PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMAIT NURHIDAYAH SUKOHARJO Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Keislaman Di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo.

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI KEISLAMAN
DI SMAIT NURHIDAYAH SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh :
HERU UTOMO
NIM. Q. 100090002

PROGRAM PASCA SARJANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2012

1

2


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI KEISLAMAN
DI SMAIT NUR HIDAYAH SUKOHARJO
Oleh : Heru Utomo, Muinudinillah Basri dan Sofyan Anif
Mahasiswa Pasca Sarjana UMS,
Staf Pengajar Pasca Sarjana UMS, Staf Pengajar Pasca Sarjana UMS

Abstract
This research is reasonable to be investigated, because character education based Islamic values
is very strong effect to the students’achievement in academic and others, that is shown by behaviour
that refected Islamic values in his life. The goal of this research is (1) To know the implementasion
process of character education based Islamic values in SMAIT Nur Hidayah. (2) To know what kind of
approach that can be done in the implementation of character education n based Islamic values in
SMAIT Nur Hidayah.
The kind of this research is Qualitative research. The subject of this research is the head master,
vicehead master, teachers, students, the parents of the students of SMAIT Nur Hidayah. The methode to
collect the data is by interview, observation and documentation. The trial of data validity by trianggulasi
source and methode. Data analysis by flowing analysis methode.
Conclusion that could be taken from this research is, (1) the process of the implementasion
process of character education based islamic values in SMAIT Nur Hidayah started by making concept of

character education based islamic values that includes vision, mision and the goal of the school based Al
qur’an and Sunnah. Then school work programme is made and it is realized in building Islamic school
environtment, development of teachers and students throught mentoring model and included in
curriculum that integrated in all lesson materials (2) the approach that be done in realizing the
programme of character education based islamic values is curriculum approach and learning by model
approach and accustomed process. All aproach model mentioned, packed in islamic fondation
accustomed with Al Qur’an and Assunah teaching’s
Key words : student achievement, character education, Islamic values
Pendahuluan
Indonesia memiliki warisan nilai-nilai budaya luhur, dengan mayoritas penduduk beragama
Islam, didadalamnya terdapat syariat Islam seharusnya menjadi modal utama bangsa Indonesia untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia yang handal berkarakter kuat dan berakhlaq mulia,
sehingga di masa yang akan datang bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, kuat dan
menjadi pemimpin dunia.

Namun sungguh disayangkan modal utama tersebut belum dapat

dimaksimalkan sehingga yang terjadi adalah moral bangsa Indonesia semakin hari semakin rusak.
Rusaknya moralitas tersebut tidak saja terjadi di kalangan masyarakat bawah namun telah merambah
keranah profesional, tokoh masyarakat, terpelajar, pendidik, elit politik, hingga para pemimpin negara

baik eksekutif, legislatif, yudikatif, lalu yang tersisa apa dari bangsa yang bermoral ? Sangatlah layak
untuk direnungkan tentang pendidikan karakter untuk membentuk moralitas bangsa.

3

Bila diperhatikan dengan cermat, konstitusi Indonesia telah mengamanatkan pentingnya
pendidikan karakter, seperti bunyi pasal 31 ayat 3 yaitu
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dengan undang-undang”.
Untuk menjalankan amanah itu maka UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menetapkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Tujuan pendidikan tersebut diatas sangat sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam maka sangat jelas peran institusi
pendidikan harus mampu mewujudkan amanah konstitusi dan tujuan pendidikan itu sendiri untuk
menyelenggarakan pendidikan karakter yang mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam.
Pendidkan karakter akhir-akhir ini menjadi sorotan publik, pemerintahpun melalui Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Nasional berupaya merealisasikannya dengan berbagai macam metode,
kebijakan-kebijakan baru, seminar dan penelitian. Merujuk pada apa yang disampaikan Prof Bambang
Setiaji bahwa “Pendidikan karakter tidak mungkin dapat terlaksana di sekolah tanpa ada percontohan
dari publik dan sekolah hanya sebagai pelestari karakter yang sudah ada” (dalam seminar
pengembangan keprofesian berkelanjutan di Auditorium Muh Djasman UMS tgl 31-12-11) hal tersebut
dapat dilakukan dengan menghadirkan publik itu sendiri ditengah-tengah bangsa, kemudian pertanyaan
yang timbul adalah, publik manakah yang bisa dihadirkan untuk membuat desain pendidikan karakter ?
jawabanya sudah ada sejak dulu yaitu menghadirkan, menggali kembali kasanah nilai-nilai keislaman.
Apa itu karakter? Karakter adalah sesuatu yang baik atau Fitroh yang melekat pada individu
manusia yang tercermin dalam kehidupanya secara Pribadi. Sedangkan pendidikan karakter adalah
paradigma konstelasi teori, pendekatan serta, prosedur untuk mewujudkan pendidikan karakter itu
sendiri (Fakih,2002: 19), adalah suatu system penamaan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu
isi kurikulum proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan
4

mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana dan prasarana pembiayaan dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Dalam merealisasikan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di sekolah perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : yang pertama adalah menyiapkan perangkat pendukung
berupa kurikulum, hal ini sebagaimana pendapat dari doni koesumo “ Pendidikan karakter di dalam
sekolah dapat semakin efektif dan menjadi terstruktur jika kurikulum yang dipakai oleh lembaga sekolah
yang memiliki jiwa pendidikan karakter” (Doni Koesuma, 2011:263 Disamping hal tersebut SDM yang
Islami diramu dalam sebuah program kerja jangka panjang dan program kerja tahunan juga harus
menjadi perhatian. Yang kedua adalah menentukan model pendekatan dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman antara lain pendekatan kurikulum dan pembelajaran,
pendekatan keteladanan dan pendekatan pembiasaan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Zubaidi
dalam bukunya menyebutkan bahwa “Efektivitas proses pendidikan karakter dipengaruhi oleh
ketepatan pendekatan yang dipilih guru dalam mengajarkan materi tersebut. Secara teoritis, setidaktidaknya ada delapan pendekatan yang dapat digunakan dalam mengajarkan pendidikan karakter/budi
pekerti yaitu evocation, inculation, moral reasoning, value clarification, value lysis, moral awareness,
commitment approach, dan union approach.”
Berdasarkan kajian pustaka dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan karakter digali dari nilainilai luhur berupa nilai Agama, tradisi dan budaya dan akan terealisasikan dengan baik apabila terkonsep
dan fleksibel sesuai dengan nilai-nilai luhur dimasyarakat. Dimasukkan dalam kurikulum serta adanya
evaluasi dan administrasi yang baik akan menunjang penyelenggaraan pendidikan karakter yang baik.
Fokus penelitian ini adalah, untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis
nilai-nilai keislaman di SMA IT Nur Hidayah, selanjutnya fokus penelitian secara umum tersebut dapat
penulis jabarkan menjadi fokus penelitian yang lebih khusus sebagaimana berikut: Bagaimana Proses
Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah? Pendekatan

apa saja yang digunakan dalam penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di
SMAIT Nur Hidayah?
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai
keislaman di SMAIT Nur Hidayah. Selanjutnya tujuan ini di jabarkan menjadi beberapa tujuan khusus 1)
Untuk mengetahui proses penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT
Nur Hidayah 2) Untuk mengetahui pendekatan apa saja yang dilakukan dalam penyelenggaran
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah?

5

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritas maupun praktis bagi
dunia pendidikan. Secara teoritis, penelitian ini di harapkan untuk memberikan bahan bagi pengembang
teori tentang pendidikan karakter, memberikan masukan bagi pengembangan keilmuan terutama yang
berkenaan dengan pengembangan peserta didik yang berkarakter Islami. Secara praktis penelitian ini di
harapkan untuk memberikan informasi tentang pendidikan karakter di SMAIT dalam kesesuaian dengan
nilai-nilai keislaman serta peranannya dalam membentuk manusia yang berkarakter Islami, bahan kajian
bagi pengelola, dan seluruh Sekolah Islam Terpadu khususya dan sekolah lain pada umumnya dalam
menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan sekolah.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. pemaparan yang dilakukan menguraikan suatu
proses yang terjadi bukan hasil proses terjadi tanpa control dan interaksi peneliti. Melainkan
dikumpulkan berupa sifat alamiah berlangsung apa adanya (Margono,2000:40). Data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, catatan lapangan, dan bukan semata-mata berupa angka-angka. Selain itu,
semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti
(Moleong,2000:6). Pendekatan kualitatif pada umumnya merupakan penelitian non hipotesis, sehingga
dalam langkah penelitiannya tidak diperlukan rumusan hipotesis

(Arikunto,2002:11). Penelitian

kualitatif yang digunakan bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau
fenomena tertentu. Dengan demikian penelitian ini berusaha mengungkap dan berusaha memaparkan
tentang peranan sekolah Islam dalam pendidikan karakter.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, karena dalam mengkaji masalah, peneliti tidak membuktikan atau menolak hipotesis yang
diuat sebelum penelitian tetapi mengolah data dan menganalisi suatu masalah secara non numerik.
Berdasarkan rangkaian teori tentang penelitian kualitatif tersebut, peneliti berkeyakinan untuk
menggunakan jenis peneliatian deskriptif, karena jenis penelitian ini memusatkan pada deskripsi data
yang berupa kalimat-kalimat yang mempunyai arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku
yang diamati.

Desain penelitian adalah Etnografi. Menurut mantja (2005:2) menyatakan bahwa : “etnografi
merupakan rekonstruksi budaya sekolompok manusia atau hal-hal yang dianggap budaya dalam berbagi
kancah kehidupan manusia (Preissle-Goetz dan lecompte,1991) atau, secara singkat sebagaimana
dikemukakan oleh spradley (1980) etnografi adalah budaya tentang perian (deskripsi) kebudayaan”.
Lebih lanjut Mantja (2005:5), menyatakan kajian etnografi bersifat holistik artinya, bahwa penelitian ini
6

tidak hanya mengarahkan perhatian pada salah satu atau beberapa variabel tertentu yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu pengkajian. Bentuk holistic ini didasarkan pada pandangan bahwa
budaya merupakan keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Dalam penelitian kualitatif, etnolgrafi merupakan bentuk yang menonjol, sehingga dalam banyak
kepustakaan istilah etnohrafi digunakan sebagai salah satu bentuk penelitian (disamping sebagai desain
atau rancangan penelitian) yang meliputi penelitian kualitatif, penelitain studi kasus, penelitian kancah,
ataupun penelitian antropologi.
Lokasi penelitian ini diadakan di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo, tepatnya pada penyelenggaraan
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. SMAIT telah menyelenggarakan pendidikan karakter
berbasis nilai-nilai keislaman dan berdasarkan informasi yang didapatkan penulis bahwa pendidikan
karakter berbasis nilai-nilai keislaman telah berhasil membawa SMAIT berprestasi baik dalam bidang
akademik maupun sisi akhlak siswanya.
Data dan Sumber data dalam penelitian ini. Menurut Margono (2000:38), Manusia merupakan

