Perencanaan Sistem Distribusi Loop Pada Jaringan Tegangan Rendah 2012/2013.

(1)

PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 / 380V

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh :

Rd Nassera Herdangga Pardan [1002896]

PROGRAM S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

“PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA JARINGAN

TEGANGAN RENDAH 220 / 380V” Oleh :

Rd Nassera Herdangga Pardan NIM: 1002896

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2

Ir. Chris Timotius K.K., M.M Drs. Elih Mulyana, M.Si

NIP. 19510630 198203 1 001 NIP. 19640417 1999202 1 001

Mengetahui, Ketua TPS,

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

Dr. Ade Gaffar Abdullah, S.Pd, M.Si NIP. 19721113 199903 1 001


(3)

Halaman Hak Cipta

PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA

JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 / 380 V

Oleh

Rd Nassera Herdangga Pardan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Rd Nassera Herdangga Pardan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

i

Abstrak

Sistem distribusi jaringan tegangan rendah adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang berada di antara sumber daya listrik dan pemakai tenaga listrik (konsumen). Dengan pertambahan jumlah penduduk memaksakan jaringan tegangan rendah yang semakin handal guna menyediakan sumber listrik yang optimal. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi angka losses daya pada distribusi jaringan tegangan rendah. Penelitian ini mengusulkan optimasi serta kehandalan dalam perancangan jaringan tegangan rendah dengan menggunakan kabel tanah berjenis NYFGbY serta mengaplikasikan sistem jaringan loop (melingkar). Hasil penelitian menunjukan losses daya hanya sebesar 62,93 W dari kapasitas daya trafo sebesar 315 kVA. Hasil ini lebih baik jika dibandingkan dengan sistem jaringan yang sudah ada sebelumnya.

Kata Kunci: Distribusi sekunder, Kapasitas trafo, Sistem loop

Abstract

Low voltage network distribution system is part of a power system that sits between the power source and power users (consumers). With the number of people who impose low voltage network in order to provide a more reliable power source is optimal. One way is to reduce the power losses in the low voltage distribution network. This study proposes optimization and reliability in the design of low voltage network using ground cable NYFGbY manifold and apply loop network system (circular). The results showed the power losses only amounted to 62.93 W of power transformer capacity of 315 kVA. This result is better than the system previously existing network.


(5)

iv

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Batasan Masalah . ... 2

1.4Tujuan Penulisan ... 2

1.5Metodologi Pengumpulan Data . ... 2

1.6Sistematika Penulisan . ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 4

2.1 Umum ... 4

2.2 Saluran Distribusi ... 5

2.3 Saluran Primer ... 10

2.4 Saluran Sekunder ... 11

2.5 Distribusi Bawah Tanah ... 14

2.6 Kabel Saluran Bawah Tanah ... 15

2.7 Penentuan Kabel Penghantar ... 40


(6)

v

2.9 Pelacakan Lokasi Gangguan ... 47

BAB III METODE & DATA PENELITIAN ... 49

3.1Distribusi Jaringan Tegangan Rendah ... 49

3.2Penyaluran Jaringan Tegangan Rendah ... 49

3.3Pekerjaan Sebelum Pemasangan Kabel ... 51

3.4Pemasangan Kabel NYFGbY ... 54

3.5Penanganan Kabel ... 55

3.6Patok Peringatan ... 56

3.7Data Lapangan ... 56

3.8Perancangan Diagram Alir (flowchart)... 57

BAB IV PERANCANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH 220/380V ... 59

