Pengembangan Pola Ragam Hias Trowuli

Pengembangan Pola Ragam Hias Trowuli
Sari Wulandari
DKV NewMedia BINUS University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Jakarta 11480
(021) 534 3830 ext 2107, swulandari@binus.edu

Abstract
Trowuli is a series of ornaments that inspired from decorative ornaments on Majapahit Kingdom. This
ornament visualize Indonesian exotic nuance and interest many tourist all over the world, besides it
has potential assets for art and design development in Indonesia. The design process elaborate with
preparation, elaboration, synthesize, and implementation method. By numbers of experimentations
with type of pattern, arrangement and compositions, Trowuli ornaments are developed to become band
and tiled ornaments. These developments make the ornaments ready to use for nowadays lifestyle and
in contemporary mood. It enrich Indonesian ornaments and people can use it in broad and wide needs.
Keywords: Trowuli, Pattern, Ornaments, Pottery, Majapahit, Trowulan

Abstrak
Ragam hias Trowuli merupakan ragam hias yang berinspirasi pada ornament dekoratif yang terdapat
pada gerabah masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Ragam hias ini memiliki kesan eksotis dan berdaya
tarik tersendiri bagi para turis mancanegara serta berpotensi untuk menjadi aset yang berharga untuk
perkembangan dunia desain dan seni di Indonesia. Penciptaan perancangan dilakukan dengan metode
Persiapan, Elaborasi, Sintesis, dan Implementasi. Pengembangan pola ragam hias dilakukan melalui

serangkaian eksperimentasi dengan beberapa pendekatan baik jenis pola maupun jenis komposisi
ragam hias yang umumnya terdapat pada bangunan. Dengan dilakukannya pengembangan pola
ragam hias ini maka ragam hias Trowuli dapat siap digunakan untuk beragam kebutuhan di masa
sekarang yang tentunya akan memperkaya khazanah ragam hias Indonesia dan dimanfaatkan untuk
kebutuhan yang lebih luas.
Keywords: Trowuli, Pola, Ragam Hias, Gerabah, Majapahit, Trowulan

PENDAHULUAN
Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia karena kebudayaannya yang kaya. Membahas soal
kebudayaan Indonesia tidak dapat terlepas dari sejarah seni dan budaya bangsa Indonesia yang
panjang. Kerajaan Majapahit sudah dikenal sebagai kerajaan besar di abad 13-16 dengan temuan
berbagai jenis tinggalan arkeologinya yang menunjukkan bahwa Kerajaan Majapahit memiliki
peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Pada masa jayanya, Kerajaan Majapahit meliputi wilayah
nusantara bahkan hingga ke Asia Tenggara. Dengan kejayaannya Majapahit turut membentuk karakter
negara dan bangsa Indonesia, seperti Sumpah Palapa yang bertekad untuk menyatukan nusantara,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan kutipan dari sebuah buku Jawa Kuna yaitu kakawin
Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14 dan Sang Saka
Merah Putih yang menjadi atribut bangsa dan Negara Indonesia. Berbagai artefak dan puluhan situs
arkeologi yang dapat dijumpai saat ini di Trowulan menjadi bukti nyata kebesaran Kerajaan Majapahit
di masa lalu. Bukti-bukti kebesaran Kerajaan Majapahit ini diharapkan menjadi inspirasi untuk

membangun dan mengembangkan potensi yang besar yang dimiliki bangsa Indonesia, di mana
penelusurannya dapat dilakukan melalui pengembangan ragam hias alternatif Indonesia dan
pemanfaatan aplikasinya dalam konteks masa sekarang terutama bagi generasi muda Indonesia.

Gambar 1. Tempayan Gerabah Peninggalan Majapahit
(Sumber: Museum Majapahit, Trowulan, Jawa Timur – dok. pribadi)

Ragam Hias Trowuli adalah ragam hias kontemporer Indonesia yang berinspirasi dari ragam hias pada
fragmen-fragmen gerabah peninggalan kerajaan Majapahit di daerah Trowulan, dengan latar belakang
sejarah dan kehidupan sosial budaya yang menggambarkan kejayaan dan kebesaran kerajaan Majapahit
di kalangan masyarakat global pada abad 13 sampai 16 Masehi. Pembuatan seni gerabah adalah satu di
antara beberapa kegiatan utama masyarakat di masa kerajaan Majapahit, terutama di desa Trowulan
yang diyakini sebagai pusat ibukota kerajaan. Kebanyakan perabot gerabah digunakan untuk keperluan
rumah tangga dengan hiasan berbentuk tiga dimensi yang diaplikasikan pada gerabah. Gerabah dengan
ragam hias ini sudah banyak ditemukan oleh para arkeolog dalam bentuk fragmen, namun ragam hias
yang ditampilkan belum banyak yang didokumentasikan dengan sungguh-sungguh, sehingga belum
termanfaatkan secara maksimal di kalangan masyarakat luas.

