PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI DAN AGRESIVITAS ATLET FUTSAL CA2 BANDUNG.

(1)

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI DAN AGRESIVITAS ATLET FUTSAL CA2 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

SUPYADIN HENDRA 0705304

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN PRA SIDANG

NAMA : SUPYADIN HENDRA

NIM : 0705304

JUDUL : PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI DAN AGRESIVITAS ATLET FUTSAL CA2 BANDUNG

Pembimbing I

Dr. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001

Pembimbing II

Dr. Sumardiyanto, M.Pd NIP. 196212221987031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001


(3)

ABSTRAK

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI DAN AGRESIVITAS ATLET FUTSAL CA2 BANDUNG

Pembimbing: 1. Dr. R. Boyke Mulyana 2. Dr. Sumardiyanto, M.Pd.

Supyadin Hendra 2014

Olahraga merupakan situasi yang bisa membangkitkan kompetisi antar atlet. Situasi kompetisi tersebut menjadi penyebab munculnya motivasi untuk dapat berperstasi, disamping itu ada hal yang menyebabkan agresivitas dalam diri atlet yaitu bermain kasar, bermain kasar itu timbul karena keadaan jiwanya mengalami gangguan, karena lebih mementingkan kemenangan daripada sportifitas dalam olahraga itu sendiri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Subjek dalam penelitian ini adalah atlet futsal CA2 sebanyak 20 orang.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah sistem random sampling atau sampel acak. Berdasarkan hasil penelitian dengan teknik Skala Likert, hasil persentase dari motivasi yang menonjol adalah inner achivement motivation atau motivasi dari dalam dan hasil persentase dari agresivitas adalah instrumental

agression atau agresivitas terkontrol.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, penulis menyarankan agar dalam pelatihan, seorang pelatih tidak hanya melatih fisik, teknik maupun taktik saja, tetapi aspek psikologis terhadap atlet lebih di perhatikan karena bisa menurunkan tingkat agresivitas atlet pada saat pertandingan.


(4)

ABSTRAK

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI DAN AGRESIVITAS ATLET FUTSAL CA2 BANDUNG

Pembimbing: 1. Dr. R. Boyke Mulyana 2. Drs. Sumardiyanto, M.Pd.

Supyadin Hendra 2013

Olahraga merupakan situasi yang bisa membangkitkan kompetisi antar atlet. Situasi kompetisi tersebut menjadi penyebab munculnya motivasi untuk dapat berperstasi, disamping itu ada hal yang menyebabkan agresivitas dalam diri atlet yaitu bermain kasar, bermain kasar itu timbul karena keadaan jiwanya mengalami gangguan, karena lebih mementingkan kemenangan daripada sportifitas dalam olahraga itu sendiri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Subjek dalam penelitian ini adalah atlet futsal CA2 sebanyak 20 orang.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah sistem random sampling atau sampel acak. Berdasarkan hasil penelitian dengan teknik Skala Likert, hasil persentase dari motivasi yang menonjol adalah inner achivement motivation atau motivasi dari dalam dan hasil persentase dari agresivitas adalah instrumental

agression atau agresivitas terkontrol.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, penulis menyarankan agar dalam pelatihan, seorang pelatih tidak hanya melatih fisik, teknik maupun taktik saja, tetapi aspek psikologis terhadap atlet lebih di perhatikan karena bisa menurunkan tingkat agresivitas atlet pada saat pertandingan.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Masalah Penelitian ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Batasan Penelitian ... 5

1.6Anggapan Dasar ... 5

1.7Penjelasan Istilah ... 7

1.8Metode Penelitian... 7

1.9Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 10

2.1Sejarah Futsal ... 10

2.2Falsafah Dasar Futsal ... 11


(6)

2.4.2 Tipe-Tipe Motivasi... 16

2.4.3 Teori-Teori Motivasi ... 18

2.4.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Motivasi Terhadap Penampilan Olahraga ... 23

2.5 Agresivitas (Agression) ... 26

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN ... 32

3.1Metode Penelitian... 32

3.2Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

3.3Teknik Pengambilan Sampel... 33

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5Penyusunana Angket ... 39

3.6 Uji Coba Angket ... 40

3.6.1. Validitas ... 41

3.6.2. Reliabilitas ... 45

BAB IV. HASIL PEMBAHASAN ... 48

4.1Hasil Penelitian ... 48

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Berprestasi Atlet ... 49

4.3 Analisis Deskriptif Variabel Agresivitas Atlet ... 55

4.4 Diskusi Hasil Penemuan ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1Kesimpulan ... 63


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN ... 68 RIWAYAT HIDUP ... 117


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Lapangan Futsal ... 12

2.2 Ukuran Gawang ... 13

2.3 Bola ... 13

2.4 Perlengkapan Pemain ... 14


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Perbedaan permainan sepak bola dan futsal... 15

2.2 Hierarki kebutuhan Maslow ... 19

2.3 Teori motivasi dua faktor Herzberg ... 21

3.1 Kisi-kisi angket tentang profil motivasi berprestasi... 36

3.2 Kisi-kisi angket tentang agresivitas ... 38

3.3 Kategori penyekoran alternatif jawaban ... 40

3.4 Uji validitas motivasi berprestasi ... 42

3.5 Uji validitas agresivitas ... 44

3.6 Nilai reliabilitas ... 47

4.1 Distribusi frekuensi dimensi motivasi berprestasi atlet ... 50

4.2 Distribusi frekuensi Indikator inner achivement motivation ... 51

4.3 Distribusi frekuensi Indikator outer achivement motivation ... 53

4.4 Distribusi frekuensi dimensi agresivitas atlet ... 55

4.5 Distribusi frekuensi instrumental agression ... 57


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1 Persentase Sub komponen Inner Achivement Motivation ... 52

4.2 Persentase Sub komponen Outer Achivement Motivation ... 54

4.3 Persentase Variable Motivasi Berprestasi Atlet ... 55

4.4 Persentase Sub Komponen Instrumental Agression ... 58

4.5 Persentase Sub Komponen Hostility Agression ... 60


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian ... 70

Lampiran 2. Skoring Motivasi Berprestasi ... 75

Lampiran 3. Skoring Tingkat Agresivitas ... 86

Lampiran 4. Profil Ca2 Club Bandung ... 95

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 99

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian ... 100

Lampiran 7. Surat Pengesahan Judul Skripsi ... 101


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permainan sepak bola sekarang ini berkembang dengan pesat, perkembangannya dapat diketahui dari banyaknya peminat dari semua kalangan. Dampak perkembangan nyata, bahwa permainan sepak bola telah mengalami perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, salah satunya adalah adanya inovasi dari permainan sepakbola yang dibuat sedemikian rupa yang sering disebut futsal. Futsal sangat berkembang pesat didunia olahraga sepak bola terutama di benua Eropa. Dengan semakin berkembangnnya permainan futsal, FIFA sudah menyelenggarakan Futsal World Championship.

