Pengembangan Instrumen Asesmen Perilaku Adaptif Bagi Remaja Dengan Intellectual Disability.

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU ADAPTIF BAGI REMAJA DENGAN INTELLECTUAL DISABILITY

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Pendidikan Khusus

Oleh:

ERNISA PURWANDARI NIM 1302402

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU ADAPTIF BAGI REMAJA DENGAN INTELLECTUAL DISABILITY

Oleh Ernisa Purwandari

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Khusus

© Ernisa Purwandari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

ERNISA PURWANDARI NIM. 1302402


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU ADAPTIF BAGI REMAJA DENGAN INTELLECTUAL DISABILITY

Ernisa Purwandari

NIM 1302402 / Prodi PKKh-SPs-UPI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya instrumen asesmen perilaku adaptif bagi inidividu dengan intellectual disability (ID) yang dapat diakses oleh guru atau tenaga pendidik di Indonesia. Instrumen asesmen ini penting untuk mengetahui hambatan perkembangan perilaku adaptif setiap individu dengan ID sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran. Pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya konteks budaya dan usia. Dalam penelitian ini dibatasi pada usia perkembangan remaja (usia 12-21 tahun) dengan konteks budaya terutama pada aspek sosialisasi di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif bagi remaja dengan ID. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan dua tahapan penelitian. Tahapan penelitian dilakukan secara hirarki, dalam artian tahapan dalam penelitian akan mempengaruhi tahap penelitian selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan utama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif yang dilakukan fungsional bagi remaja dengan ID dilihat dari tiga aspek yaitu nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi dari instrumen asesmen yang dikembangkan. Instrumen asesmen yang dikembangkan cukup mudah dipelajari dan diterapkan guru, memberikan kemudahan bagi guru untuk menyusun program dalam rangka intervensi, hasil asesmen mampu menampilkan profil perilaku adaptif secara keseluruhan setiap anak, serta konten isi yang disusun sudah sesuai dengan sosial budaya yang ada di masyarakat Yogyakarta.


(6)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ADAPTIVE BEHAVIOR ASSESSMENT INSTRUMENT FOR ADOLESCENCE WITH INTELLECTUAL DISABILITY

Ernisa Purwandari

NIM 1302402 / Prodi PKh-SPs-UPI

This research is based on the lack of adaptive behavior assessment instrument for individuals with intellectual disability (ID) that can be accessed by teachers or educators in Indonesia. Assessment instrument is important to know the resistance development of adaptive behavior of each individual with ID as one of the considerations in developing learning programs. The development of adaptive behavior assessment instruments need to consider some factors, including cultural context and age. This study limits to the age of adolescents development (aged 12-21 years) with the cultural context especially social culture in Yogyakarta. This research aims at developing adaptive behavior assessment instrument for individuals with ID in adolescence. The research uses a qualitative research approach done in two stages. The stages of the research are completed in hierarchically stages which mean that in this research, the first stage will affect the next stage in order to achieve the main objectives of the research. The results showed that the development of adaptive behavior assessment instruments conducted, functionally for individuals with ID adolescence seen from three aspects: the practical value, the usefulness, and the content of assessment instruments developed. Assessment instrument developed are quite easy to be learned and applied by the teachers, making it easy for teachers to set up programs in the framework of the intervention, The results of the assessment were able to show an overall adaptive behavior profile of each child, as well the content has already compiled in accordance with the existing social culture in the people of Yogyakarta.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Pertanyaan Penelitian ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Hakikat Remaja dengan Intellectual Disability ... 7

1. Pengertian Remaja dengan Intellectual Disability ... 7

2. Dampak Intellectual Disability pada Individu dengan ID ... 11

B.Hakikat dan Unsur-unsur Perilaku Adaptif ... 13

1. Pengertian Perilaku Adaptif ... 13

2. Unsur-unsur Perilaku Adaptif ... 14

C.Hakikat Asesmen Perilaku Adaptif ... 17

D.Penelitian yang Relevan ... 21

1. Penelitian yang dilakukan oleh Russell, P.S.S., et.al. (2004) ... 21

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aricak, O.T. and Oakland, T. (2010) 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Tahap I (Perumusan Instrumen) ... 25

1. Subjek Penelitian ... 26

2. Teknik Pengumpulan Data ... 26


(8)

viii

B. Tahap II (Uji Coba Instrumen) ... 29

1. Subjek Penelitian ... 30

2. Teknik Pengumpulan Data ... 30

3. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Hasil Penelitian ... 33

Penelitian Tahap I 1. Perencanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 33

2. Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 47

3. Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 51

Penelitian Tahap II 1. Desiminasi Guru ... 139

2. Hasil Uji coba Lapangan ... 141

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 151

Penelitian Tahap I 1. Perencanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 151

2. Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 160

3. Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 164

Penelitian Tahap II 1. Desiminasi Guru ... 166

2. Hasil Uji coba Lapangan ... 167

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 173

B. Saran ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... 176


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Awal ... 28

Tabel 3.2 Fokus Diskusi Desiminasi Guru ... 31

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Hasil Ujicoba ... 31

Tabel 4.1 Temuan Hasil Penelitian Tahap I ... 53


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Wawancara 1 ... 179

Lampiran 2 Transkip Wawancara 1 ... 182

Lampiran 3 Data Hasil Wawancara 1 ... 216

Lampiran 4 Instrumen Wawancara 2 ... 245

Lampiran 5 Transkip Wawancara 2 ... 246

Lampiran 6 Data Hasil Wawancara 2 ... 267

Lampiran 7 Grafik Profil Siswa Hasil Ujicoba ... 279

Lampiran 8 Dokumentasi Catatan Guru ... 303


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Istilah individu berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari individu penyandang cacat tetapi individu berkebutuhan khusus mencakup spectrum yang luas. Alimin (2013, hlm. 24) mendefinisikan individu berkebutuhan khusus sebagai individu yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing secara individual. Individu berkebutuhan khusus meliputi individu berkebutuhan khusus temporer dan individu berkebutuhan khusus permanen.

Salah satu bagian dari individu berkebutuhan khusus permanen adalah individu dengan gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi atau yang lebih dikenal dengan istilah intellectual disability (selanjutnya ditulis ID) atau di Indonesia lebih popular dengan istilah individu tunagrahita. American

Assosiation of Intellectual Develompental Disability (AAIDD, 2013)

mendefinisikan, “intellectual disability is a disability characterized by significant limitations in both intellectual functioning and in adaptive behavior, which covers many everyday social and practical skills. This disability originates before the age of 18”. Berdasarkan definisi yang ditetapkan AAIDD tersebut maka individu dikatakan mengalami ID apabila memenuhi tiga kriteria kelemahan, yakni rendahnya fungsi kecerdasan dan perilaku adaptif, serta terjadi sebelum usia 18 tahun.

Keterbatasan intelektual pada individu dengan ID berdampak pada layanan pendidikan yang diberikan, dimana harus ada penyesuian isi kurikulum dengan kebutuhan individu dengan ID. Hal tersebut sesuai tujuan pendidikan bagi individu dengan ID yaitu untuk mengembangkan potensinya secara optimal agar ia dapat mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Alimin, 2010, hlm. 53). Bentuk layanan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah dengan mempertimbangkan hambatan perkembangan perilaku adaptif individu dengan ID.


(12)

2

Pertimbangan tersebut penting dalam melayani individu dengan ID karena apabila tidak, mereka cenderung mengalami banyak kegagalan dan frustasi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian (Alimin, 2010, hlm. 57). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mortweet et al. 1999, Stancliffe et al. 2002 (Russell et al. 2004, hlm. 383) yang melaporkan bahwa hambatan pada perilaku adaptif dapat menyebabkan kekhawatiran berlebih dari masyarakat akan definisi yang sebenarnya dari individu dengan ID sehingga terjadi keterbatasan dalam pengaturan di pendidikan umum. Oleh karena itu, perlu adanya proses pembelajaran yang mempertimbangkan hambatan belajar, hambatan perkembangan, dan kebutuhan individual dari individu dengan ID. Data untuk merencanakan proses pembelajaran tersebut hanya dapat diperoleh melalui proses asesmen.

Salah satu asesmen yang diperlukan untuk mempertimbangkan proses pembelajaran individu dengan ID adalah asesmen perkembangan perilaku adaptif. Alimin (2010, hlm. 62) menjelaskan bahwa:

Perilaku adaptif merupakan salah satu aspek dari asesmen horizontal dimana data hasil asesmen inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan bahan ajar untuk disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan ID.