Gambar 2. Aneka fragmen gerabah
(Sumber: Museum Majapahit, Trowulan, Jawa Timur – dok. pribadi)


 



Aryo Sunaryo dalam Ornamen Nusantara menyebutkan bahwa motif merupakan unsur pokok sebuah
ornamen. Melalui motif, tema atau ide dasar sebuah ornamen dapat dikenali sebab perwujudan motif
umumnya merupakan gubahan atas bentuk-bentuk di alam atau sebgai representasi alam yang
kasatmata. Ragam hias Nusantara dari bentuknya terbagi menjadi 2 jenis yaitu geometris
(penyederhanaan bentuk-bentuk alam) dan organis (mencitrakan objek-objek yang ada di alam). Dari
gaya ornamen, dapat dikelompokkan ornamen bergaya realis (bentuk sesuai dengan kenyataan),
dekoratif (bersifat datar, tanpa menampakkan volume, tanpa perspektif), dan abstrak (bentuk yang sulit
dikenali karena objek yang digambarkan digubah sedemikian jauh mengalami perubahan dan
penyederhanaan) (Sunaryo, 2009:14).
Ragam hias merupakan visual yang dekat dengan keseharian masyarakat yang memiliki latar belakang
budaya yang kuat, sehingga dapat dengan mudah diterima sebagai identitas diri, memiliki rasa menjadi
bagian dalam sebuah kekerabatan. Ragam hias juga bersifat ilustratif, dapat berperan sebagai pintu
gerbang bagi masyarakat untuk mengenal kembali latar belakang budaya yang melingkupinya yang
merupakan sumber dari eksplorasi ragam hias tersebut.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Joneta Witabora dalam artikel Jurnal Humaniora yang

mengatakan bahwa satu di antara peran ilustrasi adalah sebagai identitas. Peran ilustrasi juga
digunakan dalam konteks pengenalan produk atau perusahaan, dapat memberi gambaran lebih dalam
tentang perusahaan. Bentuk ilustrasi seperti ini sering dimanfaatkan sebagai elemen interior berupa
lukisan-lukisan konsep. Ilustrasi memberikan dampak visual terkait dengan informasi dan promosi
sebuah produk atau jasa (Witabora, 2012:665).
Indonesia yang sangat kaya akan seni dan budayanya memiliki potensi yang besar untuk dilakukannya
ekplorasi atas peninggalan-peninggalan budaya masa lampau yang turut membentuk karakter bangsa
Indonesia untuk digunakan kembali di masa sekarang. Sangat disayangkan apabila ragam hias yang
merupakan bagian dari identitas bangsa dan menjadi aset bangsa tidak termanfaatkan untuk
kesejahteraan dan kebesaran sebuah bangsa. Masih banyak potensi seni dan budaya Indonesia yang
dapat digali, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan di masa sekarang dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat luas khususnya para desainer dan arsitek. Ragam Hias Trowuli ini
adalah satu dari beberapa upaya masyarakat dalam rangka melestarikan seni dan budaya Indonesia
serta memperkuat jatidiri bangsa, memberikan kebanggaan akan kebesaran negara Indonesia bahwa
bangsa ini tidak kalah dengan bangsa asing. Ragam hias ini merupakan transformasi dari bentuk tiga
dimensi ragam hias yang terdapat pada fragmen-fragmen gerabah Majapahit yang diubah menjadi
bentuk dua dimensi. Ragam hias Trowuli yang ditampilkan kemudian dikembangkan lebih lanjut baik
melalui penelitian lanjutan maupun aplikasi praktis dengan beragam variabel yang mempengaruhinya
sehingga tercipta ragam hias-ragam hias baru.
Melihat perkembangan dunia desain saat ini bahwa eksplorasi desain semakin luas untuk menghasilkan

desain-desain yang menuntut kebaharuan dengan eksplorasi yang tiada habisnya, satu di antaranya
adalah eksplorasi desain dengan basis ragam hias yang semakin banyak digunakan dalam
menghasilkan suatu karya desain. Ragam Hias Trowuli adalah ragam hias kontemporer Indonesia di
mana format dari ragam hias ini masih berbentuk motif tunggal, belum diaplikasikan berupa pola
sehingga belum membentuk konfigurasi. Di bawah ini adalah beberapa ragam hias Trowuli yang
dikembangkan menjadi pola.

