Studi Deskriptif Mengenai Chinese Values pada Siswa-siswi Keturunan Tionghoa Kelas 3 SMP "X" di Bandung.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran derajat kepentingan Chinese values pada siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode survei. Variabel dari penelitian ini adalah Chinese values yang ditinjau dari teori Chinese values dari Michael Harris Bond, yang didasarkan pada teori values dari Rokeach. Sampel penelitian ini adalah 222 orang siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung, yang salah satu atau kedua orangtuanya adalah orang keturunan Tionghoa. Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi Chinese Values Survey (CVS) yang disusun oleh Michael Harris Bond.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut; terdapat 72.5% dari ke-40 Chinese values yang dianggap sangat penting dan penting oleh siswa-siswi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Chinese values yang dimiliki oleh siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” masih cukup kuat. Lima Chinese values yang berada pada urutan tertinggi adalah menghargai persahabatan; berbakti kepada orang tua; menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita; mempunyai sopan santun/tata karma; serta dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan Chinese values tersebut sejalan dengan Sundanese values, dan Christian values. Sedangkan lima Chinese values yang berada pada urutan terendah konservatif/memegang teguh tradisi Tionghoa; melakukan ritual sesuai tradisi Tionghoa; menata hubungan berdasarkan status; merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari kebudayaan lain; serta membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan. Hal ini menunjukkan tidak sejalannya Chinese values tersebut dengan Sundanese values dan Christian values.
Saran yang diajukan adalah untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan sampel pada usia yang berbeda; meneliti sampel yang mendapat pengaruh dari budaya lain di tanah air; atau membandingkan Chinese values pada dua generasi yang berbeda. Memberikan informasi kepada siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung mengenai gambaran Chinese values yang mereka miliki, agar mereka dapat lebih memahami dirinya, dan membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya.
Memberi informasi kepada pihak sekolah mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa di sekolahnya, agar pihak sekolah dapat lebih memahami perilaku siswa-siswinya dan dapat dijadikan referensi dalam penanaman values pada diri siswa-siswi. Menyumbangkan informasi bagi orang tua siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki oleh anak mereka, agar para orang tua dapat membantu siswa-siswi dalam mengintegrasikan Chinese values yang mereka miliki dengan values lain yang ada di masyarakat.
(2)
DAFTAR ISI
Lembar Judul Lembar Pengesahan
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR SKEMA...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah...1
1.2.Identifikasi Masalah...9
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian...9
1.4.Kegunaan Penelitian...10
1.5.Kerangka Pemikiran...11
1.6.Asumsi...20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Masyarakat Tionghoa di Indonesia...21
(3)
2.1.3.Era Pemerintahan B.J. Habibie...24
2.1.4.Era Pemerintahan K.H. Abdurahman Wahid ...25
2.1.5 Era Pemerintahan Megawati Soekarno Putri...25
2.2.Budaya Tionghoa...26
2.2.1.Upacara-upacara Tradisi Tionghoa...26
2.2.2.Ajaran Dalam Masyarakat Tionghoa...35
2.2.3.Beberapa Persamaan Antara Ajaran Taoisme dan Agama Kristen...40
2.2.4.Nilai-nilai Familiisme Etnis Tionghoa...44
2.2.5.Streotipe Tentang Keturunan Tionghoa di Indonesia...46
2.3.Budaya Sunda...47
2.3.1.Adat Kehamilan dan Kelahiran...47
2.3.2.Adat Pengajaran...48
2.3.3.Adat Menikah...52
2.3.4.Adat Kematian...52
2.4.Values…...53
2.4.1.Definisi Value Menurut Rokeach...….53
2.4.2.Jumlah dari Values…...59
2.4.3.Sentralitas dari Values...60
2.4.4.Perbedaan Antara Terminal dan Instrumental Values...61
(4)
2.4.6.Values dan Konsep-konsep Lain...65
2.4.7.Anteseden dan Konsekuensi dari Values...68
2.4.8.Rangkuman...70
2.5.Chinese values...70
2.6.Christian Values...72
2.6.1.Pengaruh Injil Terhadap Budaya...72
2.6.2.Ajaran Kristen...73
2.6.2.1.Sepuluh Perintah Allah...73
2.6.2.2.Ayat-ayat Lainnya...74
2.7 Proses Transmisi Budaya...77
2.7.1.Akulturasi...77
2.7.2.Enkulturasi dan Sosialisasi...78
2.8.Perkembangan Remaja Awal...80
2.8.1.Definisi Remaja...80
2.8.2.Perkembangan Kognitif...80
2.8.2.1.Pemikiran Operasional Formal...80
2.8.2.2.Kognisi Sosial...83
2.8.2.3.Pengambilan Keputusan...84
2.8.3.Konteks Perkembangan Masa Remaja...85
(5)
2.8.3.2.Teman Sebaya dan Persahabatan...87
2.8.4.Remaja dan etnisitas...90
2.8.5.Nilai dan Agama bagi Remaja...90
2.8.6.Televisi dan Media Lain...91
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian...93
3.2.Skema Rancangan Penelitian...93
3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...94
3.3.1. Variabel Penelitian………...94
3.3.2. Definisi Operasional………94
3.4.Alat Ukur...96
3.4.1.Kuesioner...96
3.4.2.Prosedur Pengisian...96
3.4.3.Sistem Penilaian...97
3.4.4.Data Pribadi dan Data Penunjang...98
3.4.5.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...98
3.5.Populasi Penelitian...98
3.5.1.Populasi Sasaran...98
3.5.2. Karakteristik Subjek Penelitian...98
(6)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Responden...100
4.2.Hasil Penelitian...101
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian...104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan...119
5.2.Saran...120
DAFTAR PUSTAKA...122
DAFTAR RUJUKAN...124 LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tabel Penilaian Alternatif Jawaban………..………97
Tabel 3.2. Kategori Skor Chinese values...97
Tabel 4.1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian……...100
Tabel 4.2. Agama Subjek Penelitian….………...100
Tabel 4.3. Suku Bangsa Subjek Penelitian…...101
(8)
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Kerangka Pikir...19 Skema 3.1 Rancangan Penelitian...93
(9)
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Pribadi
Lampiran 2 Alat Ukur: Modifikasi CVS (Chinese Values Survey)
Lampiran 3 Data Penunjang
Lampiran 4 Output Frekuensi Data Utama (CVS)
Lampiran 5 Output Frekuensi Data Pribadi
(10)
LAMPIRAN 1
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, maka disusun suatu penelitian sebagai tugas akhir. Adapun judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Chinese Values Pada Siswa-Siswi Keturunan Tionghoa Kelas 3 SMP “X” di Bandung.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Saudara dimohon kesediaanya untuk mengisi koesioner. Data yang diperoleh nantinya sangat berguna bagi penelitian yang akan dilakukan. Saudara diharapkan mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya, sesuai dengan keadaan saudara saat ini. Saudara tidak perlu khawatir atau takut karena kerahasiaan data Saudara akan dijaga.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan dan bantuan Saudara.
Hormat saya,
(11)
Data Pribadi
1. Jenis kelamin :
2. Marga :
3. Agama
a. Saya :
b. Ayah :
c. Ibu :
3. Suku Bangsa
a. Saya : Tionghoa / Sunda / Jawa / ... b. Ayah : Tionghoa / Sunda / Jawa / ... c. Ibu : Tionghoa / Sunda / Jawa / ... 4. Pekerjaan (lingkarilah jawaban yang sesuai)
a. Ayah : wiraswasta / pegawai swasta / pegawai negeri / ... b. Ibu : wiraswasta / pegawai swasta / pegawai negeri / ...
Untuk pertanyaan di bawah ini, Saudara diharapkan memilih jawaban yang sesuai dengan diri Saudara. Pilihlah jawaban yang saudara rasakan sesuai dengan diri Saudara. Selamat mengerjakan.
1. Saya menganggap ... sebagai tanah air saya a. Tiongkok (RRC)
(12)
2. Saya dapat berbicara menggunakan bahasa Mandarin sejak usia...
a. 0-5 tahun c. 11-15 tahun
b. 6-10 tahun d. Tidak bisa sama sekali
3. Saya dapat menulis aksara dalam bahasa Mandarin sejak usia...
a. 0-5 tahun c. 11-15 tahun
b. 6-10 tahun d. Tidak bisa sama sekali
4. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai yang paling berpengaruh bagi saya adalah nilai yang berasal dari... (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Budaya Tiongkok b. Budaya Sunda c. Budaya Barat
d. Agama, yaitu agama... e. ...
5. Menurut saya, orang tua saya…....
a. Masih memegang kuat budaya Tionghoa
b. Budaya yang dipegang sudah bercampur dengan budaya lain, yaitu budaya...
6. Sejak kecil nilai budaya yang ditanamkan oleh orang tua saya adalah... a. Budaya Tionghoa c. ...
b. Budaya Sunda
7. Saat berkomunikasi dengan orang tua, saya menggunakan... a. Bahasa Mandarin c. ...
(13)
8. Saat berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya (kakek, nenek, paman, bibi), saya sering menggunakan...
a. Bahasa Mandarin b. Bahasa Indonesia c. ………...
