Perilaku Pemilih Perempuan dalam Pemilih
PERILAKU PEMILIH PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI KOTA MALANG TAHUN 2014
Vindi Hanindya
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti mengenai fenomena gender terkait politik, baik partisipasi maupun perilaku pemilih. Isu mengenai Pemilu menjadi hal penting untuk mengetahui bagaimana kondisi keikutsertaan pemilih perempuan dalam memilih. Kecamatan Klojen Kota Malang menjadi lokasi penelitian karena tingkat partisipasi perempuan dalam Pemilihan Umum tinggi dengan jumlah penduduk lebih rendah dari kecamatan-kecamatan lain di Kota Malang. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menggambarkan perilaku pemilih perempuan dalam Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden di Kecamatan Klojen Kota Malang tahun 2014 dan mengidentifikasi aspek-aspek yang berdampak bagi perilaku pemilih perempuan tersebut.
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah Teori Perilaku Pemilih dimana teori ini relevan untuk menjadi dasar analisis karena didalam teori ini menyebutkan beberapa pendekatan yang dapat dijadikan dasar untuk mengetaui kondisi perilaku pemilih perempuan, antara lain pendekatan sosiologis, psikologis, dan rational choice. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam atau depth interview dengan informan sehingga diperoleh informasi secara mendalam terkait fokus penelitian. Sehingga peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi sumber data primer (wawancara) dan sumber data sekunder (dokumentasi).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ketiga pendekatan tersebut (sosiologis, psikologis, dan rational choice) menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan sebagai pendorong perempuan di Kecamatan Klojen Kota Malang dalam menggunakan hak pilihnya pada Pilpres 2014 adalah pendekatan psikologi dimana mayoritas perempuan yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini melihat sosok dari kandidat capres sebagai pertimbangan. Kualitas dan visi misi dari kandidat juga menjadi pertimbangan bagi informan, namun pertimbangan lebih dititikberatkan pada sosok kandidat tersebut. Mengingat pemilih perempuan berasal dari kondisi sosial yang berbeda-beda dan tingkat pendidikan yang tidak sama, hal ini sangat berkorelasi dengan akses informasi terhadap proses politik, sehingga diharapkan pemerintah, LSM, maupun pihak- pihak terkait lainnya dapat memberikan bentuk pendidikan politik yang bersifat menyeluruh dan persuasif, sehingga pemilih perempuan dapat mengetahui proses politik dengan lebih jelas.
Kata kunci : Perilaku Pemilih, Pemilih Perempuan, Pilpres 2014
Pendahuluan
keikutsertaan, merupakan proses yang melibatkan
Bentuk
Demokrasi dapat diartikan seluruh warga negara baik laki-laki sebagai
perempuan termasuk dijalankan dari rakyat, oleh rakyat,
pihak-pihak dari dan untuk rakyat. Demokrasi
melibatkan
kelompok sosial manapun. Dalam dikembangkan dengan tujuan untuk
kelompok-kelompok sosial tersebut menampung aspirasi masyarakat.
terdapat seperangkat norma, nilai dan Berdasarkan asas-asas demokrasi,
yang berlaku dan pemilihan
gagasan
tersosialisasikan melalui proses yang perwujudan dari kebebasan berbicara
umum
merupakan
panjang. Hal inilah yang nantinya dan berpendapat, serta berserikat
berpengaruh terhadap preferensi dan (Puspasari,
Melalui
perilaku politik.
pemilihan umum atau pemilu, rakyat Pemilihan umum (PEMILU) dapat menggunakan hak pilihnya
sendiri merupakan salah satu sebagai warga Negara untuk ikut
instrumen penting dalam sistem serta dalam proses penentuan
politik demokratik modern dimana seorang pemimpin bangsa maupun
seluruh lapisan masyarakat tanpa siapa yang mewakili rakyat. Dengan
terkecuali memiliki hak untuk demikian, maka suara yang diberikan
memilih secara langsung siapa oleh rakyat dalam proses pemilu
pemimpin yang akan memimpin sangatlah
bangsa. Pemilu bahkan telah menjadi pemimpin bangsa, sehingga dapat
menentukan
siapa
salah satu parameter utama oleh menjadi penentu masa depan bangsa
masyarakat untuk melihat demokratis yang lebih baik.
atau tidaknya suatu negara. Karena Demokrasi sebagai suatu
dalam kenyataannya, masyarakat sistem politik, telah menanamkan
kini hampir semangat
internasional
menyepakati bahwa tidak ada satu kebersamaan
persamaan
dan
pun negara yang dapat dikategorikan kebaikan bersama. Dalam suatu
demi
pencapaian
sebagai negara yang demokratis kehidupan bernegara dan juga
apabila tidak menyelenggarakan bermasyarakat, dibutuhkan suatu
pemilu, terlepas dari bagaimana bentuk partisipasi sebagai wujud dari
kualitas pelaksanaannya (Puspasari, kebersamaan dan
keikutsertaan
dalam proses politik tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Partisipasi politik pada dasarnya
Nomor 42 Tahun 2008 tentang adalah aspek penting dalam negara
Pemilihan Umum Presiden dan demokrasi.
Wakil Presiden, pemilihan umum Dalam
langsung oleh rakyat bermasyarakat dan juga bernegara,
sarana pelaksanaan dibutuhkan suatu bentuk partisipasi
merupakan
rakyat guna sebagai wujud dari kebersamaan dan
kedaulatan
menghasilkan pemerintahan negara keikutsertaan dalam proses politik
demokratis berdasarkan tersebut. Partisipasi politik pada
yang
Pancasila dan Undang-Undang Dasar dasarnya juga menjadi penanda
Negara Republik Indonesia Tahun adanya modernisasi politik.
1945. Pemilihan umum Presiden dan
Wakil Presiden juga diselenggarakan mengenai tindak kecurangan seperti secara demokratis dan beradab
money politic yang terjadi menjelang melalui partisipasi rakyat seluas-
pemilu, mayoritas target atau sasaran luasnya berdasarkan asas langsung,
tersebut ialah umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
untuk memilih Presiden dan Wakil Sehubungan dengan hal Presiden.
