DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK ANAK (STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NOMOR : 0077/Pdt.P/2014/PA. SAL) - Test Repository

  

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH

TERHADAP HAK ANAK (STUDI PUTUSAN PENGADILAN

AGAMA SALATIGA NOMOR : 0077/Pdt.P/2014/PA. SAL)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

Lilik Setyawan

  

NIM : 21211003

JURUSAN AHWALAL- SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

  ى ر اخبلا هاور . هملع و نا رقلا ملعت هم مك ريخ

  Sebaik-baiknya orang diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al- qur’an dan mengajarkannya.

  PERSEMBAHAN

  Untuk orang tuaku, para dosenku, saudara saudaraku, sahabat-sahabatku seperjuangan.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirobbil’alamin,

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat- Nya, kesabaran, ketelitian dan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ” Dampak Penolakan Itsbat Nikah Terhadap Hak Anak (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA. SAL)

  ”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S-1 Fakulta s Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengahturkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Heriyadi, M. Pd., Selaku Rektor IAIN Saltiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  3. Bapak Syukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah skripsi ini.

  4. Bapak Drs.Machfudz, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  5. Bapak Drs. H. Umar Muchlis selaku Ketua Pengadilan Agama Salatiga yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan penelitiaan di Pengadilan Agama Salatiga 6. Bapak Drs. Jaenuri, M.H sebagai hakim Pengadilan agama Salatiga yang telah membantu memberikan informasi dan data-data yang penulis butuhkan.

  7. Para Dosen Syari’ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do’a selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi ini sebagaimana disebutkan di atas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis. Akhir kata penulis

  

ABSTRAK

  Setyawan, Lilik. 2015. Dampak Penolakan Itsbat Nikah Terhadap Hak Anak (Studi

  Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA. SAL) Skripsi. Jurusan Ahwal Al-Shakhshiyyah.

  Fakultas syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Drs. Machfudz M, Ag.

  Kata kunci : Dampak Penolakan Itsbat Nikah Terhadap Hak Anak

  Perkawinan yang tidak dicatatkan adalah perkawinan yang dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya tetapi tidak di catatkan atau didaftarkan pada kantor urusan agama (KUA) dan kantor catatan sipil. Perkawinan yang tidak dicatatkan tentunya akan mempunyai akibat hukum. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menolak permohonan itsbat nikah nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL dan dampak penolakan itsbat nikah terhadap hak anak. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yuridis normatif yaitu suatu pendekatan untuk menemukan apakah suatu perbuatan hukum itu sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku atau tidak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis stastistik atau cara kuantifikasi lainnya. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,wawancara, dokumentasi dan studi pustaka, sehingga menghasilkan data deskriptif analisis dari data yang diperoleh dari data tertulis.

  Peneliti ini menggunakan data primer penetapan pengadilan agama Salatiga no. 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL dan data sekunder UUP no.1 tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam (KHI), UU no.23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan data yang bersumber dari buku-buku, peraturan perundang-undangan. Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL adalah : undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencukupi umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain. Sedangkan dampak penolakan itsbat nikah terhadap hak anak, jika kedua orang tuanya bercerai anak sulit mendapatkan harta gono gini karena secara hukum pernikahannya dianggap belum pernah terjadi menurut Negara, Istri dan anak juga tidak berhak atas nafkah dan warisan jika suami meninggal dunia, Anak kesulitan mendapatkan akta kelahiran sebab orang tuanya tidak mempunyai akta nikah.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii

PENGESAHAN ............................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iv

  v MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................

  

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

  BAB I : PENDAHULUAN

  1 A.

   Latar Belakang Masalah....................................................

  4 B.

   Rumusan Masalah..............................................................

  4 C.

   Tujuan Penelitian ...............................................................

  4 D.

   Kegunaan Penelitian ..........................................................

  4 E.

   Penegasan Istilah ................................................................

  5 F.

   Kajian Pustaka ...................................................................

