PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP PRAYATNA MEDAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DI SMP PRAYATNA MEDAN

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh :
NURDIANA SIREGAR
NIM : 8136181018

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

ABSTRAK


Nurdiana Siregar. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Di SMP
Prayatna Medan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan,
2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan kepercayaan diri siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis
masalah dan untuk melihat interaksi antara gender dan pembelajaran terhadap
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen semu. Sampel penelitian sebanyak 73 siswa yaitu
36 siswa pada kelas VIII-5 dan 37 siswa pada kelas VIII-6. Instrumen yang
digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah dan skala kepercayaan diri.
Data yang diperoleh dianalisis dengan anava dua jalur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional (2) peningkatan kepercayaan diri siswa
yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional (3) Tidak terdapat interaksi antara
gender dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah (4) Tidak terdapat interaksi antara gender dengan pembelajaran terhadap

peningkatan kepercayaan diri siswa.
Kata kunci : kemampuan pemecahan masalah, kepercayaan diri, gender,
pembelajaran berbasis masalah

i

ABSTRACT

Nurdiana Siregar. The Improvement of Problem Solving Ability and Selfconfidence of Students Through Problem Based Learning Students at SMP
Prayatna Medan. Thesis. Post Graduate Program University Of Medan,
2015.
The objective of this study were to determine the increasing of students’ problem
solving ability and self confidence after the implementation of problem based
learning and to see the interaction between gender and learning to increas problem
solving ability and students’ self confidence. The design of this research was
quasi-experimental. There were 73 students as the sample of this study containing
36 students in grade VIII-5 and 37 students in grade VIII-6. The instruments of
this students were test of problem solving and self confidence scale. The data
were analyzed by applying two way analysis of variance (ANOVA). The result
showed that (1) The increasing of students’ problem solving ability taught by

using problem based learning was higher than that taught by using conventional
learning (2) The increasing of students’ self confidence taught by using problem
based learning was higher than that taught by using conventional learning (3)
There was no interaction between gender and learning with increasing of students’
problem solving ability (4) There was no interaction between gender and learning
with increasing of students’ self confidence.
Keyword : problem solving ability, self-confidence, gender, problem based
learning

ii

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, karena hanya rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga tesis yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Di
SMP Prayatna Medan” ini dapat terselesaikan. Allohumma sholli ‘alaa sayyidina
Muhamad wa ‘alaa aali sayyidina Muhammad senantiasa di hadiahkan ke ruh
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, karena tanpanya penulis tidak akan
pernah mengenal firman Allah yang menjadi penguat bagi penulis untuk tetap
menyelesaikan tesis ini.

Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis tidak dapat terlepas dari
bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya dan seharusnya penulis menyampaikan terima kasih,
teristimewa kepada Ayahanda Alm. Hamka Siregar, Ba dan Ibunda Almh.
Masdelima, penulis sangat bersyukur menjadi anak dari mereka yang sekaligus
menjadi saudara dari Insan Fahmi Siregar, M.Hum, Ali Fahmi Siregar S.Pd.I,
Nurhidaya Siregar, S.Pd, Nurhamida Siregar, S.Pd.I, Nurkholila Siregar, S.Pd,
Nurfauziah Siregar, M.Pd, Sholahuddin Fahmi Siregar, S.Pd, dan Nurhasana
Siregar, S.Pd, karena tanpa pengorbanan dan kebaikan abanganda dan kakanda
penulis mungkin tidak akan sampai ketahapan penyelesaian tesis. Begitu juga
kepada Siti Mahara Hasibuan S.Pd dan M. Azis Simatupang, karena dengan
kesabaran dan keikhlasannya jualah semua ini bisa dijalani sebaik mungkin.
Terimakasih abanganda dan kakanda sampai kapanpun dan bagaimanapun,
penulis tidak akan sanggup membalasnya, hanya Allah jualah yang mampu
membalas kebaikan mereka. Selanjutnya penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi,
M.Pd, masing-masing sebagai pembimbing I dan pembimbing II, dimana
disela-sela kesibukannya masih meluangkan waktu bagi penulis untuk
memberikan bimbingan dan saran yang tidak sedikit dalam usaha
penyempurnaan penulisan tesis ini.

2. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si dan Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd, masing-masing
selaku Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Pendidikan Dasar.

iii

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd,
dan Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan
masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur dan Bapak Dr.
Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I beserta Staf Program
Pascasarjana UNIMED.
5. Bapak Supardi HS, S.Pd selaku kepala SMP Prayatna Medan dan Ibu
Annisah, S.Pd serta para Staf SMP Prayatna yang telah memberikan informasi
dan waktu untuk melaksanakan penelitian di SMP Prayatna Medan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam memberikan informasi dan sumber bacaan.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta
membalas seluruh kebaikan mereka. Dalam tulisan ini tentunya ada kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif. Akhir kata, semoga penulisan tesis ini bermanfaat dan berguna

bagi semua.
Medan,

Juni 2015

Penulis

Nurdiana Siregar
NIM. 8136181018

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................


i
ii
iii
v
viii
x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...................................................................................
1.2.Identifikasi Masalah ...........................................................................
1.3.Pembatasan Masalah ..........................................................................
1.4.Rumusan Masalah ..............................................................................
1.5.Tujuan Penelitian................................................................................
1.6.Manfaat Penelitian..............................................................................
1.7.Definisi Operasional...........................................................................

