PENGEMBANGAN PETUNJUK PRAKTIKUM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS SISWA SMP.
PENGEMBANGAN PETUNJUK PRAKTIKUM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS SISWA SMP
Oleh Dwi Handayani NIM 12312241027
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kelayakan Petunjuk Praktikum IPA yang dihasilkan; (2) mengetahui peningkatan practical skills siswa setelah menggunakan petunjuk praktikum IPA.
Model penelitian yang digunakan adalah Research dan Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Langkah-langkah tersebut diadaptasi menjadi 7 langkah utama, yaitu: (1) studi pendahuluan; (2) perencanaan; (3) pengembangan produk; (4) penilaian ahli; (5) revisi produk; (6) uji lapangan; (7) diseminasi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII D SMP N 4 Wonosari. Objek penelitian ini adalah Petunjuk Praktikum IPA pada tema “Bahan Kimia dalam Kehidupan”. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi produk, angket respon peserta didik, angket uji keterbacaan, dan lembar observasi practical skills. Data yang telah diperoleh dianalisis mengunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dihasilkan produk Petunjuk Praktikum IPA dengan nilai A dalam kategori sangat baik. Respon siswa terhadap petunjuk praktikum IPA yang dikembangkan termasuk dalam kategori baik (B). Penguasaan practical skills siswa setiap pertemuan selalu mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama penguasaan practical skills siswa sebesar 66% dalam kategori baik. Pertemuan kedua penguasaan practical skills siswa meningkat menjadi 82% dalam kategori sangat baik. Pertemuan ketiga terjadi peningkatan practical skills menjadi 93% dalam kategori yang sangat baik.
(2)
DEVELOPMENT OF SCIENCE PRACTICAL WORK GUIDELINE TO INCREASE STUDENT’S PRACTICAL SKILLS IN JUNIOR HIGH SCHOOL
BY Dwi Handayani NIM 12312241027
ABSTRACT
The aims of this research are to (1) understand expediency of science practical work guideline that have been resulted. (2) understand in developing student’s practical skills after using science practical work guideline.
The research’s model that used is research and development (R&D) presented by Brog and Gall. The steps adopted in seven ways, those are (1) Introduction’s study; (2) planning; (3) politic development; (4) assessment’s expert; (5) product revise; (6) field experiment; (7) Dissemination. The subject of this research is science practical work guideline which is theme “chemistry materials in life”. The instruments of this research are product validation, questionnaire of students response, questionnaire of readability test, and paper’s practical skills observation. The data got from descriptive analysis.
The analysis result of this research showed science practical work guideline with A’s value belonged to very good category. Student’s response with science practical work guideline which is develop belonged to good category (B). The understanding of student’s practical skills always increase in every meeting. In the first meeting, the understanding of student’s practical skills consist of 66% in good category. In the second meeting, the understanding of student’s practical skills increase to 82% in very good category. In the third meeting, the understanding of student’s practical skills also increase to 93% in very good category.
(3)
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional yaitu keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Keberhasilan pendidikan di suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu muatan dalam sistem pendidikan nasional yang berupa seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Saat ini sistem pendidikan di Indonesia memberlakukan 2 kurikulum yaitu Kurikulum 2006 atau yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta Kurikulum 2013 yang mengacu pada peraturan pemerintah
(4)
2
No. 160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Perubahan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 memberikan dampak pada pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama.
Mata pelajaran IPA sebagai komponen dari kurikulum dapat didefinisikan sebagai mata pelajaran yang berisi pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku secara umum (universal), dan berupa kumpulan data observasi dan eksperimen (Carin & Sund, 1989: 4). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam yang sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan konsep, fakta maupun prinsip tetapi tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah (Trianto, 2012: 152). Pembelajaran IPA di Sekolah sebaiknya dapat memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, menanamkan pentingnya pengamatan empiris dalam menguji hipotesis, melatih berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika serta memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif. Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan praktikum sebagai bagian integral dari pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung bagi peserta didik.
Kegiatan praktikum memiliki peran penting dalam pembelajaran, (Woolnough dan Allsop dalam Rustaman, 2003: 160) empat alasan pentingnya kegiatan praktikum yaitu:
(5)
3
1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA.
2. Praktikum mengembangkan keterampilan bereksperimen. 3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. 4. Praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran.
Selain empat alasan pentingnya praktikum yang telah disebutkan di atas, pada beberapa kompetensi dasar dalam standar kompetensi maupun kompetensi inti juga mengharuskan adanya kegiatan praktikum dalam pembelajaran. Kurikulum yang berlaku juga menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Salah satu ciri aktif dapat ditunjukan dalam kegiatan praktikum.
Pelaksanaan praktikum tentunya membutuhkan panduan praktikum yang akan berperan dalam pengembangan sikap dan kinerja ilmiah siswa. Panduan praktikum dapat berfungsi sebagai sumber belajar penunjang pembelajaran saat eksperimen, meningkatkan ketertarikan siswa dalam praktikum, membantu siswa mengetahui cara kerja untuk melaksanakan praktikum membantu siswa mengetahui sistematika dalam pembuatan laporan praktikum (Maya Ektryana W dan Parmin, 2014: 682).
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 4 Wonosari pada tanggal 18 Agustus 2015 – 6 September 2015, kegiatan praktikum pada materi roket air dilaksanakan tanpa menggunakan buku petunjuk praktikum. Siswa bekerja berdasarkan instruksi guru yang diberikan secara langsung melalui lisan dan demonstrasi. Hasil observasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
(6)
4
Tidak digunakannya buku petunjuk praktikum pada praktikum roket air dikarenakan kegiatan tersebut tidak termuat dalam buku teks “Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar Kelas VIII” yang biasa digunakan sebagai acuan kegiatan pembelajaran teori maupun praktik. Petunjuk kegiatan yang biasa digunakan terdapat di dalam buku teks IPA namun pengunaannya dalam kegiatan praktikum tidak maksimal sebab beberapa kegiatan dalam buku tersebut sulit dilaksanakan akibat keterbatasan alat-bahan maupun sarana dan prasarana. Tidak tersedianya buku petunjuk praktikum dapat menghambat pelaksanaan praktikum sebab petunjuk praktikum merupakan pedoman dalam melaksanakan praktik. Petunjuk praktikum yang tidak didesain tersendiri dan hanya termuat dalam buku pelajaran terkadang kurang sesuai dengan kondisi laboratorium di sekolah, sehingga buku petunjuk praktikum perlu didesain tersendiri dan dibuat menarik agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan tetap dapat dilaksanakan sesuai ketersediaan alat dan bahan di laboratorium.
Masalah lain yang ditemui selama observasi adalah masih rendahnya practical skills siswa selama kegiatan praktikum yang terlihat dari cara siswa memilih alat dan bahan yang kurang sesuai, pelaksanaan praktikum yang kurang sistematis, tidak menggunakan perhitungan atau prediksi dalam melakukan uji coba, dan tidak mencatat hasil kegiatan. Practical skills dikategorikan menjadi 4 yaitu keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan observasi, keterampilan mengambar, serta keterampilan melaporkan dan mengintepretasi (Arvind Kumar, 2009: 9). Empat kategori dari practical skills tersebut merupakan bagian dari kegiatan praktikum sebab
(7)
5
practical skills dan praktikum sama-sama mengedepankan aspek psikomotorik siswa.
Gagne dalam Depdiknas (2003: 4) berpendapat bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki siswa adalah dengan instruksi verbal, gambar, demonstrasi, praktik, dan umpan balik. Dengan demikian, untuk meningkatkan practical skills dilakukan dengan memberikan instruksi visual pada media pembelajaran atau bahan ajar yang digunakan siswa.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar permasalahan dapat diidentifikasi beberapa permasalahan: 1. Kegiatan praktikum membutuhkan petunjuk praktikum sebagai pedoman
dalam melaksanakan praktikum, namun belum semua guru menggunakan buku petunjuk praktikum sebagai pedoman pelaksanaan praktikum. Panduan praktikum yang digunakan masih berupa LKS maupun petunjuk praktikum yang terdapat dalam buku pelajaran.
2. Petunjuk praktikum merupakan pendukung kegiatan praktikum, namun petunjuk praktikum yang terdapat dalam buku pelajaran belum semuanya sesuai dengan kondisi laboratorium IPA SMP N 4 Wonosari. Hal ini justru akan menghambat jalannya praktikum.
3. Practical skills sangat dibutuhkan dalam kegiatan praktikum, namun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan observasi sebagai salah satu kategori dari practical skills masih sangat rendah.
(8)
6 C.Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi permasalahan pada poin 2 dan 3 yaitu mendesain dan mengembangkan buku petunjuk praktikum yang sesuai dengan keadaan laboratorium sekolah serta buku petunjuk praktikum yang dapat digunakan untuk meningkatkan practical skills siswa
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan, maka rumusan masalah yang peneliti ambil yaitu:
1. Bagaimana kelayakan petunjuk praktikum untuk meningkatkan practical skills Siswa SMP?
2. Bagaimana peningkatan practical skills siswa setelah menggunakan buku petunjuk praktikum?
E.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kelayakan petunjuk praktikum IPA untuk meningkatkan practical skills siswa SMP.
