UPAYA MEMPERTAHANKAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DALAM KEHDUPAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN MAJALENGKA.

(1)

UPAYA MEMPERTAHANKAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA

DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Hilman Ahmad Hidayat NIM 1003258

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

UPAYA MEMPERTAHANKAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA

DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh

Hilman Ahmad Hidayat 1003258

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Hilman Ahmad Hidayat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

HILMAN AHMAD HIDAYAT 1003258

UPAYA MEMPERTAHANKAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA

DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN MAJALENGKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Prof. Dr. R.Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 196103231986031002

Pembimbing II,

Mirna Nur Alia S.Sos M.Si NIP. 198303122010122008

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi

Siti Komariah, M.Si.,Ph.D. NIP.196804031991032002


(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2014 PANITIA SIDANG TERDIRI ATAS:

KETUA : Dekan FPIPS UPI

: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si : NIP.197008141994021001

SEKERTARIS : Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi : Siti Komariah, M.Si., Ph.D

: NIP.196804031991032002

Penguji I

Dr. Elly Malihah, M.Si NIP.196604251992032002

Penguji II

Drs. Wahyu Erdiana, M.Si NIP.195505051986011001

Penguji III

Syaifullah Syam, S.Pd, M.Si NIP.197211121999031001


(5)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu ABSTRAK

UPAYA MEMPERTAHANKAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DALAM KEHDUPAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN

MAJALENGKA

Pembimbing 1: Prof. Dr. R.Gurniwan Kamil Pasya, M.Si Pembimbing 2: Mirna Nur Alia S.Sos M.Si

Hilman Ahmad Hidayat 1003258

Gotong royong merupakan bentuk kerja secara komunal dan merupakan warisan masa lampau yang dimiliki bangsa indonesia. gotong royong pada masa sekarang tidak hanya menyangkut kekayaan sosial budaya saja. Akan tetapi keberadaanya sebagai strategi hidup dan modal sosial dalam mengahadapi masalah-masalah yang menyangkut kehidupan kebangsaan, seperti intervensi bangsa asing, kekurangan atas pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan bencana alam. akan tetapi keberadaan gotong royong terancam oleh kapitalisme global sebagai jiwa daripada modernisasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaiamana masyarakat mempertahankan gotong royong tersebut ditengah ancaman modernisasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah desa di Kecamatan Banjaran. Pendekatan penelitan ini adalah pendektan penelitian kualitatif dengan metode peneltian verivikatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, obserbvasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai-nilai gotong royong mengalami beberapa pergeseran yang diakibatkan oleh pengaruh modernisme yang membawa nilai-nilai baru, seperti nilai-nilai individu dan matrealistis. Upaya yang telah dilakukan dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong adalah membuat jadwal rutinan dalam mengurus air untuk kelancaran pertanian. hal ini bertujuan untuk memelihara nilai-nilai bersama, tanggung jawab dan sukarela dalam memaknai Sumber daya alam yang ada di lingkungan desa. Kokolot menggunakan waktu waktu tertentu seperti shalat jumat dan ba’da shalat lainnya serta forum tertentu untuk bermusyawarah dan mensosialisasikan gotong royong. hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepekaan masyarakat dalam menangani masalah-masalah di desa, salah seorang warga dan masalah lainnya. hal ini bertujuan pula dalam memelihara nlai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai empati, simpati dalam kehidupan mayarakat desa. selain itu tiap-tiap orang tua mengajak anak-anankya dalam aktivitas gotong royong sebagai bentuk pembelajaaran. Pemerintah melakukan upaya-upaya seperti memberikan stimulus dan sumbangan berupa makanan dan minuman dalam setiap aktivitas gotong royong.


(6)

LOCAL COMMUNITY EFFORTS TO PRESERVE THE VALUES OF GOTONG ROYONG IN SOCIAL LIFE THE DISTRICT IN BANJARAN, MAJALENGKA

REGENCY

ADVISOR 1 : Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si ADVISOR 2 : Mirna Nur Alia A, S.Sos, M.Si

Hilman ahmad hidayat 1003258

E-mail : Hilmanahmadh@gmail.com

In this developing capitalism era in the midst of society , Gotong Royong as a strategy of life and basic social to facing the problems that yield by capitalism itself . The purpose of this research is to aim at get to describing people’s effort in maintaining Gotong Royong as a genuine awareness of their original culture. This research was conducted in village under Banjaran district in Majalengka regency. Verficative model is used in this qualitative research.

The result of this research shows the values of Gotong Royong have occurred for several alteration that caused by the influence of modernism which have took along by individual’s values and matrealistic. The implementations on defend Gotong Royong such as make a routine schedule to maintaining the original resources communally, enclosing children in gotong royong as the shape of learning. The government’s efforts in this terms in commiting stimulus and moral’s contribution inspite of material in gotong royong’s activities. The aim purposed in maintaining the values of humanity , togetherness and responsibility in social life.


(7)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... 4 DAFTAR GAMBAR ... 5 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. LATAR BELAKANG MASALAH ... Error! Bookmark not defined. B. RUMUSAN MASALAH ... Error! Bookmark not defined. C. TUJUAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. D. MANFAAT PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 1. Secara teoritis ... Error! Bookmark not defined. 2. Secara praktis ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skrispsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Solidaritas Sosial ... Error! Bookmark not defined. 1. Solidaritas Mekanik ... Error! Bookmark not defined. 2. Solidaritas Organik ... Error! Bookmark not defined. 3. Ancaman Terhadap Solidaritas ... Error! Bookmark not defined. B. Tinjauan Nilai ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Nilai ... Error! Bookmark not defined. 2. Ciri-Ciri dan Fungsi Nilai ... Error! Bookmark not defined. 3. Macam-Macam Nilai ... Error! Bookmark not defined. C. Gotong Royong ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Gotong Royong ... Error! Bookmark not defined. 2. Macam-macam Aktivitas Gotong royong ... Error! Bookmark not defined.


(8)

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik analisis Data ... Error! Bookmark not defined. F. Uji Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Perpanjangan keikutsertaan ... Error! Bookmark not defined. 2. Triangulasi Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Menggunakan Referensi yang Cukup ... Error! Bookmark not defined. 4. Mengadakan Member Check ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penelitian. ... Error! Bookmark not defined.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk. ... Error! Bookmark not defined. 2. Komposisi penduduk berdasarkan usia .. Error! Bookmark not defined. 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... Error! Bookmark not defined.

4. Pemerintahan ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Nilai-Nilai Gotong Royong Yang Masih dipelihara di Kecamatan Banjaran ... Error! Bookmark not defined. 2. Kendala Gotong Royong Di Lingkungan Masyarakat Desa Di

Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. ... Error! Bookmark not defined.

3. Upaya Mempertahankan Nilai-nilai Gotong royong . Error! Bookmark not defined.

4. Implementasi Nilai-nilai Gotong royong Pada Pembelajaran

Sosiologi ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan Hasil Penelitian Gotong royong ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

1. Nilai-nilai Gotong Royong Yang Masih Dipelihara ... Error! Bookmark not defined.

2. Kendala dalam Pelaksanaan Gotong Royong ... Error! Bookmark not defined.

3. Upaya Mempertahankan Nilai-nilai Gotong royong . Error! Bookmark not defined.

4. Implementasinilai-nilai gotong royong Terhadap Pembelajaran Sosiologi di SMA ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. A. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(10)

Tabel 2.2 Matriks perbandingan penelitian terdahulu...44

Tabel 3.1 Tabel informan pokok dan pangkal ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.1 Jumlah penduduk Kecamatan BanjaranError! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan UsiaError! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Komposisi kelompok Umur...66

Tabel 4.4 Kompisisi penduduk berdasarkan Mata penaharian...69

Tabel 4.5 Nilai-nilai gotong royong dalam bidang Pertanian...78

Tabel. 4.6 Nilai-nilai Gotong royong dalam hal kebahagaiaa...85

Tabel 4.7 Nilai-Nilai gotong royong dalam hal kesedihan...90

Tabel 4.8 Nilai-nilai Gotong royong dalam Tolong menolong...93

Tabel 4.9 nilai-nilai gotong royong dalam kerjabakti ...99

Tabel 4.10 Upaya mempertahankan nilai-nilai gotong royong...119 Tabel 4.11 Bobot Pertanyaan Pembelajaraan ... Error! Bookmark not defined.