4.1Merancang Jaringan Distribusi ... 59

4.2Menentukan Penghantar ... 60

4.3Menentukan Kapasitas Transformator ... 63

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1Kesimpulan ... 64

5.2Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Distribusi Listrik ... 4

Gambar 2.2 Sistem Distribusi Radial ... 6

Gambar 2.3 Sistem Distribusi Loop ... 8

Gambar 2.4 Sistem Distribusi Gugus ... 9

Gambar 2.5 Struktur Distribusi Spindel ... 10

Gambar 2.6 Diagram Satu Garis Gardu Cantol ... 12

Gambar 2.7 Diagram Satu Garis Gardu Portal ... 13

Gambar 2.8 Diagram Satu Garis Pada Gardu Tembok ... 13

Gambar 2.9 Kabel Netral Konsentris ... 15

Gambar 2.10 Bagian Utama dari kabel ... 19

Gambar 2.11 Bagian Pelengkap dari Kabel ... 19

Gambar 2.12 Kabel NYFGbY ... 21

Gambar 2.13 Kabel NYY ... 21

Gambar 2.14 Kontruksi Kabel Ikat ... 23

Gambar 2.15 Kontruksi Kabel H ... 24

Gambar 2.16 Kabel Sintensis Inti Tunggal ... 24

Gambar 2.17 Kabel Sintensis Inti Tiga ... 25

Gambar 2.18 Kabel Minyak Bentuk Bulat ... 26

Gambar 2.19 Kabel Minyak Datar ... 26

Gambar 2.20 Kabel Minyak Dengan Saluran Minyak ... 26

Gambar 2.21 Kabel Minyak Dengan Tahanan ... 26

Gambar 2.22 Jenis Kabel S.L dan S.A ... 27

Gambar 2.23 Teknik Pemasangan Kabel Bawah Tanah Pada Ruangan Saluran Kabel ... 30

Gambar 2.24 Kontruksi Penarikan Kabel Tanah ... 31


(8)

vii

Gambar 2.26 Pemasangan Kabel Tanah Pada Jembatan Beton ... 34

Gambar 2.27 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Dengan Kabel Telekomunikasi Dan Kabel Listrik ... 34

Gambar 2.28 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Dibawah Rel Kereta Api ... 35

Gambar 2.29 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Dibawah Jalan Raya ... 35

Gambar 2.30 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Melintasi Jalan Raya ... 36

Gambar 2.31 Kontruksi Lintasan Kabel Tanah Diatas Sungai ... 37

Gambar 2.32 Kontruksi Kabel Tanah Menyebrangi Pipa Atau Kabel ... 37

Gambar 2.33 Kontruksi Penyambungan Secara Simplex Pulling Grip ... 38

Gambar 2.34 Kontruksi Penyambungan Secara Duplex Pulling Grip ... 38

Gambar 2.35 Terminasi Kabel Bawah Tanah Pada Tiang Opstijg Cable ... 39

Gambar 2.37 Terminasi Kabel NA2XSEFGbY ... 39

Gambar 2.38 Indikator Gangguan ... 48

Gambar 2.39 Gambar Keluaran Alat GPR ... 46

Gambar 2.40 Hasil Akuisisi Data Alat GPR ... 47

Gambar 2.41 Alat Pelacak Gangguan kabel Tanah... 47

Gambar 3.1 Perlindungan Mekanis Beton ... 52


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan antara SUTM dan SKTM ... 11 Tabel 2.2 Karakteristik Bahan Isolasi ... 29 Tabel 2.3 KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, dua, tiga, dan empat penghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada sistem arus AC tiga fasa dengan tegangan nominal 0,6 / KV (1,2 KV) pada suhu keliling ... 41 Tabel 3.1 Lebar Galian ... 53 Tabel 4.1 Pembagian Grup Papan Hubung Bagi ... 59 Tabel 4.2 Daya Beban Maksimum Dan Arus Beban Maksimum Pada Loop 1 ... 62 Tabel 4.3 Daya Beban Maksimum Dan Arus Beban Maksimum Pada Loop 2 ... 62 Tabel 4.4 Jenis Penghantar dan Losses daya ... 64


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout Saluran Kabel Tanah Rendah Lampiran 2 One line diagram panel MDP

Lampiran 3 One line diagram Panel Hubung Bagi Lampiran 4 One line diagram sirkuit A1 & A2 Lampiran 5 One line diagram sirkuit A3 & A4 Lampiran 6 Daftar Pekerjaan Elektrikal

Lampiran 7 Daftar Bimbingan Dosen Pembimbing 1 Lampiran 8 Daftar Bimbingan Dosen Pembimbing 2


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Distribusi energi listrik yang berawal dari pembangkit dan diakhiri dengan penggunaan oleh konsumen haruslah bersifat efektif, efisien dan dapat diandalkan. Melihat dari kriteria tersebut maka dalam pembangkitan energi listrik serta distribusi energi listrik haruslah dilakukan secara rasional dan ekonomis.

Jaringan listrik merupakan hal yang penting dalam sistem tenaga listrik karena jaringan listrik bertindak sebagai sistem distribusi energi listrik. Dalam pendistribusian energi listrik akan terjadi beberapa penghambatan yang dapat mengurangi daya listrik yang dihantarkan. Satu diantaranya seperti losses daya yang terjadi pada penghantar. Losses daya pada dasarnya disebabkan oleh tahanan jenis pada penghantar yang memiliki nilai hambat yang cukup besar. Biasanya hal tersebut disebabkan oleh pemilihan penghantar yang kurang tepat dan masalah ini akan terus membengkak seiring dengan semakin bertambahnya jumlah kebutuhan pemakaian listrik.

