PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 GISTING KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRACT

ROLES OF PRINCIPALS IN IMPLEMENTATION OF CURRICULUM 2013 N STATE JUNIOR HIGH SCHOOL

1 GISTING OF TANGGAMUS DISTRICT FOR THE 2014-2015 SCHOOL YEAR

By

HADI KUNCORO

(e-mail: hadikuncoro.atk@gmail.com)

This study was focused on describing the principal roles in implementation of Curriculum 2013. The study was conducted in State Junior High School (SMPN) 1 Gisting of Tanggamus District, Lampung Province using descriptive qualitative approach with phenomenological method. Data source was decided using purposive technique, was taken using technique of question, observation and documentation, and was analyzed using Miles dan Huberman models. Triangulation technique was used in checking valid data. The results of this study are: (1) the role of the principal as an educator in implementation of Curriculum 2013 included giving guidance to teachers esepecially to prepare lesson including afective, cognitive , and psychomotor domain that would be apllied using scientific learning and authentic assessment approach. (2) the role of the principal as a supervisor in implementation of Curriculum 2013 included monitoring, assessment, and coaching through activities of planning supervision to convince that the teachers planned to develop afective, cognitive , and psychomotor domain and teachers conducted learning process using scientific learning and authentic assessment approach.(3) the role of the principal as a manager in implementation of Curriculum 2013 included preparing School Work Plan (RKS) that was related to Curriculum 2013. The school curriculum documents covered content and structure of curriculum 2013, assigning what tasks to be done by teachers and educational staffs, directing and controlling the implementation of learning, and monitoring implementation of the programs as planned, (4) the role of the principal as a facilitator in implementation of Curriculum 2013 provided opportunity of teachers to follow Curriculum 2013 training, joining in teachers subject organisation (MGMP), and guidance of the teachers in apllying Curriculum 2013. The principal also provided physical facilities especially for learning process of Curiculum 2013, (5) problem in implementation of Curriculum 2013 comprised two factors: teachers’ competency and availability of supporting materials such as books for students and teachers.


(2)

ABSTRAK

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 1 GISTING KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh HADI KUNCORO

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran Kepala Sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gisting Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptip dengan metode fenomenologi, sumber data ditetapkan dengan teknik purposive, dan diambil dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, data yang diperoleh dianalisis dengan model Miles & Huberman, pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.

Hasil penelitian (1) peran kepala sekolah sebagai pendidik dilakukan dengan memberi pengarahan kepada guru yang difokuskan pada penyusunan perencanan pembelajaran agar memuat rencana pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan, pada pelaksanaan pembelajaran agar dilakukan dengan pendekatan saintifik, pada penilaian agar dilakukan autentik. (2) peran kepala sekolah sebagai penyelia (supervisor) dilakukan pemantauan, penilaian dan pembimbingan melalui kegiatan supervisi perencanaan guna memastikan guru telah merancanakan pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan, supervisi pelaksanaan guna memastikan proses pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan saintifik dan supervisi penilaian guna memastikan penilaian dilakukan autentik oleh guru. (3) peran kepala sekolah sebagai manajer dalam implementasi kurikulum 2013 dengan menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang memuat rencana kegiatan yang berhubungan dengan kurikulum 2013 dan dokumen kurikulum sekolah yang terdapat muatan dan truktur kurikulum 2013, membagi tugas guru dan pegawai, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pembelajaran, memantau keterlaksanaan program-program yang telah dibuat. (4) peran kepala sekolah sebagai fasilitator melalui fasilitasi kesempatan untuk mengikuti pelatihan kurikulum, MGMP dan Pendampingan kurikulum 2013 dan fasilitas fisik berupa pengadaan sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran kurikulum 2013. (5) kendala pelaksanaan kurikulum 2013 terdiri dari dua faktor, yaitu faktor kompetensi guru yang belum semua memenuhi dan ketersediaan material pendukung seperti buku siswa dan buku guru.


(3)

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 1GISTING KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:

HADI KUNCORO

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 1 GISTING KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

( Tesis )

Oleh:

HADI KUNCORO

PROGRAM STUDI PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

(8)

xvi MOTTO


(9)

xvii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang memberikan semua hidupnya untukku. 2. Semua guru-guruku yang telah menempa dan membentuk kepribadianku. 3. Istriku tercinta yang bersama mengisi sebagian kehidupanku, memberikan

semangat, motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Putra-putriku tersayang yang memberikan harapan dan semangat untuk tetap belajar, bekerja dan berdoa.


(10)

xv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Maret 1967 di Desa Astra Ksetra, Kecamatan Menggala , Kabupaten Lampung Utara , setelah pemekaran menjadi kabupaten Tulang Bawang., merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sastro Prayitno dan Ibu Chaetin.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Astra Ksetra, selesai pada tahun 1980, dan melanjutkan ke SMP Negeri 1 Daya Murni tamat pada tahun1983. Pada tahun 1986 penulis menamatkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri Poncowati Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan Pendidikan Strata 1 program studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi Guru Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan di SMP N 1 Sumberejo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2009 Penulis ditugasi menjadi Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus sampai dengan saat ini.


(11)

xiii

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini dengan judul ―Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2014/2015‖ adalah salah satu syarat dalam memperoleh gelar magister Manajemen Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Ir.Sugeng P. Harianto, M.S.,selaku Rektor Universitas Lampung atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Sujarwo, M.S., Selaku Derektur Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan, motivasi.

4. Ibu Dr. Riswanti Rini,MS selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan dan motivasi.

5. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung merangkap sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.


(12)

xiv

6. Bapak Dr. Supomo Kandar, M.S selaku dosen Pembimbing Kedua atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmunya selama menempuh pendidikan sehingga penulis mendapat tambahan wawasan keilmuan

8. Kepala SMP Negeri 1 Gisting, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta informasi dan masukannya dalam penulisan tesis ini.

9. Dewan guru dan staf Tata Usaha SMP Negeri 1 Gisting, Kecamatan Gisting yang telah memberikan informasi dalam penulisan tesis ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pendidikan angkatan 2013 Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan motivasi.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas saran dan masukannya.

Penulis berusaha sebaik mungkin dalam penulisan tesis ini namun demikian penulis menyadari akan segala keterbatasan yang ada menjadikan tesis ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran membangun penulis harapkan dapat menjadi pertimbangan selanjutnya untuk penyempurnaan tesis ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Amin.