Futsal asal kata dari Futbol atau Futebol dalam bahasa Spanyol atau Portugal yang berarti permainan sepakbola dan sala dalam bahasa Spanyol berarti sepakbola ruangan. Jadi futsal merupakan sepakbola dalam ruangan. Permainan futsal memang amat mirip dengan sepakbola karena sama-sama menggunakan lapangan, meskipun lapangan futsal lebih kecil dari lapangan sepakbola, lapangan futsal mempunyai ukuran panjang minimal 38 meter dan maksimal 42 meter, serta lebar minimal 18 meter dan maksimal 22 meter. Oleh karena itu futsal juga bisa dilakukan didalam ruangan, karena lapangan lebih kecil, pemain harus terus bergerak, pergerakkan pemain yang terus menerus juga menyebabkan pemain harus terus melakukan operan (passing), maka dari itu para pemain futsal harus mempunyai teknik passing yang baik dan kondisi fisik yang bagus. Beberapa karakter yang membedakan futsal dengan sepak bola antara lain ialah futsal dimainkan dalam lapangan yang berukuran kecil dengan ukuran yang sudah


(13)

2

dijelaskan diatas, dengan jumlah pemain yang hanya lima orang dan gawang lebih kecil yang berukuran panjang 2 meter dan lebar 3 meter, bola yang digunakan pun lebih kecil dan berat, berukuran kelilingnya tidak bolaeh kurang dari 62 cm dan tidak boleh lebih dari 64 cm, beratnya tidak kurang dari 400 gram dan tidak lebih dari 440 gram.

Futsal merupakan salah satu olahraga yang menuntut kesiapan fisik, teknik, serta taktik saja, pada jenjang atlet yang lebih profesional ketiga faktor tersebut yang sudah dapat dikatakan seimbang, maka kondisi mental-lah yang akan menentukan keberhasilan. Ini sesuai dengan pendapat Cratty yang diterjemahkan oleh Setyobroto (1973:114) bahwa: “Prestasi tinggi hanya akan dicapai dengan total mobolization of energy”, pada hakekatnya meliputi aspek fisik dan keterampilan saja tetapi juga menuntut mobilisasi aspek psikis. Pendapat tersebut menegaskan bahwa keberhasilan dalam pencapaian penampilan tertinggi dalam prestasi olahraga bukan hanya dari faktor fisik dan keterampilan saja, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kejiwaan.

Dalam olahraga prestasi terdapat upaya pengerahan kemampuan fisik dan psikis yang setinggi-tingginya dalam meraih prestasi puncak, baik dalam fase latihan maupun fase pertandingan yang sebenarnya. Hal ini berarti, bahwa olahraga prestasi terkandung situasi kompetitif yang tinggi. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri individu untuk senantiasa meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya atau lebih dari biasa dilakukan. Tercapainya tujuan seseorang tiada lain untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya yang dianggap perlu. Motivasi


(14)

3

berprestasi dipandang sebagai motivasi sosial untuk mencapai suatu nilai tertentu dalam perbuatan seseorang berdasarkan standar atau kriteria yang paling baik.

Pada umumnya kondisi psikologis atlet sebelum bertanding cenderung labil, karena mereka dihadapkan pada “harapan untuk sukses” dan “ketakutan akan gagal”. Harapan dan kekuatan tersebut secara langsung akan mempengaruhi penampilan atlet. Harapan untuk sukses merupakan suatu bentuk motivasi berprestasi yang harus dimiliki oleh setiap atlet.

Motivasi berprestasi pada seseorang atau atlet tidak timbul begitu saja, oleh karena motivasi berprestasi bukan merupakan bawaan dari lahir, merupakan hasil dari belajar dan interaksi individu dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan klub, dan lingkungan masyarakat. Sebelum kita mengartikan apa yang disebut motivasi berprestasi kita dapat mempelajari dulu apa yang disebut motivasi berprestasi.

Motivasi berprestasi merupakan salah satu dari motif-motif sosial yang meliputi motif berkuasa, motif berafiliasi, dan motif berprestasi itu sendiri. Motif berprestasi sering diartikan sebagai motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan. Adapun ukuran keunggulan ini dapat berupa dirinya sendiri, orang lain dan dapat pula kesempurnaan tugas. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyani dalam Husdarta (2010: 36) bahwa: “Motif berprestasi sering diartikan sebagai motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan. Adapun ukuran keunggulan ini dapat berupa dirinya sendiri, orang lain dan dapat pula kesempurnaan tugas”. Lebih lanjut dijelaskan oleh Winkel (1983) dalam Husdarta (2010: 34) bahwa: “Motif adalah daya penggerak dari


(15)

4

dalam diri dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan”.

Dari beberapa motif berprestasi adalah keinginan, hasrat, kemauan yang mendorong seseorang untuk dapat unggul dan atau mengungguli kesuksesan yang pernah diraih sendiri maupun orang lain, dengan demikian dapat digambarkan bahwa motif berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai prestasi. Jadi motif berprestasi merupakan dorongan yang menyebabkan individu selalu berupaya untuk memperbaiki diri.