(11)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Solidaritas Sosial...20

Gambar 3.1 model induksi 2 : blank theory and data focusError! Bookmark not defined. Gambar 3.2 Alur Informasi Format Kualitatif VerifikatifError! Bookmark not defined. Gambar 4.2 Liliuran/Getenan ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Menjenguk ke rumah sakit ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.4 Proses rehab rumah warga yang kurang mampuError! Bookmark not defined.

Gambar 4.5 Kerjabakti pembangunan mesjid...88 Gambar 4.6 Kerjabakti pembersihan jalan dan solokan...89


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi suatu negara agraria, pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Beberapa negara di dunia memanfaatkan sektor pertanian sebagai sektor pendukung utama perekonomian. Hal serupa dilakukan oleh Indonesia sebagai negara dengan corak agraris yang kuat. Luas nya lahan agraris tentu di manfaatkan masyarakat guna memenuhi kebutuhan primer dalam hidupnya dalam hal ini pangan. Corak agraris membawa masyarakatnya bergerak pada bidang pertanian. Pengalaman hidup rakyat bergelut dengan pertanian sudah berlangsung lama, dari dahulu samai masa sekarang. Corak pertanian terdahulu sampai sekarang telah mengalami perubahan dalam hal wujud serta bentuknya. Karena itu masyarakat Indonesia sangat identik dengan kehidupan bertani.

Kegiatan pertanian dalam jangka waktu yang lama menyumbang nilai dan kebudayan yang khas. Tidak jarang beberapa nilai dan kebudayaan yang ada dihubungkan dengan adanya kegiatan pertanian tersebut. Kegiatan pertanian pada masa lampau di Indonesia dikenal dengan hubungan kerja yang komunal dianatara petani dalam satu wilayah. Pada praktiknya petani satu membantu petani lain atas dasar keikhlasan. Corak bertani seperti ini ditegaskan pula oleh Koentjaraningrat, (1982 hlm, 106)mengemukakan bahwa,

dalam kegiatan pertanian dikenal adanya pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah. Untuk keperluan itu seorang petani meminta dengan sopan santun yang sudah tetap, beberapa orang lain sedesanya untuk membantunya, misalnya dalam mempersiapkan sawahnya untuk masa penanaman yang baru (memperbaiki saluran air dan pematang-pematang, menyangkul, menggaru dan sebagainya).

Pada gagasan di atas menggambarkan individu-individu pada lingkungan petani bekerjasama sebagai cerminan bahwa manusia adalah mahluk sosial tergantung


(13)

2

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

satu sama lainya, yang menjadi ciri yang unik adalah bahwa kerjasama yang dijalin didasarkan pada nilai-nilai yang luhur yaitu ketulusan, ikhlas, dan sopan santun.

Hubungan kerjasama dan bantu membantu dalam kegiatan pertanian tidak hanya dalam lingkaran aktivitas produksi bertani saja, akan tetapi berkembang pada tatanan sosial yang luas, dikenalah istilah gotong royong sebagai hubungan kerjasama di dalam masyarakat secara bersama-sama. Karena itu konsep gotong royong ini lekat dengan kehidupan rakyat sebagai petani dan mengarah pada desa secara geografis. Hal ini dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto (1990 hlm, 168) menjelaskan tentang konsep gotong royong tersebut sebagai berikut :

masyarakat desa sama-sama memiliki ketergantungan terhadap tanah, dengan demikian maka kepentingan pokok juga sama, sehingga mereka akan bekerjasama untuk mencapai kepentinganya. Misalnya pada musim pembukaan tanah atau pada saat memanen tiba, mereka akan bersama-sama untuk mengerjakanya. Hal tersebut dilakukan karena biasanya satu keluarga saja tidak cukup atau kurang memiliki tenaga kerja dalam mengerjakan tanahnya terebut. Sebagai akibatnya, dikarenakan adanya kerjasama tersebut timbulah suatu lembaga kemasyarakatan yang disebut gotong royong.

Gotong royong tidak berhenti pada desa secara geografis ataupun pada corak masyarakat yang homogen. Gotong royong sebagai nilai dan wujud kebudayaan gagasanya dapat berkembang, secara umum terlepas dari akar historis gotong royong di Indonesia, gotong royong merupakan kodrati manusia, sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, saling ketergantunganan satu sama lainya dan Karena itu dibuat cara cara baik untuk memelihara hubungan tersebut. hubungan kerjasama yang bernama gotong royong ini adalah salah satu cara-cara yang baik guna memelihara hubungan antar manusia yang dilandaskan bantu membantu dan bekerja sama. Nilai-nilai ini menjadi ciri khas bangsa Indonesia dan menjadi karakter yang khas serta kehadiranya mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berlandaskan pancasila di dalamnya memuat kepribadian yang diharapkan menjadi jati diri bangsa, Soekarno pada tahun 1964 pernah mengemukakan bahwa gotong royong adalah


(14)

perasaan dari Dasar Negara pancasila, jika diperas dari ke 5 sila tersebut maka akan mengarah pada gotong royong sebagai hasilnya.

Gotong royong di dalamnya mengandung nilai-nilai humanis yang berarti nilai kemanusiaan. gotong royong sebagai landasan bagi persatuan kesatuan dalam lingkup bangsa Indonesia. Di dalam gotong royong terdapat juga nilai-nilai keadilan yang mengarah pada sumbangan tenaga yang sama, dalam waktu yang berlangsung adanya saling balas bantu pertolongan dan bersama-sama menyelesaikan masalah di lingkungan masyarakat berdasar sumbangan pikiran secara bersama dalam wadah musyawarah.

Nilai gotong royong adalah roh bangsa Indonesia yang harus dilaksanakan atas dasar amanat nasional dan berdasar tugas individu sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab mengampu nilai-nilai kemanusiaan. Berbicara nilai tentu nilai adalah sesuatu yang dianggap baik dan patut. Menilik pada Setiadi dan Kolip (2011 hlm, 118) nilai adalah kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal yang baik buruk, benar salah, patut tidak patut, hina mulia maupun penting tidak penting.

Nilai merupakan pedoman bagi masyarakat, membawa dan mengarahkan masyarakat kedalam apa yang dikandungya. Sementara Gotong royong dianggap memiliki nilai luhur karena adanya keikhlasan, rasa kesatuan, rasa memiliki, toleransi, kepedulian, kasih sayang dan kecerdasan kolektif didalamnya.Rumusan nilai yang berlaku pada gotong royong adalah selama apa yang dikerjakan bersama-sama memiliki nilai yang mengarah pada kebaikan disebut gotong royong, tetapi sebaliknya jika apa yang dikerjakan secara bersama-sama merupakan sebuah penyimpangan, itu bukan termasuk gotong royong.

Gotong royong hadir dalam mengatur keharmonisan hubungan antar manusia dalam masyarakat juga sekaligus sebagai wadah menimba rasa integritas kelompok yang nantinya menciptakan kesadaran senasib sepenanggungan yang sebagaimana oleh Durkheim dalam (Ritzer, 2011:145) disebutnya sebagai efek moral, dalam kekhususan ini mengerucut pada perasaan solidaritas antara dua orang atau lebih.


(15)

4

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Di dalam lingkungan hidup masyrakat jawa terkait gotong royong terdapat semboyan yaitu “Sepi ing pamrih rame ing gawe” yang artinya orang akan mengutamakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya tanpa memperhitungkan balas jasa atau pamrih atas hasil kerja itu sendiri. Adapun semboyan pada masyarakat sunda yaitu “Sabilulungan”. Menurut Sutardjo (2010 hlm 2) pada kata sabilulungan ada makna yang terkandung di dalamnya, menggambarkan masyarakat sauyunan, memiliki arti seiya sekata yang menggambarkan sebuah komitmen untuk melaksanakan program kerja dan mencapai tujuan bersama. Selain sauyunan terkandung makna babarengan menunjuk pada masyarakat yang melakukan pekerjaan secara bersama atau bisa disebut juga gotong royong. Makna selanjutnya dari sabilulungan adalah ilubiung dan ngaluguan. Ilubiung berarti turut serta dalam kegiatan pelakanaan program atau partisipatif, selanjutnya dikatakan Ngaluguan yang memiliki makna pionir, menjadi yang pertama mengerjakan sesuatu, teladan bagi penerus program selanjutnya. Dari ke empat istilah tersebut yang dibalut dalam satu kata yaitu sabilulungan menggambarkan masyrakat sunda menjunjung nilai-nilai kebersamaan atau nilai gotong royong, dalam berkehidupan sebagai suatu kelompok masyarakat. Mereka juga mengidealkan masyrakat yang baik adalah masyrakat yang turut serta dalam kegiatan bersama, tak hanya turut serta bahkan sebagai pionir atau yang pertama dalam mengerjakan sesuatu

Pada zaman modernisasi pertautan berbagai bangsa memasuki intensitas interaksi yang tinggi. Satu Negara dengan Negara lain berhubungan satu sama lain membawa kebudayaan masing-masing dan turut pula mempengaruhi kebudayaan Negara terebut. Negara yang tidak begitu teguh dalam mempertahankan nilai yang dipegangnya tentu nilai-nilainya akan tereduksi atau bahkan menghilang.