1
12
12
13

13
14
15

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis ..........................................................................
2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah .......................................
2.1.2. Kepercayaan Diri .................................................................
2.1.3. Pembelajaran Berbasis Masalah...........................................
2.1.4. Pembelajaran Konvensional .................................................
2.1.5. Keterkaitan Gender, Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Kepercayaan Diri...........................................................
2.1.6. Teori Belajar yang Mendukung ...........................................
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................
2.3. Kerangka Konseptual ....................................................................
2.4. Hipotesis Penelitian .......................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ..............................................................................
3.2. Lokasi Penelitian...........................................................................
3.3. Populasi dan Sampel......................................................................

3.4. Variabel Penelitian ........................................................................
3.5. Desain Penelitian ...........................................................................
3.6. Instrumen Penelitian ......................................................................
3.6.1.Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .................................
3.6.2.Skala Kepercayaan Diri ........................................................
3.7. Ujicoba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ..........

v

17
17
19
25
32
34
37
40
42
49


50
50
50
52
52
54
54
56
58

3.7.1.Analisis Validasi Ahli terhadap Perangkat Pembelajaran
dan Instrumen Penelitian...................................................... 58
3.7.2.Analisis Validitas.................................................................. 60
3.7.2.1.Validitas Isi.............................................................. 60
3.7.2.2.Validitas Konstruk................................................... 63
3.7.2.3.Valliditas Butir.......................................................... 64
3.7.3.Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian............................ 66
3.7.4.Analisis Daya Pembeda Butir Soal Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah........................................ 67
3.7.5.Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah........................................ 68
3.8. Prosedur Penelitian ........................................................................ 69
3.9. Teknik Analisis Data..................................................................... 71
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ..............................................................................
4.1.1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah.......................
4.1.1.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku .........
4.1.1.2 Perhitungan Indeks Gain .........................................
4.1.2. Deskripsi Kepercayaan Diri Siswa ......................................
4.1.2.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku .........
4.1.2.2 Perhitungan Indeks Gain .........................................
4.1.3. Hasil Uji Persyaratan Hipotesis ..........................................
4.1.3.1 Uji Normalitas .........................................................
4.1.3.2 Uji Homogenitas .....................................................
4.1.4. Pengujian Hipotesis Statistik ...............................................
4.1.4.1 Hipotesis Statistik Pertama .....................................
4.1.4.2 Hipotesis Statistik Kedua ........................................
4.1.4.3 Hipotesis Statistik Ketiga ........................................
4.1.4.4 Hipotesis Statistik Keempat ....................................
4.2. Pembahasan ...................................................................................
4.2.1. Faktor Pembelajaran ...........................................................
4.2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah ......................................
4.2.3. Kepercayaan Diri .................................................................
4.2.4. Interaksi Antara Gender dan Pembelajaran
terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ...
4.2.5. Interaksi Antara Gender dan Pembelajaran
terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa ...................
4.2.6. Keterbatasan Penelitian .......................................................

vi

75
75
76
77
80
81
82
85
85
86
87
87
88
88
90
92
93
95
97
99
100
102

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Simpulan ....................................................................................... 104
5.2. Implikasi ........................................................................................ 104
5.3. Saran .............................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 107

vii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Midsemester Gasal Matematika
Kelas VIII SMP Prayatna Medan…..................................................... 5
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ....................... ... 29
Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Pembelajaran Konvensional............................................................. ... 33
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... ... 53
Tabel 3.2 Model Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Penelitian ..... ...53
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ............................. ... 55
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ........... ... 56
Tabel 3.5 Kisi-kisi Skala Kepercayaan Diri .................................................... ... 57
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Skala Kepercayaan Diri.................................. ... 58
Tabel 3.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ........................................... .. .58
Tabel 3.8 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah................... 59
Tabel 3.9 Hasil Kesimpulan Validasi Skala Kepercayan Diri Siswa.............. 59
Tabel 3.10 Hasil Analisis Validitas Isi Instrumen Penelitian.......................... ... 62
Tabel 3.11 Muatan Faktor Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah...... ... 63
Tabel 3.12 Muatan Faktor Analisis Skala Kepercayaan Diri..............................63
Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Item Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah......................................................................... ... 65
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Item Skala Kepercayaan Diri.............. ... 65
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian........................... 67
Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah........................................................................ . .. .68
Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah........................................................................ . ... 69
Tabel 3.18 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data,
Alat Uji dan Uji Statistik ................................................................ ... 73
Tabel 4.1 Rerata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes Kemampuan
Pemecahan Masalah Di Kelas Eksperimen dan Kontrol................. ... 76
Tabel 4.2 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... ...78
Tabel 4.3 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Berdasarkan Gender dan Pembelajaran...... 79
Tabel 4.4 Rerata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes
Kepercayaan Diri Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............ .... 81
Tabel 4.5 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kepercayaan Diri
Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol........................................ . .... 83
Tabel 4.6 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kepercayaan Diri
Berdasarkan Gender dan Pembelajaran.............................................. 84
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Indeks Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Kepercayaan Diri Siswa Di Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ............................................................................ .... 85
viii

Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13

Hasil Uji Homogenitas Indeks Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Kepercayaan Diri .................................... .... 86
Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 87
Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa............... 88
Hasil Uji Hipotesis Interaksi Gender dan Pembelajaran
terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecaha Masalah...................89
Hasil Uji Hipotesis Interaksi Gender dan Pembelajaran
terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri.............................................. 90
Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ........................................... .....92

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Lembar Jawaban Siswa .................................................................... 4
Ancaman Stereotip.......................................................................... . 36
Prosedur Penelitian .......................................................................... 70
Rerata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ............................... 76
Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah ......................................................................... 78
Gambar 4.3 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Berdasarkan Gender dan Pembelajaran....80
Gambar 4.4. Rerata Skor Kepercayaan Diri Siswa............................................... 81
Gambar 4.5 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kepercayaan Diri .......... 83
Gambar 4.6 Rerata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kepercayaan Diri
Berdasarkan Gender dan Pembelajaran ........................................... 84
Gambar 4.7 Interaksi Antara Gender dan Pembelajaran terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah .............................. 89
Gambar 4.8 Interaksi Antara Gender dan Pembelajaran terhadap
Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa .............................................. 91

Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2

x

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, matematika merupakan salah satu
mata pelajaran pokok pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar
yaitu Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) yang dalam penyajiannya
dilakukan secara hierarki yaitu dimulai dari hal yang sederhana menuju kompleks
dan dari konkret menuju abstrak. Dengan kata lain, matematika di jenjang
SMP/MTs merupakan masa transisi atau peralihan dari konkret menuju abstrak.
Matematika ditingkat SMP/MTs memuat konsep-konsep dasar untuk
menuju konsep-konsep pada tingkat lanjutannya. Dengan kata lain, pemahaman
konsep dasar matematika yang diperoleh di jenjang SMP/MTs merupakan pondasi
untuk memahami konsep matematika selanjutnya di SMA/MA dan perguruan
tinggi. Hal ini terjadi karena hakikat matematika itu sendiri yaitu dibangun dari
struktur yang tersusun secara hierarki, berkesinambungan dan saling terkait. Hal
ini juga merupakan ciri khas atau karakteristik matematika yang tidak dimiliki
oleh mata pelajaran lain. Jadi dapat dinyatakan bila konsep matematika itu belum
tertanam dengan baik, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep lainnya yang diturunkan dari konsep yang belum dikuasainya
sebelumnya, yang pada akhirnya ia tidak akan mampu memecahkan suatu
masalah.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (Wahyudin, 2008 :
67) menekankan pemecahan masalah sebagai fokus sentral dalam kurikulum
1

2

matematika. Wahyudin (2008 : 27) juga menyatakan bahwa pemecahan masalah
adalah bagian integral dari belajar matematika. Selanjutnya Wahyudin (2008 : 67)
menyatakan bahwa kemampuan untuk memecahkan suatu masalah menjadi alasan
untuk mempelajari matematika. Selain itu, Soleh (1998 : 33) menyatakan bahwa
matematika sebagai alat memecahkan masalah.
Sejalan dengan pemikiran di atas, Hudojo (2005 : 130) menyatakan bahwa
pemecahan masalah perlu dilatihkan kepada siswa, karena itu akan membuat
siswa mampu mengambil keputusan di dalam kehidupan. Lebih lanjut Hudojo
(2005 : 133) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu yang
esensial dalam pembelajaran matematika, yang dikarenakan : (1) siswa menjadi
terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya, (2) keputusan intelektual akan timbul dari
dalam merupakan hadiah intrinsik bagi siswa, (3) potensi intelektual siswa
meningkat, (4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses melakukan penemuan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, tujuan pembelajaran matematika yang
termaktub dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi, yaitu
agar siswa memiliki kemampuan:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperlukan.