alat (instrumen) utama pengumpul data. Penelitian kualitatif menghendaki peneliti dengan bantuan
orang lain sebagai alat utama pengumpul data. Menurut Sutopo (2002:50-54), sumber data dalam
penelitian kualitatif dapat berupa manusia dengan prilakunya. Peristiwa atau aktifitas, dokumen, benda,
beragam gambar, dan dokumen. Jenis data dalam penelitian ini mencangkup sumber data primer dan
data sekunder. Sumber data primer dari informan yang dipandang dapat memberikan data secara
maksimal, yaitu Kepala sekolah, Waka kurikulum, Waka kesiswaan, Organisasi siswa , Linkungan internal
yang lain : Kepala Admin, Guru, Siswa, Karyawan dan Orang tua/Wali siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rencana penelitian ini meliputi :Wawancara
adalah pembicaraan teratur antara dua atau lebih orang yang diajukan oleh salah satu dari mereka
untuk mendapatkan informasi. Penelitian kualitatif yang menjadi pewawancara adalah peneliti.
Wawancara dilakukan secara mendalam guna mendapat kedalaman informasi (Sutopo, 2002 :58).Teknik
ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen tentang sejarah,
kurikulum kegiatan siswa, catatan khusus dan data data lain yang sesuai kebutuhan peneliti, Observasi
langsung adalah untuk mendapatkan data tentang kegiatan belajar mengajar dan metodenya. Observasi
langsung disebut juga observasi partisipatif. Peneliti mengobservasi secara langsung, baik secara formal
maupun informal.

Pengamatan ini difokuskan pada kegiatan pembinaan yang terkait dengan

pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran data mengenai penyelenggaraan

pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo

7

Teknik Analisis Data menurut Males dan Huberman (1992:15-18), komponen utama dalam
proses analisis, penelitian kualitatif meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan /
verifikasi. Sesuai dengan penelitian kualitatif yaitu kerja detektif (tidak diketahui orang) maka proses
analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan bersamaan dengan proses pengumpulan data, atau
menggunakan proses analisis mengalir (flow model analysis). Reduksi data dilakukan sejak dimulainya
proses pengumpulan data, diteruskan pada waktu pengumpulan data berikutnya, dan bersamaan
terjalin dengan sajian data dan verifikasi data. Tiga komponen ini mengalir dan tetap saling menjalin
sampai kegiatan pengumpulan data berakhir atau sampai proses penulisan laporan selesai. Reduksi data
merupakan kegiatan merangkum catatan-catatan lapangan yang berhubungan dengan peranan SMAIT
Nur Hidayah dalam pengembangan kecerdasan spiritual. Rangkuman catatan-catatan itu kemudian
disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan
kembali apabila data diperlukan dan mengurangi data yang tidak diperlukan, sajian data berguna untuk
melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik dalam bentuk matrik mauapun dalam bentuk
pengkodean.

Dari hasil reduksi dan sajian data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik suatu


kesimpulan dan memferifikasi sehingga menjadi kebermaknaan data, penarikan kesimpulan, untuk
menetapkan kesimpulan lebih grounded (beralasan) dan tidak lagi bersifat tentatif (coba-coba) maka
penarikan kesimpulan dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan membercheek,
triangulasi, dan audittrail, sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi, yaitu pemeriksakan kebenaran
data yang diperoleh kepada pihak lain. Trianggulasi yang digunakan peneliti adalah trianggulasi sumber
dan trianggulasi metode. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif (Moleong, 2000:178).

Dalam mengumpulkan data peneliti juga menggunakan beragam

sumber data yang tersedia (trianggulasi metode). Artinya data yang sama atau sejenis akan mantap
kebenarannya jika digali dari berbagai sumber data yang berbeda. Begitu pula sumber data yang sama
akan semakin mantap keabsahan informasinya jika digali dengan metode yang berbeda (triangulasi
sumber). Dengan demikikan, untuk menjamin derajat kepercayaan, cara yang ditempuh oleh peneliti
adalah : (1). Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan sebaliknya, (2).
Membandingkan data hasil dokumentasi dengan data hasil wawancara dan sebaliknya, (3).
Membandingkan data hasil angket santri dengan data hasil wawancara, dan hasil observasi, dan data
hasil dokumentasi.

8

Hasil Penelitian
Dapat dipaparkan bahwa dalam Penyelenggaraan Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai
keislaman di SMAIT Nur Hidayah sebagai berikut: 1) SMAIT Nur Hidayah meletakkan dasar nilai-nilai
keislaman sebagai landasan filosofis dalam menyelanggarakan pendidikan karakter. 2) Visi, misi dan
tujuan sekolah SMIT Nur Hidayah berorientasi pada pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. 3)
Dalam melakukan pembinaan SDM SMAIT Nur Hidayah melakukan pendekatan berbasis nilai-nilai
keislaman untuk mewujudkan SDM yang Islami. 4) SMAIT Nur Hidayah menjadikan Guru sebagai figur
dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. 5) Dalam membuat program kerja, SMAIT memasukkan
nilai-nilai keislaman dalam setiap program kerja tahunan
Pendekatan dalam Penyelengaraan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Keislaman di SMAIT
Nur Hidayah sebagai berikut:
Pendekatan Kurikulum dan Pembelajaran. 1) SMAIT Nur Hidayah menginternalisasikan nilainilai keislaman dalam semua materi pelajaran. 2) SMAIT Nur Hidayah melakukan Islamisasi pada
perangkat pembelajaran dan dalam proses pembelajaran
Pendekatan Keteladanan 1) SMAIT Nur Hidayah melakukan pembinaan guru untuk
merealisasikan program keteladanan. 2) SMAIT Nur Hidayah menjadikan Guru sebagai figur dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter. 3)Guru SMAIT Nur Hidayah menunjukkan sikap dan prilaku Islami
sebagai teladan bagi para siswa. 4) Kepala sekolah SMAIT Nur Hidayah mampu menjadi figur yang baik
bagi seluruh stok holder di lingkungan sekolah
Pendekatan pembiasaan 1) SMAIT Nur Hidayah menerapkan pola pembiasaan Islami dalam
setiap aktifitas kegiatan sekolah. 2) SMAIT Nur Hidayah menerapkan reward and panismen dalam
merealisasikan program pembiasaan karakter keislaman. 3) Nilai-nilai keislaman pada siswa SMAIT Nur
Hidayah ditunjukkan dengan perilaku siswa yang berkarakter Islami. 4) SMAIT Nur Hidayah perlu
melibatkan orang tua siswa lebih intensif lagi dalam implementasi pendidikan karakter berbasis nilainilai keislaman