Sistem distribusi tegangan rendah adalah bagian dari sistem distribusi tenaga listrik yang terletak diantara gardu distribusi dan konsumen. Dalam sistem distribusi diperlukan sistem penurun tegangan dan mendistribusikan energi listrik kepada konsumen. Untuk itulah digunakan transformator yang pada umumnya trafo terdiri dari satu inti dan dua kumparan. Peran trafo pada sistem distribusi sangat pada penggunaan beban, semakin besar beban yang digunakan maka semakin besar pula kapasitas trafo yang diperlukan.

Melihat dari permasalahan yang terjadi maka penulis akan membuat perencanaan jaringan tegangan rendah hingga ke konsumen. Dengan mencoba mengaplikasikan sistem jaringan loop yang biasanya hanya ada di jaringan tegangan menengah. Dengan mengacu pada permasalahan ini maka penulis akan

mengangkat judul “PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220/380V”


(12)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dapat dimunculkan sebagai berikut :

1. Bagaimana perancangan jaringan tegangan rendah menggunakan sistem distribusi loop?

2. Bagaimana cara menentukan penghantar jaringan yang akan digunakan? 3. Bagaimana menghitung kapasitas trafo daya yang akan digunakan?

1.3 BATASAN MASALAH

Pada skripsi ini penulis menitik beratkan masalah pada perancangan jaringan tegangan rendah dan pemilihan material yang akan digunakan, permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini dibatasi pada hal - hal :

1. Sistem jaringan SKTR.

2. Komponen yang digunakan pada SKTR.

1.4 TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Dapat merancang distribusi energi listrik dengan menggunakan SKTR sistem loop.

2. Mengetahui komponen yang diperlukan untuk membuat jaringan SKTR dengan pola distribusi sistem loop.

3. Mengetahui kapasitas daya yang diperlukan.

1.5 METODE PENGUMPULAN DATA


(13)

2. Wawancara, yaitu mengadakan diskusi dan tanya jawab dengan teknisi lapangan, pembimbing dan orang – orang yang berkompeten dibidangnya. 3. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

mempelajari dokumen – dokumen yang diberikan oleh pembimbing juga ditambah dengan mempelajari buku – buku yang memiliki keterikatan dengan permasalahan yang dibahas.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penyusunan dan penulisan tugas akhir ini, penulis akan mengaplikasikan sistematikan penulisan tugas akhir sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini meliputi hal – hal yang melatar belakangi pemilihan judul, tujuan dari pemilihan topik serta batasan masalah yang akan diangkat ditambah dengan metode dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas mengenai teori dasar sistem distribusi listrik serta komponen - komponen yang digunakan pada jaringan listrik

BAB III METODE DAN DATA PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai metode perancangan jaringan SKTR menggunakan sistem distribusi loop dan menghitung kapasitas transformator.

BAB IV PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI SKTR POLA LOOP

Dalam bab ini berisikan perhitungan perencanaan jaringan tegangan rendah menggunakan sistem loop, menentukan jenis penghantar dan perhitungan kapasitas trafo yang digunakan.


(14)

BAB III

METODE & DATA PENELITIAN

3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah

Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah dapat dibedakan berdasarkan atas material dan cara pemasangannya, berikut penjelasannya :

a. Saluran udara tegangan rendah (SUTR) berupa jaringan yang dipasang di udara, menggunakan penghantar / kawat yang direntangkan di tiang dan diikat pada isolator.

b. Saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) berupa jaringan yang dipasang di udara menggunakan kabel berisolasi dipilin, direntang dan digantung pada tiang.

c. Saluran kabel tegangan rendah (SKTR) berupa jaringan yang dipasang di dalam tanah.

Untuk saluran udara saat ini lebih sering menggunakan SKUTR karena tingkat keamanannya lebih baik dibanding SUTR. Namun SKTR memiliki tingkat keandalan yang paling tinggi dibandingkan dengan saluran udara.

