ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI
BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :
WENNY ADITYA P.
0613010066/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010

ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA


Oleh :
WENNY ADITYA P.

ABSTRAK

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pula
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang
manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh
perusahaan harus mempertimbangan biaya yang timbul dari sumber modal yang
digunakan. Berdasarkan data perusahaan food and beverage menunjukkan bahwa
perusahaan paling kecil belum tentu struktur modalnya juga paling kecil. Tujuan dari
penelitian ini untuk menguji Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan Food
and Beverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu
Tangibility of Assets, Profitability, Firm Size dan struktur modal. Perusahaan food
and beverage yang diteliti sebanyak enam perusahaan periode 2005-2009 yaitu PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk; PT. SMART, Tbk; PT. Mayora Indah, Tbk; PT. Ultra
Jaya Milk, Tbk; PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk dan PT. Multi Bintang Indonesia,

Tbk.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda secara parsial Tangibility of Assets
berpengaruh negatif terhadap struktur modal, secara parsial profitability berpengaruh
negatif terhadap struktur modal, sedangkan secara parsial firm size tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.

Keywords

:

Tangibility of Assets, Profitability, Firm Size, Struktur Modal

x

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Untuk dapat menjalankan usaha, setiap perusahaan membutuhkan
dana, dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari hutang. Dana
yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap dalam
memproduksi barang dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan
produksi dan penjualan, menerbitkan piutang dagang, mengadakan
persediaan kas dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau
sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas
perusahaan.
Keputusan pendanaan berhubungan dengan persoalan bagaimana
kebutuhan dana untuk keperluan investasi tersebut dipenuhi, berasal dari
sumber mana termasuk berapa jumlahnya. Beragam alternatif sumber dana
tersedia, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu baik menyangkut
beban maupun resiko serta persyaratan lain yang diminta para pemodal.
Berdasarkan pertimbangan inilah, maka menjadi tugas pengambil
keputusan agar merumuskan kombinasi pembelanjaan terbaik atau
kombinasi modal yang lebih memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Lingkup aktivitas pembelanjaan itu berkenaan dengan transformasi data
finansial perusahaan ke dalam suatu bentuk yang dapat digunakan untuk
memonitor keadaan ruang perusahaan, perencanaan kebutuhan modal pada
1


2

masa yang akan datang, menilai kemungkinan peningkatan produktivitas
dan penentuan bentuk atau jenis-jenis modal yang akan ditarik.
Pada prinsipnya, setiap perusahaan membutuhkan dana. Pemenuhan
dana tersebut dapat berasal dari sumber intern perusahaan ataupun sumber
ekstern perusahaan. Namun pada umumnya perusahaan cenderung untuk
menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedang modal asing
hanya digunakan sebagai pelengkap saja apabila dana yang dibutuhkan
kurang mencukupi. Penggunaan modal sendiri akan menjadi tanggungan
terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan merupakan jaminan bagi para
kreditur. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur
dan merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu
diperlukan adanya kebijaksanaan dalam menentukan apakah kebutuhan dana
perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing
(Sjafi’i dan Akbar, 2010: 70).
Perusahaan harus mengetahui dahulu biaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh dana tersebut, dengan demikian, dalam pertimbangan kebijakan
stuktur modal ada satu permasalahan yang sering timbul yakni seberapa

besar modal sendiri dan seberapa besar modal pinjaman yang harus
digunakan oleh perusahaan, masalah yang dihadapi Perusahaan Food and
Beverages adalah tingginya stuktur modal yang ditandai dengan besarnya
hutang jangka panjang dibanding modal sendiri.
Menurut penelitian Fitri Santi (2003), faktor – faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah Tangibility, Growth Opportunity,

3

Profitability, dan Size of The Firm, yang digunakan pada penelitian kali ini
hanya terdiri dari tiga faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal.
Adapun

faktor

tersebut

adalah

Tangibility


(jaminan),

Profitability

(keuntungan) dan Firm Size (ukuran perusahaan). Menurut Asymmetric
Information Theory (Linda H. Chen, Robert Lensink and Elmer Sterken,
1998: 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung
pada struktur modal karena Tangibility of Assets suatu perusahaan
merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke kreditur untuk
meningkatkan hutangnya.
Penelitian ini mengambil sampel Perusahaan Food and Beverages
yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia, karena terdapat suatu
permasalahan terhadap tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh
Perusahaan Food and Beverages yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia,
hal ini mencerminkan bahwa ketergantungan para perusahaan Foon and
Beverages di Indonesia terhadap pihak luar sangatlah besar, jika keadaan ini
terus bertahan dan tidak segera dibenahi maka akan membahayakan bagi
kelangsungan hidup perusahaan tersebut, dengan adanya tingginya tingkat
hutang yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan menyebabkan struktur

modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut semakin tinggi, sehingga akan
membuat menurunnya nilai perusahaan dimata para investor.
Struktur

modal

adalah

pembelanjaan

permanen

dimana

mencerminkan pula perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber

4

modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan

biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan (Bambang Riyanto,
2001: 22).
Tabel 1 : Rata-rata Persentase Struktur Modal Perusahaan Food and
Beverages Dari Tahun 2005-2009
Asset 

