KOMBINASI BENTUK RAGAM HIAS TRADISIONAL KARO DALAM PENCIPTAAN MOTIF DASAR RAGAM HIAS KARO BARU.

(1)

KOMBINASI BENTUK RAGAM HIAS TRADISIONAL KARO

DALAM PENCIPTAAN MOTIF DASAR

RAGAM HIAS KARO BARU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

DANIEL ARDIANSYAH KACARIBU

NIM. 071222610051

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

i

ABSTRAK

Daniel Ardiansyah Kacaribu, NIM 071222610051. Kombinasi Bentuk Ragam Hias Tradisional Karo Dalam Penciptaan Motif Dasar Ragam Hias Karo Baru.

Ragam hias tradisional Karo adalah salah satu seni tradisional yang memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi baik dari segi makna simbolik,estetis, dan mitos yang sangat unik dan patut untuk dilestarikan. Namun fenomena perkembangan sosial saat ini tidak sejalan dengan kelestarian budaya tersebut karena masuknya unsur budaya baru yang membuat ragam hias tradisional Karo semakin terpendam.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan bentuk-bentuk ragam hias tradisional Karo kedalam bentuk ornamen yang terbarukan sehingga nantinya dapat diaplikasikan dalam beragam fungsi maupun penerapannya di zaman modern saat ini.

Proses penciptaan karya diawali dari penelitian keberadaan ornamen tradisional Karo, dengan hasil penelitian yang ditemukan 66 jenis ornamen. Inovator hanya mengaplikasikan 15 jenis ornamen untuk dikembangkan menjadi bentuk ragam hias Karo baru. Dari hasil pengembangan inovator menciptakan 13 motif ragam hias Karo baru yang di desain mulai dari tekhnik manual (sket), kemudian tekhnik digital dengan menggunakan program Photoshop CS5. Pada pembahasan hasil karya, inovator membahas secara terperinci, mulai dari unsur garis, bidang, bentuk, warna, dan tekhnik digital yang digunakan dalam proses pembuatan karya. Hasil penciptaan karya motif ragam hias Karo baru dikembangkan dalam bentuk yang lebih modern dan minimalis sehingga bisa diseimbangkan dengan perkembangan seni saat ini.

Kata Kunci : Ragam hias Karo baru, Penciptaan ragam hias Karo baru, Kombinasi ragam hias tradisional Karo.


(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kerangka Teoritis ... 8

1. Pengertian Ragam Hias ... 8

2. Unsur-Unsur Ornamen ... 13

a. Garis... 13

b. Bidang dan Tekstur... 14

c. Warna... 17

3. Dasar-Dasar Penciptaan Ornamen ... 18

a. Repetisi (Pengulangan)... 18

b. Distorsi (Perubahan Bentuk)... 18

c. Stilasi (Penggayaan)... 19

d. Dekorasi... 20

4. Jenis-Jenis Ornamen Menurut Pola... 21

5. Ragam Hias (Ornamen) Tradisional Karo... 32

6. Pengertian Penciptaan... 69

7. Teori Penciptaan... 71

8. Desain grafis... 75

B. Landasan Penciptaan... 78


(10)

v

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 81

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 81

1. Populasi ... 81

2. Sampel Penelitian ... 82

C. Metode Penelitian... 82

1. Media... 82

2. Alat ... 83

3. Tekhnik ... 84

D. Tahap Penciptaan... 84

1. Tahap Mendapatkan Ide/Gagasan... 84

2. Tahap Perencanaan... 85

3. Tahap Perwujudan... 86

a. Tekhnik Manual... 86

b. Tekhnik Digital... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN, PENCIPTAAN DAN PEMBAHASAN.... 105

A. Hasil Penelitian... 105

B. Hasil Penciptaan... 110

C. Pembahasan... 114

D. Temuan Penelitian... 146

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 148

A. Kesimpulan... 148

B. Saran... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 150 LAMPIRAN


(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian... 81 Tabel 4.1 Motif Yang Di Olah Menjadi Motif Ragam Hias Karo Baru... 108


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Beberapa bentuk garis dengan ketebalan serta sifat goresan

yang berbeda, memberi kesan tertentu... 13

Gambar 2.2 Menurut letaknya pada bidang gambar, garis dapat memberi bentuk visual berupa vertikal, horizontal, melintang atau diagonal serta bentuk patah ataupun lengkung-lengkung... 14

Gambar 2.3 Garis-garis dan pengaruhnya terhadap mata... 14

Gambar 2.4 Beberapa Jenis Bidang... 15

Gambar 2.5 Beberapa Contoh Komposisi... 16

Gambar 2.6 Bidang Bentuk Dimensi... 16

Gambar 2.7 Beberapa bentuk tekstur, sifat dari tekstur ini dapat memperkaya sifat fisik suatu karya... 17

Gambar 2.8 Repetisi... 18

Gambar 2.9 Distorsi Binatang... 19

Gambar 2.10 Stilasi Tangan... 19

Gambar 2.11 Dekorasi... 20

Gambar 2.12 Motif Geometris... 23

Gambar 2.13 Motif Manusia... 26

Gambar 2.14 Motif Binatang... 27

Gambar 2.15 Motif Tumbuh-Tumbuhan... 28

Gambar 2.16 Motif Benda-Benda Alam... 30

Gambar 2.17 Motif Benda-Benda Teknologis dan Kaligrafi... 31

Gambar 2.18 Motif Raksasa... 31

Gambar 2.19 Gerga Tupak Salah Silima-Lima... 33

Gambar 2.20 Gerga Tupak Salah Sipitu-Pitu... 34

Gambar 2.21 Gerga Desa Siwaluh... 34

Gambar 2.22 Gerga Panai... 35


(13)

viii

Gambar 2.24 Gerga Bindu Matoguh... 36

Gambar 2.25 Gerga Tapak Raja Sulaiman... 37

Gambar 2.26 Gerga Pantil Manggis... 38

Gambar 2.27 Gerga Indung-Indung Simata... 38

Gambar 2.28 Gerga Tulak Paku Petundal... 39

Gambar 2.29 Gerga Lipan Nangkih Tongkeh... 39

Gambar 2.30 Gerga Kite-Kite Perkis... 40

Gambar 2.31Gerga Tutup Dadu dan Cimba Lau... 40

Gambar 2.32 Gerga Cekili Kambing... 41

Gambar 2.33 Gerga Ipen-Ipen... 42

Gambar 2.34 Gerga Lukisen Suki... 42

Gambar 2.35 Gerga Pucuk Merbung... 43

Gambar 2.36 Gerga Bunga Bincole... 43

Gambar 2.37 Gerga Pucuk Tenggiang... 44

Gambar 2.38 Gerga Surat Buta... 44

Gambar 2.39 Gerga Pengeret-Ret... 45

Gambar 2.40 Gerga Bendi-Bendi (Pengalo-Ngalo)... 45

Gambar 2.41 a. Gerga Embun Sikawiten Motif Kosmos, b. Gerga Embun Sikawiten Motif Tumbuhan... 46