Gisting, Januari 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

SANWACANA ... iv

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Kegunaan Penelitian ... 10

1.6 Definisi Istilah ... 11

II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Implementasi Kurikulum ……… 13

2.2 Kurikulum 2013 ……….. .. 19

2.2.1 Karakteristik Kurikulum 2013……… 19

2.2.2 Proses Pembelajaran ………. . 21


(14)

2.3.2 Kepala Sekolah Sebagai Manajer ………... 35

2.3.3 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ………... 43

2.3.4 Kepala Sekolah Sebagai Fasilitator ... 44

2.4 Kendala Dalam Implementasi Kurikulum ... ... 46

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ……… 48

III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian . ... 51

3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ………... 51

3.3 Kehadiran Peneliti ………. 52

3.4 Sumber Data Penelitian ……….. 55

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 56

3.6 Analisis Data ……….. 57

3.7 Pengecekan dan Keabsahan ……… 60

3.8 Tahapan Penelitian ………. 60

IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Profil SMP Negeri 1 Gisting.………... 63

4.2Paparan Data Penelitian ... 67

4.3Temuan Penelitian ... 83

4.4Pembahasan ... 89

V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Rekomendasi ... 100

DAFTAR PUSTAKA ……….101 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka pikir Penelitian ... 50

3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ... 59

4.3.1 Peran Kepala Sekolah Sebagai Pendidik ... 84

4.3.2 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 85

4.3.3 Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 86

4.3.4 Kepala Sekolah Sebagai Fasilitator ... 87


(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

2.1 Domain Instrumen ... 105

2.2 Transkip Wawancara ... 110

2.2 Transkrip Observasi ... 135

2.3 Transkrip Dokumen ... 137

2.4 Program Tahunan ... 138

2.5 Program Semester . ... 141

2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 144

2.7 Instrumen Supervisi Akademik ... 166

2.8 Dokumen Kurikulum ... 171

2.9 Surat Izin Penelitian ... 210

2.4 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 211


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Peta peran kepala sekolah dalam penerapan kurikulum 2013 ... 28

4.1 Tabel Kepala Sekolah ... 64

4.2 Distribusi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 65

4.3 Distribusi Guru Mata Pelajaran Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 65

4.4 Rombongan Belajar dan Siswa ... 66

4.5 Sarana dan prasarana pendidikan SMP N1 Gisting ... 66

4.6 Tim Pengembang Kurikulum ... 67

4.7 Kepala Sekolah Sebagai Pendidik ... 70

4.8 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 73

4.9 Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 76

4.10 Kepala Sekolah Sebagai fasilitator ... 79


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa berubah. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum.

Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan, setelah didesain harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena tidak ada manajemen perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan. Implementasi dapat dipandang sebagai rangkaian yang sangat teknis secara alami keseluruh aliran dan sangat estetis. Langkah ini melibatkan tindakan luas yang merupakan interaksi proses antara mereka yang menciptakan program dan mereka yang melaksanakan tentunya melibatkan peran guru, peran kepala sekolah, dan peran pengawas.

Dalam upaya meningkatkan hasil pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman maka kurikulum sekolah di Indonesia mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah


(19)

ditetapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, kurikulum tersebut telah ditetapkan sebagai kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum KTSP (2006). Sebenarnya kurikulum 2013 ini merupakan langkah lanjutan dari kurikulum KBK tahun 2004 dan kurikulum KTSP 2006.

Ada empat elemen yang menjadi wujud perubahan dalam kurikulum 2013 ini yang sekaligus membedakan dari kurikulum sebelumnya yaitu :

1) Perubahan Standar Kompetensi lulusan yaitu kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan, dengan kata lain Standar Kompetensi lulusan menjadi acuan bagi pengambangan kurikulum dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Perubahan pada materi pembelajaran berupa penguatan materi yang dilakukan dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat dalam materi kurikulum sebelumnya dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik dan mempertahankan materi yang masih dianggap relevan dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam level internasional. Materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan dengan mengakomodasi konten lokal, nasional dan internasional.


(20)

3) Perubahan proses pembelajaran ; Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 mencakup : pertama berorientasi pada karakteristik yang mencakup (a) sikap, (b) pengatahuan, (c) ketrampilan. Kedua menggunakan pendekatan saintifik dengan mengutamakan model Discovery Learning dan Project Based Learning. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ―ditemukan‖. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: a. berpusat pada siswa ; b. melibatkan keterampilan proses sains


(21)

dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip; c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; d. dapat mengembangkan karakter siswa.

Dalam pelaksanaannya proses pembelajaran kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra kulikuler yaitu proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum dilakukan di kelas, sekolah dan masyarakat. Pembelajaran ekstra kulikuler dirancang untuk dilakukan diluar kegiatan pembelajaran terjadwal setiap minggu.

Kegiatan pramuka merupakan kegiatan ekstra kulikuler wajib untuk semua jenjang pendidikan.

4) Perubahan pada Penilaian; Penilaian (asessmen) pada kurikulum 2013 ini dilakukan secara komprehensif untuk menilai sejak dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran, yang mencakup ranah sikap,pengetahuan, dan ketrampilan. Jadi penilaian dilakukan secara utuh sehingga menggambarkan kapasitas, gaya dan hasil belajar peserta didik dari keterpaduan antara komponen (input - proses – output) juga dampak intruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) yang selanjutnya penilaian semacam ini dikenalkan dengan istilah penilaian autentik.

Penilaian autentik dianggap memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran seperti tuntutan kurikulum 2013.


(22)

Dari ke-empat elemen perubahan diatas guru merupakan pihak yang secara langsung menjadi sasaran perubahan tersebut sebab guru sebagai pengguna langsung kurikulum (Implementator), dengan demikian harus ada perubahan pada diri guru terutama menyangkut kompetensi pedagogik dan kompentensi profesional.

Kompetensi Pedagogik,yang harus berubah berkaitan dengan elemen tiga dan ke-empat yaitu dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi ; pemahaman terhadap peserta didik, kemampuan merancang rencana pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran (sebagai keterampilan dasar mengajar),kemampuan merancang dan melaksanakan evaluasi hasil belajar, kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik, semuanya harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 2013.

Kompetensi Profesional yang harus berubah berkaitan dengan elemen pertama dan elemen ke-dua yaitu dalam penguasaan visi dan misi Pendidikan Nasional, penguasaan konsep dasar dan teori-teori materi pelajaran, menganalisis dan mengembangkan materi pembelajaran. Memilah, memilih, dan menetapkan materi yang akan diajarkan atas dasar; tingkat relevansi dengan kompetensi yang telah dirumuskan; tingkat kemenarikan bagi peserta didik, juga harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 2013.

