Pengaruh Akupresur Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay.

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI
BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA
CIPARAY

Oleh
YUDI ABDUL MAJID
NPM 220 120 120 020

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI
BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL
TRESNA WERDHA CIPARAY
Yudi Abdul Majid1, Sari Fatimah2, Raini Diah Susanti2
1. STIKES Muhammadiyah Palembang. Jln. A. Yani 13 Ulu Palembang (Komplek

RSMP dan UMP Palembang) 30252, email [email protected]
2. Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Padjadjaran Bandung

ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia tumbuh dengan cepat, bahkan
tercepat dibanding kelompok usia lainya. Proses degeneratif yang terjadi pada
lansia menyebabkan terjadinya penurunan kondisi kesehatannya. Keluhan yang
paling sering dialami lansia diantaranya adalah gangguan tidur (insomnia) yang
menyebabkan terjadi penurunan kualitas tidur penderitanya. Menurunnya kualitas
tidur tersebut berdampak buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup lansia.
Penatalaksanaan insomnia dapat secara farmakologis dan non farmakologis.
Kehawatiran akan efek samping dari penggunaan obat-obatan yang dikeluhkan
penderita insomnia menjadikan terapi komplementer sebagai pilihan terapi. Salah
satu terapi komplementer tersebut adalah akupresur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh akupresur terhadap kualitas tidur lansia di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay.
Rancangan penelitian adalah quasi experimen dengan pendekatan pre and
post test control group. Pemilihan sampel dengan teknik concecutive sampling
yang terdiri dari 36 responden, yang terbagi menjadi 18 responden kelompok

perlakuan dan 18 responden kontrol. Kelompok perlakuan mendapat 6 kali
intervensi akupresur (pada titik zhao hai, san yin jiao, shen men, da ling, nei
guan, yintang) dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 2 minggu.
Sebelum dan sesudah intervensi, kualitas tidur responden diukur dengan
Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan Uji t
Dependen, Wilcoxon, Uji t Independen dan Uji Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
kualitas tidur responden sebelum dan sesudah akupresur pada kelompok
perlakuan (p 0,05), begitu juga dilihat
dari subkomponen kualitas tidur semuanya
dengan nilai p > 0,05, artinya tidak
terdapat perbedaan skor PSQI pada

Kualitas Tidur

Perlakuan

Kontrol

p


Mean

SD

Mean

SD

5,44

2,526

10,39

2,547

0,000**

Kualitas Tidur

Global
Komponen
Kualitas Tidur
Kualitas tidur
subyektif
Latensi tidur

0,83

0,618

1,50

0,618

0,004**

1,17

0,514


2,50

0,618

0,000 **

Durasi tidur

1,22

0,428

2,28

0,669

0,000 **

Efisiensi tidur


0,50

0,786

1,50

0,857

0,001 **

Gangguan tidur
1.00
0,000
malam hari
Gangguan tidur
0,72
0,752
siang hari
Keterangan: ** Uji Mann Whitney


1,22

0,428

0,036**

1,39

0,778

0,016**

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
bahwa hasil uji statistik skor kualitas tidur
global setelah intervensi didapatkan nilai p
= 0,000 (p < 0,05), begitu juga dilihat dari
subkomponen kualitas tidur semuanya
menunjukan nilai p < 0,05, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan skor PSQI

sebagai indikator kualitas tidur lansia
antara kelompok perlakuan dan kontrol
setelah akupresur.
PEMBAHASAN
Pengaruh Akupresur Terhadap Kualitas
Tidur Lansia
Skor rata-rata kualitas tidur setelah
akupresur terjadi perubahan antara skor
pretest dan postest yaitu dari 12,39 menjadi
5,44 pada kelompok perlakuan. Akan
tetapi pada kelompok kontrol cenderung
tetap yaitu dari 10,89 menjadi 10, 39. Jika
dilihat dari skor awal (pretest) kelompok
perlakuan dan kontrol semuanya memiliki
kualitas tidur yang buruk. Pada kelompok
perlakuan menunjukan perubahan kualitas
tidur menjadi baik, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak menunjukan
perubahan yang berarti pada kualitas
tidurnya. Padahal jika dilihat dari

