PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM IPA TERPADU TEMA PELAPUKAN UNTUK MEMBANGUN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.
PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM IPA TERPADU
TEMA PELAPUKAN UNTUK MEMBANGUN KETERAMPILAN
PROSES SAINS SISWA SMP
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
oleh Pipih Nurhayati
1201393
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH PASCASARJANA
(2)
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM IPA TERPADU TEMA PELAPUKAN UNTUK MEMBANGUN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP” ini beserta isinya adalah sepenuhnya karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/ sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
Pipih Nurhayati NIM. 1201393
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PIPIH NURHAYATI NIM: 1201393
PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM IPA TERPADU TEMA PELAPUKAN UNTUK MEMBANGUN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I :
H. Hayat Sholihin, M.Sc., Ph.D NIP.195711231984031001
Pembimbing II :
Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si NIP. 196502021991032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195812071983012002
(4)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Batasan Masalah ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN KIT PRAKTIKUM DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ... 5
A. Pembelajaran IPA Terpadu Tingkat SMP... 5
B. KIT Praktikum ... 8
C. Keterampilan Proses Sains sebagai Hasil Belajar Siswa SMP ... 13
D. Tinjauan Materi Pelapukan ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Metode dan Desain Penelitian ... 24
B. Prosedur Penelitian ... 26
C. Subjek Penelitian ... 30
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
(5)
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Kebutuhan KIT Praktikum IPA Terpadu SMP ... 39
B. Pengembangan KIT Praktikum IPA Terpadu pada Tema Pelapukan ... 44
1. Pengembangan dan Optimasi Desain Praktikum ... 45
2. Pengembangan Buku Aktivitas Siswa ... 51
3. Pengembangan Buku Petunjuk Guru ... 55
4. Uji Coba Terbatas ... 56
5. Karakteristik KIT berdasarkan Aspek Pedagogi, Konten, Teknis dan Estetik ... 58
C. Efektifitas KIT Praktikum IPA Terpadu Tema Pelapukan untuk Membangun Keterampilan Proses Sains Siswa SMP ... 65
D. Respons Siswa dan Guru Terhadap KIT Praktikum IPA Terpadu ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN... 83
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk berupa Komponen Instrumen Terpadu IPA terpadu (KITAEdu) pada tema pelapukan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Research and Development (RnD). Subjek penelitian sebanyak 94 orang siswa di tiga SMPN Kota Bandung yang ditentukan secara purposive berdasarkan setiap klaster sekolah. Data penelitian berasal dari observasi, lembar judgment expert, pretes, postes, angket dan wawancara. Hasil analisis di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 topik IPA di SMP, tersedia 7 KIT (20%) dalam menunjang Kompetensi Dasar SMP. Dari 7 KIT yang tersedia, seluruhnya dilengkapi alat, LKS dan mengandung konten IPA yang tidak terpadu. Sebanyak 14% diantaranya dilengkapi bahan praktikum. Hasil pengembangan KITAEdu pada tema pelapukan dapat mengkomodasi tiga topik materi SMP yaitu klasifikasi mahluk hidup, perubahan materi dan pencemaran lingkungan. Melalui optimasi KIT, diperoleh bahan- bahan yang digunakan, antara lain batu kuarsit dan kalsit, larutan asam sulfat 5%, dengan kondisi suhu air 51-750C, dan waktu reaksi 5 menit. Hasil evaluasi kriteria KIT, Buku Aktivitas Siswa (BAS) dan Buku Petunjuk Guru (BPG) diperoleh aspek: pedagogi (87.5%); konten (84.4%); teknis (79.7%); dan estetik (87.5%) yang dapat diartikan KITAEdu memiliki kriteria KIT yang sangat kuat (83.85%). Hasil implementasi menunjukkan capaian pemahaman konsep tertinggi pada konsep klasifikasi (89.0), dan capaian terendah pada konsep pencemaran (78.0). Secara keseluruhan capaian penguasaan konsep pada kategori sangat baik (84.2). Hasil Keterampilan Proses Sains (KPS) menunjukkan capaian tertinggi pada keterampilan menginterpretasi (78.0), dan capaian terendah pada keterampilan mengamati (69.0). Secara keseluruhan capaian KPS siswa mencapai kategori baik (71.9). Respons siswa pada aspek penggunaan KIT menunjukkan aspek pembelajaran (91.8%) dan aspek penggunaan KIT (91.4%). Secara keseluruhan siswa memberikan respons positif (91.3%) terhadap penerapan KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan.
(7)
ABSTRACT
This study aims to get an Integrated Science KIT on the weathering topic, therefor used Research and Development method. Subjects were 94 students from three Lower Secondary School (LSS) in Bandung, which taken from purposive sampling. Data were collected from observation, expert judgment sheet, pretest, posttest, questionnaires and interviews. The results showed from 35 science topics on LSS curricula, there was only 7 (20%) Science KIT to support the Basic Competence in lower secondary school. All of KIT equipped with laboratory tools, Student Work Sheet with topic which not integrating science. There was only 14% KIT equipped with materials laboratory. Results of developing KIT on weathering topics showed that topic can accomodate three topics, there are classification, change matter, and pollution. Result of assessment KIT, which developed, showed that aspects of pedagogy (87.5%), content (84.4%), technical (79.7%), and aesthetic (87.5%) of KIT is very strong (83.85%). Result of Implementation, showed highest achievements on the concept of classification (89.0), and lowest achievement on the concept of pollution (78.0). Overall performance on the mastery of concepts great category (84.2). Science Process Skills (SPS) result showed the highest performance on the skills to interpret (78.0), and lowest achievement on observing skills (69.0). Overall achievement of SPS students achieve middle categories (71.9). Student responses on aspects of the use of KIT showing aspects of learning (91.8%) and aspects of the use of KIT (91.4%). Overall the students gave a positive response (91.3%) on learning process using Integrated Science KIT on the weathering topic.