 



Gambar 3. Ragam hias Trowuli (Sumber : Sari Wulandari)

Untuk itu perlu kiranya dibahas mengenai bagaimana melalui keilmuan Desain Komunikasi Visual
dapat menyusun komposisi yang dapat menampilkan ragam hias Trowuli sehingga mudah
diaplikasikan oleh masyarakat. Ragam hias Trowuli ini selanjutnya dapat digunakan kembali dan
diaplikasikan pada produk-produk gaya hidup banyak dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di kotakota besar. Selain juga memiliki fungsi estetis yang dapat mendukung penampilan dan dekorasi
ruangan, aneka pilihan pola ini menjadi sarana pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri setiap
individu (kebebasan untuk memilih, kesukaan akan hal yang indah dan unik). Atas dasar pertimbangan
ini maka potret masyarakat kota Jakarta diambil sebagai profil masyarakat kota besar.

Seperti halnya motif, pola terbentuk dengan beberapa cara: (1) Unitary, yaitu merupakan sebuah motif
yang berdiri sendiri ; (2) Additive Patterns adalah pola yang memiliki sejumlah motif yang berbeda
dikombinasikan tanpa pengulangan, simetri atau prinsip pengorganisasian konsisten lainnya ; (3)
Repeating Patterns adalah pola yang menggunakan satu motif atau beberapa motif yang sama
berulang-ulang dengan cara yang dapat diprediksi. Pola ini memungkinkan untuk dilakukannya variasi
asalkan unsur-unsur utama dari pola masih dapat dikenali. ; (4) Hypotactic Patterns berbeda dari
Repeating Patterns bahwa motif tidak identik satu sama lain dan dari pola aditif dalam prinsip
pengorganisasian adalah dibuktikan dari pola dalam prinsip pengorganisasian adalah dibuktikan dari
pola, secara signifikan mengubah ukuran, sifat atau penempatan setiap motif akan mengubah seluruh
pengaturan.

 



Gambar 4. Pemakaian pola pada ragam hias (Sumber : The Language of Ornaments)

Pola hiasan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis komposisi dengan pendekatan pada
pengaplikasian ragam hias pada bangunan, yaitu: (1) Hiasan berpola Cornice cocok untuk
diaplikasikan sebagai batas permukaan dinding atau yang lain untuk menonjolkan tepian atau penghias

di bagian atas tembok; (2) Hiasan berpola Band adalah pola berkelanjutan yang terbatas pada
pengulangan pola sederhana; (3) Hiasan berbentuk Horizontal Band, menampilkan dua pola yang
ditonjolkan, cocok sebagai dekorasi untuk hiasan horisontal dengan bidang yang luas. Prinsip hiasan
ini juga dapat diaplikasikan pada band berkonfigurasi vertikal. Hiasan ini cocok untuk digunakan
sebagai band yang bersifat dekoratif, untuk membatasi bagian atas dinding pada langit-langit atau pun
untuk bagian bawah pilar; (4) Hiasan berbentuk Wide Band, cocok untuk digunakan sebagai band
berukuran lebar yang bersifat dekoratif, baik yang diaplikasikan secara vertikal maupun horizontal
(diperlukan ornamen penutup); (5) Hiasan berpola Masonry, yang artinya pola batu karena bidang
persegi panjang yang disusun menyerupai batu bata di dinding. Pola ini cocok sebagai ornamen pada
permukaan dinding yang besar. Pewarnaan harus dibuat sederhana dan kalem dengan tidak
membiarkan pola untuk mendominasi ; (6) Pola Hiasan Penutup (Tiled) cocok untuk dekorasi dinding,
panel dan permukaan datar lainnya, dapat direproduksi dalam ukuran dan warna apapun. Untuk bidang
permukaan yang luas, dapat direproduksi menggunakan teknik stensil dalam satu warna yang cukup
kontras dengan warna latar yang terang.