  10 G.

   Metodologi Penelitian ........................................................

  10 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………....….…..........

  10 2. Kehadiran Peneliti……………...………………….........

  11 3. Lokasi Penelitian…………..…………………...….........

  11 4. Sumber Data……………...………………….….............

  12 5. Teknik Pengumpulan Data………...………………........

  13 6. Analisis Data……………………..…………..................

  13 7. Pengesahan Keabsahan Data……..…..............................

  14 8. Tahap-Tahap Penelitian…………..……..........................

  14 H.

   Sistimatika Penulisan ....................................................

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Tentang Perkawinan 1.

  16 Pengertian Perkawinan …………………….................

  2.

  16 Rukun dan Syarat Perkawinan…………..…….............

  3.

  23 Hukum Perkawinan……………..…………..................

  4.

  24 Tujuan Perkawinan……………...………….................

  B. Pencatatan Perkawinan 1.

  25 Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan….......................

  2.

  28 Instansi Pencatat Perkawinan…………….....................

  3.

  28 Tujuan Pencatatan Perkawinan…………......................

  4.

  29 Akibat Hukum Perkawinan Tidak Dicatatkan ..............

  C. Itsbat Nikah 1.

  30 Pengertian Itsbat Nikah ................................................ Dasar Hukum Itsbat Nikah……………...….................

  3. Isbat Sebab-Sebab Diajukannya Permohonan

  31 Nikah…........................................................................

  4.

  33 Akibat Hukum Itsbat Nikah……….............................

  D. Pengertian Anak dan Hak-Hak Anak 1.

  33 Pengertian Anak Menurut Islam..................................

  2.

  34 Hak Anak dalam Hukum Islam...................................

  3. Pengertian Anak Menurut Perundang-Undangan.......

  36 4.

  37 Hak-Hak Anak Menurut Perundang-Undangan……..

  BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Profil Pengadilan Agama Salatiga 1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama

  39 Salatiga………...............................................................

  39 2. Batas Wilayah……………………………....................

  40 3. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama.…….......

  41 4. Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Salatiga…..…..

  43 5. Visi dan Misi ……………............................................

  44

  6. Struktur Organisasi B.

   Prosedur Itsbat Nikah

  44 1. Proses Pengajuan Perkara .………………….…..........

  46 2. Menghadiri Persidangan…………………….…...........

  3. Putusan/Penetapan Pengadilan…………………….....

  47 C.

   Gambaran Perkara Nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL 1.

  Tentang Duduk Perkaranya…………….….…............

  47 2. Tentang Pertimbangan Hukum…………………….....

  49 BAB IV : PEMBAHASAN

  51 A. Analisis Penetapan Nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL...… B.

  Dampak Yuridis Penolakan Itsbat Nikah

  55 No :0077/Pdt.P/2014/PA.SAL.. ......................................

  BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................

  57 B. Saran ...................................................................................

  59 DAFTAR PUSTAKA 60 ……………………………………………………..

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

  maupun kelompok dengan jalan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai mahkluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tentram dan rasa kasih sayang antara suami istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan (Basyir, 1996:1).

  Menurut undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1, pasal 1 menetapkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Sedangkan perkawinan menurut hukum islam adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagian hidup keluarga, yang meliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang di ridhai Allah (Basyir, 1996:11). Dalam perkawinan tidak terlepas dari hak dan kewajiban suami istri, karena perkawinan adalah suatu lembaga yang luhur di dalam rumah tangga, perkawinan menjadi sarana terbentuknnya keluarga besar yang asalnnya terdiri dari dua keluarga yang tidak (Nasution, 2004:19). Perkawinan dalam Islam di pandang sebagai perjanjian, karena di dasari oleh saling persetujuan antara laki-laki dan perempuan. oleh karena itu, bisa bubar ketika hak dan kewajiban yang di tetapkan oleh hukum, tidak di penuhi (Ghazali, 1984:16). Perkawinan adalah salah satu asas pokok hidup, terutama dalam pergaulan atau bermasyarakat yang sempurna, selain itu perkawinan juga merupakan suatu pokok utama untuk menyusun masyarakat kecil, yang nantinya akan menjadi anggota dalam masyarakat yang besar.

  Dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 tentang perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dalam penjelasan pasal 2 disebutkan bahwa dengan perumusan pada pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan diluar hukum rnasing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, sesuai dengan undang-undang perkawinan. Pasal 7 ayat 1 perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Ayat 2 dalam hal penyimpangan dalam ayat (1), pasal ini dapat minta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.

  Berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) dibuktikan dengan akta perkawinan atau akta nikah yang dicatat dalam register.

  Bahkan ditegaskan, akta perkawinan atau akta nikah merupakan satu-satunya alat bukti perkawinan. Dengan perkataan lain, perkawinan yang dicatatkan pada pegawai pencatat nikah (PPN) kantor urusan agama kecamatan akan diterbitkan akta nikah atau buku nikah merupakan unsur konstitutif (yang melahirkan) perkawinan. tanpa akta perkawinan yang dicatat, secara hukum tidak ada atau belum ada perkawinan. sedangkan menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, akta nikah dan pencatatan perkawinan bukan satu-satunya alat bukti keberadaan atau keabsahan perkawinan, karena itu walaupun sebagai alat bukti tetapi bukan sebagai alat bukti yang menentukan sahnya perkawinan, karena hukum perkawinan agamalah yang menentukan keberadaan dan keabsahan perkawinan.

  Terkait dengan dampak negatif dari maraknya praktek pernikahan siri terutama perempuan dan anak dengan adanya beberapa kasus, termasuk diantaranya tentang penolakan itsbat nikah yang diajukan ke pengadilan agama, maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Dampak Penolakan Itsbat Nikah Terhadap Hak Anak”. B.

  Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : 1.

  Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam penolakan permohonan itsbat nikah nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL?

  2. Bagaimana dampak penolakan itsbat nikah terhadap hak anak? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam penolakan permohonan itsbat nikah nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL.

  2. Untuk mengetahui dampak penolakan itsbat nikah terhadap hak anak.

  3. Untuk Mengetahui kedudukan perkawinan yang itsbat nikahnya di tolak pengadilan agama.

  D. Kegunaan Penelitian 1.

  Secara akademis untuk memberikan kontribusi keilmuwan dalam bidang hukum, terutama dalam bidang pernikahan.

  2. Secara praktis, skripsi ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi mahasiswa dan masyarakat umum yang ingin mengetahui masalah hukum perkawinan khususnya dalam masalah itsbat nikah.

  E. Penegasan Istilah

  Penulis perlu memperjelas beberapa istilah yang di pakai dalam penelitian ini. Hal ini penulis maksudkan untuk menghindari terjadinnya kesalah pahaman terhadap istilah-istilah yang perlu di jelaskan sebagai berikut :

  1. Itsbat nikah adalah : Pengesahan atas Perkawinan yang telah di langsungkan yang berwenang.

  2. Itsbat nikah adalah : Penetapan atau Pengesahan Nikah oleh Pengadilan Agama (Summa, 2005:287).

3. Dampak : Pengaruh kuat yang mendatangkan akibat.

F. Kajian Pustaka

  Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti kemukakan beberapa penelitian tentang itsbat nikah : Skripsi Maman badruzzaman yang berjudul Efektivitas itsbat nikah masal dalam meminimalisir terjadinnya pernikahan tanpa akta nikah (studi kasus di KUA kecamatan karang gampel kecamatan Indramayu tahun 2008-2012). Rumusan masalah : Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam penetapan itsbat nikah di kecamatan Indramayu? Bagaimana keberhasilan itsbat nikah masal dalam mengurangi terjadinya pernikahan tanpa akta nikah? Hasil penelitian : dasar hukum yang digunakan para hakim pengadilan agama Indramayu dalam penetapan itsbat nikah adalah kompilasi hukum islam pasal 7 (3). Program itsbat nikah masal di kabupaten Indramayu sangat efektif karena dapat membantu pasangan suami istri yang belum mempunyai akta nikah, dapat mengitsbatkan nikahnya tanpa dipungut biasa.

