PEMIKIRAN TASAWUF DAN TAREKAT PERSPEKTIF ABOEBAKAR ATJEH TAHUN 1948-1977 - Test Repository

  

PEMIKIRAN TASAWUF DAN TAREKAT

PERSPEKTIF ABOEBAKAR ATJEH

TAHUN 1948-1977

  

Skripsi

Diajukan Untuk Dipertahankan

Dalam Ujian Sidang Sarjana Humaniora

  

Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam

Oleh:

LUTHFI KAIFAHMI

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

PEMIKIRAN TASAWUF DAN TAREKAT

PERSPEKTIF ABOEBAKAR ATJEH

TAHUN 1948-1977

  

Skripsi

Diajukan Untuk Dipertahankan

Dalam Ujian Sidang Sarjana Humaniora

  

Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam

Oleh:

LUTHFI KAIFAHMI

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Tidak ada hasil terindah selain hasil karya sendiri, Ijhad wala taksal wa la taku

ghofilan fanadamatul ‘uqba liman yatakasal, Bersungguh-sungguh dalam belajar

jangan pernah menyerah”

PP. GONTOR

  

PERSEMBAHAN

  Untuk seluruh keluarga dan sahabat-sahabat SEJARAH PERADABAN ISLAM di

  IAIN SALATIGA

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

  Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya. Berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, sang pemberi syafa’at di kelak akhir zaman, beserta para keluarga, sahabat dan para pengikut-pengikutnya.

  Dengan mengucap syukur yang tak tergambarkan dalam sebuah goresan pena, Alhamdulillah Skripsi dengan judul

  “ Pemikiran Tasawuf Dan Tarekat Perspektif Aboebakar Atjeh Tahun 1948- 1977” telah terselesaikan, disusun guna sebagai

  salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar S1 Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak, dari teman keluarga, dosen dan semuanya yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.

  3. Bapak Haryo Aji Nugroho, S.Sos. M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing.

  5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Salatiga.

  6. Kepada keluarga, Bapak dan Ibu yang telah mempercayai saya untuk menempuh studi S1 dan yang mengasuh saya sejak kecil. Adek saya Aghnia Chairani, Kakak saya Latifatul Baroroh dan suami Sudarto, Bude Dian, Pakde Muhlasin, Bulik Istirokah, Bulik Dah dan Pak Agus, Lik Ibul dan Bulik Puri, Lik Mami dan Mbak Nuning, seluruh keluarga Zubaidi Family yang selalu mensuport penyelesaian Skripsi ini.

  7. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Sejarah Peradaban Islam Angkatan I, Mbak Eli, Mbak Tatik, Tiara Sofiana, Ika Putri Mahanani, Ingkan Dhika Pratiwi, Nur Sirojudhin, Qisthi Faradina Ilma Mahanani, Muhammad Sam’ani, Muhammad Sopi Sholeh, Sholeh Rubiyanto, M.Luthfi Kharis, Erni Sulistyo, M. Nur Faizin, Laela Kurnia, M.Qosim M, Fera Askiya, Syarifatul Ulpa, Rifkhan Eko Susanto, Ikhsan Maulana, Wildan, Rohib, dan semua rekan satu Jurusan khususnya.

  8. Kepada rekan KKN DESA GIYANTI, Ninik, Shinta, Mumun, Anis, Dewi, Mujib, Huda, Okta.

  9. Seluruh Dosen, teman, rekan, sahabat-sahabat, kawan yang lainnya di

  IAINSalatiga, serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini.

  Kepada mereka semua penulis tidak bisa memberikan apa-apa, hanya ucapan terimakasih tulus yang dapat penulis berikan kepada semuanya serta do’a semoga Allah memberikan balasan dari semua kebaikan mereka.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hanya harapan yang penulis berikan agar skripsi ini dapat membuka wawasan keilmuan untuk pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

  Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

  Salatiga, 24 September 2017 Penulis

  Luthfi Kaifahmi NIM : 216 13 018

  

PEMIKIRAN TASAWUF DAN TAREKAT PERSPEKTIF ABOEBAKAR

ATJEH TAHUN 1948-1977

Oleh : Luthfi Kaifahmi

NIM : 216-13-018

  

ABSTRAK

  Salah satu persoalan utama yang selalu ramai diperbincangkan dan menjadi perdebatan sepanjang zaman adalah masalah ketuhanan. Hubungannya dengan ketuhanan, ilmu tasawuf merupakan kajian ilmu yang sering membahas tentang pengartian Tuhan. Permasalahan tentang tasawuf atau ajaran tarekat merupakan topik yang sering disinggung dalam karya oleh Aboebakar. Pada bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Tarekat, Aboebakar banyak menerangkan masalah ajaran tasawuf, serta persoalan tarekat. Tasawuf merupakan salah satu ilmu untuk mempelajari bagaimana cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketertarikan dengan Karya Aboebakar adalah karyanya yang berbeda dengan penulis lain dengan penemuan titik permasalahan dari sebuah topik permasalahan. Tujuan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengangkat peran Aboebakar dalam sumbangan karya intelektualnya kepada kaum intelektual di Indonesia.