Gambaran jelas tentang perubahan wajah gotong royong adalah perubahan corak agraris ke industri di Indonesia membuka peluang masuknya budaya individualisme, materialsme dan egoistis turut mereduksi nilai gotong royong tersebut. Implikasinya adalah gotong royong perlahan memudar dan menjadi barang langka dalam kehidupan masyarakat Indonesia.


(16)

Gotong royong dipahami berjalan ketika ada keikhlasan kerja dan kepedulian dalam bentuk sumbangan tenaga antar warga, baik dalam hal kepentingan umum ataupun individu. Kehadiran sistem upah dalam tingkat yang sangat ekstrem membuat segala jenis kerja diukur oleh uang. ketika sistem upah mulai masuk, kerjasama yang berdasar hati yang tulus dan sukarela mulai berubah pada arah hitung-hitungan besaran uang yang didapat dari kerjasama itu sendiri. Ini membuat terjadinya degradasi nilai dari gotong royong itu sendiri. Tidak hanya itu, teknologi canggih juga turut merubah wajah gotong royong pada masyarakat. Pada sistem pertanian sekarang tenaga manusia sudah tergantikan perananya oleh tenaga mesin. Dalam kasus yang lain semakin menjamurnya pabrik-pabrik yang merupakan ekses dari industrialisi mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri maka petani yang kehilangan lahanya beralih pada sektor non pertanian (industri). Dari kasus di atas mempengaruhi bentuk dan sikap gotong royong pada masyrakat yang bersangkutan, baik terhadap sifat gotong royong yang bersifat spontan, bersifat pamrih, ataupun bersifat memenuhi kewajiban sosial saja.

Gambaran di atas ditegaskan pula oleh Sayogyo dan Pudjiwati (2002 hlm, 30), mengatakan bahwa,

pergeseran nilai-gotong royong ditandai oleh semakin menguatnya sikap individualistik pada masyrakat desa sebagai salah satu akibat dari masuknya industri di lingkungan pedesaan, berkembangnya sifat individualis pada masyarakat desa akan memperlemah sendi-sendi kerjasama, tolong menolong, solidaritas dan kekeluargaan yang menjadi ciri khas masyarakat desa

Berdasar gagasan di atas tanda-tanda pergeseran nilai gotong royong yang dicirikan mulai melemahnya sendi-sendi kerja sama, tolong menolong dan solidaritas memang nampak terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang. Kehidupan individu yang menguat serta hilangnya keintiman dan kekeluaragaan di lingkungan masyrakat sebagai warna khas desa mengakibatkan lunturnya kerjasama. Karena itu, perlu dicarikannya upaya guna mencegah sikap individualistik berkembang ke tahap yang lebih ekstrem lagi dan juga penentuan arah sikap kita yang jelas pada industrialisasi. Upaya ini bertujuan untuk


(17)

6

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

menggiatkan lagi nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan masyarakat, agar nilai gotong royong ini tidak dalam ranah historis yang hanya menjadi cerita, akan tetapi gotong royong ini terus ada dalam siklus regenarasi, seyogyanya setiap generasi mewariskan secara turun temurun pada generasi yang selanjutnya. nilai ini berguna dalam menanggulangi tekanan-tekanan masalah kehidupan Masa kini, karena memungkinkan orang Indonesia untuk bekerjasama dengan sesamanya secara mudah, untuk bersifat toleran terhadap sesamanya yang berkeyakinan dan berpendirian lain.

Durkheim(dalam Ritzer, 2011 hlm, 145) menamakan kegiatan kerjasama dalam kelompok ini disebutnya sebagai solidaritas mekanis, suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas mekanik bersatu karena semua orang adalah generalis. Ikatan di antara orang-orang itu ialah karena mereka semua terlibat dalam kegiatan yang mirip dan mempunyai tanggung jawab-tanggung jawab yang mirip. Sebaliknya, suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas organik dipersatukan oleh perbedaan-perbedaan di antara orang-orang, oleh fakta bahwa semuanya mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Ditambahkannya bahwa pembagian kerja yang bertambah telah menyebabkan berkurangnya nurani kolektif. Masyarakat organik pun mempunyai suatu nurani kolektif, meskipun dalam bentuk lemah yang memungkinkan perbedaan-perbedaan individual yang lebih banyak.Nurani kolektif menurut Durkheim mengarah pada masyrakat yang homogen. Yang memiliki kesamaan yang tinggi yaitu pengertian-pengertian, norma-norma dan kepercayaan yang lebih banyak diyakini bersama. Dalam kasus modernisasi yang membawa banyak pengaruh kepada kehidupan masyarakat, meminjam istilah Durkheim hal itu disebut arus sosial. gotong royong yang hadir sebagai nilai yang diyakini bersama oleh masyrakat dihadapkan pada arus sosial dari barat yakni modernitas. Kehidupan masyarakat modern bisa saja menyebar pada masyrakat desa dan mengubah desa yang dicirikan mekanis berubah pada oganik, perubahan itu sangat mungkin menghilangkan nilai-nilai yang membentuk gotong royong itu sendiri. Karena itu ancaman terhadap lunturnya gotong royong sebagai nilai luhur akan sangat mungkin terjadi.


(18)

Untuk mempertahankan nilai gotong royong maka harus dicarikan upaya untuk mempertahankannya dan ada analisis tersendiri terhadap upaya-upaya yang telah ada yang dilakukan masyarakat dalam mempertahankan nilai yang luhur ini. Penggambaran ini menarik untuk menjelaskan bentuk-bentuk gotong royong pada masa sekarang, nilai-nilai gotong royong apa saja yang masih dipertahankan oleh masyrakat, dan bagaimana upaya-upaya masyrakat dalam mempertahankan gotong royong.

Penggambaran dan analisis tentang upaya masyrakat mempertahankan gotong royong adalah pada akhirnya merupakan penggambaran sikap bangsa yang peduli terhadap nilai-nilai dan kebudayaanya. Ketidakpedulian akan nilai terdahulu mengindikasikan bangsa sudah ada pada kebudayaan-kebudayan baru yang diyakininya. Akan tetapi sebagai bangsa berkarakter, setiap masyarakat patut kritis terhadap nilai-nilai yang ada yang menjadi pembangun bangsa berkarakter itu sendiri. sebuah upaya untuk mempertahankan nilai-nilai yang ada dan cerdas dalam menerima perubahan adalah gambaran bahwa suatu bangsa tidak fatalistik, yang menerima begitu saja nasib ataupun perubahan yang terjadi pada kehidupan bangsa. usaha menggairahkan gotong royong merupakan perwujudan juga dari Nasionalisme. Karena itu, penulis tertarik meneliti bagaimana upaya masyrakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong yang ada di masyarakat, juga terkait tempat peneletian, penulis memilih lokasi peneltian yang kebetulan dekat dengan rumah peneliti sebagai rasa kepedulian peneliti terhadap kondisi sosial masyrakat khusunya terkait dengan nilai-nilai gotong royong didalamnya. Akhirnya peneltian ini diberi judul “UPAYA

MEMPERTAHANKAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DALAM

KEHIDUPAN MASYARAKAT KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN MAJALENGKA”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Nilai-nilai gotong royong yang bagaimana yang masih dipelihara di masyarakat Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka ?


(19)

8

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

2. Bagaimanakah kendala gotong royong di lingkungan masyarakat desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka ?

3. Bagaimanakah usaha dalam mempertahankan gotong royong di masyarakat Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka ?

4. Bagaimana Implementasi nilai-nilai gotong royong pada mata pelajaran sosiologi di SMA?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui bentuk gotong royong yang yang masih dipelihara masyarakat Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.