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil ekperimen dan pengamatan (Kemdikbud, 2013:1). Merujuk pada hal itu IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sebagai suatu proses penemuan. Ruang lingkup mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diutamakan pada proses pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami gejala alam yang terjadi, pembelajaran IPA hendaknya dapat memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan keterampilan merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, serta menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memahami gejala alam. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah melalui pembelajaran praktikum.
Pembelajaran praktikum memiliki banyak keunggulan, antara lain menurut Hofstein & Mamlock (2007:2) yang menyatakan bahwa pembelajaran praktikum memberikan pengalaman terhadap siswa untuk berinteraksi dengan bahan-bahan untuk mengobservasi dan memahami alam semesta. Sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran IPA, Millar (2004:9) menyatakan bahwa pembelajaran IPA melalui praktikum dapat membantu siswa mengaitkan antara dua domain pengetahuan, yaitu domain objek nyata yang dapat diamati dan domain pengetahuan pikiran. Dengan demikian dalam kegiatan laboratorium siswa menghubungkan hasil pengamatannya dengan pengetahuan atau teori yang dimilikinya.
Keterampilan proses perlu dibekalkan kepada siswa untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan ini sering disebut Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan proses sains akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep (Semiawan,1992:18). Pembelajaran IPA hendaknya merevitalisasi keterampilan proses IPA sebagai misi utama Proses
(9)
Belajar Mengajar (PBM) IPA di sekolah untuk mengembangkan keterampilan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan (interpretasi) data, serta menarik kesimpulan (Kemdikbud, 2013:4). Hubungan menjadi semakin terlihat ketika salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains adalah melalui kegiatan laboratorium atau praktikum.
Pada praktiknya di sekolah, guru berupaya mewujudkan penerapan pembelajaran praktikum dengan menggunakan desain praktikum berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah tersedia di sekolah. Supriatno (2013:10) melakukan analisis terhadap desain kegiatan yang beredar di lingkungan sekolah dan menemukan bahwa masih banyak kegagalan dalam menghadirkan objek atau fenomena yang relevan. Kegagalan tersebut disebabkan oleh, 1) prosedur yang tidak tepat, 2) alat dan bahan yang tidak relevan di tingkat sekolah, dan 3) waktu kegiatan yang terlalu lama. Dari kelemahan desain yang diungkapkan terlihat bahwa desain yang ada di sekolah memiliki kelemahan secara prosedural. Menurut guru, pembelajaran berbasis praktikum sangat disenangi siswa dan lebih bermakna. Guru mengungkapkan kelemahan pembelajaran berbasis praktikum adalah pada aspek waktu dan ketersediaan alat yang terbatas. Di sekolah negeri, umumnya terdapat lebih dari enam rombongan belajar. Hal ini yang kadang menyulitkan guru dalam membagi alat dan bahan praktikum, terutama jika terjadi kelas bersamaan pada materi yang sama.
Komponen Instrumen Terpadu (KIT) praktikum menjadi salah satu solusi untuk keterbatasan alat di sekolah. Setiap KIT praktikum umumnya dikemas dengan kotak kayu ukuran satu meter. Peralatan KIT praktikum berbahan glass maupun plastik berkualitas tinggi. Menurut Guru, keberadaan KIT praktikum memudahkan guru saat pembelajaran, karena praktis dan disediakan petunjuk bagi guru untuk praktikum yang akan dilakukan. Namun tidak semua sekolah dapat menyediakan KIT praktikum ini, karena harganya yang cukup mahal untuk satuan praktikum.
Guru berpendapat bahwa KIT praktikum yang tersedia di sekolah sangat terbatas pada materi-materi tertentu. KIT praktikum yang tersedia di sekolah
(10)
umumnya memiliki konten IPA secara parsial pada bidang Kimia, Fisika, Biologi maupun IPBA. KIT IPA bertema sesuai konsep yang diajarkan, seperti energi, listrik, perubahan kimia, dan uji zat makanan. Dari pengamatan di lapangan, belum ditemukan suatu KIT praktikum yang mengangkat tema IPA terpadu untuk diterapkan di sekolah. Sedangkan dalam anjurannya pemerintah menganjurkan melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu.
Aspek yang dipelajari di jenjang SMP meliputi mahluk hidup dan proses kehidupan, banda/ zat/ bahan dan sifatnya, energi dan perubahannya, dan bumi dan alam semesta. Salah satu materi yang penting dan belum dikembangkan secara IPA terpadu adalah pelapukan. Pelapukan adalah suatu proses perombakan batuan secara kimiawi, fisis dan biologis. Materi pelapukan dapat dikembangkan secara terpadu meliputi biologi (klasifikasi mahluk hidup), fisika (suhu, pemuaian dan kalor), Kimia dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antarariksa (hujan asam). Keterpaduan kurikulum ini dapat disusun berdasarkan model Integrated (Fogarty, 1991:76) dengan pelapukan sebagai tema utama.