Kepala Sekolah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab untuk mengelola perubahan ke- empat elemen tersebut di sekolah yang dipimpinnya, sebab


(23)

walaupun perubahan tersebut untuk guru, namun sesungguhnya perubahan pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan pengelolaan secara keseluruhan menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

Kepala sekolah melalui berbagai perannya dapat mengelola perubahan secara bertahap dan terencana dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode guna mendorong semua sumber daya yang ada khususnya guru disekolahnya untuk berubah dari cara kerja, membuat rencana, membagi waktu, melaksanakan recana, melakukan perbaikan , melakukan evaluasi dan lain sebagainya menuju kurikulum 2013, dengan kata lain kepala sekolah harus mendorong perubahan kompetensi guru agar dapat menerapkan kurikulum 2013 dengan baik.

Dengan perannya sebagai manajer kepala sekolah dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanakan dan kontrol terhadap implementasi kurikulum 2013 melalui tindakan-tindakan yang sebenarnya merupakan tindakan yang sudah biasa dilakukan sebagai tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah, hanya saja perlu pengelolaan perubahan di beberapa bagian guna menyesuaikan dengan perubahan yang sudah diuraikan diatas, salah satunya mengarahkan kompeteni guru pada perubahan sesuai tuntutan kurikulum 2013.

Proses pembelajaran merupakan bagian inti dari implentasi kurikulum disekolah oleh karenanya kepala sekolah harus komitmen dan fokus pada perubahan dan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah, ini tentu saja harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki oleh guru. Kepala sekolah dalam


(24)

perannya sebagai pendidik berkewajiban malakukan pendidikan terhadap gurunya guna memastikan bahwa semua guru telah kompeten dalam menjalankan tugas mendidik khususnya berkaitan dengan perubahan kurikulum.

Untuk mengetahui sejauh mana guru telah melaksanakan pembelajaran menggunakan kurikulum secara berkala Kepala sekolah dalam perannya sebagai supervisor harus melakukan pemantauan keterlaksanaan kurikulum, memberikan pembinaan kepada guru dan melakukan penilaian kepada guru guna memastikan bahwa implementasi kurikulum terselaksana sesuai dengan yang diharapkan.

Agar proses pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal, efektif dan efisien Kepala sekolah dalam perannya sebagai fasilitator harus memberikan kesempatan dalam arti waktu, materi, peluang, ruang, perhatian, dan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh guru baik yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi maupun yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran terhadap siswanya di sekolah.

Pada tahun Pelajaran 2013/2014 Pemerintah telah metetapkan beberapa sekolah di Indonesia untuk mulai mengimlementasikan kurikulum 2013 termasuk lima sekolah jenjang SMP di Kabupaten Tanggamus yang selanjutnya disebut dengan ―Sekolah Sasaran Implentasi Kurikulum 2013 Tahap Pertama‖. Lima sekolah tersebut terdiri dari SMP Negeri dan Swasta yaitu (1) SMP Negeri 1 Kelumbayan berakreditasi B dengan 12 robongan belajar yang terletak di Kecamatan Kelumbayan yang tergolong sekolah yang sulit diakses karena selain tempatnya yang diisolasi oleh gunung , laut dan sungai juga belum terjangkau signal dan kabel telefon. (2) SMP Negeri 1 Pulau


(25)

Panggung berakreditasi B yang terletak kecamatan Pulaupanggung dengan jumlah 16 rombongan belajar. (3) SMP Muhammadiyah Kota Agung berakreditasi B sekolah swasta yang terletak di tengah kota yaitu Kotaagung dengan 12 rombongan belajar. (4) SMP Muhammadiyah 3 Wonosobo sekolah swasta berakreditasi B dengan 9 rombongan belajar, terletak di tepi jalan lintas barat Sumatra. (5) SMP Negeri 1 Gisting berakreditasi A dengan 21 rombongan belajar.

Dari kelima sekolah tersebut SMP Negeri 1 Gisting merupakan satu sekolah negeri, terletak hanya seratus meter dari jalan raya Lintas Barat Sumatra di kecamatan Gisting dan memiliki kelas unggulan berbasis IT dengan jumlah guru terbanyak yang hampir seluruhnya telah bersertifikat pendidik yang oleh penulis dianggap sebagai sekolah terbaik dari kelima sekolah yang ditunjuk untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 tahap pertama.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tindakan-tindakan kepala sekolah SMP Negeri 1 Gisting melalui berbagai peran dalam usahanya mengimplementasikan kurikulum 2013 disekolah yang dipimpinnya.

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013, dengan sub fokus penelitiannya adalah :

1) Peran kepala sekolah sebagai pendidik dalam mengimplementasikan kurikulum 2013


(26)

2) Peran kepala sekolah sebagai superviser dalam mengimplementasikan kurikulum 2013

3) Peran kepala sekolah sebagai manajer dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

4) Peran kepala sekolah sebagai fasilitator dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

5) Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 selama satu tahun pelaksanaan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan fokus dan sub fokus penelitian, pertanyaan penelitian ini secara umum adalah bagaimana peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tanggamus, sedangkan secara khusus sebagai berikut :

1) Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai pendidik (edukator) dalam implementasi kurikulum 2013 disekolahnya?

2) Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai penyelia (supervisor) dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya?

3) Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai manajer dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya?

4) Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai fasilitator dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya?

5) Bagaimanakah kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 selama satu tahun pelaksanaan?


(27)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tanggamus setelah satu tahun berjalan, secara khusus untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran kepala sekolah;

1) Sebagai pendidik (edukator) dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya.

2) Sebagai penyelia (supervisor) dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya.

3) Sebagai manajer dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya. 4) Sebagai fasilitator dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya

5) Mendeskripsikan dan menganalisis kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 setelah satu tahun berjalan.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini berguna terhadap pengembangan manajemen pendidikan terutama mengenai teori-teori tentang peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum di sekolah.


(28)

1.5.2 Kegunanaan Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini berguna bagi:

1) Dinas Pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pembinaan kepala sekolah terhadap kemampuan kepala sekolah melakukan berbagai perannya dalam upaya mengimplementasikan kurikulum 2013. 2) Kepala Sekolah sebagai masukan dalam melakukan berbagai hal guna

mendukung guru dalam implementasi kurikulum 2013.

3) Guru sebagai masukan sekaligus membangkitkan kesadaran bahwa dalam melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 guru tidak bertindak sendirian tapi mendapat dukungan kepala sekolah dengan berbagai perannya. 4) Peneliti sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Pasca sarjana Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

1.6 Definisi Istilah

1) Implemantasi kurikulum 2013 adalah semua proses yang dilakukan dalam menciptakan kondisi yang diarahkan langsung pada kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan efisien dalam melaksanakan kurikulum 2013. 2) Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dicetuskan Kementerian

Pendidikan Nasional dan ditetapkan penggunaannya disekolah formal di Indonesia mulai tahun pelajaran 2013 sebagai pengganti kurikulum KTSP yang ditetapkan pada tahun 2006 lalu.