  Penelitian ini merupakan penelitian Sejarah dengan metode penelitian sejarah (Library Research) Sumber data diperoleh dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penggabungan metode deskritif kritis, kualitatif, komparatif dan analisis. Untuk menemukan sebuah kesimpulan mengenai pemikiran Aboebakar Atjeh. Melalui karya Aboebakar Atjeh mengenai tasawuf, kita dapat belajar banyak mengenai bagaimana ilmu tasawuf muncul pada awalnya, dan bagaimana ilmu tersebut berkembang. Pemahaman mengenai tasawuf dalam buku Aboebakar Atjeh disebutkan sebagaimana ada beberapa konsep dalam tasawuf yaitu

  syari’at, tarekat,

  dan hakekat ma’rifat. Perbedaan antara pemikiran Aboebakar Atjeh dengan tokoh intelektual muslim lainnya di era awal kemerdekaan adalah dalam penulisannya ia membandikan titik-titik permasalahan dari suatu persoalan. Aboebakar Atjeh merupakan tokoh intelektual muslim yang tekun dan cerdas pada masa awal kemerdekaan. Pemikiranya tentang tasawuf dikenal sebagai sebuah kajian ilmu mistik mengenai bagaimana hubungan manusia dengan tuhannya dapat terjalin dengan baik.

  Kata Kunci: tasawuf tarekat syari’at, tarekat, hakekat, ma’rifat

  DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ..................................................... i

HALAMAN BERLOGO ..................................................... ii

HALAMAN JUDUL ..................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................ vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................ vii

KATA PENGANTAR .................................................... viii

ABSTRAK ................................................................ xi

DAFTAR ISI ................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. .....................................................

  1 Latar Belakang B. .............................

  6 Batasan dan Rumusan Masalah C. .................

  6 Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian D. .........................................

  7 Kerangka Konseptual E. .....................................................

  8 Tinjauan Pustaka

  F.

  35 C. Hubungan Tasawuf dan Tarekat ..................................

  Kesimpulan .............................................................................. 55 B. Saran ........................................................................................... 57 C. Penutup ..............................................................................

  50 BAB V. PENUTUP A.

  45 B. Relevansi pemikiran Aboebakar Atjeh Terhadap Perkembangan Intelektual Islam di Indonesia .................................................

  Tinjauan Krisis Terhadap Pemikiran Aboebakar Atjeh ....

  ABOEBAKAR ATJEH A.

  42 BAB IV. ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN TASAWUF PERSPEKTIF

  31 B. Pemikiran Aboebakar Atjeh Tentang Tarekat ..........

  Metode Penelitian ........................................................

  Pemikiran Aboebakar Tentang Tasawuf ......................

  24 BAB III. PEMIKIRAN ABOEBAKAR ATJEH A.

  20 C. Karya-Karya Aboebakar Atjeh .................................

  18 B. Perjuangan dan Prestasi Aboebakar Atjeh ....................

  Latar Belakang Kehidupan Aboebakar Atjeh .....................

  17 BAB II. BIOGRAFI ABOEBAKAR ATJEH A.

  11 G. Sistematika Penulisan ........................................................

  58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan daerah yang memiliki penduduk muslim cukup

  banyak. Sebagai daerah yang mayoritas beragama muslim, Aceh memiliki julukan sebagai Serambi Mekkah. Banyak ulama muslim yang menyebarkan ajaran-ajaranya disana. Salah satu ajaran yang berkembang pada awal masuknya Islam di Aceh adalah ajaran dari para Sufisme yang membawa ajaran tasawuf. Seiring dengan pekembangan intelektual di nusantara, banyak para ulama dan tokoh-tokoh intelektual muslim yang muncul dari daerah Aceh maupun daerah di luar Aceh. Salah seorang intelektual muslim yang berasal dari Aceh salah satunya adalah Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh.

  Aboebakar merupakan tokoh intelektual yang lahir pada tahun 1909 di Peureumeu, Kabupaten Aceh Barat. Ia dikenal sebagai pakar dalam penyiaran, penelitian dan kebudayaan. Aboebakar adalah nama aslinya, Aboebakar Atjeh lahir di Peureumeu pada 18 April 1909, Kabupaten Aceh Barat, dari pasangan ulama, Ayahnya adalah Teungku Haji Syeh Abdurrahman. Ibunya bernama Teungku Hajjah Naim. Wafat pada 18 Desember 1979 di Jakarta, dan

  1

  dimakamkan di Pemakaman Karet Jakarta. Beliau sering dijuluki dengan 1 “Ensiklopedia Berjalan”, berkat kepandaiannya. Banyak karya Aboebakar

  Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh , Aliran Syi’ah di Nusantara (Jakarta: Yayasan Alhassanain as.) Hal. 67 yang cukup terkenal. Salah satunya adalah tulisannya tentang Tasawuf dan Tarekat yang diterbitkan pada media cetak di Yogjakarta di masa ketika Aboebakar mengemban ilmu di Yogjakarta, serta karya Aboebakar lainnya yang turut memberikan kontribusi untuk kemajuan intelektual di Indonesia khususnya dan untuk dunia keilmuan Islam pada umumnya. Dari berbagai macam karya Aboebakar, hanya beberapa yang telah dicetak ulang.

  Melalui karya tulisnya Aboebakar terkenal dan masuk dalam buku tentang Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh di Indonesia yang ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza. Tidak hanya terkenal dengan kecerdasannya, Aboebakar juga merupakan seorang yang aktif dalam pengelolaan perpustakaan, penulisan sejarah monument nasional serta aktif di beberapa organisasi, seperti sebagai orang yang ikut andil dalam pendirian Muhamadiyah di Kutaraja. Namun setelah beliau meninggal pada tahun 1979 kini hanya dapat dikenang melalui beberapa karyanya yang dicetak ulang oleh penerbit. Karya Aboebakar dikenal sebagai salah satu sumber ilmu dalam mempelajari ilmu tarekat dan tasawuf meskipun tidak fokus dalam permasalahan itu saja. Beliau juga pernah menulis sejarah tentang Wahid Hasyim pada masa sepeninggalan Wahid Hasyim sebagai satu kenangan untuk menggambarkan sosok Wahid Hasyim semasa hidupnya.