Dari latar belakang tersebut, telah dikembangkan perangkat praktikum yang melalui uji coba, alat dan bahan yang sederhana, prosedur yang mudah diikuti dan dikemas dalam bentuk KIT praktikum IPA pada tema pelapukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka diperlukan adanya suatu KIT praktikum IPA terpadu yang mudah digunakan dan mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Oleh karena itu disusun rumusan masalah, yaitu “Bagaimanakah pengembangan KIT praktikum IPA terpadu pada tema pelapukan untuk membangun keterampilan proses sains siswa
SMP?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana kebutuhan KIT praktikum IPA dalam menunjang pembelajaran di SMP?
(11)
3) Bagaimana efektifitas KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan terhadap pengembangan keterampilan proses sains siswa SMP?
4) Bagaimana respons siswa dan guru terhadap penerapan KIT praktikum dalam pembelajaran IPA terpadu tema pelapukan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh KIT praktikum IPA pada tema pelapukan yang sudah teruji efektifitasnya terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SMP.
D. Batasan Masalah
Agar penelitian menjadi lebih terarah, maka ruang lingkup yang dibatasi adalah sebagai berikut:
1) KIT praktikum yang dikembangkan berupa kumpulan alat dan bahan praktikum, lembar kerja siswa dan buku petunjuk bagi guru yang teruji secara pedagogi, konten, teknis dan estetiknya.
2) Keterampilan proses sains dalam penelitian ini yang diukur meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan meramalkan. 3) Respons siswa dan guru terhadap KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan
merupakan informasi penunjang yang dijaring melalui angket dan wawancara.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak- pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
a. Manfaat penelitian bagi siswa, yaitu:
1) Mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam melaksanakan praktikum dengan menggunakan KIT praktikum pada pembelajaran IPA. b. Manfaat penelitian untuk guru, yaitu untuk memberikan informasi mengenai
KIT praktikum IPA yang lebih murah, praktis dan bisa dilakukan di dalam kelas maupun di laboratorium.
(12)
c. Manfaat penelitian bagi peneliti lainnya, memberikan gambaran dan informasi mengenai penerapan serta efektifitas KIT praktikum terhadap keterampilan proses sains siswa.
(13)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh produk berupa KIT praktikum untuk membangun keterampilan proses sains siswa SMP. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah Reserch and Development atau RnD (Borg and Gall, 2003) yang diimplementasikan secara terbatas. Secara umum penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Studi Pendahuluan
Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahapan tersebut terdiri dari tiga langkah, yaitu: a. Studi literatur merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep
terhadap teori-teori yang berknaan dengan produk atau model yang akan dikembangkan.
b. Studi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan implementasi produk di sekolah.
c. Deskripsi hasil studi literatur dan studi lapangan untuk menganalisis dan mendapatkan arah produk yang dikembangkan.
2. Pengembangan Model
Setelah dilakukan kegiatan studi pendahuluan, kegiatan dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu tahap pengembangan model. Dalam tahap ini terdapat tahap pengembangan desain model, penyusunan instrumen penelitian, dan uji coba terbatas.
3. Implementasi Model
Tahap implementasi bertujuan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Langkah terakhir adalah melakukan analisis data dan penarikan kesimpulan. Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada Desain Penelitian Gambar 3.1.
(14)
(15)
Studi Lapangan
Pelaksanaan praktikum
Keberadaan KIT praktikum di sekolah
Kelebihan dan kelemahan KIT Praktikum
Studi Literatur
Analisis konsep IPA terpadu
KPS yang beseuaian dengan tema
Penelitian yang relevan
Deskripsi Hasil
Analisis kelemahan KIT di sekolah
Desain awal KIT praktikum pelapukan
TAHAP PENDAHULUAN
TAHAP PENGEMBANGAN
TAHAP IMPLEMENTASI
Penyusunan instrumen penelitian
Pengolahan dan Analisis Data Pengambilan data pretest
Implementasi KIT paktikum IPA terpadu tema pelapukan
Pengambilan data posttest Penyusunan desain praktikum pelapukan
Optimasi prosedur praktikum
Perbaikan
Uji coba terbatas
Perbaikan Validasi instrumen penelitian
Pengumpulan Data
Penarikan kesimpulan
Penyusunan Buku Aktivitas Siswa dan Petunjuk Guru
Validasi Buku
(16)
Gambar 3.1 Desain Penelitian
B. Prosedur Penelitian
1. Tahap Studi Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini studi yang dilakukan, dibedakan pada fokus kajian masing-masing. Studi pendahuluan mencakup studi literatur, studi lapangan dan deskripsi hasil.
a. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan kajian materi berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013. Kajian yang dilakukan lebih terfokus pada pemilihan materi yang cocok dan dapat dikembangkan secara terpadu. Setelah melalui pengkajian materi, disimpulkan materi yang tepat untuk dikembangkan adalah materi pelapukan. Selanjutnya dilakukan analisis indikator keterampilan proses sains yang bersesuaian dengan karakteristik kegiatan praktikum pelapukan. Selain itu, pada tahap ini dilakukan analisis pada beberapa penelitian yang relevan dengan topik ataupun KIT praktikum yang dikembangkan.
b. Studi Lapangan
Tahap ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data berkenaan dengan produk yang akan dikembangkan. Studi ini menerapkan field study melalui observasi dan wawancara untuk mendapatkan kondisi faktual di lapangan tentang KIT praktikum IPA di SMP. Observasi yang dilakukan meliputi aspek pelaksanaan praktikum IPA, ketersediaan KIT praktikum, kelengkapan KIT praktikum, dan keterpaduan materi IPA pada KIT yang tersedia. Hasil dari tahap ini digunakan sebagai masukan untuk pertimbangan KIT praktikum yang akan dikembangan.
c. Deskripsi Hasil
Deskripsi temuan dilakukan untuk mendeskripsikan hasil-hasil yang telah diperoleh pada saat studi lapangan. Tahap ini dilakukan dengan memetakan hasil temuan dan menganalisis kelebihan serta kekurangan KIT praktikum yang sudah ada di sekolah.
