Pengembangan materi pelatihan metode pasien simulasi sebagai alat evaluasi KIE obat tuberkulosis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Dalam praktik kefarmasian KIE penting untuk diberikan, namun sejauh ini peran
apoteker dalam melakukan KIE tergolong rendah. Apabila ditinjau dari segi perguruan tinggi
maka perlu dilakukan evaluasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan apoteker
dalam melakukan KIE. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan materi pelatihan
pasien simulasi KIE dan metode dalam melatih pasien simulasi yang sesuai dengan skenario
role play KIE dalam pelayanan obat tuberkulosis.
Subjek penelitian berupa pasien simulasi yang dilatih sesuai kasus skenario
tuberkulosis. Data berupa data kuantitatif dari checklist dan data kualititatif dari pengamatan
peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis data kuantitatif dari checklist dihitung
menggunakan t-test tidak berpasangan karena penilaian KIE dilakukan oleh dua orang berbeda,
dan perhitungan koefisien Cohen kappa untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat
kesepakatan penilaian kedua penilai.
Hasil dari penelitian ini berupa 1.Pedoman pelatihan pasien simulasi 2.Skenario role
play kasus tuberkulosis 3.Instrumen evaluasi 4.Performa pasien simulasi 5.Uji reliabilitas. Hasil
t-test tidak berpasangan skenario 1 tuberkulosis nilai p>1,000 dan pada skenario 2 tuberkulosis
nilai p>0,625. Nilai cohen kappa pada skenario 1 tuberkulosis 0,784 dan skenario 2 tuberkulosis
0,759. Diperoleh kesimpulan bahwa pasien simulasi dilatih satu per satu dan dilakukan
perekaman video untuk menjamin performa pasien simulasi, dilakukan seleksi pasien simulasi

untuk mendapat pasien simulasi terbaik dengan penilaian pada checklist. Checklist pasien
simulasi telah disesuaikan dengan skenario yang dibuat. Performa pasien simulasi dilihat pula
dari checklist penilaian KIE. Skenario role play dibuat berdasarkan literatur yang telah
disesuaikan dengan Permenkes.
Kata kunci : KIE, pasien simulasi, tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Communication, Information, and Education practice are essential in a pharmaceutical
care, however, the role of pharmacists in practicing Communication, Information, and
Education have been below the standard. In terms of higher education perspective, it is
necessary to conduct a learning evaluation that can be utilized to improve the ability of
pharmacists in practicing Communication, Information, and Education. The aim of this study
was to develop training materials for Communication, Information, and Education simulation
patient and methods in training simulation patient which is suitable for Communication,
Information, and Education role play scenario in tuberculosis medication services.
Subjects in this study were simulated patients who have been trained to be suitable for
the scenario of tuberculosis cases. The data were a quantitative data obtained from a checklist
and qualitative data obtained from observation towards the performance of simulated patients.

Analysis and quantitative data from the checklist were calculated using unpaired t-test due to
Communication, Information, and Education assessment was conducted by two different
investigators. Additionally, the Cohen's kappa coefficient measurement was carried out to
determine the consistency and the degree of assessment agreement from both investigators.
The result of the study were: 1. Guidelines for simulation patient training; 2.
Tuberculosis cases role play scenario; 3. Evaluation instruments; 4. Simulation patient
performance; 5. Reliability test. The unpaired t-test result showed that the value of scenario 1
of tuberculosis was p>1.000, while the scenario 2 of tuberculosis was p>0.625. Also, the
Cohen's kappa value were 0.784 and 0.7592 in scenario 1 and scenario 2 of Tuberculosis,
respectively. It can be summarized from the study that the patient simulation training one by
one and video recording was needed to ensure the performance of simulation patients. In
addition to that, a selection for the patient simulation was done in order to obtain the best patient
simulation based on the checklist scoring. The performance of simulation patients was
determined by the checklist for Communication, Information, and Education assessment. The
checklists for simulation have been adapted to the scenario, while the role play scenario was
based on the literature which has been adapted to Regulation of Minister of Health of The
Republic of Indonesia.
Keywords: communication, information, and education, simulation patients, tuberculosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI
SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT TUBERKULOSIS DI FAKULTAS
FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Febry Nawacatur Kurnia Sari
NIM : 138114139

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI
SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT TUBERKULOSIS DI FAKULTAS
FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Febry Nawacatur Kurnia Sari
NIM : 138114139

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Pohon itu menghasilkan
buahnya pada setiap waktu
dengan seizin Tuhannya.”
Ibrahim [14]:25.


Karya ini kupersembahkan kepada ,
Tuhan Yang Maha Esa,
Keluarga dan Sahabat,
serta almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah
skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi Pelatihan Metode Pasien Simulasi Sebagai Alat
Evaluasi KIE Obat Tuberkulosis Di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma” sebagai
syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkann penulis dalam penyusunan
skripsi ini.

2.

Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D., Apt. dan Ibu Putu Dyana Christasami, M.Sc.,
Apt., selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang membangun.

3.

Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis
dengan Ilmu yang sudah diberikan selama proses perkuliahan.