Hutang Jangka 
Panjang 

PT. Indofood Sukses 
1  Makmur,Tbk 

28.080.652 

7.934.979 

7.004.075 

113,3 


2  PT. Smart, Tbk 

7.641.768 

2.128.716 

3.489.023 

61,01 

3  PT. Mayora Indah, Tbk 

2.215.203 

575.92 

1.154.631 

49,88 


4  PT. Ultra Jaya Milk, Tbk
PT. Multi Bintang 
5  Indonesia, Tbk 
PT. Prasidha Aneka 
6  Niaga, Tbk 

1.467.940 

172.667 

957.466 

18,03 

748.502 

35.624 

214.697 


16,59 

300.947 

102.673 

94.889 

108,20 

No 

Nama Perusahaan 

Modal 

Struktur 
Modal (%)

Sumber : Data Laporan Keuangan Bursa Efek Indonesia

Data di atas dapat di ketahui bahwa adanya ketidakstabilan struktur
modal pada perusahaan Food and Beverages yang go publik di Bursa Efek
Indonesia. Pada perusahaan Food and Beverages dengan rata-rata asset
terbesar yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, Struktur modalnya
sebesar 113,3% dan perusahaan Food and Beverages dengan rata-rata asset
terkecil yaitu PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk, struktur modalnya sebesar
108,2%. Struktur modal terbesar memang terjadi pada perusahaan dengan
rata-rata asset terbesar yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar
113,3%, tapi struktur modal terkecil malah terjadi pada perusahaan dengan
rata-rata asset nomor lima yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk sebesar
16,59%. Dari data di atas dapat diketahui bahwa perusahaan paling kecil
belum tentu struktur modalnya juga paling kecil.

5

Besar kecilnya struktur modal dipengaruhi oleh hutang dan modal
sendiri, besarnya struktur modal yang telah diuraikan pada permasalahan
diatas dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan

hutang ketimbang

modal sendiri, sedangkan kecilnya struktur modal suatu perusahaan
disebabkan perusahaan cenderung lebih memilih menggunakan modal
sendiri untuk pemenuhan kebutuhan dana ketimbang menggunakan hutang.
Zonenschain (1997: 8) Perusahaan yang mempunyai aset yang besar
dan dapat dijadikan sebagai jaminan (Collateral) mempunyai kemungkinan
keberhasilan yang cukup besar dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat
yang menguntungkan daripada perusahaan lain yang mempunyai Tangible of
Assets atau Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab itu
perusahaan akan memanfaatkan keuntungan tersebut dengan menerbitkan
hutang lebih banyak dari modal. Perusahaan yang menghasilkan keuntungan
lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada
perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena
perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai
investasinya dengan Retained Earning, dan perusahaan yang memiliki
ukuran (Firm Size) yang besar lebih banyak menggunakan hutang daripada
perusahaan kecil, karena perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan
yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan kecil, dimana tingkat kebangkrutannya
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil.

6

Berdasarkan ketidakkonsistenan data dan fenomena di atas, maka
dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Struktur Modal Pada
Perusahaan Food and Beverage Yang Go Publik Di Bursa Efek
Indonesia “.

1.2. Perumusan Masalah
Apakah Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan Food
and Beverages yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan cara yang diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam
menentukan bentuk dan besarnya modal yang akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Secara spesifik penelitian ini
bertujuan untuk menguji Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada
perusahaan food and beverages yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

7

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi Perusahaan
Digunakan sebagai informasi atau masukan dalam pengambilan
keputusan tentang struktur modal yang optimal dan dapat meningkatkan
rentabilitas modal sendiri.
b. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan ke
dalam masalah praktis.
c. Bagi Universitas
Sebagai tambahan koleksi perpustakaan, bahan referensi dan bahan
masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah
yang ada.

BAB II
TELAAH TEORI

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan mempunyai hubungan
dengan struktur modal adalah :
a. Penelitian Fitri Santi (2002) yang berjudul ”Determination of Indonesia
Firms Capital Structure: Panel Data Analisis”
Permasalahan:
1. Apakah Tangibility, Growth Opportunity, Size of The Firm, dan
Profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
2. Apakah terdapat pengaruh yang berbeda pada saat periode krisis
ekonomi dan periode sebelum terjadi krisis ekonomi.
3. Apakah klasifikasi industri mempunyai dampak yang signifikan
terhadap Leverage perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang diteliti terdiri dari 87 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dimana diklasifikasikan menjadi
industri pertanian, industri kimia, industri lain-lain, industri barang
konsumen, industri transportasi, industri retail.
1. Tangibility dan Size Firm’s berhubungan positif terhadap semua tipe
Ratio Book and Market Value, Growth Opportunity berhubungan
negatif terhadap semuanya kecuali untuk Short Term Debt Ratio in
Book Value berhubungan positif, Profitability berhubungan negatif

