Partisipasi Pemilih dan Pemilih Pemula.

[(OMPAS
8
1

2
18

17
OJan

3
19
8Peb

o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o

Selasa

4

5

20

OMar

6
21
OApr

7
2.l

8
23

OMei

9

10
24


OJun

11
25

OJul

12
26

OAgs

13
27

OSep

Minggu


14
28

OOkt

15
29
ONov

16
30

31

ODes

Partisipasi
Pemilih .danPemilih Pemula
Oleh


RENDRA

PERMANA

P

artisipasi pemilih dalam pemilihan umum secara empiris menunjukkan tren penurunan denganjumlah
cukup signifikan. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan mengingat kualitas demokrasi menjadi taruhannya. Betapapun, demokrasi tidak dapat dilepaskan dari pemilu. Pemilu
adalah ciri utama pelaksanaan demokrasi.
Terdapat juga suatu fakta dari
definisi demokrasi yang sudah
"terkonsolidasi"-berdasarkan data empiris-bahwa
demokrasi
mengintegrasikan empat aspek
yang memerlukan partisipasi. Keempat aspek itu adalah hak pilih
universal; pemilu yang kompetitif,
adil dan reguler; sistem.multipartai politik; dan banyaknya sumber
informasi alternatif (Morlino,
2003).
Menghadapi Pemilu 2009, berbagaiupaya memangharus dilakukan terkait dengan fenomena penurunan partisipasi pemilih ini.

Namun, upaya tanpa pemahaman
mendalam tentu saja akan sia-sia,
bahkan dalam batas tertentu akan
memancing pro dan kontra. Contohnya adalah upaya "mengharamkan" mereka yangtidak menunaikan hak pilihnya alias menjadi
golput pada Pernilu2009.
Upaya lain yang agak unik dilakukan di Kabupaten Cilacap.Disana Pemerintah Kabupaten Cilacap
mengiming-imingkan hadiah sepeda motor bagi kepala desa jika
berhasil meningkatkan partisipasi
~rnilih di desa masing-masing.

Sayang, bagaimana pelaksanaan
upaya ini tidak dirinci lebih lanjut.
Boleh jadi praktiknya di lapangan
akan ada pemaksaan-pemaksaan
sepihak yang dilakukan sangkepala desadan perangkat desa.Bilademikian, tentu saja akan timbul
kontroversi tersendiri.
Sebenarnya masih banyak cara
meningkatkan partisipasi pemilih,
yaitu cara-cara yang diawali dengan riset mendalam terhadap fenomena penurunan partisipasi
pemilih. Artinya, cara itu tidak

berlandaskan "klaim intuitif" belaka ataupun tuduhan sepihak
yang tidak berdasar.
Pengalaman Denmark
Adasebuah pengalaman menarik dari Denmark terkait dengan
tren penurunan partisipasi pemilih yang juga teIjadi di negara-negara "demokrasi mapan" di Eropa
Barat. Tidak seperti negara lain di
Eropa Barat yang tingkat partisipasinya cenderung turun, Denmark menunjukkan kenyataan sebaliknya. Sebuah studi dilakukan
J0rgen Elklit, Palle Svensson, dan
Lise To.,gebydari :QgP.:u:tm~nj:
pf