4.

Semua pihak yang telah bersedia membantu serta terlibat dalam penelitian sebagai
responden dan observer.

5.


Kedua orang tua ku Bapak Ratno Saputro dan Ibu Agoestiningsih, adikku Oviwasat
Dwisaktica dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang
dan cinta, dukungan, perhatian, kesabaran dalam membimbing penulis dari awal hingga
berakhirnya penulisan ini.

6.

Teman-teman seperjuangan skripsi Yunita, Fransisca Natasha Ernestiani, Yosephine
Charisma Agrilia Sundoro, Kinanti Dita Pratiwi, Francisca Aninda Sarasita, dan Stephanie
Afrillia yang selalu berjuang bersama dan saling memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 7 Februari 2017
Penulis

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
PRAKATA ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................................ xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
METODE .......................................................................................................... 2
Desain dan Subjek Penelitian ............................................................................. 2
Tahap Persiapan ................................................................................................. 3
Tahap Implementasi Penelitian ......................................................................... 4
Analisis Data ..................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 5
Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi .................................................................. 5
Performa Pasien Simulasi .................................................................................. 6
Uji Realibilitas ................................................................................................... 7
KESIMPULAN ................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9
LAMPIRAN ...................................................................................................... 10
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 23


viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Checklist Penilaian KIE Skenario 1 ................................................. 10
Lampiran 2. Checklist Penilaian KIE Skenario 2 ................................................. 11
Lampiran 3. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 1................... 12
Lampiran 4. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 1 ..................... 13
Lampiran 5. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 2................... 14
Lampiran 6. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 2 ..................... 15
Lampiran 7. Informed Consent Apoteker ............................................................. 16
Lampiran 8. Informed Consent PSPA .................................................................. 17
Lampiran 9. Informed Consent Pasien Simulasi .................................................. 18
Lampiran 10. Informed Consent Mahasiswa Farmasi .......................................... 19
Lampiran 11. Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi Kasus Tuberkulosis ...... 20
Lampiran 12. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa ...................... 21
Lampiran 13. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan Menggunakan
SPSS. ............................................................................................. 22

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rata – rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus
Tuberkulosis ....................................................................................... 6
Gambar 2. Rata – rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 2 Kasus
Tuberkulosis ....................................................................................... 7