perbedaan skor kualitas tidur kelompok
perlakuan dan kontrol sebelum intervensi,
kelompok perlakuan memiliki rata-rata
skor kualitas tidur yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Rata-rata
tersebut menggambarkan bahwa kualitas

tidur responden kelompok perlakuan lebih
buruk sebelum intervensi. Oleh karena itu
peneliti meyakini bahwa perbaikan kualitas
tidur pada kelompok perlakuan adalah
pengaruh dari terapi akupresur yang
dilakukan.
Silvanasari (2013) menyatakan
bahwa beberapa faktor yang dapat
berhubungan dengan kualitas tidur yang
buruk pada lansia diantaranya adalah
faktor kecemasan, perasaan tegang atau
kekhawatiran yang sering dialami lansia.
Hal tersebut juga dapat berhubungan

dengan fakor penyakit, lingkungan ataupun
gaya hidup.
Menurut
Vitiello
(2009)
menurunnya kualitas tidur pada lansia
berhubungan
erat
dengan
proses
degeneratif yang dialaminya, perubahan
sistem neurologis seperti penurunan
jumlah dan ukuran neuron pada sistem
saraf pada lansia yang menyebabkan tidak
optimalnya fungsi neurontransmiter yang
berhubungan dengan penghantaran signal
keotak otak, tepatnya di kelenjar pienal
sehingga terjadinya penurunan produksi
melatonin. Menurunnya produksi hormon
melatonin

pada
tubuh
seseorang
berpengaruh terhadap perubahan irama
sirkadian,
sehingga
menyebabkan
penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur
NREM, bahkan
sampai hampir tidak
memiliki tidur dalam pada tahap 4
(Stanley, 2006).
Akupresur
merupakan
terapi
dengan prinsip healing touch yang lebih
menunjukan
prilaku
caring
pada
responden, sehingga dapat memberikan
perasaan tenang, nyaman, perasaan yang
lebih
diperhatikan
yang
dapat
mendekatkan hubungan terapeutik antara
peneliti dan responden (Metha, 2007). Dari
aspek psikologis akupresur juga dapat
membantu perbaikan kualitas tidur
responden. Sebagian besar responden
mengatakan
bahwa
dengan
terapi
akupresur
mereka
merasa
lebih
diperhatikan, merasa tenang, nyaman dan
rileks.

Perasaan nyaman, tenang dan rileks
pada lansia tersebut merupakan pengaruh
dari akupresur. Adanya stimulasi sel saraf
sensorik disekitar titik akupresur akan
diteruskan kemedula spinalis, kemudian ke
mesensefalon dan komplek pituitari
hipothalamus yang ketiganya diaktifkan
untuk melepaskan hormon endorfin yang
dapat memberikan rasa tenang (Saputara &
Sudirman, 2009). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Tsay, Cho, Chen (2004)
yang menyatakan bahwa akupresur efektif
untuk
menenangkan
suasana
hati,
mengurangi
kelelahan
dan
dapat
meningkatkan kualitas tidur.
Kondisi nyaman, tenang dan rileks
tersebut akan membuat lansia memiliki
keinginan untuk tidur. Sebagaimana
diungkapkan oleh Potter & Perry (2009)
yang menyatakan bahwa seseorang akan
tertidur ketika seseorang tersebut merasa
nyaman dan rileks. Kondisi seperti inilah
yang menjadi kebutuhan tidur bagi lansia,
sehingga lansia tidak mengalami kesulitan
untuk tidur dan dapat mencapai tidur yang
dalam (tidur tahap 4 NREM) serta terjadi
peningkatan durasi dan efisiensi tidur pada
lansia.
Pengaruh lain dari reaksi akupresur
adalah merangsang pengeluaran serotonin
yang berfungsi sebagai neurotransmiter
pembawa signal rangsangan ke batang otak
yang dapat mengaktifkan kelenjar pineal
untuk menproduksi hormon melatonin
(Chen, Lin, Wu & Lin (1999). Hormon
melatonin inilah yang dapat mempengaruhi
suprachiasmatic nucleus (SCN) di
hipotalamus
anterior
otak
dalam
pengaturan ritme sirkadian sehingga terjadi
penurunan sleep latency, nocturnal
awakening, dan peningkatan total sleep
time dan kualitas tidur (Iswari dan
Wahyuni, 2013).
Konsep
pengobatan
TCM
(Traditional Chinese Medicine) meyakini
bahwa masalah tidur (insomnia) pada
seseorang
karena
adanya
ketidakseimbangan energi (chi) dan zat
fundamental (shen) dalam tubuh. Shen di
diartikan sebagai materi kehidupan yang