Secara formal, terdapat beberapa instrumen asesmen perilaku adaptif yang telah dikembangkan. Overton (2012, hlm. 344-345) menyebutkan ada empat pedoman asesmen perilaku adaptif formal, yaitu Vineland-II, Vineland Adaptive Behavior-Expanded Form, AAMR-Adaptive Behavior Scale-2, dan Adaptive Behavior Assesment System. Masing-masing asesmen perilaku adaptif tersebut memiliki domain perilaku adaptif yang berbeda, dimana didalamnya terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Hasil penelitian Aricak dan Oakland (2010, hlm. 579) mengenai penggunaan asesmen formal perilaku adaptif tersebut menyatakan bahwa penelitian menggunakan ABAS-II telah memberikan dukungan kuat untuk model satu keterampilan adaptif yang ditetapkan AAIDD tahun 1992 dan memberikan dukungan lemah untuk tiga domain yang telah ditetapkan AAIDD tahun 2002. Kelemahan penggunaan instrumen asesmen formal


(13)

3

perilaku adaptif tersebut juga terjadi di Indonesia, khususnya di beberapa sekolah maupun lembaga yang melayani individu ID. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa guru dan pengurus di yayasan yang khusus menangani individu dengan ID menemukan berbagai permasalahan terkait instrumen asesmen perilaku adaptif. Permasalahan tersebut diantaranya, yaitu pertama, baik sekolah maupun yayasan yang menangani individu dengan ID belum menggunakan ataupun memiliki instrumen asesmen perilaku adaptif individu dengan ID. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pengasuh asrama yang menyatakan bahwa saat ini pelaksanaan asesmen belum menggunakan instrumen asesmen tertulis. Asesmen dilakukan dengan melihat perilaku anak tanpa ada pedoman tertulis. Sedangkan di sekolah, beberapa guru sudah menggunakan instrumen asesmen tertulis tetapi belum mengetahui jika pencatatan yang dilakukan merupakan bagian dari perilaku adaptif.

Kedua, terbatasnya pengetahuan guru tentang perilaku adaptif. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa layanan perilaku adaptif anak diartikan sebagai layanan keterampilan menolong diri sehingga fokus pengembangan perilaku adaptif terbatas pada aspek keterampilan menolong diri. Ketiga, instrumen asesmen formal yang ada sangat terbatas dan masih dalam bentuk bahasa Inggris. Hasil wawancara menyebutkan bahwa guru dan pengurus kesulitan dalam menemukan instrumen asesmen formal tersebut. Mereka juga enggan mencari karena instrumen asesmen dalam bentuk bahasa Inggris sehingga mereka merasa kesulitan untuk memahaminya. Selain itu, instrumen asesmen perilaku adaptif yang disusun di luar negeri juga belum tentu adaptif apabila digunakan di Indonesia dengan latar budaya yang jelas berbeda.

Adanya permasalahan terkait penggunaan instrumen asesmen perilaku adaptif dalam mengembangkan perilaku adaptif individu dengan ID tersebut berdampak terhadap proses pembelajaran yang diberikan. Hal ini karena salah


(14)

4

satu kebutuhan belajar individu dengan ID yang harus mempertimbangkan hambatan perkembangan anak tidak terpenuhi. Oleh karena itu perlu upaya untuk memenuhi prasyarat tersebut, salah satunya dengan melakukan asesmen informal. Soendari & Nani (2011, hlm. 16) menyebutkan bahwa asesmen informal merupakan cara terbaik untuk memperoleh informasi tentang anak berkebutuhan khusus.

Penelitian ini akan mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif bagi remaja dengan ID. Batasan pada masa perkembangan dalam penyusunan instrumen asesmen ini dilakukan berdasar pada faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam asesmen perilaku adaptif yang diungkapkan Duffy. Menurut Duffy (2007, hlm. 283), terdapat sembilan faktor yang perlu diperhatikan dalam asesmen perilaku adaptif yaitu ketersediaan alat ukur, pertimbangan kontekstual, budaya, lingkungan, usia, keterbatasan fisik, keterampilan yang diperoleh versus keterampilan yang ditunjukkan, sumber informasi, dan metode lain dalam asesmen. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan batasan usia dalam pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif, dalam penelitian ini dibatasi pada usia remaja.

Pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif bagi individu dengan ID difokuskan pada perkembangan remaja dengan beberapa pertimbangan, salah satunya tugas perkembangan remaja. Hasil studi pendahulan di lapangan ditemukan permasalahan remaja dengan ID diantaranya yaitu sikap penolakan masyarakat. Hasil ini diperoleh dari wawancara dengan salah satu orangtua remaja dengan ID yang menyatakan bahwa sampai saat ini masyarakat masih melakukan penolakan terhadap kondisi anaknya. Penolakan yang dilakukan berupa sering mengolok-olok dan meniru gaya bicara anaknya yang masih cadal. Selain itu, anak juga tidak dilibatkan dalam kegiatan karang taruna sehingga anak jarang dan bahkan hampir tidak pernah bergabung dalam kegiatan remaja di kampungnya. Kondisi anak yang sudah beranjak remaja dan belum terlibat dalam kegiatan karang taruna bertentangan dengan norma budaya di Yogyakarta, dimana


(15)

5

seorang remaja harusnya sudah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat.