PEMBAHASAN
Proses Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah
Penyelenggaraan pendidikan karakter di SMAIT Nur Hidayah dimulai dengan meletakkan dasardasar landasan awal yaitu Al Quran dan Assunnah yang selanjutnaya diaplikasikan kedalam visi, misi dan
tujuan. Setiap kegiatan sekolah harus benar-benar bernilai keislaman atau tidak menyalahi aturan Islam
yang sejalan dengan Al Qur`an dan Assunnah. Misalnya berkaitan dengan materi pelajaran umum maka
9

dalam proses awal pembuatan perangkat pembelajaran sampai dengan proses pembelajaran di kelas
dikemas dengan nilai-nilai keislaman.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur
Hidayah adalah untuk membentuk pribadi yang soleh yang berlandaskan Al Qur`an dan Assunnah serta
dilaksanakan berdasarkan kondisi lingkungan sekolah dengan mengakomodir budaya lokal yang tidak
menyalahi nilai-nilai keislaman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chang Lee Hoon
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul an appraisal on the implementation of moral education for
schools in Malaysia menyatakan bahwa Chang lee hoon menyatakan bahwa Tujuan aktual pendidikan
moral adalah untuk membangun karakter yang bertanggung jawab, masyarakat demokrasi dan
masyarakat sipil. Kemudian memberikan kesimpulan dari hasil penelitiannya bahwa belajar tentang
Pendidikan Moral merupakan keharusan formal bagi siswa muslim dan harus memiliki tujuan berupa
nilai-nilai mulia masyarakat Malaysia diambilkan dari nilai-nilai agama, tradisi dan budaya dari berbagai
grup etnik di Malaysia yang sesuai dengan nilai-nilai moral secara universal.
Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Chang lee hoon dengan penelitian yang
dilakukan di SMAIT Nur Hidayah keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Dua penelitian tersebut
sama-sama membahas tentang pendidikan karakter. Hanya saja dalam penelitian yang dilakukan oleh
Chang lee hoon lebih bersifat umum dimana pendidikan karakter diambil dari seluruh nilai-nilai yang ada
dimasyarakat, sedangkan penelitian di SMAIT Nur Hidayah lebih terfokus pada nilai-nilai keislaman.
Namun demikian keduanya memiliki kesamaan dalam tujuan pendidikan karakter adalah agar siswa
menjadi manusia yang bermoral atau berakahlak karimah. Hal yang jelas berbeda adalah lokasi
penelitian dimana penelitian Chang lee hoon berlokasi dimalaysia yang sangat berpengaruh terhadap
hasil karena masing-masing tempat memiliki karakteristik dan budaya yang berbeda.
Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di SMAIT Nur Hidayah sangat memperhatikan sisi
kurikulum dimana proses penyusunan kurikulum ditekankan pada intergrasi pendidikan karakter
kedalam seluruh materi pelajaran. Hal itu tersirat kedalam perangkat pembelajaran silabus, RPP yang
teraplikasikan kedalam proses pembelajaran dikelas dan sangat membantu guru dalam memahamkan
siswa berkaitan dengan pendidikan karakter di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan oleh
Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam penelitaannya yang berjudul Character education in schools
and the education of teachers menyatakan bahwa Pendidikan karakter yang dimasukkan dalam
kurikulum akan sangat membantu guru dalam memahamkan karakter terhadap siswa.
Kurikulum menjadi perhatian awal dalam proses penyelenggaraan pendidikan karakter di SMIT
Nur Hidayah. Dalam proses tersbut dibentuk tim kusus yang menangani Islamisasi materi pelajaran yang
10