Atlet dalam kesehariannya selalu diharapkan pada tugas-tugas yang harus diselesaikan. Apalagi pada atlet yang berada pada program pemusatan latihan jangka panjang seperti Platda dan Platnas. Tekanan yang dihadapinya relatif berat, karena bukan saja tekanan yang berasal dari luar seperti lingkungan latihan, melainkan tekanan yang berasal dari dalam diri berupa harapan-harapan untuk sukses dan ketakutan-ketakutan akan kegagalan.

Atlet yang mempunyai motivasi yang tinggi hendaknya harus diikuti dengan rasa tanggung jawab yang tinggi atas perbuatan dan tingkah lakunya sendiri. Mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi, setidaknya atlet sanggup dan mampu untuk mencapai prestasi yang diinginkannya. Menurut Koeswara (1986) dalam Husdarta (2010:42) dijelaskan bahwa: “motivasi untuk berprestasi yang kuat akan mengarahkan individu untuk mendekati situasi yang berkaitan dengan prestasi”.


(16)

5

keterampilan yang baik, akan tetapi tidak ada hasrat untuk bermain baik, biasanya atlet tersebut akan mengalami suatu kegagalan. Hasil maksimal hanya dapat dicapai kalau motivasi dan keterampilan saling melengkapi”.

Adapun pengaruh dari pada motivasi berprestasi terhadap penampilan dalam olahraga akan berdampak pada pemain yang agresif, pada situasi tertentu sangat diperlukan pemain yang agresif untuk memenangkan pertandingan. Agresivitas merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi atlet karena tujuannya adalah untuk menjatuhkan mental lawan, menurut K.Lorenz dalam Singgih (1987:188) : “agresivitas merupakan dorongan alami yang wajar dan perlu penyaluran untuk mencegah timbulnya kecenderungan permusuhan.” Pernyataan Lorenz ini menunjang perlunya mengikuti pertandingan olahraga untuk menetralisir atau mengurangi agresivitas yang tidak bisa diterima oleh umum. Pada dasarnya agresivitas merupakan kecenderungan yang dimiliki oleh setiap orang hanya kadarnya saja yang berbeda-beda.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang penulis teliti dalam penelitian ini adalah bagaimana profil motivasi berprestasi dan agresivitas atlet futsal club CA2 Bandung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai bagaimana profil motivasi berprestasi dan agresivitas atlet futsal club CA2 Bandung.


(17)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis sebagai berikut:

1.4.1. Secara teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti bagi lembaga atau organisasi keolahragaan serta perorangan untuk pembinaan latihan atlet, khususnya cabor futsal.

b. Penelitian ini juga mengkaji profil psikologis atlet futsal agar setidaknya dipahami dan dimengerti oleh para atlet sehingg bisa menjadi acuan ke depan dalam pencapaian prestasi.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan literatur dan pengembangan mata kuliah psikilogi olahraga bagi lembaga keolahragaan khususnya FPOK-UPI.

1.4.2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para pelatih dalam pengembangan dan penyusunan program latihan mental sesuai dengan periodisasi latihan.

b. Kepada para pemain sebaiknya aktif dan selalu mengikuti intruksi dan juga para pemain harus lebih mencintai futsal dengan sungguh-sungguh, karena prestasi bermula dari rasa cinta.


(18)

7

1.5 Batasan Penelitian

Agar tidak terlalu luas cakupannya dan juga tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka penulis membatasi problematika yang diteliti, yaitu berkenaan dengan hal-hal yang mencakup:

1.5.1. Variabel yang diteliti berupa Profil Motivasi berprestasi dan agresivitas atlet futsal club CA2 Bandung.

1.5.2. Populasi dan sampel yaitu atlet futsal club CA2 Bandung.

1.6 Anggapan Dasar

Dalam melakukan penelitian diperlukan anggapan dasar, hal ini dimaksudkan untuk sebuah titik tolak di dalam penelitian itu sendiri. Penelitian yang dilakukan harus terkonsep dengan benar artinya dalam penelitian harus terdapat sebuah konsep yang dapat mendasari terhadap proses penelitian yang dilakukan. Anggapan dasar itu sendiri pada dasarnya merupakan sebuah konsep dasar dalam penelitian, hal ini berguna untuk mengetahui kebenaran terhadap sebuah penelitian. Arikunto (1994:17), dalam Prosedur Penelitian hal ini menjelaskan bahwa: “Anggapan dasar adalah suatu kebenaran yang diyakini oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak pada peneliti dalam melaksanakan penelitian”.

Atlet yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki harapan yang tinggi untuk berprestasi maksimal, tidak takut akan kegagalan, selalu giat berlatih dan menyenangi akan persaingan. Gugahan atau aktivasi pernah dirasakan oleh atlet, Apabila seorang atlet mengalami suatu dorongan atau aktivasi yang optimal dari dalam dirinya, maka penampilanya pun akan akan menghasilkan suatu prestasi yang optimal yang disebabkan oleh gugahan dan


(19)

8

aktivasi tersebut. Sebaliknya apabila atlet tersebut tidak mengalami dorongan atau aktivasi dari dalam dirinya, maka penampilanya pun tidak akan menghasilkan suatu prestasi yang optimal. Dikutip oleh Harsono (1988) dalam http://gatotjariono.blogspot.com yaitu menggambarkan prestasi akan meningkat kalau gugahan atau aktivasi meningkat sampai suatu titik optimal tertentu. Dengan hal tesebut atlet akan selalu berusaha untuk berlatih dengan sebaik-baiknya, karena memiliki pengharapan dan keinginan agar dapat berprestasi.

Pemain yang agresif pada situasi tertentu sangat diperlukan untuk dapat memenangkan pertandingan. Tetapi sifat-sifat agresif tersebut, apabila tidak terkendali, justru dapat menjerumuskan dan mengarah pada tindakan-tidakan berbahaya, misalnya; melukai lawan, melanggar peraturan, serta mengabaikan sportivitas. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) yang dikutip oleh Sagitarius (2010:32) : “kata agresi berarti penyerangan,serangan. Sedangkan agresif berarti (bersifat, bernafsu) menyerang.” Pada saat bertanding futsal harus bisa mempertahankan agresivitasnya dengan kata lain tidak takut pada lawan namun tetap mengontrol emosinya demi mencapai prestasi tinggi.