Peran serta remaja yang mulai dituntut di masyarakat ini sesuai dengan tugas-tugas remaja yang dikemukakan Monks & Knoers. Menurut Monks & Knoers (2006, hlm. 322) pada periode ini, keadaan fisik dan sekolah sudah tidak merupakan pusat perhatian lagi, sehingga permasalahan pekerjaan dan kehidupan bermasyarakat merupakan tugas-tugas sentral yang mendapat perhatian khusus. Tugas-tugas tersebut hanya dipakai sebagai pemicu agar orangtua dan lingkungan membantu seoptimal mungkin sehingga individu dengan ID dapat melampaui setiap periode perkembangan dengan alami sesuai keterbatasannya, dan mereka dapat hidup layak, bahagia, dapat diterima lingkungan tanpa tekanan, serta dapat mencapai prestasi sesuai potensinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Instrumen asesmen perilaku adaptif yang bagaimana yang fungsional bagi remaja dengan ID?

C. Pertanyaan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengetahui perilaku adaptif remaja dengan ID di sekolah dan lembaga lain yang melayani individu dengan ID saat ini?

2. Indikator apa saja yang fungsional untuk merumuskan instrumen asesmen perilaku adaptif bagi remaja dengan ID?

3. Apakah instrumen asesmen perilaku adaptif dapat mengungkap perilaku adaptif remaja dengan ID?


(16)

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif yang fungsional bagi remaja dengan ID.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan urunan dalam memperkaya khasanah model pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif remaja dengan ID.

Manfaat praktis, sekolah yang melayani individu dengan ID dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini sebagai media untuk melakukan asesmen perilaku adaptif remaja dengan ID yang belum terasesmen. Hasil penelitian juga dapat dijadikan rujukan bagi guru atau praktisi yang ingin mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif sesuai kondisi dan kebutuhan di sekolah. Selain itu, hasil asesmen juga dapat dipertimbangkan untuk dijadikan salah satu bagian dari laporan perkembangan siswa.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif yang fungsional bagi remaja dengan ID. Mengingat tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini memerlukan dua tahap penelitian. Tahap dalam penelitian ini dilakukan secara hirarkis. Maksudnya, pelaksanaan tahapan dalam penelitian yang satu akan mempengaruhi tahap penelitian selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan utama penelitian.

Secara garis besar, kedua tahapan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Tohirin (2012, hlm. 3) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Masing-masing tahapan dalam penelitian memiliki subjek dan teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik analisis data pada kedua tahapan menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan konklusi dan verifikasi. Adapun bagan prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:


(18)

25

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

Masing-masing tahapan dalam penelitian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Tahap I (Perumusan Instrumen)

Tahapan pertama penelitian ini adalah perumusan instrumen asesmen perilaku adaptif. Tahap ini diawali dengan melakukan studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur ini diperlukan untuk mencari konsep dasar dari


(19)

26

perilaku adaptif, sementara studi lapangan diperlukan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru, pengasuh asrama, dan orang tua untuk mengetahui dan mengembangkan perilaku adaptif remaja dengan ID.

Hasil studi literatur dan studi lapangan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar pengembangan draf instrumen asesmen. Draf instrumen yang telah disusun kemudian diujikan untuk melihat komponen isi, konstruk, dan rasionalisme instrumen dengan menggunakan teknik delphie. Hasil akhir pada tahap ini berupa draf instrumen yang sudah divalidasi. Adapun subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data pada tahap ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada tahap ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Studi lapangan

Dalam studi lapangan ini terdapat lima subjek penelitian yang terdiri dari: 1 guru di SLB WM dan 1 guru di SLB ST, 1 pengasuh asrama di Yayasan LSPPAG, dan 2 orang tua dari remaja dengan ID.

b. Uji delphie

Penilaian dengan teknik Delphi ini dilakukan pada 3 dosen pendidikan khusus yang mengambil konsentrasi pendidikan bagi individu dengan ID serta 2 guru SLB yang berpengalaman menangani individu dengan ID kurang lebih selama 10 tahun.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tahap perumusan instrumen ini terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Studi literatur

Teknik yang digunakan adalah studi literatur yaitu dengan mengkaji pustaka dari beberapa ahli yang membahas tentang asesmen dan perilaku adaptif bagi individu dengan ID. Tujuan utama dilakukannya studi literatur adalah mendapatkan konsep dasar dari perilaku adaptif.


(20)

27

b. Studi lapangan

Teknik pengumpulan data pada studi lapangan menggunakan dua cara, yaitu wawancara dan dokumentasi. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur dengan merekam wawancara dan menuliskannya.