3

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah perlu dimiliki oleh setiap siswa. Namun kenyataannya,
kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat
setelah dilakukannya studi pendahuluan terhadap siswa SMP Prayatna Medan.
Adapun masalah yang diberikan kepada siswa untuk melihat

kemampuan

pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
Tina telah membeli sebuah music box sebagai hadiah ulang tahun untuk
temannya. kotak music box tersebut berbentuk balok dengan ukuran 15 cm × 11
cm × 14 cm. Lalu Tina ingin membungkusnya dengan kertas kado berukuran 30
cm × 15 cm. Tentukan berapa banyak kertas kado yang diperlukan agar semua
permukaan kotak music box tersebut tertutupi?
a. Tuiskan apa yang diketahui dan ditanya dari masalah di atas! Apakah data
yang diketahui cukup untuk menentukan banyak kertas kado yang
dibutuhkan?
b. Bagaimana cara menentukan banyak kertas kado yang dibutuhkan?
c. Hitunglah banyak kertas kado yang dibutuhkan!
d. Menurut Rini banyak kertas kado yang dibutuhkan adalah 2 lembar kertas
kado sedangkan menurut Mila adalah 3 lembar? Menurutmu pendapat
siapakah yang benar?

4

Masalah di atas diberikan kepada 38 siswa SMP Prayatna Medan. Adapun
salah satu hasil kerja siswa terhadap masalah di atas adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1. Lembar jawaban siswa
Berdasarkan gambar di atas dapat terlihat bahwa siswa sudah mampu
mengungkapkan informasi dari suatu masalah yaitu apa yang diketahui dan
ditanyakan. Namun pemahaman siswa terhadap masalah dan konsep luas
permukaan balok belum terbentuk dengan benar sehingga siswa belum mampu
menyusun strategi yang tepat dan benar, yang pada akhirnya tidak memperoleh
penyelesaian masalah secara tepat dan benar.
Ketidakmampuan 38 siswa terhadap empat pertanyaan dari masalah di atas
dijelaskan dalam bentuk presentase. Pertanyaan item a terlihat bahwa 68 % siswa
belum mampu

mengungkapkan informasi dari masalah. Pertanyaan item b

terlihat bahwa 82 % siswa belum mampu memahami masalah dan menyusun

5

strategi. Pertanyaan item c terlihat bahwa 82 % siswa belum mampu menerapkan
konsep terhadap masalah. Pertanyaan item d terlihat bahwa 87 % siswa belum
bisa memeriksa kembali jawaban.
Disamping itu, berdasarkan rata-rata nilai ulangan mid semester gasal
siswa kelas VIII belum mencapai ketuntasan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Mid Semester Gasal Matematika
Kelas VIII SMP Prayatna Medan
VIII-1 VIII-2 VIII-3 VIII-4 VIII-5 VIII-6 VIII-7 VIII-8
UM

70

60

60

62

60

60

63

60

Sumber : Daftar Nilai Kelas VIII SMP Prayatna Medan T.P. 2014/ 2015
Berdasarkan data di atas, jika rata-rata nilai siswa perkelas di rataratakan maka diperoleh 61,875. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
untuk bidang studi matematika di sekolah tersebut adalah 65. Bila dibandingkan
rata-rata nilai perkelas tersebut dengan KKM, diperoleh 61,87 < 65. Dapat
disimpulkan bahwa nilai matematika siswa kelas VIII SMP Prayatna Medan
belum menunjukkan hasil belajar yang baik dan belum mencapai KKM.
Kenyataan lain yang menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa masih rendah adalah sebagaimana yang dikemukakan Riska (2013)
bahwa siswa kelas VII SMP Ar-Rahman Percut menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Dari 32 siswa yang diberikan
masalah matematik, hanya 10 siswa yang menjawab benar dan 22 orang lainnya
menjawab salah. Selain itu, Tim MKPBM (2001 : 85) menyatakan bahwa hasil
identifikasi masalah yang dilakukan melalui angket untuk siswa, guru dan
observasi kelas secara umum menunjukkan bahwa pemecahan masalah

6

merupakan kegiatan matematika yang dianggap sulit. Hal yang senada,
berdasarkan hasil penelitian Sutrisno (2012) menunjukkan bahwa hasil belajar
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara klasikal belum tuntas.
Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak berhasil dalam belajar
matematika. Menurut Soleh (1998 : 39) faktor penyebab siswa tidak berhasil
dalam belajar matematika antara lain: siswa tidak menangkap konsep dengan
benar, tidak menangkap arti dari lambang-lambang, tidak memahami asal-usulnya
suatu

prinsip,

tidak

lancar

menggunakan

operasi

dan

prosedur,

dan

ketidaklengkapan pengetahuan. Hasil penelitian Shadiq (dalam Minarni, 2012)
menyatakan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah dikarenakan
pembelajaran yang digunakan guru masih didominasi pendekatan pembelajaran
biasa yang kurang memberi penekanan pada penerapan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, dan siswa tidak terbiasa terlibat dalam menyelesaikan
masalah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa faktor ketidakmampuan siswa dalam
memecahkan masalah dikarenakan siswa tidak dibiasakan dalam melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Maka dari itu, masalah mesti sering dikenalkan
kepada siswa dan diminta untuk menyelesaikannya. Dalam kurikulum 2013, siswa
juga sangat dianjurkan untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah baik
masalah yang berhubungan dengan bidang studi maupun lingkungannya.
Salah satu hal yang tidak kalah penting untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran matematika adalah mengenai kepercayaan diri. Seperti halnya
Bandura (Santrock, 2013 : 284) menyatakan dalam teori kognitif sosialnya (social