tersebut, Inpres nomor 9 tahun 2000 Terkait
tentang pengarusutamaan gender penyelenggaraan pemilu, terdapat
dengan
proses
pembangunan nasional beberapa temuan di lapangan
dalam
menjelaskan bahwa dalam rangka mengenai kasus kecurangan seperti
meningkatkan kedudukan, peran, dan money politic , hingga sosialisasi-
kualitas perempuan, serta upaya sosialisasi yang diadakan oleh
mewujudkan kesetaraan dan keadilan beberapa partai politik kepada
dalam kehidupan masyarakat
gender
bermasyarakat, perempuan, seperti halnya yang
berbangsa, dan bernegara, dipandang terjadi di Jatinegara, Jakarta timur,
melakukan strategi dimana terdapat seorang calon
perlu
pengarusutamaan gender ke dalam legislatif (caleg) DPR RI yang
proses pembangunan membagikan sembako kepada warga
seluruh
nasional. Tidak terkecuali pula pada khususnya perempuan menjelang
proses pemilihan umum, yaitu bahwa pemilu
perempuan juga memiliki hak yang suaranews.com). Terjadi pula di
berlangsung
(Anonim,
sama sebagai warga Negara yang Kediri, Jawa Timur, dimana kegiatan
wajib menggunakan hak pilihnya perkumpulan warga, seperti arisan
demi masa depan bangsa Indonesia atau pengajian menjadi ajang
yang lebih baik. Penjelasan tersebut kampanye terselubung para caleg. Di
menunjukkan bahwa dalam pemilu wilayah Kecamatan Pesantren Kota
perempuan juga memiliki hak dan Kediri, terdapat beberapa caleg yang
kedudukan yang sama dengan laki- menggalang suara dengan melakukan
laki, maka dapat diuraikan bahwa politik uang atau memberi barang.
terdapat beberapa hal yang menjadi Sejumlah warga yang menjadi
pembeda antara laki-laki dengan sasaran money
perempuan yang kemudian dapat mengatakan, selain uang, para caleg
politic tersebut
juga berpengaruh terhadap perilaku atau tim sukses sudah membagikan
memilih pada perempuan. sembako
Tedapat perbedaan mendasar lensaindonesia.com).
(Andik
Kartika,
tentang gender yang meliputi terjadi pula di Semarang, Jawa
Kemudian
kapasitas biologis, lingkungan sosial Tengah, dimana ditemukan seorang
perempuan dan laki-laki tinggal, ketua RT yang sedang membagikan
serta interaksi antara biologi dan sembako dan kartu sehat dari salah
budaya. Tiga perspektif umum satu kubu pasangan capres kepada
tentang asal-usul pola gender warga ketika menjelang pemilu
didasarkan pada faktor biologis, presiden dan wakil presiden tahun
sosialisasi, dan peran sosial. 2014 (Eds/Nvl, jaringnews.com).
Terkait dengan nilai dan Dari beberapa temuan di lapangan
perilaku
memilih perempuan, memilih perempuan,
dengan empat voter khususnya perempuan dalam
dibandingkan
kecamatan lain yang ada di Kota sebuah pemilihan seorang pemimpin.
Malang. Dan hal tersebut yang Oleh karena itu, penelitian ini
kemudian membuat penulis merasa dimaksudkan untuk
tertarik untuk melakukan sebuah faktor-faktor
menelusuri
yang berpengaruh penelitian di Kecamatan Klojen Kota terhadap perilaku memilih seseorang
Malang.
khususnya perempuan
untuk
menentukan pilihannya
pada
Perilaku Pemilih
pemilihan umum. Secara
politik adalah pemilih dipengaruhi oleh beberapa
perilaku yang dilakukan oleh aspek yang diuraikan dari tiga
individu atau kelompok guna pendekatan,
memenuhi hak dan kewajibannya sosiologis, psikologis, dan pilihan
yaitu
pendekatan
insan politik. Seorang rasional (Rational choice). Ketiga
sebagai
individu atau kelompok diwajibkan aspek tersebut menurut ilmuwan
oleh negara untuk melakukan hak politik cukup memberikan dampak
dan kewajibannya guna melakukan kepada pemilih dalam menjatuhkan
politik. Sedangkan pilihannya, namun aspek mana yang
perilaku
partisipasi politik adalah kegiatan paling dominan dalam memberikan
warga negara yang bertujuan untuk dampak bagi perilaku pemilih,
pengambilan khususnya pada perempuan dalam
mempengaruhi
keputusan politik. Partisipasi dapat sebuah pemilu masih menjadi
terwujud dalam berbagai bentuk. perdebatan.
Salah satu wujud dari partisipasi Dari
politik ialah kegiatan pemilihan yang mengenai perilaku pemilih dan
beberapa
uraian
“suara, sumbangan- perempuan tersebut, maka penulis
mencakup
sumbangan untuk kampanye, bekerja tertarik untuk mengadakan suatu
dalam suatu pemilihan, mencari penelitian yang mengkaji tentang
dukungan bagi seseorang calon atau bagaimana
setiap tindakan yang bertujuan untuk perempuan dan aspek-aspek apa saja
perilaku
pemilih
hasil proses yang kemudian dapat memberikan
mempengaruhi
pemilihan” (Samuel P. Huntington dampak bagi perilaku pemilih
dan Joan Nelson dalam Puspasari, perempuan pada Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden di Kecamatan
politik dapat klojen Kota Malang tahun 2014.
Perilaku
dirumuskan sebagai kegiatan yang Melihat bahwa Kecamatan Klojen
berkenaan dengan proses pembuatan adalah salah satu kecamatan dengan
dan pelaksanaan keputusan politik tingkat partisipasi perempuan paling
Surbakti dalam tinggi jika dibandingkan dengan
(Ramlan
Sastroatmodjo, 1995:2). Interaksi beberapa kecamatan lain di Kota
antara pemerintah dan masyarakat, Malang. Selain itu, Kecamatan
antar lembaga pemerintah dan antara klojen adalah salah satu kecamatan
kelompok dan individu dalam di Kota Malang yang memiliki
masyarakat dalam rangka proses jumlah penduduk paling sedikit jika
pembuatan,
pelaksanaan, dan pelaksanaan, dan
semua individu ataupun kelompok Perilaku politik merupakan salah
masyarakat mengerjakan kegiatan satu aspek dari perilaku secara umum
politik (Surbakti, 1999: 5). karena di samping perilaku politik
Ada beberapa pendekatan masih ada perilaku yang lain seperti
untuk melihat perilaku pemilih perilaku ekonomi, perilaku budaya,
(Adman Nursal, 2004:54-73), yaitu : perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku
1. Pendekatan Sosiologis yang menyangkut persoalan politik
Pendekatan ini biasa juga (Sastroatmodjo dalam Puspasari,
dengan mazhab 2012: 12).
disebut
Columbia, berasal dari Eropa Perilaku politik merupakan
dan model ini kemudian produk sosial sehingga untuk
dikembangkan oleh para memahaminya
sosiolog Amerika Serikat dukungan konsep dari beberapa
diperlakukan
mempunyai latar disiplin ilmu. Konsep sosiologi,
yang
belakang Eropa, khususnya di psikologi, sosial, antropologi sosial,
Universitas Columbia. geopolitik, ekonomi, dan konsep
Menurut mazhab Columbia, sejarah digunakan secara integral.