2. Mengetahui kendala gotong royong masyarakat kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.

3. Mengetahui usaha dalam mempertahankan gotong royong di di masyarakat Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka

5. Mengetahui Implikasi nilai-nilai gotong royong terhadap sebagai bagian dari materi mata pelajaran sosiologi di SMA

D.MANFAAT PENELITIAN 1. Secara teoritis

Penelitian diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan khususnya Sosiologi, terutama yang berkaitan dengan nilai nilai gotong royong sebagai karakter khas bangsa dan sekaligus sebagai kajian dalam dunia pendidikan khususnya kepada guru sosiologi dalam pendalaman konsep nilai dan norma juga konsep kelompok sosial

2. Secara praktis a. Bagi peneliti

Diharapkan dari penelitian ini peneliti memperoleh wawasan mengenai nilai-nilai gotong royong yang ada dalam masyarakat. Dan ketika berada dilingkungan masyarakat berpartisipasi untuk mempertahankan nilai gotong royong yang ada di masyarakat.


(20)

b. Bagi masyarakat

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menyadari dan memahami pentingnya memelihara gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. c. Bagi lembaga terkait

Sebagai masukan untuk mengambil keputusan bagi pemerintah bahwa gotong royong penting untuk dipertahankan sebagai bentuk integrasi masyarakat

E. Struktur Organisasi Skrispsi

Struktur organisasi ini terdiri dari lima bab yaitu : Bab I Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Penelitian, Identifikasi masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian serta Struktur Organisasi Penelitian. Bab II Kajian tentang perubahan sosial dan mata pencaharian, berisi tentang Landasan Teoritis yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian. Bab III Metode Penelitian, mencakup lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode Penelitian, Teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian. Bab V Simpulan dan Saran, berisi tentang penafsiran dan pemakanaan


(21)

10

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka


(22)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan ini didasarkan pada corak permasalahan yang akan dikaji dalam peneltian, sebagaimana yang dipaparkan oleh Sugiyono (2010, hlm. 8) bahwa: “penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena peneltiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Penelitian yang akan penulis laksanakan adalah meneliti sejumlah aktivitas kelompok manusia yang berkaitan dengan upaya-upaya mereka mempertahankan nilai-nilai gotong royong dalam kelompok yang dari keseluruhan menggambarkan nilai-nilai gotong royong yang masih ada di lingkugan masyrakat, kendala-kendala yang dihadapi terkait gotong royong sampai dengan cara mereka menanggapi kendala tersebut yang tergamabar pada upaya mereka mengahadapi kendala terebut. Penelitian tersebut bercorak alamiah yang tidak bisa dilakuakan di laboratorium, namun harus terjun langsung ke lapangan karena berkaitan dengan subjek primer yang berada langsung di lapangan, guna mendapatkan hasil data-data yang akurat dan diinterpretasikan melalu penjelasan kata-kata yang sesuai yang penelitian di lapangan. Hal ini dikuatkan oleh Nasution (Sugiyono 2008, hlm. 205) peneltian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha mmahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Menurut Arikunto (1988, hlm. 14) metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian, pengertian lain dari metode penelitian adalah cara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data peneltian, yang berupa data primer dan data sekunder.


(23)

50

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif verifikatif. menurut Bungin (2012, hlm. 70) yaitu,

format desain kualitatif verifikatif merupakan sebuah upaya pendekatan induktif terhadap seluruh proses penelitian yang akan dilakukan karena itu format desain penelitiannya secara total berbeda dengan format penelitian deskriptif kualitatif, format ini lebih banyak menggunakan konstruksi format penelitian dan strategi memperoleh data di lapangan, sehingga format penelitiannya menganut model induktif.

Dari gagasan di atas dapat diketahui bahwa Metode kualitatif verifikatif merupakan format desain penelitian yang fokus terhadap data di lapangan ini di dasarkan pada anggapan bahwa data di lapangan adalah kunci jawaban terhadap masalah penelitian.

Namun model induksi pada format penelitian kualitatif verifikatif berbeda dengan model induksi pada penelitian grounded theory. jika penelitian grounded theory mengesampingkan theory atau dalam bahasa Bungin (2012:24) adalah buta terhadap theory namun desain kulitatif verifikatif menganggap bahwa penelitian tidak harus buta pada teori.

Gambar 3.1 model induksi 2 : blank theory and data focus

Sumber: (Bungin, 2012 hlm, 25)

Dari gambar di atas dapat diketahui fokus peneliti hanya tertuju pada data karena pemahaman terhadap data adalah kunci jawaban terhadap masalah penelitian. Hal ini digambarkan dengan garis yang tidak terputus tertuju pada data. Sementara

Peneliti

Teori


(24)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

garis putus-putus yang tertuju pada teori mengindikasikan teori tidak menjadi suatu fokus d dialam peneltian. Sebagaimana Bungin (2012, hlm. 25) Teori sedikit banyak membantu peneliti membuka misteri data yang sebenaranya tidak diketahui peneliti. Namun, fokus peneliti tertuju pada data karena pemahaman terhada data adala kunci jawaban terhadap masalah penelitian. Jelas dapat diketahui bahwa kulaititatif verifikatif lebih longgar dan terbuka pada teori, berbeda halnya dengan grounded theory yang mengharamkan teori demi keabsahan penelitian. Adapun alur informasi format kualitatif verifikatif dalam penelitian disajikan pada gambar 3.2

Gambar3.2 Alur Informasi Format Kualitatif Verifikatif

Sumber: (Bungin, 2012hlm,71)

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa peneliti pertama-tama mengumpulkan dan bekerja denga data. Posisi teori tidak terpisah seperti grounded theory tapi digambarkan seperti sebuah alur atau tahapan-tahaan. Yakni setelah mendapat data peneliti boleh melirik teori untuk mengkaji fenomena di lapangan. Metode penelitian kualitatif verivikatif ini berupaya mengungkapkan makna yang ada di balik data yang tampak. Dan menempatkan data yang tak tampak sebagai sasaran yang utama. Ini didasari oleh beberapa paradigma yakni paradigma fenomelogis dan penganut fanatik postpossitivisme. Menurut Bungin (2012, hlm. 71) bahwa :

a. secara ontologis, postpositivisme bersifat critical realism yang memandang realitas sosial memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil apabila suatu realitas sosial dapat dilihat secara benar oleh manusia.

b. secara metodologis, pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup untuk menemukan “kebenaran data”, tetapi harus menggunakan

TEORI DATA

DATA DATA


(25)

52

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

metode tiangulasi, yaitu penggunaan bermacam-macam sumber data, peneliti, dan teori.

c. secara epistemologis hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas sosial yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, seperti yang diusulkan oleh positivisme.

Maka penerapan metode kualitatif verifikatif dalam penelitian ini sangat sesuai untuk dapat melihat realitas partisipasi masyarakat terhadap upaya konservasi di lokasi penelitian. Dengan adanya sumber data, peneliti dan teori yang beragam maka peneliti akan mendapatkan kebenaran data.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. Dipilihnya lokasi tersebut disebabkan karena peneliti melihat adanya pergeseran nilai-nilai gotong royong yang ada di masyarakat Kecamatan Banjaran Adapun kecamatan banjaran memiliki 13 desa, diantaranya desa :

1) Banjaran 2) Cimeong 3) Darmalarang 4) Genteng 5) Girimulya 6) Hegarmanah 7) Kagok 8) Kareo

9) Panyindangan 10)Sangiang 11)Sindangpala 12)Sunia 13)Sunia Baru


(26)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014 2. Subjek Peneltiian

Menurut Arikunto (2002 hlm 200) subjek penelitian “adalah benda hal atau

organisasi tempat atau variabel penelitian dipermasalahkan melekat..” Dalam

memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, penetapan subyek penelitianmenjadi hal penting karena akan berhubungan dengan pemecehan masalah dari penelitian.