Gambar 2.42 Gerga Litap-Litap Lembu... 47

Gambar 2.43 Gerga Tonggal... 47

Gambar 2.44 Gerga Keret-Keret Ketadu... 48

Gambar 2.45 Gerga Taruk-Taruk... 48

Gambar 2.46 Gerga Kidu-Kidu... 49

Gambar 2.47 Gerga Pendamaiken... 49

Gambar 2.48 Gerga Bulung Binara... 50

Gambar 2.49 Gerga Tanduk Kerbo Payung... 50


(14)

ix

Gambar 2.51 Gerga Raja Sulaiman... 51

Gambar 2.52 Gerga Bunga Lawang... 52

Gambar 2.53 Gerga Teger Tudung... 53

Gambar 2.54 Gerga Lukisen Umang... 53

Gambar 2.55 Gerga Lukisen Para-Para/ Gundur Mangalata... 54

Gambar 2.56 Gerga Tulak Paku... 54

Gambar 2.57 Gerga Lukisen Kurung Tendi... 55

Gambar 2.58 Gerga Osar-Osar... 55

Gambar 2.59 Gerga Sisik Kaperas... 55

Gambar 2.60 Gerga Galumbang Sitepuken... 56

Gambar 2.61 Gerga Kaba-Kaba... 56

Gambar 2.62 Gerga Lukisen Tagan... 57

Gambar 2.63 Gerga Embun Sikawiten... 58

Gambar 2.64 Gerga Piseren Kambing... 58

Gambar 2.65 Gerga Bak-Bak Tenggiang... 59

Gambar 2.66 Gerga Tampune-Tampune... 59

Gambar 2.67 Gerga Lumut-Lumut Lawit... 60

Gambar 2.68 Gerga Bunga Gundur... 61

Gambar 2.69 Gerga Mata-Mata Lembu... .. 61

Gambar 2.70 Gerga Duri Ikan... 62

Gambar 2.71 Gerga Tampuk-Tampuk Pinang... 62

Gambar 2.72 Gerga Ser-Ser Sigembal... 63

Gambar 2.73 Gerga Pancung-Pancung Cekala... 63

Gambar 2.74 Gerga Pakau-Pakau... 64

Gambar 2.75 Gerga Rawang Pultak... 64

Gambar 2.76 Gerga Lipan Nangkih Tongkeh... 65


(15)

x

Gambar 2.78 Gerga Bunga Gundur Sitelenen... 66

Gambar 2.79 Gerga Anjak-Anjak Beru Ginting... 66

Gambar 2.80 Gerga Baleng-Baleng... 67

Gambar 2.81 Gerga Ampik-Ampik Alas... 67

Gambar 2.82 Gerga Sik-Sik Naga Pantil Manggis... 68

Gambar 2.83 Gerga Anjak-Anjak Beru Ginting... 68

Gambar 2.84 Gerga Cuping... 69

Gambar 2.85 Skema Kerangka Berpikir... 80

Gambar 3.1 Ornamen Kurung Tendi... 87

Gambar 3.2 Ornamen Tutup Dadu/ Cimba Lau... 87

Gambar 3.3 Ornamen Pucuk Merbung... 88

Gambar 3.4 Ornamen Para-Para/ Gundur Mangalata... 88

Gambar 3.5 Ornamen Panai... 88

Gambar 3.6 Menggambar bagian dari motif ornamen Kurung Tendi... 89

Gambar 3.7 Menggambar bagian dari penggabungan motif ornamen Kurung Tendi dengan Tutup Dadu/Cimba Lau... 89

Gambar 3.8 Bagian dari motif ornamen Kurung Tendi dan Tutup Dadu/Cimba Lau dengan simetris... 90

Gambar 3.9 Menggambar bagian dari motif ornamen Kurung Tendi, Tutup Dadu/Cimba Lau dan Pucuk Merbung... 90

Gambar 3.10 Bagian dari motif ornamen Kurung Tendi, Tutup Dadu/ Cimba Lau, dan Pucuk Merbung dengan simetris... 91

Gambar 3.11 Menggambar bagian dari motif ornamen Para-Para/ Gundur Mangalata... 91

Gambar 3.12 Menggambar bagian dari pengulangan motif Pucuk Merbung... 92

Gambar 3.13 Menggambar bagian dari Motif ornamen Panai... 92

Gambar 3.14 Gambar motif ornamen Karo baru dari Penggabungan 5 motif... 93


(16)

xi

Gambar 3.16 Tampilan Photoshop dalam pengaturan warna hitam-putih... 94

Gambar 3.17 Tampilan Photoshop dalam pengaturan Level... 95

Gambar 3.18 Tampilan Photoshop dalam pengaturan Brightness/Contrast... 95

Gambar 3.19 Tampilan Photoshop dalam pengaturan Curves... 96

Gambar 3.20 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Pen Tool... 96

Gambar 3.21 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Pen Tool pada setiap sisi gambar yang disesuaikan dengan sudut dan lengkungan gambar.. 97

Gambar 3.22 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Pen Tool>Convert Point Tool... 97

Gambar 3.23 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Convert Point Tool dalam membuat lengkungan gambar... 98

Gambar 3.24 Tampilan Photoshop untuk membuat sudut lengkungan gambar.. 98

Gambar 3.25 hasil penyempurnaan motif dalam format JPEG... 99

Gambar 3.26 Tampilan Photoshop sebelum pewarnaan... 100

Gambar 3.27 Tampilan Photoshop dalam proses pewarnaan... 100

Gambar 3.28 Tampilan Photoshop untuk proses penebalan garis kontur pada motif ornamen... 101

Gambar 3.29 Motif ornamen tradisional Karo baru Dengan variasi warna merah dan hitam... 101

Gambar 3.30 Tampilan Photoshop untuk proses pengaturan efek warna... 102

Gambar 3.31 Motif ornamen tradisional Karo baru dengan tekhnik gradasi dua warna dengan format JPEG... 102

Gambar 3.32 Tampilan Photoshop untuk proses pewarnaan dengan tiga variasi warna... 103

Gambar 3.33 hasil akhir ornamen tradisional Karo baru dengan tiga variasi warna dengan format JPEG... 103

Gambar 3.34 Tampilan Photoshop untuk proses penerapan efek tiga dimensi... 104

Gambar 3.35 hasil akhir motif ornamen tradisional Karo baru dengan efek tiga dimensi dengan format JPEG... 104


(17)

xii

Gambar 4.2 Motif ragam hias Karo di interior dan eksterior bangunan

Museum Pusaka Karo... 107

Gambar 4.3 Motif ragam hias Karo pada benda pakai pisau Tumbuk Lada... 107

Gambar 4.4 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 1 dengan 5 Kombinasi... 111

