Pengangkatan Anak dari Keluarga Semenda Tanpa Penetapan Pengadilan ditinjau dari Hukum Adat dan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
PENGANGKATAN
ANAK
DARI
KELUARGA SEMENDA
TANPA
PENETAPAN PENGADILAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT DAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG
aaaaaaaaaaaaPELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK
Alya Hapsari Nuraini
110110120080
ABSTRAK
Setiap anak memiliki hak atas status dan kedudukan di dalam
keluarganya, termasuk juga anak angkat yang berhak untuk
mendapatkan status dan kedudukan dalam keluarga angkatnya.
Kenyataannya, masih banyak pengangkatan anak di Indonesia yang
dilakukan terhadap anggota kerabat tanpa adanya penetapan
pengadilan, sehingga akan menimbulkan suatu permasalahan
mengenai keabsahan dan status serta kedudukan anak tersebut dalam
lingkungan keluarga angkatnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui keabsahan pengangkatan anak yang dilakukan
tanpa adanya penetapan pengadilan serta kedudukan anak angkat
tersebut dalam lingkungan keluarga angkatnya sebagai akibat dari
pengangkatan anak tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode yuridis normatif, dengan minitikberatkan pada
penelitian kepustakaan ditambah dengan penelitian lapangan yang
hasilnya dengan metode kualitatif normatif. Metode penelitian yang
digunakan yaitu deskriptif analitis yaitu memberikan gambaran
menyeluruh dan sistematis mengenai cara-cara pengangkatan anak di
Indonesia yang kemudian dihubungkan dengan permasalahanpermasalahan pengangkatan anak yang terjadi saat ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengangkatan anak tanpa
adanya penetapan pengadilan merupakan pengangkatan anak yang
sah apabila tata caranya dilakukan berdasarkan adat kebiasaan yang
berlaku dalam suatu masyarakat adat. Berdasarkan Pasal 9 PP
Pengangkatan Anak, pengangkatan anak yang dilakukan berdasarkan
adat kebiasaan dapat dimohonkan penetapan pengadilan, tetapi tidak
mengharuskan dilakukannya permohonan tersebut. Dari pengangkatan
anak yang dilakukan secara sah akan timbul suatu akibat hukum
berupa kedudukan anak angkat dalam keluarga orang tua angkat dan
orang tua kandung, salah satunya adalah sebagai ahli waris dari orang
tua angkat dan orang tua kandungnya yang pada Adat Jawa dikenal
dengan istilah “ngangsu sumur loro”.
iv
A CHILD ADOPTION TOWARDS FAMILY MEMBER RELATED BY
MARRIAGE WITHOUT JUDICIAL DECISION BASED ON ADAT LAW
AND PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG
aaaaaaaaaaPELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK
Alya Hapsari Nuraini
110110120080
ABSTRACT
Every child has the right of their status and position in family,
including adopted children who also have the right to get their status
and position in their foster family. In reality, there are still so many
adoptions in Indonesia being done towards their family without judicial
decision, which in the future not only will cause a problem about the
validity and status, but also the position of the adopted children in the
foster family. This study has its aim to find out the validity of this kind of
adoption and also to find out the position of the children in both foster
and biological family after the adoption is being done as the effect of
the adoption.
The method being used in this study is normative which
prioritize to library research and field research and being analyze using
qualitative normative method. The research specification of this study
is descriptive which describe thoroughly and systematic about the
procedure of adoption in Indonesia and will be linked to the issues of
adoptions that happened in this era.
The result of the study shows that an adoption without judicial
decision is legal if the procedure of the adoption is corresponding to
the adat Law. Based on art. 9 PP Pengangkatan Anak, a child adoption
could be done by adat Law and could be applied for a judicial decision,
but this application is not a must. The effect of a legal adoption is the
position of the adopted children in their foster family and their biological
family, including the position as the heirs of their foster family and
biological family which in Adat Jawa this term known as “ngangsu
sumur loro”.
v
ANAK
DARI
KELUARGA SEMENDA
TANPA
PENETAPAN PENGADILAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT DAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG
aaaaaaaaaaaaPELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK
Alya Hapsari Nuraini
110110120080
ABSTRAK
Setiap anak memiliki hak atas status dan kedudukan di dalam
keluarganya, termasuk juga anak angkat yang berhak untuk
mendapatkan status dan kedudukan dalam keluarga angkatnya.
Kenyataannya, masih banyak pengangkatan anak di Indonesia yang
dilakukan terhadap anggota kerabat tanpa adanya penetapan
pengadilan, sehingga akan menimbulkan suatu permasalahan
mengenai keabsahan dan status serta kedudukan anak tersebut dalam
lingkungan keluarga angkatnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui keabsahan pengangkatan anak yang dilakukan
tanpa adanya penetapan pengadilan serta kedudukan anak angkat
tersebut dalam lingkungan keluarga angkatnya sebagai akibat dari
pengangkatan anak tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode yuridis normatif, dengan minitikberatkan pada
penelitian kepustakaan ditambah dengan penelitian lapangan yang
hasilnya dengan metode kualitatif normatif. Metode penelitian yang
digunakan yaitu deskriptif analitis yaitu memberikan gambaran
menyeluruh dan sistematis mengenai cara-cara pengangkatan anak di
Indonesia yang kemudian dihubungkan dengan permasalahanpermasalahan pengangkatan anak yang terjadi saat ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengangkatan anak tanpa
adanya penetapan pengadilan merupakan pengangkatan anak yang
sah apabila tata caranya dilakukan berdasarkan adat kebiasaan yang
berlaku dalam suatu masyarakat adat. Berdasarkan Pasal 9 PP
Pengangkatan Anak, pengangkatan anak yang dilakukan berdasarkan
adat kebiasaan dapat dimohonkan penetapan pengadilan, tetapi tidak
mengharuskan dilakukannya permohonan tersebut. Dari pengangkatan
anak yang dilakukan secara sah akan timbul suatu akibat hukum
berupa kedudukan anak angkat dalam keluarga orang tua angkat dan
orang tua kandung, salah satunya adalah sebagai ahli waris dari orang
tua angkat dan orang tua kandungnya yang pada Adat Jawa dikenal
dengan istilah “ngangsu sumur loro”.
iv
A CHILD ADOPTION TOWARDS FAMILY MEMBER RELATED BY
MARRIAGE WITHOUT JUDICIAL DECISION BASED ON ADAT LAW
AND PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG
aaaaaaaaaaPELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK
Alya Hapsari Nuraini
110110120080
ABSTRACT
Every child has the right of their status and position in family,
including adopted children who also have the right to get their status
and position in their foster family. In reality, there are still so many
adoptions in Indonesia being done towards their family without judicial
decision, which in the future not only will cause a problem about the
validity and status, but also the position of the adopted children in the
foster family. This study has its aim to find out the validity of this kind of
adoption and also to find out the position of the children in both foster
and biological family after the adoption is being done as the effect of
the adoption.
The method being used in this study is normative which
prioritize to library research and field research and being analyze using
qualitative normative method. The research specification of this study
is descriptive which describe thoroughly and systematic about the
procedure of adoption in Indonesia and will be linked to the issues of
adoptions that happened in this era.
The result of the study shows that an adoption without judicial
decision is legal if the procedure of the adoption is corresponding to
the adat Law. Based on art. 9 PP Pengangkatan Anak, a child adoption
could be done by adat Law and could be applied for a judicial decision,
but this application is not a must. The effect of a legal adoption is the
position of the adopted children in their foster family and their biological
family, including the position as the heirs of their foster family and
biological family which in Adat Jawa this term known as “ngangsu
sumur loro”.
v