(17)
2. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini, dilakukan pengembangan desain KIT praktikum IPA terpadu pada tema pelapukan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan rancangan desain KIT praktikum pelapukan
Pembuatan desain KIT praktikum dilakukan berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan. Rancangan KIT praktikum beracuan pada orientasi pengembangan alat peraga yang telah diuraikan pada Kajian Pustaka, meliputi aspek pedagogi, konten, teknis dan estetika KIT.
b. Optimasi dan validasi langkah kerja praktikum
Optimasi langkah kerja praktikum dalam KIT praktikum dilakukan untuk mendapatkan prosedur praktikum yang layak dan dapat diterapkan. Optimasi percobaan dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang konstan. Optimasi dilakukan pada alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
Dalam proses pembuatannya, prosedur praktikum yang telah dioptimasi, dikoreksi dan didiskusikan bersama dosen pembimbing untuk perbaikan prosedur praktikum. Kekurangan maupun kesalahan dalam pembuatan prosedur praktikum diperbaiki untuk memperoleh prosedur yang akurat. Perbaikan terus menerus dilakukan hingga prosedur praktikum tersebut layak untuk diterapkan kepada siswa.
c. Penyusunan Buku Aktivitas Siswa (BAS) dan Buku Petunjuk Guru (BPG)
Buku Aktivitas Siswa (BAS) disusun mengacu pada Kompetensi Dasar. Penyusunan BAS dilakukan dengan memperhatikan dasar teori pemilihan buku ajar siswa yang baik yang telah dipaparkan pada Kajian Pustaka. Judul BAS yang dikembangkan adalah “Buku Aktivitas Siswa Tema Pelapukan”.
Buku Petunjuk Guru (BPG) disusun mengacu pada kebutuhan guru dalam membimbing siswa melakukan praktikum. Selain itu karena materi yang
(18)
dikembangkan merupakan materi IPA terpadu, maka BPG dilengkapi keterangan keterpaduan materi IPA.
d. Penyusunan instrumen evaluasi meliputi tes objektif, angket untuk siswa dan guru.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar penilaian kelayakan KIT praktikum berupa lembar expert judgment, tes objektif keterampilan proses sains, dan angket. Lembar expert judgment digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan KIT praktikum meliputi aspek pedagogi, konten, teknis dan estetik. Tes objektif ini digunakan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah penerapan KIT praktikum. Angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa dan guru tentang penggunaan KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan.
e. Uji coba
Pada pengembangan program dilakukan uji coba terbatas bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi produk yang dikembangkan. Responden uji coba terbatas ini adalah lima siswa SMP dan tiga mahasiswa Megister Pendidikan IPA SPS UPI. Keterlaksanaan praktikum diuji oleh observer menggunakan lembar observasi terhadap siswa. Berdasarkan hasil observasi dan saran yang diberikan oleh mahasiswa pendidikan IPA dilakukan revisi dan perbaikan kembali sehingga dihasilkan KIT praktikum IPA terpadu final yang selanjutnya disebut KITAEdu (KIT IPA Terpadu) tema pelapukan.
3. Tahap Implementasi
Pengujian model dilakukan melalui implementasi terbatas penerapan KITAEdu yang dilaksanakan di tiga Sekolah Menengah Pertama Kota Bandung. Metode yang digunakan pada tahapan ini adalah metode weak experiment yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab akibat, secara langsung berusaha mempengaruhi dan atau memanipulasi variabel bebas kemudian melihat pengaruh dari perlakuan tersebut (Fraenkel, 2007:265).
(19)
Desain yang digunakan pada tahap pengujian adalah The One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2007:265) sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian The One Group Pretest-Posttest Design
Kelas Pre-test Perlakuan Posttest
O1 X O2
Keterangan:
O1 = pretest
X = pembelajaran menggunakan KIT praktikum IPA terpadu O2 = posttest
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan. Sedangkan responden penelitian adalah siswa dan guru IPA di tiga SMPN di Kota Bandung. Pemilihan sampel dilakukan melalui purposive sampling berdasarkan klaster sekolah.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juni 2014. Tahap studi pendahuluan dilakukan di lima SMP di Kota Bandung. Tahap pengembangan dilakukan secara mandiri. Tahap implementasi dilakukan di tiga SMP Negeri di Kota Bandung. Dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (5 x 40 menit) dengan rincian pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Rincian Pelaksanaan Implementasi
No Pertemuan Kegiatan Pembelajaran
1 1
1 x 40 menit
a) Pretes
b) Perkenalan KIT praktikum IPA terpadu
2 2
2 x 40 menit c) Pelaksanaan Praktikum
3 3
2 x 40 menit
d) Presentasi dan diskusi hasil praktikum e) Postes
f) Pemberian angket kepada guru dan siswa
E. Instrumen Penelitian 1) Jenis Instrumen
(20)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tes; tes ini digunakan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains siswa. Tes ini berbentuk pilihan ganda. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran.
b. Angket; angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa dan guru tentang penggunaan KIT raktikum IPA terpadu tema pelapukan.
c.
