Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai explanatory style pada penderita jantung koroner di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung melalui dimensi-dimensinya yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik survei terhadap 59 orang penderita jantung koroner yang telah memenuhi karakteristik penelitian.

Alat ukur yang digunakan adalah Attributional Style Questionnaire yang dikembangkan oleh Martin E. Seligman (1990) dan telah diadaptasi oleh peneliti. Uji validitas dilakukan menggunakan Spearman’s Coeffecient of (Rank) Correlation dan uji validitas menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh 43 item yang valid dengan validitas yang berkisar antara 0,308-0,753 dan reliabilitas sebesar 0,709.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, maka didapatkan hasil 66,1% penderita jantung koroner di rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki explanatory style yang optimistis. Penderita jantung koroner yang optimistis memandang keadaan baik sebagai keadaan yang permanen, universal dan internal dan ketika berhadapan dengan keadaan buruk, keadaan tersebut dipandangnya sebagai suatu keadaan yang temporer, spesifik, dan internal. Penderita jantung koroner yang memiliki explanatory style pesimistis sebesar 33,9% memandang keadaan baik sebagai keadaan yang permanen, spesifik, dan internal dan ketika berhadapan dengan keadaan buruk, penderita jantung koroner yang pesimistis tersebut memandangnya sebagai keadaan yang permanen, spesifik, dan internal.

Saran yang diajukan bagi para penderita jantung koroner, diharapkan dari penelitian ini dapat mendapatkan informasi mengenai explanantory style dan dapat memberikan masukan positif seperti kritik yang membangun kepada sesama penderita jantung koroner. Disarankan kepada dokter maupun perawat Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung agar dapat memberikan dukungan kepada penderita jantung koroner. Sehingga dapat mengubah mereka menjadi lebih optimistis dalam menghadapi penyakitnya.


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha Abstract

This study aims to give an overview concerning Explanatory Style of patients with coronary heart disease in Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital, through its dimension: permanence, pervasiveness, and personalization. This study used descriptive method and survey technique that was administered to a total of 59 patients with coronary disease who fulfilled the criteria.

The measuring instrument used in this study was an adaptation of Attributional Style Questionnaire, developed by Martin E. Seligman (1990). Validity was measured using Spearman’s Coefficient of (Rank) Correlation. A total of 43 valid items discovered, with validity coefficient ranging from 0.308 to 0,753. Reliability was also measured using Alpha Cronbach method, with reliability coefficient is 0,709.

Data were statistically analyzed, and identified a total of 66,1% patients with coronary disease of Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital have optimistic type of explanatory style. Patients with coronary heart disease will perceive good situation as permanent, universal, and internal, and when faced with bad situation, they will perceive that situation as temporary, specific, and internal. While 33,9% patients with coronary heart disease who have pesimistic type of explanatory style, will perceive good situation as permanent, specific, and internal; and when faced with bad situation they will perceive that situation as permanent, specific, and internal.

Researcher hopes that the patients with coronary heart disease receive a lot of information about explanatory style and they would consider the result of this study as a positive feedback, to increase the optimistic towards they illness.


(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Penelitian ... 7


(4)

viii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Explanatory Style ... 12

2.1.1 Definisi Explanatory Style ... 12

2.1.2 Dimensi Explanatory Style ... 12

2.1.2.1 Dimensi Permanence ... 12

2.1.2.2 Dimensi Pervasiveness ... 13

2.1.2.3 Dimensi Personalization ... 13

2.2 Teori Perkembangan ... 14

2.2.1 Dewasa Awal ... 14

2.2.2 Dewasa Madya ... 15

2.2.3 Dewasa Akhir ... 16

2.3 Jantung Koroner ... 17

2.3.1 Definisi Jantung Koroner ... 17

2.3.2 Faktor Penyebab Jantung Koroner ... 17

2.3.3 Cara Untuk Mencegah Terjadinya Jantung Koroner ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 20

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 21

3.3.1 Variabel Penelitian ... 21


(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.4 Alat Ukur ... 22

3.4.1 Kuesioner Explanatory Style ... 22

3.4.2 Teknik Skoring ... 23

3.4.3 Data Sosiodemografis ... 25

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas ... 25

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 25

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 26

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27

3.5.1 Populasi Sasaran ... 27

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 27

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 28

3.6 Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 29

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Rentang Usia ... 30

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Cliniqal Characteristic ... 30

