Pengembangan materi dan metode pelatihan pasien simulasi sebagai alat evaluasi KIE obat antidiare di Fakultas Farmasi USD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN
SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT ANTIDIARE DI
FAKULTAS FARMASI USD

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Kinanti Dita Pratiwi
NIM : 138114137

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN
SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT ANTIDIARE DI
FAKULTAS FARMASI USD

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Kinanti Dita Pratiwi
NIM : 138114137

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya
usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
(QS. An-Najm 53:39-40)


Karya ini kupersembahkan kepada :
Allah SWT,
Alm. Papa, Mama, Adik tercinta
Keluarga dan Sahabat,
Almamaterku Sanata Dharma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan naskah skripsi yang
berjudul “Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan Pasien Simulasi sebagai
Alat Evaluasi KIE Obat Antidiare di Fakultas Farmasi USD” sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama penyusunan skripsi ini penulis mendapat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.


Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama atas
arahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2.

Ibu Dra. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. dan Ibu Putu Dyana
Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas saran dan masukan dalam
proses penyusunan skripsi ini.

3.

Seluruh dosen yang telah membekali ilmu selama proses perkuliahan.

4.

Alm. Bapak Slamet Swakiman, Ibu Eni Setiyorini dan Ilham Wahyu Analta
atas doa, cinta, teladan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

5.


Para pemeran pasien, kakak mahasiswa PSPA, praktisi apoteker dan temanteman mahasiswa farmasi yang bersedia terlibat pada penelitian ini.

6.

Teman-teman seperjuangan skripsi Yosephine, Yunita, Nawa, Hori, Ninda
dan Stephanie yang saling memberikan semangat.

7.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu
farmasi.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

Penulis

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
PRAKATA ......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
ABSTRACT ........................................................................................................ xiii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ................................................................................... 3
Rancangan dan Subyek Penelitian ..................................................................... 3
Tahap Persiapan ................................................................................................. 3
Pembuatan Pedoman Pelatihan .......................................................................... 3
Pembuatan Skenario ........................................................................................... 3
Pembuatan Instrumen Evaluasi .......................................................................... 4
Pemilihan Pasien Simulasi ................................................................................. 4
Implementasi Penelitian ..................................................................................... 5
Analisis Data ...................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 6
Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi ................................................................... 6
Skenario Kasus ................................................................................................... 6

Instrumen Evaluasi ............................................................................................. 7
Performa Pasien Simulasi .................................................................................. 7
Uji Reliabilitas ................................................................................................... 9
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN ....................................................................................................... 12
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 25

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Pasien Simulasi .................................................. 12
Lampiran 2. Informed Consent Mahasiswa PSPA ............................................... 13

Lampiran 3. Informed Consent Apoteker ............................................................. 14
Lampiran 4. Informed Consent Mahasiswa Farmasi ............................................ 15
Lampiran 5. Checklist Penilaian Pasien Simulasi Kasus Resep .......................... 16
Lampiran 6. Checklist Penilaian Pasien Simulasi Kasus Non Resep ................... 18
Lampiran 7. Checklist Penilaian KIE Kasus Resep ............................................. 20
Lampiran 8. Checklist Penilaian KIE Kasus Non Resep ..................................... 21
Lampiran 9. Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi Kasus Diare .................... 22
Lampiran 10. Contoh Hasil Perhitungan Cohen’s Kappa .................................... 23
Lampiran 11. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan .................. 24

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario Kasus
Resep............................................................................................... 8
Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario Kasus Non
Resep............................................................................................... 8


xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Performa apoteker di Indonesia masih tergolong kurang baik sehingga
perlu dilakukan pembenahan dari sisi perguruan tinggi. Evaluasi pembelajaran
yang telah dilakukan yaitu diskusi, penyusunan makalah, tes essay dan multiple
choice question, sedangkan metode pasien simulasi merupakan teknik yang relatif
baru dalam praktik farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi
dan metode pelatihan pasien simulasi untuk kasus diare.
Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimental. Subyek penelitian
yaitu pasien simulasi yang telah menjalani pelatihan untuk memerankan kasus
diare. Checklist penilaian pasien simulasi berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.
Hasil penilaian KIE dihitung dengan dua cara yaitu t-test tidak
berpasangan dan Cohen’s kappa. T-test tidak berpasangan kasus resep p=0,556
dan kasus non resep p=0,737. Koefisien Cohen’s kappa kasus resep 0,869 dan
kasus non resep 0,897. Metode yang sesuai untuk melatih pasien simulasi yaitu
pasien simulasi dilatih satu per satu, perekaman video dilakukan untuk evaluasi