pendekatan sosiologis pada Dengan
dasarnya menjelaskan bahwa perilaku
demikian,
memahami
karakteristik sosial dan menggunakan konsep politik saja,
pengelompokan sosial seperti tetapi juga didukung konsep ilmu-
usia, jenis kelamin, agama, ilmu sosial lain. (Surbakti, 1999: 5)
pekerjaan, latar belakang Interaksi antara pemerintah
keluarga, kegiatan-kegiatan dan masyarakat, di antara lembaga-
dalam kelompok formal dan lembaga pemerintah dan di antara
dan lainnya kelompok dan individu dalam
informal
memberikan pengaruh yang masyarakat dalam rangka proses
signifikan terhadap pembuatan,
pembentukan pilihan-pilihan penegakkan keputusan politik pada
pelaksanaan,
dan
politik. Kemudian interaksi dasarnya merupakan perilaku politik.
terjadi didalam Di tengah masyarakat, individu
yang
kelompok-kelompok sosial berperilaku
seperti usia, jenis kelamin, Sebagian dari perilaku dan interaksi
dan
berinteraksi.
pekerjaan dan dapat ditandai akan berupa perilaku
agama,
sebagainya akan menjadi politik,
bangunan bersangkutpaut
yaitu perilaku
yang
susunan
pengetahuan yang akan politik. Sebagian lainnya berupa
dengan
proses
mempengaruhi preferensi perilaku ekonomi, keluarga, agama,
politik dan perilaku pemilih dan budaya. Termasuk ke dalam
seseorang hingga kemudian kategori kegiatan ekonomi, yakni
akan mempengaruhi bentuk- kegiatan yang menghasilkan barang
bentuk pilihan politiknya. dan jasa, menukar, menanam, dan
orang akan menspekulasikan modal. Namun,
Setiap
mengindentifikasi diri mengindentifikasi diri
pengambilan keputusan kelompok sosial dimana dia
dari
memilih bukan berdasarkan berada. Hal itu akan membuat
pada faktor kebetulan dan seseorang
menjatuhkan kebiasaan, bukan pula untuk pilihannya
berdasarkan kepentingan sendiri, namun orientasi berdasarkan konteks
untuk kepentingan umum, kelompok sosialnya. (Adman
pikiran dan Nursal, 2004:54-73)
menurut
pertimbangan logis. (Adman
2. Pendekatan Psikologis Nursal, 2004:54-73) (Mahzab Michigan)
4. Pendekatan Marketing Pendekatan ini biasa juga
Newman dan Sheth (1985) disebut sebagai mazhab
mengembangkan model Michigan dan pelopor utama
perilaku pemilih berdasarkan mazhab ini adalah August
beberapa domain yang terkait Campbell.
Munculnya dengan marketing. Menurut pendekatan ini merupakan
model ini, perilaku pemilih reaksi atas ketidakpuasan
ditentukan oleh tujuh domain terhadap
pendekatan kognitif yang berbeda dan sosiolgis. Teori ini dilandasi
terpisah, sebagai berikut : oleh konsep sikap dan
1. Isu dan Kebijakan Politik sosialisasi. Dalam pendekatan
Isu dan kebijakan politik ini, sikaplah yang paling
mempresentasikan menentukan dan hal itu
kebijakan atau program berawal
dari informasi- yang diperjuangkan dan informasi yang diterima
dijanjikan oleh partai atau seseorang. Sikap tidaklah
kandidat politik jika kelak terjadi secara begitu saja,
menang pemilu. melainkan melalui proses
2. Citra Sosial yang panjang, yang dimulai
Citra sosial adalah citra dari
kandidat dalam pikiran seseorang
kanak-kanak
saat
pemilih mengenai mendapat pengaruh politik
pertama
kali
“berada” di dalam dari orang tua atau kerabat
kelompok sosial mana dekat. (Aswar dalam Adman
atau tergolong sebagai Nursal, 2004:54-73)
apa seorang kandidat
3. Pendekatan Rasional politik. Pemilih
3. Perasaan Emosional diartikan sebagai pemilih
rasional
dapat
Perasaan emosional yang melakukan penilaian
adalah dimensi yang secara valid atas tawaran
terpancar dari sebuah yang
kontestan yang kandidat. Selain itu, pemilih
disampaikan
oleh
ditunjukkan oleh rasional memiliki motivasi,
kebijakan politik yang prinsip, pengetahuan, dan
ditawarkan. mendapatkan informasi yang
4. Citra Kandidat cukup.
Tindakan
dalam
Mengacu pada sifat-sifat
sosiologis (dikenal pribadi yang penting yang
pendekatan
Mahzab Colombia), dianggap sebagai karakter
dengan
pendekatan psikologis (dikenal dari kandidat.
dengan mahzab Michigan), dan
5. Peristiwa Mutakhir pedekatan rasional atau rational Mengacu pada himpunan
choice . Pendekatan sosiologis biasa peristiwa,
juga disebut dengan mazhab kebijakan
isu,
dan
Columbia, karena Cikal bakal berkembang menjelang
yang
tercetusnya jenis pendekatan tersebut dan selama kampanye.
berasal dari Eropa. Model ini
6. Peristiwa Personal kemudian dikembangkan oleh para Mengacu pada kehidupan
sosiolog Amerika Serikat yang pribadi dan peristiwa
mempunyai latar belakang Eropa, yang pernah dialami
khususnya di Universitas Columbia. secara
yang kemudian seseorang kandidat.
pribadi
oleh
Hal tersebut
membuat jenis pendekatan sosiologis
7. Faktor-faktor Epistemik dikenal dengan sebutan Mahzab Adalah isu-isu pemilihan
Columbia. (Adman Nursal, 2004:54- spesifik yang terdapat
Pendekatan sosiologis memicu
menyatakan bahwa preferensi politik para pemilih mengenai
keingintahuan
termasuk di dalamnya preferensi hal-hal baru.
pemberian suara di kota pemilihan Keempat pendekatan perilaku
merupakan produk dari karakteristik pemilih saling menguatkan atau
sosial ekonomi seperti profesi, kelas saling melengkapi satu sama lainnya.
sosial, agama, dan yang lainnya. Untuk memudahkan kepentingan
Dengan kata lain, latar belakang praktis, kita dapat menyederhanakan
seseorang atau kelompok orang keempat pendekatan itu menjadi
seperti jenis kelamin, ras, etnik, sebuah rangkuman faktor-faktor
agama, ideologi, dan daerah asal yang mempengaruhi perilaku pemilih
merupakan variable independen yang :
mempengaruhi keputusan untuk
1. Social Imagery atau citra
memilih.