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Dalam praktik kefarmasian KIE penting untuk diberikan, namun sejauh ini peran
apoteker dalam melakukan KIE tergolong rendah. Apabila ditinjau dari segi perguruan tinggi
maka perlu dilakukan evaluasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan apoteker
dalam melakukan KIE. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan materi pelatihan
pasien simulasi KIE dan metode dalam melatih pasien simulasi yang sesuai dengan skenario
role play KIE dalam pelayanan obat tuberkulosis.
Subjek penelitian berupa pasien simulasi yang dilatih sesuai kasus skenario
tuberkulosis. Data berupa data kuantitatif dari checklist dan data kualititatif dari pengamatan
peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis data kuantitatif dari checklist dihitung
menggunakan t-test tidak berpasangan karena penilaian KIE dilakukan oleh dua orang berbeda,
dan perhitungan koefisien Cohen kappa untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat
kesepakatan penilaian kedua penilai.
Hasil dari penelitian ini berupa 1.Pedoman pelatihan pasien simulasi 2.Skenario role
play kasus tuberkulosis 3.Instrumen evaluasi 4.Performa pasien simulasi 5.Uji reliabilitas. Hasil
t-test tidak berpasangan skenario 1 tuberkulosis nilai p>1,000 dan pada skenario 2 tuberkulosis
nilai p>0,625. Nilai cohen kappa pada skenario 1 tuberkulosis 0,784 dan skenario 2 tuberkulosis
0,759. Diperoleh kesimpulan bahwa pasien simulasi dilatih satu per satu dan dilakukan
perekaman video untuk menjamin performa pasien simulasi, dilakukan seleksi pasien simulasi
untuk mendapat pasien simulasi terbaik dengan penilaian pada checklist. Checklist pasien
simulasi telah disesuaikan dengan skenario yang dibuat. Performa pasien simulasi dilihat pula
dari checklist penilaian KIE. Skenario role play dibuat berdasarkan literatur yang telah
disesuaikan dengan Permenkes.
Kata kunci : KIE, pasien simulasi, tuberkulosis.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Communication, Information, and Education practice are essential in a pharmaceutical
care, however, the role of pharmacists in practicing Communication, Information, and
Education have been below the standard. In terms of higher education perspective, it is
necessary to conduct a learning evaluation that can be utilized to improve the ability of
pharmacists in practicing Communication, Information, and Education. The aim of this study
was to develop training materials for Communication, Information, and Education simulation
patient and methods in training simulation patient which is suitable for Communication,
Information, and Education role play scenario in tuberculosis medication services.
Subjects in this study were simulated patients who have been trained to be suitable for
the scenario of tuberculosis cases. The data were a quantitative data obtained from a checklist
and qualitative data obtained from observation towards the performance of simulated patients.
Analysis and quantitative data from the checklist were calculated using unpaired t-test due to
Communication, Information, and Education assessment was conducted by two different
investigators. Additionally, the Cohen's kappa coefficient measurement was carried out to
determine the consistency and the degree of assessment agreement from both investigators.
The result of the study were: 1. Guidelines for simulation patient training; 2.
Tuberculosis cases role play scenario; 3. Evaluation instruments; 4. Simulation patient
performance; 5. Reliability test. The unpaired t-test result showed that the value of scenario 1
of tuberculosis was p>1.000, while the scenario 2 of tuberculosis was p>0.625. Also, the
Cohen's kappa value were 0.784 and 0.7592 in scenario 1 and scenario 2 of Tuberculosis,
respectively. It can be summarized from the study that the patient simulation training one by
one and video recording was needed to ensure the performance of simulation patients. In
addition to that, a selection for the patient simulation was done in order to obtain the best patient
simulation based on the checklist scoring. The performance of simulation patients was
determined by the checklist for Communication, Information, and Education assessment. The
checklists for simulation have been adapted to the scenario, while the role play scenario was
based on the literature which has been adapted to Regulation of Minister of Health of The
Republic of Indonesia.
Keywords: communication, information, and education, simulation patients, tuberculosis.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan bagian dari serangkaian konseling
yang berupa pelayanan dari apoteker terhadap pasien sebagai konsumen obat. Kesalahan
pengobatan diharapkan dapat dicegah melalui KIE, apoteker juga dituntut agar dapat
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penetapan terapi dengan obat yang rasional.
Standar pelayanan tersebut diharapkan dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi
pasien (Depkes RI, 2014).
Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting
tentang obat dan pengobatannya, diantaranya yaitu (a) pemahaman yang jelas mengenai
indikasi dan bagaimana menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,
lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter, (b) peringatan yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan proses pengobatan, (c) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial,
interaksi obat dengan obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien, (d) reaksi obat
yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang mengakibatkan cedera pasien,
pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya
ADR tersebut, (e) penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang
sudah rusak atau kadaluwarsa. Ketika melakukan konseling ke pada pasien, apoteker
mempunyai kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada
proses sebelumnya (Depkes RI, 2008).
Bedasarkan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) seorang apoteker
sebaiknya mampu melakukan berbagai standar kompetensi yang telah ditetapkan, diantaranya
yaitu harus mampu menyampaikan informasi bagi masyarakat (pasien) dengan tetap
mengindahkan etika profesi kefarmasian. Dalam menyampaikan informasi apoteker harus
memiliki kompetensi berupa mampu menyediakan materi informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan untuk pelayanan pasien serta mampu menyediakan edukasi sediaan farmasi kepada
masyarakat (PPIAI, 2011).
Pada prakteknya dalam penelitian Adelina (2009) di Medan, melaporkan bahwa pada
85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker dan standar pelayanan kefarmasian
di apotek masih dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 42,74%. Di Surabaya profil
kinerja apoteker pada kegiatan profesional adalah: (1) Skrining resep, sebanyak 21,4% kinerja
rendah (2) Penyiapan obat, sebanyak 19,8% kinerja rendah (3) Informasi obat, konseling, dan
monitoring, sebanyak 37,1% kinerja rendah dan (4) Promosi kesehatan dan pendidikan,
sebanyak 54,5% kinerja rendah. Sehingga kinerja apoteker dalam praktek pelayanan
kefarmasian belum memenuhi standar persyaratan (Adelina, 2009; Setiawan dan Faturrohmah,
2010).
Pada tahun 2013 WHO memperkirakan bahwa terdapat 6.800 kasus baru TBC dengan
Multi Drug Resisten (TB MDR) setiap tahunnya di Indonesia. Kasus TBC MDR terdiri dari