performa pasien simulasi, seleksi pasien simulasi dilakukan untuk mendapatkan
pasien simulasi dengan performa terbaik, performa pasien simulasi dilihat dari
checklist penilaian KIE, skenario dibuat berdasarkan studi literatur dan
disesuaikan dengan syarat KIE, checklist penilaian pasien simulasi disesuaikan
dengan skenario kasus dan checklist penilaian KIE juga telah disesuaikan
berdasarkan literatur.
Kata kunci : KIE, pasien simulasi, antidiare

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Pharmacists performance in Indonesia is still relatively poor so it
necessary to make corrective action from the university. Learning evaluations that
have been done such as discussion, preparation of papers, essay tests and multiple
choice question, whereas simulated patient method is a relatively new technique
in pharmacy practice. The aim of the study is to develop materials and training
method for simulated patients in diarrhea cases.
The study is quasi-experimental. Subjects of the study are simulated
patients who have trained to portray a passion with diarrhea case. Simulated
patients checklist is in the form of quantitative and qualitative data. Qualitative
data is supporting data for quantitative data.
Assessment results of Communication, Information and Education are
meassured by independent t-test and Cohen’s kappa. The p value of prescription
case in independent t-test is p=0,556 and non-prescription case p=0.737. Cohen’s
kappa coefficient of prescription cases is 0.8695 and non-prescription case is
0.8977. A suitable method to train simulated patient is to train them one by one,
simulated patient performance evaluated by video recording, simulated patient
selected by the best performance, simulated patient performance evaluated by
Communication, Information and Education checklist. The scenarios are created
based on literature study and adapted to requirements of Communication
Information and Education, simulated patient checklist adapted to this case
scenario and Communication, Information and Education checklist adapted based
on literature.
Keywords : Communication, Information and Education, simulated patient,
antidiarrhea