2. Mengetahui peningkatan practicall skill siswa setelah menggunakan petunjuk praktikum.
(9)
7 F. Spesifikasi Produk
Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut. 1. Produk berupa petunjuk praktikum dengan tema bahan kimia pada
makanan untuk siswa SMP kelas VIII. 2. Petunjuk praktikum yang disusun berisi
a. Halaman sampul b. Daftar isi
c. Rumusan tujuan dan indikator d. Pengenalan alat laboratorium
e. Prosedur pengunaan petunjuk praktikum. f. Panduan K3 dalam praktikum.
g. Lembar kegiatan dan diskusi siswa.
3. Petunjuk praktikum berbentuk media cetak berukuran A4 dengan desain full color.
G.Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan menggunakan model Borg and Gall hasil modifikasi Nana Syaodih, yang disederhanakan menjadi 7 tahapan dan pada tahap terakhir yaitu desiminasi dilakukan secara terbatas di sekolah uji.
(10)
8 H.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Mendorong pengembangan petunjuk praktikum yang lebih inovatif untuk pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Menghasilkan petunjuk praktikum yang sesuai dengan keberadaan laboratorium sekolah.
b. Menghasilkan petunjuk praktikum yang memfasilitasi proses pembelajaran mandiri.
3. Bagi Siswa
Menghasilkan petunjuk praktikum yang dapat digunakan untuk meningkatkan practical skills siswa.
I. Definisi Operasional
1. Penelitian pengembangan adalah suatu penelitian yang menggunakan model prosedural, bersifat deskriptif dan menggariskan langkah-langkah yang diikuti untuk menghasilkan suatu produk.
2. Praktikum adalah salah satu kegiatan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk membuktikan teori-teori yang telah dipelajari serta menemukan konsep baru.
3. Petunjuk praktikum adalah panduan untuk melaksanakan praktikum dan berfungsi sebagai sumber belajar penunjang pembelajaran saat praktikum.
(11)
9
4. Kelayakan petunjuk praktikum dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu kelayakan isi mencakup kesesuaian dengan SK/KD, kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar serta kebenaran substansi pembelajaran. Kelayakan kebahasaan yang mencakup kejelasan informasi, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien. Kelayakan komponen kegrafikan mencakup penggunaan font, layout, ilustrasi atau gambar, proposional dan kemenarikan desain.
5. Practical skills merupakan keterampilan yang berhubungan dengan motorik yang membutuhkan bimbingan, kekuatan atau gerakan serta ketangkasan fisik. Practical skills terbagi menjadi 4 kategori yaitu keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan observasi, keterampilan menggambar serta keterampilan melaporkan dan mengintepretasikan.
6. Peningkatan practical skills siswa dilihat dari kenaikan persentase penguasaan masing-masing aspek practical skills serta peningkatan practical skills secara keseluruhan pada masing-masing pertemuan.
(12)
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori
1. Hakikat IPA
Sains menurut Collete & Chiappetta (1994: 30) adalah: 1) a body of knowledge, 2) a way of thinking, 3) a way of investigating. Sebagai kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, maupun model. Sebagai cara berpikir (a way of thinking) IPA merupakan aktivitas manusia yang ditandai dengan proses berpikir para ilmuwan dalam memberikan gambaran tentang rasa ingin tahu (curiousity) dan hasrat manusia untuk memahami fenomena alam. IPA sebagai cara penyelidikan (a way of investigating) menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMP secara terpadu. Mata pelajaran ini terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang mempelajari tentang alam dan kehidupan meliputi Biologi, Kimia, Fisika, Ilmu Bumi dan Antariksa. IPA dijabarkan sebagai kumpulan dari teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2012: 136).
IPA juga dapat didefinisikan dengan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu secara sitematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
(13)
11
pengetahuan berupa fakta, konsep maupun prinsip tapi IPA juga merupakan proses penemuan (Depdiknas, 2006: 4). Hakikat IPA dalam Pusat Kurikulum (2007: 4) meliputi empat unsur utama dan merupakan ciri IPA yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempat unsur IPA tersebut adalah : a. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended.
b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari hari.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam beserta gejalanya, yang diperoleh melalui cara yang sistematis menggunakan metode ilmiah dan menghasilkan produk berupa fakta, konsep, prinsip, hukum yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Berdasarkan definisinya, IPA dibangun dari beberapa komponen yaitu produk ilmiah, proses ilmiah/ prosedur ilmiah dan sikap ilmiah.
2. Pembelajaran IPA
Menurut Depdiknas (2006: 2), pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
(14)
12
efektif dan efisien. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar secara efektif dan efisien (Sugihartono dkk., 2012: 81). Berdasarkan definisi pembelajaran menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar siswa belajar secara aktif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Pembelajaran IPA di SMP pada hakikatnya dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated science dengan muatan berasal dari disiplin Biologi, Fisika dan Kimia. Tujuan pembelajaran IPA menekankan pada pemahaman tentang lingkungan dan alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya. Integrasi berbagai konsep dalam mata pelajaran IPA menggunakan pendekatan trans-disciplinarity karena konsep disiplin ilmu berbaur dengan permasalahan yang dijumpai (Depdiknas, 2013: 97).
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan
(15)
13
dikenal siswa. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA (Puskur, 2007: 1).
Menurut Forgaty (1991: 61) memadukan konsep, keterampilan, topik serta unit tematisnya dapat dilakukan dengan sepuluh cara yaitu dengan model keterpaduan 1) Fragmented, 2) Connected, 3) Nested, 4) Squenced, 5) Shared, 6) Webbed, 7) Threaded, 8) Integrated, 9) Immersed, dan 10) Networked. Sepuluh model keterpaduan Forgaty tidak semuanya dapat diterapkan pada kurikulum yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan analisa terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya cocok untuk diterapkan di sekolah menurut Novi Resmini (2015: 7-9) disajikan dalam Tabel 1.
Tebel 1. Model Keterpaduan yang Dapat Diterapkan
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Keterpaduan (integrated)
Membelajarkan beberapa kompetensi dasar (KD) yang konsep-konsepnya beririsan/ tumpang tindih a. Pemahaman terhadap konsep lebih utuh (holistik) b. Lebih efisien c. Sangat kontekstual a. Kompetensi dasar (KD) yang konsepnya beririsan berada dalam semester atau kelas yang berbeda b. Menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas c. Sarana-prasarana, misalnya buku belum mendukung
(16)
14
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Jaring laba-laba (Webbed)
Membelajarkan beberapa kompetensi dasar yang berkaitan melalui sebuah tema. Masing-masing bidang kajian porsi materinya hampir sama luas a. Pemahaman terhadap konsep utuh b. Kontekstual c. Dapat dipilih
tema-tema menarik yang dekat dengan kehidupan
a. Kompetensi dasar yang berkaitan berada dalam semester atau kelas yang berbeda b. Tidak mudah
menemukan tema pengait yang tepat.
Keterhubungan (connected)
Membelajarkan sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain
a. Melihat permasalahan tidak hanya dari satu bidang kajian
b. Pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam SI, tetapi harus dikaitkan dengan KD yang relevan Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu
Model keterpaduan yang digunakan dalam mengembangkan bahan ajar adalah model connected.Pemilihan model didasarkan pada karakteristik materi yang akan diajarkan. Materi utama yang dikembangkan adalah zat aditif yang dihubungkan dengan materi sistem pencernaan dan kesehatan. Materi sistem pencernaan telah dibelajarkan pada semester 1 sehingga pada pembelajaran saat ini lebih banyak membahas zat aditif.
3. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai terjadinya proses pembelajaran secara
(17)
15
umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu student centered approach dan teacher centered approach.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan praktikum adalah pendekatan inquiry yaitu proses mendefinisikan dan menginvestigasi permasalahan, merumuskan hipotesis, merencanakan investigasi, mengumpulkan data dan mengemukakan kesimpulan tentang permasalahan yang dihadapi (Zuhdan K.P., 2013: 18). Llewellyn (2011: 98) menyatakan bahwa “Inquiry is an active learning processs that begins with one or more questions developed by the teacher or generated by students”. Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009 : 77)
Berdasarkan definisi inquiry dari beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan inquiry adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa memperoleh pengetahuan dengan cara mencari dan menemukan sendiri permasalahan, kemudian secara aktif mencari jawaban dari permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, merencanakan investigasi, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ditemukannya.
Berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya, Llewellyn (2011: 12) mengelompokan inquiri kedalam empat tipe
(18)
16
yaitu (1) inkuiri demonstrasi (demonstrated inquiry), (2) inkuiri terstruktur (structured inquiry), (3) inkuiri terbimbing (guided inquiry), dan (4) inkuiri penuh (full inquiry). Pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan petunjuk praktikum adalah pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inquiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan mengarahkannya pada suatu diskusi ataupun permasalahan yang harus diselesaikan siswa sesuai tahapn inquiry (Mohammad Jauhar, 2011: 69). Alasan pengunaan inkuiri terbimbing dalam pengembangan petunjuk praktikum dikarenakan karakteristik siswa SMP N 4 Wonosari yang kurang terbiasa dengan pembelajaran inquiri. 4. Praktikum
Praktikum merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), praktikum berasal dari kata praktik yang berarti pelaksanaan secara nyata apa yang dijelaskan dalam teori. Praktikum merupakan bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan teori yang telah diperoleh. Berdasarkan terminologinya, praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memungkinkan seseorang (siswa) menerapkan keterampilan atau mempraktikkan sesuatu (Agung W, 2008: 7). Berdasarkan kajian praktikum di atas, kesimpulan yang dapat disintesis adalah kegiatan praktikum merupakan sarana untuk membuktikan teori yang telah dipelajari yang disusun secara aktif dan dengan mengedepankan aspek psikomotorik siswa.