mencakup semangat, hasrat, pikiran, jiwa
dan kesadaran dalam bertindak. Ketika
lansia mengalami stress emosional, kurang
mendapat perhatian dari keluarga, merasa
keinginanya belum tercapai menyebabkan
kerja otak menjadi lebih berat sehingga
terjadinya ketidakharmonisan hubungan
fungsional antara organ dalam tubuh
seperti jantung, ginjal, limpa dan akhirnya
akan terganggunya shen dalam tubuh
(Sukanta, 2008 & Hartono, 2012).
Gangguan pada fungsi jantung dan energi
pada limpa menyebabkan hambatan
saluran energi ke organ lain. Begitu juga
ketika energi pada ginjal lemah maka
hubungannya dengan jantung akan terputus
sehingga shen jantung tidak terpelihara
dengan baik (Sukanta, 2008).
Intervensi akupresur pada titik
meredian ginjal, limpa dan jantung
sebagaimana intervensi pada penelitian ini
akan memperkuat fungsi limpa, menambah
darah sehingga dapat menenangkan shen.
Begitu juga perangsangan pada titik
meridian ginjal (zhao hai) akan
menguatakan energi dan unsur yin pada
ginjal serta melemahkan unsur yang
jantung
sehingga
akan
terjadi
keseimbangan energi dalam tubuh.
Terjadinya keseimbangan energi tubuh
tersebut akan mengoptimalkan fungsi dan
sistem organ dalam tubuh seseorang
sehingga dapat terjadi peningkatan
kesehatan
termasuk
kualitas
tidur,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
dari penyakit (Sukanta, 2009).
Sebagaimana telah diungkapkan
oleh Silvanasari (2013) bahwa faktor yang
mempengaruhi buruknya kualitas tidur
lansia juga terkait penyakit fisik yang
diderita lansia. Pada penelitian ini sebagian
besar responden menderita hipertensi yang
sangat mungkin akan mempengaruhi
kualitas tidur lansia. Namun dari hasil
penelitian terlihat bahwa setelah akupresur
juga terjadi peningkatan kualitas tidur pada
lansia yang menderita hipertensi di
kelompok perlakuan. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian Adam (2011) yang
mengungkapkan
bahwa
rangsangan

akupresur dapat menstimulasi sel mast
untuk melepaskan histamine sebagai
mediator vasodilatasi pembuluh darah,
sehingga terjadinya peningkatan sirkulasi
darah yang menjadikan tubuh lebih
relaksasi dan pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas tidur seseorang.
Pada penelitian ini pemilihan titiktitik intervensi ditujuan pada penderita
insomnia yang ditandai dengan kesulitan
masuk kedalam tidur dan kesulitan untuk
mempertahankan tidur. Sehingga perlu
mengkombinasikan beberapa titik yang
berhubungan
dengan
permasalahan
tersebut. Titik-titik intervensi yang dipilih
adalah titik jantung 7 (shen men), selaput
jantung 7 (da ling), selaput jantung 6 (nei
guan) dan limpa 6 (san yin jiao) untuk
mengatasi kesulitan masuk kedalam tidur
dan untuk mempertahankan tidur dan
mengurangi waktu terjaga pada malam hari
intervensi dilakukan pada titik meridian
ginjal (zhao hai), dan titik istimewa (yin
tang) untuk memberikan perasaan rileks
(Sukanta, 2008).
Pemilihan titik tersebut terbukti
efektif setelah dilihat dari hasil postest skor
kualitas tidur responden khususnya pada
kelompok perlakuan. Akupresur yang
dilakukan dengan beberapa titik intervensi
tersebut efektif menurunkan skor kualitas
tidur lansia. Hal tersebut terlihat dari
pengurangan waktu untuk memulai tidur
(sleep latency) yang artinya berkurangnya
kesulitan untuk memuali tidur pada lansia,
terjadi peningkatan lamanya waktu tidur
(sleep
duration),
serta
terjadinya
peningkatan efisiensi tidur (habitual sleep
efficiency) lansia.
Dari pembahasan di atas jelas
bahwa akupresur memberikan pengaruh
yang positif baik secara fisik maupun
psikologis pada responden. Peneliti
meyakini bahwa peningkatan kualitas tidur
pada penelitian ini adalah pengaruh
akupresur yang dilakuan. Responden pada
penelitian ini memiliki karakteristik yang
hampir sama, tinggal dalam lingkungan
yang sama, serta sama-sama memiliki
kualitas tidur yang buruk pada awal