sosial (pengelompokan Pendekatan sosiologis sosial)
melihat bahwa dalam kelompok-
2. Identifikasi partai kelompok sosial, terdapat kognisi
3. Kandidat sosial tertentu yang pada akhirnya
4. Isu dan kebijakan politik bermuara pada perilaku dan pilihan (Issues and Politicies)
tertentu. Dalam kelompok-kelompok
5. Peristiwa-peristiwa sosial, berlangsung proses sosialisasi. tertentu
Lingkungan sosial memberikan
6. Faktor-faktor epistemik
sosialisasi dan (Epistemic Issues)
bentuk-bentuk
internalisasi nilai-nilai dan norma dalam masyarakat, serta memberikan
Dalam penelitian ini untuk pengalaman hidup. Proses ini menganalisis
berlansung dalam waktu yang lama. digunakan tiga pendekatan, yaitu
perilaku
pemilih,
(Sudijono dalam Verawati, 2011:18) (Sudijono dalam Verawati, 2011:18)
Selanjutnya
untuk
dalam Verawati, 2011:22) bahwa keputusan memilih terhadap partai
politik atau
kandidat
Model Perilaku Politik
didasarkan pada respons psikologis Kajian terhadap perilaku
seperti kualitas personal kandidat, performa pemerintah yang saat itu
politik sering kali dijelaskan dari berkuasa,
isu-isu
yang
sudut psikologis di samping pendekatan struktural fungsional dan
dikembangkan kandidat,
dan
struktur konflik. Berikut ini akan loyalitas terhadap partai. (Affan
diuraikan mengenai aspek-aspek Gaffar dalam Puspasari, 2012:14)
yang mempengaruhi perilaku politik dianggap sulit diukur, tidak jelasnya
aktor politik yang
kombinasi ketiga indikator kelas sosial, tingkat
merupakan
pendekatan tersebut. Menurut model pendidikan, agama dan sebagainya
ini, terdapat empat aspek yang merupakan suatu hal yang sulit
diukur. Disamping itu secara materi,
perilaku politik diungkapkan bahwa aspek-aspek
mempengaruhi
seorang aktor politik. (Surbakti dalam Zakiyah, 2013: 13-15)
sosiologis seperti kelompok primer Pertama, lingkungan sosial
dan sekunder, memberi pengaruh politik tak langsung, seperti sistem
pada perilaku memilih dan pilihan politik. Yang kemudian aspek-aspek
politik, sistem ekonomi, sistem itu dapat dihubungkan dengan
budaya, dan media massa. Kedua, lingkungan sosial politik langsung
perilaku memilih dan pilihan politik yang membentuk kepribadian aktor,
jika ada proses sosialisasi. Oleh seperti keluarga, agama, sekolah, dan
sebab itu, dalam pendekatan ini, sosialisasilah yang menentukan
pergaulan. Dari perilaku memilih dan orientasi pada
kelompok
lingkungan sosial politik langsung seorang aktor mengalami sosialisasi
pilihan-pilihan politik seseorang. dan internalisasi nilai dan norma
(Ibid dalam Verawati 2011:19) masyarakat termasuk nilai dan norma
Kemudian
pendekatan
rasional atau rational choice. Pilihan
bernegara, dan rasional pemilih bisa didasarkan
kehidupan
pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya. Lingkungan langsung ini
pada informasi yang diterima dan dipengaruhi dengan lingkungan tak
dijadikan sebagai preferensi. Dalam
Ketiga, struktur Pemilihan Umum Presiden dan
langsung.
Wakil Presiden, pemilih adalah kepribadian yang tercermin dalam sebagai individu yang memiliki
sikap individu. Untuk memahami struktur kepribadian perlu dicatat
pilihan yang didasarkan pada bahwa terdapat tiga basis fungsional
rasionalitas dalam
memilih.
yaitu kepentingan, Rasionalitas dalam menjatuhkan
sikap,
pilihannya didasarkan pada maksud penyesuaian diri, eksternalisasi dan dan tujuan yang ingin dicapai oleh
pertahanan diri. Basis yang pertama merupakan sikap yang menjadi
pemilih perempuan dan dikaitkan
kepentingan. Artinya, dengan informasi dan preferensi
fungsi
penilaian
terhadap seseorang terhadap suatu objek ditentukan oleh terhadap seseorang terhadap suatu objek ditentukan oleh
mempengaruhi aktor politik dalam merupakan sikap yang menjadi
kegiatan dan perilaku politiknya, fungsi penyesuaian diri. Artinya,
baik langsung maupun tidak penilaian terhadap suatu objek
langsung. Dengan demikian, perilaku dipengaruhi oleh keinginan untuk
politik seseorang tidak hanya mengatasi konflik batin atau tekanan
pada pertimbangan psikis yang mungkin berwujud
didasarkan
politik saja, tetapi juga disebabkan mekanisme pertahanan diri dan
aspek yang eksternalisasi diri, seperti proyeksi,
banyak
mempengaruhinya. (Sastroatmodjo idealisasi,
dalam Zakiyah, 2013: 13-15). identifikasi.
Zakiyah, 2013: 13-15)
Definisi Sikap
Keempat, lingkungan sosial
sikap menurut politik langsung berupa situasi yaitu
Definisi
(Edwards dalam Anwar, 2011:5) keadaan yang mempengaruhi aktor
merupakan derajat efek positif atau secara langsung ketika hendak efek negatif terhadap suatu objek melakukan suatu kegiatan, seperti psikologis. Sedangkan menurut cuaca, keadaan keluarga, keadaan (Secord dan Becman dalam Anwar, ruang, kehadiran orang lain, suasana 2011:5), sikap juga didefinisikan kelompok, dan ancaman dengan sebagai keturunan tertentu dalam hal segala bentuknya. (Surbakti dalam perasaan (afeksi), pikiran (kognisi), Zakiyah, 2013: 13-15)
tindakan (konasi) Aspek lingkungan sosial
predisposing
seseorang terhadap suatu aspek di politik tak langsung mempengaruhi
sekitar. Psikologi lingkungan sosial politik langsung
lingkungan
berusaha membuat berbagai model yang berupa sosialisasi, internalisasi yang mencakup berbagai dimensi dan
yang mendasari sikap tertentu. mempengaruhi juga lingkungan
Upaya ini dimaksudkan untuk sosial politik langsung berupa situasi.
menentukan komposisi sikap agar Aspek lingkungan sosial politik
dapat menjelaskan atau meramalkan langsung
berupa
sosialisasi,
perilaku dengan lebih baik. Sikap internalisasi, dan politisasi akan atau attitude adalah suatu konsep mempengaruhi struktur kepribadian paling penting dalam psikologi atau sikapnya terhadap objek sosial. Berdasarkan teori rangsang- kegiatan itu, dan situasi ketika balas (stimulus-response theory) kegiatan itu hendak dilakukan. menerangkan bahwa sikap adalah Hubungan kedua aspek ini terhadap
atau kesediaan perilaku akan menimbulkan keadaan
kecenderungan
seseorang untuk bertingkah laku yang apabila aspek sikap yang
tertentu kalau ia menghadapi suatu menonjol maka aspek situasi kurang
tertentu. Misalnya mengedepankan, sebaliknya apabila seseorang yang mempunyai sikap situasi yang mengedepan maka positif terhadap masakan pedas akan faktor sikap kurang menonjol selalu makan setiap kali ia (Surbakti dalam Zakiyah, 2013: 13- menemukan makanan pedas. Model 15). psikologis juga menyatakan bahwa
rangsang rangsang
Prihatmoko dalam mereka
(Joko
J.