Lembar Expert Judgment, digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan KIT praktikum IPA.b)Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan, instrumen diuji coba dan dianalisis kelayakannya melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda serta distraktor instrumen sehingga instrumen layak digunakan dalam penelitian. Berikut ini uraian uji coba untuk instrumen yang digunakan.
a. Instrumen Keterampilan Proses Sains tema Pelapukan
Uji coba instrumen keterampilan proses sains dilakukan untuk memperoleh soal yang layak dari segi validitas, reliabilitas dan daya pembeda, tingkat kesukaran , dan pola jawaban soal (distractor). Analisis uji coba instrumen keterampilan proses sains dilakukan menggunakan program Anates pilihan ganda versi 4.0.2.
1) Uji Validitas
Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan keterampilan proses sains siswa diperlukan tes yang baik. Sebelum digunakan tes evaluasi tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah item soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item memiliki kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2006:189). Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dengan angka kasar, dengan rumus:
(21)
√
Keterangan:
rxy = koefisien validitas item soal N = jumlah siswa yang mengikuti tes X = skor item ke-I yang diukur validitasnya Y = skor total
Untuk menginterpresentasikan besarnya koefisien korelasi dipergunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah
(Riduwan, 2010:136)
Hasil uji coba validitas instrumen keterampilan proses sains menunjukan dari 20 soal terdapat 15 pertanyaan yang valid. Adapun hasil uji coba validitas instrumen selengkapnya pada Lampiran B.
2) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen yang dipakai tersebut sudah baik. Reliabilitas adalah ketetapan satu tes apabila diteskan pada subyek yang sama dan pada waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang hampir sama pula. Reliabilitas butir soal menggunakan rumus K-R-21 menurut (Arikunto, 2006:189) sebagai berikut:
Keterangan:
(22)
r1 = reliabilitas
k = banyaknya butir soal M = rata-rata skor seluruh butir Vt = varians total
Indeks reliabilitas soal yang didapatkan, kemudan di interpetasikan dengan kritera sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Interval Reliabilitas Kriteria
r11≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah 0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang 0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi 0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi
(Riduwan, 2010:136)
Hasil uji coba reliabilitas instrumen keterampilan proses sains yaitu sebesar 0,48 kategori sedang. Maka instrumen secara reliabilitas layak untuk digunakan.
3) Tingkat Kesukaran Item
Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga mengandung adanya keseimbangan dari kesulitan tes tersebut. Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran menurut Arikunto (2011) dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P = indeks kesulitan untuk setiap butir item B = banyaknya siswa menjawab benar Js = banyaknya peserta tes
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks kesukaran
(23)
P < 0,30 Mudah
0.030 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
P > 0.70 Sulit
(Arikunto, 2011)
Hasil uji coba tingkat kesukaran instrumen keterampilan proses sains menunjukan terdapat 6 pertanyaan tingkat mudah, dan 6 pertanyaan tingkat sedang, dan 3 soal tingkat sukar.
4) Daya Beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui bahwa setiap siswa dapat menerima suatu item tes atau soal dengan pengertian yang sama. Cara yang digunakan untuk menentukan daya beda menurut Arikunto (2011) dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)
= proporsi peserta kelompok bawah atas yang menjawab benar
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda
Interval Kriteria
0,00 - 0,20 Kurang
0,20 - 0,40 Cukup
0,40 -0.70 Baik
0,70 - 1,00 Baik sekali
(24)
Hasil uji coba tingkat daya pembeda instrumen keterampilan proses sains menunjukan terdapat 2 pertanyaan kriteria kurang, 8 pertanyaan kriteria cukup, 4 soal krteria baik dan sisanya berkriteria baik sekali.
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang dianalisis dengan cara deskriptif yang meliputi (1) Efektifitas KIT praktikum IPA di sekolah, (2) Karakteristik KIT praktikum IPA terpadu yang dikembangkan, (3) angket dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif berupa keterampilan proses sains siswa dalam bentuk skor atau nilai yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis.
1) Analisis Data Kualitatif
a) Analisis Efektitfitas KIT Praktikum
Nilai yang diperoleh dari hasil tabulasi efektitfitas uji KIT praktikum dijumlahkan untuk dikonversi dalam bentuk persentase. Rumus yang digunakan untuk menentukan efektifitas langkah kerja KIT praktikum yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
Untuk menafsirkan persentase efektifitas terhadap setiap kegiatan yang dilakukan siswa digunakan tafsiran persentase yang disajikan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Tafsiran Persentase Efektifitas Rentang Persentase (%) Kategori
0-20 Sangat Lemah
21-40 Lemah
40-60 Cukup
61-80 Kuat
81-100 Sangat Kuat
(25)
b) Kualitas KIT Praktikum IPA Aspek Pedagogi, Konten, Teknis dan Estetik.
