STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006 - Test Repository

  

STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA

TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI

AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006 SKRIPSI Diajukan Guna Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Tarbiyah

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006

  Dr. Mansur, M. Ag. DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp. : 3 (tiga) eks Hal. : Naskah Skripsi

  Saudara Nur Had i Kepada Yth.

  Ketua STAIN Salatiga Di tempat

  Assalaamu ’alaikum Wr. Wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : NUR HADI NIM : 111 02 033

  Jurusan : Tarbiyah Program Studi: Pendidikan Agama Islam

  Judul : STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

  NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006 Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat dimunaqosahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing / O . -

  ^h v M ^ a rT ^ V L Ag NIP. 4 50 267 027

  

ii

  i

  I PENGESAHAN

  Skripsi sudara Nur Hadi dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 02 033 yang beijudul PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006 Telah dimunakosahkan dalam sidang Panitia Ujian jurusan tarbiyah Stain Slatiga pad hari Sabtu, 11 Sya’ban 1427 H. yang bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 2006 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 11 Sva’ban 1427

  5 Agustus 2006 PANITIA UJIAN

  Pembimbing

  I MOTTO \

juo

  I ^ 0 ^ 4-Lull^. S ^ Jill I (J ^ 3 ( j oL

  ( 2 1 : U > V I ) l > V I ^ 1 J Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

  

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab 33 :

  21).'

  'Departemen Agama Republik Indonesia, A l-Q u r’an dan Terjemahnya, PT. Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004. hlm.420.

IV

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kami persembahkan buat:

  1. Ayah, ibu tercinta yang telah mencurahkan segala usaha untuk membantu melancarkan studi adikku yang tersayang yang telah mencurahkan segala usaha untuk melancarkan studi

  2. Bapak K.H. Drs. Ahmad Nuh Muslim beserta Ibu yang telah membimbing dan memberi dorongan dalam mencari ilmu di pondok pesantren An-nida

  3. Pengurus pondok pesantren An-nida yang telah membantu sepenuhnya baik dari segi moral atau fasilitas dalam penyelesaian skripsi.

  4. Santriwan dan santriwati pondok pesantren An-nida yang telah memberi dukungannya dalam penyelesaian tugas akhir.

  5. Seluruh mahsiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006 sebagai responden yang telah ikhlas dalam memberi jawaban yang penulis berikan.

  

v

  t i

KATA PENGANTAR

  \ Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang Maha

  Mengetahui segala apa yang tampak maupun tersembunyi, karena atas rahmat dan hidayahnya serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

  Shalawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyyah menuju jalan yang penuh kasih sayangnya Allah SWT., semoga pada akhirnya kelak kita diakui oleh umatnya, amiin.

  Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesaijanaan dalam Ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan terselesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga yang telah banyak berjasa untuk mengasuh penulis dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap judul skripsi ini.

  2. Bapak DR. Mansur M. Ag, sebagai dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

  3. Bapak Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

  

vi

  4. Bapak Drs. K.H. Ahmad Nuh Muslim, selaku pengasuh Pondok Pesantren An-nida Salatiga beserta ustadz-ustadzah, yang telah memberikan pondasi ilmu agama Islam serta dukungan moral, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tabah dan sabar.

  5. Semua pengurus pondok pesantren putra dan putri yang telah membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun non materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendo’akan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabarannya.

  7. Semua mahasiswa angkatan 2004/2005 sebagai responden yang telah dengan ikhlas memberikan jawaban dari angket yang penulis ajukan.

  8. Sahabatku (akhi Achmd Suyuti, A.Md.EI) dan semua sahabat-sahabatku yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

  Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa dijadikan kontrol oleh para pembaca yang kemudian untuk menentukan langkah berikutnya. tiatiea. 26 Juli 2006

  Penulis VII Nur Haui i

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL NOTA PEMBIMBING PENGESAHAN ii

  MOTTO iii

  PERSEMBAHAN iv

  KATA PENGANTAR v

  DAFTAR ISI vii

  DAFTAR TABEL

  X BABI PENDAHULUAN

  A Latar belakang

  1 B Penjelasan istilah

  6 C Pokok Masalah

  10 D Tujuan Penelitian

  10 E Hipotesis

  11 F Metodologi Penelitian

  11 G Analisis Data

  14 H Sistematika Penulisan Skripsi

  15 BABII LANDASAN TEORI A Pengertian Ilmu Akhlaq Tasawuf

  18

  1. Arti Ilmu Akhlak Tasawuf

  18 viii

  ,

  

I

  