Klip i n 9 Hum 0 sUn

pod

2 0 0 9-0---

membuatperbedaan.
Meski demikian, pertemuan
tersebut memberikan beberapa

saran untuk menarik minat anak
muda pada proses pemilihan. Pertama, membuat kemudahan mendaftar sebagai pemilih. Di hampir
semua negara demokrasi, pendaftaran adalah prasyarat bagi seseorang untuk turut serta memilih.
Sangat strategis mendorong anak
muda untuk mendaftar atau terDICKY
daftar sebagai pemilih. Kedua,
Memanfaatkanpotensi
memfasilitasi kemudahan untuk
Potensi pemilih pemula yang memilih.
Fenomena yang teIjadi di DenKetiga, mengubah batas usia
mark menunjukkan betapa parti- besar dapat dimanfaatkan untuk
sipasi politik pemilih pemula men- meningkatkan partisipasi pernilih untuk memilih. Meski sangat konjadi salah satu faktor strategis da- pada Pemilu 2009.Pertanyaannya, troversial, hal itu bisa menjadi salam peningkatan partisipasi pemi- bagaimana cara memanfaatkan lah satu cara untuk mendorongkelih secara keseluruhan.
potensi pemilih pemula itu? Pada terlibatan anak muda secara dini
Pemilih pemula (berusia 17-21 1999 digelar pertemuan tahunan dalam politik Keempat, mendutahun) di Indonesia menunjukkan International IDEA Democracy kung latihan persiapan untuk mejumlah cukup besar. Data yang di- Forum bertema "What's So Great milih.
Dengan .demikian, menjelang
himpun Litbang Kompas, Novem- about Democracy? The Youth
Pemilu 2009, edukasi dan sosialiber 2008, menunjukkan potensi SpeakUp!".
Hasil pertemuan memberikan sasi yang diarahkan kepada pernisuara kelompok ini mencakup 36
juta suara atau sekitar 19 persen catatan beberapa faktor yang me- lih pemula sangat penting dilakudarijumlah penduduk kategori pe- mengaruhi partisipasi politik anak kan, bukan saja dalam rangka penmilih. Antusiasme mereka meng- muda. Pertama, kekurangpaham- didikan politik sejak dini, melainhadapi Pemilu 2009 pun sangat an bagaimana sistem pemilihan kanjuga sebagaiupaya meningkatbesar.
bekeIja. Kedua, tumbuhnya keti- kan partisipasi pemilih. Sebagai

Hasil jajak pendapat Kompas, dakpercayaan kepada pimpinan langkah awal, memastikan semua
November 2008, menunjukkan dan lembaga politik ~tiga, mi- pemilih pemula terdaftar sebagai
antusiasme kelompok responden nimnya waktu untuk lfugkungan pemilih pada Pemilu 2009 adalah
usia di bawah 40 tahun lebih tinggi kompetitifhari ini. Pertemuan itu hal yang sangat bagus.
RENDRAPERMANA
daripada kelompok usia yanglebih juga menekankan bahwaanakmuMahasiswaS-2 Ilmu Politik
mapan. Sebanyak 67,08 persen da tidak apatis terhadap politik,te- .
ProgramPascasaIjana
responden berusia di bawah 40 ta- tapi lebih merasakan bahwa mereFISIP Unpad;AsistenPeneliti
hun menyatakan akan memberi- ka "diasingkan"dari proses politik
BidangPolitik Puslit KP2W
kan suara pada salah satu partai tradisional. Karena itu, mereka tiLemlit Unpad
dak~
partisjpasimerekadapat
p~rta pemilu.B.anya7,66~rsen
yang menyatakan sebaliknya.
Responden pada kelompok pemilih pemula lebih terbuka pada
kemunculan partai politik barn.
Keterbukaan publik yang berada
dalam rentang usia 17-22 tahun

tampakjika dilihat padaminat mereka untuk memilih parpol barn.
Sebanyak 46,23 persen responden
dalam kelompok usia tersebut menyatakan berminat memilih partai
barn.

Political Science University of
Aarhus Denmark (2005) gwIa
menganalisis fenomena tersebut
Komparasi Denmark dengan
negara tetangga, khususnya Swedia dan NOIwegia,yang tennasuk
rumpun Skandinavia,. menyimpulkan beberapa haloPertama, pemilih pemula yang datang untuk
memilih sama banyaknya dengan
pada pemilihan sebelumnya di
Denmark Kedua, partisipasi pemilih di Denmark tetap wajar dan
stabil di antara pemilih yang ketertarikannya pada masalah politik
sedikit Ketiga,terdapat dukungan
kontinu' bagi nonna civic duty,
nonna yang senantiasa diajarkan
kepadagenerasi barn.
Ketiga hal tersebut kemudian

didukung desain sistem pemilihan, mobilisasi pemilih secara efektif dan efisien oleh partai politik,
serta fasilitasi yang dilakukan The
Danish Electoral Institutions terhadap kelompok-kelompok lemah.
.