(19)
17
Praktikum selain berfungsi sebagai metode untuk membuktikan teori yang telah diperoleh juga memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Empat alasan pentingnya kegiatan praktikum menurut Woolnough dan Allsop (Rustaman, 2003: 160) yaitu (1) praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA, (2) praktikum mengembangkan keterampilan bereksperimen, (3) praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran. Selain itu peranan penting kegiatan praktik dalam pembelajaran IPA menurut Head (Zuhdan K.P., 2013: 7) terdiri dari 3 peranan yaitu.
a. Memotivasi siswa dalam belajar untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah dikarenakan kegiatan praktikum menarik, mengasikan, mendorong siswa untuk berinisiatif, berimajinasi dan bekerja sama.
b. Mengembangkan keterampilan observing, measuring, intepreting, manipulating, hypotesing, concluding dan comunicating. Hal ini dikarenakan kegiatan praktik di sekolah merupakan kegiatan investigasi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih bekerja sebagaimana ilmuwan bekerja untuk menyelesaikan masalah.
c. Meningkatkan kualitas belajar siswa dengan belajar dari pengalaman secara langsung
Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan melalui beberapa cara. Menurut Thompson (Zuhdan K.P., 2013: 7) kegiatan praktik dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:
(20)
18
a. Eksperimen standar, langkah kerjanya telah tersedia dan disusun secara lengkap.
b. Eksperimen penemuan, pada kegiatan ini pendekatan percobaan diarahkan oleh guru tetapi langkah kerjanya dikembangkan oleh siswa.
c. Demonstrasi, percobaan dilakukan oleh guru untuk sekelompok siswa dimana siswa mungkin dilibatkan maupun tidak dalam diskusi tentang langkah kerja.
d. Proyek, siswa dihadapkan pada masalah yang bisa berupa hal baru bagi siswa dan untuk menyelesaikannya perlu melibatkan sejumlah investigasi dan penelitian yang mendalam.
Kegiatan praktikum yang dilaksanakan merupakan kegiatan eksperimen penemuan, sebab pengembangan produk menggunakan pendekatan inquiri terbimbing yaitu pendekatan yang melatih siswa untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahannya kemudian secara aktif mencari jawaban pertanyaan tersebut dengan menggunakan metode ilmiah.
5. Petunjuk Praktikum
a. Definisi Petunjuk Praktikum
Petunjuk praktikum adalah pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata cara persiapan, pelaksanaan, analisis data dan pelaporan yang disusun dan ditulis oleh seorang atau kelompok staff pengajar yang menangani praktikum tersebut dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah (Budi Legowo, 2011). Buku petunjuk praktikum merupakan buku yang berisi pedoman praktikum dalam tata cara persiapan, pelaksanaan, dan analisis
(21)
19
oleh pengajar (Syamsul Arifin, 2012: 65). SOP pelaksanaan praktikum menurut Tim Penyusun (2011: 1) juga menyebutkan bahwa buku panduan praktikum adalah buku yang memuat topik, tujuan, prosedur dan tata tertib praktikum yang terdiri dari modul-modul. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa petunjuk praktikum adalah buku yang berisi kumpulan pedoman dalam melaksanakan praktikum. Petunjuk praktikum memuat topik, tujuan, prosedur dan tata tertib praktikum.
Petunjuk praktikum dapat digolongkan sebagai bahan ajar yang disusun secara sistematis dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas belajar mengajar sesuai tujuan instruksional yang diinginkan (Chomsin S. & Jasmadi, 2008: 57). Petunjuk praktikum sebagai bahan ajar selain berisi tentang penjelasan instruksional juga disusun berdasarkan kebutuhan siswa, mengakomodasi kesukaran siswa serta memiliki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa. Penyusunan bahan ajar harus mengasumsikan bahwa siswa memiliki heterogenitas yang cukup tinggi. Bahan ajar yang dirancang juga harus disertai dengan pedoman bagi siswa maupun pengajar atau pelatih.
b. Kerangka Umum Petunjuk Praktikum
Kerangka umum dari bahan ajar menurut Chomsin & Jasmadi. (2008: 59) terdiri
1) Sampul merupakan sarana untuk menarik minat siswa sehingga sampul haruslah dibuat semenarik mungkin namun tetap informatif.
(22)
20
2) Kata pengantar memuat penjelasan secara umum mengenai peran dan fungsi dari bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Daftar isi memuat outline dari bahan ajar.
4) Glosarium memuat kata ataupun istilah asing yang terdapat dalam bahan ajar.
5) Pendahuluan merupakan salah satu bagian utama dari bahan ajar. Komponen yang harus ada dalam pendahuluan meliputi:
a) Deskripsi memuat tentang penjelasan singkat ataupun tinjauan buku ajar tentang isi buku ajar yang dapat disadur dari RPP.
b) Prasyarat memuat kemampuan awal yang disyaratkan untuk mempelajari bahan ajar apabila materi yang akan diberikan saling berkesinambungan.
c) Petunjuk pengunaan bermanfaat untuk memberikan panduan bagi siswa mengenai tata cara pengunaan buku ajar.
d) Tujuan akhir merupakan tujuan instruksional yang telah direncanakan. e) Kompetensi menguraikan tentang kompetensi yang akan dicapai. 6) Pembelajaran dapat berisi materi ajar maupun kegiatan yang akan
dilakukan. Secara rinci pada bab pembelajaran juga memuat.
a) Pendahuluan berupa penjelasan singkat materi yang akan dicakup ataupun masalah yang berkaitan dengan materi atau tema yang akan dipelajari.
b) Uraian materi berisi penjelasan terperinci dari materi yang ingin disampaikan.
(23)
21
c) Rangkuman memuat hal penting ataupun pengetahuan yanng mendasar dari uraian materi.
d) Tugas atau diskusi yang diperlukan untuk memberi pengetahuan tambahan ataupun menguji pemahaman siswa.
e) Lembar kerja memuat kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan instruksional.
7) Evaluasi 8) Penutup 9) Daftar pustaka.
Menurut Bambang Sutedjo (2008: 50), kerangka petunjuk praktikum berisi delapan komponen pokok yaitu:
1) Pengantar: berisi uraian singkat yang mengetengahkan bahan pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam kegiatan atau praktikum, serta memuat informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan melalui praktikum.
2) Tujuan: memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang diungkapkan di pengantar atau berkaitan dengan unjuk kerja siswa (misalnya dapat membuat grafik kecepatan terhadap waktu)
3) Alat dan bahan: memuat alat dan bahan yang diperlukan. Alat dan bahan harus dapat dijangkau oleh siswa.
4) Prosedur atau langkah kegiatan: merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan selangkah demi selangkah. Dapat pula dengan menampilkan sketsa gambar untuk mempermudah kerja siswa.
(24)
22
5) Data hasil pengamatan : meliputi tabel-tabel data atau grafik kosong yang dapat diisi siswa untuk membantu siswa mengorganisasikan data. Dapat pula disediakan tempat agar siswa dapat menuliskan semua hasil pengamatan dengan indera yang sesuai.
6) Analisis: bagian ini membimbing siswa untuk melakukan langkah-langkah analisis data sehingga kesimpulan dapat diperoleh. Bagian ini dapat berupa pertanyaan atau isian yang jawabannya berupa perhitungan terhadap data.
7) Kesimpulan: berisi pertanyaan-pertanyaan yang didesain sedemikian rupa hingga jawabannya berupa kesimpulan (menjawab permasalahan). 8) Langkah selanjutnya: merupakan kegiatan perluasan, proyek, atau telaah
pustaka yang membantu siswa belajar lebih lanjut tentang materi pembelajaran yang dia pelajari melalui kegiatan praktikum ini serta penerapannya dalam bidang-bidang lain.
Berdasarkan kajian teori kerangka petunjuk praktikum menurut dua ahli, komponen petunjuk praktikum yang digunakan terdiri dari 7 pokok yaitu.
1) Halaman sampul depan berisi informasi umum dari buku petunjuk praktikum seperti judul, sasaran dan disertai gambar kegiatan praktikum yang berfungsi menarik minat siswa.
2) Kata pengantar 3) Daftar isi
(25)
23
4) Pendahuluan yang terdiri dari 4 komponen meliputi:
a) Deskripsi atau tinjauan praktikum : berisi penjelasan singkat mengenai praktikum yang akan dilaksanakan.
b) Petunjuk pengunaan: berisi panduan umum menggunakan buku petunjuk praktikum, petunjuk pengunaan alat laboratorium, petunjuk keselamatan kerja dalam praktikum.