8

9

terhadap semua tipe Ratio Book and Market Value of Long Term
Debt Ratio.
2. Koefisien dummy yang mewakilkan keadaan saat krisis ekonomi
berhubungan positif terhadap semua tipe Ratio Book and Market
Value kecuali untuk Book and Market Value of Long Term Debt
Ratio berhubungan negatif.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa perusahaan di
Indonesia menggunakan lebih banyak pinjaman untuk struktur modalnya
pada saat krisis ekonomi berupa pinjaman jangka pendek.
b. Penelitian Raghuram G. Rajan dan Luigi Zingales (1994) yang berjudul
”What Do We Know About Capital Structure? Some Evidance From
International Data”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
pemilihan struktur modal di negara lain berdasarkan pada faktor-faktor
yang sama dengan yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaanperusahaan di Amerika Serikat. Negara-negara yang diteliti adalah
negara-negara G-7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Italia,
Inggris dan Kanada).
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

struktur

modal

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Tangibility of Assets, The Market
to Book Ratio, Firm Size dan Profitability. Di Amerika Serikat,
Tangibility of Assets dan Firm Size mempunyai hubungan positif
terhadap struktur modal, sedangkan The Market to Book Ratio dan
Profitability mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal.

10

Untuk negara-negara lain, Tangibility of Assets berkorelasi
positif untuk semua negara, The Market to Book Ratio berkorelasi
negatif untuk semua negara kecuali Italia, Firm Size berkorelasi positif
untuk semua negara, kecuali di Jerman yang berkorelasi negatif, dan
Profitability berkorelasi negatif di semua negara kecuali di Jerman.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan struktur
modal di antara negara-negara G-7 hampir sama, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal di Amerika Serikat juga berpengaruh
terhadap struktur modal di negara-negara G-7 yang lain.
c. Penelitian Ike Tri Anggraini (2007) yang meneliti tentang Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Foods and Beverages
Di Bursa Efek Jakarta: Periode Tahun 2001 - 2004.
Permasalahan:
1. Apakah struktur modal perusahaan foods and beverages periiode
tahun 2001 – 2004 dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :
struktur aktiva (tangible assets), Ukuran perusahaan (size),
Operating leverage, Profitabilitas, Likuiditas, dan Pertumbuhan
penjualan (growth sales).
Kesimpulan

dari

penelitian

tersebut

sebagai

variabel

independennya adalah tangible asset (TA), firm size (Size), operating
leverage (DOL), profitabilitas (NPM), likuiditas (CR), growth sales
(GS). Hasil dari penelitian tersebut adalah tangible assets, operating
leverage, profitabilitas, dan likuiditas mempunyai pengaruh yang negatif

11

terhadap struktur modal. Sedangkan firm size dan growth sales
berpengaruh positif terhadap struktur modal.
d. Penelitian Anisa’u Sa’diyah (2007) yang meneliti tentang pengaruh
Assets Tangibility, Size, Growth, Profitability, dan Earning Volatility
Terhadap Leverage Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta:
Dengan Pengujian Pecking Order Theory Atau Static trade Off.
Permasalahan :
1. Apakah perubahan Leverage disebabkan oleh perubahan berbagai
faktor penentu keputusan struktur modal perusahaan.
2. Apakah perusahaan manufaktur di Indonesia lebih cenderung
mengikuti Static Trade Off atau Pecking Order Theory dalam
menetapkan keputusan pendanaan perusahaan.
Faktor– faktor yang mepengaruhi struktur modal yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: Assets Tangibility (Aktiva Tetap),
Size

(Ukuran

Perusahaan),

Growth

(Pertumbuhan),

Profitability

(Profitabilitas), dan Earning Volatility (Volatilitas Pendapatan). Dalam
penelitian ini, Assets Tangibility, Size, Growth, Profitability, dan
Earning Volatility mepunyai pengaruh yang negatif terhadap Leverage.
Kesimpulan

dari

penelitian

tersebut

yaitu,

perusahaan

manufaktur di Indonesia lebih cenderung mengikuti Pecking Order
Theory dalam menetapkan keputusan pendanaan perusahaan. Hal ini
diwujudkan dengan atribut Assets Tangibility, Growth, Profitability, dan
Earning Volatility mempunyai penagaruh terhadap Leverage perusahaan

12

dan mendukung hipotesis POT dalam penentuan keputusan pendanaan
untuk perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
e. Penelitian Dendy Aria Kusuma (2005) yang meneliti tentang pengaruh
Tangibility of Assets dan Profitability terhadap struktur modal pada PT.
Boma Bisma Indra di Surabaya.
Permasalahan :
1. Apakah Tangibility of Assets dan Profitability mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra di
Surabaya.
2. Dari kedua faktor di atas yaitu Tangibility of Assets dan Profitbility
manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap struktur modal
PT. Boma Bisma Indra di Surabaya.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa Tangibility of
Assets dan Profitability mempengaruhi secara signifikan struktur modal
PT. Boma Bisma Indra baik secara simultan atau sendiri-sendiri tidak
terbukti.
1. Penyebab utama Profitability tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap struktur modal pada PT. Boma Bisma adalah meskipun
perusahaan merugi, total hutang perusahaan tetap menurun, dan hal
ini terjadi bukan disebabkan karena pelunasan hutang usaha dan
hutang bank, tetapi karena penurunan Transitoris Passiva, dan
ketika perusahan dapat meningkatkan labanya, hutang perusahaan
juga semakin meningkat, hal ini disebabkan karena perusahaan