9. Tetangga di sekeliling saya kebanyakan adalah... a. Orang Tionghoa
b. Orang Indonesia
10. Saat berkomunikasi dengan tetangga, saya menggunakan... a. Bahasa Mandarin
b. Bahasa Indonesia c. ………...
11. Kebanyakan teman saya adalah... a. Orang Tionghoa
b. Orang Indonesia
12. Saat berkomunikasi dengan teman, saya sering menggunakan... a. Bahasa Mandarin
b. Bahasa Indonesia c. ...
13. Saya senang membaca berita / menonton siaran televisi yang berkaitan dengan negara ...
a. Tiongkok beserta budayanya c. Negara Barat beserta budayanya b. Indonesia beserta budayanya d. ...
(14)
14. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh orang yang lebih tua (saudara, tetangga, dll) dari etnis Tionghoa terhadap Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
a. Memperkuat b. Memperlemah c. Tidak berpengaruh 15. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh orang yang lebih tua (tetangga,
saudara,dll) dari etnis Sunda terhadap Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
a. Memperkuat b. Memperlemah c. Tidak berpengaruh 16. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh teman dari etnis Tionghoa terhadap
Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
a. Memperkuat b. Memperlemah c. Tidak berpengaruh 17. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh teman dari etnis Sunda terhadap
Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
(15)
LAMPIRAN 2
Koesioner Chinese Values
Di bawah ini terdapat daftar nilai-nilai budaya Tionghoa. Silahkan Saudara isi seberapa penting nilai-nilai tersebut bagi saudara, dengan memberi tanda silang (x) pada kotak di bawah ini, dimana :
TP = tidak penting KP = kurang penting CP = cukup penting P = penting
SP = sangat penting
Jawablah setiap pernyataan dan periksalah kembali, jangan sampai ada yang terlewati.
Semua jawaban Saudara adalah benar dan tidak ada yang salah, selama hal tersebut memang menggambarkan diri saudara saat ini.
Jawaban yang Saudara berikan sangat berarti bagi penelitian ini. Selamat mengerjakan.
No Nilai TP KP CP P SP
1 Patuh, hormat terhadap orang tua 2 Bekerja keras
3 Bertoleransi terhadap orang lain 4 Hidup rukun dengan orang lain
(16)
No Nilai TP KP CP P SP 5 Rendah hati, tidak sombong
6 Patuh kepada orang tua, guru
7 Melakukan ritual (upacara-upacara) sesuai adat / kebiasaan turun-temurun dalam budaya Tionghoa 8 Membalas bila diberi salam,
pertolongan atau hadiah oleh orang lain
9 Baik hati dan memaafkan 10 Pengetahuan, pendidikan tinggi 11 Mempunyai rasa senasib dengan
orang lain
12 Mengambil jalan tengah (memilih cara untuk berdamai dalam menyelesaikan masalah)
13 Pengendalian diri
14 Menata hubungan berdasarkan status, dari yang tinggi sampai ke yang rendah
15 Memiliki hati, pikiran, dan perbuatan yang baik
(17)
No Nilai TP KP CP P SP 16 Baik hati, namun tetap bersikap
tegas bila diperlukan
17 Tidak mementingkan persaingan dengan orang lain
18 Tenang, tidak mudah panik 19 Jujur, tidak korupsi / menipu
20 Cinta kepada tanah air, bersikap patriotik
21 Kesungguhan, tulus hati
22 Tidak mengejar kepentingan materiil
23 Hemat
24 Tabah, ulet, mempunyai daya tahan 25 Sabar
26 Membalas kebaikan dengan
kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan
27 Merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari kebudayaan lain
28 Menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar
29 Berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan
(18)
No Nilai TP KP CP P SP 30 Dapat dipercaya
31 Tahu malu
32 Mempunyai sopan santun/tata krama.
33 Puas dengan keadaan yang dimiliki sekarang
34 Memegang teguh adat/kebiasaan turun-temurun dalam budaya Tionghoa
35 Ingin menimbulkan kesan baik 36 Menghargai persahabatan
37 Menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita.
38 Tidak mempunyai keinginan / permintaan yang berlebihan
39 Menghormati adat/kebiasaan turun-temurun dalam budaya Tionghoa 40 Kekayaan
(19)
LAMPIRAN 3
Data Penunjang
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan budaya dan beberapa pilihan jawaban. Pilihlah salah satu dari pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara pada saat ini. Cara menjawabnya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia.
Contoh :
1. Pakaian yang saya pakai : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Selamat mengerjakan
1. Pakaian yang saya pakai : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
2. Kecepatan saya dalam melakukan suatu pekerjaan sehari-hari : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
(20)
3. Pengetahuan umum (tentang bentuk pemerintahan, sejarah umum, tempat terkenal, binatang khas dll) yang saya miliki :
Tahu lebih banyak tentang
Indonesia
Tahu tentang Indonesia maupun
Tiongkok (RRC) sama banyaknya
Tahu lebih banyak tentang
Tiongkok (RRC)
Tidak tahu sama sekali tentang Indonesia maupun
Tiongkok
4. Makanan yang saya makan : Lebih sering
makanan Indonesia
Makanan Indonesia dan Tiongkok sama
seringnya
Lebih sering makanan Tiongkok
Makanan lain yang bukan berasal dari Indonesia maupun
Tiongkok
5. Standar hidup (layak / tidak layak hidup dengan materi yang dipunyai) saya : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
6. Kegiatan rekreasi yang saya lakukan : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
7. Panggilan kepada saudara dalam keluarga saya : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
(21)
8. Tempat tinggal saya (tinggal serumah / berdekatan dengan saudara) : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
9. Cara berkomunikasi saya : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
10. Aktivitas budaya (perayaan hari besar, upacara-upacara peringatan) yang saya lakukan:
Lebih mirip orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
11. Tata krama, sopan santun, dan kebiasaan sosial yang saya lakukan : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
12. Pembagian tugas dalam rumah tangga keluarga saya : Lebih mirip
orang Indonesia
Mirip orang Indonesia maupun
orang Tionghoa
Lebih mirip orang Tionghoa
Tidak mirip orang Indonesia maupun
(22)
LAMPIRAN 4
a. Output Frekuensi CVS Laki-laki SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE
Tabel 4.1a. Berbakti pada orang tua
1 1.0 6 6.3 27 28.1 62 64.6 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.2a. Bekerja keras
1 1.0 12 12.5 50 52.1 33 34.4 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.3a. Bertoleransi thd org lain
1 1.0 10 10.4 48 50.0 37 38.5 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.4a. Hidup rukun dgn org lain
1 1.0 6 6.3 43 44.8 46 47.9 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.5a. Rendah hati
17 17.7 38 39.6 41 42.7 96 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.6a. Patuh pada pihak otoritas
20 20.8 36 37.5 40 41.7 96 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.7a. Melakukan ritual Tionghoa
19 19.8 28 29.2 28 29.2 15 15.6 6 6.3 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.8a.TimbalBalik 3 3.1 18 18.8 46 47.9 29 30.2 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent
Tabel 4.9a. Baik hati
1 1.0 1 1.0 18 18.8 36 37.5 40 41.7 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.10a. Pengetahuan
1 1.0 12 12.5 40 41.7 43 44.8 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.11a. Solider
5 5.2 13 13.5 38 39.6 34 35.4 6 6.3 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.12a. Mengambil jalan tengah
1 1.0 4 4.2 20 20.8 42 43.8 29 30.2 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.13a. Pengendalian diri
6 6.3 36 37.5 54 56.3 96 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.14a. Menata hub - status
24 25.0 18 18.8 20 20.8 22 22.9 12 12.5 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.15a. Ht,pikiran,pbuatan baik
2 2.1 10 10.4 41 42.7 43 44.8 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.16a. kebaikan-ketegasan
16 16.7 50 52.1 30 31.3 96 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent
(23)
SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE
b. Output Frekuensi CVS Perempuan SHAPE
SHAPE SHAPE SHAPE
Tabel 4.17a. Tidak kompetitif
6 6.3 15 15.6 41 42.7 27 28.1 7 7.3 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.18a. Tng, tdk mudah panik
2 2.1 13 13.5 34 35.4 47 49.0 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.19a. Jujur, tdk korupsi