kemudian dilakukan kajian secara intensif oleh pakar-pakar yang berpengalaman. misal dalam
memasukkan materi Al Qur`an diharuskan mengetahui tafsir dan kaidah yang berhubungan dengannya
maka diadakan kajian oleh ahli tafsir yang diakui keilmuannya. Contoh lain dalam pelajaran bahasa
Indonesia apabila terdapat kisah asmara antara dua orang remaja maka bab tersebut dianulir dan
diganti dengan kisah-kisah Islami yang sama bahasannya.
Berkaitan dengan hal tersebut Menurut Zubaidi (2011: 269) “secara teoritis, ada dua
pendekatan yang ditawarkan dalam menerapkan karakter di sekolah. Pertama pendidikan karakter
diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Kedua pendididkan karakter diintregasikan kedalam setiap
mata pelajaran”. SMAIT Nur Hidayah menerapkan model kedua yaitu diintegrasikannya kedalam setiap
materi pelajaran.
SMAIT Nur Hidayah telah menyiapkan konsep pendidikan karakter secara istiqomah dan
menjadi program tahunan yang secara terus menerus diadakan evaluasi. Melalui proses dalam
kurikulum, SMAIT Nur Hidayah menyelenggarakan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman
dengan melibatkan semua pihak, guru, karyawan, siswa, orangtua wali dan seluruh lingkungan internal
sekolah. Konsep pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah membuat mata
rantai yang satu sama lain berhubungan, dari persiapan awal sampai dengan pelaksanaan dan semua
melibatkan seluruh komponen sekolah. Kebersamaan dalam menyelenggarakan pendidikan karakter
berbasis nilai-nilai keislaman terlihat dalam proses awal dalam menciptakan kultur Islami di SMAIT Nur
Hidayah.
Menurut Andrianto (2011: 99)
“...sekolah yang memahami proses pendidikan akan memanfaatkan setiap waktu selama anak
berada di Sekolah sebagai proses pembelajaran” karakter harus dibentuk bukan saja melalui
aspek kurikulum namun aspek lingkungan harus menjadi perhatian serius, sekolah harus dapat
membuat sebuah budaya pendidikan karakter di luar kelas dengan sebaik-baiknya…”
Merujuk pada apa yang disampaikan Andrianto SMAIT Nur Hidayah dalam proses awal
penyelenggaraan pendidikan karakter dimulai dengan melakukan pembinaan SDM melalui model
mentoring. Model tersebut sangat baik dan memberikan hasil yang maksimal, hal itu terlihat dari kultur
keseharian sekolah yang mampu menjaga hubungan harmonis antara guru maupun siswa dan orangtua
wali. Harapan dari pembinaan guru model mentoring adalah supaya tercipta iklim yang Islami dan guru
mampu menjadi figur teladan yang baik bagi siswa.
SMAIT Nur Hidayah berusaha melibatkan seluruh elemen sekolah, selain melibatkan guru
dengan pembinaan mentoring pihak sekolah juga melibatkan orang tua wali siswa. Orang tua wali siswa
dilibatkan dalam berbagai macam kegiatan yang menunjang program pendidikan karakter berbasis nilai11

nilai keislaman, antara lain dengan adanya kegiatan bersama dalam pembinaan siswa. Sekolah berusaha
memberikan kesempatan orang tua wali siswa untuk bersama-sama dalam penanganan siswa. Sebagai
contoh ketika siswa melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah maka pihak sekolah melalui wali
kelas segera memberikan informasi dan membuat agenda pertemuan bersama untuk membahas
persoalan siswa. Pelibatan orang tua wali siswa juga dilakukan dalam pembinaan mentoring siswa yang
dilakukan setiap sepekan sekali. Terdapat jadwal mentoring siswa yang terkadang dilakukan di rumah
siswa sehingga orang tua dapat ikut memantau sekaligus ikut mengaji.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam Matthew
Wilks Keefer (2006) yang berjudul A critical comparison of classical and domain theory: some
implications for character education menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan berkarakter adalah
tersedianya konsep yang baik dan lebih fleksibel disesuaikan dengan kondisi masyarakat tertentu, serta
melibatkan seluruh komponen penyelenggara pendidikan.
Penelitian Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam Matthew Wilks Keefer (2006) telah
memberikan kesimpulan bahwa konsep yang baik dan fleksibel dengan melibatkan seluruh komponen
penyelenggara pendidikan. Hasil penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian di SMAIT
Nur Hidayah, bahwa SMAIT Nur Hidayah telah menyiapkan konsep pendidikan karakter dengan baik dan
melibatkan seluruh komponen sekolah. Perbedaan terhadap hasil dari penelitian antara yang dilakukan
oleh Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam Matthew Wilks Keefer (2006) dan penelitian di SMAIT
Nur Hidayah adalah pada konsep keislaman, bahwa di SMAIT Nur Hidayah meletakkan dasar konsep
nilai-nilai keislaman berupa Al Qur`an dan Assunnah yang menjadi dasar dan pedoman dalam membuat
konsep penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman daris sisi kurikulum,
pembinaan SDM dan Lingkungan sekolah.
Kegiatan ektrakurikuler di SMAIT Nur Hidayah sangat beragam, misalnya kegiatan pramuka,
dalam kegiatan tersebut diarahkan pada pembentukan karakter siswa yang Islami. Nilai- nilai keislaman
menjadi bahan untuk diajarkan sebagai contoh nilai kedisiplinan adalah tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada perturan disekolah termasuk kedisiplinan dalam menunaikan kewajiban
sebagai seorang muslim. Siswa SMAIT Nur Hidayah belajar tepat waktu ketika datang kesekolah dan
tepat waktu ketika melaksanakan perintah ibadah sholat. Kedisiplinan juga terlihat dari cara berbaris
ketertiban dalam dalam berpakaian. Kegiatan pramuka juga mengajarkan etika yang selaras dan sejalan
dengan nilai keislaman, siswa belajar bagaimana menghormati guru, bergaul dengan sesama teman dan
juga pegaulan yang sesuai dengan norma Islam.

