PENINGKATAN PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA KERTAS ORIGAMI PADA SISWAI DI TK AL FARABI TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KETERAMPILAN

  

MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA

KERTAS ORIGAMI PADA SISWA/I DI TK AL FARABI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : RISA OKTAVIA 116-13-018 JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

  

SALATIGA

2017

  

MOTTO

دجو ّ دج نم

Man jadda wajada

  

Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan)

(www.katamutiarabahasaarab.com)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini dipersembahkan untuk : 1.

  Orangtua , Ibu marwinjayati yang telah melahirkan, mendidik, serta memberikan dorongan baik materiil maupun spiritual dan tak lupa keluarga besar yang tidak ada hentinya mendoakan kebaikan untukku.

  2. Dosen-dosen tercinta, Bp.Wahidin, Ibu Asdiqoh dan Bp. Agung yang telah menemani saya selama saya berproses belajar dan menyelesaikan skripsi.

  3. Sahabat-sahabatku, Khairiyyah Titi W.A. , Shohifatun Nasihah, Asih Nurjannah, Aryana Safitri, Mar’ahtus sholihah , Alfi Hamidatun Nasihah, Ibu Luluk Suci Rahayu yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Kepada Sahabatku, Carina Dewi Tri Utaminingsih, Ira Marta Putri, Nicko Candra Davinci, dan Hermanto yang telah mendukung serta membantu dalam hal materiil maupun semangat dalam perjalanan menyelesaikan skripsi.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “PENINGKATAN MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA KERTAS ORIGAMI PADA ANAK USIA DINI DI TK AL FARABI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 ”.

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Dra.Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga dan Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikan skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Oktavia, Risa 2017.(Peningkatan Motorik Halus Melalui Alat Peraga Kertas

  

Origami pada Anak Usia Dini di TK AL FARABI Salatiga Tahun Pelajaran

2017/2018 ). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan

  Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si Kata Kunci : Motorik Halus, Alat Peraga Kertas origami, Anak Usia Dini.

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus melalui alat peraga kertas origami pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Pentingnya meningkatkan motorik halus pada anak usia dini menjadi alasan penelitian yakni melalui kegiatan menggunakan alat peraga kertas origami untuk meningkatkan kemampuan sensorik, kemampuan berfikir, dan yang paling utama yaitu meningkatkan pengembangan motorik halus pada anak usia dini.

  Dengan alat peraga kertas origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI yang sudah dibuktikan oleh peneliti selama Siklus I sampai Siklus II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah anak dalam usia 6-7 tahun yang tergabung dalam kelompok B dan berjumlah 15 anak. Metode yang dikumpulkan untuk pengumpulan data adalah, tes yang berupa lembar kerja anak , observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan motorik halus melalui alat peraga kertas origami di TK AL FARABI Salatiga sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas sebesar 27%. Setelah dilakukan tindakan yang disepakati yaitu melalui alat peraga kertas origami diperoleh hasil Siklus I sebesar 61% dan Siklus II meningkat menjadi 91%. Hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator pencapaian sebesar 75% yang telah ditetapkan sekolah.

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak.................................6Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok B........................................................44Tabel 3.2 Daftar Nama Guru TK AL FARABI...................................................45Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian nilai Lembar Kerja Anak..................................59Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus.....................................................60Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus.....................................................................62Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I.........................................................................64Tabel 4.5 Hail Penilaian Siklus II..........................................................................66Tabel 4.6 Hasil Pencapaian Siklus I dan Siklus II.................................................69Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Siklus I dan Siklus II................................................70

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart...................10Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Motorik Halus Melalui Alat Peraga Kertas

  Origami..................................................................................................................71

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun adalah anak-anak yang

  memiliki karakteristik spontan, memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, memiliki rentang perhatian yang pendek, bersifat egosentris dan senang berpetualang dengan mengeksplor lingkungan sekitarnya. Pembelajaran melalui melipat kertas atau origami adalah sesuatu yang menyenangkan bagi anak karena dapat dibuat apa saja, mulai dari kegiatan melipat yang sederhana seperti segitiga, persegi kemudian bentuk yang sulit . Gerak yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak melipat dan menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak (Aisyah,2008).

