Persoalan RI-Malaysia Atasi secara Akademis.

.'~
Su

.

'

' ':'

I
"

I

r

.'

~ 17

1


'\6

I"

'\'j'

I

.""

':,.'

2
18

.:-,
,

I


,.

;1
4
5
6
9 5,";,
020 5,1",
19
21

J~n.

.

0

Peb


0

Mar

0

'..'

PE El\RUMi
't:

.'J

"

I."..

I

M. I -:":

'--

I.

I

.'

..

.1 ._ ,__.

I

',J

l

'\':


L

'.'

~i'i

'.

I

',I

. t. r.',

.

i!:

._~
__"


o Sabtu

.

G])
0 K'~;' 0 Jum"

7
8
22R,bu 23

A,!:_~.2

9

Jun

10


24

0

25

Jul

12

26

0

'

c \1. .

I


0

13
27

Ags OSep

Minggu
14

28
OOkt

Persoalan RI-Malaysia
AtasisecaraAkademis
[BANDUNG] Ketua Eminent Persons Group Indonesia-Malaysia Jenderal (Pum)
Try Sutrisno mengatakan,
setiap dinamika yang terjadi
dalam hubungan Indonesia
dan Malaysia sebaiknya tidak ditanggapi dengan emosi. Permasalahan yang muncuI bisa dibahas dan dicari

solusinya lewat pendekatan
akademis.
"Indonesia dan Malaysia
memiliki modal kuat untuk
hidup berdarnpingan sebagai
negara yang serumpun. Modal itu adalah jalur sejarah,
budaya, dan bahasa. Makanya perlu ada transformasi
budaya yang diharapkan dapat menghasilkan peradaban
besar bagi kedua negara,"
kata Try Sutrisno saat menjadi pembicara kunci dalam
Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia XI di Bandung, Selasa (10/11).
Terkait dengan dinamika
hubungan Malaysia dan Indonesia itu, Naib Canselor
(Rektor) Universiti Kebangsaan ,MalaysiaSharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin
mengatakan, setiap masalah
bisa diselesaikan asal dibicarakan dengan kepala dingin.
Menurutnya, secara geopolitik, keberadaan Malaysia

I\I.P'"9


Humas

dan Indonesia menjadi sangat penting di dunia. Kedua
negara juga memiliki keberagarnan hayati yang sangat
banyak jumlahnya. Belum
lagi populasi penduduknya
yang mencapai ratusan juta
jiwa. "Seharusnya ini bisa jadi awal kerja sarnauntuk mengembangkan dan memperkaya khazanah budaya yang
ada. Kalau saling klaim, tidak akan menyelesaikan masalah," katanya.
Sharifah memberi contoh
upacara pelantikan raja di
Negeri Sembilan, Malaysia
yang menggunakan tradisi
dari daerah Pagar Ruyung.
Hal itu sudah berlangsung
dan terus dipelihara sejak
450 tahun lalu. "Yang saya
penasaran itu, apakah tradisi
yang sarna masih tetap ada
dan lestari di Pagar Ruyung?" ungkapnya.

Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Padjadjaran
Ganjar Kumia mengatakan,
'klaim budaya pada bagianbagian tertentu akan menjadi
masalah pelik. Namun, dia
mengajak semua pihak untuk
melihatnya dari sisi sejarah
serta pergerakan atau migrasi
orang-orang yang tadinya di
Indonesia ke wilayah Malaysia. [153]

lJnpad

J.UUY

15
29
.Nav

16
30
ODes

31