3.2 Penyaluran Jaringan Tegangan Rendah

Jaringan tegangan rendah digunakan untuk menyalurkan daya listrik ke pelanggan dengan tegangan 380/220V, tergantung pada jenis kebutuhan pelanggan. Dalam merancang SKTR sebuah komplek perumahan hal utama yang mesti diperhatikan adalah besar daya yang akan digunakan disetiap rumah.


(15)

50

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013 a. Merancang saluran JTR

- Pembagian area beban - Merancang lintasan kabel b. Menentukan jenis penghantar

- Hitung arus beban Maksimum yang akan mengalir dengan menggunakan rumus :

- Tentukan penghantar dengan memperhatikan Arus beban maksimum (pada tabel KHA) sesuai dengan PUIL 2000 - Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik pada

umumnya digunakan bahan tembaga kemurniannya minimal 99,9%. Tahanan jenis yang disyaratkan tidak melebihi 0,017241 ohm pada suhu .(Sumber: Badan Standarisasi Nasional)

- Hitung losses pada penghantar

Dimana : I = Arus (A)

R = Resistansi penghantar (ohm/Km) - Mencari nilai R

Dimana :

R = Resistansi (ohm/km)

= Tahanan Jenis kabel (Cu = 17,32 ohm /km) = Panjang kabel


(16)

c. Menentukan kapasitas transformator Kapasitas Transformator

3.3 Pekerjaan Sebelum Pemasangan Kabel

Sebelum pelaksanaan penanaman kabel terlebih dahulu dilakukan hal – hal berikut ini, yaitu :

a. Penentuan lintasan kabel

 Kabel ditanam pada tanah yang sudah dibebaskan (milik kontraktor), dibawah trotoar atau di jalan.

 Posisi peletakkan haspel dan alat penarik kabel.

 Kondisi trafik lalu lintas, prioritaskan pada jalan yang tidak macet.  Kondisi ruang kerja dan kemudahan bagi lalu lintas petugas dan

material.

 Kemudahan pemasangan alat bantu penarikan kabel.  Kemampuan alat penarik kabel (Winching Equipment). b. Faktor keselamatan kerja yang perlu diperhatikan :

 Pasang rambu - rambu lalu lintas yang diperlukan untuk melindungi lokasi kerja dari gangguan kendaraan.

 Gunakan pakaian dan perkakas kerja yang sesuai termasuk helm selama bekerja.

 Untuk pekerjaan di manhole, periksa manhole tersebut terhadap bahaya gas beracun dan mempunyai ventilasi / sirkulasi udara yang


(17)

52

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

 Gunakan lampu penerangan bila kondisi didalam manhole gelap, perhatikan kabel listrik yang mencatu lampu tersebut agar tidak terinjak atau kena stroom.

 Jaga komunikasi antar petugas instalasi dengan bantuan handy talkie atau sarana lain pada saat penarikan kabel.

Haspel yang telah terpakai maupun yang masih berisi kabel harus

diamankan agar tidak menggelinding.

 Atur parkir kendaraan agar asapnya tidak masuk ke dalam manhole.

c. Pekerjaan galian

Sebagai patokan dasar peletakan kabel dibawah tanah, sesuai dengan ketentuan PUIL 2000 pasal 7.15

 Penggalian hingga 0.8m dibawah permukaan tanah pada jalan yang dilalui kendaraan.

 Penggalian hingga 0.6m dibawah permukaan tanah yang tidak dilalui kendaraan.

Bilamana kedalaman peletakan kabel karena sesuatu tidak memungkinkan misalnya sudah ada kabel 20kV atau pipa air pada kedalaman yang diinginkan maka akan ditambahkan perlindungan mekanisme tambahan.

Untuk kedalaman batas antara 30 – 60cm ditambahkan mekanisme beton.


(18)

Gambar 3.1 Perlindungan Mekanis Beton (Sumber: Rizki, 2008)

Lebar galian sekurang – kurang nya harus 0,4m namun lebar sebenarnya harus disesuaikan dengan banyaknya kabel yang akan diletakan didalam galian.

Tabel 3.1 Lebar Galian Jumlah kabel Lebar galian

1 & 2 3 4 5 6 - - n

0.4 m 0.6 m 0.8 m 1 m 1.2 m

- - n


(19)

54

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

i. Pada tipe jalan utama lebih baik dilakukan dengan cara mengebor. ii. Pada tipe jalan kecil dilakukan dengan cara menggali.