12

Kegiatan lainnya adalah mentoring siswa. Dilakukan setiap sepekan sekali yang bertempat
disekolah dan terkadang di rumah siswa atau guru Pembina. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
dengan anggota maksimal 10 siswa. Dibina oleh masing-masing guru yang ditunjuk kepala sekolah.
Dalam kegiatan tersebut selain materi-materi yang berkaitan dengan peningkatan spiritual siswa juga
dilakukan diskusi tentang materi pelajaran. Suasana penuh kekeluargaan menjadi daya tarik tersendiri
bagi siswa.
Model mentoring dalam pembinaan siswa di SMAIT Nur Hidayah sangatlah efektif untuk
menujang terlaksananya pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai keislaman. Guru lebih dapat
memahami kondisi siswa secara lebih mandalam karena model mentoring memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berbicara dari hati-kehati apapun pemasalahan yang dihadapi, baik permasalahan
berkenaan dengan kepribadian maupun pelajaran.
Proses penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah
sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan sekAolah, namun perlu dilakukannya
pengumpulan data secara sistemis dan konsisten. Pengarsipan data secara sistemis dan konsisten akan
sangat membantu sekolah dalam menyikapi hal-hal yang berhubungan dengan perilaku siswa
dikemudian hari apabila terjadi penyimpangan atau kenakalan siswa. Sebagaimana kesimpulan oleh
Gary Skaggs Nancy Bodenhorn (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Relationships Between
Implementing Character Education, Student Behavior, and Student Achievement menyatakan bahwa
pengumpulan data perilaku siswa secara sitematis dan konsisten akan sangat bermanfaat terhadap
keberhasilan pendidikan karakter.
Penelitian Gary Skaggs Nancy Bodenhorn (2006) memberikan gambaran pentingnya administrasi
dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang akan sangat bermanfaat pada waktu-waktu yang akan
datang. Pengelola sekolah khususnya wali kelas akan dengan sangat mudah menemukan trik atau
metode yang pas dalam penanganan siswa bermasalah. Namun demikian hal tersebut tidaklah mutlak
harus dilakukan dengan instan, diperlukan waktu dan keistiqomahan dalam mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan karakter secara tertib administrasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di
SMAIT Nur Hidayah
SMAIT Nur Hidayah melakukan empat pendekatan dalam merealisasikan penyelenggaraan
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. Pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dalam mewujudkan pendidikan karakter
13

itu sendiri. Pendekatan yang dilakukan SMAIT Nur Hidayah adalah

pendekatan kurikulum dan

pembelajaran, pendekatan keteladanan dan Pembiasaan
Pendekatan kurikulum dan pembelajaran
Dalam penelitian Lynn Revell dan James Arthur 2007 yang berjudul Character education in
schools and the education of teachers menyatakan bahwa Pendidikan karakter yang dimasukkan dalam
kurikulum akan sangat membantu guru dalam memahamkan karakter terhadap siswa. SMAIT Nur
Hidayah menerapkan pendidikan katakter berbasis nilai-nilai keislaman ke dalam jalinan kurikulum yang
saling terkait, diintegrasikan ke dalam semua materi pelajaran dituangkan dalam RPP, dan silabus
kemudian diaplikasikan kedalam proses pembelajaran
Penelitian Lynn Revell dan James Arthur sangat sinkron dengan penelitian di SMAIT Nur
Hidayah, dapat diketahui bahwa pendidikan karakter lebih tepat apabila dimasukkan ke dalam
kurikulum dan akan sangat efektif dalam memberikan pemahaman siswa tentang karakter yang Islami.
Sedangkan dalam proses pembelajaran beberapa pendekatan dilakukan untuk menunjang
keberhasilan proses tersebut. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru SMAIT
Nur Hidayah adalah Pertama pengetahuan, dalam setiap memulai proses pembelajaran guru-guru
senantiasa memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai keislaman, adakalanya dengan membacakan
ayat maupun hadis yang disesuaikan dengan konteks materi pelajaran ataupun menceritakan tarikh
(sejarah Islam) untuk memotifasi semangat menjalankan hidup yang sesuai dengan aturan Agama.
Pendekatan pengetahuan dalam setiap awal pembelajaran sangat efektif untuk menumbuhkan
semangat hidup yang Islami. Nilai-nilai keislaman menjadi hal yang tidak asing lagi karena pengetahuan
keislaman diberikan setiap awal proses pembelajaran. Pendekatan yang kedua adalah dengan
memberikan kesempatan kepada setiap masing-masing individu siswa untuk memberikan tanggapan
ataupun pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan nilai-nilai keislaman tersebut. Siswa begitu antusias
dengan model pendekatan tesebut. Pertanyaan dan tanggapan dari berbagai macam sudut pandang
keluar, maka model pendekatan selanjutnya adalah dengan memberikan rangsangan agar terjadi diskusi
yang menarik antara siswa dengan guru bahkan guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi.
Pendekatan pembelajaran di SMAIT Nur Hidayah tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan
Zubaidi (2010)
“Ada Tiga tahap penalaran moral itu, yaitu : (1) fase pengetahuan moral, (2) fase perasaan
moral, dan (3) fase bertindak secara moral.” Penalaran moral adalah proses sistematis
untuk mengevaluasi kebajikan dan mengembangkan pribadi yang konsisten dan tidak
memihak serangkaian prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk hidup. Tahap pertama
14