   \

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   G Pengaruh Pemahaman Ilmu Akhlaq Tasawuf Dengan Rtika

  

  BAB III LAPORAN PENELITIAN A Gambaran Umum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

  

  1. Sejarah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga 4ff

  

  

  

  

  

  

  

  

IX

  i

  I G Penyajian Data Penelitian

  69 H Laporan Hasil Angket

  6$

BAB IV ANALISA DATA A Analisa Pendahuluan

  6 6 B Analisa Lanjutan

  89 C Analisis Uji Hipotesis 8if

BAB V PENUTUP A Kesimpulan

  82 B Saran

  U

  C Penutup

  86 DAFTAR PUSTAK A

  LAMPIRAN LAMPIRAN

x

  

DAFTAR TABEL

  63

  81

  79

  78

  76

  73

  73

  71

  71

  68

  66

  INTERVAL PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF DENGAN ETIKA PERGAULAN

  I. DATA RESPONDEN

  XII. TABEL KERJA UNTUK MENCAPAI KORELASI ANTARA

  XI. NILAI PROSENTASE ETIKA PERGAULAN

  X. NILAI NOMINASI ETIKA PERGAULAN

  INTERVAL ETIKA PERGAULAN

  VIII. NILAI ANGKET ETIKA PERGAULAN IX.

  VII. JAWABAN ANGKET ETIKA PERGAULAN

  VI. NILAI PROSENTASE PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

  V. NILAI NOMINASI PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

  INTERVAL PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

  III. NILAI ANGKET PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF IV.

  II. JAWABAN ANGKET PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

  81 XI

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

  Pada hakekatnya esensi ajaran Islam adalah membedakan manusia dari perangai buruk yang dikendalikan hawa nafsu. Di zaman modem ini, persoalan moralitas masih menjadi pemicu utama yang akan meninggikan dan merendahkan derajat manusia di hadapan Allah swt. dan manusia. Dalam kontek Islam, kisah

  Qobil yang membunuh Habil sebagai saudara kandung sendiri merupakan salah satu contoh dari akhlak buruk. Dari peristiwa ini dapat memberikan makna bahwa persoalan moral bagai dua mata rantai yang tak bisa dipisahkan.

  Dari kisah Qobil dan Habil di atas dapat diartikan dalam kontek pendidikan, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam, dan Islam telah mengajarkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.1 Dalam menempuh kehidupan, manusia memerlukan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan semua itu yang harus ditempuh manusia adalah dengan pendidikan. Dengan cara ini manusia dituntut untuk memperbaiki diri, baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Islam menetapkan keseimbangan kesempurnaan dalam akhlak. Islam memandang bahwa akhlak mulia merupakan dasar utama bagi kaidah-kaidah dalam kehidupan sosial.

  'M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970

  1 . him. .

  

1

  2

  i

  I Akhlak dalam Islam merupakan sekumpulan prinsip dan kaidah yang

  mengandung perintah atau larangan dari Allah sw t/ Jadi konsepsi akhlak dalam Islam sudah jelas, bahwa akhlak merupakan suatu ilmu yang dapat mengukur kadar keimanan dan ketaqwaan seorang hamba.

  Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:

  • * • * . * t i
  • 7 LSULZk, UtIM U (JA H I • m u i i ^ u t y / a f ^ a m m m y a f i ^ jsidang jc -m jjid i a a im a n n y a nam a» y , ka » Akhlaknya. ”J

      Risalah yang disampaikan Rasulullah saw. sangat menjunjung tinggi akhlak. Islam mengajarkan budi pekerti luhur dalam semua aspek kehidupan manusia. Akhlak mulia ini tercermin pada diri Rasulullah saw. yang dapat diketahui melalui al-Qur’an, as-Sunnah dan sejarah hidup beliau. Rasulullah saw. adalah sebagai utusan Allah swt. yang terakhir dan sekaligus dijadikan sebagai figur dan teladan bagi setiap muslim dalam segala hal, baik dari segi keagamaan, kepemimpinan, maupun dalam hal keduniaan. Meneladani Rasulullah merupakan kewajiban setiap muslim.

      Dalam al-Qur’an, Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk meneladani Rasulullah saw. sampai hari penghitungan. Allah swt. berfirman dalam surat al-Ahzab: 21

    • - - . t i i * i -- - i UUU f J I M M A ( U lll/ iUUUlUltUfl U U ■>U f i iUUUUf 1

      « wn-s. o *uu < j uiuaj

       3

    • * baik bagimu ”* 2

      2Ali Abdul Halim Muhammad, Akhlak Mulia, terj. Abdul Haggie al-Kattani, Masturi, Akhmad Ikhwani. Gema Insani. Jakarta. 1995. him. 81.