Wawancara ini dikonstruksi untuk memperoleh data tentang upaya-upaya yang dilakukan guru, pengasuh asrama, dan orang tua dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi perilaku adaptif individu dengan ID. Dokumentasi diperlukan untuk melihat instrumen yang selama ini digunakan guru untuk merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi perilaku adaptif remaja dengan ID. Adapun kisi-kisi wawancaranya adalah sebagai berikut:


(21)

28

Tabel 3.1

Kisi-kisi Wawancara Awal

No. Aspek

Wawancara

Indikator No.

Item

I. Perencanaaan Pengembangan Perilaku Adaptif

A. Pedoman yang digunakan untuk menggali data kemampuan perilaku adaptif remaja dengan ID.

1 B. Aspek perilaku adaptif yang dikembangakan

(aspek keterampilan menolong diri,

keterampilan sosial, keterampilan komunikasi, keterampilan vokasional, keterampilan

akademik fungsional).

2-6

C. Permasalahan yang dialami dalam

merencanakan program pengembangan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.

7

II. Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif

A. Setting pengembangan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.

8 B. Metodeyang digunakan untuk mengembangkan

perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.

9 C. Permasalahanyang dihadapi selama

melaksanakan pengembangan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.

10

III. Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif

A. Media yang digunakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pengembangan perilakuadaptif bagi remaja dengan ID.

11

B. Permasalahan yang dihadapi dalam mengevaluasi pelaksanaan pengembangan perilakuadaptif bagi remaja dengan ID.

12

c. Teknik Delphie

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Teknik delphie dilakukan dengan memberikan draf instrumen kepada dosen maupun guru yang menjadi subjek penelitian dalam bentuk kuisioner, kemudian peneliti melakukan diskusi secara langsung guna mengkonfirmasi saran yang diberikan. Kuisioner kelayakan instrumen asesmen disusun dalam rangka memperoleh data dari ahli pendidikan khusus dan dari guru untuk menganalisis kelayakan isi, praktis, dan rasional instrumen yang disusun.

Data ini diperlukan dalam rangka pengembangan draf instrumen awal menjadi draf instrumen asesmen operasional yang


(22)

29

layak uji. Kuisioner ini dirancang dalam bentuk pertanyaan dengan tiga skala penilaian yaitu: ya, belum, dan tidak. Masing-masing aspek diberi kolom tanggapan sebagai saran dan kritik untuk perbaikan instrumen.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman baik untuk studi literature, studi lapangan, maupun teknik delphie. Teknik analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 209-210) terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.

Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data yang tercantum dalam hasil wawancara. Reduksi data ini tidak hanya dimaksudkan agar data menjadi padat sehingga mudah dikelola, tetapi juga agar lebih mudah dipahami dari perspektif masalah yang dibahas.

Penyajian data adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Sajian data tersebut dimaksudkan untuk mempermudah analis membuat ekstrapolasi dari data karena dengan sajian ini analis dapat dengan lebih cepat melihat adanya pola-pola dan hubungan-hubungan yang sistematik.

B. Tahap II (Uji Coba Instrumen)

Tahap kedua dalam penelitian ini adalah uji coba instrumen yang sudah divalidasi. Uji coba ini diawali dengan melakukan desiminasi instrumen pada guru dengan cara diskusi. Desiminasi ini penting untuk mengetahui seberapa siap guru menggunakan instrumen tersebut dilihat dari pemahaman guru terhadap panduan asesmen, prosedur asesmen, instrumen asesmen, serta analisis dan interpretasi data hasil asesmen. Kesiapan guru dalam


(23)

30

menggunakan instrumen diperlukan untuk menghindari adanya kesalahan uji coba.

Setelah guru dianggap mumpuni untuk menggunakan instrumen tersebut, kemudian guru diminta menggunakan instrumen tersebut untuk mengasesmen perilaku adaptif individu dengan ID. Tahap ini diakhiri dengan melakukan analisis hasil ujicoba instrumen guna menganalisis fungsionalnya instrumen dilihat dari aspek nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi dari instrumen asesmen perilaku adaptif yang dikembangkan. Adapun subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada tahap ini adalah lima guru yang terdiri dari dua guru di SLB WM dan dua guru di SLB ST, serta 24 remaja dengan ID. Guru terlibat dalam semua langkah pada tahap ini, sementara siswa hanya menjadi subjek pada langkah uji coba instrumen.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada tahap ini terdiri dari tiga teknik yang disesuaikan dengan setiap langkah pada tahapan ini. Adapun teknik pengumpulan data di setiap langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Desiminasi instrumen