5) Pembelajaran yang memuat komponen petunjuk praktikum
a) Pengantar berisi uraian singkat materi yang digunakan dalam praktikum. Dapat pula memuat permasalahan yang dikaji dalam praktikum
b) Tujuan memuat tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dari kegiatan praktikum.
c) Alat dan bahan berisi alat dan bahan yang dibutuhkan guna mendukung kegiatan praktikum
d) Prosedur atau langkah kegiatan merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan selangkah demi selangkah.
e) Data hasil pengamatan yang berupa tabel maupun grafik kosong yang harus diisi siswa sesuai hasil praktikum
f) Analisis dapat berupa pertanyaan atau isian yang jawabannya berupa perhitungan terhadap data. Bisa juga berupa grafik, untuk melihat hubungan sebab-akibat antara dua hal seperti yang dirumuskan dalam masalah.
(26)
24
g) Kesimpulan berisi pertanyaan-pertanyaan yang disinkronkan dengan tujuan sehingga jawabannya berupa kesimpulan (menjawab permasalahan).
6) Daftar pustaka
Komponen petunjuk praktikum yang peneliti gunakan merupakan perpaduan komponen petunjuk praktikum menurut Chomsim dan Bambang Sutedjo. Alasan peneliti memadukan kedua desain karena pada desain Chosim merupakan desain petunjuk praktikum secara keseluruhan. Desain petunjuk praktikum menurut Bambang Sutedjo merupakan desain petunjuk praktikum ataupun LKPD yang menjabarkan pokok pembelajaran pada komponen petunjuk parktikum.
c. Kriteria Petunjuk Praktikum
Sebagai suatu bahan ajar, petunjuk praktikum memiliki beberapa kriteria. Departemen Pendidikan Nasional (2008: 16) menyatakan bahwa persyaratan yang terdapat dalam suatu bahan ajar meliputi kelayakan isi, kelayakan, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan. Masing-masing komponen secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: a) Kesesuaian dengan SK/KI, KD
b) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar c) Kebenaran substansi materi pembelajaran 2) Komponen kebahasaan antara lain mencakup:
(27)
25
b) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar c) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat) 3) Komponen kegrafisan antara lain mencakup:
a) Penggunaan font, jenis dan ukuran (font atau huruf yang digunakan adalah huruf cetak)
b) Layout atau tata letak
c) Ilustrasi atau gambar yang menyampaikan isi serta ukurannya d) Proporsional
e) Desain tampilan menarik 6. Practical skills
Practical skill merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan tangan, ataupun kemampuan menggunakan peralatan yang membutuhkan bimbingan, kekuatan atau gerakan serta ketangkasan fisik (Carol Hampton, tth: 83), sehingga keterampilan ini merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
Practical skills dikategorikan menjadi 4 yaitu keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan observasi, keterampilan mengambar, serta keterampilan melaporkan dan mengintepretasi (Arvin Kumar, 2009: 12). Penjabaran 4 kategori practical skills dalam Assessment of Practical skills in Science and Technology adalah sebagai berikut
a. Keterampilan prosedural dan manipulatif meliputi:
1) Keterampilan dalam memilih peralatan yang sesuai dengan kegiatan laboratorium yang akan dilakukan
(28)
26
2) Mengetahui batasan peralatan yaitu mengenai ukuran, hitungan terkecil dan akurasi
3) Menyusun dan mengatur peralatan secara sistematis
4) Memegang peralatan dan bahan-bahan kimia dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan atau kecelakaan
5) Melakukan kegiatan laboratorium secara efisien dan akurat
6) Memisahkan dan memindahkan bagian dari spesimen yang akan dipelajari lebih detil tanpa merusaknya
7) Menggunakan metode dan bahan yang tepat untuk memasang specimen 8) Menemukan dan meralat kesalahan atau eror pada peralatan
9) Menambahkan bahan kimia dengan jumlah yang sesuai
10) Membongkar peralatan kegiatan laboratorium dengan hati-hati
11) Hati-hati dalam memegang peralatan yang sensitif atau bahan bahan kimia atau api
b. Keterampilan observasi meliputi:
1) Mengetahui batas minimum perhitungan pada suatu alat 2) Membaca instrumen dengan benar
3) Memperhatikan perubahan warna, pengembangan gas, pembentukan endapan, reaksi kimia, dan lain-lain secara teliti
4) Memperhatikan detil spesimen dengan seksama
5) Menetapkan bagian yang diinginkan pada spesimen secara akurat 6) Melakukan pengamatan secara teliti dan dengan cara yang sistematis 7) Membaca grafik secara benar
(29)
27 c. Keterampilan menggambar meliputi:
1) Membuat tabel pengamatan secara tepat
2) Menggambar diagram, susunan alat kegiatan laboratorium, sketsa, secara benar dan proposional
3) Membuat label pada sketsa dan diagram dengan benar 4) Menggambar grafik dari data pengamatan dengan benar
d. Keterampilan melaporkan dan mengintepretasikan meliputi kegiatan : 1) Membuat perencanaan yang tepat untuk merekam pengamatan
2) Merekam pengamatan atau data atau informasi dengan benar dan sistematis
3) Mengklasifikasikan dan mengkategorikan organisme 4) Membuat perhitungan atau prediksi yang benar
5) Menggunakan rumus dan cara meringkas yang benar serta melaporkan hasilnya
6) Melaporkan hasil dengan menggunakan simbol-simbol, satuan, istilah, dan persamaan kimia dengan benar
7) Menginterpretasi pengamatan dan hasilnya dengan benar
Keterampilan proses merupakan proses dalam melakukan aktivitas yang terkait dengan sains. Keterampilan proses sains dapat dIPAndang sebagai suatu pendekatan yang memberikan kesempatan pada siswa agar dapat menemukan fakta, membangun konsep melalui kegiatan ataupun pengalaman langsung (Tawil dan Liliasari, 2014: 8). Keterampilan Proses meliputi: observasi,
(30)
28
klasifikasi, inferensi, pengukuran, prediksi, komunikasi, hipotesis, controlling variable, definisi operasional, intepretasi data, experimenting.
Ranah psikomotorik merupakan salah satu hasil belajar yang mengedepankan aspek psikomotor atau gerak. Berdasarkan Taksonomi Bloom, kategori dalam psikomotorik terdiri dari 5 aspek yaitu: a) peniruan atau imitation merupakan tindakan menjiplak atau menirukan kegiatan yang dilakukan, b) manipulasi merupakan perilaku dimana siswa harus memproduksi kegiatan dari instruksi, c) ketepatan adalah menjalankan keterampilan yang andal, mandiri tampa bantuan, d) penekanan yaitu beradaptasi dan memadukan keahlian untuk memenuhi tujuan yang tidak baku, e) naturalisasi merupakan perilaku yang secara otomatis dibawah sadar menguasai aktivitas dan keterampilan terkait pada level yang strategis.
Berdasarkan penjabaran empat kategori practical skills, keterampilan proses serta ranah psikomotorik, practical skills dapat didefinisikan sebagai keterampilan proses dalam ranah psikomotorik. Keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan observasi, keterampilan mengambar, serta keterampilan melaporkan dan mengintepretasi sebagai kategori practical skills juga merupakan bagian dari keterampilan proses yang dikaji dalam ranah psikomotorik.
Gagne dalam Depdiknas (2003: 4) berpendapat bahwa kondisi-kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan itu ada dua macam yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dapat dilakukan dengan cara mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan
(31)
29
mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan instruksi verbal, gambar, demonstrasi, praktik, dan umpan balik. Sehingga salah satu cara untuk mengoptimalkan keterampilan praktik melalui faktor eksternal dapat dilakukan dengan memberikan instruksi visual pada media pembelajaran atau bahan ajar.
Salah satu aspek dalam practical skills adalah keterampilan prosedural dan manipulatif dimana didalamnya terdapat indikator memilih peralatan yang sesuai dalam kegiatan praktikum. Dalam praktik itu sendiri melibatkan alat-alat praktikum yang berfungsi untuk membantu menunjukkan fakta dan proses alamiah serta pengujian hipotesis sehingga konsep, prinsip, dan hukum alam itu lebih dihayati oleh siswa. Melihat pentingnya alat terhadap kegiatan praktikum, maka tanpa pengetahuan alat siswa akan mendapat kesulitan dalam praktikum. Hal ini tentu mempengaruhi nilai psikomotorik siswa (Depdiknas, 2003: 4-5). Maka dari itu pengenalan alat alat yang akan digunakan dalam praktikum sangat penting untuk diberikan agar siswa mengetahui alat apa yang tepat untuk digunakan dan kegiatan praktikum serta melatih keterampilan prosedural siswa .
7. Kajian Keilmuan
a. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Pengembangan petunjuk praktikum ini berpedoman pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) IPA SMP. Penyusunan petunjuk praktikum IPA
(32)
30
menggunakan prinsip keterpaduan materi IPA dengan jenis keterpaduan connected. Tema yang diambil pada pengembangan petunjuk praktikum adalah “Bahan Kimia Dalam Kehidupan” dapat dikaji dari aspek kimia, biologi, dan kesehatan.
b. Sistem Pencernaan Makanan
Pencernaan makanan adalah proses memasukan makanan kedalam tubuh, diuraikan dan diserap (Campbell, Reece & Mitchell, 2008: 29). Pencernaan atau adalah proses pemecahan zat-zat makanan sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan.