    3 Ibid., him. 83. ’ Departemen Agama Kcnublik Indonesia. A l-O ur’an dan leriemahnva. PT. Svaamil Cipta Media, Bandung, 2004. hlm.420.

      3 Namun konsepsi yang indah itu apabila direfleksikan ke dalam realita

      kehidupan sehari-sehari tidak mudah untuk merealisasikannya. Karena akan menyebabkan pro dan kontra antara adat istidat yang ada, dengan konsepsi itu sendiri. Sehingga perlu adanya penyelarasan antara adat istiadat dan budaya dengan pengamalan konsep-konsep Islam tentang akhlak.

      Memasuki abad XXI, M. Amin Rais dalam menyikapi kemerosotan akhlak menyatakan bahwa ada karakteristik atau ciri khas yang akan dimiliki oleh rata-rata masyarakat modem. Pertama, sekarang menyaksikan ledakan informasi tanpa batas. Ledakan informasi ini berkat teknologi komunikasi makin lama makin canggih, produktif, dan efektif. Hal ini betul-betul merupakan gejala yang telah mengglobal. Kedua, semakin longgar nilai-nilai moral bagi masyarakat modem sudah dapat kita rasakan. Nilai-nilai moral dalam arti akhlak makin lama makin longgar. Ketiga, makin tumpulnya peri kemanusiaan yang dialami oleh bangsa-bangsa modem. Keempat, adanya kecenderungan manusia modem untuk mengagung-agungkan atau menyembah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

      Kelima,

      kecenderungan kehidupan yang semakin materialistis. Materialisme itu sudah mendominasi, menguasai kehidupan umat manusia/ Dari kelima prediksi M. Amin Rais di atas, pada abad XXI sudah sangat jelas sekali tentang pengaruh-pengaruh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak di kalangan umat Islam yang sudah terpengaruh dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi di lapisan masyarakat, baik yang berpendidikan cukup maupun yang kurang dalam memperoleh pendidikan. S SM. Amin Rais, Tauhid Sosial, Mizan, Bandung, 1998, him. 152-153.

      4 Kondisi generasi Islam khususnya dan masyarakat Islam di Indonesia pada

      umumnya, saat ini belum bisa memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu penyebabnya adalah kurang siapnya pemuda dan masyarakat Indonesia dalam menerima kenyataan yang ada. Dalam hal ini diperlukan adanya sebuah pengontrol (iman dan taqwa serta budi pekerti luhur) dalam menyikapi kemajuan IPTEK, sebagai tindakan preventif untuk mengantisipasi kemungkinan adanya budaya yang masuk lewat kemajuan IPTEK. Maka akan tercipta generasi Islam yang sempurna (kamil). Dalam hal ini cobaan yang dihadapi generasi Islam tidaklah mudah, karena yang dihadapi generasi Islam adalah sebuah ghozwu al-

      fik r ('invasi pemikiran).

      Kenyataan inilah yang dihadapi masyarakat saat ini. Bahkan sebagai anggota masyarakat Islam mulai terlena, sehingga lupa bahwa mereka menghadapi dunia internasional. Banyak masyarakat yang mengingkari nilai-nilai ajaran Islam dan bahkan telah kehilangan kepribadian sebagai orang mukmin.

      Banyak di antara pemuda yang hanyut oleh arus modernitas dan hidup meniru cara Barat. Pemuda-pemuda Islam sudah banyak yang terkontiminasi dalam cara berpikir, berpaham, berlogika, berdialektika, berdebat dan bertukar pikiran, bahkan dalam memeluk ideologi, meninggalkan Islam dan ajaran-ajaran-Nya.

      Maka sebagai akibatnya adalah tidak sedikit pemuda Islam yang menjadi fitnah bagi agamanya.

      Untuk mengantisipasi problematika yang sedang melanda generasi Islam, maka dalam pendidikan hendaknya diatasi dengan pendidikan yang sesuai, baik pendidikan secara formal maupun non formal. Dalam pendidikan formal, di

      5 Salatiga sudah ada perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

      (STAIN) Salatiga, yang merupakan dambaan masyarakat Islam. Dengan hadirnya perguruan tinggi yang berlebelkan agama Islam ini, diharapkan dapat memperbaiki akhlak masyarakat Indonesia umumnya, baik dari segi etika, maupun moral, dan dapat mencetak generasi yang melaksanakan syariat Islam secara kaffah yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi, yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

      Dengan demikian mahasiswa STAIN Salatiga dianggap memahami ilmu agama Islam serta akhlak tasawuf dan dapat mengamalkan syariat Islam secara menyeluruh, serta mempunyai akhlakul karimah. Di samping itu latar belakang mahasiswa dapat mempengaruhi pemahamannya terhadap persoalan ilmu agama Islam dan ilmu akhlak tasawuf terhadap etika pergaulan. Untuk mengetahui seberapa jauh mahasiswa STAIN Salatiga dalam memahami syariat Islam dan ilmu akhlak tasawuf dan kaitannya dengan etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga, baik dalam lingkungan kampus ataupun dalam keseharian di luar kampus perlu dikaji secara mendalam.

      Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif dengan memakai pendekatan ilmiah. Untuk itu penulis mengkaji persoalan tersebut di atas secara kritis dan analitis, dengan membuat skripsi yang berjudul: STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI

      AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006

      1. Pemahaman Dalam istilah bahasa Indonesia, kata pemahaman dari kata dasar paham dan mendapat kata imbuhan dan akhiran pe-an. Menurut Ahmad Hasan, kata paham itu identik dengan kata fiqh yang mengandung arti memahami dan mengerti. Seperti j g yang berarti (agar mereka melakukan pemahaman agama.)6

      2. Akhlak Pengertian akhlak suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.7

      Jadi akhlak ialah institusi yang bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah.8 Jadi yang dimaksud ilmu akhlak dilihat dari sudut etimologi ialah upaya untuk mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai dengan esensinya. Kemudian dilihat dari terminologi, Hamzah Yakup mengemukakan pengertian ilmu akhlak antara lain; a. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin.

      6 6Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Belum Tertutup, Pustaka Bandung, 2001, him. 1. -f Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta, 1994, him. 102.

    B. Penjelasan Istilah

      8Abu Bakar Jabir Al-jazairi, Ensiklopedi MuslimMinhajul Muslimin, PT. Darul Falah, Jakarta, 2004, him. 217.

      7

      b. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dan seluruh usaha dan pekerjaan mereka.9

      3. Tasawuf Menurut Harun Nasution,10 Barmawi Umarie,11 dan para ahli tasawuf umumnya mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuufii, maknanya orang yang suci, atau diliputi kesucian. Zakaria al-Anshari berkata, “Tsawuf adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa, perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi.12

      Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mengenal dan mendekatkan diri pada Allah.13 Ilmu akhlak tasawuf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata kuliah akhlak tasawuf yang diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga.

      Jadi yang dimaksud dengan pemahaman akhlak tasawuf adalah pemahaman terhadap makna hidup yang sebenarnya sehingga mendatangkan peningkatan amal baik dalam kehidupan secara vertikal dan horisontal yang sesuai uengan ai-yur an uan as-auimaii.

      ’Hamzah Yakup, Etika Islam, dalam Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, PT. Grafmdo Persada, Jakarta, 2002, him. 4-5. '“Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, dalam Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 4.

      “ Bamawi Umarie, Sistematika Tasawuf, dalam Muhammad Sholikhin, ed, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 4. ‘^Zakaria al-Anshari, Ta’liqat ‘ala ar-Risalah al-Qusyairiyah, dalam ‘Abdul Qodir Isa, Hakekat Tasawuf, Qisthi Press, 2005, hlm.4. ‘“Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, him. 906.

      8 Adapun indikator-indikator pemahaman ilmu akhlak tasawuf antara lain

      sebagai berikut;

      a. Mengetahui akhlak tasawuf dalam perspektif syariat

      b. Selalu zikir kepada Allah swt

      c. Mengetahui perbedaan tasawuf yang sesuai dengan syariat dan tasawuf yang tidak sesuai dengan syariat d. Melaksanakan amalan-amalan tasawuf

      e. Terjalinnya hubungan cinta kepada Allah

      4. Etika Pergaulan Kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti tempat yang biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.14 Dalam hal ini etika mempunyai kesamaan makna dengan moral, akhlak. Ketiga istilah itu sama- sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.

      Akan tetapi ketiga istilah tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar, yaitu terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarya adalah al- Qur’an dan as-Sunah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.15 Kemudian pergaulan adalah kata dasar dari gaul, mendapat imbuhan dan akhiran per-an. Kata pergaulan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti perihal bergaul, percampuran dalam persahabatan (kehidupan sehari-hari)16

      MSuwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Belukar, Yogyakarta, 2004, him. 32. ‘■ 'H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakarta, 20u4, mm.

      I6W.J.S, Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 302.