Pada penelitian ini, dalam menentukan informan penelitian menggunakan teknik snowball sampling. Menurut Bungin (2007, hlm.77) Pada peneliti dengan teknik snowball sampling harus menentukan dan berupaya menemukan gatekeeper, yaitu orang yang pertama yang dapat menerima di lokasi objek penelitian yang dapat memberi petunjuk tentang siapa yang dapat diwawancarai atau diberi informasi tentang objek penelitian. Setelah wawancara pertama berakhr, peneliti meminta informan menunjuk orang lain berikutnya yang dapat diwawancarai untuk melengkapi informasi yang sudah diperolehnya. Pada pendapat di atas dapat diketahui bahwa setiap melakukan wawancara harus selalu mendapat informan selanjutnya dari informan yang telah diwawancarai. Maka dari itu dibuat dulu penentuan informan secara pokok dan pangkal. Informan pokok sebagai informan utama yang dapat memberikan keterangan atau data mengenai permasalahan penelitian, sedangkan informan pangkal adalah orang yang mendapatkan informasi dari informan pokok dan diharapkan dapat memberikan data atau keterangan.. Berikut adalah tabel pembagian informan pokok dan informan pangkal dalam penelitian ini:

Tabel 3.1 Tabel informan pokok dan pangkal

Informan Pokok Informan Pangkal

Tokoh Masyarakat di Kecamatan Banjaran

Masyarakat desa di kecamatan Banjaran


(27)

54

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Ketua Kecamatan Banjaran Kasi-kasi tiap bidang kecamatan Pemerintah desa Masyarakat desa

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penentuan kelompok informan dibagi menjadi pokok dan pangkal.Adanya pembagian kategori informan diharapkan peneliti dapat menyajikan data dengan valid tentang nilai gotong royong dalam Masyarakat Kecamatan Banjaran

Banyaknya subjek dalam penelitian ini ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan informasi. Penentuan subjek dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh yaitu data atau informasi yang diperoleh memilki kesamaan setelah dilakukan penelitian terhadap kelompok-kelompok yang berbeda. Seperti yang dikemukan oleh Nasution (1992, hlm. 33) bahwa,

Untuk memperoleh informasisampai dicapai taraf redudancy ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti. Dari pendapat di atas, pengumpulan informasi dilakukan sampai data tersebut jenuh, artinya, isi, gagasan dari mereka hampir sama.Setelah dilakuka pada kelompok-kelompok yang berbeda.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses penerapan metode penelitian terhadap maasalah yang sedang diteliti. Tenik pengumpulan data yang akan peneliti pergunakan

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang paling populer. Menurut Bungin (2012, hlm.155) wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai


(28)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

(interviewer). Sementara menurut Zuriah (2009 hlm, 179) wawancara merupakan “alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula”. Penggunaan teknik wawancara bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam dari responden mengenai hal-hal yang akan diamati oleh peneliti. Juga sebagai studi pendahuluan yang dilakukan peneliti guna menemukan permasalahan yang harus diteliti.

Di dalam metode wawancara peneliti bertindak sebagai orang yang menjadi pewawancara dan juga yang mengatur kelancaran di dalam proses wawancara tersebut. Sedangkan responden merupakan orang yang diwawancarai oleh peneliti untuk dimintai informasi mengenai hal-hal yang akan dilakukan di dalam penelitian.

Diharapkan masyarakat yang menjadi responden di dalam proses wawancara dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh peneliti baik data, fakta guna memenuhi kebutuhan peneliti. Proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu secara sistematik dimana peneliti mempersiapkan pedoman wawancara sebagai acuan di dalam proses wawancara terhadap responden. Menurut Sugiyono (2009 hlm, 194) bahwa “wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh”. Wawancara dilakukan terhadap tiga orang informan dengan

teknik snowballdimana informan A memberikan rekomendasi agar informan B menjadi informan dan seterusnya. Snowballsampling merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar.

2. Dokumenter

Metode dokumenter pada intinya bertujuan untuk menelusuri data historis. Metode ini merupakan faktor yang sangat penting di dalam teknik pengumpulan data di dalam penelitian. Menurut Riduwan (2012 hlm, 77) menyatakan bahwa “dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film, dokumenter, data yang relevan penelitian”. Sedangkan menurut


(29)

56

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Arikunto (2010 hlm, 274) menyatakan bahwa metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa metode dokumenter dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang data tersebut diambil dari tempat penelitian baik itu berupa foto-foto, buku-buku, film dokumenter, dan yang nantinya akan menunjang dalam proses pengerjaan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan di atas untuk mendapatkan data-data yang relevan dan menunjang dalam proses pengerjaan juga pelaksanaan penelitian dilapangan.

3. Observasi

Observasi merupakan penyeledikan yang dijalankan secara sistemastik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama mata) terhadapkejadian yang langsung ditangkap padaperistiwa tersebut. Sebgaimana yang dkemukakan oleh Bungin (2011 hlm, 133) menyatakan bahwa “Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.

Moleong (2010 hlm, 175) Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif kpercayaan, perhatian, perilaku tak sadar kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan dapat memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjk penelitian, hidup pada saat itu, menangap arti fenomena dari segi pengertian subyek, menangkap kehidupan budaya dari segi panangan dan anutan para subyek pada waktu itu. Pengamat memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihakna maupun dari pihak subjek.

Dari gagasan di atas, Maka observasi adalah teknik pengumpulan data yang merupakan suatu kegiatan manusia di dalam mengamati suatu objek dengan bantuan pancaindera guna mendapatkan informasi dan fakta-fakta di lapangan yang diperlukan dalam sebuah penelitian.


(30)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014 D. Instrumen Penelitian

Penelitian merupakan sebuah proses pengukuran yang hasilnya ditentukan oleh satu faktor diantaranya adalah alat ukur dari penelitian tersebut. Cara mendapatkan hasil yang maksimal dan relevan maka alat ukur penelitian haruslah tepat agar tidak terjadinya kesalahan di dalam penelitian.Dalam penelitian kualitatif peneliti berperan besar dalam menentukan arah penelitian, karena seperti apa yang dikatakan oleh Moleong (2013 hlm, 168) yang menyatakan bahwa “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.”Maka dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah diri sendiri.

E. Teknik analisis Data

Proses Analisis data didalam penelitian merupakan suatu proses menelaah data yang sudah didapat dilapangan. Menurut Bodgan dan buklen dalam maleong analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan memukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang diplejarai, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepeda orang lain.

Dari gagasan tersebut dapat diketahui bahwa analisis data adalah sebuah proses telaah dan mengungkap data yang sudah didapat. Sehingga setelah bekerja dengan data dapat muncul suatu gambaran yang jelas dari fenmena sosial yang tampak. di dalam penelitian kualitatif khususnya, menurut Bungin (2012, hlm 161) alnalisis ini bertujuan untuk

1. Mengnalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut;

2. Menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial.


(31)

58

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Dalam penelitian ini metode analisis data yang dipilih untuk dapat melihat upaya masyrakat mempertahankan nilai-nilai gotong royong di kecamatan Banjaran adalah teknik analisis komponensial ( componential analysis ). Menurut Bungin (2012 hlm. 219) Teknik analisis data komponensoinal ini digunakan dalm analaisis kualitatif untuk menganalisis unur-unsur yang memiliki hubungan-hunbungan yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianlisis secera terperinci.dan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan hasil yang diharapkan oleh peneliti. Dari gagasan tersebut diketahui bahwa teknik ini ditunjang oleh proses wawancara yang berulang-ulang dengan tujuan menemukan gambaran yang jelas dan memuaskan. Hal ini ditambahkan pula oleh Bungin (2007 hlm 37) bahwa kegiatan analisis dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap yaitu :

1) Penggelaran hasil observasi dan wawancara

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan berkali-kali, digelarkan dalam lembaran-lembaran yang mudah dibaca.Data-data tersebut pada tahap ini tidak perlu dikelompokan sesuai dengan domain dan atau subdomain yang telah dipilih, yang penting bahwa hasil-hasil observasi dan wawancara telah dapat melakukan editing terbatas pada data tersebut.

2) Pemilihan hasil observasi dan wawancara

Peneliti selanjutnya melakukan pemilihan terhadap hasil wawancara. Artinya hasil wawancara tersebut dipiliah menurut domain dan atau subdomain tanpa harus mempersoalkan dari elemen mana sub-domain itu berasal dari elemen yang sama.

3) Menentukan elemen-elemen kontras

Pada tahap ini, peneliti dapat membuat tabel tertentu yang dipakai untuk mencari dan menempatkan pilahan subdomain yang telah ditemukan elemen kontras.

Maka dalam melakukan analisis komponensial diperlukan ketelitian dari peneliti karena hasil observasi dan wawancara yang dilakukan secara berulang-ulang, pemilihan hasil observasi dan wawancara juga menentukan elemen kontras sangatlah penting guna mencapai data yang diinginkan oleh peneliti.