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 30

4.2 Hasil Penelitian ... 31

4.2.1 Tabel Distribusi Explanatory Style ... 31

4.2.2 Gambaran Responden Optimis ... 32


(6)

x Universitas Kristen Maranatha

4.2.4 Hasil Uji Statistik (chi-square) ... 33

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 39

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan ... 39

5.2.2 Saran Guna Laksana ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

DAFTAR RUJUKAN ... 41


(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 22

Tabel 3.2 Kriteria Kelompok Explanatory Style setiap Aspek ... 23

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Rentang Usia ... 30

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Cliniqal Characteristic ... 30

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 31

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Explanatory Style ... 31

Tabel 4.6 Gambaran Responden Optimistis ... 32

Tabel 4.7 Gambaran Responden Pesimistis ... 32


(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 11 Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 20


(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Kisi-Kisi Alat Ukur sebelum Validitas dan Reliabilitas

LAMPIRAN B : Letter Of Concent dan Alat Ukur (Identitas, Data Utama dan Data Penunjang)

LAMPIRAN C : Uji Validitas, Item Valid dan Uji Reliabilitas Alat Ukur LAMPIRAN D : Gambaran Hasil Penelitian dan Data Mentah

LAMPIRAN E : Biodata Peneliti


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tubuh yang sehat merupakan dambaan setiap orang karena dengan tubuh sehat maka seseorang bisa melakukan segala aktivitas dengan baik. Penting dan perlu sekali menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat bugar dan terlihat segar sehingga dapat beraktivitas secara baik tanpa kendala yang berarti dan tidak mudah sakit (http://www.hidupsehat.web.id/2013/12/menjaga-daya-tahan-tubuh-tetap-sehat.html).

Individu dapat memiliki pola hidup yang sehat untuk dapat menjaga kesehatannya, namun banyak sekali individu yang mengabaikan pola hidup sehat tersebut, mulai dari pola makan, pola kerja, pola istirahat dan pola keseimbangan hidup. Ada sebagian orang yang berhasil menjalani hidup sehat dengan memenuhi seluruh persyaratan yang dibutuhkan untuk hidup sehat, tapi ada juga yang gagal menjalani hidup sehat karena tidak sanggup memenuhi persyaratan untuk menjalani hidup sehat. Pola makan yang tidak sehat, pola kerja yang buruk serta pola istirahat yang tidak teratur dapat menyebabkan individu rentan terhadap berbagai macam penyakit, baik penyakit yang menular maupun penyakit yang tidak menular. Kenyataannya, jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit

tidak menular sudah mengungguli jumlah kematian dari penyakit menular (http://majalahkesehatan.com/sehat-tanggung-jawab-individu-benarkah).


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Salah satu penyakit tidak menular yang memiliki angka kematian yang tinggi adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan karena ‘penyempitan’ dan ‘penyumbatan’ pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otot jantung. Akibat dari berkurang dan terhentinya aliran darah ke jantung, maka otot jantung akan kekurangan darah dan tidak mendapatkan ‘bahan bakar’ untuk pekerjaannya, yaitu memompakan darah ke seluruh tubuh, terjadilah penurunan dan kegagalan kerja jantung. (Wardoyo,1996)

Menurut data dari World Health Statistic 2009 yang dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyebutkan, Penyakit Jantung koroner (PJK) dan stroke masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Temuan ini juga selaras dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007 yang menyatakan bahwa penyakit jantung koroner dan stroke merupakan pemicu nomor satu kematian di Indonesia. Ironisnya, penyakit jantung koroner kini tidak memandang usia, yang muda maupun yang tua dapat terkena penyakit ini. Beberapa ahli bahkan menyatakan bahwa penyakit ini kini sudah menjadi epidemi global tanpa mengenal perbedaan jenis kelamin, batas geografis dan sosial ekonomi (http://www.ricostrada.com/kesehatan/penyakit-jantung-pembunuh-nomer-satu-dunia-yang-tak-pernah-diketahui-interpol).

Berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan oleh para peneliti Harvard School of Public Health (HSPH) terhadap lebih dari 200 studi yang dilaporkan dalam Psycholigal Bulletin, mereka menemukan bahwa faktor optimisme, kepuasan hidup, dan kebahagiaan dapat dikaitkan dengan penurunan resiko


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha penyakit jantung dan peredaran darah tanpa memandang usia seseorang, status sosial ekonomi, status merokok atau berat badan. Penderita yang lebih optimis akan memperlihatkan perilaku sehat seperti lebih banyak berolah raga dan makan makanan dengan diet yang seimbang yang nantinya akan memiliki pengaruh terhadap kesehatan jantungnya (http://healthland.time.com/2012/04/18/a-happy-mind-may-mean-a-healthy-heart). Hal tersebut selaras dengan teori Seligman yang mengatakan, jika seseorang optimis, sistem imun akan bekerja lebih baik sehingga akan terhindar dari pelbagai penyakit, kemudian ditambahkannya fakta yang membuktikan bahwa individu yang optimis hidup lebih lama daripada orang yang pesimis (Seligman, 1990)

Namun, sebagian besar masyarakat masih mengabaikan perlunya bersikap optimistis, mereka menganggap kesehatan jantung dapat diperbaiki dengan hanya memperbaiki kebiasaan makan, rajin berolahraga, menghindari kolesterol jahat dan melakukan pemeriksaan secara teratur. Dasar optimisme adalah bagaimana seseorang berpikir tentang sebab dari suatu keadaan. Setiap individu memiliki kebiasaan dalam berpikir mengenai penyebab dari keadaan yang dialaminya. Oleh Seligman (1990;40-43) kebiasaan tersebut disebut explanatory style. Explanatory style adalah cara berpikir dalam menghadapi suatu keadaan, baik keadaan yang baik maupun keadaan yang buruk (Seligman, 1994). Explanatory style ini berkembang pada masa anak-anak dan remaja. Kebiasaan ini akan menetap seumur hidup, meskipun hal itu tidak dapat dijelaskan secara eksplisit (Seligman, 1990).


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha Menurut studi dalam jurnal Archives of Internal Medicine yang dipublikasikan pada tanggal 28 Februari 2011, pasien yang memiliki penyakit jantung lebih mungkin untuk bertahan hidup apabila memiliki explanatory style yang optimis, para peneliti membuat kuesioner psikologi yang dijawab oleh 2.800 pasien berpenyakit jantung mengenai kepercayaannya terhadap kemampuan diri sendiri untuk pulih dari penyakitnya, agar segera dapat kembali menekuni aktivitas sehari-hari. Setelah 15 tahun, 1.637 pasien meninggal, 885 (54%) diantaranya akibat penyakit jantung, para peneliti dari Duke University Medical Center mengatakan bahwa kurang dari 30% dari orang-orang yang bersikap optimis meninggal selama penelitian. Peningkatan risiko kematian di antara pasien yang mempunyai sifat pesimis tetap berlaku, bahkan setelah dilakukan penelitian terhadap sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan penyakit jantung, usia, jenis kelamin, pendapatan, depresi, dan dukungan sosial.

Dr. John. C. Barefoot, seorang psikolog Duke University Medical Center dan penulis utama dalam penelitian tersebut mengatakan kepada New York Times bahwa sikap pasien terhadap penyakit mereka tidak hanya mempengaruhi dirinya untuk kembali menekuni aktivitas sehari-harinya, melainkan memengaruhi kesehatan dalam waktu jangka panjang dan mengantisipasi kelangsungan kehidupan selanjutnya. Penderita yang memiliki explanatory style optimis terhadap sakit jantung koroner yang dideritanya dapat lebih efektif dalam membantu menangani kondisi yang dideritanya, misalnya ketika mereka memiliki kejadian buruk saat mengikuti jadwal perawatan mereka dengan cermat. Kebanyakan penderita yang memiliki explanatory style optimis akan


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha memerlihatkan semangat lebih tinggi untuk melakukan aktivitasnya dan memiliki kesadaran tinggi untuk tetap menjaga pola hidup sehat dimanapun dirinya berada, sedangkan pasien yang memiliki explanatory style pesimis mengalami lebih banyak ketegangan dan stres yang dapat merusak kesehatannya. Penderita menganggap dirinya selalu dalam keadaan sakit, kehilangan semangat untuk beraktivitas sehingga tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari (http://today.duke.edu/node/35047).

