ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAANMODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2002–2006.

(1)

1

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

MODEL ALTMAN PADA SEKTOR

PARMACEUTICALS

DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2002–2006

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

KOESTINI WIDYANINGSIH B. 100 050 177

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2008


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kinerja perusahaan dan dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan dimasa yang akan datang. Kondisi ini tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang mengarah ke kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No. 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu No. 1 tersebut debitur yang terkena default (gagal bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja. Bagi investor, kebangkrutan akan mempunyai konsekuensi berkurangnya investasi atau bahkan hilangnya investasi secara keseluruhan. Sedangkan bagi kreditur, pernyataan bangkrut akan mengakibatkan kerugian sebagai akibat hilangnya tagihan (pokok pinjaman beserta bunganya).

Dalam menjalankan operasinya perusahaan tidak selalu berkembang dengan baik. Kadang-kadang perusahaan terpaksa “memperkecil diri” agar mampu bertahan atau bahkan terpaksa membubarkan diri karena menderita kerugian terus-menerus. Perusahaan mungkin mengalami kesulitan keuangan


(3)

karena operasi, atau juga karena alasan keuangan. Kesuliatan keuangan karena operasi, berarti perusahaan menanggung biaya operasi lebih besar dari penghasilan operasinya. Alasan keuangan, berarti perusahaan menghadapi kesulitan keuangan karena beban keuangan tetap yang terlalu besar. Mungkin dari sisi operasional masih menghasilkan keuntungan operasi, tetapi laba operasi tersebut tidak mampu untuk memenuhi kewajiban tunggalnya. Faktor kombinasi dapat pula mengakibatkan kesulitan keuangan bagi perusahaan.

Resiko kebangkrutan sebuah perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan financial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan dan hasil yang dianggap cukup baik, dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut (Adnan dan Kurniasih, 2000).

Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban tetap yang harus dibayar serta potensi kebangkrutan yang akan


(4)

dialami. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar bangkrut (Nesser dan Aryati, 2002).

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dalam hal ini dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Dalam praktik dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan yang paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

Perhatikan empat kategori semacam ini (Hanafi dan Halim, 1996:263): Tidak dalam kesulitan

keuangan

Dalam kesulitan keuangan Tidak bangkrut

Bangkrut

I III

II IV

Perusahaan yang berada dalam kategori II barangkali mengalami kesulitan, tetapi berhasil mengatasi masalah tersebut dan oleh karena itu tidak bangkrut. Perusahaan yang berada dalam kategori III sebenarnya tidak


(5)

mengalami kesulitan keuangan. Tetapi karena sesuatu hal, misal ingin mengatasi tekanan dari pekerja, perusahaan tersebut memutuskan untuk menyatakan bangkrut. Dengan situasi semacam itu nampak kebangkrutan bisa mempunyai pengertian yang tidak jelas. Pada situasi IV, pengertian kebangkrutan relatif jelas, perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan karena itu akan bangkrut. Demikian juga pada situasi I, situasi keuangan cukup jelas, dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai kesulitan keuangan dan tidak mengalami kebangkrutan. Tidak demikian halnya dengan situasi II dan III yang bisa mempunyai pengertian yang kabur.

Mengadakan analisis terhadap laporan keuangan suatu badan usaha atau perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi financial suatu perusahaan tersebut, walaupun kepentingan antara pihak yang satu dengan yang lain berlainan. Di satu pihak, adanya analisis tersebut dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam perusahaan berdasarkan suatu informasi keuangan dan bisa dijadikan sebagai dasar kebijakan permodalan di masa yang akan datang.

Analisis Diskriminan Altman adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengklasifikasikan pengamatan kedalam sebuah kelompok dari beberapa prioritas pengelompokan MDA digunakan terutama untuk menggolongkan kedalam membuat prediksi ke dalam masalah-masalah dimana variabel dependen muncul dalam bentuk kualitatif. Hasil analisis diskriminant tersebut penting artinya bagi penyusunan rencana yang akan datang. Setelah mengetahui kelemahan yang dimiliki, diusahakan agar dalam


(6)

penyusunan rencana untuk tahun yang akan datang dapat diperbaiki. Hasil yang sudah dianggap cukup baik diwaktu lampau, harus dipertahankan dan ditingkatkan diwaktu yang akan datang.

Prosedur perhitungan yang digunakan untuk menganalisis tingkat kebangkrutan perusahaan adalah melalui laporan keuangan. Salah satu teknik analisis kebangkrutan perusahaan yang dilakukan adalah menggunakan analisis diskriminan yang pertama kali dikembangkan oleh Altman yang digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminant yang dapat digunakan untuk memprediksi “kebangkrutan” perusahaan, dengan menggunakan model yang dikenal dengan Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. (Altman, 1968).