  Skripsi Ayuhan yang berjudul : Legalisasi hukum pernikahan siri dengan itsbat nikah yang diatur dalam hukum islam dan perundang-undangan? Bagaimana hasil penetapan majlis hakim pengadilan agama Jakarta pusat dalam menetapkan itsbat nikah pernikahan siri? Apa yang menjadi dasar dan pertimbangan hukum pengadilan Jakarta pusat dalam menetapkan perkara itsbat tersebut?

  Hasil penelitian : Adapun ketentuan itsbat nikah yang diatur dalam hukum islam adalah : pernikahan yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat pernikahan itu sendiri, karena pada hakekatnya rukun dan syarat pernikahan adalah hal yang penting dalam sebuah pernikahan, sedangkan dalam perundang- undangan adalah telah sesuai dalam pasal 2 (1-2) undang

  • –undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan juga pada kompilasi hukum islam pasal 7 ayat (1- 4). Pada kasus ini, hasil penetapan majlis hakim pengadilan agama Jakarta pusat menetapkan bahwa perkawinan yang di lakukan antara pemohon I dan pemohon

  II dapat di itsbatkan dan juga perkawinannya sah karena telah sesuai dengan rukun dan syarat sahnya pernikahan, maka tidak adanya alasan lagi majlis hakim pengadilan agama Jakarta pusat untuk tidak menetapkan itsbat nikah tersebut. Adapun yang menjadi dasar dan pertimbangan hakim pengadilan agama Jakarta pusat dalam memutuskan perkara itsbat nikah ini adalah sesuai dengan penjelasan dan ketentuan pasal 49 ayat (2) undang-undang nomor 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang peradilan agama dan dalam kompilasi hukum islam pasal 7 ayat (3) dan pasal 14 sampai 38 maka sudah jelas bagi hakim mengabulkan permohonan itsbat nikah tersebut.

  Skripsi Dian Syafrianto yang berjudul : Pelaksanaan Itsbat Nikah DiPengadilan Agama Semarang Setelah Berlakunnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Rumusan masalah : Bagaimana prosedur pengajuan itsbat nikah di pengadilan agama semarang setelah berlakunnya undang-undang nomor 1 tahun 1974? Dasar pertimbangan hakim dalam memberikan putusan atau penetapan itsbat nikah di pengadilan Semarang? Hasil penelitian : Prosedur pengajuan itsbat nikah dipengadilan agama Semarang serta dengan menganalisis perkara itsbat nikah yang masuk disana bahwa secara keseluruhan tahap dan prosedurnya sudah sesuai dengan hukum acara peradilan agama sebagaimana yang ada di HIR/R.Bg. dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dasar pertimbangan pengadilan agama semarang dalam memberikan penetapan itsbat nikah yaitu dengan melihat dan memeriksa legal standing (kedudukan hukum) pemohon untuk mengajukan perkara itsbat nikah di pengadilan agama dan fundamentum petendi (posita) adalah dasar atau dalil gugatan yang berisi tentang peristiwa dan hubungan hukum itsbat nikah dan alasan atau tujuan dalam pengajuan itsbat nikah.

  Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui sejarah penelitian, membantu prosedur penyelesaian masalah, memahami latar belakang teori masalah, mengetahui manfaat sebelumnya, menghindari terjadinya duplikat penelitian, Perbedaan skripsi yang terdahulu dengan skripsi ini, skripsi Maman badruzzaman yang berjudul Efektivitas itsbat nikah masal dalam meminimalisir terjadinnya pernikahan tanpa akta nikah (studi kasus di KUA kecamatan karang gampel kecamatan Indramayu tahun 2008-2012). Hasil penelitian : dasar hukum yang digunakan para hakim pengadilan agama Indramayu dalam penetapan itsbat nikah adalah kompilasi hukum islam pasal 7 (3). Program itsbat nikah masal di kabupaten Indramayu sangat efektif karena dapat membantu pasangan suami istri yang belum mempunyai akta nikah, dapat mengitsbatkan nikahnya tanpa dipungut biasa.

  Skripsi Ayuhan yang berjudul : Legalisasi hukum pernikahan siri dengan itsbat nikah dipengadilan Jakarta pusat. Hasil penelitian : Adapun ketentuan itsbat nikah yang diatur dalam hukum islam adalah : pernikahan yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat pernikahan itu sendiri, karena pada hakekatnya rukun dan syarat pernikahan adalah hal yang penting dalam sebuah pernikahan, sedangkan dalam perundang-undangan adalah telah sesuai dalam pasal 2 (1-2) undang

  • –undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan juga pada kompilasi hukum islam pasal 7 ayat (1-4). Pada kasus ini, hasil penetapan majlis hakim pengadilan agama Jakarta pusat menetapkan bahwa perkawinan yang di lakukan antara pemohon I dan pemohon II dapat di itsbatkan dan juga perkawinannya sah karena telah sesuai dengan rukun dan syarat sahnya
pernikahan, maka tidak adanya alasan lagi majlis hakim pengadilan agama dasar dan pertimbangan hakim pengadilan agama Jakarta pusat dalam memutuskan perkara itsbat nikah ini adalah sesuai dengan penjelasan dan ketentuan pasal 49 ayat (2) undang-undang nomor 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang peradilan agama dan dalam kompilasi hukum islam pasal 7 ayat (3) dan pasal 14 sampai 38 tentang rukun dan syarat perkawinan, oleh karena pertimbangan hukum diatas maka sudah jelas bagi hakim mengabulkan permohonan itsbat nikah tersebut.

  Skripsi Dian Syafrianto yang berjudul : Pelaksanaan Itsbat Nikah DiPengadilan Agama Semarang Setelah Berlakunnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.Hasil penelitian : Prosedur pengajuan itsbat nikah dipengadilan agama Semarang serta dengan menganalisis perkara itsbat nikah yang masuk disana bahwa secara keseluruhan tahap dan prosedurnya sudah sesuai dengan hukum acara peradilan agama sebagaimana yang ada di HIR/R.Bg. dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dasar pertimbangan pengadilan agama semarang dalam memberikan penetapan itsbat nikah yaitu dengan melihat dan memeriksa legal standing (kedudukan hukum) pemohon untuk mengajukan perkara itsbat nikah di pengadilan agama dan fundamentum petendi (posita) adalah dasar atau dalil gugatan yang berisi tentang peristiwa dan hubungan hukum itsbat nikah dan alasan atau tujuan dalam pengajuan itsbat nikah.

  Dengan demikian skripsi yang saya angkat berbeda dengan skripsi-skripsi Penolakan Itsbat Nikah Terhadap Hak Anak (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL).

  G.

  Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan yuridis normatif. yaitu suatu pendekatan untuk menemukan apakah suatu perbuatan hukum itu sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku atau tidak. Karena dengan pendekatan ini bisa mengetahui semua hal tentang pelaksanaan isbat nikah di pengadilan agama.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis stastistik atau cara kuantifikasi lainnya (Maleong, 2008:6).

2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang digunakan perlengkapan tulis (pensil, bolpoin, penggaris dan buku catatan) serta alat dokumentasi (kamera dan alat perekam). Kehadiran penulis dilapangan sangat diperlukan, data lapangan yang diperlukan yaitu penetapan itsbat nikah nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL dan masalah yang berkaitan dengan itsbat nikah. Penulis berperan sebagai partisipan penuh membaur dengan subjek atau peneliti oleh subjek atau informan.