13

memerlukan dana yang lebih besar lagi untuk program lay-off
karyawan.
2. Penyebab utama Tangibility of Assets tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra adalah
meskipun aktiva perusahaan terus menurun, perusahaan masih dapat
meningkatkan hutangnya. Hal ini disebabkan karena hutang-hutang
yang digunakan untuk modal kerja, jaminan bukan aktiva tetap,
melainkan adalah tagihan-tagihan proyek yang modal kerjanya
berasal dari hutang-hutang tersebut. Kemudian ketika perusahaan
membutuhkan dana untuk biaya operasional dan biaya lay-off
karyawan, perusahaan tetap mendapatkan hutang tersebut dari
pemerintah, meskipun neraca perusahaan tidak layak untuk
mendapatkan hutang tersebut berasal dari pemerintah dalam hal ini
PT. BPIS dan PT. Krakatau Steel.
Hubungan atau persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang adalah variabel-variabel penelitian sedangkan perbedaannya
adalah waktu dan tempat penelitian sehingga penelitian sekarang bukan
suatu replika dari penelitian sebelumnya.
Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan
oleh Dedy Aria Kusuma (2005), dimana terdapat suatu perbedaan yang
terletak pada subjek penelitian dan penambahan variabel Firm Size.
Subyek penelitian dahulu dilakukan pada PT. Boma Bisma Indra

14

sedangkan subyek penelitin sekarang dilakukan pada perusahaan Food
and Beverages yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Telaah Teori
2.2.1. Asymmetric Information Theory
Asymmetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut
Brighman dan Houston (1999: 35) adalah situasi dimana manajer memiliki
informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan
daripada yang dimiliki investor.
Menurut Asymetric Information Theory (Linda H. Chen, Robert
Lensink and Elmer Sterken, 1998: 14), struktur aktiva dari suatu
perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modalnya, karena
ketika kreditur tidak mempunyai informasi yang akurat mengenai
perusahaan maka Tangibility of Assets perusahaan adalah sumber jaminan
yang paling bisa diterima oleh bank. Perusahaan yang mempunyai
Tangibility of Assets lebih sedikit akan sulit untuk meningkatkan
hutangnya, jadi menurut teori ini Tangibility of Asset berpengaruh secara
positif terhadap struktur modal.
Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Linda H. Chen, Robert Lensink
and Elmer Sterken, 1998: 15).

15

2.2.2. Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun
(1961) sedangkan penamaan Pecking Order Theory dilakukan oleh Myers
(1984) (Husnan, 1996: 324), secara singkat teori ini menyatakan bahwa :
(a) Perusahaan menyukai Internal Financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar
(External Financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan
sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik
opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum
mencukupi, saham baru diterbitkan.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target Debt to Equity Ratio,
karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu Internal dan External. Modal
sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal
sendiri yang berasal dari luar perusahaan.
Menurut Myers (1996) perusahaan lebih menyukai penggunaan
pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas,
laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan
mengacu pada Pecking Order Theory adalah : Internal Fund (dana
internal), Debt (hutang), dan Equity (modal sendiri) (Yuke dan Hadri,
2005: 4).
The Pecking Order Theory (Kathleen M. Kahle and Kuldeep
Shastri, 2002: 7) menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya

16

pertama dari Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas.
Menurut teori ini, perusahan yang

menghasilkan keuntungan lebih

(Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada
perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less Profitable),
karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai
investasinya dengan Retained Earning, jadi menurut teori ini Profitability
berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal.

2.2.3. Modal
2.2.3.1 Pengertian Modal
Perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam
perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan yang menjadi besar,
maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi,
sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang
tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung
begitu banyak dan berbagai rupa aspek (Bambang Riyanto, 2001: 17)
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu
memerlukan modal, tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan
akan mendorong kelancaran usahanya, hal ini berarti bahwa kebutuhan
modal bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karena modal
merupakan suatu faktor produksi, dan apabila suatu perusahaan tidak
didukung oleh tersedianya faktor produksi modal, maka perusahaan tidak
akan berjalan dengan lancar (Artanti, 2007: 16)

17

Modal adalah faktor utama yang menunjang untuk memajukan dan
mengembangkan

perusahaan

serta

meningkatkan

hasil

produksi.

Kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi dengan
menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing dan dapat juga
kombinasi antara kedua sumber tersebut, dari sumber manapun modal
tersebut diperoleh harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul
uuntuk mendapatkan modal tersebut.
Menurut Riyanto (2001: 17), menyatakan bahwa dalam hubungan
ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dimana artian modal
ialah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih
lanjut.
Secara sederhana, modal adalah kelebihan nilai harta yang dimiliki
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut beberapa pakar
ekonomi pengertian modal adalah sebagai berikut:
a. Munawir (2002: 19) mengemukakan, bahwa modal adalah hak atau
bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam
pos modal, surplus dan laba ditahan, dapat juga dikatakan, bahwa
modal merupakan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap
seluruh hutang-hutangnya.
b. Bambang Riyanto (2001: 19) menyimpulkan dari beberapa pendapat
para ahli tentang modal, yaitu modal yang tercatat di sebelah debet
disebut modal konkret dan di sisi kredit adalah modal abstrak atau
dapat digambarkan sebagai modal aktif yang terletak di sisi debet

18

neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana
yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya
adalah modal pasif yang terletak di sebelah kredit neraca yang
menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh.
c. Menurut Atmaja (2003: 115), modal adalah dana yang digunakan
untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal
terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu :
hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa modal
adalah keseluruhan harta atau dana yang ada dalam perusahaan yang
digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.

2.2.3.2. Pemenuhan Kebutuhan Modal
Menurut Riyanto (2001: 187) pemenuhan kebutuhan dana dapat
dibedakan antara cara pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-sendiri
sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai, dan
cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan memandang
semua kebutuhan sebagai satu kesatuan atau satu kelompok.
Sistem pembelanjaan total adalah sistem pemenuhan kebutuhan
dana yang mendasarkan pada perputaran dana yang ditanamkan dalam
kelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai suatu kesatuan, dalam
hal yang demikian akan nampak bahwa ada sebagian dana yang sifatnya
permanen (modal konstan), tertanam dalam aktiva dan ada sebagian

19

dana lainnya yang bersifat variabel (modal variabel), yang berubah-ubah
jumlahnya dari waktu ke waktu (Riyanto, 2001: 188).
Pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa modal permanen
(konstan) adalah sejumlah dana yang minimal harus tersedia selama
perusahaan melaksanakan operasinya dalam satu periode, dan modal
variabel adalah sejumlah dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

2.2.3.3. Biaya Penggunaan Modal
Pemenuhan kebutuhan dana diperlukan dalam struktur modal
yang optimum dengan biaya penggunaan modal yang minimal, sehingga
didapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Menurut Riyanto (2001: 245), bahwa konsep ”Cost of Capital”
(Biaya penggunaan modal atau biaya modal) merupakan konsep yang
sangat

penting

dalam

pembelanjaan

perusahaan.

Konsep

ini

dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil
harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu
sumber.
Perusahaan

yang

memenuhi

kebutuhan

dananya

dengan

mengeluarkan saham preferen, jumlah hasil penjualan saham preferen
lebih kecil daripada harga nominalnya, besarnya biaya penggunaan
modal dari saham preferen atau biaya saham preferen (Cost of Preferred
Stock) adalah lebih besar daripada tingkat deviden yang telah ditetapkan
sebelumnya (Riyanto 2001: 245).

20

Perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan
(Retained Earning) yang disebut Cost of Retained Earning haruslah
disadari bahwa itupun ada biayanya, yaitu sebesar ”Rate of Return”
(tingkat pendapatan investasi) yang diharapkan diterima oleh investor
kalau mereka menginvestasikan sendiri atau ”Rate of Return” yang
diharapkan diterima dari saham (Expected Rate of Return on The Stock)
(Bambang Riyanto, 2001: 245-246).
Konsep Cost of Capital tersebut dimaksudkan untuk dapat
menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masingmasing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata
(Average Cost of Capital) dari keseluruhan dana yang digunakan di
dalam perusahaan (The Firm’s Cost of Capital) (Riyanto 2001: 246).

2.2.4. Struktur Modal
Weston dan Copeland (1992: 4) memberikan definisi struktur
modal, yaitu pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari
modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau
surplus modal dan akumulasi laba ditahan, bila perusahaan memiliki
saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal
pemegang saham.

21

Menurut Bambang Riyanto (2001: 22) struktur modal adalah
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Menurut Kieso dan Weygandt (1995: 263) hutang jangka panjang
terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Kewajiban yang berasal dari situasi keuangan spesifik, seperti
penerbitan obligasi, kewajiban Lease jangka panjang dan wesel bayar
jangka panjang.
2. Kewajiban yang berasal dari operasi biasa perusahaan bersangkutan
seperti kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yang
ditangguhkan.
3. Kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu
kejadian atau lebih di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah yang
harus dibayar, atau siapa yang harus dibayar, atau tanggal pembayaran,
seperti jaminan jasa atau produk dan kontinjensi lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa komponen yang masuk dalam struktur
modal adalah hutang jangka panjang, modal saham biasa, modal saham
preferen, surplus modal dan akumulasi laba ditahan.
Kebijakan struktur modal mencakup tindak pemilihan antara resiko
dan pengembalian yang diharapkan, penambahan hutang akan menaikkan
tingkat resiko arus pendapatan perusahaan, tetapi lebih tingginya hutang
juga berarti lebih besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan.
Tingginya tingkat resiko akan menurunkan harga saham tetapi tingginya

22

tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham
tersebut. Menurut Weston and Brigham (1986: 459) struktur modal yang
optimal adalah keadaan dimana resiko dan pengembalian ini seimbang
sehingga harga saham dapat dimaksimalkan.
Menurut Riyanto (2001: 22) struktur modal ini dibedakan dengan
struktur keuangan. Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur
keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Weston dan
Copeland (1992: 3), yaitu: ”Struktur keuangan adalah cara bagaimana
perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi
kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang
dan modal pemegang saham saja”.
Komposisi pendanaan perusahaan perlu diperhatikan untuk
menentukan struktur modalnya, yaitu dengan mempergunakan dana dari
luar perusahaan berupa hutang jangka panjang dan hak menerbitkan saham
yang

lebih

banyak.