Gambar 4.5 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 2 dengan 4 Kombinasi... 111

Gambar 4.6 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 3 dengan 5 Kombinasi... 111

Gambar 4.7 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 4 dengan 3 Kombinasi... 112

Gambar 4.8 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 5 dengan 4 Kombinasi... 112

Gambar 4.9 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 6 dengan 2 Kombinasi... 112

Gambar 4.10 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 7 dengan 2 Kombinasi... 112

Gambar 4.11 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 8 dengan 2 Kombinasi... 113

Gambar 4.12 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 9 dengan 3 Kombinasi... 113

Gambar 4.13 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 10 dengan 3 Kombinasi... 113

Gambar 4.14 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 11 dengan 4 Kombinasi... 113

Gambar 4.15 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 12 dengan 4 Kombinasi... 114

Gambar 4.16 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 13 dengan 5 Kombinasi... 114

Gambar 4.17 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 1 dengan 5 Kombinasi... 115

Gambar 4.17a... 116

Gambar 4.17b... 116


(18)

xiii

Gambar 4.17d... 117

Gambar 4.17e... 117

Gambar 4.17f... 118

Gambar 4.17g... 118

Gambar 4.17h... 118

Gambar 4.17i... 118

Gambar 4.17j... 118

Gambar 4.17k... 118

Gambar 4.18 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 2 dengan 4 Kombinasi... 119

Gambar 4.18a... 120

Gambar 4.18b... 121

Gambar 4.18c Motif ornamen dengan kontur putih dan latar belakang hitam... 121

Gambar 4.18d Motif ornamen dengan bentuk 3 dimensi... 121

Gambar 4.19 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 3 dengan 5 Kombinasi... 122

Gambar 4.19a... 122

Gambar 4.19b... 123

Gambar 4.19c Motif dengan repetisi kesamping... 124

Gambar 4.19d Motif dengan repetisi kesamping... 124

Gambar 4.19e Motif dengan repetisi ke bawah... 124

Gambar 4.20 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 4 dengan 3 Kombinasi... 125

Gambar 4.20a... 125

Gambar 4.20b... 126

Gambar 4.20c Motif ornamen dengan variasi warna... 126

Gambar 4.20d Motif ornamen dengan variasi efek 3 dimensi... 126

Gambar 4.21 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 5 dengan 4 Kombinasi... 127


(19)

xiv

Gambar 4.21a... 127

Gambar 4.21b... 128

Gambar 4.21c Motif ornamen dengan repetisi ke samping... 128

Gambar 4.21d Motif ornamen dengan efek 3 dimensi... 128

Gambar 4.22 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 6 dengan 2 Kombinasi... 129

Gambar 4.22a... 129

Gambar 4.22b... 130

Gambar 4.22c Motif dengan efek digital... 130

Gambar 4.22d Motif dengan efek 3 dimensi... 130

Gambar 4.22e Motif dengan kontur putih... 130

Gambar 4.23 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 7 dengan 2 Kombinasi... 131

Gambar 4.23a Motif dengan kontur putih dan latar belakang hitam... 132

Gambar 4.23b Motif dengan efek 3 dimensi... 132

Gambar 4.23c Motif dengan variasi warna degan efek digital... 132

Gambar 4.23d Motif dengan kontur hitam... 132

Gambar 4.24 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 8 dengan 2 Kombinasi... 133

Gambar 4.24a Motif dengan repetisi kesamping... 134

Gambar 4.24b Motif dengan repetisi kesamping, kontur putih dan latar belakang hitam... 134

Gambar 4.25 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 9 dengan 3 Kombinasi... 135

Gambar 4.25a Motif dengan repetisi ke samping dan variasi warna... 136

Gambar 4.25b Motif dengan efek 3 dimensi dan variasi warna... 136

Gambar 4.26 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 10 dengan 3 Kombinasi... 137

Gambar 4.26a Motif dengan repetisi ke samping saling berhadapan... 138


(20)

xv

Gambar 4.27 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 11

dengan 3 Kombinasi... 139

Gambar 4.27a... 140

Gambar 4.27b... 140

Gambar 4.27c... 140

Gambar 4.27d... 140

Gambar 4.28 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 12 dengan 4 Kombinasi... 141

Gambar 4.28a... 142

Gambar 4.28b... 142

Gambar 4.28c... 142

Gambar 4.29 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 13 dengan 5 Kombinasi... 143

Gambar 4.29a... 144

Gambar 4.29b... 144

Gambar 4.29c Motif dengan kontur putih, latar belakang hitam... 145

Gambar 4.29d Motif dengan efek digital... 145


(21)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Beberapa bentuk garis dengan ketebalan serta sifat goresan

yang berbeda, memberi kesan tertentu... 13

Gambar 2.2 Menurut letaknya pada bidang gambar, garis dapat memberi bentuk visual berupa vertikal, horizontal, melintang atau diagonal serta bentuk patah ataupun lengkung-lengkung... 14

Gambar 2.3 Garis-garis dan pengaruhnya terhadap mata... 14

Gambar 2.4 Beberapa Jenis Bidang... 15

Gambar 2.5 Beberapa Contoh Komposisi... 16

Gambar 2.6 Bidang Bentuk Dimensi... 16

Gambar 2.7 Beberapa bentuk tekstur, sifat dari tekstur ini dapat memperkaya sifat fisik suatu karya... 17

Gambar 2.8 Repetisi... 18

Gambar 2.9 Distorsi Binatang... 19

Gambar 2.10 Stilasi Tangan... 19

Gambar 2.11 Dekorasi... 20

Gambar 2.12 Motif Geometris... 23

Gambar 2.13 Motif Manusia... 26

Gambar 2.14 Motif Binatang... 27

Gambar 2.15 Motif Tumbuh-Tumbuhan... 28

Gambar 2.16 Motif Benda-Benda Alam... 30

Gambar 2.17 Motif Benda-Benda Teknologis dan Kaligrafi... 31

Gambar 2.18 Motif Raksasa... 31

Gambar 2.19 Gerga Tupak Salah Silima-Lima... 33

Gambar 2.20 Gerga Tupak Salah Sipitu-Pitu... 34

Gambar 2.21 Gerga Desa Siwaluh... 34

Gambar 2.22 Gerga Panai... 35


(22)

viii

Gambar 2.24 Gerga Bindu Matoguh... 36

Gambar 2.25 Gerga Tapak Raja Sulaiman... 37

Gambar 2.26 Gerga Pantil Manggis... 38

Gambar 2.27 Gerga Indung-Indung Simata... 38

Gambar 2.28 Gerga Tulak Paku Petundal... 39

Gambar 2.29 Gerga Lipan Nangkih Tongkeh... 39

Gambar 2.30 Gerga Kite-Kite Perkis... 40

Gambar 2.31Gerga Tutup Dadu dan Cimba Lau... 40

Gambar 2.32 Gerga Cekili Kambing... 41

Gambar 2.33 Gerga Ipen-Ipen... 42

Gambar 2.34 Gerga Lukisen Suki... 42

Gambar 2.35 Gerga Pucuk Merbung... 43

Gambar 2.36 Gerga Bunga Bincole... 43

Gambar 2.37 Gerga Pucuk Tenggiang... 44

Gambar 2.38 Gerga Surat Buta... 44

Gambar 2.39 Gerga Pengeret-Ret... 45

Gambar 2.40 Gerga Bendi-Bendi (Pengalo-Ngalo)... 45

Gambar 2.41 a. Gerga Embun Sikawiten Motif Kosmos, b. Gerga Embun Sikawiten Motif Tumbuhan... 46