      9 Dalam hal ini penulis memberi pengertian tentang pergaulan adalah

      sebagai wujud nyata seorang muslim yang di dalamnya memiliki dimensi pengertian berupa perkataan, tingkah laku, sikap dalam pergaulan sehari-sehari yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga, terhadap Allah maupun terhadap sesama.

      Adapun indikator-indikator pemahaman etika pergaulan antara lain sebagai berikut; a. Selalu sabar dan memberi salam dan menjawab salam

      b. Amar ma’ruf nahi munkar dan menghargai pendapat orang lain c. Menjaga jarak dalam bergaul dengan lawan jenis

      d. Sopan santun dalam berbicara

      e. Tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain

      5. Mahasiswa Kata mahasiswa adalah terdiri dari dua kata, maha dan siswa. Maha mempunyai arti: pada kata majemuk dan sebutan berarti besar, amat, yang teramat.17 Kata siswa berarti pelajar.17’ Jadi mahasiswa adalah maha dari pelajar, atau bisa dikatakan pelajar yang belajar di perguruan tinggi STAIN Salatiga.

      C. Pokok Masalah Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan pokok masalah sebagai berikut:

      17Ibid., him. 619. n I b id , him. 955.

      10

      1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa STAIN Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf tahun 2005/2006?

      2. Bagaimana variasi etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006?

      3. Adakah pengaruh antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf dengan etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006?

    D. Tujuan Penelitian

      Adapun tujuan penulis adalah sebagai berikut:

      1. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman mahasiswa STAIN Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf tahun 2005/2006.

      2. Untuk mengetahui seberapa jauh variasi etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.

      3. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pemahaman akhlak tasawuf terhadap etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.

      E. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersfat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.*

      19 Dalam penelitian ini, penulis mempunyai asumsi bahwa ada keterkaitan antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf akan membawa pengaruh positif terhadap etika pergaulan. Artinya semakin tinggi pemahaman mahasiswa terhadap ilmu akhlak tasawuf akan semakin tinggi pula etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga.

      ,9Suharsimi Arikunto, Proedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 67.

      11 F. Metode Penelitian

      1. Populasi Menurut Sutrisno Hadi bahwa populasi merupakan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa STAIN Salatiga program SI, yang beijumlah 171 orang.

      2. Sampel Maksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti/0 Untuk menentukan berapa besar yang akan dijadikan sampel dalam populasi tidak ada ketentuan yang pasti.2

      21 Untuk sekadar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baikdiambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian pupulasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara

      10-15%, atau 20-25% atau lebih. Karena jumlah populasi ada 171 mahasiswa semester 3 tahun 2005/2006, mempunyai arti populasi melebihi dari 100, maka penulis menentukan 25% dengan jumlah sampel 171 mahasiswa STAIN Salatiga.

      Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga Program SI semester III (tiga) angkatan 2004/2005 yaitu :

      a. Jurusan tarbiyah 1) Pendidikan Agama Islam 11 orang.

      2) Pendidikan Bahasa Arab 11 orang. 3) Pendidikan Bahasa Inggris 11 orang.

      20Ibid, him. 117.

      ■ “ Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 1, Fakultas Psikologi Universitas Ga>?>- Mada, Yogyakarta, 1981, him. 73.

      12

      b. Jurusan hukum (Syari’ahj 1) Al-ahwal al-Syahsiyah 10 orang

      3. Teknik sampling Untuk malakukan penelitian ini, teknik pengambilan sampling yang penulis gunakan adalah teknik random sampling yaitu semua individu mendapatkan kesempatan yang sama menjadi sampel. Sedangkan sistem yang penulis gunakan adalah Stratified Random Sampling atau lebih dikenal dengan sistem acak. Yaitu dalam penentuan sampel penulis mengambil dari beberapa jurusan pendidikan seperti Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Inggris,

      Pendidikan Bahasa Arab, Syari’ah, diambil beberapa mahasiswa untuk dijadikan sampel secara acak.

      Adapun metode dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

      a. Observasi Digunakan untuk melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki, baik untuk mengumpulkan mono grafi, historis dan lain sebagainya. Observasi yang penulis ambil adalah observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan observer dalam kegiatan penelitian.

      b. Angket Adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh seseorang peneliti kepada responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain.2z Setelah diisi responden dikembalikan kepada peneliti. Model angket yang penulis gunakan adalah angket 2

      2

      22Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1981, him. 158.