kasus TBC baru yang diperkirakan sebesar 2% sedangkan 12% dari kasus TBC pengobatan
ulang. Diperkirakan juga bahwa lebih dari 55% pasien TBC MDR belum terdiagnosis atau
mendapatkan pengobatan dengan tepat (Kemenkes RI, 2015). Prevalensi Multi Drug Resisten
Tuberculocis yang tidak sedikit ini sangat tergantung dari kepatuhan penderita. Ketidak patuhan
selama pengobatan TBC tidak jarang terjadi, hal tersebut diantaranya disebabkan oleh jumlah
obat yang diminum cukup banyak, pemakaian obat secara jangka panjang dan kurangnya
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesadaran penderita terhadap penyakitnya. Sehingga peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan,
salah satunya adalah peran apoteker dalam memberikan komunikasi, informasi serta edukasi
(KIE) pentingnya ketaatan dan penggunaan obat terhadap pasien TB agar target terapi dapat
dicapai.
Sejauh ini pendidikan tinggi pada umumnya akan melakukan evaluasi terhadap
keberhasilan silabus berupa, aktivitas diskusi, tugas kelompok ataupun individu, kuis, ujian
tengah semester maupun ujian akhir semester (Ikawati dan Rahmawati, 2008; Nasif, dkk, 2012).
Sedangkan dari sisi pendidikan tinggi, sebaiknya seorang calon apoteker diberi bekal untuk
mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya, yang mana diharap
mampu menjelaskan pedoman terapi untuk penanganan penyakit, melakukan analisis sesuai
terapi dan mengidentifikasi masalah penggunaan obat serta solusinya. Selain itu calon apoteker
juga diharap mampu melakukan pelayanan sediaan farmasi sesuai prosedur sehingga mampu
melakukan review resep hingga mampu memberikan informasi tentang obat dan pengobatan
kepada pasien baik pada pelayanan resep dan/atau swamedikasi (APTFI, 2013).
Pada penelitian ini, peneliti akan menawarkan cara evaluasi baru untuk mengevaluasi
materi perkuliahan di pendidikan tinggi yang belum banyak digunakan, yaitu berupa pelatihan
metode pasien simulasi. Keuntungan dari alat evaluasi ini yaitu mahasiswa farmasi dapat
mempunyai gambaran kasus yang akan dihadapi di lapangan, mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi secara langsung dengan berhadapan dengan pasien simulasi, serta dapat melatih
kemampuan komunikasi mahasiswa. Sedangkan kerugian dari alat evaluasi ini yaitu harus
dipersiapkan dalam jangka waktu yang cukup lama, dan memerlukan sukarelawan untuk
dijadikan pasien simulasi yang terlatih. Pada penelitian ini peneliti akan memberikan materi
yang akan dilatihkan pada pasien simulasi berupa obat-obatan tuberkulosis, sebab penyakit
tuberkulosis memiliki prevalensi yang cukup tinggi.
METODE PENELITIAN
Rancangan dan Subyek Penelitian
Penelitian mengenai Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi Mahasiswa dalam
Pelayanan KIE Obat Tuberkulosis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma ini termasuk
dalam jenis penelitian eksperimental (kuasi eksperimental). Penelitian ini termasuk dalam
penelitian eksperimental karena diberikan perlakuan terhadap subyek penelitian untuk
memberikan suatu keadaan yang akan diteliti bagaimana akibatnya (Jaedun, 2011).
Subyek penelitian berupa pemeran pasien simulasi sebanyak lima orang yang telah
dilatih sebagai pasien tuberkulosis dan diambil dua orang yang memenuhi kriteria untuk
menjalankan peran KIE dengan mahasiswa farmasi. Pasien simulasi diminta agar menyerupai
pasien yang sesunguhnya mulai dari mimik muka, cara berbicara, sikap dan perilakunya.
Adapun kriteria inklusi pasien simulasi sebagai berikut : berusia minimal 18 tahun, bersedia
untuk mengikuti beberapa kali pelatihan sebelum dinyatakan siap untuk menjadi pasien
simulasi, bersedia untuk berpartisipasi dalam minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan
dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, mau dan mampu bekerja sama dalam
tim, memiliki daya ingat yang baik, memiliki kemampuan untuk melakukan improvisasi, serta
mamahami tujuan dari program pelatihan yang dilakukan.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tahap Persiapan
Pembuatan Pedoman Pelatihan
Pedoman pelatihan dibuat berdasarkan studi literatur yaitu Pharmacotherapy a
Phatophysiologic Approach eight edition (Dipiro, 2011), Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Tuberkulosis (Depkes RI, 2005) dan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Kemenkes
RI, 2014) terkait tanda gejala serta pengobatan penyakit tuberkulosis.
Pembuatan Skenario
Pembuatan skenario kasus obat tuberkulosis berdasarkan studi literatur sejumlah dua
skenario dan/atau pengamatan/pengalaman pribadi yang dilanjutkan dengan expert judgement
dan bahasa, kemudian direvisi. Skenario kasus berjumlah dua macam, yang terdiri dari
pelayanan obat tuberkulosis dengan resep terapi awal dan resep terapi lanjutan. Skenario kasus
tersebut digunakan untuk pelatihan pasien simulasi dalam bentuk role play pengobatan
tuberkulosis dan dibagikan kepada pemeran pasien sehari sebelum latihan dilakukan. Sebelum
dilakukan role play terhadap pasien simulasi, skenario tuberkulosis yang digunakan melewati
tahap validasi terlebih dahulu.
Pembuatan Instrumen Evaluasi
Pengembangan rubrik penilaian, rubrik penilaian dibagi menjadi dua, yaitu checklist
penilaian untuk pasien simulasi dan checklist penilaian untuk KIE obat tuberkulosis. Checklist
penilaian KIE obat tuberkulosis berdasarkan dengan studi literatur meliputi Permenkes No.35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan diperoleh dari Wijoyo
(2016) yang telah disesuaikan dengan Permenkes sebagai validitas. Dan dilanjutkan dengan
melakukan expert judgement dan uji bahasa terhadap observer independen.
Hasil checklist peniaian KIE, berupa data kuantitatif dimana poin-poin checklist
dihitung dengan dua cara. Data kuantitatif dari pemeran pasien yang diperoleh dari nilai ratarata kedua observer independen dibandingkan antara hari pertama dan hari kedua pelatihan.
Data kualitatif merupakan data pendukung dari data kuantitatif. Analisis dan data kuantitatif
dari checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dikarenakan penilaian KIE
dilakukan oleh dua orang yang berbeda, serta dilakukan perhitungan koefisien Cohen kappa
untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat kesepakatan penilaian kedua observer
independen dan proses KIE. Apabila hasil t-test dan Cohen kappa tidak memenuhi standar maka
mahasiswa farmasi yang dijadikan sebagai subjek uji diganti.
Pemilihan Pasien Simulasi
Pasien simulasi sebanyak lima orang dilatih sebagai pasien tuberkulosis dan diambil dua
orang yang memenuhi kriteria untuk menjalankan peran KIE dengan mahasiswa farmasi.
Pasien simulasi diminta agar menyerupai pasien yang sesunguhnya mulai dari mimik muka,
cara berbicara, sikap dan perilakunya. Adapun kriteria inklusi pasien simulasi sebagai berikut :
berusia minimal 18 tahun, bersedia untuk mengikuti beberapa kali pelatihan sebelum
dinyatakan siap untuk menjadi pasien simulasi, bersedia untuk berpartisipasi dalam minimal 3
sesi rekaman video, dapat diandalkan dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan,
mau dan mampu bekerja sama dalam tim, memiliki daya ingat yang baik, memiliki kemampuan
untuk melakukan improvisasi, serta mamahami tujuan dari program pelatihan yang dilakukan.
Pasien simulasi yang telah dilatih dan melalui proses penilaian akan dipilih dua orang
berdasarkan checklist penilaian yang paling baik dan menunjukan peningkatan hasil atau
3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