  Permasalahan tentang tasawuf atau ajaran tarekat merupakan topik yang sering disinggung dalam karya Aboebakar. Pada bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Tarekat, Aboebakar banyak menerangkan masalah ajaran tarekat, serta persoalan tasawuf. Tasawuf merupakan salah satu ilmu untuk

  2

  mempelajari bagaimana cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Pengertian tentang tasawuf juga diartikan sebagai sebuah ilmu mistik dimana seseorang akan menemui keikhlasan hati dalam beribadah ketika telah mencapai tingkatan tertinggi atau tingkatan puncak pada ilmu tasawuf. Untuk mempelajari ilmu tasawuf ada beberapa hal yang sering disebut dan erat kaitanya, yaitu mengenai sufisme dan syariah. Sufisme merupakan orang yang melupakan dirinya, dan hidup dalam cahaya pandang ilahi, yang tidak begitu

  3

  peduli akan dirinya atau juga sesuatu yang lain. Syariah berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah melalui rasul-Nya, dan berarti sesuai dengan

  4

  agama yang diajarkan Rasul. Untuk lebih mudahnya Tasawuf merupakan ilmu, syari’ah merupakan tuntunannya, Sufi merupakan orang yang melakukan. Adapun syari’ah sebagai tuntunan, Tarekat sebagai alat untuk melakukan syari’at itu hingga akhirnya ketika syari’at dan tarekat telah dikuasai lahirlah yang dinamakan hakekat, tidak lain merupakan keadaan atau

2 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Jakarta: FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan, 1966)

  3 hal. 8 Dr. Muhammad Abd.Haq Ansari, Antara Sufisme dan Syari’ahí (Jakarta Utara: CV. Rajawali, 1990) 4 hal.41 Dr. Muhammad Abd.Haq Ansari,

  Antara Sufisme dan Syari’ahí (Jakarta Utara: CV. Rajawali, 1990) hal.103 ahwal, sedangkan tujuan akhirnya adalah ma’rifat, yaitu mengenai dan

  5 mencintai Tuhan dengan sebaik-baiknya.

  Tasawuf dan Fiqh bisa diartikan sebagai sebuah tuntunan dalam Islam, namun kedua hal ini memiliki perbedaan yang terkadang menjadi titik persoalan dalam penentuan sebuah syari’at. Konsep ketuhanan yang sering dibahas dalam tasawuf merupakan bagian yang akan sering disinggung.

  Ketika membahas kepercayaan manusia, maka akan ditemukan dihampir semua manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam ini. Orang Yunani kuno menganut paham politheisme (keyakinan banyak Tuhan), bintang adalah Tuhan (dewa), venus adalah Tuhan kecantikan, Mars adalah Dewa Peperangan, Minerva adalah Dewa Kekayaan. Sedangkan Tuhan tertinggi adalah Apollo atau Dewa Matahari. Berbagai macam kepercayaan dan mengenai konsep Tuhan memiliki perspektif yang berbeda-beda. Tuhan dalam kaitannya dengan tasawuf pun akan memilki arti yang berbeda-beda

  6

  pada setiap orang. Seperti dalam karya Aboebakar Atjeh mengenai pemikiran Ibn Arabi, dimana Ibn Arabi mengartikan Tuhan sebagai segala zat yang ada diantara seluruh makluk , keadaan dan segala zat yang hidup kekal ataupun segalanya yang tak tergambarkan dengan kata-kata. Dengan perkataan Ibn Arabi yang penuh makna filosofis, Aboebakar berusaha menggambarkan

5 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Jakarta: FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan, 1966)

  6 hal.IX

Prof.Dr.HM. Amin Syukur, MA, Menggugat Tasawuf (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,2002) Hal. 45 pemikiran seorang tasawuf yang telah mencapai pada tingkatan hidup yang

  7 tak tergambar oleh manusia biasa.

  Hal-hal mengenai Tarekat dan Tasawuf dibahas Aboebakar dalam karyanya yang berjudul Pengantar Ilmu Tarekat. Hal ini yang menjadi keunikan karya-karya Aboebakar Atjeh dimana sebagai salah satu tokoh dalam dunia keislaman ia dapat menyajikan sumber pengetahuan dengan menyisipkan pengetahuannya tentang ajaran sufi ataupun tasawuf hampir disetiap karyanya. Tidak hanya dapat dikatakan seorang yang cukup aktif sebagai penulis buku keislaman, Aboebakar Atjeh juga dikenal sebagai tokoh yang cerdas.

  Pada masa-masa mudanya Aboebakar aktif di sejumlah ormas dan partai. Pada 1923 aktif di Aceh Barat, pada 1924 diAboeakar Aceh bekerja di Departemen Agama, membantu menteri dalam urusan penataan pelayanan haji. Selanjutnya, dipercaya oleh Kyai Wahid memimpin jama ’ah haji ke Mekkah pada 1953. Karena keluasan ilmu dan kacakapannya dalam tulis- menulis, ia dipercaya mengomandani bidang publikasi Departemen Agama, sebelum kemudian menjadi staf ahli Menteri Agama. Setelah Pemilu 1955, ia

7 Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh, Wasiat Ibn Arabi, (Bandung : Sega Arsy.2016) hal.7

  yang dikenal tawadlu dan tidak suka menonjolkan diri itu masuk menjadi

  8 anggota Konstituante mewakili Partai NU.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pemikiran Aboebakar dalam bidang keislaman khususnya pemikiran Aboebakar Atjeh mengenai Tasawuf. Dengan melihat karya Aboebakar Aceh yang memberi kontribusi dalam keilmuan islam setidaknya dapat menggugah kembali kepada peneliti lain untuk mengkaji karya-karya Aboebakar Atjeh.