Selain itu dari sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes yang melakukan analisa terhadap 600 pasien asal Denmark yang menderita penyakit jantung koroner. Setelah lima tahun, studi tersebut menemukan bahwa peserta dengan optimisme yang tinggi memiliki risiko kematian 42% lebih rendah daripada mereka dengan optimisme yang rendah. Studi tersebut juga mengatakan bahwa menjaga optimisme tidaklah sulit, cukup dengan berkomitmen untuk berpikir lebih positif, optimisme bisa terus terjaga, namun penderita penyakit jantung juga perlu rajin melakukan olahraga untuk memperbaiki kesehatan jantung dan aliran darahnya (http://health.kompas.com/read/2013/09/16/1745559/Biar.Panjang.Umur.Pasien.S akit.Jantung.Mesti.Optimistis)

Berdasarkan paparan di atas, cara penjelasan optimis yang dimiliki oleh para penderita jantung koroner di Amerika dan Denmark dapat membuat penderita dapat bertahan menjalankan hidupnya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada penderita jantung koroner di Indonesia mengenai


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha “Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Terhadap Penderita Jantung Koroner di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung”

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana explanantory style pada penderita jantung koroner di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data explanatory style melalui tiga dimensi yang ada, yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization pada good situation dan bad situation pada penderita penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui explanatory style pada penderita penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Memberikan masukan bagi ilmu psikologi khususnya positive psychology mengenai explanatory style pada penderita penyakit jantung koroner.


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

Sebagai masukan bagi pasien yang menderita penyakit jantung koroner agar dapat berdamai dengan penyakitnya dan memahami explanatory style sehingga dapat menumbuhkan keoptimisan dalam hidupnya.

1.5 Kerangka Pikir

Ada beberapa macam penyakit jantung, antara lain penyakit jantung bawaan, penyakit jantung rematik,penyakit jantung koroner, dan lain-lain. Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan karena ‘penyempitan dan penyumbatan’ pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otot jantung. Gejala penyakit jantung koroner bermacam-macam, antara lain nyeri di dada bagian tengah, sesak nafas, gangguan irama detak jantung dan kematian mendadak (Wardoyo, 1996).

Penyakit jantung koroner dapat ditangani dengan melalui bypass jantung, pemasangan ring, atau penggunaan obat kimia seumur hidup tidak menjamin penderita dapat hidup leluasa seperti sebelumnya. Tidak sedikit penderita yang hanya bertahan hidup tak lama walaupun sudah dilakukan penanganan seperti yang disebutkan di atas, cara seseorang menjelaskan penyakit yang di deritanya itu dapat menjadi obat yang baik bagi kesembuhan orang itu. Ada orang yang tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa dan berupaya mengontrol kesehatannya, namun tidak sedikit juga orang yang menjadi terpuruk dan kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas ketika mengetahui dirinya terkena penyakit jantung koroner. Cara penderita jantung koroner menjelaskan


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha kejadian baik dan kejadian buruk yang dialaminya, dalam dunia psikologi dikenal dengan explanatory style. Dasar optimisme adalah bagaimana seseorang berpikir tentang sebab dari suatu keadaan. Setiap individu memiliki kebiasaan dalam berpikir mengenai penyebab dari keadaan yang dialaminya. Oleh Seligman (1990;40-43) kebiasaan tersebut disebut explanatory style. Explanatory style ini berkembang pada masa anak-anak dan remaja. Kebiasaan ini akan menetap seumur hidup, meskipun hal itu tidak dapat dijelaskan secara eksplisit.