(29)

3) Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah.

4) SMP Sasaran tahun pelajaran 2013/2014 adalah Sekolah Menengah Pertama yang ditunjuk oleh kementerian Pendidikan Nasional untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 untuk kelas VII.

5) Peran Kepala Sekolah adalah bagian atau karakter yang dimainkan oleh seseorang dan pola perilaku yang terkait dengan status kepala sekolah. 6) Peran kepala sekolah sebagai pendidik (edukator) adalah bagian yang harus

dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengajak, memotivasi , mendukung, membantu, menginspirasi guru untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya.

7) Peran kepala sekolah sebagai manajer adalah bagian yang harus dilakukan sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.

8) Peran supervisor, adalah bagian yang harus dilakukan dalam upaya membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya.

9) Kendala adalah faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran; kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan.


(30)

II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

2.1Implementasi Kurikulum

Sebelum dibahas lebih jauh tentang kurikulum dibawah ini disajikan definisi kurikulum menurut beberapa ahli ;

1) Menurut Murray Print dalam Wina Sanjaya (2008;3) mengungkapkan bahwa kurikulum meliputi: (1) Planned learning experiences; (2) offered within an educational institution/program;(3) represented as ducument; and (4) included experiences resulting from implementing that document, bahwa kurikulum meliputi (1) pengalaman belajar yang direncanakan; (2) tawaran program institusi / program pendidikan; (3) direpresentasikan sebagai dukumen; dan (4) pengalaman yang dihasilkan dari pelaksanaan dokumen.

2) Menurut Saylor, Alexaner dan lewis dalam Wina Sanjaya (2008;4) manyatakan bahwa ―kurikulum sebagai mata pelajajaran dan isi pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan‖.

3) Menurut William B. Ragen dalam Nasution.S (2011; 5) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut :


(31)

The tendency in recent decades has ben to use the term in a broader sense to

refer to the whole life and program of the school . The term is used … to

include all the exprinces of children for which the school accpets responsibility . It denotes the result of efferorts on the part of the adults the community , and the nation to bring to the children the finest, most whole some infuences that exist in the culture.‖ Kecenderungan dalam beberapa dekade terakhir telah menggunakan istilah dalam arti luas untuk merujuk pada seluruh kehidupan dan program sekolah. Istilah ini digunakan ... untuk memasukkan semua pengalaman anak-anak pada sekolah yang menerima tanggung jawab. Ini merupakan bagian dari upaya orang-orang dewasa, masyarakat, dan bangsa untuk membawa anak-anak kepada beberapa pengaruh budaya terbaik yang utuh.

Ragen menggunakan kurikulum dalam arti yang luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung-jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia termasuk penjaga sekolah

4) Aciel Miel dalam Nasution.S.(2011;6) penganut pendirian yang luas mengenai kurikulum, menjelaskan bahwa definisi tentang kurikulum sangat luas yang mencakup bukan hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah, pegawai administrasi dan orang lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid.


(32)

5) Pengertian kurikulum dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari beberapa definisi diatas dapat dimengerti bahwa kurikulum merupakan seluruh program atau rencana yang dibuat untuk dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan guna memberikan pengalaman pendidikan yang potensial bagi siswa dibawah tanggung jawab sekolah dengan tujuan agar siswa terbiasa berfikir dan berbuat menurut kelompok masyarakat tempat dia hidup.

Dengan demikian bila kebiasaan kelompok masyarakat atau suatu bangsa berubah maka perubahan kurikulum menjadi suatu keharusan, dengan kata lain kurikulum dituntut untuk berkembang bersamaan perkembangan masyarakat adapun mengenai pengembangan kurikulum itu sendiri banyak pendapat dikemukakan seperti pendapat Beauchamp dalam Sukmadinata (2011:163), ada lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum yaitu :

Pertama, Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut: sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara.

Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.

Kedua,Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:(1) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar. (2) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.


(33)

(3) para profesional dalam sistem pendidikan, (4) profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.

Ketiga, Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu: (1) membentuk tim pengembang kurikulum, (2) mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan, (3) studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, (4) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, (5).penyusunan dan penulisan kurikulum baru.

Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.

Kelima, evaluasi kurikulum. Langkah ini mencakup empat hal, yaitu: (1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, (2) evaluasi desain kurikulum, (3) evaluasi hasil belajar siswa, (5) evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya.

Selanjutnya Zainal Arifin (2013;43), berpendapat :

―dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum harus menempuh tahap-tahap sebagai berikut: Tahap 1. Studi kelayakan dan Analisis kebutuhan. Tahap 2. Perencanaan Kurikulum. Tahap 3. Pengembangan rencana operesional kurikulum.Tahap 4. Pelaksanaan uji coba terbatas kurikulum dilapangan. Tahap 5. Implemetasi kurikulum. Tahap 6. Monitoring dan Evaluasi Kurikulum. Tahap 7 Perbaikan dan penyesuaian.‖

Sedangkan Zain dalam Dakir (2010;105), menjelaskan model administrative diistilahkan juga model garis staf atau top down, dari atas ke bawah. Artinya kegiatan pengembangan kurikulum di mulai dari pejabat pendidikan yang berwenang


(34)

yang membentuk panitia pengarah. Biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf pengajar inti. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang b) Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti.

c) Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis kurikulum dan staf pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.

d) Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try out

e) Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.

Dari ketiga pendapat mengenai pengembangan kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum merupakan sesuatu yang harus dilakukan sejalan dengan pengembangan kurikulum itu sendiri, karena tanpa implementasi maka pengembangan kurikulum tidak akan mencapai tujuannya sebab implementasi merupakan bagian dari pengembangan kurikulum itu sendiri.

Sedangkan pengertian implementasi kurikulum Hasan (2009:11) menyatakan implementasi kurikulum adalah usaha merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan. Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan apa yang


(35)

diungkapkan Johan P. Miler and Wayne Sailer dalam Majid (2014:6) Implementation, a major component in the curriculum process, has been neglected by curriculum theorists. In some cases; implementation has been identified with instruction,... Implementation is defined as an event. Menurut Fullan dalam Miller dalam Majid (2014:6) Implementation as a process ot putting in to practice an idea, program or set of activities new to the people attempting or expected to change. Implemantasi adalah Proses mempraktekkan/ menerapkan suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah.

Murray Print dalam Majid (2014:7), implementation is a short-term phenomenon that attempts to integrate the new curriculum into existing practice (proses penerimaan dan penggunaan hal - hal baru dalam kurikulum serta pelaksanaan dokumen kurikulum ke dalam tataran praktis).