Teknik yang digunakan adalah diskusi. Diskusi digunakan untuk mengungkap pemahaman guru terhadap panduan asesmen, prosedur asesmen, instrumen asesmen, serta analisis dan interpretasi data hasil asesmen. Sebelum diskusi dimulai, sebelumnya guru diberikan draf instrumen yang akan didiskusikan. Draf instrumen ini diberikan tiga hari sebelum dilakukan diskusi. Harapannya, guru akan mempelajari terlebih dahulu draf instrumen yang akan didiskusikan sehingga guru mempunyai pengetahuan awal sebelum diskusi. Adapun fokus diskusi yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(24)

31

Tabel 3.2

Fokus Diskusi Desiminasi Guru

No. Fokus Diskusi

1. Pemahaman guru terhadap panduan asesmen 2. Pemahaman guru terhadap prosedur asesmen 3. Pemahaman guru terhadap instrumen asesmen

4. Pemahaman guru terhadap analisis dan interpretasi data b. Uji coba instrumen

Teknik yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner ini berupa instrumen asesmen yang siap diterapkan.

c. Hasil uji coba

Teknik yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk menggali data akan fungsionalnya instrumen asesmen dilihat dari nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi. Dokumentasi untuk melihat hasil asesmen yang telah dilakukan. Adapun kisi-kisi wawancara analisis hasil ujicoba adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Wawancara Hasil Ujicoba

No. Aspek

Wawancara

Indikator No.

Item

I. Nilai praktis A. Kemudahan memahami panduan asesmen.

1 B. Kemudahan memahami prosedur

asesmen.

2 C. Kemudahan dalam mengolah data

hasil asesmen.

3 D. Kemudahan dalam menginterpretasi

data hasil asesmen.

4 II. Kebermanfaatan A. Kebermanfaatan hasil terhadap

penyusunan program dalam rangka intervensi.

5

B. Kebermanfaatan dalam menyusun profil anak.

6 III. Konten isi dari

asesmen

perilaku adaptif

A. Kesesuaian antara teori perilaku adaptif dengan instrumen asesmen perilaku adaptif yang dikembangkan


(25)

32

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman baik untuk desiminasi instrumen dan analisis hasil uji coba. Teknik analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 209-210) terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.


(26)

Daftar Pustaka

AAIDD. (2013). Definition of intellectual disability. (Online). Tersedia di: http://aaidd.org/intellectual-disability/definition#.VHY6QqJgdmo. Diakses 20 November 2014.

AAIDD. (2013). Definition of intellectual disability. (Online). Tersedia di:

http://aaidd.org/intellectual-disability/diagnostic-adaptive-behavior-scale#.U5XMl3bNIgM. 20 November 2014.

Alimin, Z. (2010a). Orientasi ulang pendidikan anak tunagrahita. Dalam Dharta Ranu Wijaya, dkk (Penyunting), Praktik-praktik terbaik pendidikan untuk semua: isu-isu pendidikan khusus di Indonesia dan Malaysia (hlm. 53-65).

Bandung: Rizqi Press.

Alimin, Z. (2013b). Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam Astati, dkk (Penyunting),

Pendidikan anak berkebutuhan khusus (hlm. 24-33). Bandung: PKh UPI. Aricak, O.T., and Oakland, T. (2010). Multigroup confirmatory factor analysis for

the teacher form, age 5 to 21, of the Adaptive Behaviour Assessment System-II. Sage Publication. Journal of Psychoeducational Assessment,28(6), hlm. 578-584.

Astati. (2013). Anak dengan Hambatan Perkembangan. Dalam Astati, dkk (Penyunting), Pendidikan anak berkebutuhan khusus (hlm. 89-106).

Bandung: PKh UPI.

Berk, L.E. (2003). Child development. Boston: Pearson.

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahai Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Duffy and Borthwick, S.A. (2007). Adaptive Behavior. Dalam Jacobson, J.W.,

Mulick, J.A., and Rojahn, J. (Penyunting). Handbook of Intellectual and Developmental Disabilities. New York: Springer.

Gunzburg, H.C. (1975). Social Competence and Mental Handicap. London: Bailliere and Tindall.

Hassiontis, A., et al. (2011). Applied Behaviour Analysis and Standar Treatment in Intellectual Disability: 2-years outcomes. British Journal of Psychiatry 198,

hlm. 490-491.

Johnsen, B.H. (2004). Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Individual.

Didi Tarsidi (Penyunting). Pendidikan kebutuhan khusus, sebuah pengantar


(27)

177

Kemenpan. (2011). Peraturan menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak republik Indonesia nomor 10 tahun 2011 tentang

kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus. Tersedia di:

http://www.kemenpppa.go.id/v3/index.php/peraturan-perundang- undangan/peraturan-menteri?download=66%3Apermen-no-10-th-2011-ttg-kebijakan-penanganan-abk-. Diakses 20 November 2014.