Explanatory style terbagi menjadi dua, yaitu explanatory style optimis dan explanatory style pesimis, cara pandang itulah yang nantinya dapat menentukan bagaimana penderita penyakit jantung koroner dalam menjalani kehidupannya. Explanatory style yang optimistis dapat menghentikan ketidakberdayaan sedangkan explanatory style yang pesimistis dapat menyebarluaskan ketidakberdayaan (Seligman, 1990)

Dalam explanatory style terdapat tiga dimensi yang selalu digunakan untuk menjelaskan kejadian positif dan kejadian negatif yang terjadi pada diri seseorang yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Dimensi yang pertama adalah permanence yang dibagi menjadi dua yaitu permanent dan temporary. Permanence yang temporary yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian buruk dan kejadian baik merupakan sesuatu yang bersifat sementara. Sedangkan permanence yang permanent yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian buruk dan kejadian baik merupakan sesuatu yang menetap (Seligman, 1990)

Penderita penyakit jantung koroner yang optimistis percaya bahwa good situations mempunyai penyebab permanent dan bad situations mempunyai


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha penyebab yang temporary. Sedangkan penderita jantung koroner yang pesimistis akan menganggap good situations sebagi kejadian yang temporary dan bad situations sebagai kejadian yang permanent. Pada penderita jantung koroner yang optimistis, penderita memandang penyakitnya sebagai motivasi untuk sembuh dan penderita akan lebih rajin mengontrol dan memerhatikan pola hidupnya dan penderita jantung koroner yang bersifat lebih pesimistis akan lebih mudah menyerah terhadap penyakit yang dideritanya meskipun sebenarnya mereka telah berhasil melakukan hal yang baik, penderita akan menganggap pengobatan yang dilakukan tidak berguna dan bahkan berani mengabaikan saran-saran dokter sehingga secara langsung beresiko penyakitnya menjadi bertambah parah.

Dimensi yang kedua adalah pervasiveness yang terdiri atas universal dan spesific. Dimensi pervasiveness dapat menentukan apakah ketidakberdayaan individu akan meluas ke banyak situasi hidup yang dialaminya. Pervasiveness yang universal yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian buruk dan kejadian baik terjadi pada keseluruhan hidupnya. Sedangkan pervasiveness yang spesific yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian buruk dan kejadian baik terjadi pada saat-saat tertentu dalam hidupnya (Seligman, 1990)

Penderita penyakit jantung koroner yang optimistis percaya bahwa good situations memiliki penyebab universal dan bad situations mempunyai penyebab yang spesific. Sedangkan penderita jantung koroner yang pesimistis akan menganggap good situations sebagi kejadian yang spesific dan bad situations sebagai kejadian yang universal dan memandang kegagalannya akan menjadi cikal bakal untuk terjadinya kegagalan-kegagalan selanjutnya.


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha Dimensi ketiga adalah personalization yang terdiri atas internal dan external. Personalization yang internal yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian buruk dan kejadian baik berasal dari dalam dirinya. Sedangkan personalization yang external yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian buruk dan kejadian baik berasal dari luar dirinya, dari orang-orang sekitarnya maupun lingkungan (Seligman, 1990)

Penderita penyakit jantung koroner yang optimistis percaya bahwa good situations terjadi dari dalam dirinya (internal) dan bad situations terjadi dari dalam luar dirinya (external), misalnya seperti ketika di diagnosa terkena penyakit jantung koroner, maka penderita tersebut akan cenderung menyalahkan orang lain atas penyakitnya, misalnya menyalahkan istri karena tidak suka masak di rumah sehingga dirinya harus mencari makan di luar yang belum tentu sehat dan higienis. Sedangkan penderita jantung koroner yang pesimistis akan menganggap good situations terjadi dari luar dirinya (external) dan bad situations terjadi dari dalam dirinya (internal) sehingga penderita jantung koroner memiliki rasa percaya diri yang rendah, berpikir bahwa dirinya tidak berharga, dan hanya bisa menyusahkan orang lain.

Berdasarkan hasil dari proses-proses tersebutlah, penderita penyakit jantung koroner akan menentukan dimensi permanensi, pervasiveness, atau personalisasi dalam menjelaskan penyakitnya tersebut.