  B. Batasan dan Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini batasan mulai tahun 1948-1977. Bedasarkan persoalan yang telah digambarkan dalam latar belakang permasalahan diatas maka akan dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana konsep pemikiran Aboebakar Atjeh Tentang Tasawuf? 2. Bagaimana relevansi pemikiran Aboebakar Atjeh Tentang Tasawuf dalam dunia keislaman?

  C. Tujuan

  Bedasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain adalah:

  8 https://id.wikipedia.org/wiki/Aboebakar_Atjeh

  1. Mengetahui bagaimana Aboebakar Atjeh memandang islam terutama dalam bidang tasawuf dan beberapa ajaran-ajaran yang dituntunkan dalam Islam.

2. Mengetahui relevansi pemikiran Aboebakar Atjeh Tentang Tasawuf dalam dunia keislaman.

D. Kerangka Konseptual

  Penggunaan konsep dalam suatu penelitian merupakan suatu bagian yang penting untuk menyusun kategori-kategori dalam menyusun sebuah hipotesis, yang melalui bermacam kritik dan interpretasi data, serta

  9 memperlihatkan kriteria yang dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu.

  Untuk memenuhi seluruh maksud tersebut, kajian mengenai tasawuf ini merupakan dari beberapa buku tentang tasawuf seperti karya Aboebakar Atjeh mengenai makna tasawuf merupakan suatu kajian ilmu mengenai pembentukan akhlak manusia untuk membersihkan diri dalam beribadah kepada Allah. Dalam ajaran Tasawuf diterangkan bahwa syari’at itu hanya peraturan belaka, tarekatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan syari’at, apabila syari’at dan tarekat sudah dikuasai maka lahirlah hakikat dan

  10 tujuan akhirnya adalah ma’rifat.

  9 10 A.Muchsin, Tasawuf Di Aceh Dalam Abad XX (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003)hal.27

Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Jakarta: FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan, 1966)

Hal.IX

  Tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung dari sudut pandang yang digunakan. Ada tiga sudut pandang dalam memahami arti tasawuf yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang dan manusia sebagai makhluk ber- Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya

  11 kepada Allah swt.

E. Tinjauan Pustaka

  Dari hasil penelusuran sumber dari beberapa perpustakaan baik online maupun secara langsung, ditemukan tulisan mengenai penulisan topik yang hampir sama dengan pembahasan dalam skripsi ini diantaranya desertasi yang ditulis oleh Misri A. Muchsin, dengan judul Tasawuf di Aceh Abad XX studi

  12 pemikiran Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba (1907-1983). Kajian tasawuf hampir sama dengan topik yang akan ditulis, namun pada tulisan Misri A.

  Muchsin lebih fokus pada tasawuf saja. Dalam tulisannya juga mengambil dari tokoh dari Aceh yaitu Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba, dimana dalam karya A. Muchsin ini menerangkan bagaimana tasawuf dapat memunculkan 11 ilmu tarekat yang terbagi dalam beberapa macam. Mengenai tasawuf yang 12 Esoterik: Jurnal Akhlak Tasawuf Vol 2 Nomor 1 2016 hal. 147

Misri A. Muchsin, dengan judul Tasawuf di Aceh Abad XX studi pemikiran Teuku Haji Abdullah

  Ujong Rimba (1907-1983). akan diterangkan pada skripsi ini hanya sedikit gambaran mengenai pemikiran Aboebakar Aceh tentang islam yang sering membahas mengenai ilmu taswuf dan sufisme meskipun banyak karya beliau yang lain berkaitan dengan masalah keislaman.

  Sumber data kedua diambil dari karya-karya Aboebakar Atjeh mengenai tulisanya berkaitan dengan keislaman seperti buku yang berjudul Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia Karya Aboebakar Atjeh. Buku ini diterbitkan oleh Ramdhani Solo pada cetakan pertama Tahun 1971. Isi dari buku ini menceritakan tentng bagaimana Islam masuk ke Indonesia dari awal mula munculnya ajaran Islam di kawasan ujung pulau Sumatera, Perlak dan Pasai. Dalam tulisannya ini pula diterangkan perbandingan sumber sejarah dari barat serta sumber dari timur untuk membandingkan bagaimana penulisan sejarah oleh orang barat dan bagaimana pula penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang timur. Buku ini juga membahas mengenai madzhab pertama yang muncul dikawasan Aceh seperti syiah dan m adzhab Syafi’i.

  Karya Aboebakar Atjeh lainnya yang membahas tentang masalah keislaman yaitu Pengantar Ilmu Tarekat dan Tasawuf (uraian tentang mistik) diterbitkan pada tahun 1966, cetakan yang kedua, penerbit FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan Jakarta. Pada buku ini dibahas hal berkaitan dengan masalah ajaran tasawuf yang sering disebut pula sebagai ajaran tentang mistik.

  Cukup banyak yang dibahas dalam buku ini mengenai tarekat, sufi, serta macam ajaran tarekat yang ada. Pengertian sufi menurut buku karangan

  Aboebakar, sufi adalah Golongan yang mementingkan kebersihan hidup batin, baik bagi orang-orangnya yang dinamakan orang-orang Sufi, nama ilmunya

  13 disebut Tasawwuf.