  Melipat adalah aktifitas seni yang mudah dan menyenangkan. Diantara perannya adalah aktivitas untuk mengisi waktu luang dan media pengajaran dan komunikasi dengan anak karena biasa dilakukan secara bersama-sama.

  Media Alat Peraga Edukatif (APE) dalam mengembangkan motorik halus dari masa kemasa selalu berkembang dengan daya kreatif dari para guru. Dari media yang sederhana hingga media yang canggih, misalnya saja origami atau seni melipat kertas yang menjadi salah satu alat dalam mengembangkan motorik halus pada anak usia dini. Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan seni. Keterampilan motorik halus mulai berkembang, setelah diawali kegiatan yang amat sederhana seperti memegang pencapaiannya dari pada ketrampilan motorik kasar karena ketrampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain. Seiring dengan pertambahan usia anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik halus semakin berkembang dan maju pesat.

  Menggunakan motorik halus adalah gerakan dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ketrampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui ketrampilan motorik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolah.

  Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak, yakni pada saat anak melewati tahun keempat dalam kehidupannya, ada perkembangan yang signifikan pada serebelum ( otak kecil yang mengontrol keseimbangan), sikap tubuh serta perkembangan motorik halus. Selain itu, pada saat ini semua serabut ototnya tumbuh semakin panjang dan tebal. Terutama otot-otot yang terdapat pada tangan dan kaki berkembang dengan cepat dibandingkan ditempat- tempat lain didalam tubuhnya. Semua ini membuat keterampilan motorik kasar dan motorik halus anak berkembang cepat (Tagor, 2007:78)

  Adapun ayat alquran yang menjelaskan tentang pendidikan sejak dini, yaitu: Surat Al- a’alq ayat 1-5:

  3

  2

  1 { ُمَزْكَلأْا َكُّبَرَو ْأَزْقا }

َنَّلَع يِذَّلا } { ٍقَلَع ْنِه َناَسنِلإا َقَلَخ } { َقَلَخ يِذَّلا َكِّبَر ِنْساِب ْأَزْقا

}

  5 4 { { ْنَلْعَي ْنَلاَه َناَسنِلإْا َنَّلَع } ِنَلَقْلاِبا

  Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia

  

telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang

paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.

  Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan diusia dini menjadi landasan dasar untuk memberikan pengetahuan dasar anak dalam memperoleh pengetahuan. Dari anak yang buta aksara bisa memperoleh pendidikan anak usia dini melalui guru-guru yang memberikan pengetahuan kepada anak huruf-huruf abjad, angka, dan lain sebagainya untuk menstimulus anak agar bisa membaca.

  Alasan peneliti menggunakan aktivitas melipat yakni melalui aktivitas melipat kertas ini mampu meningkatkan perkembangan otak, kemampuan sensorik, kemampuan berfikir, dan yang paling utama yakni, mampu mengembangkan ketrampilan motorik halus anak. Di samping itu aktivitas melipat kertas ini, dapat mengembangkan, kemampuan otot-otot kecil anak, antara lain mengembangkan ketrampilan jari-jemari tangan, melalui gerakan melipat menekan, menempel, menggunting, merobek dan menjimpit kertas lipat untuk menciptakan sebuah benda. Pada saat yang sama tanpa disadari dapat mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis meneliti dengan judul “Peningkatan Motorik Halus Melalui Alat Peraga Kertas Origami Pada Anak Usia Dini Di Tk Al Farabi Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas , maka dapat dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu apakah dengan alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut , maka tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.

