POLA HUBUNGAN KARAKTERISTIK WILAYAH, PERSEPSI INDIVIDU, DAN PERILAKU MITIGASI GEMPABUMI DI KABUPATEN BANTUL DIY.

Dr. Suryanto, S.E., M.Si. Lahir di Yogyakarta, 22 Januari 1975. Pria yang
memiliki NIP 197501222008121002 adalah staf pengajar
di Fakultas
Ekonomi UNS. Riwayat pendidikan tinggi yang berhasil diselesaikannya
adalah tahun 1998 lulus sarjana (S-1) dari Universitas Gadjah Mada untuk
bidang ilmu: Ilmu Ekonomi, tahun 2004 lulus Magister (S-2) dari Universitas
Gadjah
Mada
untuk
bidang ilmu: Ilmu Ekonomi, dan berhasil meraih gelar Doktor
(S-3) dari
Universitas Gadjah Mada untuk bidang ilmu: Ilmu Lingkungan pada tahun
2011. Judul dan ringkasan Disertasi disajikan dalam 2 (dua) versi bahasa
Indonesia dan English sebagai berikut.
POLA HUBUNGAN KARAKTERISTIK WILAYAH, PERSEPSI INDIVIDU, DAN
PERILAKU MITIGASI GEMPABUMI DI KABUPATEN BANTUL DIY. Analisis
Sistem Informasi Geografi dan Valuasi Ekonomi. Tujuan Penelitian ini adalah
mengetahui pola hubungan karakteristik wilayah, persepsi individu, dan perilaku
mitigasi penting untuk diketahui dalam rangka manajemen risiko bencana.
Identifikasi wilayah dengan tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas masyarakat
tidak homogen menjadikan penelitian ini perlu untuk dilakukan. Manfaat yang

dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pemerintah dapat menentukan kebijakan
yang dapat mendukung terciptanya manajemen risiko bencana yang berbasis pada
masyarakat dengan mengalokasian anggaran yang dimiliki.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan alat
analisis regresi berganda dan regresi logistik. Pemetaan wilayah-wilayah
berdasarkan kerawanan dilakukan dengan alat Sistem Informasi Geografis (SIG).
Jenis data yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder, data primer
diperoleh melalui distribusi kepada responden sebanyak 395. Metode pengambilan
sampel menggunakan multistage cluster sampling berdasarkan kategori tingkat
kerawanan wilayah. Kontribusi teori adalah menginvestigasi perilaku mitigasi di
Kabupaten bantul sesuai dengan teori utilitas harapan. Kontribusi empirik
penelitian ini adalah penggunakan valuasi ekonomi untuk keamanan yang
dihubungkan dengan karakteristik wilayah, persepsi individu, dan kesediaan untuk
mitigasi. Selain teori dan empirik, secara praktis penelitian ini untuk
mengidentifikasi hambatan utama dalam manajemen risiko bencana.
Berdasarkan tujuan penelitian kesatu diketahui bahwa wilayah yang berada di
dataran rendah aluvial lebih rentan terhadap risiko gempabumi. Di wilayahwilayah tersebut cenderung padat penduduk dan padat pemukiman karena lahan
yang subur. Dari hasil analisis regresi berganda dapat disimpulkan bahwa: variabel
tingkat pendidikan, derajat penolakan risiko, kepercayaan terhadap rumah tahan
gempabumi, kemampuan kontrol, tingkat pendapatan, dan variabel perbedaan

tingkat kerawanan wilayah (dummy) berpengaruh positif signifikan terhadap WTP
mitigasi. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa persepsi terhadap peran
pemerintah pusat berpengaruh negatif terhadap WTP mitigasi. Berdasarkan output
regresi logistik dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, risk averse,
kepercayaan terhadap rumah tahan gempabumi, dan persepsi terhadap peran
pemerintah pusat dan daerah dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas
kerawanan suatu wilayah. [Kata kunci: bencana, valuasi ekonomi, mitigasi,
persepsi, risiko].
PATTERN RELATIONSHIP OF AREA CHARACTERISTICS, INDIVIDUAL
PERCEPTION, AND EARTHQUAKE MITIGATION BEHAVIOR IN BANTUL

REGENCY, DIY. Geographical Information System Analyses and Economic
Valuation. This research aim to explore the pattern of relationship among regional
characteristics, individual perception and mitigation behaviour. This research was
important to be investigated to develop disaster risk management. The previous
researches have investigated relationship between regional characteristic and
individual perception. Others investigated the influence of individual perception
towards mitigation behaviour. The empirical studies conducted gave two different
contending groups. The first group argued that people tended to be aware towards
disaster while other groups were disagreed with the arguments. This research

tried to investigate the relationship pattern of three components. The advantage of
this research is the government either central and local may decide policy that
support disaster risk management based on community by allocating their budget.
The research will enrich many previous researches that have ever been conducted.
The research used quantitative method, in particular multiple and logistic
regression analysis. The regional mapping by hazard level was conducted by
Geographical Information System (GIS). Data used in this research were primary
and secondary data. Primary data were obtained by distributing questionnaire to
some respondents. Sample amounts used were 395 respondents. The research
theoretical contribution was to investigate behaviour mitigation according to the
expected utility theory. The research empirical contribution was to economic
valuation method used towards safety and efforts to link regional characteristics,
individual perception and also their willingness to conduct mitigation. The
research practical contribution was to identify key obstacles in disaster risk
management.
Based on first goal of the research, the region located in the alluvial plains more
vulnerable to earthquake risk. In those areas tend to be densely populated and
settlements because most of the land are fertile. Multiple regression analysis found
that: educational level, risk averse degree, trust towards earthquake-resistant
building, control ability, income level, hazard area affected to WTP mitigation

positively. This research found that perception toward central governmental roles
variable not affected WTP mitigation positively. Logistic regression model
suggested that educational level, risk averse, trust toward earthquake-resistant
building, and perception towards central and local governmental roles could be
used to predict hazard area probabilities in a region. [Keywords: disaster, risk
perception, economic valuation, mitigation].