7

cognitive theory) bahwa faktor kognitif memainkan peran penting dalam
pembelajaran, yang salah satunya mengenai keyakinan. Santrock (2013 : 285)
juga menyatakan faktor kognisi mempengaruhi perilaku. Disamping itu, Keller
(Tasmara, 2002 : 52) menyatakan bahwa “ Nothing can be done without hope and
confidence”, yang artinya tidak ada yang bisa diperbuat tanpa harapan dan
percaya diri.
Sejalan dengan pemikiran di atas, Anday dan Tina (1996 : 23) menyatakan
bahwa self-confidence (kepercayaan diri) merupakan aspek kepribadian manusia
yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi atau kemampuan yang
dimilikinya. Lebih lanjut Hannula dkk (2004 : 23) menyatakan bahwa jika siswa
memiliki self-confidence yang baik, maka ia dapat sukses dalam belajar
matematika. Beberapa hasil penelitian menyatakan ada hubungan positif antara
self-confidence dalam belajar matematika dengan hasil belajar matematika
(Hannula, dkk , 2004 : 23 ; TIMSS, 2007 : 180; Suhendri, 2012 : 403). Oleh
karena itu, kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika sangat penting untuk
ditumbuhkan dalam diri siswa.
Kepercayaan diri siswa tersembunyi dalam dirinya, namun gejalanya
biasanya muncul pada saat ia melakukan pekerjaan matematika, berinteraksi
dengan lingkungan kelas, atau merespon terhadap stimulus. Pada saat siswa SMP
Prayatna Medan mengerjakan masalah yang diberikan oleh peneliti, banyak siswa
yang melanggar peraturan (diharapkan kejujuran siswa), namun yang terjadi
kegiatan mencontek.

8

Kenyataan lain seperti yang dikemukakan Suhardita (2011) bahwa hampir
50 % siswa kelas XI kurang percaya diri, dengan gejala yang nampak yaitu siswa
menunjukkan rasa takut, malu, kebiasaan mencontek, kecemasan dalam
menghadapi sesuatu, dan keseharian siswa di kelas pada saat diberikan
kesempatan untuk bertanya terhadap materi atau tugas yang dibahas mereka lebih
banyak diam. Disamping itu, hasil evaluasi Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) tahun 2011 untuk self-confidence in mathematics
siswa kelas VIII, Indonesia hanya memiliki 3 % siswa yang confident, sedangkan
52 % siswa somewhat confident, dan

45 % siswa termasuk not confident.

Mengalami penurunan dari TIMSS 2007 yaitu 28 % siswa memiliki selfconfidence tinggi, 58 % siswa termasuk dalam kategori sedang, dan 14 % siswa
termasuk kategori rendah.
Pemaparan fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki
kepercayaan diri yang rendah terhadap kemampuannya dalam bidang matematika.
Rendahnya kepercayaan diri siswa terhadap matematika, tidak terlepas dari
pembelajaran di kelas dan interaksi yang terjalin antara guru dan siswa. Hal
tersebut sejalan dengan Siregar (2013) yang menyatakan pembelajaran
konvensional yaitu metode ekspositori belum cukup untuk meningkatkan selfconfidence siswa SMP.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap siswa SMP Prayatna
Medan bahwa “matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, guru
menjelaskan materi terlalu cepat, dan sering diminta mencatat”. Selain itu,
berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran matematika,

9

terlihat bahwa guru menyampaikan materi secara verbal yaitu memberi pengertian
konsep disertai contoh soal sedangkan siswa mendengar dan mencatat, setelah
penjelasan dari guru usai, maka siswa diberi tugas mengerjakan latihan soal
matematika. Kegiatan wawancara juga dilakukan terhadap kedua guru matematika
SMP Prayatna, hasil wawancaranya yaitu siswa yang belum paham dengan
penjelasan guru, ada siswa yang berani bertanya dan ada juga yang tidak berani
bertanya.
Permasalahan pembelajaran matematika di atas sejalan dengan hasil
penelitian Wahyudin (dalam Panjaitan, 2010) bahwa sebagian besar siswa tampak
mengikuti dengan baik setiap penjelasan dari guru, tapi sangat jarang siswa
mengajukan pertanyaan pada gurunya, sehingga yang terjadi guru asyik sendiri
menjelaskan segala yang telah dipersiapkannya, dan siswa menjadi pendengar
yang budiman (pasif), yang akibatnya siswa hanya mampu mengingat rumus
tanpa makna dan pengertian, mampu mencontoh apa yang dikerjakan guru, dan
siswa beranggapan menyelesaikan soal matematika cukup dikerjakan seperti apa
yang dicontohkan oleh guru. Trianto (2009 : 5) juga menyatakan bahwa proses
pembelajaran selama ini masih didominasi oleh guru dan tidak memberikan akses
bagi siswa untuk berkembang secara mandiri.
Model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam kelas adalah salah satu
solusi dalam mengatasi masalah yang diuraikan di atas. Sebagaimana Hudojo
(2005 : 107) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, seyogyanya
bahasan matematika tidak disajikan yang sudah tersusun secara final, melainkan
siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur
sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Wahyudin (2008 : 27) menyatakan