1 1.0 2 2.1 13 13.5 30 31.3 50 52.1 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.20a. Cinta tanah air
6 6.3 22 22.9 32 33.3 21 21.9 15 15.6 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.21a. Kesungguhan
2 2.1 12 12.5 48 50.0 34 35.4 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.22a. Tdk mengejar materi
7 7.3 11 11.5 36 37.5 28 29.2 14 14.6 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.23a. Hemat
1 1.0 2 2.1 10 10.4 48 50.0 35 36.5 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.24a. Tabah, ulet
1 1.0 17 17.7 39 40.6 39 40.6 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.25a. Sabar
1 1.0 1 1.0 8 8.3 43 44.8 43 44.8 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.26a. Membalas budi-dendam
29 30.2 30 31.3 21 21.9 11 11.5 5 5.2 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.27a. Superioriti kebud
25 26.0 32 33.3 27 28.1 9 9.4 3 3.1 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.28a. Menyesuaikan diri
2 2.1 15 15.6 49 51.0 30 31.3 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.29a. Berhati-hati
1 1.0 11 11.5 43 44.8 41 42.7 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.30a. Dapat dipercaya
1 1.0 3 3.1 44 45.8 48 50.0 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.31a. Tahu malu
1 1.0 10 10.4 46 47.9 39 40.6 96 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.32a. Mpyi sopan santun
5 5.2 34 35.4 57 59.4 96 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.33a. Puas dgn keadaan skg
6 6.3 15 15.6 28 29.2 39 40.6 8 8.3 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.34a. Pegang teguh tradisi
10 10.4 37 38.5 27 28.1 18 18.8 4 4.2 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.35a. Kesan Baik
1 1.0 24 25.0 26 27.1 30 31.3 15 15.6 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.36a. Persahabatan
6 6.3 28 29.2 62 64.6 96 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.37a. Keperawanan
1 1.0 1 1.0 15 15.6 26 27.1 53 55.2 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.38a. Tdk mpyi byk keinginan
6 6.3 10 10.4 42 43.8 36 37.5 2 2.1 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.39a. Menghormati tradisi
5 5.2 17 17.7 32 33.3 25 26.0 17 17.7 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.40a. Kekayaan
6 4.8 24 19.0 52 41.3 37 29.4 7 5.6 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 1.1b. Berbakti pada orang tua
2 1.6 25 19.8 99 78.6 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 2.2b. Bekerja keras
1 .8 1 .8 4 3.2 1 2 3 Frequency Percent Tabel 4.3b. Bertoleransi thd org lain
9 7.1
53 42.1
3 4
Frequency Percent Tabel 4.4b. Hidup rukun dgn org lain
4 3.2
3
(24)
(25)
SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE
Tabel 4.5b. Rendah hati
1 .8 6 4.8 44 34.9 75 59.5 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.6b. Patuh pada pihak otoritas
3 2.4 41 32.5 82 65.1 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent 20 15.9 35 27.8 40 31.7 22 17.5 9 7.1 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.8b.TimbalBalik 23 18.3 53 42.1 50 39.7 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.9b. Baik hati
7 5.6 43 34.1 76 60.3 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.10b. Pengetahuan
9 7.1 51 40.5 66 52.4 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.11b. Solider
3 2.4 15 11.9 52 41.3 42 33.3 14 11.1 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.12b. Mengambil jalan tengah
2 1.6 13 10.3 67 53.2 44 34.9 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.13b. Pengendalian diri
1 .8 11 8.7 40 31.7 74 58.7 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.14b. Menata hub - status
56 44.4 24 19.0 19 15.1 19 15.1 8 6.3 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.15b. Ht,pikiran,pbuatan baik
2 1.6 52 41.3 72 57.1 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.16b. kebaikan-ketegasan
1 .8 7 5.6 54 42.9 64 50.8 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.17b. Tidak kompetitif
6 4.8 14 11.1 46 36.5 43 34.1 17 13.5 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.18b. Tng, tdk mudah panik
1 .8 10 7.9 62 49.2 53 42.1 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.19b. Jujur, tdk korupsi
1 .8 5 4.0 36 28.6 84 66.7 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.20b. Cinta tanah air
4 3.2 16 12.7 49 38.9 46 36.5 11 8.7 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.21b. Kesungguhan
1 .8 6 4.8 64 50.8 55 43.7 126 100.0 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.22b. Tdk mengejar materi
4 3.2 6 4.8 41 32.5 47 37.3 28 22.2 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.23b. Hemat
17 13.5 50 39.7 59 46.8 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.24b. Tabah, ulet
1 .8 11 8.7 57 45.2 57 45.2 126 100.0 1 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.25b. Sabar
1 .8 11 8.7 46 36.5 68 54.0 126 100.0 1 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.26b. Membalas budi-dendam
46 36.5 40 31.7 19 15.1 16 12.7 5 4.0 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.27b. Superioriti kebud
34 27.0 35 27.8 27 21.4 22 17.5 8 6.3 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.28b. Menyesuaikan diri
18 14.3 60 47.6 48 38.1 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.29b. Berhati-hati
3 2.4 47 37.3 76 60.3 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.30b. Dapat dipercaya
4 3.2
44 34.9
3 4
Frequency Percent Tabel 4.31b. Tahu malu
7 5.6
3
Frequency Percent Tabel 4.32b. Mpyi sopan santun
Frequency Percent Tabel 4.7b. Melakukan ritual Tionghoa
(26)
SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE
Tabel 4.33b. Puas dgn keadaan skg
3 2.4 12 9.5 30 23.8 60 47.6 21 16.7 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.34b. Pegang teguh tradisi
20 15.9 38 30.2 41 32.5 18 14.3 9 7.1 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.35b. Kesan Baik
4 3.2 22 17.5 50 39.7 34 27.0 16 12.7 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.36b. Persahabatan
1 .8 26 20.6 99 78.6 126 100.0 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.37b. Keperawanan
8 6.3 118 93.7 126 100.0 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.38b. Tdk mpyi byk keinginan
4 3.2 16 12.7 66 52.4 35 27.8 5 4.0 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.39a. Menghormati tradisi
7 5.6 13 10.3 41 32.5 44 34.9 21 16.7 126 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent Tabel 4.40b. Kekayaan
4 4.2 15 15.6 36 37.5 21 21.9 20 20.8 96 100.0 1 2 3 4 5 Total Frequency Percent
(27)
Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 5
Output Frekuensi Data Pribadi
SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE
Tabel 5.1. Jenis kelamin
96 43.2 126 56.8 222 100.0 L P Total Frequency Percent Tabel 5.2. Marga
193 86.9 29 13.1 222 100.0 Tahu Tidak tahu Total Frequency Percent Tabel 5.3. Agama S
20 9.0 184 82.9 18 8.1 222 100.0 Budha Kristen Protestan Kristen Katolik Total Frequency Percent Tabel 5.4. Agama ayah
49 22.1 2 .9 150 67.6 21 9.5 222 100.0 Budha Kong Hu Cu Kristen Protestan Kristen Katolik Total
Frequency Percent Tabel 5.5. Agama ibu
37 16.7 1 .5 161 72.5 23 10.4 222 100.0 Budha Kong Hu Chu Kristen Protestan Kristen Katolik Total
Frequency Percent Tabel 5.6. Suku bangsa
210 94.6 5 2.3 4 1.8 2 .9 1 .5 222 100.0 Tionghoa Tionghoa-Sunda Tionghoa-Jawa Tionghoa-Menado Tionghoa-Amerika Total Frequency Percent Tabel 5.7. Suku bangsa ayah
218 98.2 1 .5 1 .5 1 .5 1 .5 222 100.0 Tionghoa Tionghoa-Jawa Sunda Jawa Menado Total Frequency Percent Tabel 5.8. Suku bangsa ibu
210 94.6 2 .9 1 .5 4 1.8 3 1.4 1 .5 1 .5 222 100.0 Tionghoa Tionghoa-Sunda Tionghoa-Perancis Sunda Jawa Menado Amerika Total Frequency Percent Tabel 5.9. Pekerjaan ayah
165 74.3 46 20.7 3 1.4 3 1.4 1 .5 1 .5 1 .5 1 .5 1 .5 222 100.0 Wiraswasta Pegawai swasta Pendeta Dokter Ahli akupuntur Arsitek Kontraktor
Pegawai tidak tetap Sdh meninggal Total
Frequency Percent Tabel 5.10. Pekerjaan ibu
127 57.2 66 29.7 19 8.6 7 3.2 2 .9 1 .5 222 100.0
Ibu rumah tangga Wiraswasta Pegawai swasta Guru Dokter Arsitek Total Frequency Percent Tabel 5.11. Tanah air
6 2.7
3 1.4
213 95.9
222 100.0
Tiongkok Ind & Tiongkok Ind
Total
Frequency Percent Tabel 5.12. Bicara Mandarin
51 23.0
11 5.0
30 13.5
130 58.6
222 100.0
Tdk bisa sama sekali 0-5 tahun