  3. Lokasi Penelitian Pengadilan agama Salatiga karena masyarakat Salatiga dan sekitarnya yang beragama Islam mengajukan itsbat nikah di pengadilan tersebut.

  4. Sumber Data a.

  Data Primer 1)

  Penetapan pengadilan agama Salatiga No. 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL dan wawancara terhadap hakim, kemudian data itu di analisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang dikaji.

  b.

  Data Sekunder 1)

  Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan 2)

  Kompilasi Hukum Islam (KHI) 3)

  Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan.

  4) Data yang diperoleh dari studi kepustakaan (library risearsch) dari buku-buku literatur dan karangan ilmiah.

5. Teknik Pengumpulan Data

  Observasi Metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan, peninjauan secara cermat dan penulisan secara langsung untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104).

  b.

  Wawancara Wawancara ini digunakan untuk memperoleh beberapa jenis data dengan komunikasi secara langsung mengenai pokok-pokok masalah tentang itsbat nikah, sasaran wawancara adalah para hakim di Pengadilan Agama Salatiga.

  c.

  Dokementasi Mencari data mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan itsbat nikah dari pengadilan agama Salatiga. Metode ini digunakan sebagai pelengkap dalam memperoleh data.

  d.

  Studi Pustaka Studi pustaka diperlukan untuk mengkaji beberapa literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Literatur-literatur yang dimaksud di antaranya bersumber dari al- qur’an, peraturan perundang- undangan, buku-buku dan literatur lain.

  6. Analisis Data yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hepotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasrkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, teryata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori (Sugiyono, 2010:335).

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data, sedangkan pengertian triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Maleong, 2004:330). Untuk pengecekan keabsahan data, penulis menggunakan cara teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi, yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability), ketergantungan pada konteksnya

  (dependability), dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya 8.

  Tahap-Tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan penelitian pendahuluan ke pengadilan agama Salatiga untuk mencari data awal mengenai kasus itsbat nikah, kemudian penulis melakukan pengembangan dari data awal tadi, kemudian penulis melakukan penelitian yang sebenarnya dan menulis hasil laporan tersebut.

  H.

  Sistematika Penulisan

  S istematika ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat

  dijelaskan sebagai berikut : Bab Kesatu :Merupakan Bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab Kedua : Dalam bab ini berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan tentang gambaran umum perkawinan,itsbat nikah,pencatatan perkawinan dan hak- hak anak dalam perkawinan menurut perundang-undangan.

  Bab Ketiga : Dalam bab ini berisi tentang gambaran pengadilan agama salatiga, gambaran perkara nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL dan dasar pertimbangan hakim dalam penetapan perkara nomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL.

  Bab Keempat : Dalam bab ini berisi tentang analisis penetapan hakimnomor : 0077/Pdt.P/2014/PA.SAL dan dampak yuridis terhadap hak anak.

  Bab Kelima : Dalam bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Tentang Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan menurut undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974

  ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa (Basyir, 1996:11). Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2, perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan gholidhzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah (Summa, 2004:286). Perkawinan dalam literatur fiqih berbahasa arab disebut dengan dua kata yaitu nikah (

  حك ) dan zawaj ( جاوز ). ن Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al- qur’an dengan arti kawin, seperti dalam surat annisa ayat (3) :

   ...

  Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang…(Bafadal, Al-qur’an dan Terjemahannya, 2006:99).

  Demikian pula banyak terdapat kata za-wa-jadalam Al- qur’an dalam 

   Maka tatkala zaid telah mengakhiri keperluan (menceraikan) istrinnya, kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) mantan istri-istri anak angkat mereka…(Bafadal, Al-qur’an dan Terjemahannya, 2006:598).