Permukaan jalan yang akan digali terlebih dahulu harus diberi tanda menggunakan kapur apabila permukaannya sudah diratakan dan bila permukaannya tidak rata maka diberi tanda dengan menggunakan pasak dan tali. Lapisan permukaannya dikupas secara hati – hati dan dibersihkan apabila permukaan jalan tersebut berjenis aspal, hotmix, atau semen. Lapisan dipindahkan sementara dengan hati – hati apabila permukaan tersebut berjenis trotoar, batu beton, bata, atau ubin. Bilamana keadaan tanah itu labil / mudah bergerak maka untuk mengatasi terjadinya longsor akibat dari pekerjaan galian maka perlu diupayakan memasang papan untuk menopang tepi galian. Penggalian yang harus melewati sebuah jaringan dengan jarak kurang dari 20cm, maka penggalian tersebut harus diturunkan secara miring sehingga kabelnya tidak melengkung melebihi batas.

3.4 Pemasangan Kabel NYFGbY

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan kabel tanah NYFGbY adalah bagaimana cara kabel tersebut dipasang dan dengan keamanan yang terjamin agar pada kabel tersebut bisa dipergunakan dengan waktu yang lama dan tidak menimbulkan kerugian pada konsumen kabel tersebut. Untuk pekerjaan pemasangan kabel harus memperhatikan beberapa hal, antara lain :

3.4.1 PERALATAN KERJA

Peralatan kerja sangat mendukung pada faktor keamanan dan keselamatan. Dengan peralatan kerja yang baik dan pelaksanaan penggelaran kabel yang baik


(20)

maka kabel tidak akan terluka dan menjadikan kabel itu tahan lama, karena pelindung kabel tersebut tidak terganggu maka kabel tidak kemasukan oleh cairan / benda asing lain yang bersifat akan merusak isolasi kabel.

Peralatan yang dipergunakan dalam penggelaran kabel yaitu dongkrak kabel / anghan, rol kabel dan peralatan bantu lain agar kabel tidak tergores pada benda keras yang menyebabkan rusaknya isolasi kabel dan susunan dalam kabel pada saat dilakukannya penggelaran kabel.

3.4.2 MATERIAL

Disamping peralatan yang baik perlu juga diperhatikan pelengkap untuk keselamatan kabel itu sendiri. Material disini adalah untuk bertujuan untuk menghindari benturan mekanik. Sebagai contoh : pemasangan kabel tanah yang dilakukan di jalan raya akan membutuhkan banyak pelindung untuk melindungi benturan yang terjadi.

Material tersebut antara lain :

a. Pasir urug, fungsinya adalah melindungi secara langsung pada permukaan kabel.

b. Batu pelindung kabel, berfungsi sebagai penutup kabel dan disimpan diatas pasir dengan maksud sebagai pelindung mekanik dan juga sebagai tanda bahwa dibawahnya ada kabel tanah supaya agar lebih berhati – hati jika ada pekerjaan lain jangan sampai mengenai kabel. c. Label timah, berfungsi untuk memberi tanda pada kabel sesuai dengan

jurusan atau tujuan kabel, atau dari mana asal kabel tersebut dialiri tegangan, dengan maksud agar jangan sampai salah potong jika ada


(21)

56

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

d. PVC / pipa galvanis, berfungsi untuk melindungi kabel dari tekanan mekanik pada daerah dimana kabel crossing jalan dan yang dianggap perlu perlindungan.

e. Jembatan kabel, berfungsi untuk melindungi kabel pada daerah dimana kabel tersebut melintasi sungai atau selokan.

Selain material tersebut perlu diperhatikan pula pengurungan kembali galian yang dipasang kabel tersebut tidak ada benda tajam atau pun benda keras yang tertimbung dan menyebabkan benturan pada kabel.

3.4.3 PENGURUNGAN KEMBALI

Proses pengurungan kabel diawali dengan kabel yang sudah ditanam diurug dengan pasir kurang lebih hingga 0,1 meter dengan terlebih dahulu pada dasar kabel diberi pasir dengan ketebalan hingga 0,1meter. Kemudian diatas urugan pasir diberi batu pengaman dengan ukuran tertentu. Setelah itu ditimbun dengan tanah urug yang sudah dipadatkan. Bahan – bahan yang berlebihan harus disingkirkan segera setelah pengurugan tersebut, lokasi pekerjaan harus dibersihkan selambat – lambatnya 1 hari setelah pekerjaan selesai termasuk pekerjaan pengukuran permukaan jalan.