penelitian.
Kelompok
perlakuan
menunjukan peningkatan kualitas tidur
secara bermakna setelah akupresur,
sedangkan kelompok kontrol yang tidak
diintervensi tidak mengalami perubahan
yang bermakna pada kualitas tidurnya. Hal
ini membuktikan bahwa akupresur
memberikan
pengaruh
terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia.
Perbandingan
Kualitas
Tidur
Responden Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol
Hasil uji beda tidak berpasangan
(Uji Mann Whitney) didapatkan nilai
signifikansi 0,000 (< 0,05) yang berarti
terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
setelah akupresur. Akupresur yang
dilakuan pada kelompok perlakuan terbukti
memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia yang
dibuktikan dengan terjadinya penurunan
skor PSQI setelah dilakuan akupresur.
Sementara kelompok kontrol tidak terjadi
perubahan secara signifikan pada skor
PSQI. Terdapat perubahan rata-rata skor
pada kelompok kontrol jika dilihat dari
skor kualitas tidur pretest dan postest,
tetapi perubahan tersebut sangat tidak
bermakna.
Perubahan kualitas tidur menjadi
baik pada kelompok kontrol hanya terlihat
pada dua responden. Berdasarkan data skor
kualitas tidur pada pretest di awal
penelitian kedua responden tersebut
didapatkan bahwa skornya kualitas
tidurnya tidak terlalu tinggi (buruk) yaitu 7
dan 8. Skor tersebut sangat mendekati skor
dengan kategori kualitas tidur baik yaitu ≤
5. Dengan demikian sangat mungkin
terjadi perubahan skor hingga menjadi
kategori kualitas tidur baik. Penurunan
skor tersebut karena terjadi perbaikan pada
gangguan tidur yang dialami oleh lansia
pada malam hari. Serta gangguan tidur
yang dialami kedua responden tersebut
adalah gangguan tidur ringan.
Perbandingan terjadinya perubahan
kualitas tidur responden kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol dapat
dilihat dari aktivitas yang biasanya rutin
dilakukan lansia menjelang tidur. Semula
kegiatan menonton televisi, mendengarkan
radio, duduk atau tidur ditempat tidur
sambil berzikir menjadi lebih singkat
setelah mendapatkan terapi akupresur.
Sementara responden pada kelompok
kontrol tidak ada yang berubah dalam
rutinitas menjelang tidur dan tetap
mengalami kesulitan untuk memulai atau
mempertahankan tidur.
Dengan
membandingkan
perubahan skor kualitas tidur kelompok
perlakuan
dan
kelompok
kontrol,
akupresur
terbukti
cukup
efektif
memperpendek waktu yang diperlukan
untuk memulai tidur (sleep latency),
memperpanjang lamanya waktu tidur
(sleep duration), meningkatkan efisiensi
tidur
(habitual
sleep
efficiency),
mengurangi gangguan tidur pada malam
hari (sleep disturbance), serta mengurangi
gangguan tidur pada siang hari (daytime
disfunction).
Peningkatan kualitas tidur lansia
dengan akupresur didukung oleh konsep
pengobatan tradisional Cina dalam buku
Sukanta (2008), Hartono (2012) yang
menyatakan bahwa akupresur berpengaruh
pada organ dan sistem fisiologis tubuh
dengan cara menjaga dan memelihara
keseimbangan energi (chi) dalam tubuh.
Energi chi di sini jika kita analogikan
dengan pengobatan modern saat ini adalah
terdiri dari unsur-unsur pokok yang
menunjang kehidupan seperti zat makanan,
oksigen, darah serta unsur penting lainya
dalam tubuh. Keseimbangan di sini dapat
kita asumsikan terjadinya kecukupan
suplai makanan dan oksigen pada sel dan
jaringan
tubuh,
keselarasan
atau
keharmonisan fungsi organ dan sistem
tubuh.
Sehingga dengan keseimbangan tersebut
peran dan fungsi organ dan sistem dalam
tubuh berjalan optimal (Fengge, 2012).
Beberapa
penelitian
telah
membuktikan bahwa akupresur dapat
meningkatkan kualitas tidur seseorang.