  Dalam Desertasi Misri A. Muchsin, dengan judul Tasawuf di Aceh Abad XX studi pemikiran Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba (1907-1983), dibahas mengenai pemikiran tasawuf pula yang membahas bagaimana tasawuf berkembang di Aceh dengan masyarakatnya yang sangat kental dengan ajaran islam. Hal itu mencerminkan budaya orang aceh yang cukup kuat untuk menanamkan nilai-nilai dari ajaran tasawuf dalam masyarakatnya. Kaitannya dengan karya Aboebakar Atjeh mengenai Tarekat dan tasawuf adalah bagaimana tidak mungkin tulisan Aboebakar Atjeh banyak membahas tentang ajaran sufi, tasawuf dan tarekat. Disamping latar belakang keluarga yang agamis, lingkungan hidupnya pula juga dapat mempengaruhi pemikiran beliau untuk mengkaji ilmu tarekat dan tasawuf. Dalam desertasi tersebut banyak membahas juga tentang perkembangan tasawuf di Aceh pada abad

  XX. Mengenai isi pembahasan tentang tasawuf hampir sama dengan skripsi ini namun menurut perspektif yang berbeda dari Aboebakar Atjeh, mengenai bagaimana corak pemikiran mereka sehingga dapat menarik untuk dikaji.

  Melihat karya lain dari skripsi mengenai Wahdatul Wujud yang ditulis 13 oleh uswatun khasanah, mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Dalam

  

Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Jakarta: FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan, 1966) Hal.8 tulisannya dapat dilihat ajaran Ibn Arabi yang merupakan ulama sufi namun memiliki pemikiran cukup mendalam hingga dianggap sebagai keyakinannya merupakan aliran sesat dengan menganggap masalah fiqh dimasukkan kedalam ilmu tasawuf dan melontarkan pengertian tentang fiqh tidak seperti yang dimaksudkan oleh ajaran fiqh. Wahdatul Wujud merupakan suatu konsep yang dikenalkan Ibn Arabi melalui ilmu tasawuf dengan pemikiran falsafinya, dimana dalam konsep Wahdatul Wujud atau Wujudiyah Ibn Arabi dan murid-muridnya berusaha menggambarkan tentang realitas Tuhan sebagai wujud mutlak dari semua yang ada. Ibn Arbi merupakan seorang sufi yang mencapai tingkatan puncak hingga dalam ajaran wahdatul wujudnya ia mengungkapkan wujud Tuhan dengan memaknainya menggunakan ilmu tasawuf yang diamalkannya sampai tingkatan puncak, hal itu mempengaruhi para ahli tasawuf setelahnya hingga muncul ajaran islam kejawen pemikiran beliau yang mengatakan bahwa manusia dapat menyatu dengan tuhan menjadi satu kajian yang menarik hingga ada sebuah karya dari Aboebakar yang

  14 berjudul Wasiat Ibn Arabi.

F. Metode Penelitian

  Dalam penelitian skripsi ini metode yang digunakan adalah metode 14 penelitian sejarah yaitu dimulai pengumpulan sumber (heuristik) mencari dan

  

Uswatun Khasanah, Konsep Wadatul Wujud Ibn Arabi dan Manunggaling Kawulo Gusti Ranggawarsita, (Semarang: UIN Walisongo.2015)Hal.156 mengumpulkan sumber sebagian besar dilakukan melalui kegiatan bibliografis. Laboratorium penelitian bagi seorang sejarawan adalah perpustakaan, dan alatnya yang paling bermanfaat adalah katalog. Disaat sekarang kerja heuristik sudah diatur sedemikian rupa, sehingga tidak lagi menyusahkan sejarawan. Koleksi bibliografis sudah dikembangkan sedemikian profesional, sehingga usaha pencarian buku sumber dipermudah

  15

  dan dipercepat. Melihat dari buku karya A.Daliman yang dimaksudkan dipermudah dalam menemukan koleksi bibliografias ialah dengan kemajuan teknologi dan pola pikir manusia kini mencari bibliografi atau sumber-sumber sejarah bisa lebih mudah dilihat dari banyak perpustakan yang mendukung keberadaan sumber, media massa yang kini sudah dibuat sedemikian rupa dengan mengumpulkan kembali pecahan sumber yang mampu diakses melalui smartphone maupun media lain. Dibalik hal itu kini banyak masyarakat yang mulai menyadari akan pentingnya sebuah dokumen baik resmi maupun dokumen pribadi. Selain itu penelitian sejarah telah diolah menjadi suatu hal menarik yang dapat dijadikan pendukung untuk membangun potensi pada daerah tertentu ataupun mengangkat peran suatu tokoh di masa lalu.

  Pada penelitian ini sumber yang di ambil adalah buku-buku tentang karya Aboebakar Atjeh sebagai sumber utama serta beberapa buku sumber lainnya melalui penelusuran pustaka. Berikut metode dalam penelitian 15 sejarah:

A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.52

1. Heuristik

  Menurut terminologinya heuristik dari bahasa Yunani heuristiken yaitu mengumpulkan atau menemukan sumber. Proses heuristik memiliki beberapa pengelompokan jenis sumber seperti sumber umum dan sumber khusus. Sumber sejarah bersifat umum dapat diggunakan sebagai sumber bagi hampir setiap cabang ilmu sejarah. Sedangkan sumber sejarah yang bersifat khusus hanya dapat digunakan untuk salah satu cabang ilmu

  16

  sejarah saja. Sumber primer atau sumber khusus dalam penelitian ini adalah berupa karya-karya Aboebakar Atjeh. Buku Aboebakar yang mejadi sumber primer pada penelitian ini antara lain bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Tarekat, Wasiat Ibn Arabi, Selain sumber primer adapula sumber sekunder yang sesuai dengan masalah yang diteliti, sumber sekunder yang penulis gunakan diantaranya yaitu, karya Aboebakar ASWAJA, Perbandingan Fiqh Lima Madzhab, Skripsi Wahdatul Wujud, Desertasi Pemikiran Tasawuf di Ujong Rimba, Metode Penelitian Sejarah serta buku lain berkaitan dengan topik penelitian ini.