Puspasari, 2012:16) rangsangan
terhadap
berbagai
Menurut Undang-undang No. psikologis pada saat tertentu dalam
ataupun
tekanan
10 Tahun 2008, pemilih adalah jangka dekat. Dengan demikian,
warga Negara Indonesia yang telah pendekatan psikologis ini melihat
genap berumur 17 tahun atau sudah bahwa pada dasarnya pilihan politik
pernah kawin. Tetapi dalam seseorang
pelaksanaan pemilu, yang berhak pergeseran yang mendasar dari
bisa
mengalami
memberikan hak pilihnya adalah waktu ke waktu, bergantung pada
pemilih yang terdaftar dalam daftar stimulan apa yang merangsang atau
pemilih tetap (DPT) yang telah menekan dia dalam jangka dekat.
ditetapkan oleh komisi pemilihan (Edwards dalam Anwar, 2011:5)
umum (KPU) dan pemilih. Akan tetapi karena alasan tertentu, pemilih
Definisi Pemilih
tidak bisa menggunakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara (TPS)
Pemilih adalah semua pihak tempat ia terdaftar. sebagai tujuan utama para kontestan
untuk mereka pengaruhi dan Dalam peraturan KPU/No. 35 yakinkan agar mereka mendukung
tahun 2008 tentang pemungutan dan dan kemudian dapat memberikan
perhitungan suara, untuk dapat suaranya pada kontestan yang
menggunakan hak pilihnya, pemilih bersangkutan. Pemilih dalam hal ini
tersebut harus mendaftarkan diri dapat berupa konstituen maupun
pada TPS yang baru paling lambat 3 masyarakat
hari sebelum pemungutan suara. Jadi Konstituen
pada
umumnya.
secara garis besar, pemilih dapat masyarakat yang merasa diwakili
adalah
kelompok
diartikan sebagai semua pihak yang oleh suatu ideologi tertentu yang
menjadi tujuan utama para kontestan kemudian
termanifestasi dalam untuk mereka pengaruhi dan institusi politik seperti partai politik.
yakinkan agar mereka mendukung (Joko
dan kemudian memberikan suaranya Puspasari, 2012:16).
J. Prihatmoko
dalam
kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih merupakan bagian
(kpu.go.id)
masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik
Tipologi Pemilih
tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok, dan terdapat
Pemilih memiliki perilaku kelompok masyarakat yang memang
dalam mengambil keputusan untuk non-partisan dimana ideologi dan
menentukan pilihan politiknya. tujuan politik mereka tidak dikatakan
Perilaku ini berasal dari persepsi pada suatu partai politik tertentu.
pemilih dalam melihat profil maupun Mereka menunggu sampai ada suatu
trade record dari kandidat Calon partai politik yang bisa menawarkan
Presiden dan Wakil Presiden yang suatu program politik yang dapat
akan dipilihnya. Terkadang perilaku menawarkan program kerja terbaik
pemilih ini rasional dan terkadang menurut mereka, sehingga partai pemilih ini rasional dan terkadang menurut mereka, sehingga partai
solusi masalah. keputusannya.
menawarkan
Perspektif akan menjadi sangat Penting untuk mempelajari
penting di saat kampanye pemilu, aspek-aspek yang melatarbelakangi
kontestan dapat bagaimana dan mengapa pemilih
karena
meningkatkan pemahaman dan menyuarakan pendapatnya. (Quist
pengetahuan pemilih akan program dan
kerja partai politik dan kontestan 2012:17). Secara psikologis, untuk
Crano dalam
Puspasari,
melalui penyediaan informasi dan menganalisa rasionalitas pemilih
komunikasi yang efektif. (Pattie dan dalam menentukan pilihannya dapat
Johnston dalam Puspasari, 2012:17). digunakan
adalah kesamaan (similiarity)
ideologi. Mengacu pada pengertian (attraction).
dan
ketertarikan
Dasar penggunaan ideologi, terdapat batasan tentang model tersebut karena setiap individu
ideologi sebagai sebuah sistem nilai akan tertarik pada suatu hal atau
atau kepercayaan yang diterima seseorang bila memiliki system nilai
sebagai suatu fakta atau kebenaran dan keyakinan yang sama (Byrne
oleh suatu kelompok. (Sargent dalam dalam
Puspasari, 2012:18). Maksudnya adalah bila dua pihak
Puspasari,
Karakteristik pemilih yang memiliki karakteristik yang sama
didasarkan pada kesamaan ideologi (similiarity) maka akan semakin
lebih menekankan pada aspek-aspek meningkatkan
subjektifitas seperti kedekatan nilai, (attraction) antara satu dengan yang
ketertarikan
budaya, agama, moralitas, norma, lain. Demikian halnya di dalam
emosi, dan psikografis. Maksudnya dunia politik, dikenal dengan model
pemilih cenderung kedekatan (proximity) atau model
adalah
berkelompok kepada kontestan yang “patial” (Downs dalam Puspasari,
memiliki kedekatan ideologi yang 2012:17). Model ini menjelaskan
dengan pemilihnya. bahwa pemilih yang memiliki
sama
(Firmanzah, 2008:99-109). Kedua kedekatan dan kesamaan system nilai
model tersebut dapat memudahkan dan keyakinan dengan salah satu
kontestan dan pemilih dalam kandidat atau partai maka akan
memetakan kategori pemilih dan mengelompok pada kadidat maupun
kontestan berdasarkan karakteristik partai tersebut.
kesamaan atau kedekatan. Sehingga Terdapat dua jenis kesamaan
bagi kontestan dapat menjadi dasar yang digunakan dalam menilai
dan pemberi arah bagi para kedekatan dengan seorang kontestan
pemilihnya. Selain itu, di dalam politik (Firmanzah, 2008:99-109),
keputusan untuk memilih, pemilih yaitu : (1) Kesamaan akan hasil akhir
“judgement” yang yang ingin dicapai (Policy-Problem-
memiliki
pemilihan suatu Solving ), dan (2) kesamaan akan
mendasari
kontestan.