Karakteristik KIT yang dianalisis melaui judgment expert. Karakteristik yang dinilai meliputi empat aspek yaitu pedagogi, konten, teknis dan estetika KIT Praktikum. Keempat aspek tersebut dijabarkan menjadi 12 pernyataan. Dalam menganalisis karakteristik KIT praktikum menggunakan skala Likert, skala pengukuran ini berdasarkan bobot skor yang telah ditetapkan. Pemberian skor pada skala Likert disesuaikan dengan apa yang tercantum pada lembar penilaian Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Skor untuk Judgment Expert KIT Praktikum berdasarkan Skala Likert
Penilaian Skor
Sangat Sesuai 4
Sesuai 3
Cukup Sesuai 2
Kurang Sesuai 1
Tidak Sesuai 0
(Riduwan,2010:87)
Langkah selanjutnya dalam pengolahan skor dari masing-masing item dalam lembar judgment expert adalah sebagai berikut:
1) Menentukan skor maksimal dalam setiap aspek penilaian
2) Membuat rekapitulasi data dari seluruh responden pada setiap pernyataan aspek penilaian
3) Menghitung skor dari seluruh responden pada setiap pernyataan aspek penilaian
4) Menentukan rata-rata respon pada setiap aspek dalam presentase
(26)
Untuk menafsirkan persentase rata-rata respon terhadap setiap aspek digunakan tafsiran persentase yang disesuaikan dengan pernyataan dalam angket. Tafsiran persentase tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 sebelumnya.
c) Analisis data angket
Data hasil wawancara dengan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Data tersebut diolah dengan mempresentasikan jawaban menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006).
b. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretest dan posttest keterampilan proses sains siswa. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan pada kelas perlakuan. Analisis data yang diuji secara statistika dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
i. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban ii. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes
Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:
Nilai siswa (%) = ∑
∑
iii. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa
(27)
iv. Menentukan peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan cara menghitung Normalized Gain (%) pada keseluruhan keterampilan proses sains untuk keseluruhan siswa, dengan rumus:
v. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data berdistribusi normal.
vi. Uji Homogenitas. Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data homogen
vii. Jika data terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan menggunakan uji rata-rata dua pihak (Independent Sample t – Test) pada program SPSS versi 17.0 dengan penfasiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima
dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas perlakuan. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
(28)
viii. Jika data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametrik berupa Wilcoxon program SPSS versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas perlakuan. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
(29)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan tentang pengembangan kit praktikum IPA terpadu tema pelapukan terhadap keterampilan proses sains siswa SMP. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Keberadaan KIT dalam menunjang pembelajaran SMP adalah 20% dari 35 topik IPA pada Kompetensi Dasar. Pembelajaran membutuhkan Seluruh KIT praktikum dilengkapi alat dan LKS untuk siswa. Sebanyak 14% KIT yang dilengkapi dengan bahan praktikum. Seluruh KIT yang ditemukan mengandung materi IPA yang tidak terpadu.
2. KIT Praktikum IPA Terpadu (KITAEdu) telah melalui tahap pengembangan meliputi proses optimasi bahan, pemilihan alat serta waktu reaksi. Selanjutnya dikembangankan Buku Aktivitas Siswa dan buku Petunjuk Guru. Setelah melalui serangkaian uji coba dan perbaikan desain, kemudian dilakukan tahap penilaian dan identifikasi karakteristik KIT. Hasil penilaian karakteristik KIT menunjukkan bahwa KITAEdu mengandung aspek pedagogi (87.5%), konten (84.4%), teknis (79.7%) dan estetik (87.5%) yang ditafsirkan memiliki kriteria KIT yang sangat kuat.
3. KITAEdu tema pelapukan dapat digunakan dan diimplementasikan di sekolah. aHasil implementasi menunjukkan KIT praktikum efektif meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa SMP. Capaian penguasaan konsep tertinggi pada klasifikasi (89.0), dan capaian terendah pada konsep pencemaran (78.0). Secara keseluruhan capaian penguasaan konsep pada kategori baik (84.2). Pada KPS capaian tertinggi pada keterampilan menginterpretasi (78.0), dan capaian terendah pada keterampilan
(30)
mengamati (69.0). Secara keseluruhan capaian KPS siswa mencapai kategori baik (71.9).
4. Secara keseluruhan siswa memberikan respons positif (91.3%) terhadap penerapan KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan. Respons siswa menunjukkan bahwa meskipun siswa belum memiliki pengalaman (60%) dalam melakukan praktikum terutama dalam materi IPA terpadu (40%), tidak menjadi halangan siswa dalam menggunakan KIT. Menggunakan KIT praktikum meningkatkan minat (96%) dan ketertarikan (91%) siswa terhadap tema pelapukan. Selain itu KIT praktikum mampu membantu siswa mengembangkan KPS (89-99%). Respons siswa pada aspek penggunaan KIT menunjukkan aspek pembelajaran (91.8%) dan aspek penggunaan KIT (91.4%).
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti, yaitu:
1. Keberadaan KIT praktikum IPA masih belum memadai dalam setiap topik kajian IPA SMP. Hal ini merupakan suatu peluang bagi penelitian selanjutnya untuk dapat mengembangkan KIT praktikum pada tema lainnya.
2. Pada tahap pengembangan KIT praktikum belum ditemukan indikator baku dalam pengembangan KIT praktikum. Maka perlu dibangun suatu patokan dasar dalam pengembangan alat peraga khusus untuk KIT praktikum.
3. KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pengetahuan konsep siswa. Sehingga bagi Guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan proses sains maupun pengetahuan konsep secara terpadu, KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran.