Miller dan Seller dalam Majid (2014:7) bahwa "in some cases implementation has been identified with instruction...". Lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.

Definisi lain tentang implementasi yang berhubungan dengan kurikulum adalah seperti yang disampaikan oleh Saylor dan Alexander dalam Majid (2014) yang memandang bahwa proses belajar mengajar sebagai implementasi pada umumnya adalah implementasi secara kuriulum, pengajaran meliputi bagian mereaksi interaksi


(36)

guru-siswa dalam sekolah. Sebagai suatu bidang studi yang mandiri, implementasi kurikulum memiliki tujuan dan prosedur sendiri. Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas maka implementasi kurikulum dapat dimaknai pertama; sebagai aktualisasi rencana atau konsep kurikulum, kedua sebagai proses pembelajaran, ketiga implementasi kurikulum sebagai realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum, keempat implementasi kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta didik.

Dengan demikian dapat disimpulkan implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.

2.2 Kurikulum 2013

2.2.1 Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (2013) menjelaskan bahwa , kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:


(37)

1) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).


(38)

7) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa ada perubahan dalam format, susunan dan isi rencana pembelajaran yang meliputi program tahunan, program semester, silabus , rencana pelaksanaan pembelajaran dan materi pelajaran dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 yang harus di buat oleh guru.

2.2.2 Proses Pembelajaran

Proses Pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum oleh sebab itu pada bagian ini sebenarnya terdapat banyak perubahan yang harus dilakukan oleh guru,seperti dijelaskan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (2013) sebagai berikut, proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-intra-kurikuler.

1) Pembelajaran intra-kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:

(a) Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.


(39)

(b) Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.

(c) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

(d) Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching), ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).

(e) Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

(f) Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.


(40)

(g) Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).

(h) Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.

(i) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.

2) Pembelajaran ekstrakurikuler

Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa proses pembelajaran pada kurikulum 2013 banyak terdapat perubahan dari kurikulum sebelumnya terutama pada proses


(41)

pembelajaran intrakulikuler yang berkaitan dengan pendekatan, metode dan prinsip yang mengedepankan siswa aktif mengamati menganalis, mengkomunikasikan demikian pula dengan penilaian yang pemperhatikan semua aspek yang kemudian dikenal dengan penilai autentik.

2.2.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1) Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

2) Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.

3) Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4) Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi


(42)

Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.

8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.

9) Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

10) Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.


(43)

2.2.4 Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.


(44)

2.3 Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah untuk itu sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus mampu untuk membina, mengelola dan mengembangkan sumber daya-sumber daya yang ada di sekolah.

Kepala Sekolah mempunyai tugas pokok mengelola penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Secara lebih operasional tugas pokok kepala sekolah mencakup kegiatan menggali dan mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah secara terpadu dalam kerangka pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

Hal tersebut diperkuat oleh Permendiknas No. 13 tahun 2007 mengenai standar kepala sekolah/madrasah yang telah mencantumkan 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan juga kompetensi sosial.

Selanjutnya peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:8) peran kepala sekolah dalam implemetasi kurikulum 2013 ditunjukan pada table dibawah ini


(45)

Tabel 2.1

Peta peran kepala sekolah dalam penerapan kurikulum 2013. Standar Kompetensi Lulusan Peran Kepsek dalam Perencanaan Pembelajaran

Peran Kepsek dalam proses pembelajaran

dan penilaian

Kegiatan dan Produk Belajar Siswa

Sikap Memiliki prilaku

yang

mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya din, dan bertanggung jawab dalam berintraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulannya. Menghimpun data tentang sikap beragama dan sosial warga sekolah Menentukan sasaran pengembangan sikap Mengarahkan perumusan RPP yang mencerminkan pengembangan sikap Mengarahkan perencanaan pengukuran sikap Mengelola data perubahan sikap. Mensupervisi pelaksanaan pengembangan sikap melalui pembelajaran tematikterpadu dan penilaian Menilai perkembangan sikap berbasis data penilaian otentik Mengkomunikasi hasil pemantauan dan penilaian sikap.

Kegiatan: Menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, mengamalkan Produk belajar: bukti fisik tentang

perkembangan sikap siswa dalam spiritual, ahlak, kepribadian, tan ggung jawab, sikap benkomunikasi, kerja sama, dalam prilaku sehari-hari di sekolah. Pengetah uan Memiliki pengetahuan1 faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ipteks, budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang kasat mata Menggunakan profil pengetahuan siswa dalam perencanaan Berperan dalam guru dalam perumusan RPP tematik terpadu Meningkatkan kesiapan guru untuk mengimplemetasik an rencana Merencanakan pengendalian dan penilaian hasil belajar. Mengelola data perkembangan pengetahuan siswa. Mensupervisi pembelajaran tematikterpadu dalam ranah pengetahuan. Menganalisis hasil penilaian keteranpilan Melakukan pendampingan pengembangan pengetahuan berbasis data Kegiatan: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis mengavaluasi, dan mencipta

Hasil belajar; Nilai kogiriitif yang diperoleh dari penilaian otentik dan tes.


(46)

Lanjutan Peta peran kepala sekolah dalam penerapan kurikulum 2013. Standar Kompetensi Lulusan Peran Kepsek dalam Perencanaan Pembelajaran

Peran Kepsek dalam proses pembelajaran dan penilaian Kegiatan dan Produk Belajar Siswa Ketrampil an Terampil berpikir, bertindak produktif, dan kreatif dalam bentuk soft skill dan hard skill sesuai dengan yang ditugaskan. Mengarahkan guru menyusun RPP tematik terpadu untuk memenuhi SKL. ranah keterampilan Mengarahksnguru dalam menilaiperkemban aan keterampilan Merumuskan rencana pengendalian dan penilaian haiil belajar. Mengelola data perkembangan pengetahuan siswa. Mensupervisi pelaksanaan pembelajaran Tematik terpadu Menganalisis perkembangan hasilpenilaian Melaksanakan pendampingan guru dalam pembelajaran tematik-terpadu Kegiatan: Mengamati, menanya, mencoba, mengolah,menyaji, menalar, mencipta Produk belajar: Hasil karya siswa dalam bidang ipteks, misalnya, teks, gambar, grafik, aplikasi TIK, seni, lomba-lomba, pameran, festival, peneltian sederhanaj presentasi, pidato, mengarang, dll. Tindakan manajeme n kepala sekolah Analisis konteks (lingkungan) untuk menentukan kebutuhan kompetensi siswa. Menetapkan SKL tingkat satuan pendidikan Menentukan indikator pencapaian Membangun harapan sekolah yang tinggi Memberikan penghargaan mutu Workshop/IHT Reviu visi-rnisi sekolah Pengelolaan data profil sekolah Rencana Kerja Perubahan Sekolah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 Kalender akademik sekolah Pengembangan kurikulum