konsisten pada setiap penilaian yang diberikan oleh observer dan peneliti, maka pasien simulai
dinyatakan siap dan layak.
Tahap Implementasi Penelitian
Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai
dengan literatur yang berisikan penjelasan penyakit tuberkulosis, gejala yang dirasakan,
pengobatan yang diberikan dan terapi non farmakologi serta cara mencegah penularan kepada
pemeran pasien simulasi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama. Peneliti menjelaskan
tugas kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.
Pemeran pasien simulasi dilatih satu per satu sesuai dengan kasus pada skenario oleh
mahasiswa PSPA yang ditunjuk sebagai pelatih pasien simulasi, setelah pasien simulasi
memahami skenario dan perannya maka pasien simulasi dipertemukan oleh mahasiswa PSPA
yang berperan sebagai apoteker yang akan melakukan role play dengan pasien simulasi. Pasien
simulasi akan dibiasakan sedemikian rupa sesuai dengan situasi dalam skenario agar dapat
berperan menyerupai keadaan nyata dalam kehidupan. Selama melakukan role play dengan
pemeran apoteker, performa pasien simulasi akan direkam dan dinilai oleh mahasiswa PSPA
yang berperan sebagai observer dan peneliti. Hasil rekaman video diputar pada akhir sesi
pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak
dapat melakukan penilaian berupa checklist penilaian, terutama terhadap performa pemeran
pasien simulasi.
Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi akan dinilai oleh
mahasiswa PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk melihat
perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam praktik KIE.
Proses pelatihan, role play, perekaman, penilaian hingga evaluasi ini dilakukan sebanyak tiga
kali pertemuan.
Setelah dua pasien simulasi terpilih untuk melakukan KIE dengan mahasiswa farmasi,
maka dilakukan penilaian terhadap proses yang dilakukan selama KIE. Penilaian tersebut
berupa checklist penilaian KIE yang diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan
dengan Permenkes sebagai validitas.
Analisis Data
Hasil checklist penilaian pemeran pasien yang sudah bisa memenuhi nilai total checklist
dan/atau memiliki nilai yang stabil serta konsisten berdasarkan yang diberikan oleh observer
dan peneliti, maka pasien simulai dinyatakan siap dan layak. Checklist penilaian pasien simulasi
antara skenario 1 dan 2 memiliki poin-poin yang berbeda tergantung dengan skenario kasus.
Nilai maksimal atau nilai total dari checklist penilaian pasien simulasi skenario 1 adalah 14 poin
sedangkan untuk skenario 2 adalah 13 poin.
Data kuantitatif berupa hasil koefisien Cohen kappa >0,7 maka cara penilaian kedua
observer adalah baik; apabila >0,8 maka sangat baik. Apabila hasil penilaian Cohen kappa 0,05 maka hasil penilaian telah konsisten. Sedangkan data kualitatif
merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berupa pedoman pelatihan pasien simulasi, penilaian peforma pasien
simulasi dan uji reliabilitas yang penejelasannya akan dijabarkan sebagai berikut :
Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi
Pada pedoman pelatihan pemeran pasien simulasi berisi tentang tujuan pelatihan, waktu
pelaksanaan, jumlah personil, skenario kasus dan instrumen. Pedoman pelatihan diberikan
kepada pemeran pasien simulasi. Pedoman pelatihan merupakan landasan dan petunjuk yang
digunakan untuk melatih pasien simulasi, hal tersebut agar dalam melakukan pelatihan pasien
simulasi sesuai dengan KIE yang dimaksud dalam ranah penelitian ini. Setelah dilakukan
seluruh pelatihan skenario maka pelatihan KIE dilanjutkan dengan melibatkan mahasiswa
farmasi tingkat S1 dan praktisi apoteker sebagai penilai sesuai dengan yang tercantum pada
dokumen pedoman pelatihan.
Skenario Pasien Simulasi untuk Obat Tuberkulosis
Skenario yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari studi literatur baik
mengenai tanda gejala yang dialami oleh pasien tuberkulosis, obat yang sering
digunakan untuk terapi serta panduan terapi tuberkulosis yang digunakan oleh
Pemerintah Indonesia. Skenario dibuat sedemikian rupa berdasarkan dengan salah satu
kasus pasien tuberkulosis di rumah sakit swasta di Jawa Tengah serta Pharmacotherapy
a Phatophysiologic Approach eight edition (Dipiro, 2011) dan Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Tuberkulosis (Depkes RI, 2005) terkait tanda gejala serta pengobatan
penyakit tuberkulosis. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
mempelajari keadaan yang sebenarnya mengenai kasus tuberkulosis dalam kehidupan
nyata. Untuk menunjang skenario dan didapatkan keadaan yang sebenarnya maka
dibutuhkan pasien simulasi yang telah dilatih berdasarkan kasus dalam skenario.
Skenario kasus berperan penting untuk pasien simulasi agar pasien simulasi
memiliki gambaran mengenai hal yang dilakukan dalam role play, skenario kasus juga
memudahkan mahasiswa PSPA dalam melatih pasien simulasi.
Skenario yang dibuat telah sesuai dengan syarat KIE apoteker yang ditetapkan
oleh Permenkes, yaitu diantaranya adalah ada tahap dimana peran apoteker
menggunakan three prime questions untuk memulai konseling. Dan pada akhir
konseling apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan (Depkes RI, 2014).
Instrumen Evaluasi
Performa pasien simulasi dan mahasiswa farmasi dinilai menggunakan checklist
penilaian. Checklist penilaian dibagi menjadi dua, yaitu checklist penilaian untuk pasien
simulasi dan checklist penilaian untuk KIE obat tuberkulosis. Isi checklist penilaian
untuk KIE yaitu kemampuan berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan
bahasa yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat
yang digunakan, dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang
disampaikan. Sedangkan pada checklist pemeran pasien simulasi yang dinilai adalah
performa pasien simulasi dalam menyampaikan keluhan penyakit, riwayat penyakit dan
pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan yang diberikan, serta mengenai terapi
non-farmakologi, sebagai data kuantitatif dan khusus pada checklist yang diisi oleh
5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nilai rata-rata