  D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

  Menurut Bambang Dwiloka (2012:29) menyatakan bahwa hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu:

  “Alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARA BI tahun pelajaan 2017/2018” .

  Dalam pembahasan keberhasilan, ada indikator keberhasilan yang harus dicapai anak untuk penilaian disetiap pembelajarannya. Indikator keberhasilan dalam peningkatan motorik halus melalui alat peraga kertas origami pada anak usia dini di TK AL FARABI yakni:

  1. Kerapian di setiap lipatan.

  Indikator dalam setiap amatannya yaitu rapi saat melipat dari awal lipatan hingga akhir lipatan, sebanyak 2-4 lipatan atau lebih.

  2. Ketangkasan melipat kertas menjadi bentuk origami Indikator dalam setiap amatannya yaitu sudah tangkas dalam melipat kertas menjadi bentuk sesuai langkah.

  3. Mengerti dan melakukan perintah secara teliti Indikator dalam setiap amatannya yaitu melakukan dua perintah secara sederhana dan mampu membuat lipatan dengan teliti.

  4. Kemampuan melipat kertas mengikuti perintah Indikator dalam setiap amatannya yaitu mampu melipat kertas sesuai dengan perintah dan menyimak pemberian contoh guru dalam aktivitas melipat dan anak mampu mengembangkan kreatifitas sesuai imajinasinya.

  Penilaiaian dalam setiap indikatornya adalah dengan simbol bintang dan skornya disesuaikan dengan kriteria atau ketentuannya, tabelnya sebagai berikut :

Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan.

  Simbol Bintang Skor / Nilai

  Kategori Kriteria/ Ketentuan

  1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang tepat atau anak tidak mau mencoba.

  2 Mulai Muncul (Mm) Jika anak bisa dengan bantuan meniru teman

  3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Jika anak bisa dengan bantuan awalan

  4 Berkembang Sangat Baik (BSB) Jika anak bisa tanpa bantuan

  Seperti tabel diatas, contohnya anak A1 penilaian dalam indikator keberhasilanya yaitu kerapian anak tersebut sudah mencoba akan tetapi kurang tepat dalam melipatnya berarti anak tesebut mendapatkan skor 1 dan indikator yang lainnya seperti ketangkasan dalam melipat skornya 3, mengerti dan melakukan perintah secara teliti 2 dan kemampuan melipat kertas mengikuti petunjuk 2, langkah selanjutnya dijumlahkan dan dihitung sesuai dengan rumus.

  Setelah selesai akan mendapatkan hasil “Tuntas” dan “Belum Tuntas.

E. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

  1. Manfaat praktis yang dapat disampaikan penulis yaitu: a.

  Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru.

  b.

  Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya peningkatan perkembangan motorik halus melalui metode pemberian tugas melipat kertas atau origami pada anak usia dini.

  c.

  Bagi guru TK, guru dapat menambah wawasan betapa pentingnya memahami karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat yaitu dengan metode pemberian tugas melipat kertas atau origami.

  d.

  Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk anak.

  2. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu: Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat meningkatkan kemampuan membimbing anak dalam mengembangkan motorik halusnya melalui melipat kertas atau origami

F. Definisi Operasional

  Definisi operasional diperlukan untuk memberikan kejelasan dan menyamakan pandangan mengenai beberapa istillah yang digunakan:

  1. Pengertian Motorik Halus Pengertian peningkatan secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia Kontemporer adalah menaikkan derajat taraf. Menurut Heidi Saputra (2014:142) dalam kamus bahasanya istilah peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun dan peningkatan berarti kemajuan. Motorik halus menurut Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan, ketrampilan yang mencakup pemanfaatan menggunaan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari jemari dan gerakan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

  2. Pengertian Origami Pengertian origami dari kata ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa origami adalah seni melipat dari kertas tradisional yang dapat dibentuk dan menciptakan sebuah karya keindahan dari selembar kertas.Kegiatan melipat kertas adalah suatu kegiatan membuat bentuk karya seni/ kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan beraneka ragam bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan yang memerlukan koordinasi mata dan otot-otot tangan.