4. Keterbatasan pengalaman siswa dalam melakukan praktikum tidak menghalangi siswa dalam mengeksekusi KIT praktikum. Oleh karena itu penggunaan KIT praktikum
(31)
dapat digunakan oleh siapapun, tidak dibatasi oleh pengetahuan maupun pengalaman pengguna.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R. A. (2013). Mind the Fact: Teaching Without Practical as Body Without Soul. Journal of Elementary Education,Vol. 22, No. 1pp.I-08.
Akoobhai, J. B. (2008). Providing Practicel Science Experience at Home, For Students Studying Science Through Distance Education.University of the Witwatersrand. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:.Rineka Cipta. Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Borg, W. R dan Gall, M.D. (2003). Education Research: An introduction. New York: Longman, Inc.
Campbell, N.A. dan Reece, J.B. (2008). Biologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga. Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Dahar, R.W dan Liliasari. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Engler, J. dan Russell, J. (2000). Small Scale Chemistry. Michigan Departement of Enviromental Quality
Fogarty, R. (1991). How to Integrated The Curricula. Palatine: IRI/ Skylight Publishing.Inc. Fraenkel, J dan Walen, N. (2007). How to Design and Evaluate research in Education. New
York: Mc Graw Hill Inc.
Frasco, M. (2010). Moss, Beech Trees, and Stemflow: Integrated Science. MSTA Journal. Spring 2010,28-35.
Graha, D. S. (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Ham, M. (2012). Kit Praktikum Kimia Skala Kecil Dengan Buku Pendukung Praktikumnya. Laporan Penelitian LPPM UPI Bandung
Hamalik, U. (1999). Media Pendidikan. Bandung: Sitra Aditya Bakti.
Hofstein, A. dan Lunnetta. (2002) The Laboratoty in Science Education:Foundationt for twenty-First Century. Wiley Periodical, 2003,29-54.
Hofstein, A. dan Mamlock, N. R. (2007). The laboratory in Science Education: the State of the Art, Chemistry Education Research and Practice, 2007,8 (2), 105-107.
(33)
Jasin, M. (2008). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kemdikbud. (2013). Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertrama (Smp)/Madrasah Tsanawiyah (Mts). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Millar, R. (2004). The role of practical work in the teaching and learning of science. Washington, DC. National Academic of Science.
Morrison, K. (2012). Integrate Science and Arts Process Skills in the Early Chilhood Curriculum. Dimensions of early childhood, Vol 40 No. 1.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta.:Gaung Persada. Notohaiprawiro, T. (1999). Tanah dan Lingkungan. Jakarta; Depdikbud.
Otarigho, M. D. (2013). Problems and Prospects of Teaching Integrated Science in Secondary School, Delta State, Nigeria. Techno Learn: An International Journal of educational Technology, 3(1),19-26.
Paidi, M. (2012). Peningkatan Kemampuan Calon Guru MIPA Mengembangkan Kerja Ilmiah dalam Pengajaran Mikro Menuju Terbentuknya Guru Pemula IPA yang Kompeten. Semnas UNY 2007.
Priatna, N. (2008). Panduan Pendidik Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Riduwan. (2010). Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Rustaman, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi: FPMIPA UPI
Sanjaya, H. W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Semiawan, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar?. Jakarta: PT Grasindo
Setyawan, E. J. (2012). Implementasi Model PEmbelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Strom, R. K. (2012). Using Guides Inquiry To Improve Process Skills And Content Knowledge In Primary Science. Montana: Montana State University
(34)
Supriatno, B. (2013). Pengembangan Program Perkuliahan Pengembangan Praktikum Biologi Sekolah Berbasis ANCORB untuk Mengembangkan Kemampuan Merancang dan Mengembangkan Desain Kegiatan Laboratorium. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Young, J.B.(2005). The Effects of a Kit Based Science Curriculum and Intensive Science Professional Development on Elementary Student Science Achievement. Journal of Science Education and Technology, Vol 14.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan tentang pengembangan kit praktikum IPA terpadu tema pelapukan terhadap keterampilan proses sains siswa SMP. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Keberadaan KIT dalam menunjang pembelajaran SMP adalah 20% dari 35 topik IPA pada Kompetensi Dasar. Pembelajaran membutuhkan Seluruh KIT praktikum dilengkapi alat dan LKS untuk siswa. Sebanyak 14% KIT yang dilengkapi dengan bahan praktikum. Seluruh KIT yang ditemukan mengandung materi IPA yang tidak terpadu.
2. KIT Praktikum IPA Terpadu (KITAEdu) telah melalui tahap pengembangan meliputi proses optimasi bahan, pemilihan alat serta waktu reaksi. Selanjutnya dikembangankan Buku Aktivitas Siswa dan buku Petunjuk Guru. Setelah melalui serangkaian uji coba dan perbaikan desain, kemudian dilakukan tahap penilaian dan identifikasi karakteristik KIT. Hasil penilaian karakteristik KIT menunjukkan bahwa KITAEdu mengandung aspek pedagogi (87.5%), konten (84.4%), teknis (79.7%) dan estetik (87.5%) yang ditafsirkan memiliki kriteria KIT yang sangat kuat.