      13

      tertutup, yaitu responden tinggal menjawab sesuai dengan kehendak peneliti, dan tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa STAIN Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf serta pengaruhnya terhadap etika pergaulan.

      c. Interview Menurut Sutrisno Hadi Interview merupakan metode pengumpulan data dengan jalan proses tanya jawab secara lisan di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan. Secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain.23

      d. Dokumentasi Yaitu Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.24

      Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode angket dan dokumentasi.

      G. Analis Data Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan, setiap data yang masuk harus dianalisis.

      Untuk menganalisis data-data tersebut penulis menggunakan tes statistik, yaitu:

    23 Ibid., him. 192.

      24Suharsimi Arikunto, op-cit., him. 236.

      14 P = ----------- X 100

      N Keterangan, P : Prosentase individu dalam golongan

      F : Frekuensi N : Jumlah subyek secara keseluruhan

      Analisis ini untuk mengetahui variabel pemahaman ilmu akhlak tasawuf yang akan membawa pengaruh etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga.

      2. Analisis lanjut NZXY- ( Z X ) ( EY) rx y = -----------------------------------------

      V{ } { ( }

      NEX2 - (E X)2 NZ Y2 - E Y )2 Keterangan: rxy = koefisien antara variabel x dan y

      XY = perkalian antara X dan Y x2 = variabel pengaruh y2 = variabel terpengaruh

      N = jumlah sampel yang diselidiki E = sigma (jumlah)25

      Analisa ini merupakan jawaban benar atau tidak benar terhadap hipitesis yang diajukan.

      25Suharsimi Arikunto, op.cit., him. 162.1998.

      15 H. Sistematika Penulisan Skripsi \

      Dalam penulisan ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

      BAB I : Pendahuluan Berisi tentang alasan pemilihan judul, penjelasan istilah, pokok masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika.

      BAB I I : Landasan teori Pada bab ini berisi tentang pengertian ilmu akhlak tasawuf, tujuan akhlak tasawuf, peran ilmu akhlak tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian pergaulan dilihat dari sudut pandang syariat

      Islam. Pembentukan etika pergaulan baik secara vertikal maupun horizontal.

      Korelasi antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf dengan etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.

      BAB II I : Laporan Penelitian Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga (sejarah berdirinya, asas, fungsi, dan tujuan, visi, misi, susunan organisasi, program pendidikan, serta penyajian data penelitian.

      16 BAB. IV : Analisis Data \

      Pada bab ini berisi tentang analisis data yang telah terkumpul, untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui tahapan analisis pendahuluan, analisis hipotesis, dan analisis lanjut. BAB. V : Penutup

      Pada bab ini memuat tentang penutup, kesimpulan, saran, lampiran.

      j

    BAB II LAND ASAN TEORI Akhlak tasawuf merupakan salah satu bentuk jalan dalam mendekatkan

      diri kepada Allah Subhanahuwata’ala. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berusaha melaksanakan segala amalan-amalan yang mengharapkan ridho-Nya dan selalu berusaha untuk menjauhi segala yang dilarang dalam al-Qur’an dan sunnah. Manusia dalam kehidupan sehari-hari apabila apat melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan dapat meningalkan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya maka hati akan selalu teijaga dari titik- titik noda yang dapat menjerumuskan dalam kehidupan, sehingga akan menjadi manusia yang jauh dari Allah Subhanahuwata’ala.

      Beban-beban syar’at yang diperintahkan kepada manusia dapat dibagi menjadi dua kategori. Perama, hukum-hukum yang berkaitan denganddengan amal-amal lahiriah. Kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan batin. Dengan kata lain, ada amal-amal yang berkaitan dengan raga manusia dan ada amal-amal yang berkaitan dengan hati manusia.

      Amal-amal yang berkaitan dengan raga terbagi menadi dua macam.

      

    Pertama, perintah seperti salat, zakat, haji, dan lain-lain. Kedua, larangan, seperti

    membunuh, berzina, mencuri, meminum khomer dan lain-lain.

      Amalan-amalan yang berkaitan dengan hati juga terbagi menjadi dua macam: peintah dan larangan. Yang beraitan dengan perintah adalah iman kepada Allah, malikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-Nya. Demikian perintah untuk

      

    17

      18

      ikhlas, ridho, jujur, khusyu, tawakal dan sebagaianya.sedangkan yang berkaitan dengan larangan adalah kufur, kemunafikan, sombong, ujub, ria, menipu, dendam, dengki, dan lain sebagainya.