Pemilihan

alternatif

pendanaan

tersebut

memperhatikan kepentingan investor, oleh karena itu, salah satu
pertimbangan investor sebelum melakukan investasi

adalah melihat

struktur modal perusahaan tersebut.
Para kreditor lebih menyukai pemenuhan kebutuhan hutang yang
sedikit untuk memperkecil kerugian yang diderita kreditor jika dilikuidasi.
Sebaliknya,

pemilik

dan

pemegang

saham

lebih

mengutamakan

pemenuhan kebutuhan dana dari hutang, karena menerbitkan saham baru
berarti melepas sejumlah kendali perusahaan, dan apabila perusahaan

23

tersebut berhasil, maka akan diperoleh keuntungan yang lebih besar
daripada yang harus dibayar sebagai bunga, sehingga pendapatan bagi
pemilik akan meningkat, tetapi apabila perusahaan gagal, pemilik
menderita kerugian yang kecil karena investasinya sangat rendah,
kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan keseimbangan antara
resiko dan tingkat pengembalian.

2.2.4.1. Struktur Modal Yang Optimal
Semakin berkembangnya perusahaan akan semakin besar dana
yang

dibutuhkan

perusahaan

tersebut.

Riyanto

(2001:

293)

mengemukakan, apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya
karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari sumber dana intern sudah
digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana
yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang (Debt Financing)
maupun dengan mengeluarkan saham baru (External Equity Financing).
Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal tersebut lebih
diutamakan pada hutang saja maka ketergantungan perusahaan pada
pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya juga semakin
besar. Sebaliknya kalau hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya
akan sangat mahal (Riyanto, 2001: 293), oleh karena itu, perlu
diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber
dana tersebut.

24

Apabila dalam mencari struktur modal yang optimal berdasarkan
pada aturan struktur finansial konservatif, maka dalam keadaan
bagaimanapun juga perusahaan jangan mempunyai jumlah hutang yang
lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain Debt
Ratio jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin
(hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal
sendiri).

2.2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Riyanto (2001: 297) struktur modal suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor, dan faktor-faktor yang utama adalah:
a. Tingkat bunga
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal
apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham
baru atau obligasi. Sebagaimana telah diuraikan bahwa penarikan
obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah
daripada Earning Power dari tambahan modal.
b. Stabilitas dari Earning
Suatu perusahaan yang mempunyai Earning Power yang
stabil akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat
dari penggunaan modal asing. Stabilitas dan besarnya Earning yang
diperoleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan

25

tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau
tidak.
c. Susunan dari aktiva
Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu
modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai
pelengkap.
d. Kadar resiko dari aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam
perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang waktu penggunaan
suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajat resikonya.
e. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai
pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah
modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu
sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya
apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga
tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlulah dicari
sumber yang lain.
f. Keadaan pasar modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan
disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya

26

apabila gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk
menanamkan modalnya dalam saham.
g. Sifat manajemen
Seorang manajer yang bersifat optimis yang memandang
masa depannya dengan cerah, yang mempunyai keberanian untuk
menanggung resiko yang besar, akan lebih berani untuk membiayai
pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang
meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan
beban finansiil yang tetap. Sebaliknya seorang manajer yang bersifat
pesimis, yang serba takut untuk menanggung resiko, akan lebih suka
membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal
dari sumber intern atau dengan modal saham yang tidak mempunyai
beban finansiil yang tetap.
h. Besarnya suatu perusahaan
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar
sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau
tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya
hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya
kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

27

Brigham & Houston (2006: 42), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Stabilitas penjualan.
b. Struktur aktiva.
c. Leverage operasi.
d. Tingkat pertumbuhan.
e. Profitabilitas.
f. Pajak.
g. Pengendalian.
h. Sikap manajemen.
i. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat.
j. Kondisi pasar.
k. Kondisi internal perusahaan.
l. Fleksibilitas keuangan.
Menurut Sartono (2001: 248), ada beberapa factor penting yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal, antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Tingkat penjualan
b. Struktur asset
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan
d. Profitabilitas
e. Variable laba dan perlindungan pajak
f. Skala perusahaan

28

g. Kondisi internperusahaan dan ekonomi makro
Menurut Raghuram G. Rajan dan Luigi Zingales (1994: 22)
struktur modal dipengaruhi oleh Tangibility of Assets, The Market to
Book Ratio, Firm Size, dan Profitability.
Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang
tersebut di atas, dipilih tiga faktor yaitu Tangibility of Assets, Firm size
dan Profitability.