1.7. Penjelasan Istilah

Penafsiran seseorang terhadap sesuatu istilah sering berbeda sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dan ketidakcocokan atau menguburkan pengertian. Oleh karena itu, penulis menafsirkan penjelasan istilah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai berikut:


(20)

9

1. Futsal menurut Muharnanto (2006:4) adalah permainan bola dengan kecepatan. Kunci pokoknya adalah ball feeling, artinya bagaimana menggunakan perasaan saat menyentuh bola dengan kaki.

2. Profil dalam http://kamusbahasaindonesia.org adalah suatu gambaran yang digunakan untuk memperjelas atau mengartikan suatu kejadian atau peristiwa. 3. Menurut Koeswara (1986) dalam Husdarta (2010:42) dijelaskan bahwa:

“motivasi untuk berprestasi yang kuat akan mengarahkan individu untuk mendekati situasi yang berkaitan dengan prestasi”.

4. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) yang dikutip oleh Sagitarius (2010:32) : “kata agresi berarti penyerangan,serangan. Sedangkan agresif berarti (bersifat, bernafsu) menyerang.” Pada saat bertanding futsal harus bias mempertahankan agresivitasnya dengan kata lain tidak takut pada lawan namun tetap mengontrol emosinya demi mencapai prestasi tinggi.

1.8. Metode Penelitian

Metode adalah langkah-langkah yang diambil untuk mempermudah penelitian. Menurut Arikunto (2006:160), metode penelitian adalah: “Cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya”. Menurut Nazir (2005:54) mengenai metode deskriptif adalah sebagai berikut:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.


(21)

10

Sedangkan menurut Whitney yang dikutip dari Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah: “Pencarian fakta dengan interprestai yang tepat”. Berdasarkan penjelasan di atas, metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode deskriptif, metode yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai profil motivasi berprestasi dan agresivitas atlet futsal club CA2 Bandung.

.

1.9.1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Fit Futsal, Cilengkrang Bandung.

1.9.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Arikunto (1998:115) berpendapat bahwa: “Populasi merupakan subyek penelitian”. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh atlet futsal club CA2 Bandung.

Menurut Arikunto (2002:10) sampel adalah: “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: a) Kemampuan penelitian dilihat dari segi


(22)

11

subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi dan sampel yaitu, seluruh atlet futsal club CA2 Bandung. Dan sampel di ambil dari atlet futsal club CA2 Bandung sebanyak 20 orang, sampel dilakukan dengan sistem random

sampling atau sampel acak. Teknik sampling ini disebut sampel acak karena di

dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian, peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel, dari teknik pengambilan tersebut didapat sampel yaitu atlet futsal club CA2 Bandung.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan sedangkan penelitian bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan mengumpulkan hasil pemecahan melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Ada beberapa metode yang biasa dipergunakan dalam suatu penelitian, diantaranya historis, deskriptif, dan eksperimental, berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Lebih jauh mengenai definisi metode deskriptif ini disampaikan oleh Sudjana (1989:64) bahwa:

“Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan penelitian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan”.

Dari pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan mendeskripsikan keadaan/fenomena yang ada pada saat sekarang. Lebih jelas tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Furchan (2004) terutama mengenai karakteristiknya sebagai berikut:

1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, menggunakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat.

2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. 3. Tidak adanya uji hipotesis


(24)

42

Teknik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian survey. Basirun (2009) mengatakan:

Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan mengadakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat perilaku dan nilai.

(http://basirunjenispel.blogspot.com/)

Rusli Lutan (2007: 131) menjelaskan bahwa yang termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif adalah penelitian survey. Karakteristik dari penelitian survey adalah:

1. Informasi yang dikumpulkan dari sekelompok orang-orang untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakteristik populasi dari mana orang-orang itu berasal,

2. Cara mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan, jawaban pertanyaan ini dari anggota-anggota kelompok menyatakan data penelitian,

3. Informasi dikumpulkan dari sampel dan bukannya dari setiap anggota populasi.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Agar penelitian berlangsung dengan lancar, maka penulis perlu menetapkan waktu dan tempat penelitian sebagai berikut:

1. Waktu : Rabu, 27 Februari 2013

2. Tempat : Fit Futsal Cilengkrang Bandung.

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk dapat menyusun hingga menganalisis data dan menghasilkan sesuatu yang diharapkan dalam suatu penelitian diperlukan sumber data. Sumber data ini


(25)

43

adalah suatu objek dimana kita dapat memperoleh data penelitian. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2006:129) yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian adalah “subjek dari mana data dapat diperoleh”. Sumber data dalam

penelitian biasa disebut sebagai populasi dan sampel penelitian.

Dari penelitian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi penelitian adalah sekumpulan unsur yang akan diteliti, sekumpulan atlet futsal, dan sekumpulan unsur lainnya. Dari populasi tersebut diharapkan dapat memecahkan masalah yang diangkat oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet futsal Ca2 yang berada di kota Bandung.

Menurut Arikunto (2002:10) sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Selanjutnya Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: (1) Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, keuangan, dan dana.(2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.(3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Oleh karena populasi atlet futsal Ca2 yang berada di kota Bandung, maka dalam penelitian ini penulis mengambil populasi dan sampel yaitu, seluruh atlet futsal Ca2 yang berada di lota Bandung. Dan sample di ambil dari atlet fusal Ca2 sebanyak 20 orang.


(26)

44

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian, untuk mengumpulkan data diperlukan suatu alat yang disebut sebagai instrument. Instrument dan teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner, karena angket biasanya diisi sendiri oleh responden maka peneliti akan terjun langsung ke Fit Futsal, Cilengkrang yang berada di kota Bandung. Dalam pembuatan angket ini dirancang semenarik mungkin dan tidak terlalu panjang, agar responden tidak sulit dalam menjawab angket tersebut. Rusli Lutan mengatakan (2007:134) sebagai berikut: “Instrumen itu harus menarik dan tidak terlalu panjang, serta pertanyaan itu harus semudah mungkin untuk

dijawab”. Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hal tersebut

dimaksudkan agar responden tidak jenuh dan sulit dalam menjawab soal-soal angket, sehingga data yang dihasilkan pun akan lebih akurat.