3. KITAEdu tema pelapukan dapat digunakan dan diimplementasikan di sekolah. aHasil implementasi menunjukkan KIT praktikum efektif meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa SMP. Capaian penguasaan konsep tertinggi pada klasifikasi (89.0), dan capaian terendah pada konsep pencemaran (78.0). Secara keseluruhan capaian penguasaan konsep pada kategori baik (84.2). Pada KPS capaian tertinggi pada keterampilan menginterpretasi (78.0), dan capaian terendah pada keterampilan
(2)
mengamati (69.0). Secara keseluruhan capaian KPS siswa mencapai kategori baik (71.9).
4. Secara keseluruhan siswa memberikan respons positif (91.3%) terhadap penerapan KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan. Respons siswa menunjukkan bahwa meskipun siswa belum memiliki pengalaman (60%) dalam melakukan praktikum terutama dalam materi IPA terpadu (40%), tidak menjadi halangan siswa dalam menggunakan KIT. Menggunakan KIT praktikum meningkatkan minat (96%) dan ketertarikan (91%) siswa terhadap tema pelapukan. Selain itu KIT praktikum mampu membantu siswa mengembangkan KPS (89-99%). Respons siswa pada aspek penggunaan KIT menunjukkan aspek pembelajaran (91.8%) dan aspek penggunaan KIT (91.4%).
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti, yaitu:
1. Keberadaan KIT praktikum IPA masih belum memadai dalam setiap topik kajian IPA SMP. Hal ini merupakan suatu peluang bagi penelitian selanjutnya untuk dapat mengembangkan KIT praktikum pada tema lainnya.
2. Pada tahap pengembangan KIT praktikum belum ditemukan indikator baku dalam pengembangan KIT praktikum. Maka perlu dibangun suatu patokan dasar dalam pengembangan alat peraga khusus untuk KIT praktikum.
3. KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pengetahuan konsep siswa. Sehingga bagi Guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan proses sains maupun pengetahuan konsep secara terpadu, KIT praktikum IPA terpadu tema pelapukan ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran.
(3)
dapat digunakan oleh siapapun, tidak dibatasi oleh pengetahuan maupun pengalaman pengguna.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R. A. (2013). Mind the Fact: Teaching Without Practical as Body Without Soul. Journal of Elementary Education,Vol. 22, No. 1pp.I-08.
Akoobhai, J. B. (2008). Providing Practicel Science Experience at Home, For Students Studying Science Through Distance Education.University of the Witwatersrand. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:.Rineka Cipta. Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Borg, W. R dan Gall, M.D. (2003). Education Research: An introduction. New York: Longman, Inc.
Campbell, N.A. dan Reece, J.B. (2008). Biologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga. Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Dahar, R.W dan Liliasari. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Engler, J. dan Russell, J. (2000). Small Scale Chemistry. Michigan Departement of Enviromental Quality
Fogarty, R. (1991). How to Integrated The Curricula. Palatine: IRI/ Skylight Publishing.Inc. Fraenkel, J dan Walen, N. (2007). How to Design and Evaluate research in Education. New
York: Mc Graw Hill Inc.
Frasco, M. (2010). Moss, Beech Trees, and Stemflow: Integrated Science. MSTA Journal. Spring 2010,28-35.
Graha, D. S. (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Ham, M. (2012). Kit Praktikum Kimia Skala Kecil Dengan Buku Pendukung Praktikumnya. Laporan Penelitian LPPM UPI Bandung
Hamalik, U. (1999). Media Pendidikan. Bandung: Sitra Aditya Bakti.
Hofstein, A. dan Lunnetta. (2002) The Laboratoty in Science Education:Foundationt for twenty-First Century. Wiley Periodical, 2003,29-54.
(5)
Jasin, M. (2008). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kemdikbud. (2013). Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertrama (Smp)/Madrasah Tsanawiyah (Mts). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Millar, R. (2004). The role of practical work in the teaching and learning of science. Washington, DC. National Academic of Science.
Morrison, K. (2012). Integrate Science and Arts Process Skills in the Early Chilhood Curriculum. Dimensions of early childhood, Vol 40 No. 1.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta.:Gaung Persada. Notohaiprawiro, T. (1999). Tanah dan Lingkungan. Jakarta; Depdikbud.
Otarigho, M. D. (2013). Problems and Prospects of Teaching Integrated Science in Secondary School, Delta State, Nigeria. Techno Learn: An International Journal of educational Technology, 3(1),19-26.
Paidi, M. (2012). Peningkatan Kemampuan Calon Guru MIPA Mengembangkan Kerja Ilmiah dalam Pengajaran Mikro Menuju Terbentuknya Guru Pemula IPA yang Kompeten. Semnas UNY 2007.
Priatna, N. (2008). Panduan Pendidik Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Riduwan. (2010). Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Rustaman, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi: FPMIPA UPI
Sanjaya, H. W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Semiawan, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar?. Jakarta: PT Grasindo
Setyawan, E. J. (2012). Implementasi Model PEmbelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Strom, R. K. (2012). Using Guides Inquiry To Improve Process Skills And Content Knowledge In Primary Science. Montana: Montana State University
(6)
Supriatno, B. (2013). Pengembangan Program Perkuliahan Pengembangan Praktikum Biologi Sekolah Berbasis ANCORB untuk Mengembangkan Kemampuan Merancang dan Mengembangkan Desain Kegiatan Laboratorium. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Young, J.B.(2005). The Effects of a Kit Based Science Curriculum and Intensive Science Professional Development on Elementary Student Science Achievement. Journal of Science Education and Technology, Vol 14.