Gambar 2.42 Gerga Litap-Litap Lembu... 47

Gambar 2.43 Gerga Tonggal... 47

Gambar 2.44 Gerga Keret-Keret Ketadu... 48

Gambar 2.45 Gerga Taruk-Taruk... 48

Gambar 2.46 Gerga Kidu-Kidu... 49

Gambar 2.47 Gerga Pendamaiken... 49

Gambar 2.48 Gerga Bulung Binara... 50

Gambar 2.49 Gerga Tanduk Kerbo Payung... 50


(23)

ix

Gambar 2.51 Gerga Raja Sulaiman... 51

Gambar 2.52 Gerga Bunga Lawang... 52

Gambar 2.53 Gerga Teger Tudung... 53

Gambar 2.54 Gerga Lukisen Umang... 53

Gambar 2.55 Gerga Lukisen Para-Para/ Gundur Mangalata... 54

Gambar 2.56 Gerga Tulak Paku... 54

Gambar 2.57 Gerga Lukisen Kurung Tendi... 55

Gambar 2.58 Gerga Osar-Osar... 55

Gambar 2.59 Gerga Sisik Kaperas... 55

Gambar 2.60 Gerga Galumbang Sitepuken... 56

Gambar 2.61 Gerga Kaba-Kaba... 56

Gambar 2.62 Gerga Lukisen Tagan... 57

Gambar 2.63 Gerga Embun Sikawiten... 58

Gambar 2.64 Gerga Piseren Kambing... 58

Gambar 2.65 Gerga Bak-Bak Tenggiang... 59

Gambar 2.66 Gerga Tampune-Tampune... 59

Gambar 2.67 Gerga Lumut-Lumut Lawit... 60

Gambar 2.68 Gerga Bunga Gundur... 61

Gambar 2.69 Gerga Mata-Mata Lembu... .. 61

Gambar 2.70 Gerga Duri Ikan... 62

Gambar 2.71 Gerga Tampuk-Tampuk Pinang... 62

Gambar 2.72 Gerga Ser-Ser Sigembal... 63

Gambar 2.73 Gerga Pancung-Pancung Cekala... 63

Gambar 2.74 Gerga Pakau-Pakau... 64

Gambar 2.75 Gerga Rawang Pultak... 64

Gambar 2.76 Gerga Lipan Nangkih Tongkeh... 65


(24)

x

Gambar 2.78 Gerga Bunga Gundur Sitelenen... 66

Gambar 2.79 Gerga Anjak-Anjak Beru Ginting... 66

Gambar 2.80 Gerga Baleng-Baleng... 67

Gambar 2.81 Gerga Ampik-Ampik Alas... 67

Gambar 2.82 Gerga Sik-Sik Naga Pantil Manggis... 68

Gambar 2.83 Gerga Anjak-Anjak Beru Ginting... 68

Gambar 2.84 Gerga Cuping... 69

Gambar 2.85 Skema Kerangka Berpikir... 80

Gambar 3.1 Ornamen Kurung Tendi... 87

Gambar 3.2 Ornamen Tutup Dadu/ Cimba Lau... 87

Gambar 3.3 Ornamen Pucuk Merbung... 88

Gambar 3.4 Ornamen Para-Para/ Gundur Mangalata... 88

Gambar 3.5 Ornamen Panai... 88

Gambar 3.6 Menggambar bagian dari motif ornamen Kurung Tendi... 89

Gambar 3.7 Menggambar bagian dari penggabungan motif ornamen Kurung Tendi dengan Tutup Dadu/Cimba Lau... 89

Gambar 3.8 Bagian dari motif ornamen Kurung Tendi dan Tutup Dadu/Cimba Lau dengan simetris... 90

Gambar 3.9 Menggambar bagian dari motif ornamen Kurung Tendi, Tutup Dadu/Cimba Lau dan Pucuk Merbung... 90

Gambar 3.10 Bagian dari motif ornamen Kurung Tendi, Tutup Dadu/ Cimba Lau, dan Pucuk Merbung dengan simetris... 91

Gambar 3.11 Menggambar bagian dari motif ornamen Para-Para/ Gundur Mangalata... 91

Gambar 3.12 Menggambar bagian dari pengulangan motif Pucuk Merbung... 92

Gambar 3.13 Menggambar bagian dari Motif ornamen Panai... 92

Gambar 3.14 Gambar motif ornamen Karo baru dari Penggabungan 5 motif... 93


(25)

xi

Gambar 3.16 Tampilan Photoshop dalam pengaturan warna hitam-putih... 94

Gambar 3.17 Tampilan Photoshop dalam pengaturan Level... 95

Gambar 3.18 Tampilan Photoshop dalam pengaturan Brightness/Contrast... 95

Gambar 3.19 Tampilan Photoshop dalam pengaturan Curves... 96

Gambar 3.20 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Pen Tool... 96

Gambar 3.21 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Pen Tool pada setiap sisi gambar yang disesuaikan dengan sudut dan lengkungan gambar.. 97

Gambar 3.22 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Pen Tool>Convert Point Tool... 97

Gambar 3.23 Tampilan Photoshop untuk penggunaan Convert Point Tool dalam membuat lengkungan gambar... 98

Gambar 3.24 Tampilan Photoshop untuk membuat sudut lengkungan gambar.. 98

Gambar 3.25 hasil penyempurnaan motif dalam format JPEG... 99

Gambar 3.26 Tampilan Photoshop sebelum pewarnaan... 100

Gambar 3.27 Tampilan Photoshop dalam proses pewarnaan... 100

Gambar 3.28 Tampilan Photoshop untuk proses penebalan garis kontur pada motif ornamen... 101

Gambar 3.29 Motif ornamen tradisional Karo baru Dengan variasi warna merah dan hitam... 101

Gambar 3.30 Tampilan Photoshop untuk proses pengaturan efek warna... 102

Gambar 3.31 Motif ornamen tradisional Karo baru dengan tekhnik gradasi dua warna dengan format JPEG... 102