3.5 Penanganan Kabel

Pengangkutan dan penanganan haspel kabel adalah sebagai berikut : a. Untuk pengangkutan kabel lebih dari satu haspel dari gudang PLN

ke gudang proyek pada periode waktu bersamaan harus dengan truk dalam keadaan terikat dan diberi ganjal untuk menghindari kabel menggelinding.

b. Pengangkutan dengan menggunakan trailer kabel yang dapat dimanfaatkan sekaligus untuk penggelaran.


(22)

c. Jika jarak pemindahan kabel tersebut pendek (s/d 20m) maka haspel dapat digelindingkan dengan tangan yang arah menggelindingnya sama dengan arah panah yang terletak pada haspel.

d. Jika berlawanan dengan arah panah, lilitan kabel akan mengendor hingga ada kemungkinan akan saling melilit sehingga akan merusak kabel tersebut.

e. Jalan yang akan dilalui haspel yang digelindingkan harus dibersihkan dan terbebas dari gangguan.

f. Jika tanahnya lembek harus dilapisi dengan plat besi agar memudahkan jalur penggelindingan haspel.

g. Untuk panjang kabel kurang dari 25m dapat diangkut tanpa haspel h. Dilarang menjatuhkan kabel dari atas truk.

i. Peletakan haspel tidak boleh mengganggu kelancaran arus lalu lintas jalan.

3.6 Patok Peringatan

Untuk kawasan pemukiman maupun pada trotoar jalan, tanda peringatan perlu ditanamkan dan terpasang setiap 100m. Untuk daerah berkembang perlu dipasang dengan ketinggian 20 cm diatas permukaan tanah.

3.7 Data Lapangan

Sebuah komplek perumahan Matahari memiliki luas area sebesar 67.000 . Direncanakan akan dibangun rumah sebanyak 237 unit dengan menggunakan tipe rumah T 42. Pada perumahan ini setiap rumah direncanakan mendapat daya sebesar 1300 VA. maka telah ditentukan menggunakan 1 trafo


(23)

58

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

3.8 Perancangan Diagram Alir (flowchart)

Flowchart merupakan bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol, setiap simbol menggambarkan proses tertentu.

Gambar 3.2 Flowchart Perencanaan Mulai

Survei Lapangan & pengumpulan data

Perancangan Rute Kabel SKTR

Menentukan Jenis Penghantar

Menentukan Kapasitas Transformator

Kualifikasi

Lolos

Akhir

Gagal


(24)

Flowchart ini menjelaskan secara singkat langkah dari perencanaan SKTR. Diawali dengan survey lapangan secara langsung dan mulai mengumpulkan data yang diperlukan. Setalah melakukan survey dan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah merancang jaringan SKTR sistem loop yang akan akan dipasang. Setelah perancangan jaringan selesai, langkah selanjutnya adalah menentukan penghantar yang akan digunakan untuk jaringan SKTR sistem loop. Dan langkah terakhir adalah menentukan kapasitas transformator yang akan digunakan. Setela semua selesai dikerjakan dan lolos kualifikasi maka pelaksanan pun dapat segera dikerjakan. Jika mengalami perhitungan yang kurang tepat maka perhitungan dapat diulang kembali ke langkah awal.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil karya tulis ini penulis mendapat beberapa kesimpulan yang dapat diutarakan, yaitu:

1. Untuk perumahan seluas 67.000 dan dengan jumlah rumah sebanyak 237 unit memerlukan kapasitas daya listrik sebesar 308,2 kVA sehingga untuk memenuhi kapasitas daya yang diperlukan digunakanlah transformator berkapasitas 315 kVA.

2. Panjang jaringan penghantar kabel seluas 1730 meter. Dengan menggunakan penghantar kabel saluran bawah tanah (SKTR) berjenis NYFGbY 4x70mm dan NYFGbY 4x70mm, dimana pemilihan penghantar dihitung berdasarkan arus beban maksimum yang dapat dialiri dan losses pada penghantar. Losses pada jaringan SKTR sebesar 63,09 W dengan losses terbesar terjadi pada sirkuit A3 sebesar 16,55 W dan arus beban maksimum sebesar 126,41 A.

3. Dengan menerapkan SKTR pola loop pada disiribusi tegangan rendah kita dapat meminimalisir losses daya dan menstabilkan kontinuitas distribusi listrik dengan baik.