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan orientasi yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut apoteker
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain
melalui pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan
(Depkes RI, 2014).
Apoteker merupakan titik kontak pertama antara pasien dan sistem pelayanan
kesehatan. Apoteker menyediakan produk obat yang diperlukan untuk pengobatan kondisi
pasien dan memastikan penggunaan obat yang tepat (Siregar, 2003). Apoteker harus
menjalankan praktik kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan yang diatur secara rinci
dalam PMK No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan
didukung oleh organisasi profesi yaitu Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) agar apoteker dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian yang profesional. Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) adalah bagian dari konseling dan merupakan bentuk pelayanan dari
apoteker kepada pasien sebagai konsumen obat. Diharapkan melalui KIE dapat mencegah
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena apoteker telah menyampaikan
informasi dan edukasi terkait obat yang diterima oleh pasien. Dengan adanya standar
pelayanan diharapkan pasien dapat menerima kualitas pelayanan yang baik.
Pelayanan kefarmasian selama ini dinilai masih berada dibawah standar dimana
apoteker belum melakukan tugasnya secara optimal dalam memberikan pelayanan
informasi obat kepada masyarakat. Penelitian mengenai gambaran standar pelayanan
farmasi di apotek DKI Jakarta pada tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 68 apotek yang
dilakukan survey 23,5% tidak memenuhi standar pelayanan non resep, 98,5% tidak
memenuhi standar pelayanan KIE, 67,6% tidak memenuhi standar pelayanan obat resep
serta disebutkan bahwa pada beberapa kasus pelayanan konsultasi bukan dilakukan oleh
apoteker melainkan asisten apoteker (Purwanti, Harianto dan Supardi, 2004). Hasil
penelitian di kota Surabaya juga menunjukkan 60% pelayanan kefarmasian masuk dalam
kategori kurang (Darmasaputra, 2014). Kompetensi seorang apoteker dalam pelayanan
obat dipengaruhi dari kurikulum S1 dan profesi apoteker yang dikembangkan di perguruan
tinggi (Ristiono, Suryawati dan Danu, 2015). Sampai tahun 2013 terdapat lebih dari 60
perguruan tinggi farmasi di Indonesia yang memiliki tingkat akreditasi, sarana, prasarana
serta proses pendidikan profesi apoteker yang sangat bervariasi sehingga kualitas lulusan
dapat bervariasi (Herman, Handayani dan Siahaan, 2013). Perguruan tinggi farmasi
dikategorikan berdasarkan status perguruan tinggi negeri (PTN) atau perguruan tinggi
swasta (PTS) dimana dalam satu perguruan tinggi farmasi memiliki minat farmasi klinis
dan komunitas (FKK) dan minat non farmasi klinis dan komunitas, serta dikategorikan
berdasarkan status akreditasi yang memungkinkan terjadinya perbedaan dalam
pengembangan kurikulum (Ristiono, Suryawati dan Danu, 2015).
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penyelenggaraan pendidikan farmasi di Indonesia saat ini mengacu pada kurikulum
nasional yang ditetapkan oleh APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)
yaitu Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Farmasi dan Kurikulum Program
Pendidikan Apoteker tahun 2008. Kurikulum Program Pendidikan Apoteker selanjutnya
disepakati bersama dengan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) pada tahun 2009. Analisis
situasi saat ini menunjukkan bahwa implementasi standar kurikulum tersebut dalam
penyelenggaraan pendidikan sarjana farmasi maupun pendidikan profesi apoteker masih
sangat bervariasi dan terlihat dari adanya disparitas kualifikasi lulusan antar perguruan
tinggi farmasi. Permasalahan yang dihadapi pendidikan tinggi farmasi Indonesia saat ini
antara lain: (a) adanya kesenjangan mutu yang cukup lebar antar institusi pendidikan tinggi
farmasi; (b) orientasi kurikulum pendidikan tinggi farmasi belum mampu menjawab
perkembangan kebutuhan masyarakat; serta (c) belum tersedianya model uji kompetensi
untuk standarisasi lulusan pendidikan tinggi farmasi. Berbagai permasalahan ini
berpengaruh pada kelayakan penyelenggaraan pendidikan farmasi yang berdampak
langsung pada kompetensi lulusan. Untuk menghadapi kondisi ini, diperlukan penataan
sistem pendidikan tenaga kefarmasian yang mendasar agar dapat mengatasi kompleksitas
permasalahan yang saat ini dialami sekaligus mengantisipasi kebutuhan di masa depan
(APTFI, 2013).
Berdasarkan silabus farmakoterapi dibeberapa pendidikan tinggi diketahui bahwa
evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk menilai keberhasilan silabus dapat berupa
diskusi (keaktifan bertanya, menjawab, dan penguasaan materi), penyusunan makalah, tes
essay, serta melalui multiple choice question (MCQ). Metode pasien simulasi merupakan
teknik yang relatif baru dalam praktik farmasi dan penerapannya mulai mengalami
peningkatan (Warner dan Benrimoj, 2008). Diharapkan melalui simulasi dapat
meningkatkan kompetensi mahasiswa karena dapat memberikan gambaran kasus atau
situasi nyata serta memberikan paparan dan melatih mahasiswa dalam berkomunikasi
maupun manajemen waktu (Gamble, Bearman dan Nestel, 2016).
Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari
tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita.
Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air
dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi (Harianto, 2004). Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi dengan angka CFR yang masih tinggi. CFR pada
tahun 2008 yaitu 2,94% kemudian tahun 2009 dan 2010 yaitu 1,74%. Berdasarkan
karakteristik penduduk, kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling tinggi
menderita diare dimana insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7% (Depkes RI, 2011).
Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan materi dan metode
pelatihan pasien simulasi untuk penyakit diare. Penelitian ini diharapkan mampu
menghasilkan materi serta cara pelatihan pasien simulasi.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN
Rancangan dan Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental, yang menjadi subyek
penelitian yaitu pasien simulasi. Perlakuan yang diberikan kepada subyek uji yaitu berupa
pelatihan pasien simulasi. Sebanyak 5 orang pasien simulasi yang telah dilatih hanya
dipilih 2 orang untuk dihadapkan dengan mahasiswa farmasi.
Kriteria inklusi pasien simulasi pada penelitian ini yaitu individu diluar bidang
pendidikan kesehatan, berusia minimal 18 tahun, menandatangani informed consent,
mengikuti pelatihan sebelum akhirnya dinyatakan siap menjadi pasien simulasi, bersedia
berpartisipasi minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan dan tepat waktu dalam
mengikuti setiap sesi pelatihan dan mampu bekerja sama dalam tim. Kemampuan yang
mendukung pasien simulasi yaitu memiliki daya ingat yang baik dan mampu
berimprovisasi. Improvisasi dari pemeran pasien berupa kalimat yang diucapkan selama
proses KIE tidak terlalu menghafal dari skenario, pasien simulasi dapat mengambil inti
dari skenario dan dapat mengembangkannya selama proses KIE. Persetujuan untuk
menjadi subyek penelitian dilakukan melalui pengajuan informed consent kepada pasien
simulasi. Sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu terkait tujuan penelitian, jadwal
pelaksanaan, tugas pemeran pasien simulasi dan penjelasan terkait resiko (meluangkan
waktu guna mengikuti pelatihan) apabila bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Tahap Persiapan
Pembuatan Pedoman Pelatihan
Pembuatan pedoman pelatihan pasien simulasi dibuat berdasarkan studi literatur
yaitu melalui Buku Saku Petugas Kesehatan (Depkes RI, 2011), Pharmacotherapy
Handbook Seventh Edition (Dipiro, 2009), Tatalaksana Daire Akut (Amin, 2015), dan
Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare
pada Anak Balita (Wulandari, 2012) terkait tanda dan gejala serta pengobatan untuk
penyakit diare.
Pembuatan Skenario
Skenario terdiri dari 2 kasus yaitu kasus resep dan non resep. Pembuatan skenario
dilakukan dengan meniru kejadian umum di masyarakat, rumah sakit dan apotek, seperti
pada permintaan produk secara langsung atau permintaan berdasarkan gejala yang
memerlukan arahan untuk pemilihan obat. Skenario kasus dibuat semirip mungkin dengan
keadaan yang sebenarnya. Hal yang khas dari skenario ini adalah skenario disesuaikan
dengan syarat KIE menurut PMK No.35 tahun 2014 dan studi literatur melalui Buku Saku
Petugas Kesehatan (Depkes RI, 2011), Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition
(Dipiro, 2009), Tatalaksana Daire Akut (Amin, 2015), dan Penanganan Diare di Rumah
Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare pada Anak Balita (Wulandari,
2012) terkait tanda dan gejala serta pengobatan untuk penyakit diare. Skenario kasus yang
3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibuat melewati tahap validasi terlebih dahulu melalui expert judgement dan uji bahasa,
kemudian direvisi.
Pembuatan Instrumen Evaluasi
Instrumen yang dibuat meliputi checklist penilaian pasien simulasi dan checklist
penilaian untuk KIE obat antidiare. Untuk checklist penilaian KIE dikembangkan
berdasarkan studi literatur meliputi PMK No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek dan diperoleh dari Wijoyo (2016). Komponen pada checklist
penilaian KIE disesuaikan dengan PMK No.35 tahun 2014 yang berisi tentang kemampuan
berkomunikasi dengan jelas dan tenang, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti,
menggali keluhan pasien, menjelaskan informasi mengenai obat yang diterima oleh pasien
dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang telah disampaikan.
Sedangkan checklist penilaian pasien simulasi berisi tentang performa pasien dalam
menyampaikan keluhan terkait penyakit yang dialami, pengobatan yang akan dijalani,
tindakan pencegahan serta terapi non farmakologi.
Pemilihan Pasien Simulasi
Pada penelitian ini pasien simulasi dilatih menyerupai pasien diare sesungguhnya.
Terdapat 5 orang pemeran pasien yang menjalani pelatihan pasien simulasi. Kriteria inklusi
pasien simulasi yaitu individu diluar bidang pendidikan kesehatan, berusia minimal 18
tahun, menandatangani informed consent, mengikuti pelatihan sebelum akhirnya
dinyatakan siap menjadi pasien simulasi, bersedia berpartisipasi minimal 3 sesi rekaman