Gambar 3.32 Tampilan Photoshop untuk proses pewarnaan dengan tiga variasi warna... 103

Gambar 3.33 hasil akhir ornamen tradisional Karo baru dengan tiga variasi warna dengan format JPEG... 103

Gambar 3.34 Tampilan Photoshop untuk proses penerapan efek tiga dimensi... 104

Gambar 3.35 hasil akhir motif ornamen tradisional Karo baru dengan efek tiga dimensi dengan format JPEG... 104


(26)

xii

Gambar 4.2 Motif ragam hias Karo di interior dan eksterior bangunan

Museum Pusaka Karo... 107

Gambar 4.3 Motif ragam hias Karo pada benda pakai pisau Tumbuk Lada... 107

Gambar 4.4 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 1 dengan 5 Kombinasi... 111

Gambar 4.5 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 2 dengan 4 Kombinasi... 111

Gambar 4.6 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 3 dengan 5 Kombinasi... 111

Gambar 4.7 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 4 dengan 3 Kombinasi... 112

Gambar 4.8 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 5 dengan 4 Kombinasi... 112

Gambar 4.9 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 6 dengan 2 Kombinasi... 112

Gambar 4.10 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 7 dengan 2 Kombinasi... 112

Gambar 4.11 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 8 dengan 2 Kombinasi... 113

Gambar 4.12 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 9 dengan 3 Kombinasi... 113

Gambar 4.13 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 10 dengan 3 Kombinasi... 113

Gambar 4.14 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 11 dengan 4 Kombinasi... 113

Gambar 4.15 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 12 dengan 4 Kombinasi... 114

Gambar 4.16 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 13 dengan 5 Kombinasi... 114

Gambar 4.17 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 1 dengan 5 Kombinasi... 115

Gambar 4.17a... 116

Gambar 4.17b... 116


(27)

xiii

Gambar 4.17d... 117

Gambar 4.17e... 117

Gambar 4.17f... 118

Gambar 4.17g... 118

Gambar 4.17h... 118

Gambar 4.17i... 118

Gambar 4.17j... 118

Gambar 4.17k... 118

Gambar 4.18 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 2 dengan 4 Kombinasi... 119

Gambar 4.18a... 120

Gambar 4.18b... 121

Gambar 4.18c Motif ornamen dengan kontur putih dan latar belakang hitam... 121

Gambar 4.18d Motif ornamen dengan bentuk 3 dimensi... 121

Gambar 4.19 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 3 dengan 5 Kombinasi... 122

Gambar 4.19a... 122

Gambar 4.19b... 123

Gambar 4.19c Motif dengan repetisi kesamping... 124

Gambar 4.19d Motif dengan repetisi kesamping... 124

Gambar 4.19e Motif dengan repetisi ke bawah... 124

Gambar 4.20 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 4 dengan 3 Kombinasi... 125

Gambar 4.20a... 125

Gambar 4.20b... 126

Gambar 4.20c Motif ornamen dengan variasi warna... 126

Gambar 4.20d Motif ornamen dengan variasi efek 3 dimensi... 126

Gambar 4.21 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 5 dengan 4 Kombinasi... 127


(28)

xiv

Gambar 4.21a... 127

Gambar 4.21b... 128

Gambar 4.21c Motif ornamen dengan repetisi ke samping... 128

Gambar 4.21d Motif ornamen dengan efek 3 dimensi... 128

Gambar 4.22 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 6 dengan 2 Kombinasi... 129

Gambar 4.22a... 129

Gambar 4.22b... 130

Gambar 4.22c Motif dengan efek digital... 130

Gambar 4.22d Motif dengan efek 3 dimensi... 130

Gambar 4.22e Motif dengan kontur putih... 130

Gambar 4.23 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 7 dengan 2 Kombinasi... 131

Gambar 4.23a Motif dengan kontur putih dan latar belakang hitam... 132

Gambar 4.23b Motif dengan efek 3 dimensi... 132

Gambar 4.23c Motif dengan variasi warna degan efek digital... 132

Gambar 4.23d Motif dengan kontur hitam... 132

Gambar 4.24 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 8 dengan 2 Kombinasi... 133

Gambar 4.24a Motif dengan repetisi kesamping... 134

Gambar 4.24b Motif dengan repetisi kesamping, kontur putih dan latar belakang hitam... 134

Gambar 4.25 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 9 dengan 3 Kombinasi... 135

Gambar 4.25a Motif dengan repetisi ke samping dan variasi warna... 136

Gambar 4.25b Motif dengan efek 3 dimensi dan variasi warna... 136

Gambar 4.26 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 10 dengan 3 Kombinasi... 137

Gambar 4.26a Motif dengan repetisi ke samping saling berhadapan... 138


(29)

xv

Gambar 4.27 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 11

dengan 3 Kombinasi... 139

Gambar 4.27a... 140

Gambar 4.27b... 140

Gambar 4.27c... 140

Gambar 4.27d... 140

Gambar 4.28 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 12 dengan 4 Kombinasi... 141

Gambar 4.28a... 142

Gambar 4.28b... 142

Gambar 4.28c... 142

Gambar 4.29 Ragam Hias Karo Baru Daniel. A. Kacaribu 13 dengan 5 Kombinasi... 143

Gambar 4.29a... 144

Gambar 4.29b... 144

Gambar 4.29c Motif dengan kontur putih, latar belakang hitam... 145

Gambar 4.29d Motif dengan efek digital... 145


(30)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad. Ragam hias tersebut juga memiliki beragam jenis pola yang cukup banyak dan telah menjadi salah satu cabang kesenian di Indonesia. Namun seperti halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat sebagai salah satu sumber utama ornamen telah banyak yang rusak dan hilang karena tidak dirawat. Kebudayaan yang bersifat tradisional ini telah mulai tersisih akibat pengaruh zaman kontemporer, karena dianggap kurang praktis.

Melihat perbandingan rumah-rumah tradisional (rumah adat) dengan non tradisional (rumah modern) yang ada di daerah tanah Karo, dapat digambarkan bahwa suatu ketika rumah-rumah tradisional tersebut akan hilang jika tidak ada upaya yang dilakukan untuk penyelamatan.

Ragam hias atau ornamen yang terdapat di rumah adat sepintas dapat dikatakan bertujuan untuk memperindah atau sebagai penghias dinding rumah adat tersebut. Di samping itu ragam hias tersebut memiliki fungsi dan tujuan tertentu, bahkan masyarakat setempat mempercayai bahwa ornamen-ornamen yang terdapat pada rumah adat tersebut memiliki mitos sebagai pelindung dari marabahaya (bala), misalnya motif ornamen Tapak Raja Sulaiman yang berfungsi


(31)

2

untuk penolak bala, menahan roh-roh jahat, anti racun, gatal-gatal dan juga berfungsi sebagai petunjuk jalan supaya jangan tersesat diperjalanan terutama di hutan. Tapak Raja Sulaiman ditempatkan di bagian dinding rumah adat, Jambur, benda-benda adat seperti : Gantang Beru-Beru, cincin dan Pustaka Najati.