6-10 tahun 11-15 tahun Total
Frequency Percent Tabel 5.13. Menulis Mandarin
25 11.3
4 1.8
29 13.1
164 73.9
222 100.0
Tdk bisa sama sekali 0-5 tahun
6-10 tahun 11-15 tahun Total
Frequency Percent Tabel 5.14. Nilai yang paling berpengaruh
2 .9 105 47.3 31 14.0 1 .5 10 4.5 5 2.3 1 .5 11 5.0 4 1.8 28 12.6 19 8.6 5 2.3 222 100.0 Agama Budha Agama Kristen Bud Tionghoa
Bud Tionghoa, agama Budha Bud Tionghoa, agama Kristen Bud Tionghoa, Barat
Bud Tionghoa, Barat, agama Kristen Bud Tionghoa, Sunda
Bud Tionghoa, Sunda, agama Kristen Bud Sunda
Bud Sunda, agama Kristen Bud Barat
Total
Frequency Percent Tabel 5.15. Budaya yang dipegang orang tua
58 26.1 1 .5 114 51.4 5 2.3 1 .5 28 12.6 15 6.8 222 100.0 Tionghoa
Campur Bud Jawa Campur Bud Sunda Campur Bud Sunda, Jawa Campur Bud Sunda, Menado Campur Bud Sunda, Barat Campur Bud Barat Total
Frequency Percent Tabel 5.16. Budaya yg ditanamkan sejak kecil
79 35.6 65 29.3 50 22.5 4 1.8 21 9.5 3 1.4 222 100.0 Tionghoa Sunda
Campur Bud Sunda Campur Bud Sunda, Jawa Campur Bud Sunda, Barat Campur Bud Barat Total
Frequency Percent Tabel 5.17. Komunikasi degan orang tua
4 1.8 195 87.8 5 2.3 1 .5 11 5.0 1 .5 3 1.4 2 .9 222 100.0 Bhs Mandarin Bhs Ind
Bhs Ind & Sunda
Bhs Ind, Ing, Sunda , Mandarin Bhs Ind, Mandarin
Bhs Ind, Mandarin & Inggris Bhs Ind, Mandarin & Sunda Bhs Ind & Inggris
Total
Frequency Percent Tabel 5.18. Komunikasi dengan keluarga
203 91.4 8 3.6 7 3.2 2 .9 1 .5 1 .5 222 100.0 Bhs Ind Bhs Mandarin Bhs Ind, Mandarin Bhs Ind, Sunda
Bhs Ind, Mandarin & Sunda Bhs Ind & Belanda
Total
Frequency Percent Tabel 5.19. Tetangga kebanyakan
111 50.0
4 1.8
107 48.2
222 100.0
Org Tionghoa Org Tionghoa & Ind Org Ind
Total
Frequency Percent Tabel 5.20. Komunikasi dengan tetangga
217 97.7
5 2.3
222 100.0
Bhs Ind Bhs Ind, Sunda Total
Frequency Percent Tabel 5.21. Teman kebanyakan
204 91.9
2 .9
16 7.2
222 100.0
Org Tionghoa Org Tionghoa, Ind Org Ind
Total
Frequency Percent Tabel 5.22. Komunikasi dengan teman
219 98.6
3 1.4
222 100.0
Bhs Ind Bhs Ind, Sunda Total
Frequency Percent Tabel 5.23. Media massa
15 6.8 4 1.8 4 1.8 22 9.9 1 .5 1 .5 1 .5 1 .5 46 20.7 3 1.4 4 1.8 100 45.0 Bud Tionghoa Bud Tionghoa & Barat Bud Tionghoa , Ind Bud Tionghoa, Ind, Barat
Bud Tionghoa, Ind, Barat, Jepang Bud Tionghoa, Ind, Barat, Korea Bud Tionghoa, Jepang & Korea
Bud Tionghoa, Ind, Barat, Korea, Jepang Bud Ind
Bud Ind , Barat Bud Jepang Bud Barat
Frequency Percent Tabel 5.24. Pengaruh orang Tionghoa yg lebih tua
85 38.3 5 2.3 132 59.5 222 100.0 Memperkuat Memperlemah Tidak berpengaruh Total Frequency Percent Tabel 5.25. Pengaruh orang Sunda yg lebih tua
7 3.2 39 17.6 176 79.3 222 100.0 Memperkuat Memperlemah Tidak berpengaruh Total Frequency Percent Tabel 5.26. Pengaruh teman etnis Tionghoa
48 21.6 2 .9 172 77.5 222 100.0 Memperkuat Memperlemah Tidak berpengaruh Total Frequency Percent Tabel 5.27. Pengaruh teman etnis Sunda
4 1.8 23 10.4 195 87.8 222 100.0 Memperkuat Memperlemah Tidak berpengaruh Total Frequency Percent
(28)
LAMPIRAN 6
Output Frekuensi Acculturation Index
SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE SHAPE
Tabel 6.1. Pakaian
10 4.5 105 47.3 45 20.3 62 27.9 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.2. Kecepatan dalam melakukan sesuatu
58 26.1 106 47.7 36 16.2 22 9.9 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.3. Pengetahuan umum
2 .9
68 30.6
152 68.5
222 100.0
Lebih byk Tiongkok Tahu sama banyaknya Lebih byk Ind
Total
Frequency Percent Tabel 6.4. Makanan
37 16.7
150 67.6
27 12.2
8 3.6
222 100.0
Lebih sering Tiongkok Sama seringnya Lebih sering Ind Bukan keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.5. Standar hidup
73 32.9 106 47.7 26 11.7 17 7.7 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.6. Rekreasi
53 23.9 104 46.8 39 17.6 26 11.7 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.7. Panggilan dalam keluarga
177 79.7 32 14.4 10 4.5 3 1.4 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.8. Tempat tinggal
77 34.7 90 40.5 42 18.9 13 5.9 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.9. Cara komunikasi
36 16.2 74 33.3 106 47.7 6 2.7 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.10. Tata Krama
58 26.1 109 49.1 41 18.5 14 6.3 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
Frequency Percent Tabel 6.11. Pembagian tugas dalam keluarga
35 15.8 98 44.1 50 22.5 39 17.6 222 100.0 Lebih Tionghoa Mirip keduanya Lebih Ind
Tdk mirip keduanya Total
(29)
1
UNIVERSITAS
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika, bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Di antara berbagai suku bangsa tersebut, terdapat satu etnis minoritas yang cukup penting keberadaannya yaitu etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa di Indonesia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: (1) Golongan Tionghoa totok, adalah penduduk Indonesia yang terdiri dari para imigran abad ke-20 dan keturunan langsung mereka, yang sedikit berakulturasi dan lebih kuat berorientasi ke Tiongkok; (2) Tionghoa peranakan, adalah ‘penduduk Tionghoa yang berakar setempat’, yang baik orang tua maupun anak-anak mereka lahir di Indonesia sehingga orientasi mereka ke budaya Tiongkok telah jauh berkurang, bahkan pengaruh budaya Indonesia nyata sekali (Skinner, dalam Coppel, 1994: p.31).
Selain karena jumlahnya yang cukup banyak, orang keturunan Tionghoa di Indonesia juga terkenal dengan keahliannya sebagai pedagang dan cukup mendominasi kehidupan perekonomian di Indonesia. Walaupun demikian, orang keturunan Tionghoa belum mendapat pengakuan sepenuhnya sebagai warga negara Indonesia. Mereka masih sering dianggap sebagai bangsa lain oleh orang Indonesia asli dan masih banyak stereotipe negatif yang melekat pada diri mereka. Stereotipe-stereotipe negatif tersebut diantaranya menyatakan bahwa orang-orang keturunan Tionghoa senang hidup berkelompok dan membentuk komunitas
(30)
2
sendiri; sering menjauhkan diri dari pergaulan-pergaulan sosial di lingkungan tempat tinggal mereka maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; selalu berpegang teguh kepada kebudayaan leluhur serta hanya mementingkan uang, perdagangan, bisnis dan tidak bersungguh-sungguh memihak kepada Indonesia (Coppel, 1994: p.27). Stereotipe-stereotipe negatif tersebut tak jarang menimbulkan masalah bagi mereka.
Pada saat pemerintahan Presiden Soeharto atau yang dikenal dengan pemerintahan Orde Baru, kebudayaan Tionghoa di Indonesia ditekan. Pada waktu itu tiga pilar utama orang keturunan Tionghoa, yaitu sekolah, organisasi dan media massa ditutup. Sejak tahun 1966, sekolah-sekolah Tionghoa tidak boleh beroperasi dan penggunaan bahasa Mandarin ditekan oleh pemerintah. Walaupun pemerintah sempat mengijinkan dibukanya sekolah nasional khusus untuk anak-anak yang berasal dari Tiongkok, namun pada tahun 1975 sekolah tersebut ditutup. Pada waktu itu orang Tionghoa terpaksa pindah ke sekolah-sekolah negeri, maupun swasta dan harus mulai belajar bahasa Indonesia. Orang Tionghoa juga diharuskan untuk mengganti nama dengan nama Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh orang Tionghoa juga ditutup, mereka kemudian hanya diperbolehkan untuk menjadi anggota dari organisasi orang Indonesia asli yang mendominasi saat itu, seperti Golkar, PPP dan PDI. Tempat percetakan dan kantor yang menerbirkan surat kabar berbahasa Mandarin pun ditutup. Hanya ada satu kantor surat kabar yang masih aktif, itu pun dikelola dan diawasi oleh pemerintah (Suryadinata, 2004: p.2-3).
(31)
3
UNIVERSITAS
Orang keturunan Tionghoa harus menerima perlakuan tersebut selama kira-kira 32 tahun. Hal tersebut mengakibatkan sebagian besar orang keturunan Tionghoa tidak dapat membaca huruf Mandarin, maupun berbicara dalam bahasa Mandarin. Bahkan sebagian dari mereka ada yang kesulitan untuk mengerti percakapan dalam bahasa Mandarin. Dampak lain yang juga dirasakan adalah generasi muda Tionghoa kurang mengenal budayanya sendiri dan mengalami pergeseran nilai-nilai Tionghoa (Chinese values) yang ada pada diri mereka, dimana Chinese values yang mereka miliki menjadi lebih lemah dari generasi sebelumnya. Chinese values merupakan belief yang bertahan dan mendasari cara bertingkah laku atau keadaan akhir yang dianggap ideal yang secara personal dianggap penting oleh orang Tionghoa.