video, dapat diandalkan dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan dan mampu
bekerja sama dalam tim. Kemampuan yang mendukung pasien simulasi yaitu memiliki
daya ingat yang baik dan mampu berimprovisasi. Improvisasi dari pemeran pasien berupa
kalimat yang diucapkan selama proses KIE tidak terlalu menghafal dari skenario, pasien
simulasi dapat mengambil inti dari skenario dan dapat mengembangkannya selama proses
KIE. Dari 5 orang pasien simulasi yang telah dilatih dan melalui proses penilaian hanya
dipilih 2 orang yang dinyatakan siap dan layak, dimana 1 orang pasien simulasi
memerankan skenario diare (resep) dan 1 orang pasien simulasi memerankan skenario
diare (non resep). Pemilihan pasien simulasi didasarkan pada hasil data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data kuantitatif. Pasien
simulasi dikatakan siap dan layak apabila berdasarkan hasil checklist penilaian yang diisi
oleh observer dan peneliti menunjukan adanya peningkatan hasil atau menunjukkan hasil
yang konsisten pada setiap penilaian dan tidak mengalami penurunan. Apabila pada hasil
data kuantitatif terdapat hasil penilaian performa pasien simulasi dengan peningkatan yang
sama, maka selanjutnya dilakukan peninjauan dari hasil data kualitatif (pengamatan
terhadap ekspresi, cara berbicara, dan perilaku pasien simulasi). Pasien simulasi yang
cenderung memberikan penampilan paling baik maka terpilih untuk dihadapkan dengan
mahasiswa farmasi.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Implementasi Penelitian
Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai
dengan literatur yang berisi tentang penjelasan penyakit diare, tanda dan gejala,
pengobatan penyakit diare, terapi non farmakologi serta cara pencegahan kepada pemeran
pasien simulasi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama untuk menjelaskan tugas
kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.
Pelatihan pasien simulasi didasarkan skenario kasus yang peneliti sediakan, dimana
masing-masing pasien simulasi dilatih untuk memerankan 2 kasus yaitu kasus resep dan
non resep yang didampingi dan dilatih satu per satu pasien simulasi secara independen oleh
mahasiswa PSPA.
Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi kemudian melakukan
role play dengan pemeran apoteker dan performanya dinilai oleh observer (mahasiswa
PSPA) dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk melihat
perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam praktik
KIE. Pada setiap pelatihan dilakukan perekaman video terhadap proses KIE. Hasil
perekaman video diputar di akhir sesi pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan
untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak dapat melakukan penilaian terhadap performa
pasien simulasi. Penilaian pasien simulasi dilakukan sebanyak 3 kali. Pada checklist
pemeran pasien simulasi yang dinilai adalah performa pasien simulasi dalam
menyampaikan keluhan penyakit, riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan
pengobatan yang diberikan, serta mengenai terapi non farmakologi. Pada checklist yang
diisi oleh peneliti terdapat kolom komentar sebagai data kualitatif untuk dijadikan masukan
bagi pasien simulasi agar performa ke depannya dapat lebih baik. Kolom komentar diisi
berdasarkan pengamatan terhadap pasien simulasi, mencakup komentar mengenai ekspresi
wajah, cara berbicara, dan perilaku. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data
kuantitatif.
Dari proses pelatihan dan penilaian kelayakan 5 orang pasien simulasi hanya 2
orang yang dipilih untuk dihadapkan dengan mahasiswa S1 farmasi, dimana 1 orang pasien
simulasi memerankan skenario diare (resep) dan 1 orang pasien simulasi memerankan
skenario diare (non resep). Mahasiswa farmasi memberikan KIE kepada pasien simulasi
sesuai dengan skenario kasus yang didapat. Selama proses KIE mahasiswa farmasi dinilai
performanya oleh observer independen (praktisi apoteker) dan peneliti.
Analisis Data
Hasil checklist penilaian pemeran pasien simulasi yang telah memenuhi nilai total
checklist dimana memiliki nilai yang stabil dan/atau memiliki nilai yang konsisten dan
tidak mengalami penurunan berdasarkan penilaian yang diberikan oleh observer dan
peneliti, maka pasien simulasi dinyatakan siap dan layak. Pada checklist penilaian pasien
simulasi terdapat kolom komentar sebagai data kualitatif untuk dijadikan masukan bagi
pasien simulasi agar performa ke depannya dapat lebih baik. Data kualitatif merupakan
data pendukung untuk data kuantitatif. Checklist penilaian pasien simulasi antara skenario
5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

resep dan non resep memiliki poin-poin yang berbeda. Nilai maksimal atau nilai total
untuk checklist penilaian pasien simulasi skenario resep diare yaitu 12 poin sedangkan
untuk skenario non resep diare yaitu 11 poin.
Hasil checklist penilaian KIE merupakan data kuantitatif berupa poin-poin checklist
yang dihitung dengan dua cara yaitu dengan t-test tidak berpasangan dan melihat hasil
koefisien Cohen’s kappa. Apabila hasil t-test tidak berpasangan p>0,05 maka hasil
penilaian telah konsisten, bila p0,7 maka penilaian kedua
observer adalah baik; apabila >0,8 maka sangat baik. Apabila hasil koefisien Cohen’s
kappa