faham dan nilai dasar ideologi Atas dasar model kesamaan (ideology) dengan salah satu
dan kedekatan ideology dan Policy- kontestan politik tersebut. Kesamaan
Problem-Solving, terdapat empat pertama
jenis tipologi pemilih (Firmanzah, kemampuan
berkaitan
dengan
kontestan
dalam
2008:99-109). Empat
permasalahan bangsa tersebut terdiri atas :
tipologi
maupun tingginya orientasi mereka akan
1. Pemilih Rasional hal-hal yang bersifat
Pemilih
ideologis. Pentingnya orientasi tinggi pada
memiliki
ikatan ideologis membuat “Policy-Problem-
loyalitas pemilih terhadap Solving ” dan berorientasi
seorang kontestan atau rendah
sebuah partai politik ideologi. Pemilih dalam
untuk
faktor
cukup tinggi dan tidak hal
semudah “rational voter” mengutamakan
ini
lebih
untuk berpaling ke partai kemampuan
lain. Pemilih jenis ini dalam program kerjanya.
kontestan
adalah pemilih yang Pemilih jenis ini memiliki
kritis. Artinya mereka ciri khas yang tidak
akan selalu menganalisis begitu
kaitan antara sistem nilai ikatan ideologi kepada
mementingkan
partai (ideology) dengan salah seorang kontestan
kebijakan yang dibuat. maupun partai. Faktor
Pemilih jenis ini harus di seperti paham, asal-usul,
“manage” sebaik nilai tradisional, budaya,
mungkin oleh seorang agama, dan psikografis
kontestan maupun partai memang dipertimbangkan
politik. Pemilih memiliki juga
keinginan dan merupakan suatu hal
tetapi
bukan
kemampuan untuk terus signifikan. Hal yang
memperbaiki kinerja terpenting bagi pemilih
partai, sementara jenis ini adalah apa yang
kekecewaan yang bisa bisa dan yang telah
berakhir ke frustasi dan dilakukan oleh seorang
pembuatan partai politik kontestan atau sebuah
tandingan juga besar. partai, dari pada paham
(Firmanzah, 2008:99- dan nilai kontestan atau
partai.
3. Pemilih Tradisional 2008:99-109)
(Firmanzah,
Pemilih dalam jenis ini memiliki
orientasi ideologi yang sangat
2. Pemilih Kritis tinggi dan tidak terlalu
Pemilih
melihat pada kebijakan merupakan
jenis
ini
partai politik atau seorang antara tingginya orientasi
perpaduan
kontestan sebagai sesuatu pada kemampuan partai
penting dalam politik
yang
pengambilan keputusan. kontestan
atau
seorang
Pemilih tradisional sangat menuntaskan
dalam
mengutamakan kedekatan mengutamakan kedekatan
tentang pengarusutamaan gender sebagai ukuran untuk
pembangunan nasional memilih sebuah partai
dalam
menjelaskan bahwa dalam rangka politik. Biasanya pemilih
meningkatkan kedudukan, peran, dan jenis
kualitas perempuan, serta upaya mengutamakan figure dan
ini
lebih
mewujudkan kesetaraan dan keadilan kepribadian pemimpin,
dalam kehidupan mitos dan nilai historis
gender
bermasyarakat, dari sebuah partai politik
berkeluarga,
berbangsa, dan bernegara, dipandang atau seorang kontestan.
melakukan strategi Salah satu karakteristik
perlu
pengarusutamaan gender ke dalam mendasar jenis pemilih
proses pembangunan ini
seluruh
nasional. Tidak terkecuali pula pada pendidikan yang rendah
adalah
tingkat
proses pemilihan umum, yaitu bahwa dan konservatif dalam
perempuan juga memiliki hak yang memegang nilai serta
sama sebagai warga Negara yang paham
wajib menggunakan hak pilihnya Pemilih tradisional adalah
yang
dianut.
demi masa depan bangsa Indonesia jenis pemilih yang bisa
yang lebih baik.
Tedapat perbedaan mendasar periode
dimobilisasi
selama
tentang gender yang meliputi (Rohrcheneider
kampanye.
kapasitas biologis, lingkungan sosial Puspasari,
dalam
perempuan dan laki-laki tinggal, Loyalitas
serta interaksi antara biologi dan merupakan salah satu cirri
tinggi
budaya. Menurut beberapa ahli, tiga khas yang paling terlihat
perspektif umum tentang asal-usul bagi pemilih tradisional.
pola gender didasarkan pada faktor-
4. Pemilih Skeptis
faktor berikut :
Pertama, Faktor Biologi. Pemilih
Perbedaan gender yang paling pemilih yang tidak memiliki
skeptis
adalah
mendasar adalah dipengaruhi oleh orientasi ideologi cukup tinggi
faktor biologis. Secara biologis jelas dengan seorang kontestan atau
ada perbedaan fisik yang mencolok, sebuah partai politik, juga sebagai
seperti dalam perkembangan otot dan sesuatu yang penting. Keinginan
tinggi badan, dalam hal kemampuan untuk terlibat dalam sebuah partai
mengasuh anak dan memberi ASI, politik pada pemilih jenis ini sangat
perempuan memiliki kurang, karena ikatan ideologis
dan
kemampuan untuk mengandung dan mereka memang rendah sekali.
melahirkan. Sejak awal perempuan Mereka juga kurang memperdulikan
secara alamiah dianggap memilki program kerja atau “platform” dan
peranan dan tugas sebagai pengatur kebijakan sebuah partai politik.
rumah tangga. Sementara laki-laki (Firmanzah, 2008:99-109)
karena memiliki otot yang lebih besar maka mereka mempunyai
Perempuan dan Gender
tugas untuk berburu dan mencari tugas untuk berburu dan mencari
olah raga, pengobatan, konstruksi sudah berkembang sejak berabad-
adalah wilayah laki-laki. Dalam abad yang lalu kerena memang pada
bisnis, pekerjaan dasarnya itu berasal dari organisasi
organisasi
perempuan sering berada pada status kemasyarakatan di setiap budaya
rendah (Taylor, E., S., dkk. Dalam manusia. (Bem dalam Rahmaturrizqi,
Rahmaturrizqi, 2012:52-53). 2012:52-53)
Secara tradisi, perbedaan Kedua, Faktor Sosialisasi.
peran sosial mempengaruhi perilaku Perspektif sosialisasi menekankan
perempuan dan laki-laki dalam pada
beberapa hal. Perbedaan peran ini mempelajari tentang gender dan
semakin melanggengkan pembagian mendapatkan perilaku “sesuai jenis
kerja berdasarkan gender; perempuan kelamin” sejak awal masa anak-anak
bekerja di rumah mengasuh anak (Eckes
sedangkan laki-laki bekerja untuk Rahmaturrizqi, 2012:52-53) Gagasan
& Trautner
dalam
mencari nafkah di luar rumah. Peran yang
juga dapat mempengaruhi keahlian masyarakat mempunyai ekspektasi
dan minat seseorang yang muncul dan standar yang berbeda-beda untuk
kecil kemudian perilaku laki-laki dan perempuan.
sejak
masa
dikembangkan di masa dewasa. Efek Menurut
peran berbasis gender ini mungkin beragam pengalaman sosial yang
perspektif
sosialisasi,
pada akhirnya akan melebar ke dialami anak perempuan dan anak
(Eagly dalam laki-laki akan menguatkan adanya
situasi
lain.