Gambar 1. Sistem Pencernaan Manusia (Sumber: Solomon, 2008: 993)
(33)
31
Proses digesti meliputi: (1) pengambilan makanan (prehensi), (2) memamah (mastikasi), (3) penelanan (deglutisi), (4) pencernaan (digesti), dan (5) pengeluaran sisa-sisa pencernaan (egesti) (Heru Nurcahyo, 2005:1). Proses pencernaan adalah proses yang terjadi disepanjang saluran pencernaan dan terbagi kedalam tiga tahapan yaitu tahap penghancuran makanan, tahap penyerapan sari makanan dan tahap pembuangan (Yuni Sufiyanti, 2012: 8). Berdasarkan ketiga definisi sistem pencernaan manusia, pengertian dari sistem pencernaan menurut peneliti adalah sistem penguraian makanan di dalam tubuh agar dapat diserap sari makanannya dan selanjutnya dibuang keluar tubuh melalui saluran pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari organ organ yang menyusun sistem pencernaan. 1) Rongga Mulut
Tahap awal digesti terjadi di dalam rongga mulut, digesti terjadi melalui dua cara yaitu digesti mekanis dimulai saat gigi dengan berbagai bentuk memotong dan mengiling makanan dan digesti kimiawi saat makanan merangsang syaraf mensekresikan kelenjar ludah. Digesti kimiawi merupakan proses pencernaan/ hidrolisis makanan yang dilakukan oleh zat kimia berupa enzim amilase (Campbell, Reece & Mitchell, 2008: 39).
2) Faring
Faring merupakan persilangan antara saluran makanan dan saluran udara. Epiglotis berperan sebagai pengatur (klep) kedua saluran tersebut. Pada saat menelan makanan saluran udara ditutup oleh epiglotis dan
(34)
32
sebaliknya jika sedang menghirup untuk bernafas epiglotis akan membuka saluran pernafasan (Heru Nurcahyo, 2005: 2).
3) Esofagus
Esofagus merupakan saluran penghubung faring dengan lambung. Didalam esofagus terjadi gerak peristaltik yaitu gerak mendorong bolus sepanjang esofagus yang sempit. Proses yang terjadi dalam esofagus merupakan proses yang disadari sebab esofagus tersusun atas otot lurik. (Campbell, Reece & Mitchell, 2008: 40).
4) Lambung
Lambung merupakan tempat menyimpan makanan dan melanjutkan proses pencernaan makanan. Pencernaan makanan yang terjadi di lambung terjadi secara kimiawi dengan bantuan agen kimia bernama enzim. Jaringan epitel yang melapisi lambung akan mensekresikan enzim yang berfungsi mencerna makanan yang telah masuk ke lambung. Enzim yang disekresikan oleh epitel lambung diantaranya pepsin yaitu enzim yang memulai hidrolisis protein (Campbell, Reece & Mitchell, 2008: 41).
5) Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus tengah (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). (Heru Nurcahyo, 2005: 3). Pada duodenum terdapat saluran yang terhubung dengan kantung empedu dan pankreas. Cairan pankreas mengandung enzim lipase, amilase, trypsin. Lipase akan bekerja mencerna lemak,
(35)
33
amilase akan mencerna amilum, dan tripsin yang mengubah protein menjadi polipeptida. Sementara itu cairan empedu juga bekerja pada kimus dengan cara mengemulsikan lemak yakni mengubah lemak jadi larut dengan air (Campbell, Reece & Mitchell, 2008: 42). Fungsi utama usus halus adalah sebagai organ penyerapan sari-sari makanan yang telah dihidrolisis membentuk monomer.
6) Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon decendens dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai zat-zat sisa. Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bila kadar air pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air, maka dinding usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali bakteri Escherichia coli yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja dan dikeluarkan melalui anus (Campbell, Reece & Mitchell, 2008: 45). Didalam usus halus juga terjadi gerak peristaltik yang mendorong sisa makanan menuju ke poros usus. Apabila poros usus sudah penuh maka akan timbul rangsangan defeksai yang disebut sebagai rangsangan gastrolik (Yuni Sufyani, 2012: 14)
(36)
34 c. Zat Aditif
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari bahan makanan tetapi terdapat dalam makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan (Denny Indra, 2015: 5). Menurut permenkes RI No. 722/Menkes/PER/88, zat aditif makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen yang mempengaruhi sifat khas makanan. Kesimpulan yang dapat diambil, zat aditif adalah zat yang ditambahakan baik sengaja ataupun tidak, sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan kualitas dan nilai makanan.
1) Pengolongan Zat Aditif
Zat aditif atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) digolongkan menjadi (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya, dan (b) aditif tidak sengaja, yaitu
(37)
35
aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan (Regina Tutik, 2009: 2).
Dilihat dari asalnya, zat aditif dapat berasal dari sumber alami seperti lesitin, dan asam sitrat dan dapat juga disintesis dari bahan kimia yang memiliki sifat mirip dengan bahan alamiah sejenis. Kemiripan bahan sintesis terletak pada susunan kimianya maupun sifat metabolisme seperti asam askorbat dan beta-karoten (Winarno, 1988: 214). Kelebihan yang didapatkan dari bahan sintetik antara lain lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah. Kelemahnnya antara lain bersifat karsinogenik, dan mengandung zat yang berbahaya.
2) Tujuan Penggunaan Zat Aditif
Tujuan penambahan zat aditif secara umum adalah untuk: a) Meningkatkan nilai gizi makanan,
b) Memperbaiki nilai sensori makanan,
c) Memperpanjang umur simpan (shelf life) makanan,
d) Memproduksi makanan untuk konsumen khusus, seperti penderita diabetes, pasien yang baru habis operasi, orang-orang yang menjalankan diet rendah kalori atau rendah lemak, dan sebagainya (Regina Tutik, 2009: 2)
3) Jenis-Jenis Zat Aditif a) Pewarna
Pewarna makanan adalah zat yang ditambahkan untuk mengubah warna produk makanan dan membuat makanan lebih
(38)
36
menarik bagi konsumen (Deny Indra, 2015: 7). Pewarna makanan merupakan zat aditif yang sengaja ditambahkan untuk meningkatkan daya tarik makanan. Warna dapat digunakan untuk menentukan mutu suatu makanan. Selain itu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran dan kematangan makanan (Winarno, 1988: 171).
Gambar 2. Pewarna makanan sintetik
Sumber : Dokumen Kemendikbud
Gambar 3: Kunyit sebagai pewarna alami
Sumber : Dokumentasi Kemendikbud
Contoh-contoh dari zat pewarna makanan alami misalnya Klorofil (hijau), Karamel (coklat hitam), Kunyit (kuning), Angkak (merah). Sedangkan pewarna buatan yang digunakan pada makanan antara lain Hijau FCF (hijau), Biru berlian (biru) Tartrazine (kuning) dan masih banyak lagi macam-macam pewarna yang digunakan dalam makanan.
Pengunaan pewarna makanan di Indonesia diatur dalam Permenkes No.239/Menkes/Per/V/85, tentang pemakaian zat warna yang dilarang. Adanya peraturan tersebut dikarenakan adanya penyalahgunaan pengunaan pewarna tekstil pada makanan. Pewarna tekstil dan pewarna kulit sangatlah berbahaya bagi kesehatan sebab mengandung residu logam berat. Penyalahgunaan pewarna tekstil
(39)
37
pada makanan dapat disebabkan karena ketidak tahuan masyarakat mengenai zat warna serta harga yang relatif lebih murah (Winarno, 1988: 184).
Tabel 2. Zat Warna yang Dilarang Pemerintah
(Sumber: www.pipimm.or.id)
Menurut Dini Rohmawati (2014: 1), pewarna sintesis berdosis sedang yang ditambahkan pada makanan dapat memprovokasi hiperaktivitas dan gangguan tingkah laku pada anak-anak. Selain itu beberapa zat pewarna juga memiliki efek lain seperti:
i) Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, dan lain-lain. Jika dikonsumsi akan menimbulkan reaksi keracunan dan warna air seni bisa menjadi merah serta menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan jika terhirup langsung.
(40)
38
ii) Methanil Yellow seharusnya digunakan untuk mewarnai pakaian dan cat kayu. Efek sampingnya juga sama dengan Rhodamin B. iii)Ponceau yang menghasilkan warna merah hati keunguan. Ponceau
berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, dan juga bersifat karsinogenik (penyebab kanker).
iv)Tartrazine banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Tartrazine menimbulkan efek hipersensitif seperti kelelahan, pandangan kabur, peningkatan sekresi nasofaringal, perasaan sesak nafas, jantung berdebar, gatal yang hebat, bengkak atau bilur di bawah kulit (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock).
v) Sunset Yellow dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas,sakit perut, mual, dan muntah.
Identifikasi warna suatu makanan dapat dilakukan dengan menggunakan alat kalorimeter ataupun spektrofotometer. Secara sederhana, pada makanan padat warna bahan dapat diukur dengan membandingkan dengan warna standar yang dinyatakan dalam angka. Selain ketiga cara tersebut untuk mengidentifikasi pewarna makanan dapat dilakukan dengan cara kromatografi kertas.
b) Pemanis
Pemanis makanan adalah bahan yang sengaja ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada makanan atau minuman. Menurut Winarno (1988: 218) pemanis sintetik adalah zat yang dapat
(41)
39
menimbulkan rasa manis atau dapat mempertajam penerimaan terhadap rasa manis dengan jumlah kalori yang lebih rendah darIPAda pemanis alami. Menurut Regina Tutik (2009: 5), pemanis dibedakan menjadi pemanis nutritif yaitu pemanis yang menghasilkan kalori serta pemanis non nutritif yaitu pemanis yang tidak menghasilkan kalori.