Gambar 5. Jenis komposisi ragam hias (Sumber : Ornaments: Patterns for Interior Design)

 




METODE PERANCANGAN
Perancangan pengembangan pola pada Ragam Hias Trowulan ini melalui tahapan: 1) Persiapan ; 2)
Elaborasi ; 3) Sintesis ; 4) Implementasi. Proses penciptaan diawali tahap Persiapan yaitu kegiatan
pengamatan hingga identifikasi dengan menetapkan motif ragam hias yang akan menjadi sumber acuan
dalam penciptaan ragam hias serta pembuatan pola yang umumnya dilakukan baik melalui literature
maupun serangkaian ekperimentasi. Pada tahap Elaborasi, analisis data dilakukan pengkajian atas
hasil pengamatan, dokumen dan literatur yang terkumpul serta eksperimentasi yang sudah dilakukan.
Data tersebut kemudian dikelompokkan dan diabstraksi. Analisis yang dilakukan bersifat terbuka,
open-ended dan induktif, bisa berubah dan mengalami perbaikan dan pengembangan sejalan dengan
data yang masuk. Meskipun bersifat terbuka dan cenderung berubah, namun analisis memiliki tahapantahapan yaitu merinci (break down), memeriksa (examining), membandingkan (comparing),
mengkonseptualisasikan (conceptualizing) dan mengkategorikan (categorizing). Untuk itu maka
dilakukan kegiatan merinci motif tunggal ragam hias yang akan menjadi sumber penciptaan, kemudian
membandingkan hasil ekperimentasi pengembangan pola pada ragam hias. Dari sini kemudian
diperoleh konsepsi dan kemudian dikategorikan. Selanjutnya masuk ke tahapan Sintesis yang
merupakan pengembangan dari tahap Elaborasi, untuk mewujudkan konsep dari penciptaan. Tahapan
diawali dengan melakukan pengulangan motif tunggal Trowuli dengan gerakan berpola kea rah
horizontal, vertical dan diagonal, untuk mendapatkan komposisi pola ragam hias berkonfigurasi band
dan tiled. Setelah itu dilakukan eksplorasi pada pewarnaan yang diambil pada palet skema warna
dalam beberapa alternatif kombinasi warna untuk membentuk nuansa yang berbeda. Warna-warna

yang diaplikasikan pada Ragam Hias Trowulan dieksplor berdasarkan pendekatan kecenderungan gaya
desain yang disuka kalangan muda yaitu gaya Pop dengan skema warna yang enerjik. Sebagai tahap
Implementasi dalam penelitian ini adalah pengaplikasian ragam hias pada produk-produk pendukung
gaya hidup kalangan muda kota Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola dihasilkan melalui ekperimentasi pengulangan ragam hias bermotif tunggal dengan pendekatan
cara Unitary dan Pattern, dengan membentuk visual ragam hias berupa Band dan Tiled. Pola Band
dapat dicapai dengan melakukan pengulangan pada motif tunggal dengan gerakan berpola ke arah
horizontal, sedangkan pola Tiled dapat diperoleh dengan melakukan pengulangan motif tunggal dengan
gerakan berpola ke arah horizontal sekaligus vertikal atau diagonal.

Gambar 6. Gerakan berpola horizontal pada motif Tirta membentuk Band (Sumber: Sari Wulandari)

Gambar 7. Gerakan berpola horizontal + diagonal pada motif Tirta membentuk Tiled (Sumber: Sari Wulandari)

 




Gambar 8. Gerakan berpola horizontal pada motif Teja membentuk Band (Sumber: Sari Wulandari)

Gambar 9. Gerakan berpola horizontal + diagonal pada motif Teja membentuk Tiled (Sumber: Sari Wulandari)

Selain dilakukan pergerakan pola secara horizontal dan vertical ataupun diagonal, motif juga dapat
diputar sedemikian rupa sehingga ketika dilakukan pergerakan berpola dapat menghasilkan bentukbentuk baru yang terlihat pada bidang negative dengan tampilan yang unik dan menarik. Di bawah ini
ditampilkan hasil eksperimentasi pada motif Bayu dengan pergerakan memutar 45º pada motif
tunggalnya kemudian dilakukan pengulangan ke arah horizontal sekaligus diagonal.

Gambar 10. Gerakan berpola horizontal pada motif Bayu membentuk Band (Sumber: Sari Wulandari)

Gambar 11. Gerakan memutar 45º pada motif tunggal Bayu diikuti dengan pengulangan berpola horizontal +
diagonal membentuk Tiled (Sumber: Sari Wulandari)

 



Sesuai dengan tujuan dibuatnya ragam hias Trowuli ini untuk kalangan muda dengan gaya hidup
moderen, maka warna-warna yang diaplikasikan pada ragam hias adalah kombinasi warna yang dapat

memberi suasana energik dan dinamis. Selain untuk memberi kesegaran, pemilihan kombinasi warna
ini untuk mengimbangi subyek yang akan diangkat yaitu gerabah Majapahit yang cenderung berwarna
gelap, suram dan berkesan ‘kuno’. Oleh karenanya skema warna yang diaplikasikan pada motif adalah
skema warna Energetic dengan mengambil kombinasi analogus dan komplementer, seperti yang
terlihat di bawah ini.