10

bahwa permasalahan yang diberikan kepada siswa, dapat memperkuat dan
memperluas apa yang mereka ketahui dan bisa merangsang belajar matematika.
Santrock (2003 : 339) menyatakan salah satu cara meningkatkan rasa percaya diri
adalah melalui mengatasi masalah. Walgito (dalam Andayani dan Tina, 1998 : 37)
menyatakan bahwa salah satu cara untuk menumbuhkan self-confidence siswa
adalah dengan memberikan suasana atau kondisi yang demokratis, yaitu individu
dilatih untuk dapat mengemukakan pendapat kepada pihak lain melalui interaksi
sosial, dilatih berpikir mandiri, dan diberi suasana yang aman sehingga siswa
tidak takut untuk mencoba atau membuat kesalahan dalam belajar.
Berdasarkan keempat pernyataan tersebut, pembelajaran yang dapat
diajukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran berbasis
masalah (PBM). Woolfolk (2009 : 109) menyatakan bahwa PBM bertujuan untuk
meningkatkan motivasi intrinsik dan keterampilan problem solving. Arends
(Trianto, 2009 : 92) menyatakan bahwa model PBM merupakan pendekatan
pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan
yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan
kepercayaan dirinya. Pembelajaran berbasis masalah juga salah satu model
pembelajaran yang sangat dianjurkan dalam kurikulum 2013 (K 13).
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran
yang memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa melalui memecahkan suatu
masalah. Pemberian masalah akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa, bagaimana
cara menyelesaikanya, konsep yang bagaimana yang diperlukan untuk
pemecahannya dan metode apa yang tepat digunakan untuk penyelesainya.

11

Pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas berpikir
dan melakukan sharing ide sesama teman sekelompok untuk mengatasi masalah.
Melalui pembelajaran seperti ini yaitu menganalisis, mencari, menemukan, dan
bekerja dalam berkelompok, siswa tidak akan mudah melupakan konsep
matematika, dan terbiasa dengan berpikir ilmiah (mencari solusi masalah).
Disamping itu, berbagai penelitian pendidikan matematika menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis masalah mampu menjadi solusi dalam mengatasi
masalah di atas. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Habeahan (2014),
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajar melalui model pembelajaran berbasis
masalah lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional dan proses jawaban siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis
masalah menjadi lebih baik. Selanjutnya hasil penelitian Hoiriyah (2014)
menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
self-efficacy siswa melalui pembelajaran berbasis masalah.
Disamping itu, perlu diperhatikan juga faktor lain yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa yaitu
gender. Hal tersebut didasari diantaranya, Papalia dan Ruth (2014: 337)
menyatakan bahwa gender merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi siswa, dan hasil temuan Ma dan Kishor (dalam Hannula et al, 2005 : 23)
bahwa gender merupakan variabel penting dalam analisis hubungan kausal antara
mempengaruhi dan prestasi. Selanjutnya Woolfolk (2009 : 115) juga menyatakan
bahwa stereotipe gender dapat berdampak pada pandangan tentang kompetensi
dirinya. Kesadaran akan laki-laki atau perempuan merupakan aspek penting dalam

12

pembentukan konsep diri (Papalia dan Ruth, 2014: 277) dan Hannula et al
(2005:21) menyatakan bahwa gender memiliki pengaruh terhadap stabilitas
kepercayaan diri dalam matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukannya suatu
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Di SMP
Prayatna Medan”. Hal tersebut dilakukan agar tercapainya tujuan pembelajaran
matematika yang telah dirumuskan, seperti yang diungkapkan sebelumnya.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbul berbagai masalah
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah matematik.
2. Rendahnya kepercayaan diri siswa terhadap matematika.
3. Pembelajaran matematika di kelas didominasi oleh guru.
4. Pemilihan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah kurang tepat.
5. Kurangnya interaksi edukatif antar siswa dan siswa dengan guru pada saat
proses pembelajaran matematika.
1.3.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu
dilakukannya pembatasan masalah. Penelitian ini membicarakan kemampuan
pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa terhadap matematika melalui
pembelajaran berbasis masalah dan interaksi antara gender dengan pembelajaran

13

terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri
siswa.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang dipaparkan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah

peningkatan

kemampuan

pemecahan

masalah

siswa

yang

memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
2. Apakah peningkatan kepercayaan diri siswa terhadap matematika yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat interaksi antara gender dengan pembelajaran terhadap
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara gender dengan pembelajaran terhadap
peningkatan kepercayaan diri siswa?
1.5.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.