Kirk, S. et al. (2009). Educating exceptional children. New York: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.

Monks, F.J. & Knoers, A.M.P. (2006). Psikologi perkembangan, pengantar dalam berbagai bagian. Siti Rahayu Haditono (Penyunting). Yogyakarta: UGM Press.

Overton, T. (2012). Assessing learners with special needs. Boston: Pearson. Purwandari. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY.

Russell, P.S.S., et al. (2004). Family intervention and acquisition of adaptive behaviour among intellectual disable children. Sage Publication. Journal of Learning Disabilities, 8(4), hlm. 383-395.

Suntrok, J.W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Smith, D.D., & Tyler, N.C. (2010). Introduction to special education. Canada: Pearson.

Smith, M.B., Ittenbach, R.F., Patton, J.R. (2002). Mental retardation. Ohio: Merrill Prentice Hall.

Soendari, T. (2011). Model bimbingan dan konseling kolaboratif dalam pengembangan perilaku adaptif anak intellectual disability ringan di sekolah dasar. Disertasi. Sekolah Pascasarjana: UPI.

Soendari, T. & Nani, E. (2011). Asesmen dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Bandung: Amanah Offset.

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Tasse´, M.J., et al. (2012). The construc of adaptive behavior: Its conceptualizon, measurement, and use in the field of intellectual disability. AAIDD. American Journal on Intellectual and Developmental Disabilities, 117 (4),

hlm. 291-303.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Depok: Rajagrafindo Persada.


(28)

178

Vygotsky, L.S. (1978). Mindin Society, The Development of Higher Psychological Processes. USA: President and Fellowsof Harvard College.


(1)

30

menggunakan instrumen diperlukan untuk menghindari adanya kesalahan uji coba.

Setelah guru dianggap mumpuni untuk menggunakan instrumen tersebut, kemudian guru diminta menggunakan instrumen tersebut untuk mengasesmen perilaku adaptif individu dengan ID. Tahap ini diakhiri dengan melakukan analisis hasil ujicoba instrumen guna menganalisis fungsionalnya instrumen dilihat dari aspek nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi dari instrumen asesmen perilaku adaptif yang dikembangkan. Adapun subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada tahap ini adalah lima guru yang terdiri dari dua guru di SLB WM dan dua guru di SLB ST, serta 24 remaja dengan ID. Guru terlibat dalam semua langkah pada tahap ini, sementara siswa hanya menjadi subjek pada langkah uji coba instrumen.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada tahap ini terdiri dari tiga teknik yang disesuaikan dengan setiap langkah pada tahapan ini. Adapun teknik pengumpulan data di setiap langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Desiminasi instrumen

Teknik yang digunakan adalah diskusi. Diskusi digunakan untuk mengungkap pemahaman guru terhadap panduan asesmen, prosedur asesmen, instrumen asesmen, serta analisis dan interpretasi data hasil asesmen. Sebelum diskusi dimulai, sebelumnya guru diberikan draf instrumen yang akan didiskusikan. Draf instrumen ini diberikan tiga hari sebelum dilakukan diskusi. Harapannya, guru akan mempelajari terlebih dahulu draf instrumen yang akan didiskusikan sehingga guru mempunyai pengetahuan awal sebelum diskusi. Adapun fokus diskusi yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(2)

Tabel 3.2

Fokus Diskusi Desiminasi Guru

No. Fokus Diskusi

1. Pemahaman guru terhadap panduan asesmen 2. Pemahaman guru terhadap prosedur asesmen 3. Pemahaman guru terhadap instrumen asesmen

4. Pemahaman guru terhadap analisis dan interpretasi data b. Uji coba instrumen

Teknik yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner ini berupa instrumen asesmen yang siap diterapkan.

c. Hasil uji coba

Teknik yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk menggali data akan fungsionalnya instrumen asesmen dilihat dari nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi. Dokumentasi untuk melihat hasil asesmen yang telah dilakukan. Adapun kisi-kisi wawancara analisis hasil ujicoba adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Wawancara Hasil Ujicoba No. Aspek

Wawancara

Indikator No.

Item

I. Nilai praktis A. Kemudahan memahami panduan asesmen.

1 B. Kemudahan memahami prosedur

asesmen.

2 C. Kemudahan dalam mengolah data

hasil asesmen.

3 D. Kemudahan dalam menginterpretasi

data hasil asesmen.

4 II. Kebermanfaatan A. Kebermanfaatan hasil terhadap

penyusunan program dalam rangka intervensi.