Rencana tugas dan pekerjaan rumah siswa Program pengembangan kompetensi pendidik Perencanaan supervisi Perencanaan evaluasi program Pemantauan keterlaksanaan dan keberhasilan program Memerankan kepemimpinan pembelajaran dalam pelaksanaan supervisi akademik Perbaikan proses pembelajaran melalui Lesson Studi Pelaksanaan pembelajaran dan penilaian Pertemuan untuk pembahasai laporan guru dalami implementasi kurikulum secara bekala

•Mengundang nara sumber untuk

Pengolahan data portofolio Pemberian penghargaan Profil sekolah hasil update Menilai hasil evaluasi pemenuhan standar Menilai kinerja guru Menilai kinerja belajar siswa Menilai keterlaksanaan dan ketercapaian program sekolah Melaksanakan analisis ketercapaianprogra m Menyjsun


(47)

implements kurikulum 2013 Kegiatan Sosialisasi kurikuljm perbaikan mutu

•Penguatan KKG

rekomendasi perbaikan Standar Kompetensi Lulusan Peran Kepsek dalam Perencanaan Pembelajaran

Peran Kepsek dalam proses pembelajaran dan penilaian Kegiatan dan Produk Belajar Siswa Dokumen/ administra si Dokumen hasil analisis Kontek kebutuhan kompetensi SKL Dokumen target mutu lulusan (SKLtingkatSat uan Pendiidikan dan Mapel) Visi-misi sekolah Profil sekolah RKS Kalender akademik Kurikulum 2013 Buku Guru Buku Siswa

Dokumen Data Perkembangan Siswa

Buku agenda kepala sekolah

Data hasil pemantauan Instrumen supervisi Data hasil supervisi Data supervisi klinis Data hasil observasi Lesson Study Data perkembangan penerapan tematik; terpadu Data hasil pendampingan Dokumen portofolio Data Nilai siswa Data kinerja guru Hasil Evaluasi Diri Sekolah Rapor (tematik) Pajangan hasil karya&iswa Data prestasi siswa. Data prestasi pendidik, tenaga kependidikan, dan sekolah

Dokumen laporan sekolah

Sumber: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu

Pendidkan.Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.2013

Dari table diatas dapat dipahami bahwa peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 secara umum terdiri dari peran kepala sekolah dalam Perencanaan Pembelajaran dan peran kepala sekolah dalam Proses Pembelajaran dan Penilaian.

Dalam perencanaan , kepala sekolah perlu melibatkan sejumlah orang, bukan hanya orang-orang dalam sekolah yang dilibatkan, tetapi juga orang-orang di luar sekolah. Dengan melibatkan sejumlah orang dalam perencanaan, disamping cukup banyak yang ikut serta berpikir, juga semua aspirasi dan kebutuhan sekolah dan masyarakat akan tertampung.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dimana para guru memfasilitasi memotivasi, mendorong dan memberi semangat/inspirasi kepada siswa, sehingga siswa dapat


(48)

mencapai tujuannya. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran di sekolah terutama diemban oleh guru sebab merekalah yang terlibat langsung dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Kepala sekolah dalam hal ini menekankan kegiatannya pada usaha mempengaruhi guru-guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Dalam pelaksanaanya kepala sekolah memimpin bawahan dengan jalan memberi perintah, memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya hingga mereka dalam melaksanakan tugas mengikuti arah yang telah ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama Kepala Sekolah yaitu, sebagai: (1) edukator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) iklim kerja; dan (7) wirausahawan.

Sedangkan menurut Mulyasa (2009) pekerjaan kepala sekolah bukan hanya EMASLIM (edukator manajer; administrator; supervisor leader, Inovator dan motivator) tapi juga sebagai figur dan Mediator sehingga berkembang menjadi EMASLIM-FM.

Sedangkan menurut Purwanto (2007), bahwa seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam peranan, yaitu : ―Sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi hubungan antara anggota-anggota, menwakili kelompok, bertindak sebagai pemberi ganjaran, bertindak sebagai wasit, pemegang tanggung jawab, sebagai seorang pencipta, dan sebagai seorang ayah.‖


(49)

Dari berbagai pendapat mengenai peran kepala sekolah diatas dapat dipahami bahwa peran-peran kepala sekolah dilakukankan guna mengaktualisasikan tugas dan fungsi seorang kepala sekolah dalam mewujudkan implementasi kurikulum di sekolah yang dipimpimnya. Selanjutnya dibawah ini diuraikan peran-peran kepala sekolah yang dianggap oleh penulis berhubungan secara langsung terhadap implentasi kurikulum 2013 yaitu kepala sekolah sebagai pendidik,. kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai supervisor dan kepala sekolah sebagai fasilitator.

2.3.1 Kepala Sekolah Sebagai Pendidik (Educator)

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa ― kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.‖

Selanjutnya peran kepala sekolah sebagai educator bukan hanya melakukan pendidikan terhadap siswa tapi juga terhadap guru, staf dan seluruh pegawai. Bahkan lebih luas Wahyu Sumidjo (2011:122) menjelaskan bahwa untuk memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan


(50)

meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.

Pembinaan mental; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional dan profesional. Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana, prasarana, dan sumber belajar agar dapat memberi kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar. Mengajar dalam arti memberikan Kemudahan belajar bagi peserta didik (facilitate of learning).

Pembinaan moral; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Kepala sekolah profesional harus berusaha memberikan nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada setiap upacara bendera atau pertemuan rutin.

Pembinaan fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Kepala sekolah profesional harus mampu memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olah raga,baik yang diprogramkan di sekolah maupun yang diseleng-garakan oleh masyarakat sekitar sekolah.


(51)

Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang bisa dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah dibantu oleh para pembantunya harus mampu merencanakan berbagai program pembinaan artistik, seperti karyawisata, agar dalam pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, pembinaan artistik harus terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Upaya pembinaan seperti dijalaskan diatas dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan berbagai cara dan tidak harus langsung dibina oleh kepala sekolah tapi dapat diberikan dalam bentuk fasilitas baik berbentuk waktu, kesempatan atau biaya untuk memperoleh pembinaan misalnya kesempatan mengikuti pelatihan motifasi di suatu tempat. Sejalan dengan hal tersebut Mulyasa(2011: 98): menjelaskan bahwa:

―Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Pertama; mengikut sertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah di univer-sitas terdekat dengan sekolah, yang pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus berusaha untuk mencari beapeserta didik bagi para guru yang melanjutkan pendidikan, melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain yang tidak mengikat.

Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudiaan hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.


(52)

Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran‖

Kepala sekolah apakah sudah melaksanakan perannya sebagai educator akan terlihat dari sejumlah indikator berikut :

1) Kepala Sekolah mampu memimbing guru dalam menyusun program pengajaran.

2) Kepala Sekolah memimbing guru dalam melaksanakan program pengajaran 3) Kepala Sekolah memimbing guru mengevaluasi hasil belajar siswa

4) Kepala Sekolah memimbing guru melaksanakan program pengayaan dan remedial

5) Kepala Sekolah membimbing karyawan dalam menyusun program kerja 6) Kepala Sekolah membimbing karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari 7) Kepala Sekolah membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler

8) Kepala Sekolah melakukan pengembangan staf(guru) melalui pendidikan dan pelatihan

9) Kepala Sekolah melakukan pengembangan staf/guru melalui pertemuan sejawat

10) Kepala Sekolah melakukan pengembangan staf dengan mengikutkan staf dalam seminar, diskusi, dan sejenisnya

11) Kepala Sekolah mengusulkan kenakan pangkat guru dan staf secara periodik seduai dengan kondisi kepangkatan guru dan karyawan


(53)

12) Kepala Sekolah selalu mengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan dan pelatihan atau melalui seminar/diskusi atau pertemuan MGMP

2.3.2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Sebagai seorang manajer, kepala sekolah pada dasarnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali usaha para anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyasa (2011:103) bahwa,

―Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Pertama; memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif. Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif).

Sejalan dengan hal tersebut Wahjosumidyo (2011:94), menjelaskan bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

(1) Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu. Manajemen sebagai suatu proses, karena semua manajer bagaimanapun juga dengan


(54)

ketangkasan dan keterampilan yang khusus, mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Kegiatan-kegiatan tersebut:

a. merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan; b. mengorganisasikan, berarti bahwa kepala sekolah harus mampu menghimpun

dan mengoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan;

c. memimpin, dalam arti kepala sekolah mampu mengarahkan dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugasnya yang esensial.Dengan menciptakan suasana yang tepat kepala sekolah membantu sumber daya manusia untuk melakukan hal-hal yang paling baik;

d. mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apa-bila terdapat kesalahan di antara bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan.

(2) Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.


(55)

(3) Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus (specific ends). Tujuan akhir yang spesifik ini berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Tujuan ini bersifat khusus dan unik, namun apa pun tujuan spesifik dari organisasi tertentu, manajemen adalah merupakan proses, melalui manajemen tersebut tujuan dapat dicapai.

Selanjutnya Menurut Mulyasa (2011:10) bahwa,

―Secara umum kemampuan-kemampuan kepala sekolah terkait sebagai manajer dapat dijabarkan dalam tugas-tugas operasional berikut: (1) Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan progran jangka panjang, pengambangan program jangka menengah, dan pengembangan progran jangka pendek baik program akademis maupun program non akademis yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengambangan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS). (2) Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan susunan personalia sekolah; Pengembangan susunan personalia pendukung seperti pengelola perpustakaan, pengelolaan laboratorium serta menyusun kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian dan panitia hari besar keagamaan. (3) Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis, pengkordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah bagi yang berprestasi dan pemberian hukuman bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas. (4) Kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah, yang harus diwujudkan dalam penayagunaan serta perawatan sarana dan prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga pendidikan dan pengembangan program peningkatan profesionalisme.‖

Menurut Purwanto (2007) Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan tugasnya sebagai administrator


(56)

Adapun tugas dan fungsi dari kepala sekolah sebagai administrator adalah sebagai berikut:

1) Membuat Perencanaan

Salah satu fungsi utama dan pertama dari kepala sekolah adalah membuat perencanaan. Perencanaan merupakan syarat mutlak bagi setiap organisasi atau kelompok agar dapat berjalan dengan baik. Dalam rangka membuat perencanaan, kepala sekolah paling harus membuat rencana tahunan, dalam rencana tahunan hendaklah mencakup bidang-bidang berikut ini:

a) Program pengajaran. Termasuk dalam program pengajaran antara lain; pembagian tugas mengajar, pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pembelajaran.

b) Kepegawaian, antara lain; penerimaan guru baru, pembagian tugas guru dan pegawai, mutasi atau promosi guru dan pegawai.

c) Kesiswaan, antara lain; syarat-syarat penerimaan murid baru, pengelompokan siswa, pembagian kelas, pelayanan bimbingan dan konseling dan pelayanan kesehatan.

d) Keuangan, mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan.

e) Perlengkapan, antara lain meliputi; sarana dan prasarana sekolah, rehabilitasi gedung, penambahan ruang kelas dan lainnya.

Perlu diperhatikan oleh kepala sekolah, bahwa dalam membuat perencanaan tersebut, harus diperhitungkan dengan matang, selain itu perencanaan juga harus


(57)

transparan dan dilakukan dengan musyawarah dengan pegawai, dewan guru dan atau komite sekolah.

2) Menyusun Organisasi Sekolah

Organisasi mengambarkan adanya pembidangan fungsi dan tugas dari masing-masing kesatuan. Dalam suatu susunan dan struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan, serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kesatuan tersebut. Dengan kata lain, dengan melihat struktur organisasi dapat diketahui bentuk pola hubungan.

Maka dari semua itu, kepala sekolah sebagai administrator pendidikan harus menyusun organisasi sekolah yang dipimpinnya, melaksanakan pembagian tugas dan wewenangnya kepada guru-guru serta pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang telah disusun dan disepakati.

Untuk mmenyusun organisasi sekolah yang baik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Mempunyai tujuan yang jelas.

b) Para anggotanya menerima dan memahami tujuan tersebut.

c) Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan dan kesatuan pikiran.

d) Adanya keatuan perintah

e) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam organisasi tersebut.

f) Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan atau bakat masing-masing.


(58)

g) Struktur organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan dan pengendalian

h) Pola organisasi hendaknya relatif permanen.

i) Adanya jaminan keamanan/kenyamanan dalam bekerja.

j) Garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjanya jelas tergambar dalam struktur atau bagan organisasi.

3) Bertindak sebagai Koordinator dan Pengarah

Dengan adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan setiap personal dalam struktur organisasi sekolah maka memerlukan adanya koordinasi dan pengarahan dari kepala sekolah. Adanya koordinasi dari kepala sekolah yang baik dapat menghindarkan dari adanya persaingan yang tidak sehat, baik antar personal maupun antar bagian yang ada dalam sekolahan tersebut. Dengan adanya koordinator yang baik maka akan tercipta suasana kekeluargaan, saling tolong menolong dalam mengerjakan tugas, saling membantu untuk menggapai tujuan bersama, baik dalam hal pembelajaran dan administrasi. Dengan demikian, kualitas pendidikan di sekolah tersebut dapat ditingkatkan.