  Secara arti kata nikah atau zawaj berarti bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad. dalam arti terminologis dalam kitab-kitab fiqih banyak diartikan akad atau perjanjian yang mengandung maksud memperbolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafaz na-ka-ha atau za-wa-ja (Syarifuddin, 2003:74). Perkawinan atau pernikahan dalam Islam dilakukan atas dasar hubungan yang halal, Sebagaimana dinyatakan dalam Al- qur’an, merupakan bukti dari kemaha bijaksanaan Allah. dalam mengatur mahkluknya, firman Allah : (An najm : 45).

   Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasang pria dan wanita (Bafadal, Al- qur’an dan Terjemahannya, 2006:766). 

   Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadannya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (ar rum : 21) (Bafadal, qur’an dan Terjemahannya, 2006:766).

  Kedua ayat diatas menyatakan kepada kita bahwa Islam merupakan ajaran yang menghendaki adannya keseimbangan hidup antara jasmani dan rohani, antara duniawi dan ukhrawi, antara materiil dan spiritual. oleh sebab itu selain merupakan sunnatullah yang bersifat kodrati, perkawinan dalam Islam juga merupakan sunnah Rasul (Saleh, 2008:296).

2. Rukun dan Syarat Perkawinan

  Rukun dan syarat adalah hal yang penting dan bila ditinggalkan akan menyebabkan sesuatu itu tidak sah, demikian halnnya dalam perkawinan.

  Perkawinan yang syarat nilai dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Rukun adalah unsur yang melekat pada peristiwa hukum atau perbuatan hukum (misalnya akad perkawinan), baik dari segi para subjek hukum maupun objek hukum yang merupakan bagian dari perbuatan hukum atau peristiwa hukum (akad nikah) ketika peristiwa hukum tersebut berlangung (Djubaidah, 2010:90). Syarat adalah hal-hal yang melekat pada masing-masing unsur yang menjadi bagian dari suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum akibat tidak terpenuhinya syarat adalah tidak dengan sendirinya membatalkan perbuatan hukum atau peristiwa hukum, namun perbuatan hukum atau peristiwa hukum tersebut dapat dibatalkan (Djubaidah, 2010:92).

  a.

  Syarat perkawinan menurut UU no 1 tahun 1974 pasal (6) yaitu :

  1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua mempelai Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua

  3) Dalam hal salah satu orang dari kedua orang telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin yang di maksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknnya

  4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknnya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknnya

  5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan 4 pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang- orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini

  6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku dari yang bersangkutan tidak menentukan lain (Sudarsono, 2005:3).

  b.

  Menurut KHI pasal 14 rukun dalam perkawinan adalah sebagai berikut : 1)

  Calon suami 2)

  Calon istri 3)

  Wali nikah 4)

  Dua orang saksi

5) Ijab dan qobul (Summa, 2004:289).

  c.

  Menurut agama Islam 1)

  Akad nikah Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang berakad dalam bentuk ijab dan qobul. Ijab penyerahan dari pihak pertama sedangkan qobul adalah penerimaan dari pihak kedua. Adapun syarat-syarat akad adalah :

  a) Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qobul

  b) Materi ijab dan qobul tidak boleh berbeda, seperti nama perempuan secara lengkap dan bentuk mahar c)

  Ijab dan qobul harus diucapkan secara bersambung tanpa terputus- putus walaupun sesaat,jelas dan terus terang d)

  Ijab dan qobul tidak boleh menggunakan lafaz yang mengandung maksud membatasi perkawinan untuk masa tertentu

  2) Laki-laki dan perempuan yang kawin perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama perempuan, karena ini yang tersebut dalam al- qur’an. Adapun syarat-syarat yang dipenuhi laki-laki dan perempuan yang akan kawin ini adalah sebagai berikut : a)

  Keduannya jelas keberadaannya, identitasnnya dan beragama Islam

  b) Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan perkawinan

  c) Keduannya telah mencapai usia yang layak untuk perkawinan

  3) Wali

  Wali dalam perkawinan adalah seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah. Keberadaan seorang wali dalam akad nikah suatu yang mesti dan tidak sah akad perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. ini adalah pendapat jumhur ulama. adapun syarat-syarat menjadi wali adalah :

  a) Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali b)