Seperti penelitian Tsay, Rong, Lin (2003);
Tsay dan Chen (2003); Tsay, Cho, Chen
(2004) pada penderita penyakit ginjal
stadium akhir, penelitian Cerrone, et al.
(2008) pada penderita kanker serta
penelitian Chen, Chao, Lu, Shiung dan
Chao (2012) pada pasien yang dirawat
diruang ICU. Hasil penelitian tersebut
menunjukan terjadinya perbedaan yang
signifikan dari kualiatas tidur responden
setelah
akupresur
pada
kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Berdasarkan
dari
beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan
diperkuat dengan hasil pada penelitian ini
akupresur efektif menjadi salah satu terapi
komplementer
untuk
meningkatkan
kualitas tidur penderita insomnia baik pada
lansia ataupun pada penderita insomnia
lain karena kondisi penyakit yang
dialaminya.
Pada
penelitian
ini
hasil
perhitungan effect sizenya didapatkan nilai
2,66, dimana nilai 2,66 > 0,08 artinya efek
dari intervensi digolongkan pada kategori
tinggi. Berdasarkan perhitungan effect size
tersebut akupresur sebagai variabel bebas
dalam penelitian ini memberikan efek
dengan kategori tinggi atau pengaruh yang
kuat terhadap peningkatan kualitas tidur
responden.
SIMPULAN
Simpulan dari hasil penelitian ini
adalah ada pengaruh akupresur terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan, disarankan beberapa hal
berikut ini:
1. Pelayanan keperawatan
Berdasarkan dari perhitungan effect
size pada penelitian ini akupresur
memberikan pengaruh yang kuat
(kategori tinggi) terhadap peningkatkan
kualitas tidur lansia. Dengan hasil
tersebut hendaknya akupresur dapat
dipelajari dan dijadikan intervensi

mandiri
perawat
dalam
upaya
meningkatkan kualitas tidur lansia di
komunitas.
2. Pendidikan
Disarankan hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan kajian (evidence based
practice) pada mata kuliah tertentu
ditatanan akademik sebagai upaya
pengembangan teori dan praktik
keperawatan komplementer.
3. Penelitian lanjut
Disarankan hasil penelitian ini dapat
dijadikan data dasar atau bahan
pertimbangan untuk penelitian lebih
lanjut. Contohnya, penelitian serial
atau cohort yang menguji berapa lama
pengaruh
akupresur
terhadap
peningkatan kualitas tidur responden
sampai terjadi penurunan kualitas tidur
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M. 2011. Pengaruh Akupresur
Terhadap Kekuatan Otot dan Rentang
Gerak Ekstremitas Atas Pada Pasien
Stroke Pasca Rawat Inap di RSUP
Fatmawati
Jakarta.
Melalui

[10/01/12]
Amir, N. 2007. Gangguan Tidur Pada
Lanjut
Usia
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan.
Cermin
dunia
Kedokteran No 157: 196-206
BPS. 2012. Statistik Penduduk Lanjut Usia
2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional.melalui [12/03/2014]
BPS. 2012. Data Statistik Indonesia.
Melalui[15/03/
14]
Buysse, D, J., Reynolds, C. F., Monk, T.H.,
Berman, S.R., and Kupfer, D.J. 1988.
The Pittsburgh Slepp Quality Index
(PSQI):
A New Instrument For
Psychiatric Research and Practice.
Psychiatry Research 28(2):193-213