5

B. Kebermanfaatan dalam menyusun profil anak.

6 III. Konten isi dari

asesmen

perilaku adaptif

A. Kesesuaian antara teori perilaku adaptif dengan instrumen asesmen perilaku adaptif yang dikembangkan


(3)

32

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman baik untuk desiminasi instrumen dan analisis hasil uji coba. Teknik analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 209-210) terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.


(4)

Daftar Pustaka

AAIDD. (2013). Definition of intellectual disability. (Online). Tersedia di: http://aaidd.org/intellectual-disability/definition#.VHY6QqJgdmo. Diakses 20 November 2014.

AAIDD. (2013). Definition of intellectual disability. (Online). Tersedia di:

http://aaidd.org/intellectual-disability/diagnostic-adaptive-behavior-scale#.U5XMl3bNIgM. 20 November 2014.

Alimin, Z. (2010a). Orientasi ulang pendidikan anak tunagrahita. Dalam Dharta Ranu Wijaya, dkk (Penyunting), Praktik-praktik terbaik pendidikan untuk semua: isu-isu pendidikan khusus di Indonesia dan Malaysia (hlm. 53-65). Bandung: Rizqi Press.

Alimin, Z. (2013b). Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam Astati, dkk (Penyunting), Pendidikan anak berkebutuhan khusus (hlm. 24-33). Bandung: PKh UPI. Aricak, O.T., and Oakland, T. (2010). Multigroup confirmatory factor analysis for

the teacher form, age 5 to 21, of the Adaptive Behaviour Assessment System-II. Sage Publication. Journal of Psychoeducational Assessment,28(6), hlm. 578-584.

Astati. (2013). Anak dengan Hambatan Perkembangan. Dalam Astati, dkk (Penyunting), Pendidikan anak berkebutuhan khusus (hlm. 89-106). Bandung: PKh UPI.

Berk, L.E. (2003). Child development. Boston: Pearson.

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahai Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Duffy and Borthwick, S.A. (2007). Adaptive Behavior. Dalam Jacobson, J.W.,

Mulick, J.A., and Rojahn, J. (Penyunting). Handbook of Intellectual and Developmental Disabilities. New York: Springer.

Gunzburg, H.C. (1975). Social Competence and Mental Handicap. London: Bailliere and Tindall.

Hassiontis, A., et al. (2011). Applied Behaviour Analysis and Standar Treatment in Intellectual Disability: 2-years outcomes. British Journal of Psychiatry 198, hlm. 490-491.

Johnsen, B.H. (2004). Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Individual. Didi Tarsidi (Penyunting). Pendidikan kebutuhan khusus, sebuah pengantar (hlm. 287-341). Bandung: SPs UPI.


(5)

177

Kemenpan. (2011). Peraturan menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak republik Indonesia nomor 10 tahun 2011 tentang kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus. Tersedia di:

http://www.kemenpppa.go.id/v3/index.php/peraturan-perundang- undangan/peraturan-menteri?download=66%3Apermen-no-10-th-2011-ttg-kebijakan-penanganan-abk-. Diakses 20 November 2014.

Kirk, S. et al. (2009). Educating exceptional children. New York: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.

Monks, F.J. & Knoers, A.M.P. (2006). Psikologi perkembangan, pengantar dalam berbagai bagian. Siti Rahayu Haditono (Penyunting). Yogyakarta: UGM Press.

Overton, T. (2012). Assessing learners with special needs. Boston: Pearson. Purwandari. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY.

Russell, P.S.S., et al. (2004). Family intervention and acquisition of adaptive behaviour among intellectual disable children. Sage Publication. Journal of Learning Disabilities, 8(4), hlm. 383-395.

Suntrok, J.W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Smith, D.D., & Tyler, N.C. (2010). Introduction to special education. Canada: Pearson.

Smith, M.B., Ittenbach, R.F., Patton, J.R. (2002). Mental retardation. Ohio: Merrill Prentice Hall.

Soendari, T. (2011). Model bimbingan dan konseling kolaboratif dalam pengembangan perilaku adaptif anak intellectual disability ringan di sekolah dasar. Disertasi. Sekolah Pascasarjana: UPI.

Soendari, T. & Nani, E. (2011). Asesmen dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Bandung: Amanah Offset.

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Tasse´, M.J., et al. (2012). The construc of adaptive behavior: Its conceptualizon, measurement, and use in the field of intellectual disability. AAIDD. American Journal on Intellectual and Developmental Disabilities, 117 (4), hlm. 291-303.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Depok: Rajagrafindo Persada.


(6)

Vygotsky, L.S. (1978). Mindin Society, The Development of Higher Psychological Processes. USA: President and Fellowsof Harvard College.