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir

1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka dapat diasumsikan : 1) Penderita yang memiliki explanatory style optimis dapat lebih efektif

menanggulangi keadaannya sedangkan penderita yang memiliki explanatory style pesimis mengalami lebih banyak ketegangan dan stres sehingga merusak kesehatannya

2) Explanatory style penderita jantung koroner dalam menjelaskan kejadian positif dan kejadian negatif yang dialaminya akan menentukan seberapa lama penderita mampu bertahan menghadapi penyakitnya.

Penderita Penyakit Jantung Koroner

Explanatory style

Dimensi Explanatory Style

1. Permanensi 2. Pervasiveness 3. Personalisasi


(21)

38 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1) Terdapat 66,1% responden dengan explanatory style optimistis dan sebanyak 33,9% responden memiliki explanatory style pesimis, artinya cukup banyak penderita jantung koroner yang memiliki pandangan optimistis terhadap penyakit yang di deritanya.

2) Responden dengan explanatory style optimistis ketika berhadapan dengan bad situation akan memandang bad situation sebagai keadaan yang temporary, specific, dan external namun sebesar 74,4% memandang bad situation sebagai keadaan yang diakibatkan oleh faktor internal.

3) Responden dengan explanatory style pesimistis memandang good situation sebagai keadaan yang temporary, specific, dan external namun sebesar 65% responden memandang sebagai keadaan permanent dan 89,7% memandang good situation sebagai keadaan yang diakibatkan oleh faktor internal.

4) Responden dengan explanatory style pesimistis memandang bad situation sebagai keadaan yang permanent, universal dan internal namun sebesar 65% responden memandang sebagai keadaan specific.


(22)

39

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

1) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti hubungan antara dukungan sosial dan explanatory style pada penderita jantung koroner

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk membuat item kuesioner dengan singkat dan jelas agar memudahkan peneliti saat mengambil data.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Bagi penderita jantung koroner diharapkan dari penelitian ini mendapatkan banyak informasi mengenai explanatory style pada penderita jantung koroner sehingga nantinya dapat saling memberikan masukan positif seperti kritik yang membangun kepada penderita jantung koroner lainnya ketika mengalami situasi yang baik maupun yang buruk sehingga dapat memupuk kebiasaan berpikir yang optimis bahwa semua situasi dapat diatasi dan dapat dilewati sehingga mampu melakukan aktivitas dengan lebih optimal.

2) Kepada dokter maupun perawat Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang menangani penderita jantung koroner agar dapat memberikan dukungan kepada para penderita jantung koroner untuk dapat menjalani kehidupan ke arah yang lebih sehat dan memberikan dukungan untuk hidup lebih optimis lagi.


(23)

40 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Barefoot, John. C, dkk. 2011. Recovery Expectations and Long-term Prognosis of Patients With Coronary Heart Disease. USA: National Institutes of Health Frienberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. Allyn

and Bacon.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology: A Step-By-Step Guide For Begginer. London: Sage Publications

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peterson, Christhoper., Seligman, M.E.P., & Vaillant, George. E. Pessimistic Explanatory Style Is a Risk Factor for Physical Illness: A Thirty-Five-Year Longitudinal Study. 1988. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 55, No. 1,23-27

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development 13th Ed. New York :McGraw-Hill Seligman, Martin.E.P. 1990. Learned Optimism. New. York: Knopf Inc

Seligman, Martin.E.P. 1994. What You Can Change and What You Can’t. New York: Alfred A. Knopf

Seligman, M.E.P. 2008. Menginstal optimisme. Bandung : Momentum

Shepperd, James. A., Maroto, JoAnn. J., & Pbert, Lori. A. Dispositional Optimism as a Predictor ofHealth Changes among Cardiac Patients. 1996. Journal of research in personality 30, 517–534 Article no. 0038

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta Wardoyo, A.B. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo : CV. Aneka


(24)

