
G. Kinerja Kepala Sekolah
H. Hasil Penelitian Yang Relevan

53
61
74

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian

'"


B. Operasionalisasi Variabel Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Pengumpulan Data

76
79
°4

1.

Teknik Pengumpulan Data

84

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data
3. Pengumpulan Data
4. UjiCobaAngket
E. Prosedur Pengolahan Data

85

96
97
98

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BABV:

A. Hasil Penelitian

107

B. Pembahasan

130

KESIMPULAN,SARANDANIMPLIKASI

A. Kesimpulan


137

B. Saran

139

C. Implikasi

140

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

l42

DAFTAR GAMBAR

No.Tabel

Judul

Hal

1.1

Kerangka Pikir Penelitian

14

1.2
2.1

Hubungan Hipotetik Antar Variabel
Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan

24
27

2.2
3.1
3.2

Kerangka Konseptual Kinerja
Struktur Hubungan antara Variabel XI, X2, dan Y
Struktur Hubungan antara Variabel XI, dan Y

68
100
101

3.3
3.4
4.1
42
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7

Struktur Hubungan antara Variabel X2, dan Y
Struktur Pengujian Hipotesis Ketiga
Kecenderungan Umum Persebaran Skor Variabel XI
Kecenderungan Umum Persebaran Skor Variabel X2
Kecenderungan Umum Persebaran Skor Variabel Y
Struktur Hubungan antara Variabel XI, dan Y
Diagram Jalur Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Pertama
Struktur Hubungan antara Variabel X2, dan Y
Diagram Jalur Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Kedua

102
104
109
110
111
112
115
115
118

4.8
4.9

Struktur Pengujian Hipotesis Ketiga
Diagram Jalur Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Ketiga

118
120

DAFTAR TABEL

No.Tabel

Judul

Hal

3.1
3.2

Jumlah Populasi Penelitian
Gambaran Jumlah Populasi dan Sampel

80
82

3.3

Kriteria Penskoran AltematifJawaban

86

3.4
3.5

Kisi-kisi Angket Pembinaan Pengawas
Kisi-kisi Angket Kinerja Kepala Sekolah

86
88

3.6
3.7

Kisi-Kisi Angket Perencanaan Implementasi MBS
Pedoman Observasi Peranan Pengawas

90
92

3.8

Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kinerja Kepala Sekolah

93

3.9

Kisi-Kisi Pedoman Studi Dokumentasi/Wawancara

96

3.10

Tabel Kontigensi Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

99

4.1

Hasil Seleksi Data

1°7

4.2

Persentase SkorRata-Rata Setiap Variabel

111

4.3

Unji Normalitas Variabel

112

4.4

Korelasi Person XI, X2 dan Y

113

4.5

Korelasi Person XI, X2, dan Y

116

4.6

Korelasi Person XI, X2, dan Y

119

4.7

Inverse of Corrrelation Matrix

119

4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13

Hasil Pengamatan Kepala Sekolah Terhadap Peranan Pengawas
Aspek-Aspek Peranan Pengawas TK/SD
Hasil Pengamatan Guru Terhadap Kinerja Kepala Sekolah
Hasil Pengamatan Guru Terhadap Kinerja Kepala Sekolah
Ketersediaan Rencana Pengembangan Mutu dalam Konteks MBS
Pemahaman Terhadap Komponen Rencana Pengembangan Mutu

125
125
126
126
128
128

4.14
4.15
4.16

Tingkat Pemahaman Terhadap Aspek-Aspek Rencana Pengembangan
Uji Keterkaitan Friedman Tes
Uji Friedman

129
129
130

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Republik Indonesia telah menaruh perhatian yang besar terhadap

penyelenggaraan pendidikan dengan merintis secara besar-besaran sekolah dasar inpres
sejak tahun 1970 pada saat dimulainya pembangunan lima tahun tahap pertama (Pelita I)
dan dibangunnya SMP-SMP negeri di setiap kecamatan pada saat menjelang akhir pelita III

yang dilanjutkan pada pelita IV. Pada era reformasi pun perhatian pemerintah tidaklah
surut dengan

digulirkannya program jaring pengaman sosial yang bertujuan untuk

membantu penyelenggaraan pendidikan dengan sasaran peserta didik yang kurang mampu
supaya tetap bisa bersekolah.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini menunjukkan bahwa pemerintah

republik Indonesia sangat peduli terhadap penyelenggaraan pendidikan, karena pemerintah
meyakini bahwa pendidikan merupakan landasan penentu keberhasilan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai penentu keberhasilan pembangunan di masa kini
dan di masa yang akan datang. Pentingnya penyelenggaraan pendidikan ini tersirat dalam
amandemen UUD 1945 pasal 31 ayat 2 yang menyebutkan bahwa "Setiap warga negara
wajibmengikuti pendidikan dasardan pemerintah wajibmembiayainya".

Sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan hasil

pendidikan yang berkualitas, maka pembangunan pendididkan dewasa ini dititik beratkan
kiprahnya untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, baik dari segi masukan, proses

maupun hasil, pendidikan yang bermutu diharapkan dapat menghasilkan sumber daya
manusia tidak hanya dari aspek akademik tetapi jugadalam hal segi seni, olah raga, disiplin
dan keterampilan untuk dapat hidup dalam masyarakat.

Dengan merujuk pada uraian diatas, pengembangan dan perbaikan pendidikan
merupakan prioritas yang perlu dilaksanakan mulai jenjang pendidikan dasar, sebagaimana
diamanatkan dalam GBHN 1999 yang menyatakan bahwa "mengupayakan perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat
Indonesia menuju terciptanya manusiaIndonesia berkualitas tinggi".

Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pada tingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu kebijakan nasional yang perlu

diperhatikan dan diupayakan oleh semua unsur yang terlibat di dalamnya. Untuk
merealisasikan tuntutan tersebut, dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Ke-dua (PJP

II), prioritas tuntutan pembangunan pendidikan nasional diarahkan kepada:

... Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan (dasar, menengah dan
tinggi), dengan memusatkan perhatian pada tiga faktor utama, yaitu : (1) mutu dan
jumlah sumber-sumber pendidikan untuk menunjang proses pendidikan dalam arti
penyediaan jumlah dan mutu guru; penyediaan buku paket.. (Depdiknas, 1996:485)
Melalui jenjang pendidikan dasar yang berkualitas bangsa Indonesia diharapkan kelak
lebih mandiri dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntuan kehidupan masyarakat
sebagaimana dinyatakan dalam visi pendidikan dasar sebagai berikut:

Penyelenggaraan Pendidikan dasar adalah dalam rangka menghasilkan lulusan yang
mempunyai dasar-dasar karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang
kuat dan memadai untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal sehingga
memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam

kehidupan yang selalu bembah sesuai dengan perkembangan jaman (Pusat
Kurikulum-Balitbang, 2001)

Namun apabila diperhatikan, ditinjau dari prestasi akademik, sebagai contoh, dalam
skala nasional hasil studi Moegiadi dan Ace Suryadi (Suyanto, 2001), Bank Dunia No.
16369-IND studi International Association for the Evaluation ofEducational Achievement
di Asia Timur dan The ThirdInternational Mathematics andScience Study (Suyanto, 2001)

mengemukakan yaitu pertama, dalam skala nasional, rata-rata nilai tes siswa SD kelas 6
untuk mata pelajaran pokok (Bahasa Indonesia, Matematika, dan EPA) tersebut adalah 35,
33, dan 37 pada tahun 1976 menjadi 27,7, 21,5 dan 24,2 pada tahun 1989 dibandingkan

dengan standar penguasaan (50%). Dalam skala intemasional, menunjukan bahwa

keterampilan membaca siswa kelas rV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor
tes membaca untuk siswa SD 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6
(Filipina), dan 51,7 (Indonesia).

Orientasi kuantitatif pembangunan pendidikan terutama Sekolah Dasar (SD), telah

menunjukkan tingkat keberhasilan. Hal tersebut tampak dari perkembangan enrollment SD
untuk usia 7-12 tahun. Jumlah siswa SD Negeri dan Swasta padatahun 1989/1990 berkisar

26.528.590, tahun 1990/1991 sekitar 26.349.096, tahun 1991/1992 sekitar 26.225.691 dan
tahun 1992/1993 sekitar 26.339.995 dengan prosentase terhadap penduduk usia 7-12

sebesar 93,89% (Depdikbud, 1994). Karena itu, masalah yang dihadapi bukan lagi masalah
pemerataan pendidikan, melainkan masalah peningkatan mutu pendidikan dasar.
Pada era reformasi, peningkatan mutu pendidikan acara terus meneras dilakukan,

diantaranya dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang telah digulirkan melalui
ketetapan MPR No. XV/MPR/1998, dan lahimya UU Nomor 25 tahun 2000 tentang

pembagian kewenangan antara pusat dan daerah membawa dampak pada pengelolaan
bidang pendidikan yang selama ini sentralistik menuju pada desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan pendidikan mengandung arti adanya pelimpahan wewenang berkaitan dengan
konsentrasi perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan diberikan pada tingkat yang
lebih bawah.

Realisasi otonomi dalam bidang pendidikan diberikan pada tingkat sekolah,

dengan anggapan bahwa sekolah sebagai lembaga tempat penyelenggaraan pendidikan yang

merupakan sebuah sistem dengan memiliki berbagai perangkat dan unsur yang sating
berkaitan satu sama lain. Secara internal sekolah memiliki perangkat gum, murid,

kurikulum, sarana dan prasarana. Sementara secara eksternal sekolah memiliki dan
berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horisontal yang sama-sama

ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian sekolah merupakan

organisasi penyelenggara pendidikan yang langsung berhubungan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder) sehingga sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang maupun ancaman yang dihadapinya. Oleh karena itu perumusan kebijakan dan

pengambilan keputusan harus melibatkan sekolah sebagai penyelenggara terdepan dalam
proses pendidikan.

Otonomi pengelolaan sekolah mengandung arti bahwa sekolah diberi keleluasaan

dalam mengelola sumber dayanya sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah, dengan

mengikutsertakan peran masyarakat untuk membantu dan mengontrol penyelenggaraan

pendidikan dalam kerangka kebijakan nasional. Djam'an Satori (BEP, 2000)
mengemukakan bahwa:

Otonomi sekolah berperan dalam menampung konsesus umum yang menyakini
bahwa sedapat mungkin keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki
akses paling baik pada informasi setempat, mereka yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan kebijakan dan mereka yang terkena akibat dari kebijakan
tersebut

Dengan demikian otonomi sekolah merupakan suatu upaya menampilkan
kemandirian sekolah melalui pemberdayaan semua potensi yang tersedia di sekolah yang

ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, di antaranya mutu pendidikan dasar
(sekolah dasar).

Model pengelolaan yang dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS adalah bentuk otonomi sekolah

yang diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar pada
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang memungkinkan dapat
melibatkan secara langsung semua warga sekolah (siswa, guru, kepala sekolah, karyawan,

orang tua siswa dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
nasional (Depdiknas, 2001).