Gambar 12. Skema warna Energetic (Sumber : Communicating with colors, Leatrice Eisman)

Warna-warna Energetic ini kemudian diaplikasikan pada ragam hias Trowuli yang sudah
dikembangkan menjadi pola, baik yang berbentuk band maupun tiled. Kombinasi warna yang terlihat
di bawah ini merupakan hasil dari beberapa eksperimentasi di mana visual yang terjadi dapat tercipta
dalam banyak kemungkinan. Latar belakang ragam hias berwarna gelap memberikan kesan berat dan
formal dibandingkan dengan latar belakang berwarna terang yang berkesan ringan. Kombinasi warna
dengan kontras yang tinggi antara figure dan ground mempertegas bentuk ragam hias, kombinasi
warna dengan kontras yang rendah memberi kesan optical illusion. Penggunaan outline pada ragam
hias juga memberikan efek yang berbeda dengan apabila ragam hias ditampilkan tanpa outline.

Gambar 13. Beberapa kombinasi warna yang diterapkan pada pola ragam hias Trowuli
(Sumber : Sari Wulandari)

 



Gambar 13. Beberapa kombinasi warna yang diterapkan pada pola ragam hias Trowuli
(Sumber : Sari Wulandari)

SIMPULAN
Pengembangan pola ragam hias Trowuli yang berinspirasi dari gerabah Majapahit ini adalah satu dari
beberapa upaya peneliti dalam rangka melestarikan seni dan budaya Indonesia, memberikan
kebanggaan akan kebesaran negara Indonesia bahwa bangsa ini tidak kalah dengan bangsa asing.
Ragam hias yang merupakan transformasi dari bentuk tiga dimensi ragam hias yang terdapat pada
gerabah Majapahit menjadi dua dimensi dalam bentuk ilustrasi berbasis vector dengan
mempertimbangkan kemampuannya untuk diaplikasikan dalam ukuran yang tidak terbatas dengan
kualitas gambar yang tetap terjaga. Pengapilkasikan ragam hias dalam beberapa konfigurasi disertai
pengaplikasian kombinasi dari warna-warna bernuansa energetic adalah hasil dari satu dari beberapa
eksperimentasi yang dilakukan untuk menciptakan ragam hias dengan nuansa bergaya kontemporer.

DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi 2006, “Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan
Aplikasi”, Pustaka Widyatama: Yogyakarta.
Eiseman, Leatrice 2000, “Pantone® Guide to Communicating with Color”, Grafix Press Ltd: Florida.
Koentjaraningrat 2005. “Pengantar Ilmu Antropologi”, Rineka Cipta: Jakarta.
Kubish, Natascha 2012 "Ornaments: Patterns for Interior Design", h.f. ulmann publishing: Postdam .
Kusumajaya, I Made 2007, “Mutiara-mutiara Majapahit”, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata:
Jakarta.
Jackson, Leslie 2011, “20th Century Pattern Design”, Princeton Architectural Press: New York.
Samara, Timothy 2007, “Design Elements: A Graphic Style Manual”, Rockport Publishers: Beverly.
Soegondho, Santoso 1995, “Tradisi Gerabah di Indonesia: Dari Masa Prasejarah Hingga Masa Kini”,

 



Himpunan Keramik Indonesia: Jakarta.
Sunaryo, Aryo 2009, “Ornamen Nusantara”, Penerbit Dahara Prize: Semarang.
Triling, James 2001, “The Language of Ornament”, Thames & Hudson, London.
Witabora, J. (2012). Peran dan Perkembangan Ilustrasi. Jurnal Humaniora. 3 (2): 665-666.

RIWAYAT PENULIS
Sari Wulandari lahir di kota Jakarta pada 31 Januari 1970. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Trisakti dalam bidang Desain Grafis pada 1993 dan S2 di Program Pasca Sarjana DKV ISI
Yogyakarta pada tahun 2103. Saat ini bekerja sebagai Head of DKV NewMedia Program di BINUS
University. Penulis aktif di ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) sebagai anggota dan dalam
komunitas kegiatan sosial.

 

10