Buysse, D, J. 2008. Chronic Insomnia. Am
J Psychiatry 165(6): 678-686
Carole, S. 2007. The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Melalui
[10/02/14]
Cerrone, R., Giani, L., Galbiati, B. et al.
2008. Efficacy of HT 7 Point
Acupressure
Stimulation in the
Treatment of Insomnia in Cancer
Patients and in Patients Suffering From
Disorders Other Than Cancer. Minerva
Medica Vol 99 (6): 535-7
Chen M.L., Lin L.C., Wu S.C & Lin J.G.
1999. The effectiveness of acupressure
in improving the quality of sleep of
institutionalized residents. Journal of
Gerontology 54A: 389-394
Chen J.H., Chao Y.H, Lu S.F., Shiung
T.F., dan Chao Y.F. 2012. The
effectiveness of valerian acupressure
on the sleep of ICU patients: A
randomized clinical trial. International
Journal of Nursing Studies Vol49 (8):
913–920
Dahlan, M, S. 2013. Besar Sampel dan
Cara Pengambilan sampel. Jakarta:
Salemba Medika
Dharma, K, K. 2011. Metodologi
Penelitian
Keperawatan
Panduan
Melaksanakan
dan
Menerapkan
Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media
Fengge, A. 2012. Terapi Akupresur
Manfaat dan Teknik Pengobatan.
Yogyakarta: Crop Circle Corp
Hartono, R. I. W. 2012. Akupresur Untuk
Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha
Publishing
Hung, H, M., Chen, C, H. 2011. Using
alternative therapies in treating sleep
disturbance. Hu Li Za Zhi 58(1):73-78
Iswari dan Wahyuni. 2013. Melatonin dan
Melatonin Receptor Agonist Sebagai
Penanganan Insomnia Primer Kronis.
E-jurnal medika udayana 2 (4):1-14
Melaluihttp://ojs.unud.ac.id/index.php/
eum/article/view/5116 [10/02/14]
Kementerian
Kesehatan
RI.
2013.Gambaran Kesehatan Lanjut Usia

di
Indonesia.
Melalui
[02/01/14]
Kementerian Sosial RI. 2008. Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
Artikel
Kementerian
Kesehatan.
Melalui
[02/01/14]
Khasanah dan Hidayati. 2012. Kualitas
Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial
“MANDIRI”
Semarang.
Jurnal
Nursing Studies 1: 189 – 196
Kozier et al. 2011. Fundamental of Nursing
: Concepts, Process and Practice.New
Jersey: Pearson Education Inc
Lo C. M. H and Lee P. H. 2012.
Prevalence and impacts of poor sleep
on quality of life and associated
factors of good sleepers in a sample of
older Chinese
adults.
Melalui

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Profitabilitas Pada Koperasi Rukun Sejahtera Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay

0 5 70

ANALISIS RELEVANSI PROGRAM DAN PELAKSANAAN PELAYANAN LANSIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY BANDUNG.

0 2 33

MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA LANSIA MUSLIM SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK AKHLÃQ MULIA :Studi Kasus di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung.

0 2 45

Gambaran Jenis Dan Tingkat Kesepian Pada Lansia Di Balai Panti Sosial Tresna Werdha Pakutandang Ciparay Bandung Tahun 2008.

0 2 19

ANALISIS RELEVANSI PROGRAM DAN PELAKSANAAN PELAYANAN LANSIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY BANDUNG - repository UPI S PKK 1006704 Title

0 0 3

View of PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP DEPRESI PADA LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY BANDUNG

1 1 13

View of PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP STRES PADA LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY BANDUNG

0 5 17

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WE

0 2 13

PENGARUH TERAPI MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Terapi Massage Punggung terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Balai Pelayanan Sosial

0 1 19

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KECEMASAN PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KECEMASAN PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKART

0 0 14