adalah pengetahuan moral yang merupakan fase kognitif yang belajar tentang isu-isu moral
dan bagaimana mengatasinya. Tahap kedua adalah menghargai atau perasaan moral, yang
merupakan dasar dari apa yang diyakini tentang dirinya sendiri dan orang lain. Tahap
ketiga adalah bertindak secara moral, yaitu bagaimana orang-orang bertindak secara nyata
berdasar nilai dan apa yang diketahui.
Pendekatan keteladanan
Dalam penerapan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah
pendekatan selajutnya adalah dengan keteladan. Keteladan diperlukan agar peserta didik dapat melihat
contoh dalam kehidupan nyata tentang perbuatan yang berkarakter Islami. SMAIT Nur Hidayah
memandang pentingnya keteladanan dalam merealisasikan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai
keislaman. Seluruh guru dan karyawan diberikan pembinaan intensif untuk menunjang program
tersebut. Antara lain pembinaan tersebut adalah dengan adanya mentoring yang diwajibkan bagi
seluruh guru dan karyawan yang dilakukan satu minggu sekali, pengajian bulanan dan beberapa agenda
rutin yang menunjang proses pembentukan karakter Islami.
Selain kegiatan penunjang pembentukan karakter Islami tersebut SMAIT Nur Hidayah
mengadakan evaluasi pembinaan SDM yang dititik beratkan pada aspek perilaku keseharian guru
karyawan di lingkungan sekolah dengan melalui mekanisme yang sudah ditetapkan. Harapannya agar
guru dapat menjadi figur Islami sehingga dapat dicontoh oleh peserta didik di lingkungan sekolah. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Furqon (2010: 41) “Keteladanan memiliki kontribusi
yang sangat besar dalam mendidik karakter.” Keteladanan lebih mengedepankan aspek tindakan,
akhlak, dan perilaku pengajar sehingga peserta didik akan berusaha meniru apa yang telah dicontohkan
pengajar. Lebih lanjut furqon menyatakan (2010 : 41) “Keteladanan lebih mengedepankan aspek
perilaku dalam bentuk tindakan nyata dari pada banyak bicara tanpa aksi.” dan sebagaimana pendapat
Koesoemo (2011: 215) berpendapat bahwa “adanya keteladanan dalam pendidikan karakter terdapat
model peran dalam diri insan pendidik.” keteladan sangat berdampak pada pembentukan karakter
peserta didik mereka dapat memahami tentang nilai-nilai kebajikan lebih dekat dan lebih mengena.
Pendekatan pembiasaan
Beberapa pembiasaan yang dilaksanakan di SMAIT Nur Hidayah adalah pembiasaan
menjalankan ibadah yang wajib dan sunah, tilawah Al Qur`an, berpakaian yang Islami dan berperilaku
Islami. Hal lainnya adalah siswa dibiasakan berperilaku sopan santun baik antara siswa dengan guru
maupun antara siswa dengan siswa, senantiasa menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri
dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Selain hal tersebut pihak SMAIT Nur Hidayah berupaya menerapkan pembiasaan terhadap
ketaatan pada aturan sekolah dan penerapan kredit poin berupa reward and punishment. Hal tersebut
15

dilakukan dengan harapan siswa terbiasa dengan aturan sekolah dan dapat melakukan kegiatan belajar
dengan baik. Sebagaimana pengamatan penulis dengan diterapkannya pembiasaan reward and
punisment sangat mendukung pembentukan karakter siswa.
Pendekatan pembiasaan di SMAIT Nur Hidayah sesuai dengan pendapat Furqon (2010: 52)
“kegiatan pembiasaan secara spontan dapat dilakukan misalnya saling menyapa, baik antar teman, antar
guru maupun antara guru dengan murid.” Sedangkan Mustakim (2011: 96) memberikan contoh lain
dalam program pembiasaan di sekolah “sekolah menjadikan kebersihan sebagai spririt utama. Program
penghijauan, mengolah kembali limbah sampah organik, kampanye sekolah tanpa plastik dll. Programprogram seperti itu akan melahirkan budaya sekolah yang berkarakter.”
Pembiasaan lainnya adalah kejujuran, SMIT Nur Hidayah menekankan aspek kejujuran tersebut
pada semua aktifitas kegiatan termasuk diantaranya adalah kegiatan ujian sekolah maupun UN. Pihak
sekolah melakukan banyak terobosan untuk betul-betul kejujuran menjadi harga mati dari sekolah,
sebagai misal dipasangnya sepanduk besar di depan gapura sekolah dan beberapa tempat lainnya yang
isinya adalah berkenaan dengan UN yang jujur.
Sebagaimana pendapat Adian Husaini (2011:1) Pembiasaan, dilakukan untuk menumbuhkan
kultur yang baik di sekolah, kultur yang baik tersebut akan berdampak baik pada proses
penyelenggaraan pendidikan karakter. Pendidikan karakter memerlukan pembiasan. Pembiasaan untuk
berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang.
Kesimpulan
Setelah memperhatikan uraian yang telah penulis sampaikan, memperhatikan hasil temuan dan
pembahasan dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1) Nilai-nilai keislaman adalah hal yang pokok
dalam pendidikan karakter, nilai yang sempurna karna diciptakan oleh yang maha sempurna, sedangkan
merealisasikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari adalah karakter yang terbaik karena
berdasarkan Al Qur`an dan Assunnah. Sekolah yang baik adalah yang mampu menghasilkan generasi
yang berakhlak karimah dan hal tersebut hanya dapat direalisasikan dengan menerapkan nilai-nilai
keislaman dalam setiap aktifitas kegiatan sekolah atau tidak menyalahi nilai-nilai keislaman itu sendiri.
Proses penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah
Sukoharjo dimulai dengan membuat konsep pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman, di
dalamnya terdapat visi, misi, tujuan sekolah yang berlandaskan Alqur`an dan Assunnah. Kemudian
dibuat sebuah program kerja sekolah yang selanjutnya direalisasikan dalam pembentukan lingkungan
sekolah yang Islami, pembinaan guru dan siswa melalui model mentoring dan dimasukkan dalam
kurikulum yang terintegrasi kedalam semua mapeteri pelajaran. Sedangkan pendekatan yang dilakukan
16