41

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://archinte.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=227381, diakses 26 November 2012)

http://www.hidupsehat.web.id/2013/12/pengertian-hidup-sehat-pengertian.html, diakses 26 November 2012

http://www.hidupsehat.web.id/2013/12/menjaga-daya-tahan-tubuh-tetap-sehat.html, diakses 19 November 2012

http://www.info-kes.com/2013/07/penyakit-jantung-koroner-pjk.html, diakses tanggal 14 Juli 2013

http://klikdokter.com/healthnewstopics/read/2011/03/02/15031205/sikap-optimis-baik-untuk-jantung, diakses tanggal 8 juni 2012

http://majalahkesehatan.com/sehat-tanggung-jawab-individu-benarkah/, diakses tanggal 19 November 2012

http://www.ricostrada.com/kesehatan/penyakit-jantung-pembunuh-nomer-satu-dunia-yang-tak-pernah-diketahui-interpol, diakses tanggal 9 Maret 2013 Raranta, Rani Putri. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada

Lansia di Panti Jompo ‘X’ di Kota Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://today.duke.edu/node/35047, diakses tanggal 26 November 2012

http://healthland.time.com/2012/04/18/a-happy-mind-may-mean-a-healthy-heart, diakses tanggal 29 Juni 2014

http://health.kompas.com/read/2013/09/16/1745559/Biar.Panjang.Umur.Pasien.Sa kit.Jantung.Mesti.Optimistis, diakses tanggal 29 Juni 2014


(1)

Universitas Kristen Maranatha Dimensi ketiga adalah personalization yang terdiri atas internal dan

external. Personalization yang internal yaitu jika seseorang berpikiran bahwa

kejadian buruk dan kejadian baik berasal dari dalam dirinya. Sedangkan

personalization yang external yaitu jika seseorang berpikiran bahwa kejadian

buruk dan kejadian baik berasal dari luar dirinya, dari orang-orang sekitarnya maupun lingkungan (Seligman, 1990)

Penderita penyakit jantung koroner yang optimistis percaya bahwa good

situations terjadi dari dalam dirinya (internal) dan bad situations terjadi dari

dalam luar dirinya (external), misalnya seperti ketika di diagnosa terkena penyakit jantung koroner, maka penderita tersebut akan cenderung menyalahkan orang lain atas penyakitnya, misalnya menyalahkan istri karena tidak suka masak di rumah sehingga dirinya harus mencari makan di luar yang belum tentu sehat dan higienis. Sedangkan penderita jantung koroner yang pesimistis akan menganggap

good situations terjadi dari luar dirinya (external) dan bad situations terjadi dari

dalam dirinya (internal) sehingga penderita jantung koroner memiliki rasa percaya diri yang rendah, berpikir bahwa dirinya tidak berharga, dan hanya bisa menyusahkan orang lain.

Berdasarkan hasil dari proses-proses tersebutlah, penderita penyakit jantung koroner akan menentukan dimensi permanensi, pervasiveness, atau personalisasi dalam menjelaskan penyakitnya tersebut.


(2)

11

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir

1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka dapat diasumsikan : 1) Penderita yang memiliki explanatory style optimis dapat lebih efektif

menanggulangi keadaannya sedangkan penderita yang memiliki explanatory

style pesimis mengalami lebih banyak ketegangan dan stres sehingga merusak

kesehatannya

2) Explanatory style penderita jantung koroner dalam menjelaskan kejadian

positif dan kejadian negatif yang dialaminya akan menentukan seberapa lama penderita mampu bertahan menghadapi penyakitnya.

Penderita Penyakit Jantung Koroner

Explanatory style

Dimensi Explanatory Style

1. Permanensi

2. Pervasiveness

3. Personalisasi


(3)

38 Universitas Kristen Maranatha 5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1) Terdapat 66,1% responden dengan explanatory style optimistis dan sebanyak 33,9% responden memiliki explanatory style pesimis, artinya cukup banyak penderita jantung koroner yang memiliki pandangan optimistis terhadap penyakit yang di deritanya.

2) Responden dengan explanatory style optimistis ketika berhadapan dengan

bad situation akan memandang bad situation sebagai keadaan yang temporary, specific, dan external namun sebesar 74,4% memandang bad situation sebagai keadaan yang diakibatkan oleh faktor internal.