Pergeseran Chinese values juga dipengaruhi oleh agama. Banyak orang Tionghoa yang memilih untuk pindah ke agama yang berlainan dengan agama leluhur mereka (Budha, Kong Hu Cu), padahal dalam agama leluhur mereka terkandung Chinese values. Hal tersebut sejalan dengan berkembangnya agama Kristen di Indonesia. Walaupun dalam keadaan yang demikian, Chinese values tidaklah menghilang begitu saja, sebaliknya tetap berkembang dalam segala keterbatasannya. Para orang tua tetap menanamkan Chinese values kepada anak-anaknya dan berharap bahwa Chinese values tersebut dapat berguna bagi anak-anaknya di kemudian hari terutama dalam mengambil keputusan dan mengarahkan tingkah laku mereka. Hasilnya, tak sedikit orang keturunan Tionghoa yang meraih kesuksesan dalam hidupnya. Mereka juga belajar untuk menyesuaikan diri, hidup rukun dengan orang Indonesia asli, serta menanamkan
(32)
4
sikap nasionalisme terhadap Indonesia dalam diri mereka, namun stereotipe-stereotipe negatif tetap melekat pada diri orang Tionghoa.
Pada tahun 1998 terjadi kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia yang membawa kerugian, baik secara fisik maupun material, serta trauma yang sangat mendalam bagi orang keturunan Tionghoa. Banyak orang keturunan Tionghoa, termasuk generasi muda yang pergi ke Tiongkok, Taiwan, dan Singapura untuk mencari perlindungan. Kesempatan tersebut dipergunakan oleh generasi muda Tionghoa untuk belajar bahasa dan mengenal kembali kebudayaan Tionghoa, seperti belajar memainkan alat musik tradisional, membuat kaligrafi dan lukisan ala Tiongkok. Sepulangnya ke Indonesia, generasi muda yang mendapat kesempatan tersebut tidak sedikit yang menjadi guru dan penyiar radio berbahasa Mandarin, bahkan ada yang menjadi penerjemah di perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan lain di Tiongkok, Taiwan, dan Singapura.
Sekitar tahun 1999, pada saat pemerintahan B.J. Habibie, keadaan orang keturunan Tionghoa semakin membaik karena pemerintah mulai terbuka terhadap perbedaan budaya yang ada di Indonesia. Orang Tionghoa diperbolehkan untuk membentuk organisasi sendiri, di luar organisasi resmi pemerintah. Pemerintah juga mulai mengijinkan penggunaan bahasa Mandarin walaupun masih terbatas, kursus-kursus bahasa Mandarin mulai dibuka kembali namun bahasa Mandarin belum masuk ke sekolah-sekolah dan universitas. Majalah, surat kabar, serta kamus bahasa Mandarin pun mulai beredar di Jakarta. Pemerintah juga mengijinkan penayangan televisi swasta yang menyiarkan berita dalam bahasa
(33)
5
UNIVERSITAS
Pada saat pemerintahan K.H.Abdurrahman Wahid, beliau beserta kabinetnya menghadiri perayaan Imlek pada bulan Februari 2000 di Jakarta, yang diadakan oleh Matakin (Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia). Beliau juga mencabut Kepres No. 14/1967 yang isinya melarang orang Tionghoa di Indonesia untuk merayakan festival-festival hari besar keagamaan dan kebudayaannya di depan umum. Pada tanggal 31 Maret 2000, Suryadi, menteri yang menjabat pada waktu itu mengeluarkan instruksi No. 477/805/Sj yang menggantikan surat edaran tahun 1978 yang isinya hanya mengakui lima agama di luar Kong Hu Cu (Suryadinata, 2004: p.5).
Pada saat pemerintahan Megawati Soekarno Putri, Imlek dinyatakan sebagai salah satu hari besar di Indonesia. Beliau juga memperkenalkan kebijaksanaan pluralistik terhadap etnis Tionghoa. Beberapa orang terpelajar mulai menghubungkan kebijakan ini dengan multikulturalisme. Kebijakan tersebut kemudian mulai diterapkan oleh sekolah-sekolah dengan menjadikan bahasa Mandarin sebagai salah satu pelajaran bahasa yang diajarkan dalam bentuk ekstrakurikuler, maupun reguler (Suryadinata, 2004: p.5-6). Dengan adanya kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah tersebut, generasi muda keturunan Tionghoa mendapatkan kesempatan untuk mulai mengenal dan menghayati kembali budaya mereka yang sudah hampir hilang karena pergaulan sehari-hari. Salah satu sekolah yang menawarkan pelajaran bahasa Mandarin adalah SMP “X” yang ada di kota Bandung. Menurut Ibu “S”, guru BK di SMP “X”, siswa-siswi SMP “X” pada umumnya berasal dari kota Bandung. Sekitar 80% murid dan guru di SMP “X” berasal dari etnis Tionghoa dan sekitar 90%
(34)
6
beragama Kristen Protestan maupun Katolik. Selain etnis Tionghoa, terdapat guru dan siswa-siswi lain yang berasal dari etnis Batak, Jawa dan Sunda, serta ada juga yang beragama Budha dan Islam. Walaupun demikian, hal tersebut tidak menjadi suatu hambatan dalam berkomunikasi, bahkan siswa-siswi dididik untuk saling menghormati dan toleran.
Siswa-siswi kelas 3 SMP “X” berusia sekitar 14-15 tahun, termasuk ke dalam tahap perkembangan remaja awal, dimana kemampuan untuk berpikir abstrak sudah cukup berkembang (Santrock, 2003: p.109). Mereka juga mulai mengembangkan values dalam diri mereka. Berkembangnya pemikiran abstrak tersebut akan memudahkan mereka untuk mengerti tentang values yang dimilikinya, termasuk Chinese values, karena values merupakan suatu konsep yang abstrak.
Menurut wawancara yang dilakukan pada sepuluh orang siswa-siswi kelas 3 SMP “X” yang terdiri dari lima siswa dan lima siswi, didapatkan data bahwa 40% mengatakan bahwa mereka merasa bangga sebagai orang Tionghoa, sedangkan sisanya mengatakan bahwa mereka merasa biasa saja sebagai orang Tionghoa. Sebanyak 100% dari siswa-siswi mengakui bahwa tanah air mereka adalah Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, 100% dari siswa-siswi mengatakan bahwa mereka lebih sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baik dalam bentuk baku, maupun non baku yang kadang-kadang bercampur dengan bahasa Sunda. Hanya 30% siswa-siswi yang masih dapat sedikit mengerti bila keluarga mereka berbicara dalam bahasa Mandarin, namun
(35)
7
UNIVERSITAS
Sebanyak 80% dari siswa-siswi tersebut beragama Kristen dan 20% beragama Budha. Dari antara siswa-siswi yang beragama Kristen, 70% mengatakan bahwa orang tua mereka pun beragama Kristen dan sisanya mengatakan bahwa orang tuanya beragama Budha. Sedangkan dari siswa-siswi yang beragama Budha diketahui bahwa orang tua mereka pun beragama Budha. Dalam penanaman budaya, sebanyak 70 % dari siswa-siswi mengatakan bahwa orang tua mereka menanamkan budaya Tionghoa yang juga telah bercampur dengan budaya lain, terutama budaya Sunda. Namun, sebanyak 100% dari siswa-siswi tersebut mengatakan bahwa mereka masih melakukan tradisi yang bersifat umum, seperti merayakan Imlek, dan hanya 20% saja yang kadang-kadang masih melakukan sembahyang terhadap leluhur mereka.
Berkaitan dengan Chinese values, sebanyak 100% dari siswa-siswi tersebut mengatakan bahwa mereka diajarkan tentang Chinese values dalam keluarganya, terutama oleh orang tua, saudara yang lebih tua, dan kakek-nenek mereka. Sejak kecil mereka diajarkan untuk memanggil anggota keluarga mereka dengan sebutan tertentu, seperti ’kung-kung’ untuk kakek dan ’popoh’ untuk nenek, ’ii’ untuk saudara perempuan dari pihak ibu, “kukuh” untuk saudara perempuan dari ayah, dan sebagainya. Walaupun pada kenyataannya hanya 70% yang masih mengingat dan menggunakan sebutan tersebut, sedangkan 30% lainnya jarang menggunakannya atau sering lupa maupun tertukar dalam penggunaanya karena mereka jarang bertemu dengan kerabat mereka. Sebanyak 100 % dari siswa-siswi juga diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua dengan cara menyapa terlebih dahulu, serta mendengarkan nasehat tanpa
(36)
8
membantah. Hal lain yang juga diajarkan adalah harus bekerja keras, belajar untuk berhemat dan membalas budi, serta hidup rukun dengan orang di sekitar. Untuk anak perempuan, Chinese values yang ditekankan adalah harus menjaga keperawanan sebelum menikah dan tidak boleh pulang larut malam. Walaupun Chinese values yang diajarkan sama, namun derajat kepentingan dari values itu sendiri berbeda bagi tiap-tiap siswa.