Ragam hias (ornamen) tidak hanya dijumpai di rumah adatnya saja tetapi sering juga dijumpai di tempat-tempat ibadah, tempat-tempat pertemuan, dan benda-benda budaya lainnya seperti alat-alat perlengkapan rumah tangga, kain adat bahkan pada hasil kerajinan daerah yang masih bertahan.

Keberadaan ragam hias (ornamen) tradisional Karo yang indah dan mempesona dapat dijadikan media untuk mengangkat citra daerah Karo, karena ragam hias (ornamen) tradisional Karo tidak hanya diminati oleh masyarakat Karo saja akan tetapi juga diminati dan menarik perhatian masyarakat luas. Berbagai pola ragam hias (ornamen) dapat ditemukan seperti pola gambar bebas, pola geometris, dan pola gambar lainnya. Zaman dahulu fungsi ragam hias (ornamen) tradisional Karo selain sebagai hiasan yang dianggap hanya memiliki nilai keindahan saja, ragam hias (ornamen) tradisional Karo merupakan simbol-simbol atau lambang-lambang yang mengandung makna seperti ketentraman hidup dan simbol keselamatan warga masyarakat penggunanya.

Keberadaan benda-benda sejarah tradisional Karo semakin langka untuk dijumpai saat ini. Hal ini disebabkan karena berkurangnya minat masyarakat Karo terhadap kebudayaan Karo dan cenderung dipengaruhi oleh kebudayaan modern yang lebih diminati oleh masyarakat tersebut. Padahal wisatawan luar maupun wisatawan dalam negeri yang berkunjung ke daerah tanah Karo selain dapat


(32)

3

menikmati keindahan alamnya juga ingin menikmati dan mengenal hasil kebudayaan yang dimiliki oleh suku Karo, yang seharusnya menjadi suatu ciri khas tanah Karo yang berbeda dengan hasil budaya daerah lain.

Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kebudayaan di daerah Karo telah mengalami perubahan sejak masuknya agama di tengah-tengah masyarakat Karo. Kebiasaan-kebiasaan pada masa lampau kini sudah banyak ditinggalkan, seperti percaya pada hal-hal yang memiliki kekuatan yang bersifat magis sesuatu yang tabu untuk diucapkan. Dan saat ini semua telah beralih ke hal-hal yang kontemporer. Sebagai pengenalan lebih jauh tentang ragam hias (ornamen) Karo inovator juga memaparkan dari sisi lain dengan kemajuan zaman dan pengaruh agama, maka ragam hias (ornamen) sekarang titik berat penggunaannya hanya dari unsur keindahan, kemegahan, dan hiasan baik untuk bangunan maupun untuk benda-benda pakai dan penghias lainnya.

Zaman terus berkembang, perkembangan pembangunan perumahan dan perkantoran semakin berkembang di kabupaten Karo. Peran ornamen sebagai ragam hias masih sering diperlukan untuk menghias bangunan-bangunan tersebut. Seperti kantor Bupati yang dihias dengan ragam hias, demikian juga dengan kantor-kantor lainnya.

Sebagai salah satu tujuan daerah di Sumatera Utara peran ragam hias juga sering dapat dilihat diberbagai produk maupun di karya-karya kerajinan. Jumlah bentuk dan motif ragam hias tradisional tidak bertambah sedangkan kebutuhan akan variasi ragam hias sebagai penghias produk yang dapat memperlihatkan citra budaya Karo semakin diperlukan untuk diperkuat citra budaya daerah tersebut


(33)

4

sebagai penglihat pengunjung atau wisatawan yang datang di daerah tersebut. Pertambahan pembangunan yang semakin hari semakin pesat dibutuhkan juga jumlah bentuk dan motif ragam hias yang semakin kaya dan bervariasi.

Masalah yang tampak dewasa ini di kabupaten Karo banyak bangunan-bangunan dihias dengan variasi ragam hias yang kurang serasi dengan karakter ragam hias yang sudah ada. Misalnya di kawasan Tahura (Taman Hutan Raya) di desa Tongkoh Berastagi tampak beberapa bangunan yang masih menggunakan pola Ayo-Ayo yang di serap melalui ciri pola rumah adat Karo, tetapi penampilan ragam hiasnya sudah meninggalkan ciri dan watak ragam hias tradisional Karo pada umumnya dan sudah bercampur baur dengan ragam hias daerah lain misalnya ragam hias batak Toba.

Hal seperti itu terus berkembang bisa jadi menghilangkan ciri khas dan karakter ragam hias tradisional Karo pada umumnya. Inovator ingin menumbuhkan atau membangkitkan kembali rasa cinta terhadap budaya Karo. Sekaligus mendokumentasikan khususnya pada ragam hias tradisional Karo, agar masyarakat Karo sadar bahwa betapa pentingnya menjaga kebudayaannya sendiri. Karena kebudayaan merupakan pertinggal warisan nenek moyang dahulu kala, jadi harus menjaga kelestariannya juga. Sehingga sampai ke generasi seterusnya kelak, juga bisa mengenal budaya leluhur. Dari fenomena tersebut timbul gagasan inovator untuk memperkaya jumlah motif ragam hias Karo dengan metode pemanfaatan unsur-unsur atau bagian-bagian terpilih dari rangkaian ragam hias Karo tradisional. Misalnya dengan memilih unsur-unsur ragam hias tertentu yang di gabung dengan unsur-unsur ragam hias lainnya dapat meninggalkan


(34)

5

karakteristik tradisionalnya. Hal tersebut akan diwujudkan dengan melakukan pengamatan yang teliti tentang karakter unsur-unsur ragam hias tersebut. Sehingga ragam hias yang ditampilkan masih dapat dikenali sebagai perkembangan ragam hias tradisional Karo.

Dari penjelasan di atas dan sekaligus untuk mengetahui langkah-langkah maupun tekhnik yang harus dilaksanakan, maka inovator mengambil judul “Kombinasi Bentuk Ragam Hias Tradisional Karo Dalam Penciptaan Motif Dasar Ragam Hias Karo Baru”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat di ambil identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Ragam hias Karo sangat kaya dengan bentuk dan variasi. Ragam hias Karo masih digunakan dalam menghias sebagai produk, tetapi jumlahnya terbatas.

2. Sudah diamati beberapa penggunaan ragam hias dari sekian banyak bangunan-bangunan pemerintah kabupaten Karo yang secara umum mengadaptasi ciri-ciri bangunan rumah adat tradisional, dengan motif-motif ragam hias yang kurang dikenali sebagai ragam hias tradisional Karo pada umumnya.