dalam penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah
Sukoharjo dalam merealisasikan program pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman adalah
pendekatan kurikulum dan pembelajaran, pendekatan keteladanan dan pendekatan pembiasaan.
Semua model pendekatan tersebut dikemas dalam bingkai keislaman disesuaikan dengan Al Quran dan
Assunnah.
Saran
Bagi kepala sekolah
Kepala sekolah agar berupaya untuk terus melakukan perbaikan dan inovasi yang mengarah kepada
realisasi tujuan sekolah yang Islami dan senantiasa memberikan motivasi kepada seluruh warga sekolah
untuk istiqomah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman.
Bagi guru 1) Agar terus berupaya lebih maksimal dalam mewujudkan integrasi nilai-nilai keislaman pada
setiap materi pelajaran yang diwujudkan kedalam perangkat pembelajaran dan direalisasikan dalam
proses pembelajaran. 2) Agar terus melakukan inovasi-inovasi pendekatan dalam meralisasikan
pendidikan karakter, serta berupaya terus menggali khasanah nilai-nilai keislaman lebih mendalam lagi
sebagai bahan integrasi nilai-nilai keislaman kedalam meteri pelajaran.
Bagi orang tua
Berupaya melakukan pembinaan selama siswa dirumah dan lebih memberikan prioritas pada kajian
keislaman serta lebih intensif dalam menjalin hubungan dengan sekolah
Bagi praktisi pendidikan
Berupaya melakukan kajian yang intensif tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang digali dari Al
Qur`an dan Assunnah dan tarikh Islam, sehingga harapannya dapat tercipta konsep pendidikan karakter
yang sempurna karena diambil dari kitab yang sempurna. (Al Qur`an dan Assunnah)
Bagi penelitian berikutnya
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan,
yaitu ditemukannya banyak factor diantaranya pembinaan Guru dan siswa sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pendidikan karkter berbasis nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kepada pihak terkait yang peduli terhadap pendidikan karakter dan kepada penelitian selanjutnya untuk
menelaah kembali berkaitan dengan topik yang baru saja diteliti, seperti peranan orang tua atau wali
dalam mewujudkan pendidikan karakter Islami, peranan masyarakat, input, output dalam perspektif
pendidikan karakter Islami dan strategi guru dalam merealisasikan nilai-nilai keislaman.

DAFTAR PUSTAKA
17

Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta
Hollingshead, Barbara (2009). “The concern-based adoption model : a framework for examining
implemetation of a character education program”, NASSP Bulletin, Vol. 93, No. 3, Sep 2009. P. 166
Koesoema, Doni (2011). Pendidikan Karakter: strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta :
Grasindo
Lee Hoon, Chang (2010). an appraisal on the implementation of moral education for schools in Malaysia
Majid, Adullah & Andayani, Dian (2011). Pendidikan Karakter

persepektif Islam, Bandung : Remaja

Rosda Karya
Margono (2000). Metodologi penelitian pedidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Meleong, Lexy J (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja
Miles, Mathew B & Huberman, A Michael (1992). Analisis Data Kualitatif, (terj Tjetjep Rohendi Rosidi),
Jakarta : UI Press
Muslich, Mansur (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta;
Bumi Aksara
Revell, Lynn dan James Arthur (2007). “A critical comparison of classical and domain theory: some
implications for character education”, Journal of Moral Education, Vol. 35, No. 3, September 2006.
P. 369–386
Skaggs, Gary Nancy Bodenhorn (2006). “Relationships Between Implementing Character Education,
Student Behavior, and Student Achievement”, journal of advanced academics, Volume 18, No. 1,
P. 82-144.

18

Sutama (2011). Metode Penelitian Pendidikan: kuantitatif, kualitatif, PTK, R & D. Surakarta : Fairuz
Media
Matthew Wilks Keefer (2006). “Character education in schools and the education of teachers”, Journal
of Moral Education, Vol. 36, No. 1, March 2007, P. 79–92
Zubaedi (2011). Desain Pendidikan Karakter: konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Curriculum Vitae Peneliti
Peneliti bernama lengkap Heru Utomo lahir di Jombang Jawa Timur pada tanggal 19 Agustus
1982. Menyelesaikan pendidikan strata I di UMS FAI Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2007.
Menikah dengan Susmiasih dan dikaruniai anak bernama Muhammad Azka Utama. Memiliki visi dan
misi “menciptakan generasi Islami yang siap memimpin negri pada 2030 dan memimpin dunia pada
2050”. Aktifitas dalam dunia pendidikan dimulai pada tahun 2006 sebagai pengajar di TK Alfirdaus,
selanjutnya berturut-turut sebagai pengajar khusus tahajji di SD plus Alfirdaus, pengajar di SMP dan
SMA Adh Dhuhaa sampai dengan sekarang. Organisasi yang saat ini digeluti penulis adalah menjabat

19

sebagai kepala bidang SDM LPPAS Surakarta, ketua FORJASI (Forum Pekerja Sosial Indonesia), kepala
sekolah SMA Adh Dhuhaa Sukoharjo, Pimpinan Pondok Pesantren Adh Dhuhaa Sukoharjo, pendiri dan
ketua Yayasan Syamsu Dhuhaanaa serta aktif melakukan kegiatan kemasyarakatan dalam bidang social,
Agama dan Pendidikan.

20