peneliti terdapat kolom komentar sebagai data kualitatifnya. Data kualitatif diperoleh
dari pengamatan terhadap peserta pasien simulasi saat melakukan peran seperti mimik
muka, cara berbicara, dan sikap serta perilaku.
Checklist penilaian pasien simulasi dibuat berdasarkan dengan studi literatur
meliputi Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek yang telah disesuaikan dengan skenario kasus KIE tuberkulosis.
Performa Pasien Simulasi
Pasien simulasi diminta agar menyerupai pasien yang sesunguhnya mulai dari mimik
muka, cara berbicara, sikap dan perilakunya. Pasien simulasi yang dilatih adalah yang berlatar
belakang non kesehatan sebab untuk menghindari hasil penilaian yang bias dan menghindari
adanya pendapat pribadi saat peneliti memberikan arahan dan menjelaskan tentang penyakit
pada penelitian ini.
Dari lima pasien simulasi yang mengikuti pelatihan diseleksi dan dipilih dua terbaik,
hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti untuk melakukan penelitian
ini. Dua pasien simulasi yang memiliki nilai kuantitatif penuh dan/atau stabil serta memiliki
nilai kualitatif yang mendekati real setting dipilih untuk berperan dengan mahasiswa farmasi.
Dari hasil penilaian dua pasien simulasi yang dipilih adalah pasien simulasi dua dan
lima karena kedua pasien menunjukan nilai yang meningkat dan stabil bedasarkan data
kuantitatif. Hal ini dapat dilihat pada grafik nilai rata-rata pasien simulasi pada skenario 1 kasus
tuberkulosis (Gambar 1) grafik pasien simulasi 2 yang diwakili dengan warna kuning
meningkat dari pertemuan pertama mendapat nilai 11,5 dan memperoleh nilai 13 pada
pertemuan kedua dan ketiga. Sedangkan pasien simulasi 5 yang diwakili warna coklat
menunjukan nilai 13 pada pertemuan pertama dan kedua selanjutnya memperoleh nilai 14 pada
hari ketiga.
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