3. Pengembangan motif ragam hias Karo sebaiknya masih memperlihatkan ciri-ciri dan karakter ragam hias Karo yang sudah di kenal dengan


(35)

6

masyarakat, dan tidak mengesankan citra ragam hias daerah lain jika hal tersebut ingin menunjukkan karakteristik budaya Karo.

4. Metode pengembangan dapat di lakukan dengan penghayatan karakter bentuk dan motif Karo pada umumnya.

C. Pembatasan Masalah

Setelah mengadakan identifikasi dari masalah yang akan di teliti, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Jumlah ragam hias etnis tradisional Karo yang terbatas.

2. Penciptaan bentuk dan motif ragam hias Karo baru yang didasarkan pada unsur-unsur bagian motif dari rangkaian susunan ragam hias tradisional Karo.

3. Menampilkan hasil ciptaan yang mudah dikenal sebagai gabungan unsur-unsur ragam hias tradisional Karo dengan tahapan dan tekhnik yang digunakan.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian penciptaan karya ini adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah jenis-jenis ornamen atau ragam hias yang dikombinasikan dalam penciptaan motif dasar ornamen atau ragam hias tradisional Karo baru?


(36)

7

2. Bagaimana mengembangkan bentuk dan motif ragam hias Karo yang didasarkan pada bentuk dan motif ragam hias sebelumnya?

3. Apakah bentuk yang akan diciptakan masih dikenali sebagai gabungan dari unsur-unsur ragam hias tradisional Karo?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan ragam hias Karo baru sebagai pengayaan ragam hias Karo baru.

2. Untuk menciptakan bentuk dan motif ragam hias Karo baru.

3. Untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan dan tekhnik penciptaan ragam hias Karo baru.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari pembuatan penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai penghias berbagai produk yang berciri khas etnis Karo.

2. Sebagai sarana dalam membudayakan pada masyarakat umum, khususnya pada masyarakat Karo.


(37)

148 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dijajarkan pada uraian terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Terciptanya motif ragam hias Karo baru secara keseluruhan bersumber dari motif-motif ornamen tradisional Karo. Motif ornamen yang mendominasi penciptaan karya tersebut adalah Tapak Raja Sulaiman, Pantil Manggis, Tulak Paku Petundal, Tutup Dadu/Cimba Lau, Pucuk Merbung, Pucuk Tenggiang, Keret-Keret Ketadu, Tanduk Kerbo Payung, Bunga Gundur, Teger Tudung, Lukisen Umang, Lukisen Para-Para/Gundur Mangalata, Tulak Paku, dan Lukisen Kurung Tendi.

2. Motif ragam hias Karo baru dikembangkan dengan cara menggabungkan bagian tertentu dari masing-masing ornamen yang akan digabungkan menjadi satu motif yang baru. Proses pembuatannya diawali dengan menggambar secara manual, kemudian di scan ke komputer dalam bentuk Jpeg. Setelah itu di olah dengan tekhnik digital menggunakan program komputer Photoshop CS5.

3. Bentuk dasar yang diaplikasikan pada motif ragam hias Karo baru masih mengadopsi karakter tradisional. Inovator hanya mengembangkan


(38)

149

ornamen ke tema yang lebih baru atau modern tanpa menghilangkan unsur tradisionalnya, mulai dari unsur bentuk, pola, maupun unsur warnanya sehingga fungsi pengaplikasiannya lebih beragam, bukan hanya diaplikasikan untuk ornamen rumah maupun bangunan saja melainkan pengaplikasian pada aplikasi lainnya seperti logo produk, sampul, poster, undangan dan yang lainnya.

B. Saran

Adapun saran bagi perkembangan penciptaan selanjutnya antara lain : 1. Bagi pembaca dan rekan-rekan yang memiliki kreativitas yang tinggi

hendaknya dapat berpartisipasi bersama dalam menumbuh-kembangkan nilai budaya tradisional seperti karya-karya yang penulis ciptakan. Karena jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi.

2. Sebagai bahan masukan bagi perupa lainnya, untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan kita, khususnya pelestarian ornamen tradisional Karo dengan melahirkan karya-karya baru yang mengangkat unsur-unsur bentuk tradisional ke bentuk yang lebih modern.

3. Bagi rekan-rekan Mahasiswa seni rupa, hendaknya berdasarkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan unsur-unsur kebudayaan dari ras dan suku kita masing-masing menjadi sebuah karya yang bermanfaat di lingkungan masyarakat dan perkembangan seni di Indonesia.


(39)

150

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Armstrong, Helen. 2009. Graphic Design Theory Reading From The Field. Terjemahan Erastus Hans Indrajaya. 2010. Yogyakarta: CV Andi Offset. Budiwiwaramulja, Dwi. 2006. Peran Grafis Komputer Dalam Pendidikan. Jurnal

Seni Rupa: FBS Unimed: vol 3. No 2, Medan.

Dewobroto, Bambang Trisilo. 2005. Gaya Lukis Sebagai Acuan Penciptaan Karya Seni Lukis. Jurnal Penciptaan Dan Pengkajian Seni: vol 1, Yogyakarta.

Ghiselin, Prof. Brewster. Tanpa tahun. Proses Kreatif. Terjemahan Wasid Soewarto. 1983. Jakarta: Gunung Jati.

Ginting, Sri Juita. 2012. Visualisasi Karakter Feminim Dalam Karya Grafis Komputer Bertema Robot. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Meyer, Franz Sales. 1892. Hand Book of Ornament. Carlsuhe: Dover Publisher. Pardede, Lasman. 2008. Poster Pemanasan Global Dalam Karya Desain Grafis.

Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed: vol 5, Medan.

Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Purba, Destanta Permana. 2013. Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Karo Pada Rumah Adat Siwaluh Jabu Di Desa Lingga. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Rum, Sarah Handayani Pinta. 1995. Citra Wanita dalam Tujuh Lukisan Karya Lucia Hartini. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sachari, Agus. 1986. Desain Gaya dan Realitas. Jakarta: CV Rajawali.

Sahman, Humar. 1993. Mengenal Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sembiring, Dermawan. 2007. Penyusunan Kurikulum Program Studi Desain Grafis Melalui Indentifikasi Kebutuhan Di Sumatera Utara. Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed: vol 5. No 1, Medan.


(40)

151

Sinurat, Julister Swarda. 2008. Penerapan Ornamen Batak Toba pada Gereja Katolik Paroki Santo Mikhael Pangururan. Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed: Vol 5. No 2, Medan.

Sirait, Baginda. 1980. Desain Ornamen Tradisional Di Sumatera Utara. Medan: IKIP Medan.

Siregar, Surya Bakti. 2009. Manga Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Desain Grafis Komputer. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sitepu, A.G. 1980. Ragam Hias (Ornamen) Tradisional Karo Seri A. Medan: Proyek Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize.