Gambar 4. Pemanis makanan sintetik
Sumber : republika.co.id
Gambar 5: Gula jawa sebagai pemanis alami
Sumber : Dokumentasi Pribadi Pemanis buatan yang paling umum digunakan dalam pengolahan pangan di Indonesia adalah siklamat dan sakarin yang mempunyai tingkat kemanisan masing-masing 30-80 dan 300 kali gula alami, oleh karena itu sering disebut sebagai “biang gula”. Baik sakarin dan siklamat merupakan pemanis non nutritif. Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia sebagai garam natrium (Cahyadi, 2010: 35). Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa namun dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan after taste pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintesis. Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan. Sakarin
(42)
40
merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes mellitus. (Marwati, 2015) tidak diserap lewat sistem pencernaan meskipun demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya, sehingga gula darah akan turun.
Siklamat merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan 30 kali lebih manis daripada gula dan siklamat tidak memberikan after-taste seperti halnya sakarin. Siklamat diperjual belikan dalam bentuk garam Na atau Ca-nya. Siklamat dilarang penggunaannya di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris sejak tahun 1970-an karena produk degradasinya bersifat karsinogenik (Deny Indra, 2015: 60). Untuk mengidentifikasi adanya siklamat dalam makanan dapat dilakukan dengan uji pengendapan. Pada uji pengendapan, sampel diendapkan dengan menambahkan suatu analit sehingga sampel dapat mengendap sempurna. Jika sampel dapat mengendap berarti dalam sampel mengandung siklamat. Dari endapannya tersebut dapat dihitung rendemen. Analit yang digunakan dalam uji ini adalah HCL, BaCl2 dan NaNO2
c) Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Aktivitas bahan pengawet tidak sama misalnya ada yang efektif terhadap bakteri, jamur, ataupun kapang (Winarno, 1998: 224). Pengawet bekerja dalam dua cara, yaitu sebagai
(43)
41
antimikroba artinya menghambat pertumbuhan kuman dan sebagai antioksidan maksudnya mencegah terjadinya oksidasi terhadap makanan sehingga tidak berubah sifatnya, contohnya mencegah makanan berbau tengik(Regina Tutik, 2009: 6).
Contoh dari pengawet organik adalah asam sorbat. Mekanisme asam sorbat dalam mengawetkan makanan adalah mencegah pertumbuhan mikroba dengan mencegah kerja enzim dehidrogenase. Selain asam sorbat juga ada asam propionat yang sering digunakan dalam bentuk garam Na- ataupun Ca-. Asam propionat efektif digunakan pada kapang dan khamir dengan pH diatas 5.
Salah satu bahan yang disalahgunakan sebagai pengawet adalah boraks. Boraks adalah senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan tekstur yang bagus seperti bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada di pasaran. Daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat (Rahmawati, 2015: 2). Natrium tetraborat merupakan senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, bersifat basa, dan dalam udara kering merapuh. Boraks digunakan atau ditambahkan ke dalam pangan atau bahan pangan sebagai pengenyal ataupun sebagai pengawet. Boraks atau yang sering disebut asam borat, natrium tetraborat atau sodium borat, sebenarnya merupakan pembersih, fungisida, herbasida, dan insektisida yang bersifat toksik atau beracun untuk manusia (Rahmawati 2015: 5).
(44)
42
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak langsung berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengkonsumsi makanan mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian
Pengujian kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan dengan ekstrak kunyit. Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak kunyit tersebut mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks. Maka, ketika makanan yang mengandung boraks ditetesi ekstrak kunyit akan mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan (Deny Indra, 2015: 37)
d) Penyedap Rasa
Cita rasa bahan makanan terdiri dari bau, rasa, dan rangsangan mulut. Berbagai senyawa kimia menimbulkan rasa yang berbeda. Rasa asam disebabkan oleh donor proton, rasa asin dihasilkan oleh garam
(45)
43
anorganik, rasa manis ditimbulkan oleh senyawa organik alfiatik yang mengandung gugus OH dan rasa manis dapat disebabkan oleh alkoloid (Winarno, 1988: 206).
Seperti halnya zat aditif yang lain, penyedap rasa juga terdiri dari bahan alami dan buatan. Bahan penyedap alami dapat diperoleh dari aroma buah, rempah, dan bahan lain yang diperoleh langsung dari alam. Bahan penyedap sintetik diperoleh dari senyawa ester (flavormatik) yang mempunyai aroma menyerupai aroma buah dan rempah.
e) Pengembang Adonan
Bahan pengembang adonan yang sekarang sering dIPAkai menggunakan bahan kimia yang dapat menghasilkan gas CO2 yang diperoleh dari garam karbonat atau garam bikarbonat. Prinsip yang digunakan dalam pengembang adonan adalah beberapa senyawa kimia akan terurai dengan menghasilkan gas dalam adonan roti. Selama pembakaran, volume gas bersama dengan udara dan uap air yang ikut terperangkap dalam adonan akan mengembang (Winarno, 1988: 221) f) Antioksidan
Peraturan Menterei Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk melindungi komponen komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Adanya ion logam, terutama besi
(46)
44
dan tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini seringkali diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat.
Antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis. Pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/ flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Kedua, antioksidan sintetis seperti BHA (Butylated Hydroxyanisole), BH (Butylated Hydroxytoluene), PG (Propil Galat), dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone).
g) Antikempal
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/ IX/88, anti kempal dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: Aluminium Silikat (susu bubuk), dan Kalsium Aluminium Silikat (garam meja). Antikempal dapat mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free flowing).
B.Penelitian yang Relevan
Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Dieni Hanifa R.A. (2012) dengan judul “Peranan Penuntun Praktikum Berbentuk Komik Terhadap Keterampilan Proses Sains pada Praktikum Uji Urin” yang menyatakan bahwa penuntun praktikum berbentuk komik dapat meningkatkan keterampilan proses sains dalam kategori keterampilan observasi, keterampilan menggunakan alat dan
(47)
45
bahan, keterampilan melaksanakan prosedur praktikum dengan benar, keterampilan mengintepretasi, dan berkomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penuntun praktikum berbentuk komik dapat membantu dan memandu siswa untuk melaksanakan praktikum secara mandiri di sekolah. Rata-rata nilai keterampilan proses sains yang diperoleh siswa yaitu 83 dengan interpretasi baik.
Hasil penelitian Sri Wahyuni (2013) berjudul “Pengembangan Buku Panduan Praktikum Tekhnik Laboratorium II Untuk Meningkatkan Ketrampilan Bereksperimen” menyebutkan bahwa buku panduan praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses khususnya keterampilan bereksperimen siswa. Selain keterampilan bereksperimen, panduan praktikum juga menguji keterampilan menggunakan alat dan membuat kesimpulan dengan hasil atau kategori baik. Penelitian dari Fitria Utami (2015) berjudul “Pengembangan Petunjuk Praktikum IPA Berbasis Inquiry Terbimbing Untuk Meningkatkan Practical Skill Siswa SMP Kelas VIII Semester Genap” mengungkapkan ketercapaian practical skills siswa yang menggunakan buku petunjuk praktikum mencapai 95,8% pada tema praktikum uji ingenhouse
Penelitian ini akan mengembangkan dan menginovasi petunjuk praktikum dengan mengintegrasikan practical skills yang meliputi keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan observasi, keterampilan mengambar serta keterampilan komunikasi dan intepretasi. Tema yang dikembangkan dalam petunjuk praktikum adalah Bahan Kimia dalam Kehidupan. Adanya petunjuk praktikum diharapkan dapat meningkatkan practical skills siswa SMP meliputi
(48)
46
keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan observasi, keterampilan mengambar serta keterampilan komunikasi dan intepretasi.
C.Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA berkaitan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Hakikat IPA menjabarkan bahwa IPA sebagai sains terdiri dari 3 komponen pokok. Pembelajaran IPA tidak hanya berbasis pada produk berupa kumpulan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, ataupun ilmu. Proses pembelajaran IPA juga menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangakan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah (Trianto, 2012: 152). Pemberian pengalaman secara langsung dapat dilakukan dalam kegiatan praktikum. Melalui praktikum diharapkan siswa dapat aktif untuk membuktikan teori yang telah dipelajari maupun menemukan penyelesaian dari permasalahan yang muncul dalam pembelajaran IPA.
Kegiatan praktikum tentunya membutuhkan berbagai keterampilan yang mendukung pembelajaran seperti halnya practical skills. Namun penerapan practical skills dalam praktikum masih tergolong rendah. Rendahnya praktical skill siswa terlihat saat kegiatan praktikum berlangsung, siswa masih kesulitan untuk membaca hasil pengamatan. Biasanya hasil pengamatan siswa sudah dalam bentuk tafsiran dan bukan berupa fakta. Siswa juga kesulitan dalam menggunakan alat ukur, membaca hasil pengukuran maupun memilih alat ukur yang sesuai. Pengetahuan siswa tentang penanganan alat dan bahan praktikum juga masih tergolong rendah.