Keuntungan mengumpulkan data melalui metode kuesioner yaitu sebagai berikut:

1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.

5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.


(27)

45

Dalam penelitian ini penggunaan angket dijabarkan sebagai berikut: (1) Dipandang dari cara menjawab yaitu menggunakan kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih, (2) Dipandang dari cara menjawab yaitu menggunakan kuesioner langsung, responden menjawab tentang dirinya, (3) Dipandang dari bentuknya yaitu menggunakan kuesioner check list, sebuah daftar dimana responden tinggal memberikan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Arikunto, 1997:152).

Angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari komponen, sub komponen, dan indikator-indikator. Sejumlah pertanyaan yang ditawarkan adalah merupakan gambaran tentang profil motivasi berprestasi dan agresivitas atlet futsal Ca2 Bandung.

Agar penyusunan angket dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan langkah dalam penyusunan angket. Langkah-langkah penyusunan angket tersebut adalah sebagai berikut:

3.4.1. Penyusunan Kisi-kisi Angket

Tujuan penyusunan kisi-kisi angket adalah untuk lebih memudahkan penulis dalam menyusun data penelitian. Oleh karena itu penulis membuat kisi-kisi angket seperti yang tergambar dalam Tabel di bawah ini:


(28)

46

Table 3.1

Kisi-kisi Angket Tentang Profil Motivasi Berprestasi Atlet Futsal Ca2 Bandung Komponen Sub komponen Indikator Pernyataan

(+) (-) Motivasi Berprestasi Atlet (Achivement Motivation) Motivasi Berprestasi dari Dalam (Inner Achivement Motivation) 1) Disiplin 2) Rajin

3) Bekerja Keras 4) Kepuasan Diri 5) Percaya Diri 6) Sportif

7) Daya Konsentrasi 8) Kemampuan Evaluasi Diri 9) Minat 10)Kreatif 1,2 4,6 8 10 11,13 14,15 - 17,18 19 20 3 5 7 9 12 - 16 - - - Motivasi Berprestasi dari Luar (Outer Achivement Motivation) 1) Rangsangan Bonus Besar 2) Kompetisi 3) Daya Saing 4) Peran Pelatih 5) Penghargaan Orang Lain 6) Sosialisasi 21,22,23 24 25 26 28 29,30 - - - 27 - - Alat ukur Motivasi Berprestasi dari dalam (Inner Achievement Motivation)

Motivasi dari dalam. Danim (2004:18) menjelaskan bahwa motivasi dari

dalam “motivasi muncul dari dalam diri individu. Oleh karena setiap individu itu mempunyai kesadaran untuk berbuat” maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dari dalam diri seseorang atau atlet timbul karena seorang atlet benar-benar mempunyai kesadaran untuk berlatih tanpa ada paksaan dari luar. Atlet yang memiliki motivasi dari dalam dirinya akan merasakan kesenangan dalam melaksanakan segala aktifitas latihannya tanpa banyak mengeluh dan menggerutu. Misalnya: disiplin, rajin, bekerja keras, kepuasan diri, percaya diri, sportif, daya konsentrasi, kemampuan evaluasi diri.


(29)

47

a. Motivasi dari Luar (Outer Achivement Motivation)

Menurut Danim (2004:18) motivasi dari luar adalah “motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar pekerja itu sendiri. Dalam kaitannya dengan proses latihan atlet, maka motivasi tersebut timbul karena adanya pengaru diluar proses latihan dan diluar diri atlet tersebut”. Contohnya adalah seorang atlet berlatih dengan rajin karena meninginkan sesuatu yang ingin dicapai yang bersumber dari luar dirinya, misalnya, rangsangan bonus, kompetisi, daya saing, peran pelatih, proses latihan, dan mengharapkan penghargaan dari orang lain.

Tabel 3.2

kisi Angket Tentang Profil Agresivitas Atlet Futsal Ca2 Bandung Komponen Sub

Komponen Indikator

Pernyataan (+) (-) Agresivitas (Agressiveness) 1.Agresifitas Terkontrol (Instrumen tal Agression) 1. Terarah

2. Penguasaan diri 3. Disiplin

4. Rasa tanggung jawab 5. Sportivitas 1 3,5 6,7,9 10,11 12,13,15 2 4 8 - 14 2.Agresifitas kurang terkontrol (Hostility Agression)

1. Tindakan agresif instrumental

2. Tindakan agresif yang tidak disertai rasa marah 3. Tidakan agresif karena

meniru tokoh yang suka menyerang dan melukai 4. Tindakan agresif atas

dasar perintah

5. Tindakan agresif dengan hubungannya dalam peran sosial 16,18 19,20,21 24 26 28 29 17 22,23 25 27 - 30


(30)

48

a.) Agresivitas Terkontrol

Lebih lanjut Worchel dan Cooper membedakan dua tipe kepribadian yaitu (1) yang agresivitasnya kurang terkontrol dan (2) yang agresivitasnya selalu dikontrol

dengan ketat. Tipe kepribadian yang agresivitasnya kurang terkontrol menunjukkan kurangnya larangan terhadap pengungkapan tingkah laku agresif dan kecenderungan untuk mengadakan respon terhadap frustasi dan tindakan agresif. Tipe kepribadian yang agresivitasnya selalu dikontrol dengan ketat, menunjukkan adanya kontrol yang ekstrim kuat terhadap pengungkapan agresivitas dalam berbagai kondisi.

b.) Agresivitas Kurang Terkontrol

Orang yang agresivitasnya kurang terkontrol kemungkinan lebih besar melakukan tindakan kriminal kekerasan, karena ia tidak bimbang melakukan kekerasan pada waktu marah. Kasus Whitman sebagai contoh tipe kepribadian yang agresivitasnya selalu dikontrol dengan ketat, dapat diduga bahwa ia selalu mengontrol tingkah laku namun selama itu rasa marah dan kecewa terus berkembang dalam dirinya sehingga tidak terkendali dan akhirnya meledak, yaitu dalam bentuk tindakan ekstrim berupa kekerasan.