Toekio, Soegeng. 1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa. http://senirupaunimed.wordpress.com/2009/03/13/seni ornamen/08 Juli


(1)

masyarakat, dan tidak mengesankan citra ragam hias daerah lain jika hal tersebut ingin menunjukkan karakteristik budaya Karo.

4. Metode pengembangan dapat di lakukan dengan penghayatan karakter bentuk dan motif Karo pada umumnya.

C. Pembatasan Masalah

Setelah mengadakan identifikasi dari masalah yang akan di teliti, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Jumlah ragam hias etnis tradisional Karo yang terbatas.

2. Penciptaan bentuk dan motif ragam hias Karo baru yang didasarkan pada unsur-unsur bagian motif dari rangkaian susunan ragam hias tradisional Karo.

3. Menampilkan hasil ciptaan yang mudah dikenal sebagai gabungan unsur-unsur ragam hias tradisional Karo dengan tahapan dan tekhnik yang digunakan.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian penciptaan karya ini adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah jenis-jenis ornamen atau ragam hias yang dikombinasikan dalam penciptaan motif dasar ornamen atau ragam hias tradisional Karo baru?


(2)

7

2. Bagaimana mengembangkan bentuk dan motif ragam hias Karo yang didasarkan pada bentuk dan motif ragam hias sebelumnya?

3. Apakah bentuk yang akan diciptakan masih dikenali sebagai gabungan dari unsur-unsur ragam hias tradisional Karo?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan ragam hias Karo baru sebagai pengayaan ragam hias Karo baru.

2. Untuk menciptakan bentuk dan motif ragam hias Karo baru.

3. Untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan dan tekhnik penciptaan ragam hias Karo baru.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari pembuatan penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai penghias berbagai produk yang berciri khas etnis Karo.

2. Sebagai sarana dalam membudayakan pada masyarakat umum, khususnya pada masyarakat Karo.


(3)

148

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dijajarkan pada uraian terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Terciptanya motif ragam hias Karo baru secara keseluruhan bersumber dari motif-motif ornamen tradisional Karo. Motif ornamen yang mendominasi penciptaan karya tersebut adalah Tapak Raja Sulaiman, Pantil Manggis, Tulak Paku Petundal, Tutup Dadu/Cimba Lau, Pucuk Merbung, Pucuk Tenggiang, Keret-Keret Ketadu, Tanduk Kerbo Payung, Bunga Gundur, Teger Tudung, Lukisen Umang, Lukisen Para-Para/Gundur Mangalata, Tulak Paku, dan Lukisen Kurung Tendi.

2. Motif ragam hias Karo baru dikembangkan dengan cara menggabungkan bagian tertentu dari masing-masing ornamen yang akan digabungkan menjadi satu motif yang baru. Proses pembuatannya diawali dengan menggambar secara manual, kemudian di scan ke komputer dalam bentuk Jpeg. Setelah itu di olah dengan tekhnik digital menggunakan program komputer Photoshop CS5.

3. Bentuk dasar yang diaplikasikan pada motif ragam hias Karo baru masih mengadopsi karakter tradisional. Inovator hanya mengembangkan


(4)

149

ornamen ke tema yang lebih baru atau modern tanpa menghilangkan unsur tradisionalnya, mulai dari unsur bentuk, pola, maupun unsur warnanya sehingga fungsi pengaplikasiannya lebih beragam, bukan hanya diaplikasikan untuk ornamen rumah maupun bangunan saja melainkan pengaplikasian pada aplikasi lainnya seperti logo produk, sampul, poster, undangan dan yang lainnya.

B. Saran

Adapun saran bagi perkembangan penciptaan selanjutnya antara lain : 1. Bagi pembaca dan rekan-rekan yang memiliki kreativitas yang tinggi

hendaknya dapat berpartisipasi bersama dalam menumbuh-kembangkan nilai budaya tradisional seperti karya-karya yang penulis ciptakan. Karena jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi.

2. Sebagai bahan masukan bagi perupa lainnya, untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan kita, khususnya pelestarian ornamen tradisional Karo dengan melahirkan karya-karya baru yang mengangkat unsur-unsur bentuk tradisional ke bentuk yang lebih modern.

3. Bagi rekan-rekan Mahasiswa seni rupa, hendaknya berdasarkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan unsur-unsur kebudayaan dari ras dan suku kita masing-masing menjadi sebuah karya yang bermanfaat di lingkungan masyarakat dan perkembangan seni di Indonesia.


(5)

150

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Armstrong, Helen. 2009. Graphic Design Theory Reading From The Field. Terjemahan Erastus Hans Indrajaya. 2010. Yogyakarta: CV Andi Offset. Budiwiwaramulja, Dwi. 2006. Peran Grafis Komputer Dalam Pendidikan. Jurnal

Seni Rupa: FBS Unimed: vol 3. No 2, Medan.

Dewobroto, Bambang Trisilo. 2005. Gaya Lukis Sebagai Acuan Penciptaan Karya Seni Lukis. Jurnal Penciptaan Dan Pengkajian Seni: vol 1, Yogyakarta.

Ghiselin, Prof. Brewster. Tanpa tahun. Proses Kreatif. Terjemahan Wasid Soewarto. 1983. Jakarta: Gunung Jati.

Ginting, Sri Juita. 2012. Visualisasi Karakter Feminim Dalam Karya Grafis Komputer Bertema Robot. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Meyer, Franz Sales. 1892. Hand Book of Ornament. Carlsuhe: Dover Publisher. Pardede, Lasman. 2008. Poster Pemanasan Global Dalam Karya Desain Grafis.

Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed: vol 5, Medan.

Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Purba, Destanta Permana. 2013. Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Karo Pada Rumah Adat Siwaluh Jabu Di Desa Lingga. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Rum, Sarah Handayani Pinta. 1995. Citra Wanita dalam Tujuh Lukisan Karya Lucia Hartini. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sachari, Agus. 1986. Desain Gaya dan Realitas. Jakarta: CV Rajawali.

Sahman, Humar. 1993. Mengenal Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sembiring, Dermawan. 2007. Penyusunan Kurikulum Program Studi Desain Grafis Melalui Indentifikasi Kebutuhan Di Sumatera Utara. Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed: vol 5. No 1, Medan.


(6)

Sinurat, Julister Swarda. 2008. Penerapan Ornamen Batak Toba pada Gereja Katolik Paroki Santo Mikhael Pangururan. Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed: Vol 5. No 2, Medan.

Sirait, Baginda. 1980. Desain Ornamen Tradisional Di Sumatera Utara. Medan: IKIP Medan.

Siregar, Surya Bakti. 2009. Manga Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Desain Grafis Komputer. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sitepu, A.G. 1980. Ragam Hias (Ornamen) Tradisional Karo Seri A. Medan: Proyek Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize.

Toekio, Soegeng. 1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa. http://senirupaunimed.wordpress.com/2009/03/13/seni ornamen/08 Juli