  Penulis juga mengadakan penelitian lapangan di berbagai perpustakaan, seperti: Perpustakaan Jurusan SPI IAIN Salatiga, Perpustakaan IAIN Salatiga, Perpustakaan Daerah Kota Salatiga, Badan Arsip Daerah Kota Yogyakarta, Perpustakaan Provinsi Yogjakarta, Perpustakaan UIN 16 Yogjakarta serta Perpustakaan Boyolali. Sumber khusus dan sumber

A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.53

  umum dalam penelitian ini cukup banyak namun lebih fokus kepada karya Aboebakar tentang Islam. Untuk langkah selanjutnya dalam metode penelitian sejarah adalah kritik sumber.

2. Kritik sumber (verifikasi)

  Kritik sumber merupakan langkah yang dilakukan untuk menguji kebenaran melalui proses validasi terhadap fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah. Dengan demikian melalui kritik sumber diinginkan agar data-data sejarah yang diberikan oleh informan hendak diuji terlebih dahulu validitas dan rehabilitasnya, sehingga semua data itu sesuai dengan fakta-

  17

  fakta sejarah yang sesungguhnya. Guna mendapatkan fakta-fakta sejarah yang cukup dalam tahap kedua ini dibagi menjadi: a.

  Kritik Ekstern Kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber.

  b.

  Kritik Intern Kritik intern adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias, dikecohkan, dan lain-lain. Kritik

  18 17 intern ditujukan untuk memahami isi teks. 18 A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.66 Suhartono, W. Pranoto. Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hal. 35 Kritik intern hanya dapat diterapkan apabila kita sedang menghadapi penulisan di dalam dokumen-dokumen atau di dalam inskripsi pada monumen-monumen, mata uang, medali, atau stempel. Dokumen dapat dikatakan dengan usaha paling sedikit

  19 mengenai imajinasi, untuk mengucapkan suatu bahasa.

3. Interpretasi.

  Proses perjalanan sejarah yang bermuara pada metode sejarah dengan empat tahap, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, pada hakikatnya berpuncak pada tahap interpretasi. Heuristik dan kritik berfungsi untuk menyeleksi sumber-sumber atau data-data sejarah yang valid dan reliabel. Sedang dalam tahap interpretasi dan historiografi fungsi utamanya terletak pada interpretasi. Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah sebagai saksi relitas di masa lampau adalah hanya saksi-saksi bisu belaka. Suatu peristiwa agar menjadi cerita sejarah yang baik maka perlu diinterpretasikan berbagai fakta yang saling terpisah antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan bermakna. Interpretasi atau tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan.

  Terjadi perbedaan dalam penginterpretasian hal itu dipengaruhi oleh

19 G.J. Renier, metode dan manfaat Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997) hlm. 117

  perbedaan latar belakang, pengaruh, motivasi, pola pikir, dan lain-lain 20 yang mempengaruhi interpretasinya.

  Fakta atau bukti dan saksi-saksi sejarah itu tidak bisa berbicara sendiri mengenai apa yang disaksikannya dari realitas masa lampau. Untuk mengungkapkan makna dan signifikansi dirinya, fakta dan bukti sejarah harus menyandarkan dirinya pada kekuatan informasi dari luar. Sejarawan berfungsi sebagai determinan terhadap makna sejarah yang

  21 diinterpretasikan dari fakta-fakta atau bukti sejarah.

4. Historiografi

  Pada langkah berikutnya yang keempat sampailah pada penulisan sejarah (historiografi). Penulisan sejarah menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi) dan di interptretasikan. Penulisan sejarah tidak semudah dalam penulisan ilmiah, tidak cukup dengan menghadirkan informasi dan

  22 agrumentasi.

  20 21 Suhartono, W. Pranoto. Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hlm. 55. 22 A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.81

A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.99

G. Sistematika Penulisan

  Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis akan menjabarkan isi dari skripsi. Pada Bab I skripsi ini berisi proposal pendahuluan tentang latar belakang penelitian tentang pemikiran Aboebakar Atjeh, bab ini membahas mengenai bagaimana latar belakang ketertarikan pemilihan topik mengenai pemikiran Aboebakar Atjeh, selain itu pada bab pertama penulis menjabarkan menenai konsep penulisan serta metode dalam penulisan skripsi ini. Pada Bab

  II skripsi ini berisi mengenai biografi Aboebakar Atjeh serta latar belakang kehidupan Aboebakar Atjeh, dan pendidikannya, mengenai latar belakang kehidupan Aboebakar Atjeh dan keluarganya akan dibahas pada bab yang kedua, dari asal Aboebakar Atjeh lahir hingga perjuangannya sampai wafat..

  Pada Bab III berisi pemikiran Aboebakar Atjeh, pada bab yang ketiga merupakan ulasan mengenai pemikiran Aboebakar Atjeh tentang Tarekat dan tasawuf serta hubungan antara tarekat dan tasawuf. Pada Bab IV skripsi ini berisi mengenai analisis terhadap pemikiran Aboebakar Atjeh, bab keempat merupakan hasil analisis mengenai pemikiran Aboebakar serta kontribusi pemikiranya terhadap perkembangan intelektual di Indonesia. Pada Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari topik yang dibicarakan dalam skripsi ini, dan dilanjutkan dengan daftar pustaka serta lampiran.