3.5. Penyusunan Angket

Kisi-kisi yang telah dirumuskan, selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun suatu pernyataan yang akan disebarkan dalam suatu kuesioner. Mengenai jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala Likert. Menurut Bambang Abduljabar


(31)

49

(2010:98) “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Skala Likert hanya

menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk, tidak dimasukkan yang agak baik, yang agak kurang dan yang netral. Setiap pernyataan itu mempunyai lima alternatif jawaban sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

Untuk setiap pertanyaan memiliki nilai/skor skala sikap masing-masing, yang dapat dilihat dalam Tabel 3.3

Tabel 3.3

Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban Arah

Pertanyaan

(SS) (S) (R) (TS) (STS)

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Adapun alasan penulis menggunakan skala Likert ini adalah: a. Metodenya sederhana dan tidak berbelit-belit

b. Skala Likert dapat member informasi dengan jelas mengenai tingkat persetujuan atau intensitas responden


(32)

50

c. Skala Likert mempunyai reliabilitas yang tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu

d. Dalam pengkonstruksiannya lebih menghemat tenaga dan biaya.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penyusunan pernyataan atau pertanyaan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas.

3.6. Uji Coba Angket

Setiap alat ukur yang baik memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang di ungkapakan Surakhmad (1985:80) sebagai berikut:

Setiap alat ukur yang baik memiliki sifat-sifat tertentu yang sama untuk setiap jenis tujuan dari situasi penyelidikan, baik alat itu mengukur cuaca, tekanan darah, kemampua belajar, kuat arus, kecepatan peluru, maupun pengukuran sikap, minta kecenderungan, bakat khusus, dan sebagainya, Semuanya memiliki sedikitnya dua buah sifat realibilitas dan validitas pengukuran, tidak adanya satu dari sifat itu menjadikan alat tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai alat uang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa uji coba angket penulis lakukan langsung kepada sampel yaitu atlet futsal Chivaz Futsal Club di Baja Futsal Bandung pada tanggal 21 Januari 2013, dengan cara mendatangi langsung ke lokasi penelitian dan menemui langsung responden tersebut yang sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi syarat.

3.6.1. Uji Validitas

Uji validasi ditujukan untuk menguji sejauh mana alat ukur dalam hal ini kuesioner mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validasi dilakukan dengan


(33)

51

mengkorelasikan masing-masing item skor dengan total skor. Teknik analisis yang digunakan adalah koefisien korelasi product-moment pearson, sebagai berikut :

 

 

2 2 2 2

Y Y n X X n Y X XY n r           

Adapun rumus T Hitung sebagai Berikut:

T =

̅

Dimana:

t : Nilai t hitung ̅ : Rata-rata Sample

: Nilai Parameter

SD :Standar deviasi sampel N : Jumlah sampel

Butir yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa butir tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah r = 0,380 untuk variabel agresivitas dan r = 0,375 untuk variabel motivasi berprestasi.


(34)

52

Tabel 3.4

Uji Validitas Motivasi Berprestasi

Item r korelasi r kritis t hitung t tabel Keterangan

1 0,685 0,375 4,70 2,06 Valid

2 0,513 0,375 2,99 2,06 Valid

3 0,634 0,375 4,10 2,06 Valid

4 0,604 0,375 3,79 2,06 Valid

5 0,672 0,375 4,54 2,06 Valid

6 0,48 0,375 2,74 2,06 Valid

7 0,68 0,375 4,64 2,06 Valid

8 0,629 0,375 4,05 2,06 Valid

9 0,86 0,375 8,43 2,06 Valid

10 0,573 0,375 3,50 2,06 Valid 11 0,591 0,375 3,66 2,06 Valid 12 0,833 0,375 7,53 2,06 Valid

13 0,69 0,375 4,77 2,06 Valid

14 0,577 0,375 3,53 2,06 Valid 15 0,796 0,375 6,58 2,06 Valid 16 0,624 0,375 3,99 2,06 Valid 17 0,691 0,375 4,78 2,06 Valid 18 0,641 0,375 4,18 2,06 Valid 19 0,903 0,375 10,51 2,06 Valid 20 0,457 0,375 2,57 2,06 Valid 21 0,832 0,375 7,50 2,06 Valid


(35)

53

22 0,479 0,375 2,73 2,06 Valid 24 0,661 0,375 4,40 2,06 Valid 25 0,553 0,375 3,32 2,06 Valid 26 0,416 0,375 2,29 2,06 Valid 27 0,661 0,375 4,40 2,06 Valid 28 0,772 0,375 6,07 2,06 Valid

29 0,61 0,375 3,85 2,06 Valid

30 0,79 0,375 6,44 2,06 Valid

Tabel 3.5

Uji Validitas Agresivitas

Item r korelasi r kritis t hitung t tabel Keterangan

1 0,45 0,38 2,52 2,06 Valid

2 0,48 0,38 2,74 2,06 Valid

3 0,494 0,38 2,84 2,06 Valid

4 0,427 0,38 2,36 2,06 Valid

5 0,482 0,38 2,75 2,06 Valid

6 0,554 0,38 3,33 2,06 Valid

7 0,633 0,38 4,09 2,06 Valid

8 0,4 0,38 2,18 2,06 Valid

9 0,432 0,38 2,40 2,06 Valid


(36)

54

12 0,432 0,38 2,40 2,06 Valid

13 0,501 0,38 2,89 2,06 Valid

14 0,453 0,38 2,54 2,06 Valid

15 0,468 0,38 2,65 2,06 Valid

16 0,468 0,38 2,65 2,06 Valid

17 0,508 0,38 2,95 2,06 Valid

18 0,621 0,38 3,96 2,06 Valid

19 0,433 0,38 2,40 2,06 Valid

20 0,443 0,38 2,47 2,06 Valid

21 0,435 0,38 2,42 2,06 Valid

22 0,559 0,38 3,37 2,06 Valid

23 0,448 0,38 2,51 2,06 Valid

24 0,515 0,38 3,00 2,06 Valid

25 0,562 0,38 3,40 2,06 Valid

26 0,609 0,38 3,84 2,06 Valid

27 0,445 0,38 2,48 2,06 Valid

28 0,403 0,38 2,20 2,06 Valid

29 0,387 0,38 2,10 2,06 Valid

30 0,575 0,38 3,51 2,06 Valid

3.6.2. Analisis Reliabilitas Instrumen

Analisis reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrumen pengukuran yang baik. Reliabilitas sering disebut juga sebagai keterpercayaan, keandalan,


(37)

55

keajegan, konsisten dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefesien reliabiltas, walaupun secara teoretis besarnya koefisien berkisar antara 0,00-1,00 dan juga dapat bertanda positif (+) maupuan negatif (-). Dalam hal reliabilitas, koefesien yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang positif.