14
11,5 11,5 11

13

12

13

12

1

12

13

2

12,5 13 12,5 13

14

3

pertemuan kePS 1

PS 2

PS 3

PS 4

PS 5

Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus Tuberkulosis.
Sedangkan pada grafik nilai rata-rata pasien simulasi pada skenario 2 kasus tuberkulosis
(Gambar 2) pasien simulasi 2 menunjukan nilai 13, pada pertemuan kedua 12,5 dan 13 pada
pertemuan ketiga. Pasien simulasi 5 menunjukan nilai 13 pada pertemuan pertama, pada
pertemuan kedua 12 dan 13 pada pertemuan ketiga. Meskipun nilai kedua pasien kurang stabil
namun dari penilaian kualitatif nilai kedua pasien yang terpilih ini menunjukan hasil yang lebih
baik dan menyerupai real setting dibandingkan dengan nilai ketiga pasien yang lainnya.

6

nilai rata-rata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

12

13 12,5 13

13

12 12,5 12

1

11

12

2

12

13 12,5 13

13

3

pertemuan kePS 1

PS 2

PS 3

PS 4

PS 5

Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 2 Kasus Tuberkulosis.
Berdasarkan penilaian kualitatif yang dilakukan pada kelima pasien simulasi, pasien
simulasi dua dan lima menunjukan hasil yang lebih baik dan mendekati real setting. Mulai dari
ekspresi, kontak mata, tanda gejala yang ditunjukan dan keaktifan pasien simulasi dalam
bertanya tentang informasi obat kepada pemeran apoteker telah baik. Pengucapan artikulasi dan
volume dalam berbicara pasien simulasi dua dan lima juga terdengar dengan jelas apabila
dibandingan dengan pasien simulasi satu, tiga dan empat. Pasien simulasi satu, tiga dan empat
selain kurang jelas dalam artikulasi dan volume berbicara ketiga pasien ini kurang dalam
menunjukan ekpresinya. Pasien simulasi satu dan dua kurang aktif dalam bertanya kepada
pemeran apoteker. Sehingga pasien simulasi dua dan lima yang dipilih dan dihadapkan dengan
mahasiswa S1 farmasi untuk melakukan role play.
Uji Reliabilitas
Pasien simulasi sejumlah dua orang yang telah terpilih dihadapkan dengan mahasiswa
farmasi untuk melakukan role play KIE. Dalam role play KIE, mahasiswa farmasi akan dinilai
guna untuk melihat seberapa baik peran pasien simulasi dalam membantu performa mahasiswa
farmasi dalam menyampaikan KIE pada pasien.
Komunikasi yang dilakukan selama KIE harus memiliki nilai yang baik dari tiap-tiap
poinnya, penilaian terhadap performa setiap mahasiswa dilakukan dengan cara yang sama oleh
kedua penilai (observer independen dan peneliti).
Dari hasil penilaian checklist KIE dihitung menggunakan t-test tidak perpasangan,
perhitungan ini dilakukan guna untuk melihat perbedaan/membandingkan persepsi dalam
penilaian antara dua penilai terhadap performa KIE. Dan dari penilaian yang dilakukan
menunjukan hasil t-test pada skenario 1 tuberkulosis yaitu nilai p=1,000 sedangkan pada
skenario 2 tuberkulosis yaitu nilai p=0,625 hal tersebut menunjukan bahwa t-test tidak
berpasangan yang dilakukan berbeda tidak bermakna, yang berarti penilaian dari kedua penilai
telah baik.
Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya nilai kesepakatan dari hasil penilaian kedua
penilai yang dihitung dengan Cohen kappa sebagai reliabilitas. Uji Cohen kappa dilakukan
pada penelitian ini sebagai uji reliabilitas, uji reliabilitas dilakukan guna untuk mengukur
konsistensi. Cohen kappa memiliki keunggulan dapat melihat kemungkinan kesepakatan yang
diharapkan dan tidak terpengaruh jumlah nilai 0 yang dimasukkan dalam tabel (Silcocks,
1983). Selain itu Cohen kappa juga digunakan untuk menilai kesepakatan antara dua peneliti
dan adanya proporsi untuk kesepakatan koreksi (Cohen, 1960).
7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Apabila hasil koefisien Cohen kappa 0,61 sampai dengan 0,80 berarti menunjukan
kesepakatan yang baik (Viera dan Garrett, 2005). Sedangkan menurut Zenk (2007) apabila nilai
Cohen kappa 0,60 sampai dengan 1,00 termasuk dalam gold standard nilai koefisien kappa
dalam kategori besar dan hampir sempurna. Dari penilaian yang dilakukan menunjukan hasil
perhitungan rata-rata nilai Cohen kappa pada skenario 1 tuberkulosis yaitu 0,784 sedangkan
pada skenario 2 tuberkulosis yaitu 0,759 sehingga hal tersebut menunjukan bahwa telah
diperoleh kesepakatan yang baik diantara dua penilai pada penilaian performa KIE. Sehingga
dapat dilihat apabila peran pasien simulasi dapat membantu performa mahasiswa farmasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini pasien simulasi dilatih satu per satu, dilakukan perekaman video
untuk menjamin performa pasien simulasi, pasien simulasi diseleksi untuk mendapatkan yang
terbaik. Checklist pasien simulasi berupa kuantitatif dan kualitatif yang telah disesuaikan
dengan skenario. Performa pasien simulasi dilihat pula dari checklist penilaian KIE. Skenario
dibuat berdasarkan studi literatur dan kasus nyata pasien tuberkulosis di salah satu rumah sakit
swasta di Jawa Tengah serta disesuaikan dengan syarat KIE menurut Permenkes No.35 Tahun
2014.
Saran bagi penelitian selanjutnya, pada saat melakukan pelatihan pasien simulasi
sebaiknya pasien yang sedang tidak melakukan role play dan pasien yang sedang melakukan
role play ditempatkan pada ruangan yang terpisah. Hal ini bertujuan agar pasien simulasi tidak
terpengaruhi dengan keberadaan pasien lain. Pada saat perekaman video sebaiknya pasien
simulasi dan pemeran apoteker menggunakan mikrofon, agar suara dapat terdengar dengan
jelas dalam video.

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Adelina, 2009, Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota Medan Tahun 2008,
Skripsi Sarjana Pada Fakultas Farmasi USU Medan.
APTFI, 2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Kurikulum Pendidikan
Farmasi, http://www.aptfi.or.id/dokumen/2016/Kompetensi&KurAPTFI2013.
Cohen,J., 1960, Coefficient of agreement for nominal scales, Educational and Psychological
Measurement, 20: 37–46.
Depkes RI, 2008, Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety).
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014,
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Dipiro, J.T., dkk, 2011, Pharmacotherapy a Phatophysiologic Approach, edisi 8th, Mc Graw Hill,
New York, 1931-1947.
Ikawati, Z., dan Rahmawati, F., 2008, Mata Kuliah Farmakoterapi Sistem Pencernaan dan
Pernafasan, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Jaedun, A., 2011, Metodologi Penelitian Ekxperimen, Fakultas Teknik UNY, Yogyakarta.
Kemenkes RI, 2015, Pusdatin Tuberkulosis, Infodatin, (Tuberculosis), 1-7.
Nasif, H., dkk, 2012, Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) Mata Kuliah
Farmasi Klinik & Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
PPIAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI), Ikatan Apoteker Indonesia.
Setiawan, C. D., dan Faturrohmah, A., 2010, Profile of Community Pharmacists’ Performance by
Pharmacy Team Perception, 1(1), 1-4.
Silcocks, 1983, Measuring Repeatability and Validity of Histological Diagnosis- A Brief Review
With Some Practical Examples, J Clin Pathol, 36, 1269-1275.
Viera, A. J., dan Garrett, J. M.,2005, Understanding Interobserver Agreement: The Kappa Statistic,
Family Medicine, 37(5), 360-3.
Zenk, S. N., dkk, 2007, Inter-Rater and Test–Retest Reliability: Methods and Results for The
Neighborhood Observational Checklist, Health & Place, 13, 452–465.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Checklist Penilaian KIE Skenario 1

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Checklist Penilaian KIE Skenario 2

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 1

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 1

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 2

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 2

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Informed Consent Apoteker

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Informed Consent PSPA

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Informed Consent Pasien Simulasi

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Informed Consent Mahasiswa Farmasi

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11. Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi Kasus Tuberkulosis.
Kasus Tuberkulosis 1
Mahasiswa Penilai Penilai Koefisi
1
2
en
Ya T Ya T Kappa
d
d
k
k
1
15 6 16 5
0,632
2
1
16 5 16 5
3
17 4 17 4
1
4
0,691
17 4 17 4
5
0,644
20 1 19 2
6
0,774
19 2 18 3
7
1
19 2 19 2
8
18 3 18 3
0,611
9
1
17 4 17 4
10
0,488
17 4 18 3
Rata-rata Nilai Kappa
0,784
Nilai p
1,000

Kasus Tuberkulosis 2
Mahasiswa Penilai Penilai
1
2
Ya T Ya T
d
d
k
k
11
19 2 20 1
12
18 3 19 2
13
16 5 16 5
14
17 4 17 4
15
16 5 17 4
16
18 3 16 5
17
16 5 17 4
18
18 3 18 3
19
20 1 20 1
20
16 5 17 4
Rata-rata Nilai Kappa
Nilai p
0,625

20

Koefisi
en
Kappa

0,644
0,774
1
0,691
0,577
0,696
0,859
0,774
1
0,577
0,7592

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 12. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa.

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 13. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan Menggunakan SPSS.

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengembangan Materi Pelatihan Metode
Pasien Simulasi Sebagai Alat Evaluasi Kie Obat Tuberkulosis Di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma” memiliki nama lengkap Febry
Nawacatur Kurnia Sari, lahir di Jember, 3 Februari 1994, merupakan anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Ratno Saputro dan Agoestiningsih.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Kemala Bhayangkara
Nganjuk (1998-2000), pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Ganung
Kidul 1 Nganjuk (2000-2006), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 1 Nganjuk (2006-2009), pendidikan Sekolah Menengah Atas
di SMK Farmasi Bhakti Wiyata Kediri (2009-2012). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana
di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013.

23