2.2.4.2.1. Pengaruh Tangibility of Assets terhadap Struktur Modal
Tangibility of Assets atau bisa juga disebut sebagai Collateral
Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah bagian Tangible
Assets dari keseluruhan aktiva yang merupakan sumber jaminan yang
paling diterima oleh bank ketika perusahaan akan meminjam uang dan
meningkatkan hutangnya (Kusuma, 2005: 16).
Asymmetric Information Theory atau ketidaksamaan informasi
menurut Brighman dan Houston (2006: 38) adalah suatu situasi dimana
manajer memilki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek
perusahaan daripada investor.
Menurut Asymmetric Information Theory (Linda H. Chen,
Robert Lensink and Elmer Sterken, 1998: 14), struktur aktiva suatu
perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena
Tangibility of Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika
perusahaan meminjam uang ke kreditur untuk meningkatkan

29

hutangnya, ketika kreditur tidak mempunyai informasi yang lengkap
dan jelas mengenai perilaku perusahaan, maka perusahaan dengan
sedikit Tangibility of Assets akan sulit untuk mendapatkan dana dari
hutang, selain itu proporsi yang lebih tinggi dari Tangibility of Assets
berarti ketersediaan jaminan tinggi, sehingga akan mengurangi biaya
hutang.
Zonenschain (1997: 8) menyatakan bahwa perusahaanperusahaan yang mempunyai aset yang besar dan dapat dijadikan
sebagai jaminan (Collateral) mempunyai kemungkinan keberhasilan
yang cukup besar dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat yang
menguntungkan daripada perusahaan lain yang mempunyai Tangibility
of Assets atau Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab
itu perusahaan akan memanfaatkan keuntungan tersebut dengan
menerbitkan hutang lebih banyak daripada modal.
Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Linda H. Chen, Robert
Lensink and Elmer Sterken, 1998: 15).
Beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Tangibility of Assets mempunyai hubungan yang positif dengan
struktur modal perusahaan.

30

2.2.4.2.2. Pengaruh Profitability terhadap Struktur Modal
Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001: 331) rasio-rasio
profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
The Pecking Order Theory (Kathleen M. Kahle dan Kuldeep
Shastri, 2002: 7) menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya
pertama dari Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari
ekuitas. Menurut teori ini, perusahaan yang menghasilkan keuntungan
lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah
daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less
Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih
mampu mendanai investasinya dengan Retained Earning.
Menurut Linda H. Chen, Robert Lensink and Elmer Sterken,
(1998: 16) The Pecking Order Theory menyatakan adanya hubungan
negatif antara struktur modal dan Profitability, jika suatu perusahaan
untuk menandai proyek-proyeknya dengan Retained Earning daripada
dengan hutang.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
Profitability mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur
modal.

31

2.2.4.2.3. Pengaruh Firm Size terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan (Firm Size) menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan, perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Linda H. Chen,
Robert Lensink and Elmer Sterken, 1998: 15).
Menurut Zonenschain (1997: 9) menyatakan bahwa perusahaan
yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, dimana
tingkat kebangkrutanya lebih rendah daripada perusahaan kecil,
semakin

besar

suatu

perusahaan,

ada

kecenderungan

untuk

menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
Perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang besar lebih
banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal,
sedangkan perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang kecil,
lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur
modal perusahaan.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Firm
Size mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal.
2.2.5. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2000: 17).

32

Sedangkan laporan keuangan dalam Ikatan Akuntan Indonesia
(2007: 1) laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahaan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai arah misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana)
catatan dan pelaporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan.

2.2.5.1. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan maksud untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan pada suatu saat, serta
perubahan posisi keuangan untuk suatu periode sebagai hasil dari
kegiatan usaha yang dilaksanakan.
Adapun tujuan dari laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (2007: 3), yaitu untuk :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan kinerja
serta posisi keuangan suatu perusahaan.
2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.

2.2.6. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

33

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio
keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi
keuangan perusahaan (Harahap, 2002: 297).

2.2.6.1. Macam-Macam Rasio Keuangan
Macam rasio keuangan banyak sekali karena dapat dibuat
menurut kebutuhan penganalisa laporan keuangan. Menurut Bambang
Riyanto (2001: 331) analisa rasio keuangan dikelompokkan dalam empat
kelompok rasio :
1. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek
tepat pada waktunya (macam-macam jenis rasio likuiditas : Current
Ratio, Cash Ratio, Quick Ratio, Working Capital to Total Assets
Ratio).
2. Rasio Leverage
Merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar perusahaan dibiayai dengan hutang (macam-macam jenis
Leverage : Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Capital
Assets, Long Term Debt to Equity Ratio, Tangible Assets Debt
Coverage, Times Interest Earned Ratio).