(32)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Kendala yang paling kentara dalam suatu penelitian kualitatif adalah subjektivitas yang dilibatkan oleh peneliti kedalam penelitian sehingga penelitian tidak kredibel. Maka dari semua data yang ada harus diuji terlebih dahlu melalui proses uki keabsahan data. Untuk mempermudah data yang akurat dan absah terutama yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dibutuhkan suatu teknik yang tepat dan sesuai.Banyak sekali teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis keabsahan data. salah satu teknik yang digunakan adalah dengan memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya, kredibilitas dapat diperoleh dengan beberapa cara antara lain :

1. Perpanjangan keikutsertaan

Memperpanjang masa observasi atau keikutsertaan berarti peneliti memperpanjang waktu di lapangan untuk melakukan suatu pengamatan, melakukakan wawancara kembali dengan sumber data yang sebelumnya pernah ditemui maupun yang baru. Dalam Bungin (2012, hlm. 263) bahwasanya proses ini ditemuh untuk menghindari distorsi yang kemungkinan terjadi selama pengumpulan data.

2. Triangulasi Data

Menggunakan teknik triangulasi data dimana peneliti bisa memperoleh data dari narasumber dengan teknik wawancara mendalam misalnya dari narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, hingga dari aktivitas yang menggambarkan perilaku individu manusia.Tujuan dari triangulasi data adalah pengecekan kebenaran data tertentu dari berbagai cara dan waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan kokolot, masayarakat, dan pemerintah.

Adapun jenis-jenis triangulasi diantaranya: a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.


(33)

60

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu Pemerintah desa

Kokolot pemerintah

kecamatan

Sumber: (Sugiyono,2010 hlm, 372)

Gambar 1.3 Tringulasi Dengan Tiga Sumber Data

b. Triangulasi teknik

Triangulasi terbaik untuk menguji kredibelitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Wawancara observasi

Dokumentasi Sumber: (Sugiyono,2010 hlm, 373)

Gambar3.2 Triangulasi Dengan Teknik Pengumpulan Data

c. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari. Biasanya responden akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.


(34)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Sumber : Sugiono (2010)

Sumber: (Sugiyono,2010 hlm, 374)

Gambar3.3 Triangulasi waktu pengumpulan data

3. Menggunakan Referensi yang Cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

4. Mengadakan Member Check

Tujuan dari member check adalah agar informasi yang peniliti peroleh yang digunakan dalam penulisan laporan dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara member check kepada subjek penelitian di akhir kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti yakni masyarakat di kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

sore siang


(35)

62

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka


(36)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa nilai-nilai kebersamaan, nilai kesamarataan dan nilai kemanusiaan masih terpelihara di dalam kehidupan masyarakat kecamatan Banjaran. Hal ini menggerakan aktivitas seperti gotong royong dalam pertanian, perhelatan salah satu warga, peristiwa kelahiran, pembiayaan anak yang kurang mampu, pembangunan rumah bagi warga yang kurang mampu, peristiwa kematian, menjenguk warga yang sakit dan kerjabakti fasilitas umum di lingkup desa. beberapa nilai kebersamaan dari aktivitas pertanian hilang seiring hilangnya aktivitas dan pola gotong royongnya seperti nilai kebersamaan, kesopanan, tanggung jawab dalam aktivitas liliuran. Sementara itu Kendala yang ada pada masyarakat desa Kecamatan Banjaran adalah beragamnya mata pencaharian masyarakat yang beragam, sifat materialisme, meningkatnya keepercayaan pada tenaga ahli , klaim hak milik terhadap alat –alat baru., pemerintahan yang pasif dan menurunnya peran kelompok sosial yang ada di desa. kapitalisme global mempunyai peranan besar dalam mengubah wajah desa. hampir semua kendala yang ada pada pelaksanaan gotong royong muaranya adalah berakaitan dengan masalah ekonomi. Upaya mempertahankan nilai-nilai gotong royong dilakukan dengan pembuatan jadwal untuk kegiatan gotong royog rutinan. Sementara gotong royong yag dalam aktivitasnya spontan keberadaanya terus dipertahankan melalui sosialasi sekaligus himbauan kokolot dalam mempertahankan secara bersama nilai-nilai gotong royong yangada di masyarakat.

2. Simpulan khusus

A. Nilai-nilai kebersamaan, kesamarataan dan tanggung jawab hampir hilang dalam aktivitas pertanian di wilayah keamatan banjaran. Seiring masuknya nilai-nilai matrelialistis melalui sistem Gotong royong dalam pertanian melali sistem upah terhada buruh buruh tani. sistem tanpa upah yang mengandalkan kebersamaan


(37)

166 Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

hanya terkonsentrasi di beberapa desa. yakni, Desa Sangiang, Girimulya, Darmalarang, dan Sunia. Bentuk gotong royong yang dilaksanakan adalah


(38)

Nilai-nilai kebersamaan, kesamarataan, demokrasi,humanis, kesopanan yang seringkali diidentikan dengan masyarakat timur masih terpelihara di wilayah desa di kecamatan Banjaran. Hal ini bisa dilihat dari masih adanya aktivitas musyawarah sebelum perhelatan, kerja bakti atau aktivitas lainnya. Dan masih adanya aktivitas gotong royong dalam perhelatan salah satu warga, peristiwa kelahiran, pembiayaan anak yang kurang mampu, pembangunan rumah bagi warga yang kurang mampu, peristiwa kematian, menjenguk warga yang sakit dan kerjabakti fasilitas umum di lingkup desa. akan tetapi nilai-nilai tersebut tidak selekat dahulu. Dan pada pelaksanaanya banyak cara-cara yang hilang. Seperti pembangunan tenda perhelatan yang sekarang sudah di wakilkan pada event orginizer, pupupulang dalam hajatan yang dahulu dalam bentuk masakan yang melibatkan tenaga banyak kini tergantikan oleh makanan instan yang di dapat dari pasar. Hal tersebut mengurangi kandungan nilai dalam aktivitas gotong royong.

Nilai-nilai Gotong royong dalam hal kematian termasuk yang masih utuh diantara nilai gotong royong lainya di seluruh desa di Kecamatan Banjaran. Hal ini dilihat dari banyaknya masyarakat yang terlibat dalam gotong royong tersebut. Bentuk gotong royong yang diberikan dimulai dari memandikan, penyediaan kain kapan, menyolatkan, hingga proses pemakaman. disamping bentuk gotong royong tersebut dalam hal kematian ini sudah menajdi kebiasaan di masyarakat kecamatan Banjaran, ketika masyarakat melayad, mereka meberi beras atau uang kepada keluarga yang ditinggalkan. Dari hal tersebut masyarakat masih memegang nilai-nilai kemanusiaan dann kepedulian

C. sistem upah sudah berkembang dalam kehidupan masyarkat desa di kecamatan Banjaran. termasuk berkembang pada bentuk pertanian. uang yang menjadi nilai, keberadaanya menjadi sangat perlu ketika kebutuhan dalam kehidupan beragam. Selain itu, kondisi ini diperparah oleh masuknya barang-barang hasil industri yang dihasilkan oleh para kapital. Barang-barang tersebut seolah menjadi penting dan perlu yang diintodusir oleh televisi dan media masa. Tidak jarang barang tersebut fungsinya tidak hanya sebagai daya guna yang harus dihabiskan akan


(39)

169

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

tetapi sebagai status sosial bagi konsumen. Hal tersebut mempengaruhi secara langsung gotong royong yang ada di desa.

D. Upaya mempertahanakan gotong royong di kecamatan Banjaran sangat bergantung dan banyak sekali melibatkan peran kokolot di semua desa. kokolot di banyak desa sebagai penggerak utama untuk mempertahankan nilai-nilai yang ada. selain kokolot dibantu juga oleh pemerintah, masyarakat, sekolah dan kleuarga. Dalam menjaga nilai-nilai kebersamaan, kerja keras dan nilai sukarela pemerintah pusat menggiatkan masyarakat melalui PNPM. S

Pada tingkat pemerintahan desa yaitu bantuan stimulus berupa makanan atau minuman pada saat dilaksanakannya kegaiatan gotong royong. pmerintahan desa juga membaur melaksanakan gotong royong. upaya tersebut cukup membantu untuk tetap terjaganya nilai-nilai kebersamaan dalam aktivitas dan kehidupan sosial masyarkat desa. sementara untuk mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam kerja bakti upaya yang dilakukan masyarakat adalah membagi wilayah kerjabakti di lingkungan desa. hal ini bertujuan agar upaya yang telah dilakukan adalah dibuatnya penjadwalan untuk mengurus air, meronda dan kegiatan lainya dan membagi wilayah kerja bakti di desa. semnetara

Upaya mempertahankan nilai-nilai gotong royong pada masyarakat desa di Kecamatan Banjaran pada tatanan keluarga dilakukan penggiatan-penggiatan bentuk gotong royong di dalam keluarga inti itu sendiri. Seperti bersama membersihkan rumah, mengolahan makanan, bekerja di ladang dan pengenalan terhadap anak, cara dan makna melakukan gotog royong dan tolong menolong dalam masyarkat. Hal ini bertujuan menginternilasisi nilai nilai seperti kebersamaan, nilai kesopanan, sukarela agar anggota masyarakat bisa berbaur dalam lingkup kehidupan sosial dalam masyarakatnya.