      Amal-amal kategori kedua yang berkaitan dengan hati lebih penting dan lebih utama dari amal-amal kategori pertamadalam pandangan Allah, meskipun keduanya sama-sama penting. Sebab, batin adalah dasar dan sumber dari lahiriah. Amal-amal lahir adalah titk tolak dari amal-amal lahiriah. Rusaknya amal-amal batin akan mengakibatkan.1

      Allah Subhanahuwata’ala berfirman: "barangsiapa mengharap dengan

      

    perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan tidak

    mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. ” (Q.S. Al-

    Kahfi: 110) 2

      Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam, dalam memperhatikan masalah dalam perbaikan hati. Beliau juga menjelaskan bahwa baiknya seseorang tergantung pada baiknya hati dan kesembuhannya dari penyakit-penyakit yang tersembunyi.

      Beliau bersabda, “Ingatlah! Di dalam tubuh manusia ada segumpal darah.

      

    Jika dia baik, maka baiklah sweluruh tubuhnya. Dan jik a rusak, maka rusaklah

    seluruh tubuhnya. Segumpal darah iru adalah hati. ” 3

    A. Pengertian Akhlak Tasawuf

      1. Arti akhlak Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai ('‘ilm al-Suluk), atau tahzib al-akhlak (filsafat akhlak), atau al-hikmat al- 'alamiyyat. Maksud dari ilmu

      'Abdul Qodir Isa, H aqaa’iq at-Tashawwuj terj. Khoirul Amru Harahab dan Afrizal Lubis, Qisthi Press, 2005, him. 12.

      2Departemen Agama Republik Indonesiam, A l-Q u r’an dan Terjemah, PT. Syamil Cipta Media, Bandung, 2004, him. 3004. JAbdul Qodir Isa, op.cit, him. 12.

      19

      tersebut adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan dan cara memperolehnya, agar jiwa menjadi bersih dan pengetahuan tentang kehinaan- kehinaan jiwa untuk mensucikannya.4

      Secara etimologi (lughot) akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari

      

    khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. H. Yunahar

      Ilyas mengutip beberapa pengertian akhlak dari beberapa pendapat ulama dalam buku kuliah akhlak yaitu: a. Imam al-Ghozali Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.5

      b. Ibrahim Anis Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.6

      c. Abdul Karim Zaidan Akhalak adalah nilai-nilai yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik dan buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.7 4Suwito, op.cit., hlm.31-32.

      3 A bu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ikhya' Ulum ad-Din, Jilid III, dalam Yunahar Ilyas Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakartam 2004, him. 1-2.

      6 Ibrahim Anis. Al-mu'jam al-Wasith. dalam Yunahar Ilyas Kuliah Akhlak. LPPI. Yogyakartam 2004, him. 2.

      7Abdul Karim Zaidan. Ushul ad-Da'wah, dalam Yunahar Ilyas Kuliah Akhlak, LPPI. Yogyakartam 2004. him. 2.

      Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau

      

    khuluk itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan

      muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.8

      2. Pengertian tasawuf Tasawuf yang menjadi kajian penting adalah tentang penyucian jiwa.

      Hamka mengatakan tasawuf adalah latihan-latihan jiwa. Latihan mempertinggi sifat-sifat yang terpuji (mahmudah) dan menahan dorongan nafsu, membuang sifat-sifat yang tercela (madmudah), sehingga menjadi bersihlah hati sanubari. Maka hati sanubari yang bersih itulah yang dapat mendekati Tuhan, apalagi jika senantiasa dihiasi dengan zikir, yaitu ingat atau menyebut Allah.9

      Muncul kata tasawuf dimulai sebelum akhir abad kedua Hijriyah. Arti tasawuf dari asal katanya menjadi pertikaian ahli-ahli lughot. Setengahnya berkata bahwa perkataan itu diambil dari perkataan shifa artinya suci bersih, ibarat kilat kaca. Setengahnya dari perkataan shifa ’ artinya bulu binatang, sebab orang-orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu binatang, karena benci mereka kepada pakaian yang indah-indah, pakaian “orang dunia” ini, kata setengahnya diambil dari kaum “suffah”, ialah golongan sahabat-sahabat nabi yang menyisihkan dirinya di satu tempat terpencil disamping masjid Nabi.

      Kata setengahnya pula dari perkataan “shuffanah”, ialah sebangsa kayu yang tumbuh di padang pasir tanah arab, tetapi setengah ahli bahasa dan riwayat, terutama dizaman yang akhir ini mengatakan bahwa perkataan “sufi" itu bukanlah "H.Yunahar Ilyas, op.cit, him. 1-2.

      9Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983, him. 125.