Pada penelitian ini digunakan metode pengukuran reliabilitas Alpha

Cronbach, dengan kriteria besarnya koefisien reliabilitas minimal harus dipenuhi oleh

suatu alat ukur adalah 0,70 yang berarti bahwa secara keseluruhan alat ukur telah memiliki konsistensi internal yang dapat diandalkan.

Metode uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan nilai atau cronbach’s

alpha dengan rumus :

             

2

2 1 1 St i S k k i r

Dimana r = Koefisien reabilitas instrument (cronbach alpha) k = Banyaknya butir pertanyaan atau soal

i S2

= Total varians butir St2 = Total varians


(38)

56

Sedangkan rumus untuk varian total dari varian item adalah:

2 2 ) ( 2 2 n Xt n Xt

St

2

2

n

JKs

n

Jki

Si

Diketahui dari hasil perhitungan di eksel untuk variabel motivasi berprestasi:

i S2

= 56,18

St2 = 1081,6

K = 64

Maka nilai reliabilitas untuk variabel motivasi berprestasi:

0,963

6 , 1081 18 , 56 1 1 64 64         i r

Diketahui dari hasil perhitungan di eksel untuk variabel agresivitas:

i S2

= 30,75

St2 = 225,7


(39)

57

Maka nilai reliabilitas untuk variabel agresivitas:

0,886

7 , 225

75 , 30 1

1 40

40

   

  

i r

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Nilai Keterangan Motivasi berprestasi 0,963 Reliabel

Agresivitas 0,886 Reliabel

Nilai reliabilitas memberikan indikasi bahwa keandalan kuesioner yang digunakan sebagai alat pengukur termasuk pada kategori berkorelasi kuat untuk variabel motivasi berprestasi dan agresivitas karena nilainya lebih besar dari 0,7.


(40)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi dan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan di jabarkan beberapa kesimpulan dan diajikan saran yang kiranya dapat bermanfaat. 5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah disusun dan telah diuji, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Motivasi berprestasi dari dalam atlet futsal CA2 Bandung menunjukkan persentase nilai 86,75%.

Motivasi berprestasi dari luar atlet futsal CA2 Bandung menunjukkan persentase 84,4%.

2. Instrumental Agression atlet futsal CA2 Bandung menunjukkan persentase 84,46%.


(41)

73

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka penulis mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat menjadi masukan untuk para pemain futsal. Adapun saran yang akan di ajukan sebagai berikut:

1. Untuk pelatih atau atlet futsal, sikap disiplin yang tinggi dan rasa tanggung jawab harus lebih di tonjolkan karena atlet yang mempunyai kedisiplinan dan rasa tanggung jawab memiliki kestabilan emosional, kontrol diri yang baik sehingga tidak perlu dikhawatirkan dan tidak perlu menjadi permasalahan dalam mengarahkan dan mengendalikannya. Sebab atlet tersebut diharapkan dapat mengarahkan dan mengotrol perilaku agresifnya sendiri. Untuk pelatih jangan pernah bosan memberikan dorongan, penghargaan, dan arahan psikologis kepada atlet, sehingga atlet tersebut dapat bermain dengan agresif dengan baik tanpa mengalami frustasi.

2. Untuk atlet futsal CA2 Bandung, motivasi berprestasi sangatlah penting agar mencapai prestasi yang tinggi. Jadi jagalah motivasi kalian dengan selalu mengembangkan diri, tingkat kualitas bermain, disiplin yang tinggi dan jangan cepat puas dengan prestasi yang sudah ada. Motivasi berprestasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi penampilan dalam pertandingan olah raga. Dengan demikian, tetaplah termotivasi dengan tujuan yang positif demi tujuan yang ingin dicapai.


(42)

74

DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Arikunto, S. (1990,1994,1997,1998,2002,2006). Prosedur Suatu Penelitian:

Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Bambang Abduljabar (2010) www.repository.upi.edu.com. Metodologi Penelitian

Basirun, (2009). http://basirunjenispel.blogspot.com/

Danim, (2004). Motivasi Unsur, Tipe dan Tautannya Dengan Kepemimpinan dari http://agungpia.multiply.com/journal/item

Definisi Profil (2010). http://kamusbahasaindonesia.org

Furchan,(2004).

http://ardhanal12.wordpress.com/2008/02/27/penelitiam-deslriptif

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching, Jakarta; CV Tambak Kusuma

Harsono, (1988).

http://gatotjariono.blogspot.com/2010/02/psikologi-olahraga.html

Hilda, (2010). Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Pencak silat,

Jurusan pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia

Husdarta, H.J.S. (2010) Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Justinus Lhaksana (2011), Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion (Penebar Swadaya Grup)

Komarudin. (2007). Psikologi Kepelatihan. Bandung: Alfabeta. Komarudin (1994). http://konseling indonesia.com

Moh. Nazir, (1988), Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia

Moh. Nazir, (2005), Metode penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia

Indonesia.

Muharnanto. 2006. (Dasar-dasar Permainan Futsal Sesuai dengan Peraturan FIFA). PT Kawan Pustaka.

Rusli Ibrahim, (2008), Modul Psikologi Olahraga, Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI


(43)

75

Rusli Lutan, Berliana., Yadi, S., (2007). Modul Penelitian Pendidikan Dalam

Pelatihan Olahraga. Bandung: Tidak Diterbitkan

Sagitarius (2010). Hubungan Kondisi Fisik, Agresivitas dan Kemampuan teknik

dengan Penampilan Atlet dalam Pertandingan Karate Nomor Kumite.