Sifat-sifat bantuan secara stimulus bagus dalam rangka mendidik mental masyarakat untuk menjadi masyarakat dengan mental prouktif dan kerja keras. Akan tetapi, tujuan dalam menguatkan mental produktif, kerja keras dan gotong royong tersebut terkesan secara tidak langsung. Artinya hanya efek sampingan. Lebih-lebih ketika pemerintah memberikan uang kepada masyarakat untuk diproyeksikan kepada pembangunan fisik. Seyogyanya pemberian-pemberian bantuan tersebut, jika tujuannya dalam rangka membangun mental dan mendidik untuk produktifitas, maka bantuan tersebut coraknya tidak berupa pembangunan


(40)

secara bertahap dan terus menerus.

E. Mata pelajaran Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajarai hunbungan antar individu dalam ruang lingkup kehidupan sosial mempunyai peran dalam Mempertahankan nilai-nilai gotong royong. Mata pelajaran Sosiologi yang diberikan di Sekolah menengah atas memempunyai peran dalam memberikan pengajaran tentang nilai-nilai gotong royong pada materi ajar nilai-nilai dan norma di kelas X ataupun materi ajar masyarakat multikulutrual atau kelompok sosial di kelas XI. pembeljaran tersebut diharapkan memberikan kesadaran sosial terhadap generasi muda dalam menghadapai maslah sosial sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah masalah sosial yang ada yang dalam hal ini mengahadapi dan mengupayan agar nilai-nilai gotong royong tetap terus ada dalam kehidupan masyarakat.


(41)

171

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya mempertahankan nilai-nilai gotong royong mayarakat desa di Kecamatan Banjaran, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi masyarakat

Mayarakat hendaknya menyadari akan pentingnya gotong royong dalam masyarakat, sehingga masyarakat turut ikut dalam melestarikan gotog royong sbagai upaya dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong di era modern.

2. Bagi Pemerintahan

Pemerintah desa hendaknya meningkatkan partisipasi langsung dalam bentuk gotong royong. membuat komunikasi yang intens, guna adanya kedekatan secara psikis. Sehingga keluhankeluhan masyarakat bisa terdengar dan pemerintah tidak anggung untuk menghimbau masyarakat untuk melaksanakan gotong royong.

3. Bagi pemerintahan pusat

Bentuk bantuan guna pembangunan non fisik hendaknya menjadi fokus utama ditengah geliat pembangunan fisik. Selain itu hendaknya sifat pembangunan adalah bottom up tidak top down.

4. Bagi kokolot desa

Kokolot desa hendaknya tetap menjaga peran nya sebagai pendorong dan penggerak dari segala macam aktivitas desa.

5. Bagi sekolah yang ada di lingkungan desa

Sekolah di lingkungan desa harus menjaga kerjasama dengan masyarakat. karena itu, masyarakat dan sekolah harus menajdi bagian yang integral dalam meningkatkan klaitas peserta didik.

6. Bagi guru sosiologi

Gotong royong bisa di implemantasikan di dalam mata pelajaran nilai dan norma serta konsep kelompok yang digagas oleh durkeim yaitu solidaritas mekanik.


(42)

(43)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Leeden, A.C.Van der (1986) Durkheim Dan Pengantar Sosiologi

Moralitas. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Alfred, De Vito. (1989). Creative Wellsprings forScience Teaching. West Lafayette, Indiana: Creative Venture.

Andriyani, Dini (2012)Kajian tentang Pergeseran Nilai-nilai Budaya Gotong royong Pada

Masyarakat Desa Gandamekar Dalam Konteks Tradisi Dan Modernisasi. Bandung.

Universitas Pendidikan indonesia

Arikunto,Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bachiardi, dianto. Faryadi, erpan dan Setiawan Bonnie (1997) Reformasi agraria. Jakarta:fakultas ekonomi Universitas Indonesia

Baudrillard, jean. 1997. System object (trans. James Bneedict). London. Verso.

Bintarto, R. (1980). Gotong Royong, Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Surabaya. PT. Bina Ilmu.

Bungin, Burhan (2012) Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik Dan Ilm

Sosial Lainya. Jakarta.Kencana:Media Group

--- (2012). Metode Penelitian Kualitiatf Aktualisasi Metodologis Ke Arah

Ragama Varian Kontemporer. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Durkheim, Emile (1964) The Division Of labour Society. Trlansted By George Simpson (New York press, 1964;copyright 1933 by mcmilan

Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. (2009) Sosoilogi Edisi Ke Enam. Jakarta, Penerbit Erlangga

Koentjaraningrat.(1982) Masalah-Masalah Pembangunan. Jakarta. PT. Temprint. --- (2004) Manusia dan kebudyaan di Indonesia.Jakarta.Djambatan

Kushendarwati, sellu margaretha.(2006) Masyarakat Konsumen sebagai Ciptaan

Kapitalisme Global:Fenomena Budaya dalam realitas sosial. Jakarta: Universitas

Indonesia

K.j veeger M.A (1990) Realitas Sosial Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan


(44)

gramedia.

Magnis-Suseno, Frans. (1987). Etika Politik: Prinsip-prinsipMoral Dasar

KenegaraanModern. Jakarta:Gramedia.

Marzali, Amri( 2005)Antropologi& pemangunan indonesia. jakarta: Kencana Maleong, Lexy (2012) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Rosdakarya

Mulyana, Rohmat. (2011) Mengartikulasikan pendidikan nilai. Bandung, hlm. Alfabeta Mutakin, Awan. dan Pasya, Gurniwan K. (2000). Masyarakat Indonesia dalam Dinamika.

Bandung, Buana Nusasntara.

Mulyani, Linda Rina (2007) Kajian tentang Pergeseran Nilai-nilai Budaya Gotong royong

Pada masyarakat Desa Pangguh kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Bandung.

Universitas PendidikanIndonesia.

Narwoko , J Dwi dan Suyanto Bagong (2010) Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan Edisi

Ketiga.Jakarta. Kencana.

Nasution, Zulkarnain. (2009). Solidaritas Sosial Dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi. Malang. Umm Press.

Pasya, Gurniwan K (1987) Gotong royong dalam kehidupan masyarakat. Bandung: universitas pendidikan Indonesia.

Ritzer, George. (2012) Teori Sosiologi..Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. Perubahan Sosial. 2002. Yogyakarta. PT Tiara Wacana Yogya.

Saptono dan Sulasmono, bambang suteng (2007) Sosiologi untuk SMA kelas XI.Jakarta. Phibeta

Sayogyo, dan Pudjiwati . (2002) Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta , Gadjah mada University Press.

Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman. (2011) Pengantar Sosiologi. Jakarta,. Kencana.

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

--- (2007)Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta, hlm. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(45)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Upaya Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong Dalam Kehdupan Masyarakat Desa Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Susanto, Astrid (1985) Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial.Bandung. Bina cipta Sutardjo. (2013,09,11)Membumikan Nilai-nilai Kultural dalam Sistem Pembangunan Daerah

Berbasis Kecerdasan Lokal. Kompasiana [Online], halaman Opini.

Tersediahttp://Jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2013/07/15/membumikan-nilai-

nilai-kultural-dalam-sistem-pembangunan-daerah-berbasis-kecerdasan-lokal-577024.html

Wolf erick. (1985) Petani sebagai suatu Tinjauan Antroologis.jakarta cv rajawali

Zuriah, Nurul (2009). Metodologi Peneleitian Sosial dan Pendidikan Teori aplikasi.Jakarta: PT.Bumi Aksara


(1)

170

fisik yang terkesan instan akan tetapi pembangunan non-fisik langsung menyentuh mental melalui pendidikan kebangsaan dan pelatihan keterampilan secara bertahap dan terus menerus.