Siswa-siswi kelas 3 SMP “X” juga mendapat pengaruh dari budaya Sunda dan agama Kristen. Siswa-siswi hidup di tanah Pasundan dimana mereka akan mendapat pengaruh yang cukup besar dari budaya Sunda. Pengaruh tersebut didapatkan ketika siswa-siswi berinteraksi dengan orang Sunda di sekitar mereka. Hal ini jelas terlihat dari cara siswa-siswi berkomunikasi, dimana sebagian dari mereka menggunakan bahasa Indonesia yang telah bercampur dengan bahasa Sunda. Pengaruh tersebut juga secara tidak langsung didapatkan siswa-siswi dari orang tua dan saudara yang lebih tua, karena mereka pun telah berinteraksi dengan orang-orang Sunda di sekitar mereka. Selain itu sesuai kurikulum yang berlaku, di sekolah pun mereka mendapatkan pelajaran bahasa Sunda yang di dalamnya terdapat beberapa cerita ataupun peribahasa yang berkaitan dengan nilai-nilai Sunda. Siswa-siswi pun mendapat pelajaran karawitan dimana mereka dapat mengenal kesenian Sunda.
Pengaruh dari agama Kristen didapatkan siswa-siswi yang beragama Kristen terutama di gereja, melalui khotbah dan Sekolah Minggu sewaktu mereka kecil. Di rumah, mereka mendapat didikan keagamaan dari orang tua yang juga
(37)
9
UNIVERSITAS
siswa-siswi yang beragama Kristen, maupun siswa-siswi beragama lainnya. Hal ini berkaitan dengan visi dan misi sekolah yang berlandaskan pada ke-Kristenan. Selain pelajaran agama, seminggu sekali siswa-siswi diwajibkan untuk mengikuti kebaktian dan setiap pagi sebelum sekolah dimulai siswa-siswi mendapatkan renungan Kristiani yang kemudian ditutup dengan doa. Sebelum pulang sekolah pun mereka selalu berdoa terlebih dahulu. Pengaruh dari agama Kristen juga didapatkan siswa-siswi dari orang yang lebih tua, maupun teman yang beragama Kristen.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan kontak sosial dengan orang-orang di sekeliling siswa-siswi dapat berpengaruh terhadap Chinese values dalam diri mereka. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran mengenai derajat kepentingan Chinese values bagi siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung.
1.2. Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran derajat kepentingan Chinese values yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian:
Memperoleh gambaran mengenai derajat kepentingan Chinese values yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa SMP kelas 3 “X” di Bandung.
(38)
10
1.3.2. Tujuan Penelitian:
Memberikan paparan lebih rinci mengenai derajat kepentingan Chinese values yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis:
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Lintas Budaya dan Psikologi Perkembangan mengenai gambaran Chinese values pada siswa-siswi SMP.
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang akan mengadakan atau melanjutkan penelitian mengenai Chinese values.
1.4.2. Kegunaan Praktis:
• Memberikan informasi kepada siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung mengenani gambaran Chinese values yang mereka miliki, agar mereka dapat lebih memahami dirinya, dan membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya.
• Memberi informasi kepada pihak sekolah mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa di sekolahnya, agar pihak sekolah dapat lebih memahami perilaku siswa-siswinya dan dapat dijadikan referensi dalam penanaman values pada diri siswa-siswi.
(39)
11
UNIVERSITAS
• Menyumbangkan informasi bagi orang tua siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki oleh anak mereka, agar para orang tua dapat membantu siswa-siswi dalam mengintegrasikan Chinese values yang mereka miliki dengan values lain yang ada di masyarakat.
1.5. Kerangka Pikir
Chinese values adalah belief yang bertahan dan mendasari cara bertingkah laku atau keadaan akhir yang dianggap ideal yang secara personal dianggap penting oleh siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung. Chinese values tersebut terdiri dari 40 values, yaitu berbakti kepada orang tua; bekerja keras; bertoleransi terhadap orang lain; hidup rukun dengan orang lain; rendah hati, tidak sombong; patuh kepada pihak otoritas; melakukan ritual sosial dan keagamaan sesuai tradisi Tionghoa; melakukan timbal balik bila diberi salam, pertolongan, dan hadiah oleh orang lain; baik hati, memaafkan; pengetahuan, pendidikan tinggi; solider; mengambil jalan tengah; pengendalian diri; menata hubungan berdasarkan status; memiliki hati, pikiran, dan perbuatan yang baik; kebaikan hati yang didampingi oleh ketegasan; tidak mementingkan persaingan; tenang, tidak mudah panik; jujur, tidak korupsi; cinta kepada tanah air, patiotik; kesungguhan, tulus hati; menjaga kemurnian dan keluhuran diri (tidak mengejar kepentingan politik dan materiil); hemat; tabah, ulet, mempunyai daya tahan; sabar; membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan; merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari kebudayaan lain;
(40)
12
menyesuaikan diri dengan lingkungan; berhati-hati; dapat dipercaya; tahu malu; mempunyai sopan santun/tata krama; puas dengan keadaan yang ada sekarang; konservatif/memegang teguh tradisi Tionghoa; ingin menimbulkan kesan baik; menghargai persahabatan; menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita; tidak mempunyai keinginan yang berlebihan; menghormati tradisi Tionghoa; dan kekayaan (Bond dalam Chinese Culture Connection, 1987: p. 143-164).
Adapun Chinese values pada siswa-siswi kelas 3 SMP “X” dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa-siswi, seperti usia, jenis kelamin, serta strategi akulturasi. Siswa-siswi kelas 3 SMP “X” berusia sekitar 14-15 tahun, termasuk ke dalam tahap perkembangan remaja awal, dimana kemampuan untuk berpikir abstrak sudah cukup berkembang. Berkembangnya pemikiran abstrak tersebut akan memudahkan mereka untuk mengerti tentang Chinese values, karena Chinese values merupakan suatu konsep yang abstrak. Siswa-siswi kelas 3 SMP “X” juga mulai mengembangkan kemampuan untuk menganalisis lingkungannya. Mereka mulai menyadari bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain, mereka mendapatkan values lain yang dapat mempengaruhi derajat kepentingan Chinese values mereka.
Jenis kelamin pun dapat berpengaruh terhadap dianggap pentingnya Chinese values tertentu oleh siswa-siswi kelas 3 SMP “X”. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan masyarakat. Masyarakat memandang bahwa seorang
(41)
13
UNIVERSITAS
wanita; mempunyai sopan santun/tata krama; berhati-hati; baik hati, memaafkan; dan sabar. Sedangkan seorang pria seharusnya memiliki values kesungguhan, tulus hati; pengetahuan/pendidikan tinggi; solider, kompak; menghargai persahabatan; tenang, tidak mudah panik; bekerja keras; kebaikan hati yang didampingi oleh ketegasan; dapat dipercaya; cinta kepada tanah air, patriotik; serta kekayaan.
Siswa-siswi kelas 3 SMP “X” juga mengalami proses akulturasi, yaitu perubahan values, gaya hidup, dan bahasa yang merupakan hasil dari kontak langsung dengan budaya Sunda. Menurut Berry (1999: p.541-542), ada empat macam strategi akulturasi: (1) asimilasi, yaitu ketika siswa-siswi mengidentifikasikan diri terhadap (menerima) budaya Sunda tanpa mempertahankan budaya Tionghoa; (2) separasi, yaitu sisiwa-siswi menolak sama sekali untuk melakukan identifikasi terhadap budaya Sunda; (3) integrasi, yaitu siswa-siswi melakukan identifikasi (menerima) terhadap budaya Sunda sambil tetap mempertahankan budaya Tionghoa; (4) marjinalisasi, yaitu adanya sedikit minat siswa-siswi untuk melakukan identifikasi (menerima) terhadap budaya Sunda dan juga dan sedikit minat untuk mempertahankan budaya Tionghoa. Siswa-siswi yang menerapkan strategi akulturasi asimilasi dan marjinalisasi akan memiliki Chinese values yang lemah, karena siswa-siswi tersebut tidak berusaha mempertahankan budaya Tionghoa. Sebaliknya, siswa-siswi yang menerapkan strategi akulturasi separasi dan integrasi akan memiliki Chinese values yang lebih kuat daripada siswi yang menerapkan dua strategi lainnya karena siswa-siswi tersebut berusaha mempertahankan budaya Tionghoa.
(42)
14
Sedangkan faktor eksternal, dipengaruhi oleh orang-orang di sekeliling siswa-siswi. Dalam faktor eksternal ini terdapat transmisi values melalui orang tua (vertical transmission), orang dewasa atau media massa (oblique transmission) dan teman sebaya (horizontal transmission) (Berry, 1999: p.33). Transmisi tersebut ada yang berasal dari budaya siswa itu sendiri (Tionghoa) yang ditanamkan melalui proses enkulturasi, maupun dari budaya lain (Sunda dan Christian values) melalui proses akulturasi.
Vertical transmission berasal dari orang tua siswa-siswi kelas 3 SMP “X”. Orang tua siswa-siswi tergolong sebagai orang Tionghoa peranakan dimana Chinese values yang dimilikinya tidak sekental Chinese values yang dimiliki leluhurnya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman hidup para orang tua, dimana kebijakan asimilasi yang dibuat oleh pemerintah Orde Baru mengakibatkan keterbatasan bagi mereka untuk mengenal budayanya dan juga pergeseran Chinese values yang mereka miliki. Ditutupnya sekolah Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru, mengakibatkan sebagian dari para orang tua murid memilih untuk pindah ke sekolah swasta yang kebanyakan merupakan sekolah Kristen. Keadaan tersebut sejalan dengan berkembangnya agama Kristen di Indonesia. Hal tersebut kemudian membuat sebagian dari orang tua siswa-siswi memilih untuk berpindah agama. Dari transmisi ini siswa-siswi mendapatkan Chinese values yang telah bercampur dengan Christian values .