14

2. Mengetahui peningkatan kepercayaan diri terhadap matematika antara siswa
yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui

interaksi

antara

gender

dengan

pembelajaran

terhadap

pembelajaran

terhadap

peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.
4. Mengetahui

interaksi

antara

gender

dengan

peningkatan kepercayaan diri siswa.
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berhubungan dengan dunia pendidikan yaitu:
1. Guru-guru bidang studi Matematika SMP/MTs, sebagai bahan pertimbangan
bagi para guru agar menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa
terhadap matematika.
2. Siswa-siswi SMP/MTs dapat mengoptimalkan kemampuan pemecahan
masalah dan kepercayaan diri siswa terhadap matematika, dan mendapatkan
lingkungan belajar yang menyenangkan karena keaktifan siswa dan karena
diberikannya kebebasan berpikir sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
3. Peneliti, untuk memperdalam wawasan penulis tentang penelitian yang
berhubungan dengan pendidikan matematika.

15

1.7.Definisi Operasional
Dalam menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional
variabel yang ada dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan

pemecahan

masalah

adalah

kesanggupan

siswa

dalam

menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin atau masalah matematik,
dengan proses : memahami masalah, membuat rencana penyelesaian,
melakukan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali jawaban.
2. Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya di bidang
matematika sehingga ia merasa optimis, sanggup bekerja keras, mampu
menghadapi tugas dengan baik (sikap positif), merasa disukai orang lain,
berani, dan memiliki ketenangan sikap.
3. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa secara optimal dalam mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematik dengan langkah-langkah pembelajaran, yaitu:
(1) orientasi siswa berpusat pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk
belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4)
mengembangkan dan manyajikan hasil karya dan (5) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi guru,
dengan melakukan kegiatan antara lain guru menerangkan suatu materi
(definisi dijelaskan dan penurunan rumus dilakukan sendiri oleh guru),
memberi contoh-contoh soal sekaligus langkah-langkah untuk menyelesaikan
soal, kemudian guru memberikan berbagai variasi soal sebagai latihan siswa.

16

5. Gender adalah signifikansi menjadi laki-laki atau perempuan yang dilihat dari
psikologis atau sikap.

104

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan dengan mengacu ke rumusan
masalah penelitian. Adapun kesimpulannya antara lain sebagai berikut:
1.

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.

2.

Peningkatan kepercayaan diri siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.

3.

Tidak terdapat interaksi antara gender dengan pembelajaran terhadap
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.

4.

Tidak terdapat interaksi antara gender dengan pembelajaran terhadap
peningkatan kepercayaan diri siswa.

5.2. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1.

Pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa baik laki-laki dan perempuan.
walaupun demikian pembelajaran berbasis masalah memberikan dampak
yang lebih besar pada siwa laki-laki dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah daripada siswa perempuan.

104

105
2.

Pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa baik laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian
pembelajaran berbasis masalah memberikan efek yang lebih besar pada siswa
laki-laki dalam meningkatkan kepercayaan diri daripada siswa perempuan.

5.3. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, maka berikut ini beberapa
saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan
terhadap penggunaan pembelajaran berbasis masalah di bidang matematika
khususnya. Sarannya adalah sebagai berikut :
1.

Pembelajaran berbasis masalah hendaknya menjadi alternatif bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran matematika di kelas. Hal ini disebabkan PBM
dapat diterapkan baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan dalam tujuan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa.

2.

Dalam menerapkan PBM, guru mesti memberikan scaffolding dan
memberikan

penekanan

pada

belajar

kelompok,

sehingga

kegiatan

pemecahan masalah yang tersaji dalam LKS memberikan efek dalam
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri pada
masing-masing siswa.
3.

Kemampuan dan kecepatan siswa dalam belajar relatif berbeda, untuk itu
guru meminta siswa yang pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam
mempelajari dan memecahkan masalah dalam LKS.

4.

Bagi Lembaga terkait, hendaknya dapat mensosialisasikan PBM pada guruguru matematika, sehingga para guru dapat dengan mudah menerapkan PBM

106
di kelas matematika, yang pada akhirnya siswapun memiliki kemampuan
pemecahan masalah dan kepercayaan diri dalam matematika.
5.

Bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk menerapkan PBM dengan tujuan
untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa baik laki-laki maupun perempuan
agar menerapkannya pada subjek di jenjang pendidikan lainnya.