Rahmaturrizqi, 2012:52-53) perbedaan gender dalam sikap,
Perbedaan pembagian peran minat, keahlian, dan personalitas,
gender sejak awal dipelajari dari bahkan hingga terbawa ke masa
lingkungan keluarga, ajaran agama, dewasa. (Eckes & Trautner dalam
atau dari pengalaman kerja yang Rahmaturrizqi, 2012:52-53)
menekankan bahwa laki-laki lebih Ketiga, Faktor Peran Sosial.
memiliki status lebih tinggi dan Kehidupan orang dewasa ditata
daripada perempuan. berdasarkan berbagai peran, seperti
otoritatif
bertemu orang baru, anggota keluarga, pekerja, dan
Ketika
seseorang akan menggunakan jenis anggota komunitas atau masyarakat.
kelaminnya sebagai petunjuk awal, Ide utamanya adalah bahwa banyak
misalnya dengan mengasumsikan peran sosial yang penting yang
bahwa laki-laki adalah pemimpin didefinisikan secara berbeda untuk
yang percaya diri dan perempuan perempuan dan laki-laki. Dalam
adalah pengikut (Eagly dalam keluarga misalnya, orang biasanya
Rahmaturrizqi, 2012:52-53). punya ekspektasi berbeda untuk ibu
Perilaku politik dan juga dan ayah, untuk suami dan istri, serta
pilihan politik pemilih perempuan anak perempuan dan anak laki-laki.
dipengaruhi oleh banyak faktor, Dalam
struktur sosial budaya dan juga okupasional sering didasarkan pada
sistem politik yang ada. Seperti jenis kelamin. Seperti perawat, juru
halnya perempuan, terdapat konteks ketik, dan guru TK atau SD biasanya
yang melatar belakanginya. Menurut yang melatar belakanginya. Menurut
sosial (Bambang Rudito & Melia perempuan lebih bersifat irasional,
perempuan,
bahwa
Famiola, 2008 : 78). Menurut emosional sehingga tidak bisa
moleong, penelitian kualitatif adalah menjadi pemimpin. Hal ini yang
penelitian yang bermaksud untuk membuat
memahami fenomena tentang apa makhluk
perempuan
menjadi
yang dialami oleh subyek penelitian masyarakat. Lebih lanjut disebutkan
perilaku, motivasi, bahwa
misalnya
dan lain-lain yang perempuan sudah terjadi sejak di
menghasilkan data deskriptif berupa rumah tangga, marginalisasi juga
kata-kata tertulis atau lisan dari diperkuat oleh adat istiadat maupun
orang-orang dan perilaku yang dapat tafsir keagamaan. (Rahmaturrizqi,
diamati (Moleong, 2007 : 6). 2012:52-53)
Penelitian ini memilih lokasi di Kecamatan Klojen Kota Malang.
Berdasarkan uraian mengenai Pemilihan lokasi penelitian ini perbedaan peran jenis perempuan
atas beberapa dan laki-laki di atas, maka dapat
didasarkan
pertimbangan yang diambil oleh ditarik kesimpulan bahwa ada
peneliti diantaranya : beberapa aspek yang dinilai sebagai
1. Kecamatan Klojen pembeda peran jenis perempuan dan
merupakan salah satu laki-laki, yaitu aspek perilaku dan
kecamatan di Kota aspek sifat. Aspek sifat dibagi ke
malang dengan jumlah dalam sifat feminin pada perempuan
penduduk paling sedikit dan
maskulin pada laki-laki. dibandingkan empat Perempuan memiliki sifat hangat,
kecamatan lain di Kota emosional, lemah lembut dan pasif
Malang, yaitu dengan sebagai sifat feminin. Sedangkan
jumlah penduduk laki-laki memiliki sifat rasional,
sebanyak 107.212 jiwa kompetitif,
berdasarkan data bergantung dan penuh percaya diri
dominan,
tidak
kependudukan Dinas sebagai
kependudukan dan (Rahmaturrizqi, 2012:52-53). Dari
sifat
maskulin
Catatan Sipil adanya
perbedaan-perbedaan (Dispendukcapil) Kota mengenai perilaku dan sifat antara
Malang tahun 2013, laki-laki dan perempuan tersebut,
namun memiliki tingkat maka akan berdampak pula pada
partisipasi perempuan perilaku pemilih antara keduanya.
paling tinggi jika dibandingkan
dengan
Metode Penelitian
beberapa kecamatan lain yang ada di kota Malang.
Penelitian yang dilakukan Kemudian tingkat partisipasi adalah dengan metode penelitian
perempuan pada kecamatan Klojen kualitatif deskriptif. Pendekatan
tersebut juga lebih tinggi jika kualitatif memusatkan perhatian
dengan tingkat prinsip-prinsip
partisipasi pada penduduk laki-laki, mendasari perwujudan satuan-satuan partisipasi pada penduduk laki-laki, mendasari perwujudan satuan-satuan
agar penelitian ini dapat mewakili persentase perempuan 53,9% dan
opini dari beberapa unsur yang sudah laki-laki 46,1%.
ditentukan tersebut. Informan adalah orang yang
Beberapa kriteria yang berperan sebagai sumber informasi.
digunakan untuk pemilihan informan Pengambilan
dalam penelitian ini adalah sebagai penelitian ini adalah dengan teknik
purposive , yakni prosedur yang
1. Perempuan di Kecamatan dilakukan dengan memilih informan
Klojen Kota Malang sesuai dengan spesifikasi yang
dengan usia memilih dan dibutuhkan
menggunakan hak pilihnya Informan yang akan dipilih dalam
dalam
penelitian.
pada pemilu presiden penelitian ini adalah orang yang
2014. Kemudian dapat sekiranya
memberikan informasi dan mengenai politik dan pendapatnya
memiliki
wawasan
data seakurat mungkin. dapat mewakili beberapa perempuan
Dalam hal ini, dibuat dari lokasi penelitian. Selain itu, juga
sebuah polarisasi penentuan menggunakan
teknik snowball informan yang terdiri dari dimana jumlah informan dapat
beberapa kalangan seperti bertambah pada saat penelitian
rumah tangga, berlangsung, hingga memperoleh
ibu
pengusaha, PNS, LSM, data jenuh. Pertimbangan tersebut
mahasiswa, hingga digunakan
seorang mantan anggota dengan rumusan masalah yang
karena
disesuaikan
TNI (Veteran). digunakan dalam penelitian ini yakni
2. Pejabat atau tokoh mengenai
masyarakat (Ketua pemilih perempuan, serta aspek-
bagaimana
perilaku
maupun anggota pengurus aspek apa saja yang kemudian dapat
RT/RW) di Kecamatan menjadi pendorong bagi pemilih
Klojen Kota Malang, yang perempuan dalam pemilu presiden
kemudian dapat dan wakil presiden di Kecamatan
memberikan informasi Klojen Kota Malang tahun 2014.