(49)
47
Permasalah lain yang ditemui dalam kegiatan praktikum adalah keberadaan buku petunjuk praktikum yang sangat minim. Hasil observasi di SMP 4 Wonosari menunjukan petunjuk praktikum yang sering digunakan hanya berupa lembar kegiatan yang termuat dalam buku teks. Beberapa lembar kegiatan dalam buku teks apabila dicermati akan terlihat kurang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu beberapa alat dan bahan yang diperlukan dalam petunjuk parktikum tersebut kurang terjangkau sehingga akan menghambat keterlaksanaan praktikum di sekolah.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalah di atas adalah dengan mengembangkan buku petunjuk praktikum pembelajaran IPA untuk meningkatkan practical skills siswa SMP dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan alat dan bahan sehingga praktikum dapat dilaksanakan dengan mudah dan menyenangkan. Practical skills yang diukur meliputi keterampilan observasi, keterampilan prosedural dan manipulatif, keterampilan mengambar serta keterampilan mengkomunikasikan dan intepretasi data. Kerangka berfikir peneliti dapat dilihat pada Gambar 6.
(50)
48
Gambar 6. Kerangka Berpikir Penelitian
D.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana penilaian Dosen ahli mengenai kulitas buku petunjuk praktikum pembelajaran IPA untuk meningkatkan practical skills siswa SMPyang dikembangkan oleh peneliti?
2. Bagaimana penilaian Guru IPA mengenai kualitas buku petunjuk praktikum pembelajaran IPA untuk meningkatkan practical skills siswa SMP yang dikembangkan oleh peneliti?
(51)
49
3. Bagaimana penilaian siswa SMP kelas VIII mengenai kualitas buku petunjuk praktikum pembelajaran IPA untuk meningkatkan practical skills siswa SMP yang dikembangkan oleh peneliti?
4. Bagaimana peningkatan practical skills siswa setelah menggunakan petunjuk praktikum IPA?
(52)
50 BAB III
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Penelitian berjudul “Pengembangan Petunjuk Praktikum Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Practical skills Siswa SMP” termasuk kedalam desain penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan merupakan pendekatam penelitian untuk menghasilkan suatu produk yang diuji kefektifitasan, validitas, dan kelayakannya. Produk yang dikembangkan dapat berupa inovasi baru maupun penyempurnaan dari produk yang telah ada. Produk R&D dalam bidang pendidikan dapat berupa software maupun hardware seperti LKS, RPP, Modul, program pembelajaran ataupun media pembelajaran.
Desain penelitian pengembangan yang peneliti gunakan adalah model dari Borg & Gall yang dimodifikasi Nana Syaodih (2010: 169). Desain pengembangan Borg & Gall terdiri dari 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan. Desain penelitian ini digunakan karena lebih spesifik dalam pengembangannya. Pada tahap awal penelitian dilaksanakan research yaitu tahapan penelitian maupun studi literatur untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan produk yang akan dikembangkan. Penlitian R&D merupakan penelitian yang mencakup wilayah luas serta waktu yang lama sehingga pada tahap akhir penelitian ini yaitu tahap desiminasi hanya dilakukan secara terbatas yakni pada sekolah yang diteliti.
(53)
51 B.Prosedur Penelitian
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model prosedural yang diadaptasi dari model pengembangan desain instruksional menurut Borg & Gall yang telah dimodifikasi oleh Nana Syaodih. Tahapan pengembangan yang peneliti gunakan terdiri dari 7 tahapan yaitu (1) penelitian pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, (5) revisi produk, (6) uji coba dan (7) penyebarluasan. Rincian dari 7 tahapan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian pendahuluan merupakan tahapan pengumpulan data dan informasi melalui studi literatur dan observasi untuk mengetahui tingkat kebutuhan buku petunjuk praktikum dalam pembelajaran IPA dan manfaat dari pengembangan petunjuk praktikum. Pada tahapan ini diperoleh gambaran permasalahan dan alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan. Penelitian pendahuluan juga memuat analisis materi yang akan dituangkan dalam produk meliputi analisis SK-KD serta keterkaitan antara materi dengan keterampilan yang ingin dicapai melalui pengunaan petunjuk praktikum.
2. Perencanaan adalah tahap pembuatan rencana desain awal pengembangan produk. Aspek-aspek penting dalam rencana tersebut meliputi jenis produk, tujuan dan manfaat produk, pengguna produk, alasan pengembangan produk, lokasi pengembangan produk, proses pengembangan produk, dan menggambarkan langkah-langkah pengembangan, serta menyiapkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan untuk uji coba produk.
(54)
52
3. Pengembangan produk meliputi tahapan pengembangan materi berdasarkan SK-KD, penyusunan petunjuk praktikum yang mengintegrasikan keterampilan proses dan keterampilan psikomotorik sehingga dapat meningkatkan practical skills siswa.
4. Validasi produk merupakan tahapan validasi oleh dosen ahli sebelum diuji cobakan pada siswa. Validasi yang dilakukan terdiri dari validasi materi dan validasi media yang memiliki tujuan untuk mengetahui kelayakan produk hasil pengembangan petunjuk praktikum. Penilaian mencakup format, bahasa, ilustrasi, isi, keterkaitan dengan keterampilan yang akan dikembangkan, dan kelayakan produk. Masukan dan saran dari validator digunakan sebagai perbaikan dan penyempurnaan produk agar lebih baik. 5. Revisi produk merupakan tahapan penyempurnaan produk berdasarkan
masukan/ saran dari validator. Hasil akhir dari tahap ini adalah buku petunjuk praktikum sebagai bahan ajar untuk meningkatkan practical skills siswa SMP yang siap diuji cobakan.
6. Uji coba dilakukan untuk melihat peningkatan practical skills siswa dan respon siswa terhadap pengunaan petunjuk praktikum. Hasil uji coba dapat berupa masukan dari siswa maupun observer mengenai kualitas dari produk yang dikembangkan. Kegiatan uji coba produk meliputi uji coba terbatas yang menghasilkan penilaian siswa terhadap produk dan dilanjutkan uji coba lapangan yang dilakukan pada 1 kelas yang akan memberikan hasil peningkatan keterampilan praktik siswa setelah menggunakan petunjuk praktikum serta uji respon siswa terhadap petunjuk praktikum.
(55)
53
7. Penyebaran produk merupakan tahap sosialisasi yang dilakukan secara terbatas pada sekolah penelitian. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Dari penyebaran produk dimaksudkan untuk mengetahui respon dan umpan balik terhadap produk yang dikembangkan.
C.Uji Coba Produk
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan produk buku petunjuk praktikum pembelajaran IPA sebagai sarana untuk meningkatkan practical skills siswa SMP/MTs.
1. Desain Uji Coba
Uji coba dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan yaitu petunjuk praktikum serta untuk mengetahui peningkatan practical skills siswa setelah menggunakan petunjuk praktikum. Bentuk uji coba yang akan dilakukan yaitu secara formatif. Evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi petunjuk praktikum dalam pembelajaran IPA. Uji coba formatif dilakukan secara bertahap meliputi uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Tahapan uji coba produk dijelaskan pada Gambar 6.
(56)
54
Gambar 7 : Desain uji coba produk 2. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba produk petunjuk praktikum pembelajaran IPA pada penelitian ini adalah siswa SMP 4 Wonosari kelas VIII. Untuk uji coba kelompok kecil dilakukan pada 3 siswa pada masing masing kelas A, B, dan D dan untuk uji coba lapangan dilakukan pada seluruh siswa kelas VIII D.
3. Jenis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, data yang diperoleh terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.
Produk awal
Tinjauan I oleh pembimbing
Revisi I
Produk revisi I
Tinjauan 2 oleh validator
Revisi II
Produk revisi II
Uji coba kelompok kecil
(57)
55
a. Data kualitatif diperoleh dari penilaian dan masukan dari dosen pembimbing, validator terhadap produk yang dikembangkan. Data ini diperoleh pada proses validasi produk dan digunakan sebagai pedoman dalam merevisi produk yang dikembangkan. Data kualitatif dijabarkan dalam kriteria penilaian sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), Kurang (K), dan sangat kurang (SK). Kriteria didasarkan pada konversi nilai kuantitatif yang diperoleh baik itu skor validasi maupun skor siswa saat uji respon siswa terhadap petunjuk praktikum.
b. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pengisian angket validasi produk dan angket uji coba yang diberikan siswa.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi dan instrumen penilaian penelitian.
a. Angket Validasi
Instrumen validasi digunakan berupa angket validasi yang digunakan untuk memperoleh data dari validator, yaitu dosen ahli dan praktisi. Lembar validasi berupa angket digunakan sebagai bahan evaluasi produk. Sesuai kriteria bahan ajar yang baik menurut Depdiknas (2008: 16), maka kisi kisi angket validasi yang digunakan disajikan dalam Tabel 3 dan instrumen validasi selengkapnya dilihat pada Lampiran 5.