E. Mata pelajaran Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajarai hunbungan antar individu dalam ruang lingkup kehidupan sosial mempunyai peran dalam Mempertahankan nilai-nilai gotong royong. Mata pelajaran Sosiologi yang diberikan di Sekolah menengah atas memempunyai peran dalam memberikan pengajaran tentang nilai-nilai gotong royong pada materi ajar nilai-nilai dan norma di kelas X ataupun materi ajar masyarakat multikulutrual atau kelompok sosial di kelas XI. pembeljaran tersebut diharapkan memberikan kesadaran sosial terhadap generasi muda dalam menghadapai maslah sosial sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah masalah sosial yang ada yang dalam hal ini mengahadapi dan mengupayan agar nilai-nilai gotong royong tetap terus ada dalam kehidupan masyarakat.


(2)

171

Hilman Ahmad Hidayat, 2014 A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya mempertahankan nilai-nilai gotong royong mayarakat desa di Kecamatan Banjaran, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi masyarakat

Mayarakat hendaknya menyadari akan pentingnya gotong royong dalam masyarakat, sehingga masyarakat turut ikut dalam melestarikan gotog royong sbagai upaya dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong di era modern.

2. Bagi Pemerintahan

Pemerintah desa hendaknya meningkatkan partisipasi langsung dalam bentuk gotong royong. membuat komunikasi yang intens, guna adanya kedekatan secara psikis. Sehingga keluhankeluhan masyarakat bisa terdengar dan pemerintah tidak anggung untuk menghimbau masyarakat untuk melaksanakan gotong royong.

3. Bagi pemerintahan pusat

Bentuk bantuan guna pembangunan non fisik hendaknya menjadi fokus utama ditengah geliat pembangunan fisik. Selain itu hendaknya sifat pembangunan adalah bottom up tidak top down.

4. Bagi kokolot desa

Kokolot desa hendaknya tetap menjaga peran nya sebagai pendorong dan penggerak dari segala macam aktivitas desa.

5. Bagi sekolah yang ada di lingkungan desa

Sekolah di lingkungan desa harus menjaga kerjasama dengan masyarakat. karena itu, masyarakat dan sekolah harus menajdi bagian yang integral dalam meningkatkan klaitas peserta didik.

6. Bagi guru sosiologi

Gotong royong bisa di implemantasikan di dalam mata pelajaran nilai dan norma serta konsep kelompok yang digagas oleh durkeim yaitu solidaritas mekanik.


(3)

(4)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Leeden, A.C.Van der (1986) Durkheim Dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Alfred, De Vito. (1989). Creative Wellsprings forScience Teaching. West Lafayette, Indiana: Creative Venture.

Andriyani, Dini (2012)Kajian tentang Pergeseran Nilai-nilai Budaya Gotong royong Pada Masyarakat Desa Gandamekar Dalam Konteks Tradisi Dan Modernisasi. Bandung. Universitas Pendidikan indonesia

Arikunto,Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bachiardi, dianto. Faryadi, erpan dan Setiawan Bonnie (1997) Reformasi agraria. Jakarta:fakultas ekonomi Universitas Indonesia

Baudrillard, jean. 1997. System object (trans. James Bneedict). London. Verso.

Bintarto, R. (1980). Gotong Royong, Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Surabaya. PT. Bina Ilmu.

Bungin, Burhan (2012) Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik Dan Ilm Sosial Lainya. Jakarta.Kencana:Media Group

--- (2012). Metode Penelitian Kualitiatf Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragama Varian Kontemporer. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Durkheim, Emile (1964) The Division Of labour Society. Trlansted By George Simpson (New York press, 1964;copyright 1933 by mcmilan

Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. (2009) Sosoilogi Edisi Ke Enam. Jakarta, Penerbit Erlangga

Koentjaraningrat.(1982) Masalah-Masalah Pembangunan. Jakarta. PT. Temprint. --- (2004) Manusia dan kebudyaan di Indonesia.Jakarta.Djambatan

Kushendarwati, sellu margaretha.(2006) Masyarakat Konsumen sebagai Ciptaan Kapitalisme Global:Fenomena Budaya dalam realitas sosial. Jakarta: Universitas Indonesia

K.j veeger M.A (1990) Realitas Sosial Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu-Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sosiologi. Jakarta, PT gramedia


(5)

Johnson paul, Doyle (1986) Teori Sosiologi Modern Klasik Dan Modern.jakarta. PT gramedia.

Magnis-Suseno, Frans. (1987). Etika Politik: Prinsip-prinsipMoral Dasar KenegaraanModern. Jakarta:Gramedia.

Marzali, Amri( 2005)Antropologi& pemangunan indonesia. jakarta: Kencana Maleong, Lexy (2012) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Rosdakarya

Mulyana, Rohmat. (2011) Mengartikulasikan pendidikan nilai. Bandung, hlm. Alfabeta Mutakin, Awan. dan Pasya, Gurniwan K. (2000). Masyarakat Indonesia dalam Dinamika.

Bandung, Buana Nusasntara.

Mulyani, Linda Rina (2007) Kajian tentang Pergeseran Nilai-nilai Budaya Gotong royong Pada masyarakat Desa Pangguh kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Bandung. Universitas PendidikanIndonesia.

Narwoko , J Dwi dan Suyanto Bagong (2010) Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan Edisi Ketiga.Jakarta. Kencana.

Nasution, Zulkarnain. (2009). Solidaritas Sosial Dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi.

Malang. Umm Press.

Pasya, Gurniwan K (1987) Gotong royong dalam kehidupan masyarakat. Bandung: universitas pendidikan Indonesia.

Ritzer, George. (2012) Teori Sosiologi..Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. Perubahan Sosial. 2002. Yogyakarta. PT Tiara Wacana Yogya.

Saptono dan Sulasmono, bambang suteng (2007) Sosiologi untuk SMA kelas XI.Jakarta. Phibeta

Sayogyo, dan Pudjiwati . (2002) Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta , Gadjah mada University Press.

Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman. (2011) Pengantar Sosiologi. Jakarta,. Kencana.

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

--- (2007)Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta, hlm. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(6)

Hilman Ahmad Hidayat, 2014

Susanto, Astrid (1985) Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial.Bandung. Bina cipta

Sutardjo. (2013,09,11)Membumikan Nilai-nilai Kultural dalam Sistem Pembangunan Daerah Berbasis Kecerdasan Lokal. Kompasiana [Online], halaman Opini.

Tersedia http://Jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2013/07/15/membumikan-nilai-

nilai-kultural-dalam-sistem-pembangunan-daerah-berbasis-kecerdasan-lokal-577024.html

Wolf erick. (1985) Petani sebagai suatu Tinjauan Antroologis.jakarta cv rajawali

Zuriah, Nurul (2009). Metodologi Peneleitian Sosial dan Pendidikan Teori aplikasi.Jakarta: PT.Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

PERGESERAN NILAI GOTONG ROYONG MASYARAKAT TANI DALAM PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DESA PULUNG KENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

2 14 50

NILAI GOTONG ROYONG DALAM TATAK TINTOA SERSER PADA MASYARAKAT PAKPAK BHARAT.

0 6 26

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI GOTONG-ROYONG DAN PEDULI SOSIAL PADA TRADISI NYADRAN Implementasi Nilai-Nilai Gotong-Royong dan Peduli Sosial pada Tradisi Nyadran (Studi Kasus di Dukuh Wonorejo, Desa Bulusan, Kecamatan Karangdowo,Kabupaten Klaten Tahun 2015).

0 5 14

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT Implementasi Nilai Gotong-Royong Dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat (Studi Kasus pada Tradisi Malam Pasian di Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora).

0 3 16

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT Implementasi Nilai Gotong-Royong Dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat (Studi Kasus pada Tradisi Malam Pasian di Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora).

2 4 13

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA Implementasi Nilai Persatuan Dalam Bergotong Royong Di Masyarakat Desa (Studi Kasus pada Kegiatan Sambatan di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora).

0 6 18

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG ROYONG DALAM TRADISI Implementasi Nilai Gotong Royong Dalam Tradisi Gumbregan (Studi Kasus Pada Masyarakat di Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2013).

0 2 17

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG ROYONG DALAM TRADISI Implementasi Nilai Gotong Royong Dalam Tradisi Gumbregan (Studi Kasus Pada Masyarakat di Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2013).

0 1 15

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DAN GOTONG-ROYONG PADA TRADISI LAMPORAN ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DAN GOTONG-ROYONG PADA TRADISI LAMPORAN (Studi di Desa Kacangan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora).

0 0 15

NILAI-NILAI GOTONG-ROYONG DALAM TARI MBUAH PAGE (ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI GOTONG-ROYONG DALAM TARI MBUAH PAGE PADA ACARA ADAT MERDANG-MERDEM DI DESA PERBESI KECAMATAN TIGABINANGA KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA)

0 0 8