Dengan menerapkan MBS, sekolah akan memiliki kewenangan yang lebih besar

dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya sehingga sekolah akan lebih mandiri dan
memiliki kemampuan dalam mengembangkan program-program yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Melalui penerapan MBS sekolah juga dapat
mengambil keputusan yang bersifet partisipatif sebagai pelibatan warga sekolah secara

langsung dalam pengambilan keputusan. Esensi pengambilan keputusan partisipatif dalam
MBS ini adalah menumbuhkan dan meningkatkan sikap rasa memiliki dari seluruh warga

sekolah. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggung

jawab yang pada gilirannya akan meningkatkan dedikasi yang tinggi dari warga sekolah
terhadap sekolahnya.

Implementasi MBS bertujuan peningkatan mutu pedidikan yang dapat dicapai
melalui keleluasaan dalam mengelola sumber daya, tingkat partisipasi masyarakat dan

penyederhanaan birokrasi. Karena dalam MBS peningkatan mutu dapat dicapai melalui
partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas,

peningkatan profesionalisme gum dan kepala sekolah. Dengan kata lain implementasi MBS
memiliki rujuan (1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, (2)
meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama, (3) meningkatkan tanggungjawab

sekolah kepada orang tua, dan pemerintah tentang mutu sekolah, (4) meningkatkan

kompetensi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
Dengan bertitik tolak pada tujuan di atas, MBS dipandang akan dapat menciptakan
kondisi dan keadaan sekolah mampu mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran apabila

didukung secara optimal oleh peranan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas yang

harus diembannya. Sebab kepala sekolah adalah pelaku utama dalam memainkan peranan

penting di sekolah. Kepala sekolah merupakan

"the key person" dalam mencapai

keberhasilan otonomi sekolah yang diberi tanggung jawab dalam mengelola dan

memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber dana yang tersedia lainnya yang dapat

digali dari orang tua siswa dan masyarakat untuk kepentingan dalam keberhasilan
pencapaian visi,misi dantujuan sekolah.

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah secara operasional dalam

penyelenggaraan pendidikan meliputi : (1) menyusun RAPBS, (2) memimpin dan
mengelola sekolah secara umum, (3) mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di sekolah (4) mempertanggungjawabkan segala tindakan sekolah, dan (5)
mempertanggungjawabkan segala kegiatan sekolah kepada dewan sekolah dan pemerintah.
MBS menuntut kepemimpinan kepala sekolah untuk memiliki visi, misi dan

wawasan yang luas serta kemampuan profesional yang memadai dalam perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan. Selam itu
kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama yang

harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah.
Kemampuan kepala sekolah tentunya akan turut mempengaruhi efektivitas kinerja kepala
sekolah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dijelaskan dalam rambu-rambu

penilaian kinerja kepala sekolah. Salah satu indikator kinerja kepala sekolah adalah dinilai

berdasarkan atas pelaksanaan tugas dan perannya sebagai pendidik (edukator), pengelola

(manager), pengums (administrator), pengawas (supervisor), pemimpin (leader), pembaham
(innovator) maupun sebagai pembangkit minat(motivator).

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar, peran pengawas

sangat penting. Pengawas

dalam perspekif disiplin administrasi pendidikan sebagai

supervisor yang intinya memberikan layanan professional untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan kinerja gum mapun kepala sekolah.
Berdasarkan

isu strategis

berkenaan

dengan pelaksanaan pembinaan yang

dilakukan oleh pengawas sekolah

sekarang ini masih banyak kasus, dimana pengawas

melaksanakan pembinaan

menekankan pengawasan pada segj prosedur dan

lebih

administrasi dari pada substansi kependidikan, melaksanakan pembinaan sambil lalu, tidak
direncanakan terlebih dahulu, dan tidak diikuti dengan tindak lanjut

Kondisi pelaksanaan pembinaan oleh pengawas yaitu kegiatan yang dilakukan
untuk mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah, tugas

ketertiban,

disiplin dan kebersihan

rutin

oleh gum-guru,

sekolah. Kegiatan pembinaan pengawas TK/SD

seperti di atas tentunya akan berpengaruh terhdap kinerja kepala sekolah dalam rangka
perencanaan implementasi manajemen berbasis sekolah. Keberhasilan implementasi
manajemen berbasis sekolah tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab serta peranan

pengawas TK/SD dalam melakukan pembinaan dan pengawasan di sekolah sebagaimana

yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
118/1996 yang menyatakan bahwa pengawas sekolah adalah:

Pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah
dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan
administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, dasar dan menengah.

if

Tugas, dan tanggung jawab serta peranan pengawas TK/SD telah sesutt oul^q^n^ ,
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang pengendahan manajemen
sekolah pada saat ini telah menjadi kewenangan aparat pengawasan daerah.

Dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi kepegawaian Negara Nomor 032/0/1996 dan Nomor 38/1996 tercantum

tentang pelaksanaan tugas pengawas untuk melaksanakan pembinaan di sekolah dalam

proses belajar mengajar/bimbingan siswa, juga melaksanakan pembinaan lainnya antara lain
pengelolaan sekolah. Tugas pengawas dalam membina pengelolaan sekolah berkaitan
dengan kinerja kepala sekolah diukur dan direfleksikan dalam memberdayakan sumber daya

pendidikan yang ada di lingkungan sekolah. Indikasi keberhasilan ini dapat dilihat dari
performance atau kinerja kepala sekolah dalam hal efisiensi dan efektivitas kerja,
produktivitas, tingkat pertanggungjawaban atau akuntabilitas kerja.

Dengan demikian pengawas mempunyai wewenang untuk memilih dan menentukan
metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kode etik profesinya, menetapkan tingkat kinerja gum dan tenaga
lainnya yang diawasi serta raktor-raktor yang mempengaruhinya, dan menentukan atau
mengusulkan program pembinaan sertamelakukan pembinaan.