34

3. Rasio Aktivitas
Merupakan rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumbersumber dananya (macam-macam rasio aktivitas : Total Assets
Turnover, Receivable Turnover, Average Collection Periode,
Inventory Turnover, Average Day’s Inventory, Working Capital
Turnover).
4. Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan, rasio ini mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh
besar

kecilnya

tingkat

keuntungan

yang

diperoleh

dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi (macam – macam
rasio profitabilitas : Gross Profit Margin, Operating Profit Margin,
Operating Ratio, Sales Margin, Earning Power of Total Investment,
Rate of Return on Investment, Rate of Return on Net Worth).

2.2.6.2. Tujuan Analisa Rasio Keuangan
Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.
Dengan penyederhanaan ini kita dapat membandingkannya dengan rasio
lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian (Harahap, 2002: 297).

35

2.3. Kerangka Pikir
Menurut Asymmetric Information Theory (Linda H. Chen, Robert
Lensink and Elmer Sterken, 1998: 14), struktur aktiva dari suatu perusahaan
mempunyai dampak langsung pada struktur modalnya, karena ketika
kreditur tidak mempunyai informasi yang akurat mengenai perusahaan maka
Tangibility of Assets perusahaan adalah sumber jaminan yang paling bisa
diterima oleh bank. Perusahaan yang mempunyai Tangibility of Assets lebih
sedikit akan sulit untuk meningkatkan hutangnya. Jadi menurut teori ini,
Tangibility of Assets berpengaruh secara positif terhadap struktur modal.
The Pecking Order Theory (Kathleen M. Kahle dan Kuldeep Shastri,
2002: 7) menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari
Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori
ini, perusahan yang

menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan

mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang
menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang
menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan
Retained Earning. Jadi menurut teori ini, Profitability berpengaruh secara
negatif terhadap struktur modal.
Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Linda H. Chen, Robert Lensink
and Elmer Sterken, 1998: 15). Menurut Claudia Nessi Zonenschain (1997:
9) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki
tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil,

36

semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan
jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lebih
kecil. Jadi menurut teori ini, Firm Size berpengaruh secara positif terhadap
struktur modal.
Ketiga teori tersebut dapat dibuat kerangka pikir dan hipotesis
sebagai berikut:
Tangibilty of Assets
(X 1 )

Profitability
(X 2 )

Struktur Modal
(Y)

Firm Size
(X 3 )

Uji Statistik
Regresi Linear Berganda

2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori tersebut di
atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
- Bahwa Tangibility of Assets berpengaruh positif terhadap struktur modal.
- Bahwa Profitability berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
- Bahwa Firms Size berpengaruh positif terhadap struktur modal.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti-arti menspesifikasi kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variabel tersebut.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Struktur Modal sebagai variabel terikat (Y), sedangkan Tangibility of Assets
(X 1 ), Profitability (X 2 ) dan Firm Size (X 3 ) sebagai variabel bebas.
Definisi operasional masing-masing variabel tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X)
1.

Tangibility of Assets (X 1 )
Tangibility of Assets atau biasa disebut sebagai Collateral
Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah merupakan
bagian jaminan dari keseluruhan aktiva, dimana merupakan sumber
jaminan yang paling diterima oleh bank ketika perusahaan akan
meminjam uang (Kusuma, 2005: 16).
Tangibility of Assets diukur dengan menggunakan rasio
aktiva tetap terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah
skala rasio dan dinyatakan dalam persentase.

37

38

Tangibility of Assets =

2.

Fixed Assets
X 100%
TotalAsset s
(Fitri Santi, 2003: 247)

Profitability (X 2 )
Profitability

adalah

kemampuan

perusahaan

dalam

memperoleh laba.
Profitability diukur dengan menggunakan rasio Return on
Assets. Return on Assets (ROA) merupakan rasio laba (rugi)
sebelum pajak terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah
skala rasio dan dinyatakan dalam persentase.
Profitability =

EBIT
X 100%
Total Assets
(Moeljadi, 2006: 53)

3.

Firm Size (X 3 )
Ukuran perusahaan (Firm Size) dalam penelitian ini diukur
dengan logaritma aktiva perusahaan.
Firm Size = { log (Total Aktiva) }
(Setiawan Rahmat, 2006: 326)

b. Variabel Terikat (Y)
Struktur Modal (Y)

39

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri.
Struktur modal diukur dengan menggunakan Long Term Debt
to Equity Ratio yang merupakan rasio total hutang jangka panjang
terhadap total modal sendiri. Skala pengukurannya adalah skala rasio
dan dinyatakan dalam persentase. Long Term Debt to Equity Ratio
menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan hutang jangka panjang.
Long Term Debt to Equity Ratio =

Total Long Term Debt
X 100%
Total Equity

(Moeljadi, 2006: 52)

3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Pada penelitian ini semua anggota dari populasi diteliti. Populasi
disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi objek penelitian
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.
Populasi dari penellitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang Food and Beverages yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sejumlah 20 perusahaan.

40

3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,
2004: 44), sedangkan teknik penenetuan sampel y

Dokumen yang terkait

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 113

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAGERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 80

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 88

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 – 2008.

1 8 93

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI KASUS PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI KASUS PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 14

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAGERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 21

ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 9