Oblique transmission, dapat berasal baik dari budaya Tionghoa, maupun budaya Sunda. Oblique transmission yang berasal dari budaya Tionghoa berasal
(43)
15
UNIVERSITAS
Keluarga dan tetangga dari generasi yang lebih tua dari orang tua siswa-siswi pada umumnya memiliki Chinese values yang cukup kental, yang dapat memperkuat Chinese values siswa-siswi. Sedangkan keluarga, guru dan tetangga dari generasi yang sama dengan orang tua siswa-siswi memiliki Chinese values yang kurang kental karena telah mendapat pengaruh dari Sundanese values dan Christian values. Media massa pun berpengaruh terhadap Chinese values mereka, dimana ketika siswa-siswi tertarik untuk menonton atau membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan budaya Tionghoa maka dapat memperkuat Chinese values mereka. Sebaliknya, apabila mereka tidak tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan budaya Tionghoa, maka dapat memperlemah Chinese values mereka.
Oblique transmission yang berasal dari budaya Sunda berasal dari orang yang lebih tua, seperti guru, tetangga, atau melalui keluarga yang telah mengalami perkawinan campur dengan etnis Sunda, dan media massa. Pada saat berinteraksi dengan tetangga dan guru yang berasal dari etnis Sunda, siswa-siswi mendapatkan Sundanese values. Selain itu, siswa-siswi juga mendapatkan pelajaran bahasa Sunda, yang juga mengandung Sundanese values. Media massa juga berpengaruh, dimana ketika mereka tertarik untuk menonton atau membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan budaya Sunda maka dapat memperlemah Chinese values mereka. Sebaliknya, apabila mereka tidak tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan budaya Sunda, maka dapat memperkuat Chinese values mereka. Transmisi ini juga berpengaruh terhadap orang tua dan keluarga yag lebih tua dari siswa-siswi, dimana mereka juga mendapatkan Sundanese values pada saat mereka berinteraksi dengan orang Sunda. Sundanese values yang sejalan dengan
(44)
16
Chinese values, seperti berbakti kepada orang tua; mempunyai sopan santun/tata krama; hidup harmonis dengan orang lain; baik hati, menolong, memaafkan; rendah hati; sabar; serta menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita akan memperkuat Chinese values orang tua siswa-siswi maupun siswa-siswi sendiri. Sedangkan Sundanese values yang tidak sejalan dengan Chinese values, seperti memegang teguh tradisi Tionghoa; menghormati tradisi Tionghoa; melakukan ritual sosial dan keagamaan sesuai tradisi Tionghoa; menata hubungan berdasarkan status; merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari budaya lain akan memperlemah Chinese values orang tua siswa-siswi, maupun siswa-siswi.
Horizontal transmission berasal dari teman di sekolah, maupun di luar sekolah, juga tetangga yang berusia sama dengan siswa-siswi. Horizontal transmission juga dapat berasal dari budaya Tionghoa, maupun dari budaya Sunda. Horizontal transmission dari budaya Tionghoa berasal dari teman etnis Tionghoa yang memiliki Chinese values yang telah bercampur dengan Sundanese values dan Christian values. Bila Chinese values yang mereka miliki lebih kuat atau sama kuatnya dengan siswa-siswi, maka dapat memperkuat Chinese values siswa-siswi. Bila mereka memiliki Chinese values yang lebih lemah dari siswa-siswi, maka dapat memperlemah Chinese values siswa-siswi.
Sedangkan dalam horizontal transmission yang berasal dari budaya Sunda, teman dari etnis Sunda akan mentransmisikan Sundanese values. Bila Sundanese values tersebut sejalan dengan Chinese values maka dapat memperkuat Chinese
(45)
17
UNIVERSITAS
dengan Chinese values maka dapat memperlemah Chinese values dalam diri siswa-siswi.
Penanaman Chinese values melalui vertical, oblique dan horizontal transmission juga dipengaruhi oleh Christian values. Orang-orang yang beragama Kristen memiliki Chinese values maupun Sundanese values yang telah terpengaruh oleh Christian values. Demikian pula dengan siswa-siswi, Christian values didapatkan siswa-siswi yang beragama Kristen terutama di gereja, melalui khotbah dan Sekolah Minggu sewaktu mereka kecil dan pendidikan keagamaan di rumah. Di sekolah pun mereka mendapatkan Christian values, hal ini berkaitan dengan visi dan misi sekolah yang berlandaskan pada ke-Kristenan. Selain pelajaran agama, seminggu sekali siswa-siswi diwajibkan untuk mengikuti kebaktian dan setiap pagi sebelum sekolah dimulai siswa-siswi mendapatkan renungan Kristiani yang kemudian ditutup dengan doa. Sebelum pulang pun mereka menutup pelajaran dengan doa. Pengaruh dari agama Kristen juga didapatkan siswa-siswi dari orang yang lebih tua, maupun teman yang beragama Kristen. Christian values yang didapatkan kemudian dapat memperkuat Chinese values, karena Christian values secara normatif memang tidak bertentangan dengan disiplin moral dan etika secara universal (Berlian, dalam Tan, 2004: p.189). Christian values juga dapat memperlemah Chinese values seperti memegang teguh tradisi Tionghoa; menghormati tradisi Tionghoa; melakukan ritual sosial dan keagamaan sesuai tradisi Tionghoa; menata hubungan berdasarkan status; merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari budaya lain;
(46)
18
membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan; serta kekayaan.
Christian values dan Sundanese values juga dapat dikaitkan dengan proses akulturasi, dimana asimilasi akan terjadi ketika siswa-siswi menerima Christian values maupun Sundanese values tanpa mempertahankan Chinese values mereka. Separasi akan terjadi ketika siswa-siswi menolak sama sekali Christian values maupun Sundanese values. Integrasi akan terjadi ketika siswa-siswi melakukan (menerima) Christian values maupun Sundanese values sambil tetap mempertahankan Chinese values. Sedangkan marjinalisasi akan terjadi ketika adanya sedikit minat siswa-siswi untuk menerima Christian values maupun Sundanese values dan juga dan sedikit minat untuk mempertahankan Chinese values. Siswa-siswi yang menerapkan strategi akulturasi asimilasi dan marjinalisasi akan memiliki Chinese values yang lemah. Sedangkan siswa-siswi yang menerapkan strategi akulturasi separasi dan integrasi akan memiliki Chinese values yang lebih kuat daripada siswa-siswi yang menerapkan dua strategi lainnya.
Kerangka berpikir, secara sistematis dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
(47)
19
UNIVERSITAS
Proses Akulturasi
Budaya Tionghoa Budaya Sunda, Agama Kristen (own culture) (contact culture)
enkulturasi akulturasi
1.1. Skema Kerangka Pikir
Oblique Transmission Dari guru, keluarga, tetangga yang lebih
tua, media yang berkaitan dengan budaya Tionghoa
Vertical Transmission Dari orang tua
(kandung)
Oblique Transmission
Dari guru, (keluarga), tetangga
yang lebih tua, media yang berkaitan dengan
budaya Sunda
Siswa-siswi keturunan Tionghoa SMP “X”
di Bandung Horizontal
Transmission Teman sekolah , tetangga, teman di
luar sekolah
Horizontal Transmission Teman sekolah, tetangga, teman di
luar sekolah
Faktor Internal : • Usia
• Jenis kelamin • Strategi akulturasi
(48)
20
1.6. Asumsi
Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa :
• Siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” mempunyai Chinese values dalam dirinya.
• Chinese values siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” dipengaruhi oleh faktor internal yang berada dalam diri mereka.
• Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi Chinese values dalam diri siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X”, dapat berasal dari orang tua, sekolah, teman, media massa melalui vertical, oblique dan horizontal transmission.
• Sundanese values dan Christian values juga mempengaruhi Chinese values dalam diri siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X”.
• Ke-40 Chinese values yang ada pada setiap siswa/siswi mempunyai derajat yang berlainan.
(49)
119
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner Chinese values terhadap 222 siwa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 72.5% dari 40 Chinese values yang dianggap sangat penting dan penting oleh siswa-siswi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Chinese values yang dimiliki oleh siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” masih cukup kuat.
2. Lima Chinese values yang berada pada urutan tertinggi adalah menghargai persahabatan; berbakti kepada orang tua; menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita; mempunyai sopan santun/tata karma; serta dapat dipercaya. Dipandang pentingnya Chinese values tersebut menunjukkan sejalannya Chinese values tersebut dengan Sundanese values, dan Christian values.
3. Lima Chinese values yang berada pada urutan terendah adalah konservatif/memegang teguh tradisi Tionghoa; melakukan ritual sesuai tradisi Tionghoa; menata hubungan berdasarkan status; merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari kebudayaan lain; serta membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan. Hal ini juga menunjukkan
(50)
120
tidak sejalannya Chinese values tersebut dengan Sundanese values; Christian values.