(58)
56
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Validasi Petunjuk Praktikum
No Aspek penilaian Jumlah indikator No angket
1 Kesesuaian Isi 4 1-4
2 Kebahasaan 3 5-7
3 Komponen Kegrafikan 4 8-11
4 Kesesuaian Syarat Teknis 1 12
b. Instrumen Penilaian Penelitian
Instrumen penilaian penelitian digunakan dalam uji coba produk dilapangan.
1) Angket Uji Keterbacaan
Angket uji keterbacaan digunakan dalam uji coba terbatas yang dilakukan sebelum uji coba lapangan pengunaan produk petunjuk praktikum. Fungsi dari uji keterbacaan adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan petunjuk praktikum dari sisi grafis dan kebahasaan. Kisi kisi angket keterbacaan dapat dilihat pada Tabel 4 dan instrumen uji keterbacaan dapat dilihat pada Lampiran 7
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Uji Keterbacaan Petunjuk Praktikum No Aspek
penilaian
indikator No Angket
+ -
1 Keterbacaan Kemudahan membaca petunjuk praktikum
1 7
Langkah kerja mudah dilaksanakan 2 4 Pemahaman kalimat dalam
petunjuk praktikum
6 11
2 Kegrafikan Ketersediaan ruang kosong 3 13
Pengunaan ilustrasi 5 10
Desain petunjuk praktikum 12 9
Pengunaan font 14 8
2) Angket Respon Peserta Didik terhadap Petunjuk Praktikum
Digunakan untuk memperoleh respon dari peserta didik terhadap petunjuk praktikum yang telah dikembangkan. Instrumen disusun
(1)
59 Keterangan
X = Skor aktual (skor yang dicapai) Xi = Rata-ata skor ideal
Xi = ½ x (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
Sbi = simpangan baku skor ideal 1/6 x (skor maksimum ideal - skor minimum ideal)
Dalam penelitian ini, nilai kelayakan ditentukan dengan nilai minimal C dengan kategori cukup baik. Sehingga apabila hasil penilaian petunjuk praktikum lebih besar atau sama dengan C maka petunjuk praktikum layak untuk diujicobakan.
Untuk mengetahui apakah hasil validasi dosen ahli dan guru IPA reliabel atau tidak, dapat ditetapkan dengan menggunakan formula Borich (1994: 385), dengan persamaan sebagai berikut.
PA = 100% {1-
}
KeteranganA = Skor tertinggi B = Skor terendah
Hasil validasi petunjuk praktikum reliabel jika memiliki reliabilitas di atas 75%.
b. Analisis Respon Siswa Terhadap Petunjuk Praktikum.
Data respon siswa terhadap petunjuk praktikum IPA hasil pengembangan diperoleh melalui angket respon siswa. Skor yang diperoleh merupakan penjumlahan dari skor tiap butir pernyataan. Skor yang
(2)
60
diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan skor akhir menggunakan rumus:
Keterangan:
Skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan x jumlah pilihan jawaban Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian, yaitu menggunakan skala 4
Skor akhir yang telah diperoleh selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan pedoman yang ditunjukkan oleh tabel 8. Tabel 8. Konversi Skor Akhir Respon Siswa
Skor Akhir Klasifikasi
3,25 - 4,00 Sangat Baik
2,50 – 3,24 Baik
1,75 – 2,49 Cukup
1,00 – 1,74 Kurang
(Eko Putro Widyoko, 2012) c. Analisis Peningkatan Practical skills
Hasil observasi practical skills yang diperoleh saat uji lapangan dianalisis dengan melihat peningkatan persentase disetiap pertemuannya. Persentase penguasaan pratical skill dihitung menggunakan rumus:
Keterangan:
NP = nilai persentase (%) R = skor mentah
SM = skor maksimum
Persen keterampilan praktik peserta didik kemudian diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan kriteria pada Tabel 9.
(3)
61
Tabel 9. Konversi Persentase Practical skills
No Persentase (%) Kategori
1 81-100 Sangat Baik
2 61 – 80 Baik
3 41 – 60 Cukup
4 21 – 40 Kurang
5 0-20 Sangat Kurang
(4)
97
Daftar Pustaka
Agung W Subiantoro. (2008). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA, disampaikan dalam kegiatan PPM bagi guru IPA SMP kota Yogyakarta. Yogyakarta: FMIPA UNY
Amrul Bahar. (2012). Profil Keterampilan Proses IPA Yang Dimiliki Siswa Dan Hubungannya Dengan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Tesis: PPS UPI. Diakses pada tanggal 13 April 2015 dari http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=900
Arvind Kumar. (2009). Assessment of Practical skills in Science and Technologi. Delhi: CBSE
Bambang Sutedjo. (2008). Pengembangan Bahan Ajar. diunduh dari : http://tedjo21.files.wordpress.com/2009/09/01-model-ipa-terpadu-smp.pdf Borich, Gary D. (1994). Observation Skill for Effective Teaching. New York : M
M Publishing Company
Budi Legowo. (2011). Bahan Ajar: Satuan Ukuran Profesionalisme Dosen Dalam
Proses Pembelajaran. Diunduh dari :
http://legowo.staff.uns.ac.id/2011/04/27/bahan-ajar-satu-ukuran-profesionalisme-dosen-dalam-proses-pembelajaran. pada tanggal 3 mei 2015 pukul 07.38
Cahyadi, S. (2010). Biokimia. Jakarta: Purmawan I Penerbit Buku Kedokteran,
Campbell, Neil A., Reece Jane B. & Mitchell, Lawrence G. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Carin, Arthur A. & Sun, Robert B. (1989). Teaching Science Through Discovery. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Chomsim, Widodo dan Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta : PT Elex Media komputindo, Kompas Gramedia. Collete, Alfred T., dan Chiapetta, Eugene L. (1994). Science instruction In the
Middle and Secondary School 2nd Edition. New York: Macmillan Pub. Co. Deny Indra Praja. (2015). Zat Makanan, Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta :
(5)
98
Depdiknas. (2003). Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Diknas
--- . (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu, SMP/MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Diknas
. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Dieni Hanifah. (2012). Peranan Penuntun Praktikum Berbentuk Komik Terhadap
Ketrampilan Proses Sains Pada Praktikum Uji Urin (Skripsi). Diunduh dari
https://www.academia.edu/9304818/Peranan_Penuntun_Praktikum_Berbe ntuk_Komik_terhadap_Keterampilan_Proses_Sains_pada_Praktikum_Uji_ Urin pada tangal 5 mei 2015 pukul 21.48
Dini Rohmawati. (2014). Bahaya Pewarna Sintetik dalam Makanan. Yogyakarta: UNY
Eko Putro Widoyoko. (2012). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fitria Utami. (2015). Pengembangan Petunjuk Praktikum IPA Berbasis Inquiry Terbimbing Untuk Meningkatkan Practical Skill Siswa SMP Kelas VIII Semester Genap. Yogyakarta: FMIPA UNY
Fogarty, R. (1991). Ten Ways to Integrate Curriculum, Educational Leadership, 49(2), 1.
Hasan Alwi. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Heru Nurcahyo. (2008). Sistem Pencernaan Makanan (Digesti), Disampaikan
Dalam Program Bimbingan Olimpiade Biologi. Yogyakarta: FMIPA UNY Llewellyn, Douglas. (2011). Differentiated instruction in Literacy, Math, and
Science. USA: Crowin a Sage Company
Maya Ektryana W, Dan Parmin. (2014). Pengembangan Panduan Praktikum Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Tema Fotosintesis Untuk Menumbuhkan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa SMP. Unnes Science Education Journal, 3 (3), 2014. Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej pada tanggal 11 April 2015. Nanang Hanifah & Cucu Suhana. (2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran.
(6)
99
Regina Tutik Padmaningrum. (2009). Makalah Program Pengabdian pada Masyarakat Materi Bahan Aditif dalam Makanan. Makalah Disampaikan pada Kegiatan“Pendidikan dan Pelatihan Kesalahan Konsep dalam Materi
IPA Terpadu bagi Guru IPA SMP di Kabupaten Bantul” pada tanggal 24
dan 31 Oktober 2009 di SMP Negeri 4 Pandak Bantul. Diakses tanggal 13 Maret 2016 pukul 22:19 WIB dari http://staff.uny.ac.id.
Reni Handayani. (2013). Analisis Kemampuan Observasi Siswa Pada Konsep Wujud Zat Dan Perubahannya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen. Skripsi: Universitas Islam Negeri Jakarta. ( diakses pada
tanggal 13 April 2014, dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24734/1/Reni%2 0Handayani.pdf.)
Rustaman. (2003). Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jica
Sri Wahyuni. (2013). Pengembangan Buku Panduan Praktikum Tekhnik Laboratorium II Untuk Meningkatkan Ketrampilan Bereksperimen. Jurnal Saintifika vol 15 no 2.
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Supli Effendi. (2012). Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung : Alfabeta.
Syamsul Arifin. (2012). Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi. Jakarta: Grasindo
Tim Penyusun. (2011). Mekanisme Pelaksanaan Praktikum. Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta : Bumi Aksara.
Yuni Sufyani Arief, Ni Ketut Alit, dan Kristiawati. (2015). Modul Praktikum Keperawatan Pencernaan. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Zuhdan Kun Prasetyo. (2013). Pemantapan Penguasaan Materi PPG, Konsep Dasar Pendidikan IPA. Yogyakarta: FMIPA UNY.