Pembinaan yang dirancang oleh pengawas TK/SD terhadap kepala sekolah adalah

dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan performance atau kinerja kepala
sekolah dalam melaksanakan fungsi/perannya agar dapat mencapai hasil yang maksimal,

Bentuk pembinaan oleh pengawas TK/SD terhadap kepala sekolah antara lain dengan
menetapkan langkah-langkah yang strategik melalui perumusan (formulating), pelaksanaan
(implementing) dan evaluasi (evaluating) yang

memungkinkan sekolah mencapai

tujuan secara efektif dan efisien. Dengan memperhatikan unsur-unsur dasar dalam proses

penyusunan strategi yaitu analisis lingkungan internal maupun eksternal, perumusan

strategi, baik visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi pembinaan meliputi program, sumber
daya, prosedur, evaluasi dan pengendalian terhadap kinerja kepala SD.
Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk mengetahui permasalahan

seperti yang digambarkan di atas dalam rangka mencari upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Sekolah Dasar yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten
Bandung.

B. Rumusan Masalah

Manajemen berbasis sekolah sebagai langkah inovasi dalam pengelolaan sekolah,

menekankan pentingnya kinerja kepala sekolah yang efektif dalam memberdayakan dan

mengelola sumberdaya pendidikan yang ada secara mandiri dan kreatif dengan melibatkan
warga sekolah dalam mengambil keputusan yang bersifet partisipatif dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

Sementara itu pembinaan yang dilakukan pengawas TK/SD diantaranya adalah
membenahi keadaan terutama memperbaiki kelemahan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab kepala sekolah yang harus diembannya. Sedangkan strategi yang dapat
diterapkan oleh pengawas TK/SD di antaranya adalah menerapkan arah tindakan atau cara-

cara yang sifatnya mendasar dan fundamental melalui perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam membina kepala SD untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Atas dasar uraian tersebut fokus penelitian tesis ini adalah berkenaan dengan

bagaimana pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas TK/SD untuk meningkatkan
kinerja kepala sekolah dengan melihat dan menganalisis pelaksanaan tugas pokok

pengawas TK/SD dalam rangka implementasi manajemen berbasis sekolah di
Bandung.

Agar fokus masalah penelitian menjadi lebih jelas, maka dirumuskan dalam
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembinaan yang dilakukan oleh pengawas TK/SD untuk meningkatkan
kinerja kepala SD dalam rangka implementasi Manajemen Berbasis Sekolah?

2. Bagaimana gambaran umum kinerja kepala SD dalam rangka implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di lingkungan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten
Bandung?

3. Bagaimana rencana pengembangan mutu sekolah dalam konteks implementasi
ManajemenBerbasis Sekolah ?

4. Bagaimana tingkat keterhubungan pembinaan yang dilakukan pengawas TK/SD,

kinerja kepala SD dan rencana pengembangan mutu dalam konteks implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di lingkungan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten
Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penehtian ini adalah untuk mengetahui pembinaan yang

dilaksanakan oleh pengawas TK/SD terhadap peningkatan kinerja Kepala SD dalam rangka
implementasi manajemen berbasis sekolah di kabupaten Bandung.
Sementara itu tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan oleh pengawas TK/SD untuk

meningkatkan kinerja kepala SD dalam rangka implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah.

11

2. Untuk mengetahui gambaran umum tentang kinerja kepala SD dalam rangka

implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di lingkungan kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui rencana pengembangan mutu dalam konteks implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di lingkungan

Dinas Pendidikan Kabupaten

Bandung.

4. Untuk mengetahui tingkat keterhubungan antara pembinaan yang dilakukan oleh

pengawas TK/SD, kinerja kepala SD dan rencana pengembangan mutu dalam
konteks implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di lingkungan kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan tugas pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas TK/SD diharapkan

mampu memberikan konstribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu perlu adanya penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun manfaat
penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan tugas Pengawas TK/SD.

2. Memberikan informasi dalam penerapan strategi pembinaan sebagai upaya dalam

meningkatkan kualitas kepemimpinan Kepala SD dengan melihat kondisi lapangan
yang sebenarnya.

3. Memberikan manfaat dan memperkaya khasanah ilmu administrasi pendidikan
khususnya dalam pengelolaan personil pendidikan.

12

E. Kerangka Pikir

Manajemen berbasis sekolah mempakan inovasi dalam pengelolanan pendidikan di
sekolah sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Melalui penerapan MBS
sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sumber daya yang

dimilikinya sehingga sekolah akan lebih mandiri serta memiliki kemampuan dalam

mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimilikinya.

Implementasi manajemen berbasis sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas

pendidikan dapat berjalan dengan efektifapabila didukung secara optimal oleh peran kepala
sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas yang harus diembannya. Sebab tanggung jawab

utama manajemen pendidikan terletak di tangan kepala sekolah sebagai pemimpin di
sekolahnya. Kepala sekolah merupakan tenaga profesional yang memiliki kewenangan

untuk memajukan dan mengembangkan sekolah sesuai dengan tujuan yang telah drtetapkan.

Dengan demikian penerapan MBS menuntut kesiapan, kemampuan dan ketrampilan kepala
sekolah dalam menjalankan fungsi dan peranannya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

Langkah awal dalam implementasi MBS adalah perencanaan, rencana sekolah

merupakan salah satu perangkat penting dalam penerapan MBS yang dirumuskan oleh
sekolah bersama-sama dengan dewan sekolah, seiring dengan tujuan MBS penyusunan

rencana lebih diarahkan pada upaya pengembangan kualitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan sekolah.

Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan tugas Pengawas

TK/SD dalam peraturan pemerintah nomor 72/1991 dijelaskan bahwa pengawas sekolah
memiliki kewajiban untuk menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan dalam rangka

13

pembinaan, pengembangan, perlindungan, peningkatan mutu, dan pelayanan sekolah. Lebih
lanjut pelaksanaan tugas pengawas TK/SD sesuai dengan Undang-Undang No 22. tahun
1999 bahwa untuk pengendalian manajemen pendidikan di sekolah pada saat ini sudah
menjadi wewenang pengawas daerah (Depdiknas, 2001).