3) Responden dengan explanatory style pesimistis memandang good situation sebagai keadaan yang temporary, specific, dan external namun sebesar 65% responden memandang sebagai keadaan permanent dan 89,7% memandang

good situation sebagai keadaan yang diakibatkan oleh faktor internal.

4) Responden dengan explanatory style pesimistis memandang bad situation sebagai keadaan yang permanent, universal dan internal namun sebesar 65% responden memandang sebagai keadaan specific.


(4)

39

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

1) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti hubungan antara dukungan sosial dan explanatory style pada penderita jantung koroner

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk membuat item kuesioner dengan singkat dan jelas agar memudahkan peneliti saat mengambil data.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Bagi penderita jantung koroner diharapkan dari penelitian ini mendapatkan banyak informasi mengenai explanatory style pada penderita jantung koroner sehingga nantinya dapat saling memberikan masukan positif seperti kritik yang membangun kepada penderita jantung koroner lainnya ketika mengalami situasi yang baik maupun yang buruk sehingga dapat memupuk kebiasaan berpikir yang optimis bahwa semua situasi dapat diatasi dan dapat dilewati sehingga mampu melakukan aktivitas dengan lebih optimal.

2) Kepada dokter maupun perawat Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang menangani penderita jantung koroner agar dapat memberikan dukungan kepada para penderita jantung koroner untuk dapat menjalani kehidupan ke arah yang lebih sehat dan memberikan dukungan untuk hidup lebih optimis lagi.


(5)

40 Universitas Kristen Maranatha Frienberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. Allyn

and Bacon.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology: A Step-By-Step Guide For

Begginer. London: Sage Publications

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung :

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peterson, Christhoper., Seligman, M.E.P., & Vaillant, George. E. Pessimistic

Explanatory Style Is a Risk Factor for Physical Illness: A Thirty-Five-Year Longitudinal Study. 1988. Journal of Personality and Social Psychology

Vol. 55, No. 1,23-27

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development 13th Ed. New York :McGraw-Hill Seligman, Martin.E.P. 1990. Learned Optimism. New. York: Knopf Inc

Seligman, Martin.E.P. 1994. What You Can Change and What You Can’t. New York: Alfred A. Knopf

Seligman, M.E.P. 2008. Menginstal optimisme. Bandung : Momentum

Shepperd, James. A., Maroto, JoAnn. J., & Pbert, Lori. A. Dispositional Optimism

as a Predictor ofHealth Changes among Cardiac Patients. 1996. Journal of research in personality 30, 517–534 Article no. 0038

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta Wardoyo, A.B. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo : CV. Aneka


(6)

41

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://archinte.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=227381, diakses 26 November 2012)

http://www.hidupsehat.web.id/2013/12/pengertian-hidup-sehat-pengertian.html, diakses 26 November 2012

http://www.hidupsehat.web.id/2013/12/menjaga-daya-tahan-tubuh-tetap-sehat.html, diakses 19 November 2012

http://www.info-kes.com/2013/07/penyakit-jantung-koroner-pjk.html, diakses tanggal 14 Juli 2013

http://klikdokter.com/healthnewstopics/read/2011/03/02/15031205/sikap-optimis-baik-untuk-jantung, diakses tanggal 8 juni 2012

http://majalahkesehatan.com/sehat-tanggung-jawab-individu-benarkah/, diakses tanggal 19 November 2012

http://www.ricostrada.com/kesehatan/penyakit-jantung-pembunuh-nomer-satu-dunia-yang-tak-pernah-diketahui-interpol, diakses tanggal 9 Maret 2013 Raranta, Rani Putri. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada

Lansia di Panti Jompo ‘X’ di Kota Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://today.duke.edu/node/35047, diakses tanggal 26 November 2012

http://healthland.time.com/2012/04/18/a-happy-mind-may-mean-a-healthy-heart, diakses tanggal 29 Juni 2014

http://health.kompas.com/read/2013/09/16/1745559/Biar.Panjang.Umur.Pasien.Sa kit.Jantung.Mesti.Optimistis, diakses tanggal 29 Juni 2014