4)Melaksanakan Pengelolaan Kepegawaian

Kepala sekolah harus dapat melakukan pengelolaan kepegawaian, atau manajemen pegawai, yang meliputi; (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tanaga


(1)

5.1.3 Peran kepala sekolah sebagai manajer dalam implementasi kurikulum 2013 dilakukan oleh Kepala Sekolah SMP N 1 Gisting dengan : 1) Menyusun rencana kerja sekolah (RKS) yang memuat program yang berhubungan dengan imlementasi kurikulum 2013 dan Rencana Pelaksanaan Pendidikan atau di kenal dengan dokumen kurikulum yang memuat srtuktur kurilulum 2013. 2) membagi tugas guru dan pegawai. 3) memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pembelajaran, 4) memantau keterlaksanaan program-program yang telah dibuat.

5.1.4 Peran kepala sekolah sebagai fasilitator dalam implementasi kurikulum 2013 dilakukan oleh Kepala Sekolah melalui penyediaan fasilitas kesempatan untuk peningkatan mutu guru dengan mengikuti pendidikan dan latihan kurikulum 2013 serta penyediaan fasilitas fisik guna memperlancar terlaksananya proses pembelajaran saintifik dan penilaian autentik baik pada kegiatan intra kulikuler dan ekstra kulikuler.

5.1.5 Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 terdiri dari dua faktor, yang pertama adalah faktor hambatan yang berasal dari guru yaitu yang berupa keterbatasan kemampuan- kemampuan guru memahami dan melaksanakan pembelajaran saintifik dan penilaian autentik. Faktor Kedua yang berupa material seperti tidak ada atau terbatasnya jumlah alat peraga dan media yang sesuai dengan pokok bahasan, tidak ada buku siswa dan buku guru.


(2)

100 5.2 Rekomendasi

Atas dasar hasil penelitian mengenai peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 direkomendasikan

1). Agar Kurikulum 2013 dapat diimplementasikan secara efektif diperlukan peran kepala sekolah guna mendukung guru dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tuntutan pada kurikulum 2013.

2) Pembinaan dan pembimbingan kepada kepala sekolah perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang kompeten supaya Kepala Sekolah dapat melaksanakan perannya dalam impelemtasi kurikulum 2013 secara maksimal.

3).Perlu penelitian lebih lanjut terhadap solusi yang mungkin dapat dilakukan guna mengatasi berbagai kendala yang muncul dalam implementasi kurikulum 2013.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya . Bandung. Arikunto Suharsimi dan Yuliana, Lia.1985. Manajemen Pendidikan. Aditya

Media.Jakarta.

Arikunto Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Rineka Cipta.Jakarta.

Baharudin, Moh. Makin 2010.Manajemen Pendidikan Islam.UIN Maliki Press. Malang

Baharuddin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung. Danim, Sudarwan. 2002. Mejadi Peneliti kualitatif. Pustaka Setia. Bandung. Fields, J,C.1994. Total Quality for School, A Guide for Implementation. ASQC

Quality Press. Milwaukee.Wisconsin

Fiske, E.B..1998. Arah Pembangunan Desentralisasi Pengajaran, Politik dan Konsensus, Grasindo. Jakarta.

Fullan, M., & Stiegelbauer, S. (1991). The new meaning of educational change. 2nd ed. New York: Teachers College Press

Husaini Usman.2013. Manajeman,Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.Bumi Aksara. Jakarta

Hidayat Amir, Anwar Idochi Yayat.2000. Administrasi Pendidikan ; Teori,konsep dan issu. Program Pasca Sarjana.Universitas Pendidikan Inonesia

Hasan. 2009. Evaluasi Kurikulum. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Imam Wahyudi.2012. Konsep Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Al-Ghazali.

Jalal Fasli dan Supriadi, Dedi.2001.Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta:


(4)

102

Moleong, L. Y. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi . PT Remaja Rosda karya. Bandung.

Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Kompetensi Dan Aplikasinya, Rosdakarya. Bandung.

Mulyasa. E. 2006.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. PT Remaja Rosdakarya . Bandung.

Mulyasa, E.2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyono. 2009. Educational leadership. UIN-Malang Press. Malang.

Made Pidarta. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

____________. 2014.Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

____________. 2014.Materi Diklat Implementasi kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Made Pidarta. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi pendidikan. Bumi Aksara Jakarta.

Miles,MB dan Huberman,A.M. 1992. Analisis data Kualitatif:Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. UI Press. Jakarta.

Nadler, David A., DKK. 1995. Discontinous Change, LeadingOrganizational Transformation. Jossey-Bass Publisher. San Francisco.

Nurcholis. 2003. Manajemen berbasis sekolah: teori, model, dan aplikasi. Grasindo. Jakarta.

Nanang Fattah. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah Stategi Pemberdayaan Sekolah alam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Andira. Bandung.

Oswald, L.J. 1995. School Based Management.

http://www.ed.gov/databases/ERIC-Digest/index. diakses 5 November 2014. Nana Syaodah, Sukmadinata. 2002. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah,


(5)

Purwanto, Ngalim. 2007. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 19 Th. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Robbins, S. P. 2007. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Drs. Benyamin Molan. Macanan Jaya Cemerlang. Indonesia .

Ronald G. Havelock, 1995, The Change Angent’s Guide 2ed., NJ:Educational Technology Publ.

Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.

__________. 2003. UU. No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Muchlas Samani. 2010. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan : Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Sertifikasi. Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sallis, E., 1993, Total Quality Management in Education, London: Kogan Page. Sulistyorini. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah

Dasar,Jember: CSS,

S. Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum, Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono.2012.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif ,kualitatif,

dan R & D.CV alfabeta.Bandung

Syarief. A. Hamid. 1993.Pengembangan Kurikulum, Pasuruan: Bauna Indah. Sukmadinata, Nana Syaadih.1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,

PT Remaja Rosdakarya. Bandung.216 hlm.

Sulistyorini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: eLKAF,

Tony bush & Marianne Coleman.terjemahan Fahrurrozi.2012.Manajemen Mutu Kepempinan Penddikan.Yogjakarta. Ircisod.

Tilaar, H.A.R., 1994, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan,Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

104

Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan.Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.

Wahyusumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Yamin, Martinis.2006. Profesionalisasi dan Implementasi KBK.: Jakarta Gaung Persada Press.