BAB II BIOGRAFI ABOEBAKAR ATJEH A. Latar Belakang Aboebakar Atjeh Aboebakar Atjeh, adalah seorang ilmuan dan intelektual Islam yang

  termasyhur pada masanya (1909- 1979). Julukan “Atjeh” dibelakang namanya

  “Aboebakar” juga merupakan pemberian dari Presiden Soekarno karena keluasan wawasan dan ketinggian ilmu agama yang dimiliki oleh putra kelahiran Aceh ini. Aboebakar telah menghasilkan karya intelektual yang berkualitas dan banyak menjadi rujukan kaum intelektual generasi

  23 setelahnya.

  Dua hal penting untuk diingat tentang Aboebakar Atjeh. Pertama ia seorang pengamat sejarah yang tekun dan mendalam. Kedua ia seorang penganjur moral yang sangat konsisten. Ia dikenal sebagai pakar dalam penyiaran, penelitian dan kebudayaan. Aboebakar adalah nama aslinya Aboebakar Atjeh, lahir di Peureumeu pada 18 April 1909, Kabupaten Aceh Barat, dari pasangan ulama, Ayahnya adalah Teungku Haji Syeh Abdurrahman. Ibunya bernama Teungku Hajjah Naim. Wafat pada 18

  24 Desember 1979 di Jakarta, dan dimakamkan di Pemakaman Karet Jakarta.

  Seorang ulama Indonesia dan pengarang yang, menulis banyak buku 23 tentang agama Islam, filsafat, tasawuf, sejarah dan kebudayaan Aceh. Kata 24 Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh, Wasiat Ibn Arabi, (Bandung : Sega Arsy.2016) hal.7 Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh ,

  Aliran Syi’ah di Nusantara (Jakarta: Yayasan Alhassanain as.) hal. 67 Aceh adalah tambahan nama yang diberikan oleh presiden RI pertama, Soekarno yang mengagumi keluasan ilmunya. Sejak kecil belajar di beberapa dayah terkenal di Aceh. Diantaranya di Dayah Teungku Haji Abdussalam Meuraxa, dan pada Dayah Manyang Tuanku Raja Keumala di Peulanggahan di Kutaraja (Banda Aceh ). Ayahnya Syeikh Abdurrahman, adalah imam Masjid Raya Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dan keturunan Kadi Sultan di Aceh Barat. Ia belajar mengaji Al Qur’an pada ayahnya dan mempelajari ajaran Islam dari beberapa guru Agama, teungku di kampung kelahirannya.

  Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar Volkschool di Meulaboh, kemudian dilanjutkan ke Kweekschool Islamiyah (Sekolah Guru Islam) di Sumatera Barat. Setelah itu ia pindah ke Yogyakarta dan Jakarta dan disini ia mempelajari beberapa bahasa asing melalui kursus-kursus, Ia menguasai bahasa Arab, Belanda, Inggris dan memahami bahasa Jepang, Perancis dan Jerman. Ia juga mengerti beberapa bahasa daerah seperti bahasa Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda dan Gayo. Pernah menuntut ilmu di Mekkah,

  25 namun tidak lama.

  Aceh merupakan daerah yang pertama kali Islam masuk ke Indonesia. Hal ini menyebabkan provinsi Aceh sampai dengan sekarang Islamnya masih kuat, bahkan Aceh terkenal pula sebagai serambi Mekkah, lagi pula zaman 25 dahulu bangsa Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji ke Mekkah harus

  

Hamid, Shalahuddin, 100 tokoh islam paling berpengaruh di Indonesia (Jakarta: PT.INTIMEDIA CIPTA NUSANTARA.2003)hal.382-383 melewati pelabuhan Aceh. Arab, China, Eropa dan India merupakan faktor luar yang sangat mempengaruhi serta membantu pembentukan modernisasi Aceh, dan menurut beberapa sumber dapat mempenaruhi bukan hanya budaya dan sosiologi alam akan tetapi juga ras. Tentu saja ciri-ciri bentuk phisik dapat dijumpai pada masyarakat Aceh. Percampuran ini telah berlangsung selama berabad-abad oleh karena mengadakan hubungan dengan dunia luar.

  Banyak etnis-etnis Eropa, umumnya kita jumpai di daerah Lammo kabupaten Aceh Barat, sementara ciri orang India dapat dijumpai di antara orang-orang

  

26

yang berdomisili di daerah pesisir.

  Tidak heran ketika seorang intelektual dari Aceh seperti Aboebakar memiliki keyakinan yang kuat terhadap Agama Islam. Dengan keadaan sosial masyarakat yang kebanyakan adalah masyarakat muslim, tentunya akan membentuk pemikiran Aboebakar Aceh terkadang condong kepada kebudayaan yang ada pada tanah kelahirannya yaitu Aceh meskipun pada usia dewasa beliau banyak hidup di luar daerah Aceh.

D. Perjuangan dan Prestasi Aboebakar Aceh

  Pada masa sebelum kemerdekaan, zaman kependudukan Jepang, dan zaman setelah proklamasi, ia banyak melakukan kegiatan keagamaan dan 26 kemasyarakatan. Kegiatan itu antara lain, Pada tahun 1923 Aboebakar Atjeh

A.Taufiq, Tuhana, Aceh Bergolak Dulu dan Kini (Yogyakarta:GAMA GLOBAL MEDIA.2000)hal.

  61-62 aktif di Sarekat Islam di Aceh Barat. Mendirikan Muhammadiyah di Kotaraja (1924), bekerja sebagai pegawai rendahan, kemudian menjadi pegawai senior, pada tahun 1923 merupakan tahun meninggalnya tokoh pendiri Muhammadiyah Ahmad Dahlan, namun organisasi yang didirikan oleh

  27 Ahmad Dahlan ini tidak bubar begitu saja. Hal itu dikarenakan organisasi

  Muhammadiyah sudah memiliki infrastruktur yang baik, bahkan generasi setelahnya masih memelihara warisan Ahmad Dahlan sebagaimana yang di syari’ahkan oleh tokoh pendiri Muhammadiyah itu. Begitu banyaknya ranting Muhammadiyah yang telah berdiri menjadi pendukung perkembangan organisasi Muhammadiyah di Indonesia. Perkembangan muhammadiyah cukup pesat di pulau Jawa dikarenakan awal mula munculnya gerakan ini. Meskipun di Aceh juga ada ranting Muhammadiyah namun tidak sebesar dan sebanyak yang ada di pulau Jawa.