5.2 Saran

1. Sebaiknya sistem jaringan tegangan rendah lebih banyak menggunakan sistem SKTR dengan pola loop.

2. Lebih baik lagi jika pola loop ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan angka losses daya menjadi lebih rendah.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (2000). PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK 2000 (PUIL 2000), Jakarta: BSN

Ehendra. (2010). Sistem Tenaga Listrik 01. [Online]. Tersedia:

http://ehendra.wordpress.com/stl-01/ [1 Juli 2013]

Perusahaan Umum Listrik Negara. (1996). SPLN 118-4-1-1996 : PERANGKAT HUBUNG BAGI, Jakarta: PLN.

Perusahaan Umum Listrik Negara. (2010). STANDAR KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH TENAGA LISTRIK. Jakarta: PLN.

Mauboy,A. R. dan Galla W. F. (2012). “Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II.”Jurnal Rekayasa Elektrika. 10, (1), 10-16. Sopyandi, E. (2011). Tipe – Tipe Jaringan Tegangan Menengah 20 kV. [Online].

Tersedia:

http://electricdot.wordpress.com/2011/08/16/tipe-tipe-jaringan-distribusi-tegangan-menengah/ [6 Desember 2012]

Suswanto, D. (2010). SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/61734627/DAMAN-SUSWANTO [8 Maret 2013]

Van Harten, P. dan Setiawan, E.(1991). Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Binacipta.


(1)

d. PVC / pipa galvanis, berfungsi untuk melindungi kabel dari tekanan mekanik pada daerah dimana kabel crossing jalan dan yang dianggap perlu perlindungan.

e. Jembatan kabel, berfungsi untuk melindungi kabel pada daerah dimana kabel tersebut melintasi sungai atau selokan.

Selain material tersebut perlu diperhatikan pula pengurungan kembali galian yang dipasang kabel tersebut tidak ada benda tajam atau pun benda keras yang tertimbung dan menyebabkan benturan pada kabel.

3.4.3 PENGURUNGAN KEMBALI

Proses pengurungan kabel diawali dengan kabel yang sudah ditanam diurug dengan pasir kurang lebih hingga 0,1 meter dengan terlebih dahulu pada dasar kabel diberi pasir dengan ketebalan hingga 0,1meter. Kemudian diatas urugan pasir diberi batu pengaman dengan ukuran tertentu. Setelah itu ditimbun dengan tanah urug yang sudah dipadatkan. Bahan – bahan yang berlebihan harus disingkirkan segera setelah pengurugan tersebut, lokasi pekerjaan harus dibersihkan selambat – lambatnya 1 hari setelah pekerjaan selesai termasuk pekerjaan pengukuran permukaan jalan.

3.5 Penanganan Kabel

Pengangkutan dan penanganan haspel kabel adalah sebagai berikut : a. Untuk pengangkutan kabel lebih dari satu haspel dari gudang PLN

ke gudang proyek pada periode waktu bersamaan harus dengan truk dalam keadaan terikat dan diberi ganjal untuk menghindari kabel menggelinding.

b. Pengangkutan dengan menggunakan trailer kabel yang dapat dimanfaatkan sekaligus untuk penggelaran.


(2)

57

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

Perencanaan Sistem Distribusi Loop Pada Jaringan Tegangan Rendah 220/2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Jika jarak pemindahan kabel tersebut pendek (s/d 20m) maka haspel dapat digelindingkan dengan tangan yang arah menggelindingnya sama dengan arah panah yang terletak pada haspel.

d. Jika berlawanan dengan arah panah, lilitan kabel akan mengendor hingga ada kemungkinan akan saling melilit sehingga akan merusak kabel tersebut.

e. Jalan yang akan dilalui haspel yang digelindingkan harus dibersihkan dan terbebas dari gangguan.

f. Jika tanahnya lembek harus dilapisi dengan plat besi agar memudahkan jalur penggelindingan haspel.

g. Untuk panjang kabel kurang dari 25m dapat diangkut tanpa haspel h. Dilarang menjatuhkan kabel dari atas truk.

i. Peletakan haspel tidak boleh mengganggu kelancaran arus lalu lintas jalan.

3.6 Patok Peringatan

Untuk kawasan pemukiman maupun pada trotoar jalan, tanda peringatan perlu ditanamkan dan terpasang setiap 100m. Untuk daerah berkembang perlu dipasang dengan ketinggian 20 cm diatas permukaan tanah.

