Dampak Kenaikan Titer Anthrax Protective Antigen (PA) IgG ELISA terhadap Manifestasi Klinis pada Orang yang Terpapar Antraks.

(B. Kesehatan)

Dampak Kenaikan Titer Anthrax Protective Antigen (PA) IgG ELISA
terhadap Manifestasi Klinis pada Orang yang Terpapar Antraks
Harioputro, Dhani Redhono; Dirgahayu, Paramasari
Fakultas Kedokteran UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Fundamental, 2012
Penyakit antraks adalah salah satu infeksi zoonosis yang menyerang pada hewan
ternak terutama sapi, kambing, kerbau, domba, kuda, babi dan burung unta. Infeksi
ini dapat ditularkan ke manusia melalui kontak dengan hewan yang telah terinfeksi.
Beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada manusia dapat berupa antraks kulit,
antraks inhalasi, dan antraks gastrointestinal. Kejadian luar biasa pernah terjadi di
Indonesia. Epidemiologi antraks sering terjadi pada daerah tropis dimana kejadian
terakhir di Inodesia pada tahun 1992 di Boyolali, saat itu tercatat 25 orang
dinyatakan positif terjangkit antraks, 18 orang diantaranya meninggal. Pada tahun
2011 terjadi wabah antraks di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui titer anthrax protective antigen ( PA ) Ig G
ELISA pada orang yang terpapar antraks dan berapa lama titer tersebut ada dalam
tubuh dengan menggunakan metode ELISA dan hubungannya dengan manifestasi
klinis. Penelitian ini merupakan kohort prospektif pada penelitian adalah orang yang
terpapar antraks di daerah endemi antraks, yaitu di Kabupaten Boyolali dan Sragen,
Jawa Tengah.

Hasil penelitian ini didapatkan responden sebanyak 103 orang dengan riwayat
kontak dengan hewan yang menderita antraks. Jumlah responden dengan sebaran
umur tertinggi adalah pada 31 sampai 40 tahun sebanyak 42 %, dan jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan, yaitu 57,7 %, tingkat pendidikan terbanyak adalah
lulus SD 74 %. Empat puluh empat persen bekerja sebagai ibu rumah tangga. Faktor
risiko terbanyak adalah kontak langsung dan mengkomsumsi daging hewan
sebanyak 34,6%. Hasil pemeriksaan Ig G antibodi serum menunjukkan 50% negatif,
15,4 borderline dan 34,6% positif.
Manifestasi klinis yang terjadi pada kulit sebanyak 13,5 % , yaitu adanya eschar
pada semua responden dan 92,8% menunjukkan Ig G positif. Sedangkan 86,5%
tidak menunjukkan adanya tanda klinis antraks, dari jumlah tersebut 25,5% dengan
Ig G positif, 16,6% menunjukkan borderline dan 57,7% negatif dengan p 0,00 ( p <
0,01 )
Berdasarkan hasil tersebut, terbukti adanya hubungan yang bermakna antara titer
anthrax protective antigen (PA) Ig G ELISA dengan manifestasi klinis pada orang
yang terpapar antraks, yang ditandai dengan diterimanya hipotesis minor :
1. Ada peningkatan titer anthrax protective antigen (PA) Ig G ELISA pada orang
yang terpapar antraks.
2. Ada peningkatan titer anthrax protective antigen (PA) Ig G ELISA pada
penderita dengan manifestasi kulit.

3. Ada hubungan antara titer anthrax protective antigen (PA) Ig G ELISA dengan
manifestasi kulit pada orang yang terpapar antraks.

Untuk mengetahui berapa lama titer tersebut ada di dalam darah orang yang
terpapar antraks, diperlukan penelitian lanjutan.