  Pada zaman Belanda sebagai Pustakawan dan editor pada kantor Urusan Dalam Negeri (1930-1955). Pada masa ini merupakan salah satu masa yang dapat dikatakan sebagai masa dimana Belanda menjadi Raja di Indonesia dengan keberadaannya di penjuru wilayah Indonesia meskipun pada tahun 1945 Indonesia telah memproklamirkan Kemerdekaannya. Salah satu hal yang mungkin untuk Aboebakar Aceh tetap konsisten mengembangkan 27 karyanya dalam dunia pengetahuan ialah kondisi wilayah Aceh yang pada saat

Majelis Diktilitbang dan LPI PPMuhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah (Jakarta:KOMPAS.2010)hal.

  61 itu masih utuh tidak diduduki oleh Belanda sehingga memungkinkan seseorang untuk melakukan kebebasan dalam menuntut ilmu.

  Di masa pendudukan Jepang, ia menjadi pimpinan asrama dan pegawai perpustakaan pada Shumubu Nito Syoki (1944). Bekerja dalam kependudukan Jepang bukan berarti menunjukkan ketundukkannya terhadap orang-orang Jepang, namun hal itu justru menambah pengetahuannya dalam ilmu kepustakaan. Di samping menjadi guru Latihan Kursus Kader D a’ie. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia menjadi pegawai pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (1945). Kemudian atas penunjukkan Rasjidi ia menjabat Kepala Perpustakaan Islam Kementrian Agama di Yogyakarta (1946). Anggota pimpinan Partai Masyumi di Yogyakarta (1946).

  Pada tahun 1950, ia menjadi pimpinan editor majalah Mimbar Agama, majalah resmi Departemen Agama. Pada tahun 1948 bersama menteri agama waktu itu KH Masjkur, ia mempelopori gagasan penulisan Al- Qur’an Pusaka. Al-

  Qur’an tersebut berukuran 65x120cm dan kini disimpan di Masjid Baitul

  28 Rahim, Istana Negara, Jakarta. Aboebakar Atjeh juga tercatat sebagai

  anggota pengurus penulisan sejarah untuk Monumen Nasional, menjadi salah seorang anggota panitia pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta , seorang pencetus pendirinya Masjid Agung Al Azhar di Kebayoran Baru, Jakarta 28 Selatan, turut mendirikan Perpustakaan Kutub Khanah Iskandar Muda di

  Hamid, Shalahuddin, 100 tokoh islam paling berpengaruh di Indonesia (Jakarta: PT.INTIMEDIA CIPTA NUSANTARA.2003)hal.382-383

  Banda Aceh (1949-1950), dan mendirikan serta menjadi pengurus Perpustakaan Islam di Jakarta yang kemudian dipindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1953 Aboebakar Atjeh dipercayai oleh Kyai Wahid Hasyim memimpin jama

  ’ah haji ke Mekkah. Karena keluasan ilmu dan kecakapannya dalam tulis-menulis, ia dipercaya mengomandani bidang publikasi Departemen Agama, sebelum kemudian menjadi staf ahli Kementerian Agama. Setelah

  29 Pemilu 1955, ia masuk menjadi anggota konstituante mewakili Partai NU.

  Sebagai ulama dan cendikiawan , ia aktif memberikan pengajian agama di masjid-masjid dan menjadi penceramah agama Islam pada pusroh (Pusat Rohani) Angkatan Bersenjata RI di Jakarta , dan menjadi Dosen pada beberapa perguruan Tinggi di Jakarta seperti IAIN , Universitas Ibnu Khaldun, dan Universitas Islam di Jakarta, pada tanggal 30 Januari 1967 ia menerima gelar doktor honoriscausa dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Universitas Islam di Jakarta. Sebagai pejabat tinggi Departemen Agama RI ia berkesempatan mengunjungi beberapa Negara, seperti Filipina, Pakistan, Jepang (dalam rangka urusan mencetak Al- Qur’an), Arab Saudi (sebagai anggota delegasi Indonesia ke Kongres Islam), dan Mesir (sebagai anggota rombongan Menteri Luar Negeri). Pada hari tua sampai wafatnya, ia menjadi ikhwan Tarekat Kadiriah

  • – Naqsabandiah yang berpusat di Surabaya.

29 Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh ,

  Aliran Syi’ah di Nusantara (Jakarta: Yayasan Alhassanain as.) Hal. 69

E. Karya-Karya Aboebakar Atjeh

  Sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam dunia keislaman, Aboebakar menuangkan gagasan serta pemikirannya melalui karya-karya tulisannya. Tarekat, tasawuf, filsafat merupakan topik yang banyak dibicarakan. Karya pertamanya dengan judul buku Sejarah Al-

  Qur’an diterbitkan pada tahun 1951. Pada tahun 1950 Aboebakar Aceh menjadi salah satu penggagasan penulisan Al-

  Qur’an Pusaka. Hal itulah yang menjadi salah satu dasar penulisan buku Sejarah Al- Qur’an. Tidak hanya menulis buku tentang sejarah Al-

  Qur’an, Aboebakar juga menulis beberapa buku bertemakan sejarah seperti buku berjudul Sejarah Ka’bah, Sejarah Filsafat,