      20

      21

      bahasa Arab, tetapi bahasa Yunani lama yang di-Arabkan dan diucapkan dengan lidah orang Arab sehingga berubah menjadi “tasaw uf’. Walaupun darimana pengambilan perkataan itu, dari bahasa Arabkah atau bahasa Yunani, namun dari asal-usul pengambilan itu sudah nyata bahwa yang dimaksud dengan kaum

      

    “tasaw uf ’ atau kaum “su fi” itu ialahkaum yang telah menyusun kumpulan

      menyisihkan diri dari oang banyak, dengan maksud membersihkan hati, laksana kilat kaca terhadap Tuhan, atau memakai pakaian yang sederhana, jangan menyerupai pakaian orang dinia, biar hidup kelihatan kurus keringbagai kayu di padang pasir, atau memperdalam penyelidikan tentang perhubungan makhluk dengan kholik-Nya.'0 Dari pengertian di atas, antara akhlak dan tasawuf mempunyai keterkaitan.

      Akhlak adalah Start point dari masuknya seseorang ke dunia tasawuf. Memahami tasawuf berarti harus memahami akhlak. Kesalahan memahami akhlak akan memunculkan kesalahan memahami tasawuf.11

    B. Tujuan Akhlak Tasawuf

      Tujuan akhlak tasawuf mempunyai sifat bertingkat-tingkat dan selalu berkembang yaitu, tujuan akhlak tasawuf yang hakiki adalah pembinaan akhlak secara pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu ia dilakukan untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan dengan segala kesempurnaan sifat-Nya. Jadi secara umum, tujuan terpenting dari pengamal tasawuf adalah taqarrub, mendekatkan diri kepada

      Allah, dalam hal ini dapat diartikan: 0 l0Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, him. 1-2.

      "Akhmad Sultoni, Akhlak Tasawuf, STAIN Salatiga Pres, Yogyakarta, 2005, him. 69.

      22

      1. Mengenal atau mempercayai Allah dengan segala kesempurnaan sifat- Nya.

      2. Melihat (kesempurnaan sifat, asma ’, a fa l, zat) Allah.

      3. Bersatu (kehendak dirinya) dengan kehendak Allah.

      Ahmad Sultoni mengutip beberapa pendapat ulama’ tentang tujuan tasawuf.

      1. Hamka Menurut Hamka, tujuan hidup kerohanian dalam Islam (tasawuf) adalah:

      a. Awalnya ingin mengendalikan jiwa dalam menempuh hidup mencari kerelaan Tuhan supaya tidak terpedaya oleh kebendaan.

      b. Selanjutnya tasawuf menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih hebat yaitu melihat wajah Tuhan.

      c. Akhirnya ingin mencapai maqom tertinggi yaitu fana dalam wujud Allah yaitu ittihad baik hului maupun wahdatul wujud melalui latihan rohani (riyadhoh dan kesungguhan atau mujahadah).

      2. Rivag Siregar Menurut Rivag Siregar, tujuan akhir tasawuf adalah:

      a. Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan, karena Dia-lah penggerak utama dari segala kejadian alam ini.

      b. Penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepaskan diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan dunia yang diistilahkan sebagai “fana al-ma ’ash dan baqa al-tha ’ah

      23 c.

      Peniadaan kesadaran terhadap “diri sendiri” serta pemusatan diri pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali Dia. Ilahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi"

      3. Rabiah al-Adawiyah Menurutnya tujuan tasawuf yaitu terbukanya tabir pengikat alam ghaib sehingga seorang sufi bisa mengalami penyaksian dan berhubungan langsung dengan dunia ghoib dan zat Tuhan.

      4. Abdul Hakim Dalam kitab al-tasaw uffi al-syi’ri ‘arabi, beliau mengatakan tujuan tasawuf ialah sampai pada zat yang hak mutlak atau bahkan bersatu dengan Tuhan.12

      C. Pembagian Ilmu Akhlak Tasawuf Depag bersama LIPI mengklasifikasikan akhlak tasawuf menjadi tasawuf akhlaki, ‘amali, dan tasawuf falsafi.

      1. Tasawuf akhlaki Adalah ajaran tasawuf yang membahas kesempurnaan dan kesucian jiwa melalui proses pengaturan sikap mental dan kedisiplinan tingkah laku secara ketat.13 Seseorang apabila ingin mencapai kebahagiaan yang maksimal, harus bisa melihat dirinya dan mengidentifikasi eksistensi diri dengasn ciri-ciri ketuhanan, dan memperbaiki diri dari amal yaitu melalui penyucian jiwa dengan moral yang baik dan mempunyai akhlakul karimah.

      12Ibid., him. 32-33.

      '^Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 10.