Penelitian sebelumnya ”Analisis penggunaan Z-score Altman untuk menilai tingkat kebangkrutan perusahaan pada sektor Adhesive Di Bursa Efek Jakarta Periode 1997-2001” yang dilakukan Riyatmi (2003), yang menunjukkan bahwa Z-score mempunyai nilai relatif tinggi yang menggambarkan bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, sehingga Z-score dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan.

Untuk membedakan dengan penelitian terdahulu penulis memilih perusahaan di sektor Pharmaceuticals sebagai obyeknya dengan periode tahun


(7)

2002 – 2006 dengan alasan perusahaan pada sektor Pharmaceuticals sudah listing di Bursa Efek Jakarta sejak lima tahun sebelumnya, sehingga sudah dapat diprediksi tingkat kebangkrutannya dan perusahaan tersebut telah memberikan laporan keuangan tahunan untuk lima tahun terakhir. Dari uraian di atas, maka penulis mencoba mengadakan penelitian tentang “Analisis Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Model Altman Pada Sektor Parmaceuticals Di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas berdasarkan metode discriminant, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Apakah perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Bursa Efek Indonesia berpotensi mengalami kebangkrutan selama periode 2002-2006?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006 berpotensi untuk bangkrut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi investor, dapat memperhatikan pengaruh laporan keuangan dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Bagi manajer perusahaan, dengan membandingkan rasio tertentu dari tahun ke tahun dan menganalisis laporan keuangan serta kondisi intern


(8)

perusahaan terutama kondisi keuangan dapat diketahui perusahaan yang mengalami atau menghadapi bangkrut maupun tidak bangkrut.

3. Bagi peneliti, agar dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dihubungkan dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat mengetahui sejauh mana peran teori di dalam praktik.

4. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat memberikan ilmu pengetahuan maupun informasi kepada pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian, maka dibuat rancangan sistematika penulisan secara sistematis sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan antara lain: definisi kebangkrutan, faktor-faktor penyebab kebangkrutan, pengertian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, pemakai dan kebutuhan informasi, susunan laporan keuangan, analisis laporan keuangan, dan cara mendeteksi kebangkrutan serta review penelitian terdahulu.

BAB III Metode Penelitian

Berisi tentang populasi dan sampel, sumber data dan metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, serta metode analisis data.


(9)

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan

Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, analisis umum serta analisis kebangkrutan perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Indonesia.

BAB V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dari serangkaian pembahasan skripsi berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta saran-saran yang perlu untuk disampaikan baik untuk obyek penelitian ataupun bagi penelitian selanjutnya.


(1)

dialami. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar bangkrut (Nesser dan Aryati, 2002).

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dalam hal ini dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Dalam praktik dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan yang paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

Perhatikan empat kategori semacam ini (Hanafi dan Halim, 1996:263): Tidak dalam kesulitan

keuangan

Dalam kesulitan keuangan Tidak bangkrut

Bangkrut

I III

II IV

Perusahaan yang berada dalam kategori II barangkali mengalami kesulitan, tetapi berhasil mengatasi masalah tersebut dan oleh karena itu tidak bangkrut. Perusahaan yang berada dalam kategori III sebenarnya tidak


(2)

mengalami kesulitan keuangan. Tetapi karena sesuatu hal, misal ingin mengatasi tekanan dari pekerja, perusahaan tersebut memutuskan untuk menyatakan bangkrut. Dengan situasi semacam itu nampak kebangkrutan bisa mempunyai pengertian yang tidak jelas. Pada situasi IV, pengertian kebangkrutan relatif jelas, perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan karena itu akan bangkrut. Demikian juga pada situasi I, situasi keuangan cukup jelas, dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai kesulitan keuangan dan tidak mengalami kebangkrutan. Tidak demikian halnya dengan situasi II dan III yang bisa mempunyai pengertian yang kabur.

Mengadakan analisis terhadap laporan keuangan suatu badan usaha atau perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi financial suatu perusahaan tersebut, walaupun kepentingan antara pihak yang satu dengan yang lain berlainan. Di satu pihak, adanya analisis tersebut dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam perusahaan berdasarkan suatu informasi keuangan dan bisa dijadikan sebagai dasar kebijakan permodalan di masa yang akan datang.