  Laki-laki, muslim, merdeka,adil, tidak dalam pengampuan dan tidak sedang dalam ihram

  4) Kerelaan perempuan untuk dinikahkan

  Meskipun perempuan waktu akad nikah tidak dapat melakukan sendiri pernikahannya tetapi dilakukan oleh wali, namun kerelaan perempuan untuk dinikahkan merupakan suatu keharusan, wali mesti meminta izin dan kerelaan perempuan yang dinikahkan bila perempuan itu masih perawan, Sedangkan bila perempuan itu sudah janda tidak cukup minta izin, tetapi perempuan itu sendiri untuk minta dinikahkan. 5)

  Saksi Akad pernikahan mesti disaksikan oleh dua orang saksi supaya ada kepastian hukum dan untuk menghindari timbulnnya sanggahan dari pihak-pihak yang berakad di belakang hari. adapun syarat-syarat saksi dalam pernikahan adalah sebagai berikut : a)

  Saksi itu berjumlah paling kurang dua orang, beragama islam, merdeka, laki-laki dan dapat mendengar dan melihat b)

  Kedua saksi bersifat adil dan tidak pernah melakukan dosa 6)

  Mahar Mahar ialah pemberian khusus laki-laki kepada perempuan yang melangsungkan perkawinan pada waktu akad nikah. Hukum pemberian mahar itu adalah wajib dengan arti laki-laki yang mengawini seorang perempuan mesti menyerahkan mahar kepada 3.

   Hukum Perkawinan : a.

  Wajib Hukum nikah menjadi wajib bagi seseorang yang memiliki kemampuan biaya nikah, mampu menegakkan keadilan dalam pergaulan yang baik dengan istri yang dinikahinya, dan ia mempunyai dugaan kuat akan melakukan perzinaan apabila tidak menikah (Azzam, 2009:45).

  b.

  Sunnat Perkawinan hukumnya sunnat bagi orang yang telah berkeinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul kewajiban-kewajiban dalam perkawinan, tetapi apabila tidak kawin juga tidak ada kekhawatiran akan berbuat zina (Basyir, 1996:12).

  c.

  Haram Hukum nikah haram bagi seseorang yang tidak memiliki kemampuan nafkah nikah dan yakin akan terjadi penganiayaan jika menikah. d.

  Makruh seseorang mempunyai kemampuan harta biaya nikah dan tidak dikhawatirkan terjadi maksiat zina, tetapi di khawatirkan terjadi penganiayaan istri yang tidak sampai ke tingkat yakin (Azzam, 2009:46).

  e.

  Mubah Perkawinan yang hukumnya mubah bagi orang yang mempunyai harta, tetapi apabila tidak kawin tidak merasa khawatir akan berbuat zina dan andaikata kawinpun tidak merasa khawatir akan menyia-nyiakan kewajibannya terhadap istri. perkawinan dilakukan sekadar untuk memenuhi syahwat dan kesenangan dan bukan dengan tujuan membina keluarga dan menjaga keselamatan hidup beragama (Basyir, 1996:14).

4. Tujuan Perkawinan

  Tujuan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

  Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir batin di sebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga. Ada beberapa tujuan dari disyari

  ’atkannya perkawinan atas umat Islam, diantaranya adalah : a. Untuk mendapatkan anak keturunan bagi melanjutkan generasi yang akan datang. hal ini terlihat dari surat an nisa ayat (1) :

   

  

  Wahaisekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang menjadikanmu kamu dari diri yang satu dari padannya Allah menjadikan istri-istri dan dari keduannya Allah menjadikan anak keturunan yang banyak, laki-laki dan perempuan (Bafadal, Al- qur’an dan Terjemahannya, 2006:99).

  b.

  Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang. Hal ini terlihat dari surat ar rum ayat ( 21) : 