5.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas dan dengan menyadari adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan sampel yang berasal dari usia berbeda; meneliti sampel yang mendapat pengaruh dari budaya lain di Indonesia; atau membandingkan Chinese values pada dua generasi yang berbeda.
2. Memberikan informasi kepada siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung mengenai gambaran Chinese values yang mereka miliki, agar mereka dapat lebih memahami dirinya, dan membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya.
3. Memberi informasi kepada pihak sekolah mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa di sekolahnya, agar pihak sekolah dapat lebih memahami perilaku siswa-siswinya dan dapat dijadikan referensi dalam penanaman values pada diri siswa-siswi.
4. Menyumbangkan informasi bagi orang tua siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki oleh anak mereka, agar para orang tua dapat membantu siswa-siswi dalam
(51)
121
mengintegrasikan Chinese values yang mereka miliki dengan values lain yang ada di masyarakat.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R. 1999. Psikologi Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R. 2002. Cross-Cultural Psychology, Research and Applications. Cambridge: Cambridge University Press.
Bond, Michael Harris.1991. Beyond The Chinese Face. Hong Kong: Oxford University Press.
---. 1993. The Psychology Of The Chinese People. Hong Kong: Oxford University Press.
---. 1996. The Handbook Of Chinese Psychology. Hong Kong: Oxford University Press.
Chinese Cultural Connection. 1987. Chinese values and the search for a culture-free dimension of culture. Journal of Cross-Cultural Psychology, 18, 143-164.
Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Feather, N. T. 1975. Values In Education and Society. New York: Free Press.
Hariyono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hidajat. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Penerbit Tarsito
Koentjaraningrat. 1994. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Lembaga Alkitab Indonesia. 1994. Alkitab. Edisi kedua, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Loya, Joseph A., Ho, Wan-Li., Jih, Chang-Shin. 2002. The Tao of Jesus. Batam: Santo Press.
(53)
UNIVERSITAS
Matthews, Barbara M. 2000. The Chinese Value Survey: An Interpretation of Value Scale and Consideration of Some Preliminary Results. International Education Journal Vol 1, No. 2.
Mustapa, R. H. Hasan. 2002. Adat Istiadat Sunda. Bandung: Penerbit Alumni. Santrock, John W. 2003. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam, Jakarta:
Erlangga.
---. 1998. Adolesence, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Singarimbun, Masri. 1987. Metode Penelitian Survei. Cetakan Ketiga, Jakarta : CV Rasina Agung
Suryadinata, Leo. 1986. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT. Grafiti Pers. ---. 2004. Chinese Indonesians (State Policy, Monoculture and Multiculture).
Singapore: Eastern Universities Press.
Tamsyah, Budi, Purmawati T., & Djuanda D. 2002. Kamus Ungkapan dan Peribahasa Sunda. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Tan, Markus. 2004. Imlek dan Alkitab, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Betlehem Publisher.
Ward, C. Bochner, & Furham, A. 2001. The Psychology of Culture Shock. USA and Canada: Routledge.
(54)
DAFTAR RUJUKAN
Ardi, A.W. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Chinese Values Pada Jemaat Dewasa Akhir Etnis Tionghoa Di Gereja “X”, Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Christine, E. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Chinese Values Pada Siswa SMA “X”, Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Errol. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Values Schwartz Pada Siswa/i Dengan Latar Belakang Budaya Sunda Di SMA “X” Kecamatan Pacet. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Hapsari, M. 2005. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Values Schwartz Pada Siswa Kelas II SMA Kristen “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Kirana, M. 2004. Survei Mengenai Strategi Akulturasi Budaya Pada Mahasiswa Keturunan Cina Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Sariarum, W. 2005. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Values Schwartz Pada Siswa SMA Katolik “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Shelvy, W. 2005. Survei Mengenai Chinese Values Pada Mahasiswa Tionghoa Universitas “X” di Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Yuhana, P. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Prasangka Pelajar Etnis Tionghoa Terhadap Pelajar Etnis Pribumi di SMU “X” Kota Tebing Tinggi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
(1)
119
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner Chinese values terhadap 222 siwa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 72.5% dari 40 Chinese values yang dianggap sangat penting dan penting oleh siswa-siswi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Chinese values
yang dimiliki oleh siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” masih cukup kuat.
2. Lima Chinese values yang berada pada urutan tertinggi adalah menghargai persahabatan; berbakti kepada orang tua; menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita; mempunyai sopan santun/tata karma; serta dapat dipercaya. Dipandang pentingnya Chinese values tersebut menunjukkan sejalannya Chinese values tersebut dengan Sundanese values, dan Christian values.
3. Lima Chinese values yang berada pada urutan terendah adalah
konservatif/memegang teguh tradisi Tionghoa; melakukan ritual sesuai tradisi Tionghoa; menata hubungan berdasarkan status; merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari kebudayaan lain; serta membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan. Hal ini juga menunjukkan
(2)
120
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA tidak sejalannya Chinese values tersebut dengan Sundanese values; Christian values.
5.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas dan dengan menyadari adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan sampel yang berasal dari usia berbeda; meneliti sampel yang mendapat pengaruh dari budaya lain di Indonesia; atau membandingkan Chinese values pada dua generasi yang berbeda.
2. Memberikan informasi kepada siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” di Bandung mengenai gambaran Chinese values yang mereka miliki, agar mereka dapat lebih memahami dirinya, dan membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya.
3. Memberi informasi kepada pihak sekolah mengenai gambaran Chinese values
yang dimiliki siswa-siswi keturunan Tionghoa di sekolahnya, agar pihak sekolah dapat lebih memahami perilaku siswa-siswinya dan dapat dijadikan referensi dalam penanaman values pada diri siswa-siswi.
4. Menyumbangkan informasi bagi orang tua siswa-siswi keturunan Tionghoa kelas 3 SMP “X” mengenai gambaran Chinese values yang dimiliki oleh anak mereka, agar para orang tua dapat membantu siswa-siswi dalam
(3)
121
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA mengintegrasikan Chinese values yang mereka miliki dengan values lain yang ada di masyarakat.
(4)
122 UNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHA
DAFTAR PUSTAKA
Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R. 1999.
Psikologi Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R. 2002.
Cross-Cultural Psychology, Research and Applications. Cambridge: Cambridge University Press.
Bond, Michael Harris.1991. Beyond The Chinese Face. Hong Kong: Oxford University Press.
---. 1993. The Psychology Of The Chinese People. Hong Kong: Oxford University Press.
---. 1996. The Handbook Of Chinese Psychology. Hong Kong: Oxford University Press.
Chinese Cultural Connection. 1987. Chinese values and the search for a culture-free dimension of culture. Journal of Cross-Cultural Psychology, 18, 143-164.
Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Feather, N. T. 1975. Values In Education and Society. New York: Free Press.
Hariyono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hidajat. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Penerbit Tarsito
Koentjaraningrat. 1994. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Lembaga Alkitab Indonesia. 1994. Alkitab. Edisi kedua, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Loya, Joseph A., Ho, Wan-Li., Jih, Chang-Shin. 2002. The Tao of Jesus. Batam: Santo Press.
(5)
123 UNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHA
Matthews, Barbara M. 2000. The Chinese Value Survey: An Interpretation of Value Scale and Consideration of Some Preliminary Results. International Education Journal Vol 1, No. 2.
Mustapa, R. H. Hasan. 2002. Adat Istiadat Sunda. Bandung: Penerbit Alumni. Santrock, John W. 2003. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam, Jakarta:
Erlangga.
---. 1998. Adolesence, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Singarimbun, Masri. 1987. Metode Penelitian Survei. Cetakan Ketiga, Jakarta : CV Rasina Agung
Suryadinata, Leo. 1986. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT. Grafiti Pers. ---. 2004. Chinese Indonesians (State Policy, Monoculture and Multiculture).
Singapore: Eastern Universities Press.
Tamsyah, Budi, Purmawati T., & Djuanda D. 2002. Kamus Ungkapan dan Peribahasa Sunda. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Tan, Markus. 2004. Imlek dan Alkitab, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Betlehem Publisher.
Ward, C. Bochner, & Furham, A. 2001. The Psychology of Culture Shock. USA and Canada: Routledge.
(6)
124 UNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHA
DAFTAR RUJUKAN
Ardi, A.W. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Chinese Values Pada Jemaat Dewasa Akhir Etnis Tionghoa Di Gereja “X”, Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Christine, E. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Chinese Values Pada Siswa SMA “X”, Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Errol. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Values Schwartz Pada Siswa/i Dengan Latar Belakang Budaya Sunda Di SMA “X” Kecamatan Pacet. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Hapsari, M. 2005. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Values Schwartz Pada Siswa Kelas II SMA Kristen “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Kirana, M. 2004. Survei Mengenai Strategi Akulturasi Budaya Pada Mahasiswa Keturunan Cina Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Sariarum, W. 2005. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Values Schwartz Pada Siswa SMA Katolik “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Shelvy, W. 2005. Survei Mengenai Chinese Values Pada Mahasiswa Tionghoa Universitas “X” di Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Yuhana, P. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Prasangka Pelajar Etnis Tionghoa Terhadap Pelajar Etnis Pribumi di SMU “X” Kota Tebing Tinggi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.