Analisis Diskriminan Altman adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengklasifikasikan pengamatan kedalam sebuah kelompok dari beberapa prioritas pengelompokan MDA digunakan terutama untuk menggolongkan kedalam membuat prediksi ke dalam masalah-masalah dimana variabel dependen muncul dalam bentuk kualitatif. Hasil analisis diskriminant tersebut penting artinya bagi penyusunan rencana yang akan datang. Setelah mengetahui kelemahan yang dimiliki, diusahakan agar dalam


(3)

penyusunan rencana untuk tahun yang akan datang dapat diperbaiki. Hasil yang sudah dianggap cukup baik diwaktu lampau, harus dipertahankan dan ditingkatkan diwaktu yang akan datang.

Prosedur perhitungan yang digunakan untuk menganalisis tingkat kebangkrutan perusahaan adalah melalui laporan keuangan. Salah satu teknik analisis kebangkrutan perusahaan yang dilakukan adalah menggunakan analisis diskriminan yang pertama kali dikembangkan oleh Altman yang digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminant yang dapat digunakan untuk memprediksi “kebangkrutan” perusahaan, dengan menggunakan model yang dikenal dengan Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. (Altman, 1968).

Penelitian sebelumnya ”Analisis penggunaan Z-score Altman untuk menilai tingkat kebangkrutan perusahaan pada sektor Adhesive Di Bursa Efek Jakarta Periode 1997-2001” yang dilakukan Riyatmi (2003), yang menunjukkan bahwa Z-score mempunyai nilai relatif tinggi yang menggambarkan bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, sehingga Z-score dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan.

Untuk membedakan dengan penelitian terdahulu penulis memilih perusahaan di sektor Pharmaceuticals sebagai obyeknya dengan periode tahun


(4)

2002 – 2006 dengan alasan perusahaan pada sektor Pharmaceuticals sudah listing di Bursa Efek Jakarta sejak lima tahun sebelumnya, sehingga sudah dapat diprediksi tingkat kebangkrutannya dan perusahaan tersebut telah memberikan laporan keuangan tahunan untuk lima tahun terakhir. Dari uraian di atas, maka penulis mencoba mengadakan penelitian tentang “Analisis Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Model Altman Pada Sektor Parmaceuticals Di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas berdasarkan metode discriminant, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Apakah perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Bursa Efek Indonesia berpotensi mengalami kebangkrutan selama periode 2002-2006?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006 berpotensi untuk bangkrut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi investor, dapat memperhatikan pengaruh laporan keuangan dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Bagi manajer perusahaan, dengan membandingkan rasio tertentu dari tahun ke tahun dan menganalisis laporan keuangan serta kondisi intern


(5)

perusahaan terutama kondisi keuangan dapat diketahui perusahaan yang mengalami atau menghadapi bangkrut maupun tidak bangkrut.

3. Bagi peneliti, agar dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dihubungkan dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat mengetahui sejauh mana peran teori di dalam praktik.

4. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat memberikan ilmu pengetahuan maupun informasi kepada pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian, maka dibuat rancangan sistematika penulisan secara sistematis sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan antara lain: definisi kebangkrutan, faktor-faktor penyebab kebangkrutan, pengertian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, pemakai dan kebutuhan informasi, susunan laporan keuangan, analisis laporan keuangan, dan cara mendeteksi kebangkrutan serta review penelitian terdahulu.

BAB III Metode Penelitian

Berisi tentang populasi dan sampel, sumber data dan metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, serta metode analisis data.


(6)

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan

Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, analisis umum serta analisis kebangkrutan perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Indonesia.

BAB V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dari serangkaian pembahasan skripsi berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta saran-saran yang perlu untuk disampaikan baik untuk obyek penelitian ataupun bagi penelitian selanjutnya.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGGUNAAN Z-SCORE ALTMAN UNTUK MENILAI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR TOBACCO MANUFACTURERS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2007.

0 1 7

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR KONSTRUKSI ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR KONSTRUKSI DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 1 14

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR TABACCO MANUFACTURES DENGAN ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR TABACCO MANUFACTURES DENGAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN ALTMAN.

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR TABACCO MANUFACTURES DENGAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN ALTMAN.

0 0 9

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia.

0 2 19

ANALISIS TINGKAT RISIKO KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN PADA PERIODE 2012 – 2016 DI BURSA EFEK INDONESIA BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE - Unika Repository

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS TINGKAT RISIKO KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN PADA PERIODE 2012 – 2016 DI BURSA EFEK INDONESIA BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE - Unika Repository

0 0 16

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA LAPORAN AKHIR

0 0 12

A. JUDUL : ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013 - ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF

0 0 39