Pembinaan sebagai salah satu tugas pengawas merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam keseluruhan penyelenggaraan pendidikan. Pijakan yang harus dijadikan
dasar dalam melalukan pembinaan adalah perbaikan dan pengembangan serta sarana untuk

mencapai keadaan yang lebih baik. Dengan demikian sasaran dari pembinaan adalah
menyangkut kegiatan profesionl yang diselenggarakannya sebagai beban kerja dari setiap
personil sekolah.

Pembinaan yang dilakukan oleh pengawas TK/SD terhadap kepala sekolah

diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagj keberhasilan pelaksanaan

kegiatan pendidikan di sekolah. Selain itu pembinaan mempakan wahana untuk
mewujudkan tanggung jawab dan jaminan mutu keberhasilan sekolah kepada masyarakat,
sementara hasil dari pembinaan ini akan ditampilkan melalui kinerja kepala sekolah dalam
membangun sekolahnya.

Dari uraian diatas, maka kerangka pikir difokuskan pada tiga variabel, yaitu peran

pengawas, kinerja kepala sekolah dan rencana pengembangan mutu sekolah dalam konteks
MBS. Kerangka pikir di atasdigambarkan, sebagai berikut:

14

Peran Pengawas
TK/SD

Perencanaan

Pelaksanaan

Pembinaan

Pembinaan

Evaluasi
Pembinaan

Kinerja Kepala
sekolah

1
Administrator

Pemimpin

Supervisor

Rencana Pengembangan MutuSD
Dalam Konteks MBS

Visi dan Misi

Tujuan Pengembangan
-•

Analisis Tantangan

Program Pengembangan
Program Tahunan
Anggaran

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

15

Indikator variabel (1) peran pengawas, (2) kinerja kepala sekolah, dan (3) rencana

pengembangan mutu sekolah dalam konteks MBS dikemukakan, sebagai berikut:
1. Indikator peranan pengawas

Indikator peranan pengawas meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dalam

membina kepala sekolah. Fungsi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian tersebut telah
tersirat dalam wewenang pengawas sekolah berdasarkan atas pasal 4 Keputusan Menpan
No. 118/1996 mencakup:

a. memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi,

b. menetapkan tingkat kinerja gum dan tenaga lainnya yang diawasi serta factorfaktor yang mempengamhi,

c. menentukan dan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan
pembinaan.

Sementara bidang kegiatan tugas pengawas sekolah berdasarkan atas Keputusan
Menpan No. 118/1996 adalah:

a. Menyusun program pengawasan sekolah,
b. Menilai hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru,

c. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses belajar

mengajar/bimbingan, dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
perkembangan dan hasil belajar/bimbingan siswa,

& Menganalisis hasil belajar/bimbingan siswa, gum dan sumber daya pendidikan

yang berpengaruh hasil

belajar/bimbingan siswa untuk menentukan jenis

pembinaan,

e. Melaksanakan pembinaan kepada gum dan tenaga lainnya di sekolah,
f. Menyusun laporan dan evaluasi hasil pengawasan.

16

g. Melaksanakan pembinaan lainnya di sekolah selain proses belajar
mengajar/bimbingan siswa

Berdasarkan uraian di atas, Berdasarkan uraian di atas maka definisi operasional

peranan pengawas TK/SD dalam implementasi MBS adalah perencanaan yaitu (1)
menyusun program pengawasan sekolah dalam rangka implementasi MBS; dan (2)
Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses belajar

mengajar/bimbingan, dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap implementasi
MBS ; pelaksanan pembinaan yang meliputi (1) Melaksanakan pembinaan kepada
kepala sekolah dalam rangka implementasi MBS, (2) Melaksanakan pembinaan kepada

guru dalam rangka implementasi MBS. Sedangkan penilaian pembinaan yang meliputi
(1) Menilai hasil implementasi MBS, dan (2) Menyusun laporan dan evaluasi hasil
pengawasan implementasi MBS

2. Indikator kinerja kepala sekolah

a. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator

Sebagai atlministrator, kepala sekolah bertanggung jawab tentang kelancaran

segala pekerjaan dan kegiatan di sekolahnya dan harus dapat melaksanakan semua petunjuk
dan instruksi dengan penuh kebijaksanaan. Peranannya sebagai administrator,dikaitkan

dengan fungsinya dalam mengatur administrasi sekolah, seperti administrasi murid,

personil, keuangan, sarana, prasarana dan ketatausahaan. Sebagai pemimpin pendidikan di
sekolah, ia harus dapat meningkatkan kelancaran proses pendidikan dan mutu pendidikan

sehingga terwujud efektivitas proses pendidikan di sekolahnya Sebagai orang yang

bertanggung jawab terhadap kegiatan sekolah, maka peranan kepala sekolah dalam
menata administrasi sekolah dan menggerakkan bawahamiya mempakan dua kegiatan

yang haras dilaksanakan secara sistematis, kontinu dan terkoordinir, sehingga tujuan

17

pendidikan, masyarakat dan individu anggota sekolah dapat dipadukan Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Azis Wahab (1996:36) bahwa:
Perubahan dalam

pengelolaan

sekolah harus dapat menghasilkan sekolah

yang efektif dalam hal itu hanya mungkin dicapai jika kepala sekolah memiliki
pemahaman dan mampu menerapkan prinsip-prinsip TQM. TQM yang
dimaksud adalah

suatu

keterpaduan,

sistem

strategi untuk memenuhi

kepuasan pelanggan yang melibatkan para administrator,guru dan anggota staf
lainnya berapa pelayanan danhasil secara terns meneras.