107

DAFTAR PUSTAKA
Anday, B dan Tina, A. 1996. Konsep Diri, Harga Diri dan Kepercayaan Diri
Remaja. Jurnal Psikologi No2.
.1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Penganggur
Melalui Kelompok Dukungan Sosial. Jurnal Psikologi No2,
(Online),(http://jurnal.pikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/.../4,
diakses 12 maret 2015).
Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Kencana.
Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Asmin dan Abil M. 2012. Pengukuran dan Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik
dan Modern. Medan : Larispa Indonesia.
Choridah, D. T. 2013. Peran Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif serta Disposisi
Matematis Siswa SMA. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika
STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013.
Fitriani, N. 2014. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Secara Berkelompok Untuk Meningkatkan Self Convidence Siswa SMP.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Volume 1, Tahun
2014, (Online),(http://ml.scribd.com/doc/230919898/Prosiding-15-Januari2014, diakses 10 Oktober 2014).
Habeahan, W. L. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika dan Kreativitas Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di SMP Negeri 2 Siantar. Tesis
tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.
Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods: A sixthousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics
courses.
American
Journal
of
Physics,
(Oline),
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf, diakses 28 Januari 2015).
Hannula et al, 2004. Development of Understanding and Self-confidence in
Mathematics, Grades 5-8. Proceding of the 28 th Conference of The
Iternational Group for The Psychology of Mathematics Education. Vol 3
PP 17-24, (Online),(http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED489565.pdf, diakses
28 Januari 2015).

107

108

Hannula et al, 2005. Gender Comparisons of Pupils Self-Confidence In
Mathematics Learning. Nordic Studies in Mathematics Education No. 3-4,
(Online),(http://studentportalen.uu.se/.../download.action?..., diakses 28
Januari 2015).
Hapsari, M.J. 2011. Upaya Meningkatkan Self-Confidence Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Model Inquiry terbimbing. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika,
(Online),
(http://fmipa.uny.ac.id/semnasmatematika/content/mahrita_julia_hapsari,
diakses 10 Oktober 2012).
Hoiriyah, D. 2014. Peningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis
tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang : Universitas Negeri Malang.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.
Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Pers.
Margono, G. 2005. Pengembangan Instrumen Rasa Percaya Diri Mahasiswa
Terhadap Matematika.Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 12 No. 1.
Minarni, A. 2012. Pengaruh Pembelaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Makalah dipresentasikan
dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, (Online),
(http://core.kmi.open.ac.uk/display/11064949, diakses 6 Januari 2015).
Narpila, S. D. 2015. Peningkatan Kemampuan Spasial dan Self Efficacy Siswa
Melalui Pembelajaran Inquiry Berbantuan Software Cabri 3D Di Kelas X
SMA YPK Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.
Nasoetion, N. dkk. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Nawari. 2010. Analisis Statistik Dengan MS. Excel 2007 Dan SPSS 17. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Nunes, et al. 2009. Development of Maths Capabilities and Confidence in
Primary School. Research Report : University of Oxford.
Panjaitan, E. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMP Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual.
Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.

109

Papalia, D. E dan Ruth, D. F.Tanpa tahun. Menyelami Perkembangan Manusia.
Terjemahan Oleh : Fitriani W. H. 2014. Jakarta : Salemba Humanika.
Polya, G. 1973. How to Solve 2nd Ed. Princeton : Princeton University Press.
Psychology Wikia. (Online),(http://psychology.wikia.com/wiki/Self_confidence,
diakses 10 Oktober 2014.
Putri, dkk. 2012. Pengaruh Kepercayaan Diri Siswa Dalam Belajar Matematika
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tilatang Kamang,(Online),(http://
www.ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?, diakses 24 Oktober 2014).
R, Thantaway. 2005. Kamus Istilah Bimbingan Konseling. Jakarta : Grasindo.
Rahayu, R. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Tesis tidak diterbitkan, Medan:
UNIMED.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rifai, Achmad dan Catharina. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang : Pusat
Pengembangan MKU/MKDK-LP3.
Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Penelitian dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru.
Jakarta : Raja Gravindo Persada.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu
Perlu. Bogor : Ghalia Indonesia.
Safari. 2005. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes dengan
Manual, Kalkulator dan Komputer.
Slavin, R.E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Terjemahan Oleh :
Marianto Samosir. 2008. Jakarta: Indeks.
Santrock, John W. 1996. Adolessence Perkembangan Remaja. Terjemahan Oleh :
Shinto dan Sherly. 2003. Jakarta : Erlangga.
. Tanpa tahun. Psikologi Pendidikan. Terjemahan Oleh : Wibowo.
2013. Jakarta : Kencana.

110

Saputro, N. D dan Miftahun, N.S 2009. Hubungan antara Kepercayaan Diri
dengan Employability Pada Mahasiswa. Jur