3.7 Data Lapangan

Sebuah komplek perumahan Matahari memiliki luas area sebesar 67.000 . Direncanakan akan dibangun rumah sebanyak 237 unit dengan menggunakan tipe rumah T 42. Pada perumahan ini setiap rumah direncanakan mendapat daya sebesar 1300 VA. maka telah ditentukan menggunakan 1 trafo distribusi dan setiap lintasan memiliki jumlah beban yang berbeda. Direncanakan jaringan tegangan rendah pada perumahan ini akan menggunakan saluran kabel tanah rendah (SKTR) dengan menggunakan sistem jaringan Loop (melingkar).


(3)

3.8 Perancangan Diagram Alir (flowchart)

Flowchart merupakan bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol, setiap simbol menggambarkan proses tertentu.

Gambar 3.2 Flowchart Perencanaan Mulai

Survei Lapangan & pengumpulan data

Perancangan Rute Kabel SKTR

Menentukan Jenis Penghantar

Menentukan Kapasitas Transformator

Kualifikasi

Lolos

Akhir

Gagal


(4)

59

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

Perencanaan Sistem Distribusi Loop Pada Jaringan Tegangan Rendah 220/2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Flowchart ini menjelaskan secara singkat langkah dari perencanaan SKTR. Diawali dengan survey lapangan secara langsung dan mulai mengumpulkan data yang diperlukan. Setalah melakukan survey dan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah merancang jaringan SKTR sistem loop yang akan akan dipasang. Setelah perancangan jaringan selesai, langkah selanjutnya adalah menentukan penghantar yang akan digunakan untuk jaringan SKTR sistem loop. Dan langkah terakhir adalah menentukan kapasitas transformator yang akan digunakan. Setela semua selesai dikerjakan dan lolos kualifikasi maka pelaksanan pun dapat segera dikerjakan. Jika mengalami perhitungan yang kurang tepat maka perhitungan dapat diulang kembali ke langkah awal.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil karya tulis ini penulis mendapat beberapa kesimpulan yang dapat diutarakan, yaitu:

1. Untuk perumahan seluas 67.000 dan dengan jumlah rumah sebanyak 237 unit memerlukan kapasitas daya listrik sebesar 308,2 kVA sehingga untuk memenuhi kapasitas daya yang diperlukan digunakanlah transformator berkapasitas 315 kVA.

2. Panjang jaringan penghantar kabel seluas 1730 meter. Dengan menggunakan penghantar kabel saluran bawah tanah (SKTR) berjenis NYFGbY 4x70mm dan NYFGbY 4x70mm, dimana pemilihan penghantar dihitung berdasarkan arus beban maksimum yang dapat dialiri dan losses pada penghantar. Losses pada jaringan SKTR sebesar 63,09 W dengan losses terbesar terjadi pada sirkuit A3 sebesar 16,55 W dan arus beban maksimum sebesar 126,41 A.

3. Dengan menerapkan SKTR pola loop pada disiribusi tegangan rendah kita dapat meminimalisir losses daya dan menstabilkan kontinuitas distribusi listrik dengan baik.

5.2 Saran

1. Sebaiknya sistem jaringan tegangan rendah lebih banyak menggunakan sistem SKTR dengan pola loop.

2. Lebih baik lagi jika pola loop ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan angka losses daya menjadi lebih rendah.


(6)

65

Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013

Perencanaan Sistem Distribusi Loop Pada Jaringan Tegangan Rendah 220/2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (2000). PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK 2000 (PUIL 2000), Jakarta: BSN

Ehendra. (2010). Sistem Tenaga Listrik 01. [Online]. Tersedia:

http://ehendra.wordpress.com/stl-01/ [1 Juli 2013]

Perusahaan Umum Listrik Negara. (1996). SPLN 118-4-1-1996 : PERANGKAT HUBUNG BAGI, Jakarta: PLN.

Perusahaan Umum Listrik Negara. (2010). STANDAR KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH TENAGA LISTRIK. Jakarta: PLN.

Mauboy,A. R. dan Galla W. F. (2012). “Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II.”Jurnal Rekayasa Elektrika. 10, (1), 10-16. Sopyandi, E. (2011). Tipe – Tipe Jaringan Tegangan Menengah 20 kV. [Online].

Tersedia: http://electricdot.wordpress.com/2011/08/16/tipe-tipe-jaringan-distribusi-tegangan-menengah/ [6 Desember 2012]

Suswanto, D. (2010). SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/61734627/DAMAN-SUSWANTO [8 Maret 2013] Van Harten, P. dan Setiawan, E.(1991). Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: