PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI, DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI.
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH
DI KABUPATEN BANGLI
Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli
dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Udayana
Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Bangli
KOMISI PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN BANGLI
2015
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah ingin melihat seberapa besar aspek
keberhasilan sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD Kabupaten Bangli pada pemilu legislatif
dan pemilu presiden tahun 2014 berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi dan perilaku
pemilih warga. Sejumlah persoalan yang terjadi seputar hubungan keduanya mendorong
dilakukannya penelitian ini. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan
buat KPUD Kabupanten Bangli untuk menentukan kebijakan strategis menuju persiapan
pemilukada yang akan datang.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kaulitatif
dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan menggunakan sumber-sumber data
sekunder seperti hasil tulisan mengenai analisa pemilu dan pemilukada sebelumnya.
Penelitian yang menggunakan jenis dan metode kulitatif adalah jenis penelitian yang
mengandalkan logika berpikir induktif. Memasukan dan mengandalkan banyak data untuk
dimasukan kedalam obyek kajian, kemudian dijelaskan dengan konsep-konsep dan teori
pendukung sehingga menghasilkan sebuah hasil penelitian.
Hasil akhir yang ditemukan dalam penelitian ini; ternyata perilaku memilih warga
Bangli tidak ditentukan oleh keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi yang dilakukan oleh
KPUD Bangli. Tanpa kedua hal itu tingkat partisipasi mereka tetap tinggi, karena perilaku
memilih mereka masih dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap figur yang dicalonkan oleh
partai politik. Demikian pula perilaku politik uang terhadap perilaku memilih mereka. Politik
uang hampir ada disemua cela, baik dari peserta pemilu maupun dari masyarakat pemilih. Hal
yang menarik keberadaan pemilih pemula yang semula tingkat partisipasinya dalam pemilu
dikhawatirkan tetapi ternyata sebaliknya sangat tinggi.
Kata Kunci : Sosialisasi Pemilu dan Aturan Main KPU, Perilaku Memilih, Politik Uang,
dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................
iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
5
2.1 Kajian Awal Perilaku Pemilih ..................................................................
5
2.2 Prinsip Pilihan Rasional ............................................................................
7
2.3 Perilaku Memilih dalam Pemilu Indonesia..............................................
9
2.4 Kriteria Pemilih Rasional ..........................................................................
11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................................
13
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..........................................................
13
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................
13
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
14
3.4 Analisis Data ...............................................................................................
14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................................
16
4.1 Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu .........................................................
17
BAB II
BAB V
4.1.1
Data Pemilih ....................................................................................
20
4.1.2
Pendistribusian Logistik ................................................................
21
4.2 Perilaku Memilih dan Politik Uang ..........................................................
25
4.3 Pemahaman Pemilih terhadap Aturan Main Pemilu .............................
30
4.4 Partisipasi Politik Pemilih Pemula ...........................................................
32
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
35
5.1 Kesimpulan .................................................................................................
35
5.2 Saran ............................................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Pendekatan-Pendekatan Teori Partisipasi Perilaku Memilih ..............
12
Gambar 2
Contoh Kartu Pemutakhiran Data Pemilih ............................................
22
Gambar 3.
Gambar Coretan Daftar Pemilih yang sudah tidak terdaftar dalam
Pemutakhiran data Pemilih. ....................................................................
v
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pemilukada merupakan sarana yang ditempuh
Pemerintah dalam upaya penegakan proses demokratisasi di Indonesia.
Warga secara
langsung memilih dan menentukan siapa yang berhak menduduki jabatan Kepala Daerah di
wilayahnya. Pemilukada mendominasi peran atas penentuan sukses atau gagalnya proses
otonomi di suatu daerah karena pelaksanaannya adalah konsekuensi atas
desentralisasi
kekuasaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.
Logika desentralisasi membangun komitmen bahwa pada setiap pelaksanaan
pemilukada, kekuasaan politik akan cenderung bergerak mendekat dengan warganya karena
kalangan inilah yang bertindak sebagai pihak pemilih langsung atas pemimpin daerahnya.
Hasil akhir dari pemilukada adalah terpilihnya Kepala Daerah dimana keberadaannya akan
bersinergi dengan lembaga dewan guna menghasilkan ragam kebijakan pemerintahan yang
berangkat dari kebutuhan rakyat sekaligus melibatkannya sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas pemerintahan. Asumsi penting pemilukada adalah memberi kesempatan pada
warganya untuk memilih pemimpin daerahnya secara langsung (Nuryati,2006:26), sehingga
demokrasi di tingkat lokal dapat lebih berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini
karena masyarakat dapat mengenali lebih dekat para calon pemimpinnya dan pemimpin yang
dipilih adalah yang dianggap memiliki kesesuaian dengan preferensi kebutuhannya.
Hanya saja pada tataran praktis, seringkali apa yang dipilih warga dalam pemilukada
maupun pemilu legislatif justru kontradiktif. Hasil yang diperoleh melahirkan pimpinan
daerah yang korup dan tidak berpihak pada kepentingan warga. Januari 2014 Kementerian
Dalam Negeri Republik Indonesia merilis data bahwa ada sekitar 318 kepala daerah yang
tersangkut korupsi. Pada Juli 2014 angka tersebut bertambah menjadi 330 kepala daerah yang
terseret kasus korupsi. Jika hal ini di rata-ratakan dengan jumlah wilayah Pemerintah Daerah
di seluruh Indonesia, ternyata lebih dari separuhnya kepala daerah di Indonesia melakukan
tindak korupsi (Kompas, 2 November 2014).
Pemilukada sebagai instrumen penguatan desentralisasi dan otonomi daerah ternyata
masih banyak menyimpan beragam masalah, baik pada tataran teknis pelaksanaan, perolehan
hasil, maupun pasca pemilihan. Ragam problematika tersebut antara lain persaingan tidak
sehat, kecurangan pada saat pemungutan dan rekapitulasi suara dari tingkat PPS dan PPK,
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
2
politik uang (money politics) jelang pelaksanaan pemilukada hingga rentannya potensi
konflik yang terjadi pasca-penyelenggaraan pemilukada.
Bahkan pada studi yang dilakukan Iberamsyah (2007) mencatat pula bahwa praktek
pemilukada langsung selama ini telah membawa banyak resiko. Hal tersebut ditinjau
dari beberapa parameter, seperti ; praktek politik uang (vote buying) masih marak bahkan
ada kencederungan menaik; anggaran besar yang harus ditanggung negara ; ataupun resiko
terjadinya konflik horizontal ditengah-tengah masyarakat.
Ragam inovasi teknik pemilukada serta pemberlakuan aturan main dalam pelaksanaan
pemilukada memang ditempuh oleh lembaga penyelenggara Pemilu. Hanya saja, kondisi ini
semuanya tidak akan berarti apa-apa apabila masih belum terdapat kesepahaman dan
kesadaran warga atas politik termasuk mengenai penyelenggaraan pemilu maupun
pemilukada. Harapannya tentu adanya situasi dimana masyarakat sudah dianggap “melek”
politik sehingga mereka benar-benar memikirkan tanggungjawabnya dalam
bernegara
termasuk mendukung berjalannya proses demokrasi secara benar salah satunya melalui
keikutsertaannya dalam penentuan pimpinan pada daerahnya masing-masing. Tanggung
jawab masyarakat inilah yang seharusnya menjadikan pemilu sebagai proses demokrasi yang
melahirkan pimpinan yang berintegritas, bermoral serta betul-betul dapat memimpin
rakyatnya kedepan dengan baik.
KPU Daerah sebagai garda terdepan pelaksanaan pemilu pada level provinsi, kabupaten
maupun kota tentunya menjadi kunci penting bagaimana pelaksanaan pemilukada bisa
berjalan baik dan akuntabel. Kinerja KPU daerah yang minim staf penyelenggara tentunya
membutuhkan supporting dari beragam kalangan seperti salah satunya dari Perguruan Tinggi.
Hal ini mengingat upaya yang harus dibangun dan dilaksanakan KPU Daerah sangatlah
kompleks, seperti beberapa diantaranya adalah mensosialisasikan aturan main pemilukada ke
masyarakat umum sebagai pemilih, termasuk para peserta pemilukada; verifikasi pemilih dan
peserta pemilukada; hingga penetapan hasil pemilukada.Tentunya peran yang bisa didukung
oleh Perguruan Tinggi kepada KPU Daerah pada konteks ini adalah melaksanakan riset
politik terkait efektifitas sosialisasi tentang aturan main pemilukada kepada masyarakat dan
peserta pemilukada termasuk pola perilaku pemilih masyarakat yang bermuara pada strategi
peningkatan partisipasi pemilih yang ada di wilayahnya.
KPU Kabupaten Bangli termasuk salah satu lembaga yang akan melaksanakan
perhelatan pemilukada
serentak 9 Desember 2015 nanti. KPU Kabupaten Bangli tentunya
merasa berkepentingan atas data-data mengenai efektifitas sosialisasi mengenai aturan main
pemilu di kalangan masyarakat maupun peserta pemilu. Perolehan data ini menjadi pondasi
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
3
penting terutama dalam menyusun strategi sosialisasi guna peningkatan partisipasi pemilih
dalam pemilukada. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana pada kapasitas
ini akan menawarkan riset politik berupa pemetaan partisipasi dan perilaku pemilih di
Kabupaten Bangli. Pada riset ini akan didalami efektifitas sosialisasi penyelenggaraan
pemilukada, dengan mengacu efektifitas kinerja KPU dalam sosialisasi pemilu legislatif
tahun 2014 lalu; perilaku memilih warga termasuk kecenderungan kesukarelaan warga dalam
menggunakan hak suaranya; sikap pemilih dan peserta pemilu atas berjalannya politik uang;
hingga pemahaman masyarakat atas instrumen dan regulasi kepemiluan,
termasuk
kecenderungan kalangan pemilih pemula dalam memberikan suara pada pemilukada dan
kemungkinan terjadinya fenomena golput.
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penggunaan tataran metodologi ilmu politik secara kualitatif ini diharapkan akan bisa
menghasilkan kesimpulan riset yang komprehensif. Marsh dan Stocker (2010:289) mencatat
riset ilmu politik yang mendasarkan pada metode ini tujuannya adalah untuk menjawab
aspek-aspek pertanyaan riset yang mendalam secara deskriptif, bahkan menambah kesahihan
hasil yang diperoleh dari satu metode. Penelitian mengenai Pemetaan Partisipasi atas
Penyelenggaraan Sosialisasi Kepemiluan, Partisipasi dan Perilaku Pemilih di Kabupaten
Bangli ini akan didahului dengan pengajuan pertanyaan riset kualititatif yang sebelumnya
sudah dibuat melalui daftar pertanyaan tertentu. Pertanyaan ini diajukan pada beberapa
kelompok dan individu sasaran yang kesemuanya merupakan narasumber terpilih.
Narasumber ini ditetapkan secara purposive sampling dan bisa bertambah sesuai dengan
perkembangan isu yang ada di lapangan (teknik snowball). Harapannya, melalui penyebaran
atas pertanyaan penelitian ini akan diperoleh gambaran pemahaman dan persepsi masyarakat
Bangli terhadap penyelenggaraan pemilukada yang akan digelar dengan mengkombinasikan
pengalaman pada pemilu legislatif dan presiden yang sudah berlangsung selama tahun 2014.
Perolehan atas data ini akan dicari pula pemetaan solusi yang nantinya bisa dikembangkan
menjadi strategi KPU Bangli dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam
Pemilukada Bangli serentak pada 9 Desember 2015 nanti.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini akan berangkat permasalahan
bagaimana persepsi masyarakat atas penyelenggaraan sosialisasi kepemiluan, partisipasi dan
perilaku pemilih di Kabupaten Bangli pada tahun 2015?
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
4
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui persepsi masyarakat Bangli atas langkah sosialisasi yang dilaksanakan
KPU Kabupaten Bangli pada pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2014 yang
selanjutnya akan didapatkan rekomendasi atas langkah sosialisasi lanjutan dalam
persiapan pemilukada serentak tahun 2015;
2. Melakukan pemetaan partisipasi perilaku pemilih terhadap politik uang, melek politik
serta tanggungjawab bernegara dalam proses Pemilukada di Kabupaten Bangli;
3. Mengetahui faktor apakah yang paling berpengaruh dalam perilaku pemilih, politik
uang serta pemahaman akan instrumen regulasi kepemiluan di Kabupaten Bangli.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan rekomendasi atas efektifitas
sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Bangli terutama dalam menghadapi
pemilukada 2015. Hasil penelitian sekaligus diharapkan pula dimanfaatkan oleh partai
politik beserta para calon kepala daerah yang akan berkompetisi dalam perhelatan
Pemilukada di Kabupaten Bangli terutama terkait dengan perilaku pemilih, politik uang
serta pemahaman akan instrumen regulasi kepemiluan di Kabupaten Bangli.
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
5
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
6
PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH
DI KABUPATEN BANGLI
Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli
dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Udayana
Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Bangli
KOMISI PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN BANGLI
2015
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah ingin melihat seberapa besar aspek
keberhasilan sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD Kabupaten Bangli pada pemilu legislatif
dan pemilu presiden tahun 2014 berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi dan perilaku
pemilih warga. Sejumlah persoalan yang terjadi seputar hubungan keduanya mendorong
dilakukannya penelitian ini. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan
buat KPUD Kabupanten Bangli untuk menentukan kebijakan strategis menuju persiapan
pemilukada yang akan datang.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kaulitatif
dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan menggunakan sumber-sumber data
sekunder seperti hasil tulisan mengenai analisa pemilu dan pemilukada sebelumnya.
Penelitian yang menggunakan jenis dan metode kulitatif adalah jenis penelitian yang
mengandalkan logika berpikir induktif. Memasukan dan mengandalkan banyak data untuk
dimasukan kedalam obyek kajian, kemudian dijelaskan dengan konsep-konsep dan teori
pendukung sehingga menghasilkan sebuah hasil penelitian.
Hasil akhir yang ditemukan dalam penelitian ini; ternyata perilaku memilih warga
Bangli tidak ditentukan oleh keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi yang dilakukan oleh
KPUD Bangli. Tanpa kedua hal itu tingkat partisipasi mereka tetap tinggi, karena perilaku
memilih mereka masih dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap figur yang dicalonkan oleh
partai politik. Demikian pula perilaku politik uang terhadap perilaku memilih mereka. Politik
uang hampir ada disemua cela, baik dari peserta pemilu maupun dari masyarakat pemilih. Hal
yang menarik keberadaan pemilih pemula yang semula tingkat partisipasinya dalam pemilu
dikhawatirkan tetapi ternyata sebaliknya sangat tinggi.
Kata Kunci : Sosialisasi Pemilu dan Aturan Main KPU, Perilaku Memilih, Politik Uang,
dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................
iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
5
2.1 Kajian Awal Perilaku Pemilih ..................................................................
5
2.2 Prinsip Pilihan Rasional ............................................................................
7
2.3 Perilaku Memilih dalam Pemilu Indonesia..............................................
9
2.4 Kriteria Pemilih Rasional ..........................................................................
11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................................
13
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..........................................................
13
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................
13
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
14
3.4 Analisis Data ...............................................................................................
14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................................
16
4.1 Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu .........................................................
17
BAB II
BAB V
4.1.1
Data Pemilih ....................................................................................
20
4.1.2
Pendistribusian Logistik ................................................................
21
4.2 Perilaku Memilih dan Politik Uang ..........................................................
25
4.3 Pemahaman Pemilih terhadap Aturan Main Pemilu .............................
30
4.4 Partisipasi Politik Pemilih Pemula ...........................................................
32
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
35
5.1 Kesimpulan .................................................................................................
35
5.2 Saran ............................................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Pendekatan-Pendekatan Teori Partisipasi Perilaku Memilih ..............
12
Gambar 2
Contoh Kartu Pemutakhiran Data Pemilih ............................................
22
Gambar 3.
Gambar Coretan Daftar Pemilih yang sudah tidak terdaftar dalam
Pemutakhiran data Pemilih. ....................................................................
v
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pemilukada merupakan sarana yang ditempuh
Pemerintah dalam upaya penegakan proses demokratisasi di Indonesia.
Warga secara
langsung memilih dan menentukan siapa yang berhak menduduki jabatan Kepala Daerah di
wilayahnya. Pemilukada mendominasi peran atas penentuan sukses atau gagalnya proses
otonomi di suatu daerah karena pelaksanaannya adalah konsekuensi atas
desentralisasi
kekuasaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.
Logika desentralisasi membangun komitmen bahwa pada setiap pelaksanaan
pemilukada, kekuasaan politik akan cenderung bergerak mendekat dengan warganya karena
kalangan inilah yang bertindak sebagai pihak pemilih langsung atas pemimpin daerahnya.
Hasil akhir dari pemilukada adalah terpilihnya Kepala Daerah dimana keberadaannya akan
bersinergi dengan lembaga dewan guna menghasilkan ragam kebijakan pemerintahan yang
berangkat dari kebutuhan rakyat sekaligus melibatkannya sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas pemerintahan. Asumsi penting pemilukada adalah memberi kesempatan pada
warganya untuk memilih pemimpin daerahnya secara langsung (Nuryati,2006:26), sehingga
demokrasi di tingkat lokal dapat lebih berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini
karena masyarakat dapat mengenali lebih dekat para calon pemimpinnya dan pemimpin yang
dipilih adalah yang dianggap memiliki kesesuaian dengan preferensi kebutuhannya.
Hanya saja pada tataran praktis, seringkali apa yang dipilih warga dalam pemilukada
maupun pemilu legislatif justru kontradiktif. Hasil yang diperoleh melahirkan pimpinan
daerah yang korup dan tidak berpihak pada kepentingan warga. Januari 2014 Kementerian
Dalam Negeri Republik Indonesia merilis data bahwa ada sekitar 318 kepala daerah yang
tersangkut korupsi. Pada Juli 2014 angka tersebut bertambah menjadi 330 kepala daerah yang
terseret kasus korupsi. Jika hal ini di rata-ratakan dengan jumlah wilayah Pemerintah Daerah
di seluruh Indonesia, ternyata lebih dari separuhnya kepala daerah di Indonesia melakukan
tindak korupsi (Kompas, 2 November 2014).
Pemilukada sebagai instrumen penguatan desentralisasi dan otonomi daerah ternyata
masih banyak menyimpan beragam masalah, baik pada tataran teknis pelaksanaan, perolehan
hasil, maupun pasca pemilihan. Ragam problematika tersebut antara lain persaingan tidak
sehat, kecurangan pada saat pemungutan dan rekapitulasi suara dari tingkat PPS dan PPK,
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
2
politik uang (money politics) jelang pelaksanaan pemilukada hingga rentannya potensi
konflik yang terjadi pasca-penyelenggaraan pemilukada.
Bahkan pada studi yang dilakukan Iberamsyah (2007) mencatat pula bahwa praktek
pemilukada langsung selama ini telah membawa banyak resiko. Hal tersebut ditinjau
dari beberapa parameter, seperti ; praktek politik uang (vote buying) masih marak bahkan
ada kencederungan menaik; anggaran besar yang harus ditanggung negara ; ataupun resiko
terjadinya konflik horizontal ditengah-tengah masyarakat.
Ragam inovasi teknik pemilukada serta pemberlakuan aturan main dalam pelaksanaan
pemilukada memang ditempuh oleh lembaga penyelenggara Pemilu. Hanya saja, kondisi ini
semuanya tidak akan berarti apa-apa apabila masih belum terdapat kesepahaman dan
kesadaran warga atas politik termasuk mengenai penyelenggaraan pemilu maupun
pemilukada. Harapannya tentu adanya situasi dimana masyarakat sudah dianggap “melek”
politik sehingga mereka benar-benar memikirkan tanggungjawabnya dalam
bernegara
termasuk mendukung berjalannya proses demokrasi secara benar salah satunya melalui
keikutsertaannya dalam penentuan pimpinan pada daerahnya masing-masing. Tanggung
jawab masyarakat inilah yang seharusnya menjadikan pemilu sebagai proses demokrasi yang
melahirkan pimpinan yang berintegritas, bermoral serta betul-betul dapat memimpin
rakyatnya kedepan dengan baik.
KPU Daerah sebagai garda terdepan pelaksanaan pemilu pada level provinsi, kabupaten
maupun kota tentunya menjadi kunci penting bagaimana pelaksanaan pemilukada bisa
berjalan baik dan akuntabel. Kinerja KPU daerah yang minim staf penyelenggara tentunya
membutuhkan supporting dari beragam kalangan seperti salah satunya dari Perguruan Tinggi.
Hal ini mengingat upaya yang harus dibangun dan dilaksanakan KPU Daerah sangatlah
kompleks, seperti beberapa diantaranya adalah mensosialisasikan aturan main pemilukada ke
masyarakat umum sebagai pemilih, termasuk para peserta pemilukada; verifikasi pemilih dan
peserta pemilukada; hingga penetapan hasil pemilukada.Tentunya peran yang bisa didukung
oleh Perguruan Tinggi kepada KPU Daerah pada konteks ini adalah melaksanakan riset
politik terkait efektifitas sosialisasi tentang aturan main pemilukada kepada masyarakat dan
peserta pemilukada termasuk pola perilaku pemilih masyarakat yang bermuara pada strategi
peningkatan partisipasi pemilih yang ada di wilayahnya.
KPU Kabupaten Bangli termasuk salah satu lembaga yang akan melaksanakan
perhelatan pemilukada
serentak 9 Desember 2015 nanti. KPU Kabupaten Bangli tentunya
merasa berkepentingan atas data-data mengenai efektifitas sosialisasi mengenai aturan main
pemilu di kalangan masyarakat maupun peserta pemilu. Perolehan data ini menjadi pondasi
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
3
penting terutama dalam menyusun strategi sosialisasi guna peningkatan partisipasi pemilih
dalam pemilukada. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana pada kapasitas
ini akan menawarkan riset politik berupa pemetaan partisipasi dan perilaku pemilih di
Kabupaten Bangli. Pada riset ini akan didalami efektifitas sosialisasi penyelenggaraan
pemilukada, dengan mengacu efektifitas kinerja KPU dalam sosialisasi pemilu legislatif
tahun 2014 lalu; perilaku memilih warga termasuk kecenderungan kesukarelaan warga dalam
menggunakan hak suaranya; sikap pemilih dan peserta pemilu atas berjalannya politik uang;
hingga pemahaman masyarakat atas instrumen dan regulasi kepemiluan,
termasuk
kecenderungan kalangan pemilih pemula dalam memberikan suara pada pemilukada dan
kemungkinan terjadinya fenomena golput.
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penggunaan tataran metodologi ilmu politik secara kualitatif ini diharapkan akan bisa
menghasilkan kesimpulan riset yang komprehensif. Marsh dan Stocker (2010:289) mencatat
riset ilmu politik yang mendasarkan pada metode ini tujuannya adalah untuk menjawab
aspek-aspek pertanyaan riset yang mendalam secara deskriptif, bahkan menambah kesahihan
hasil yang diperoleh dari satu metode. Penelitian mengenai Pemetaan Partisipasi atas
Penyelenggaraan Sosialisasi Kepemiluan, Partisipasi dan Perilaku Pemilih di Kabupaten
Bangli ini akan didahului dengan pengajuan pertanyaan riset kualititatif yang sebelumnya
sudah dibuat melalui daftar pertanyaan tertentu. Pertanyaan ini diajukan pada beberapa
kelompok dan individu sasaran yang kesemuanya merupakan narasumber terpilih.
Narasumber ini ditetapkan secara purposive sampling dan bisa bertambah sesuai dengan
perkembangan isu yang ada di lapangan (teknik snowball). Harapannya, melalui penyebaran
atas pertanyaan penelitian ini akan diperoleh gambaran pemahaman dan persepsi masyarakat
Bangli terhadap penyelenggaraan pemilukada yang akan digelar dengan mengkombinasikan
pengalaman pada pemilu legislatif dan presiden yang sudah berlangsung selama tahun 2014.
Perolehan atas data ini akan dicari pula pemetaan solusi yang nantinya bisa dikembangkan
menjadi strategi KPU Bangli dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam
Pemilukada Bangli serentak pada 9 Desember 2015 nanti.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini akan berangkat permasalahan
bagaimana persepsi masyarakat atas penyelenggaraan sosialisasi kepemiluan, partisipasi dan
perilaku pemilih di Kabupaten Bangli pada tahun 2015?
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
4
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui persepsi masyarakat Bangli atas langkah sosialisasi yang dilaksanakan
KPU Kabupaten Bangli pada pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2014 yang
selanjutnya akan didapatkan rekomendasi atas langkah sosialisasi lanjutan dalam
persiapan pemilukada serentak tahun 2015;
2. Melakukan pemetaan partisipasi perilaku pemilih terhadap politik uang, melek politik
serta tanggungjawab bernegara dalam proses Pemilukada di Kabupaten Bangli;
3. Mengetahui faktor apakah yang paling berpengaruh dalam perilaku pemilih, politik
uang serta pemahaman akan instrumen regulasi kepemiluan di Kabupaten Bangli.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan rekomendasi atas efektifitas
sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Bangli terutama dalam menghadapi
pemilukada 2015. Hasil penelitian sekaligus diharapkan pula dimanfaatkan oleh partai
politik beserta para calon kepala daerah yang akan berkompetisi dalam perhelatan
Pemilukada di Kabupaten Bangli terutama terkait dengan perilaku pemilih, politik uang
serta pemahaman akan instrumen regulasi kepemiluan di Kabupaten Bangli.
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
5
Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana
6