Bandung: UPI

Setyobroto, Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta. PT Anem Kosong Anem Setyobroto, Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: Jaya Sakti.

Singgih D. Gunarsa (1987). Psikologi Olahraga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Singgih D. Gunarsa, (2004). Psikologi Olah Raga. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia

Singgih D. Gunarsa, (2012) www.masbied.com

Subino (1983) www.repository.upi.edu.com. Psikologi Umum. Sudjana (1989) www.repository.upi.edu.com. Metodologi Penelitian

Sugiyono, (2000). Statistika Untuk Penelitian Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta

Surakhmad (1985) www.repository.upi.edu.com. Metodologi Penelitian

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Akademik. Bandung: UPI Witarto (2008) http//cahayalaili.blogspot.com


(1)

2 2 ) ( 2 2 n Xt n Xt

St

2

2

n

JKs

n

Jki

Si

Diketahui dari hasil perhitungan di eksel untuk variabel motivasi berprestasi:

i S2

= 56,18 St2 = 1081,6

K = 64

Maka nilai reliabilitas untuk variabel motivasi berprestasi:

0,963

6 , 1081 18 , 56 1 1 64 64         i r

Diketahui dari hasil perhitungan di eksel untuk variabel agresivitas:

i S2

= 30,75 St2 = 225,7


(2)

Maka nilai reliabilitas untuk variabel agresivitas:

0,886

7 , 225

75 , 30 1

1 40

40

   

  

i r

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Nilai Keterangan

Motivasi berprestasi 0,963 Reliabel

Agresivitas 0,886 Reliabel

Nilai reliabilitas memberikan indikasi bahwa keandalan kuesioner yang

digunakan sebagai alat pengukur termasuk pada kategori berkorelasi kuat untuk


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi dan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan di

jabarkan beberapa kesimpulan dan diajikan saran yang kiranya dapat bermanfaat.

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah disusun dan telah diuji,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Motivasi berprestasi dari dalam atlet futsal CA2 Bandung menunjukkan

persentase nilai 86,75%.

Motivasi berprestasi dari luar atlet futsal CA2 Bandung menunjukkan persentase

84,4%.

2. Instrumental Agression atlet futsal CA2 Bandung menunjukkan persentase

84,46%.


(4)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka penulis mengajukan beberapa

saran yang kiranya dapat menjadi masukan untuk para pemain futsal. Adapun saran

yang akan di ajukan sebagai berikut:

1. Untuk pelatih atau atlet futsal, sikap disiplin yang tinggi dan rasa tanggung

jawab harus lebih di tonjolkan karena atlet yang mempunyai kedisiplinan dan

rasa tanggung jawab memiliki kestabilan emosional, kontrol diri yang baik

sehingga tidak perlu dikhawatirkan dan tidak perlu menjadi permasalahan dalam

mengarahkan dan mengendalikannya. Sebab atlet tersebut diharapkan dapat

mengarahkan dan mengotrol perilaku agresifnya sendiri. Untuk pelatih jangan

pernah bosan memberikan dorongan, penghargaan, dan arahan psikologis kepada

atlet, sehingga atlet tersebut dapat bermain dengan agresif dengan baik tanpa

mengalami frustasi.

2. Untuk atlet futsal CA2 Bandung, motivasi berprestasi sangatlah penting agar

mencapai prestasi yang tinggi. Jadi jagalah motivasi kalian dengan selalu

mengembangkan diri, tingkat kualitas bermain, disiplin yang tinggi dan jangan

cepat puas dengan prestasi yang sudah ada. Motivasi berprestasi merupakan

salah satu hal yang mempengaruhi penampilan dalam pertandingan olah raga.

Dengan demikian, tetaplah termotivasi dengan tujuan yang positif demi tujuan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Arikunto, S. (1990,1994,1997,1998,2002,2006). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Bambang Abduljabar (2010) www.repository.upi.edu.com. Metodologi Penelitian

Basirun, (2009). http://basirunjenispel.blogspot.com/

Danim, (2004). Motivasi Unsur, Tipe dan Tautannya Dengan Kepemimpinan dari http://agungpia.multiply.com/journal/item

Definisi Profil (2010). http://kamusbahasaindonesia.org

Furchan,(2004). http://ardhanal12.wordpress.com/2008/02/27/penelitiam-deslriptif

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching, Jakarta; CV Tambak Kusuma

Harsono, (1988). http://gatotjariono.blogspot.com/2010/02/psikologi-olahraga.html

Hilda, (2010). Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Pencak silat, Jurusan pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia Husdarta, H.J.S. (2010) Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Justinus Lhaksana (2011), Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion (Penebar Swadaya Grup)

Komarudin. (2007). Psikologi Kepelatihan. Bandung: Alfabeta.

Komarudin (1994). http://konseling indonesia.com

Moh. Nazir, (1988), Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia

Moh. Nazir, (2005), Metode penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Muharnanto. 2006. (Dasar-dasar Permainan Futsal Sesuai dengan Peraturan FIFA). PT Kawan Pustaka.

Rusli Ibrahim, (2008), Modul Psikologi Olahraga, Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI


(6)

Rusli Lutan, Berliana., Yadi, S., (2007). Modul Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Tidak Diterbitkan

Sagitarius (2010). Hubungan Kondisi Fisik, Agresivitas dan Kemampuan teknik dengan Penampilan Atlet dalam Pertandingan Karate Nomor Kumite. Bandung: UPI

Setyobroto, Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta. PT Anem Kosong Anem

Setyobroto, Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: Jaya Sakti.

Singgih D. Gunarsa (1987). Psikologi Olahraga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Singgih D. Gunarsa, (2004). Psikologi Olah Raga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Singgih D. Gunarsa, (2012) www.masbied.com

Subino (1983) www.repository.upi.edu.com. Psikologi Umum.

Sudjana (1989) www.repository.upi.edu.com. Metodologi Penelitian

Sugiyono, (2000). Statistika Untuk Penelitian Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta

Surakhmad (1985) www.repository.upi.edu.com. Metodologi Penelitian

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Akademik. Bandung: UPI