mengenai bagaimana Teknik pemilihan informan
perilaku pemilih dalam penelitian skripsi ini yaitu
perempuan di Kecamatan menggunakan teknik
Klojen Kota Malang sampling dan snowball, dimana
purposive
dalam pemilu presiden dan pemilihan informan sudah ditentukan
wakil presiden tahun 2014. sebelumnya dan jumlahnya dapat
Pada proses penelitian ini bertambah. Dalam hal ini penentuan
terdapat sebanyak 12 (dua belas) informan mencakup hampir seluruh
unsur atau kalangan masyarakat orang informan perempuan yang kesemuanya bertempat tinggal di
mulai dari wanita karir hingga ibu Kecamatan Klojen Kota Malang.
rumah tangga
biasa
yang
dari informan ini menggunakan hak pilihnya pada
Polarisasi
dimaksudkan agar informasi atau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
data yang didapatkan lebih kaya dan data yang didapatkan lebih kaya dan
Pengambilan data dalam responden yang ditemui tersebut,
beberapa
penelitian ini akan menggunakan masing-masing berasal dari kalangan
kedua jenis data tersebut. Menurut dan profesi yang berbeda. Informan
Lofland, sumber data utama dalam yang ditemui diantaranya berasal
penelitian kualitatif adalah kata-kata dari kalangan ibu rumah tangga,
dan tindakan, selebihnya adalah data LSM, mahasiswa, PNS, ketua PKK,
tambahan dan lain-lain. Sumber data hingga veteran. Dengan tingkat
utama dicatat melalui catatan tertulis pendidikan yang berbeda.
atau melalui rekaman (audio tapes), Teknik pengumpulan data
foto atau film dilakukan dengan beberapa cara,
pengambilan
(Moleong, 2007:157). yaitu :
Data yang dikumpulkan dari
1. Interview (wawancara) penelitian ini berasal dari hasil Peneliti
dengan informan, wawancara dengan teknik
melakukan
wawancara
berbagai data yang didapat dari wawancara secara terstruktur
beberapa instansi, internet, dan juga untuk
tulisan-tulisan yang berhubungan mendapatkan data secara
memudahkan
dengan tema yang diteliti dan sangat maksimal
membantu dalam penelitian ini. masalah yang sedang diteliti
berdasarkan
penelitian ini, dan
Dalam
wawancara merupakan cara yang jawabannya oleh sumber
ingin
diketahui
akan dilakukan sebagai langkah informasi, dalam hal ini
penggalian data. Wawancara tersebut adalah warga masyarakat
merupakan jenis data primer yang khususnya perempuan di
diperoleh langsung dari informan Kecamatan Klojen yang telah
serta data primer lainnya adalah menggunakan hak pilihnya
berupa foto-foto lapangan yang dalam pemilu 2014. Namun
dan menunjang peneliti juga mencoba untuk
representatif
penelitian ini. Sedangkan data lebih fleksibel bila arah
sekunder dapat diperoleh melalui wawancara mulai berubah
lembaga-lembaga masyarakat atau dengan
organisasi masyarakat, yakni berupa wawancara secara spontan
melakukan
dokumen-dokumen dan catatan- dan
catatan penting yang mampu mendalam.
mengalir
secara
menunjang penelitian ini. Disamping
2. Dokumentasi
penelitian-penelitian Dokumentasi
itu,
hasil
sebelumnya yang relevan juga akan dalam
dilakukan
dijadikan sebagai referensi dalam mengabadikan berbagai data
penelitian
untuk
data sekundernya. yang didapat dari tempat
Penelitian ini merupakan penelitian,
jenis penelitian kualitatif sehingga dalam penelitian ini meliputi
dokumentasi
dalam pengolahan data akan data hasil observasi data
dilakukan melalui pendeskripsian wawancara
wawancara yang telah diperoleh oleh peneliti.
dilapangan. Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan dilapangan. Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan
pengambilan tindakan data yang berupa kata-kata bukan
(Miles & Huberman, angka-angka, yang diperoleh melalui
1992:17). Data yang telah beberapa cara yakni observasi,
diperoleh selanjutnya wawancara serta dokumen-dokumen
dianalisa dan dinarasikan penunjang lainnya. Analisis data
dalam bagian analisa dan menurut Miles dan Huberman terdiri
fokus penelitian. dari tiga alur kegiatan yang terjadi
2. Penyajian data bertujuan secara bersamaan, yakni reduksi
untuk mendeskripsikan data, penyajian data, penarikan
kumpulan informasi yang kesimpulan/verifikasi (Miles
selanjutnya akan Huberman, 1992:16). Tiga hal ini
mempermudah dalam merupakan sesuatu yang saling
penarikan kesimpulan dan menjalin pada saat sebelum, selama,
pengambilan tindakan dan sesudah pengumpulan data yang
(Miles & Huberman, sejajar
(Miles & Huberman, 1992 : 17). Data yang 1992:19).
telah
diperoleh
1. Reduksi data merupakan selanjutnya dianalisa dan proses
dinarasikan dalam bagian pemusatan perhatian pada
pemilihan,
analisa dan fokus penyederhanaan,
penelitian. pengabstrakan,
Penarikan kesimpulan dan transformasi data kasar
dan
verifikasi adalah menguji kebenaran, yang
kekokohan dan kecocokannya yang lapangan. Reduksi data
diperoleh
di
merupakan validitas atas makna- dilakukan
makna yang muncul dari data (Miles menganalisa dan memilih
dengan
& Huberman, 1992 : 19). Penarikan data yang telah diperoleh
kesimpulan yang diperoleh dari selama proses penelitian
analisis data yang disajikan dan teori di
digunakan. Penarikan selanjutnya
kesimpulan merupakan proses akhir dimasukkan dalam bagian
akan
yang menjelaskan tentang jawaban analisa
atas rumusan masalah yang telah Adapun data kasar yang
penelitian.
Penarikan kesimpulan diperoleh selama proses
dibuat.
dilakukan dengan menguji kembali penelitian
dengan data-data yang diperoleh adalah hasil wawancara
diantaranya
selama kegiatan penelitian baik data dan data-data sekunder
primer maupun data sekunder. yang diperoleh baik dari
penelitian ini lembaga
Dalam
digunakan teknik triangulasi dengan Penyajian data bertujuan
pelaksana.
yaitu dengan untuk
sumber,
keadaan dan kumpulan informasi yang
mendeskripsikan
membandingkan
prespektif seseorang dengan berbagai selanjutnya
pendapat dan pandangan masyarakat mempermudah
akan
dalam
dari berbagai