Sebagai administrator, kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menjalankan roda organisasi sekolah untuk mengembangkan mutu pendidikan. la

haras berasaha agar setiap kegiatan berjalan lancar sehingga terwujud efektivitas

pengelolaan pendidikan di sekolahnya Keberhasilan pendidikan di sekolah dipengaruhi
oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan peranannya mengelola sekolah. la
harus mampu membina dan menciptakan hubungan kerja sama, baik dengan anggota

sekolah maupun pihak lain di luar sekolah. la juga harus mampu mengembangkan staf
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat.
Adapun rincian tugas kepala sekolah selaku achninistrator antara Iain:

1) Melaksanakan semua petunjuk/instraksi dari atas dengan penuh
kebijaksanaan,

2) Membuat kebijakan dan

menetapkan

tujuan serta arah sesuai

tujuan kelembagaan,

3) Menyusun rencana dasar (policy planing), rencana tahapan

(program

planing), dan rencana pelaksanaan (operational planing) untuk semua
kegiatan sekolah.

4) Melaksanakan

kegiatan pengorganisasian

dan

pengkoordinasian

dengan menetapkan sistem komunikasi linier dan sirkulier baik
secara vertikal, horizontalmaupun diagonal

18

5) Mendayagunakan segala potensi yang ada dan yang mungkin dapat
diadakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan,

6) Bekerjasama dengan tokoh masyarakat

sekitar

sekolah

untuk

meningkatkan perbaikan pendidikan,

7) Mengatur

pelaksanaan

tugas-tugas

administrasi

sekolah yang

mencakup

8) bidang, bidang kurikulurn/program pengajaran, kesiswaan, ketenagaan,

sarana/prasarana,

ketatausahaan,

pernbiayaan,

hubungan

sekolah

masyarakat danprogram layanan bantu.

Berdasarkan uraian diatas maka definisi operasional kinerja kepala sekolah sebagai
administrator, sebagai berikut:

1) Melaksanakan semua petunjuk/insrruksi dari atas dengan penuh
kebijaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi MBS

2) Membuat kebijakan dan

menetapkan

tujuan serta arah sesuai

tujuan kelembagaan dalam rangka implementasi MBS

3) Menyusun rencana dasar (policy planing), rencana tahapan

(program

planing), dan rencana pelaksanaan (operational planing) untuk semua
kegiatan sekolah untuk melaksanakan MBS

4) Melaksanakan

kegiatan pengorganisasian

dan

pengkoordinasian

dengan menetapkan sistem komunikasi linier dan sirkulier baik
secara vertikal, horizontal maupun diagonal dalam implementasi MBS

5) Mendayagunakan segala potensi yang ada dan yang mungkin dapat
diadakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam rangka implementasi MBS

19

6) Bekerjasama dengan tokoh masyarakat

sekitar

sekolah

untuk

meningkatkan perbaikan pendidikan dalam rangka implementasi MBS

7) Mengatur pelaksanaan tugas-tugas administrasi sekolah yang berkaitan
dengan implementasi MBS

b. Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Salah satu tanggung jawab kepala sekolah adalah membina staf sekolah

sehingga mampu mengatasi permasalahan dan mampu menyesuaikan diri dengan

perkembangan yang terjadi, sebagaimana dikemukakan oleh Azis Wahab (1996:35) bahwa
: "dalam perannya sebagai supervisor kepala sekolah diharapkan dapat membantu rekanrekan gura secara profesional untuk mengatasi berbagai

persoalan proses belajar

mengajar". Kedudukan sebagai supervisor menempatkan kepala sekolah pada posisi
penting dalam proses belajar mengajar. la adalah pengerobang dan sekaligus sebagai
pemelihara nilai nilai budaya sekolah sebagai suatu masyarakat yang memiliki suatu
keunikan.

Tugas-tugas Kepala Sekolah selaku supervisor berhubungan langsung dengan

proses belajar mengajar. Kepala Sekolah selaku supervisor memberikan pelayanan,
bimbingan dan bantuan profesional kepada

guru-guru agar dapat meningkatkan

proses belajar mengajar sehingga mum hasil belajar dapat ditingkatkan. Dalam
kaitannya dengan implementasi MBS, kepala sekolah membina guru agar lebih baik dalam

memberikan layanan pembelajaran. Untuk melaksanakan tugas-tugas itu. Kepala Sekolah
melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :

1) Menyusun

rencana

kegiatan supervisi yang dilakukan sendiri atau

bersama sama guru,

2) Menyediakan alat-alat/instrumen yang
supervisi,

diperlukan

untuk pelaksanaan

20

3) Melaksanakan

pengontrolan,

pengawasan, inspeksi dan penilaian

terhadap hasil pendidikan berdasar pada

tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan untuk menetapkan kekuatan dan kelemahan dari hasil pendidikan
4) Mempelajari situasi belajar mengajar untuk menetapkan

faktor-faktor

yang mempengaruhi kekuatan dan kelemahan pada hasil pendidikan
melalui kajian terhadap program pengajaran, alat/perlengkapan dan

lingkungan sosial fisik belajar, kepribadian guru dan keberadaan murid,

5) Melakukan usaha-usaha perbaikan situasi belajar

mengajar,

baik

langsung maupun tidak langsung,

6) Menerapkan teknik-teknik dalam

melaksanakan kegiatan supervisi

yang disesuaikan dengan ketepatan penyelesaian masalah yang mencakup
teknik- teknik antara

individual,

buletin

lain:

kunjungan

kelas,

pembicaraan

supervisi, perpustakaan, praservis dan

inservis

training, lokakarya, survey sekolah masyarakat dsb.

c. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan

Sekolah sebagai organisasi lembaga pendidikan, oleh karena itu kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan harus mampu mewujudkan fungsi- fungsi kepemimpinan
dalam keseluruhan pelaksanaan di sekolah.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan, artinya kepala sekolah bertanggung

jawab sepenuhnya terhadap semua kegiatan di sekolah yang dipimpinnya Sebagai
pemimpin kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusifbagi tercapainya
tujuan sekolah. Oteng Sutisna (1987:20) mengatakan:

Tugas utama kepala sekolah selaku pemimpin pendidiksan ialah untuk
membantu gura mengembangkan daya kesanggupannya, untuk menciptakan iklim
sekolah yang menyenangkan, dan untuk mendorong guru, murid dan orang tua
murid supaya mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan dalam kegiatankegiatan bersama secara efektif bagi tercapainya maksud maksud sekolah.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah san^

kepada kemampuan kepala sekolah mempengaruhi dan mengarahkan bawahs

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, untuk itu kepala sekolah harus mempunyai visi
atau mempunyai daya pandang yang jauh, mendalam dan luas yang

merupakan daya

pikir abstrak dan memiliki daya kekuatan serta mampu menerobos segala batas baik fisik,
wakrudan tempat

Sesuai dengan pendapat di atas maka kinerja kepala sekolah sebagai pemimpin

dalam mengimplementasikan MBS adalah (1) membanto gura mengembangkan daya

kesanggupannya, (2) menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan, dan (3)
mendorong guru, murid dan orang tua murid supaya mempersatukan kehendak, pikiran
dan tindakan dalam kegiatan-kegiatan bersama secara efektif bagi tercapainya maksud
maksud sekolah.

3. Indikator rencana pengembangan mutu sekolah dalam konteks MBS

Rencana pengembangan mutu sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk

inengoptimalkan segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai
tujuan yang diinginkan di masa datang. Rencana pengembangan berorientasi ke depan dan
secara jelas menggambarkan bagaimana antara kondisi saat ini dan harapan yang ingin di
capai.

Rencana pengembangan mutu sekolah merupakan rencana yang komprehensifyang

memperharikan kekuatan, kelemahan lingkungan internal dan peluang serta ancaman dari

lingkungan eksternal dan menentukan startegi dan program pilihan untuk mengatasi
tantangan dan kelemahan, memanfaatkan peluang dan kekuatan, guna mencapai visi yang
diinginkan.

Substansi yang digambarkan dalam rencana induk pengembangan, meliputi:
a Visi sekolah yang menunjukkan gambaran sekolah yang diinginkan di masa
datang

22

b. Misi sekolah yang mempakan tindakan/upaya untuk menwujudkan visi sekolah

c. Tujuan pengembangan mutu sekolah yang merupakan apa yang ingin dicapai
dalam upaya pengembangan sekolah pada kurun waktu menengah

d. Tantangan nyata, yaitu kesenjangan antara tujuan yang diinginkan dengan
kondisi sekolah saat ini.

e. Sasaran pengembangan sekolah yaitu ramusan yang diinginkan sekolah dalam
jangka pendek

I Rencana dan program sekolah yang dikembangkan dari altemauf terpihh, guna
mencapai sasaran yang ditetapkan pimpinan instansi terkait
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan rencana pengembangan mutu

sekolah dalam konteks implementasi MBS adalah (1) menetapkan visi pengembangan

mutu; (2) menetapkan misi pengembangan mutu; (3) menetapkan tujuan pengembangan
mutu; (4) menganalisis tantangan nyata dalam pengembangan mutu; (5) Menetapkan
alternative (program) pengembangan mutu sekolah.

F. AnggapanDasar dan Hipotesis Penelitian
1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan trtik tolak pemikiran peneliti yang dirumuskan secara

jelas dan kebenarannya tidak diragukan lagi. Suharsimi Arikunto (19%: 59) mengemukakan
bahwa:

Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang
harus dirumuskan secara jelas. Faedah : 1. Untuk memperkuat permasalahan, 2.

Membanto peneliti dalam memperjelas penetapan obyek penelitian, wilayah
pengambilan data dan instrumen pengumpulan data

Sejalan dengan pemyataan di atas, maka anggapan dasar yang dipergunakan dalam
penelitianini adalah:

23

a Secara

fungsional

pengawas

mempakan

pembina

sekolah

dalam

mengembangkan inovasi-inovasi dalam pendidikan, termasuk MBS.

b. Manajemen Berbasis Sekolah mempakan model pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepada sekolah dalam mendorong pengambilan

keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung seluruh warga sekolah
sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,

Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Tim Pokja School Based
Management Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat 2000).

c. Sebagai suatu inovasi, MBS membutuhkan kepemimpinan yang kuat dari kepala
sekolah yang diwujudkan dalam kinerjanya (Udin Sand, 2002)

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian pada umumnya muncul sebagai hasil dari landasan atau

pedoman berpikir dalam menganalisis masalah penelitian. Hipotesis peneitian ini adalah:
a Terdapat pengaruh yang signifikan dari pembinaan yang dilakukan pengawas
TK/SD terhadap kinerja kepala sekolah

b. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kinerja kepala sekolah terhadap rencana
pengembangan muto dalam konteks implementasi MBS

c. Baik pembinaan yang dilakukan pengawas TK/SD maupun kinerja kepala
sekolah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap rencana

pengembangan muto dalam konteks implementasi MBS

Hubungan antar varabel tersebut di atas dapat digambarkan, sebagai berikut:

24

Gambar 1.2

Hubungan Hipotetik Antar Variabel
Keterangan:

Y = Rencanapengembanganmuto dalam
konteks Implementasi MBS
XI = Peranan Pengawas TK/SD
X2= Kinerja Kepala Sekolah

BAB in

METODOLOGI PENELITIAN
A.

Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan pada bab sebelumnya,

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kuantitatif.
Penggunaan metode deskriptifdalam penelitian ini karena masalah atau kejadian yang akan
diteliti mempakan peristiwa yang sedang beriangsung. Metode deskriptif, menumt Nana
Sudjana (1989: 64), adalah:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bemsaha mendeskriptifkan suatu gejala,

peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Dengan kata lain, penelitian
deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
actual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Ciri utama dari metode deskriptif adalah memberikan gambaran dan tafsiran

terhadap gejala-gejala yang terjadi saat ini. Sedangkan objek dari metode ini dapat bempa
kondisi atau gejala, hubungan antara veriabel nyata yang dapat diuji maupun perbandingan
antara dua gejalayang sedang beriangsung.

B. Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang secara operasional perlu ditelusuri memjuk pada

pola hubungan variabel antara peranan pengawas TK/SD (xl), kinerja kepala sekolah (x2)
dan rencana pengembangan mutu sekolah dalam konteks implementasi MBS (y). Pertama,

peranan pengawas Dalam penelitian ini mempakan variabel bebas (independent variable),
sangat berhubungan dengan aspek pembinaan oleh pengawas TK/SD. Variabel ini diukur
melalui dua sub variabel yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembinaan dengan

dimensi, aspek, indikator, sebagai berikut: (1) Identifikasi hasil pembinaan sebelumnya dan
kebijakan di bidang pendidikan; (2) Pengolahan dan analisis hasil pembinaan sebelumnya;
(3) Perumusan rancangan program pembinaan; (4) Pemantapan dan penyempurnaan

77

rancangan program; dan (5) Menyusun program semester pembinaan sekolah yang menjadi
tanggungjawabnya Indikator tersebut diungkapkan melalui kuesioner.
Alat lain yang digunakan adalah observasi melaui kepala sekolah terhadap peranan

pengawas

dalam konteks MBS adalah perencanaan yaitu (1) menyusun program

pengawasan sekolah dalam rangka implementasi MBS; dan (2) Mengumpulkan dan
mengolah data sumber daya pendidikan, proses belajar mengajar/bimbingan, dan
lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap implementasi MBS ;pelaksanan pembinaan

yang meliputi (1) Melaksanakan pembinaan kepada kepala sekolah dalam rangka

implementasi MBS, (2) Melaksanakan pembinaan kepada gura dalam rangka implementasi
MBS, dan (3) Melaksanakan pembinaan kepada kepala sekolahdalam rangka irnplementasi
MB. Penilaian pembinaan yang meliputi (1) Menilai hasil implementasi MBS, dan (2)
Menyusun laporan dan evaluasi hasil pengawasan implementasi MBS
Kedua, variabel kinerja kepala SD berkenaan dengan gambaran empirik mengenai

aspek-aspek (1) Efektivitas proses pembelajaran ;(2) Kepenumpinan kepala sekolah yang
kuat; (3) Team work yang kompak, cerdas, dan dinamis; (4) Budaya muto; (5) kemandirian
sekolah; (6) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat; (7)transparansi; (8) Kemauan untuk
berubah; (9) Evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan; (10) Responsifterhadap kebutuhan
Akuntabilitas; (11) Suntainabilitas; (12) Output sekolah ; (13) Penekanan angka drop out;

dan (14) Kepuasan staf. Aspek-aspek tersebut diungkap dengan kuesioner.

Untuk melengkapi pengkajian kinerja kepala sekolah dalam implementasi MBS

diungkap pula melalui observasi gura. kinerja kepala sekolah sebagai administrator, sebagai
berikut: (I) Melaksanakan semua petunjuk/mstraksi dari atas dengan penuh kebijaksanaan

hal-hal yang berkaitan dengan implementasi MBS, (2) Membuat

kebijakan

dan

menetapkan tujuan serta arah sesuai tujuan kelembagaan dalam rangka implementasi

MBS, (3) Menyusun rencana dasar (policy planing), rencana tahapan (program planing),
dan rencana pelaksanaan (operational planing) untuk semua kegiatan sekolah untuk

melaksanakan MBS, (4) Melaksanakan

kegiatan

pengorganisasiab \ ^ ^ f£ ,

pengkoordinasian dengan menetapkan sistem komunikasi lmier dan sirk^'^u^^
secara

vertikal, horizontal maupun diagonal dalam implementasi MBS, (5)

Mendayagunakan segala potensi yang ada dan yang mungkin dapat diadakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka implementasi

MBS, (6) Bekerjasama dengan tokoh masyarakat sekitar sekolah untok meningkatkan

perbaikan pendidikan dalam rangka implementasi MBS, dan (7) Mengatur pelaksanaan
tugas-tugas administrasi sekolah yang berkaitan dengan implementasi MBS

Kinerja kepala sekolah sebagai supervisor melakukan kegiatan-kegiatan antara lain
(1) Menyusun rencana kegiatan supervisi yang dilakukan sendiri atau bersama sama

guru, (2) Menyediakan alat-alat/instrumen yang diperiukan untuk pelaksanaan
supervisi, (3) Melaksanakan pengontrolan, pengawasan, inspeksi dan penilaian
terhadap hasil pendidikan berdasar pada tojuan-tojuan yang telah ditetapkan untuk
menetapkan kekuatan dan kelemahan dari hasil pendidikan, (4) Mempelajari situasi belajar

mengajar untuk menetapkan faktor-faktor yang mempengarahi kekuatan dan
kelemahan pada hasil pendidikan melalui kajian terhadap program pengajaran,

alat/perlengkapan dan lingkungan sosial fisik belajar, kepribadian gum dan keberadaan
murid, (5) Melakukan usaha-usaha perbai