G. Metode penelitian 1.

  Rancangan penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan

  Kelas. Penelitian Tindakan kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.

  Penelitian Tindakan kelas menurut Suhardjo (2007) sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu prose atau praktik pembelajaran. Jadi penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran dan meningkatkan kualitas dalam mengajar agar

  Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas menurut Yanto (2013:42) menjabarkan sebagai berikut :

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

  PELAKSANAAN PERENCANAA PENGAMATAN SIKLUS I REFLEKSI PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGAMATAN SIKLUS II REFLEKSI

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

  Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning),

  2. Subjek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di TK AL Farobi berlokasi dijalan kyai hasyim No.10 Desa Cabean, Kelurahan Mangunsari, kota salatiga tahun pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Peneliti memililih kelompok B, karena usia perkembangan motorik halusnya harus diasah untuk menyeimbangkan dengan motorik kasar.

  Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut dengan metode pemberian tugas melipat kertas origami sehingga perkembangan motorik halusnya dapat meningkat.

  3. Langkah-Langkah Penelitian

  Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu: a.

  Tahap rencana 1)

  Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melipat kertas origami yaitu membuat Rencana Kegiatan Harian

  2) Membuat alat peraga edukatif terbuat dari kertas origami , langkah langkah melipat bentuk kepala manusia yang akan diajarkan kepada anak didik.

  3) Menyiapkan kertas origami , yang mana hasil penugasan dari anak didik tersebut.

  4) Membuat simulasi perbaikan.

  b.

  Tahap tindakan Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan metode penugasan sesuai dengan konsep pembelajaran tertulis pada (RKH) Rencana Kegiatan Harian pada tahap perencana.

  c.

  Tahap pengamatan Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulis secara d.

  Tahap analisis dan refleksi Untuk mengetahui tercapainya dan keberhasilan tujuan penelitiatujuan penelitian, tahap refleksi meliputi: 1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi. 3)

  Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk dilakukan perbaikan pada siklus II.

4. Instrumen Penelitian

  Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas adalah : a.

  Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian, alat dan sember belajar serta hasil penilaian.

  b.

  Tes buatan peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak didik yang berupa hasil melipat kertas origami, tes buatan peneliti tersebut digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang akan dianalisis dan diolah menjadi data kualitatif nantinya.

  c.

  Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses pembelajaran berlangsung secara bersamaan, yaitu anak didik tidak diperintahkan untuk mengikuti arahan lipatan dari awal hingga akhir lipatan.

  d.

  Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi: 1) Foto kegiatan pembelajaran. 2) RKH. 3) Data siswa, guru, dan profil sekolah.

5. Pengumpulan data

  Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu, peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain yaitu: a.

  Tes Peneliti memberikan penugasan untuk anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan metode pemberian tugas melipat kertas origami, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

  b.

  Metode Observasi Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian dibidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 panca indra yaitu penglihatan dan peraba. Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar, dari memegang pensil, sampai melipat kertas selama pembelajaran.

  c.

  Metode dokumentasi Cara lain memperoleh dari penelitian adalah menggunakan tehnik dokumentasi. Pada tehnik ini, dimungkinkan peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis, dimana anak didik

6. Analisis Data

  Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna mengetahui berapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi,2010:85). Menurut Suharsimi Arikunto, dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam menganalisis data menggunakan dua jenis data sebagai berikut: a.

  Data kuantitatif (penilaian hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk menentukan pemberian nilai Lembar kerja anak berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan.

  Nilai hasil belajar siswa dalam kelompok b di TK AL FARABI indikator keberhasilannya sebesar 75% dan penilaian menggunakan simbol bintang 1-4 bintang yang sudah dijelaskan diatas. untuk analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa(2009:101)yaitu:

  1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

  2. Menghitung presentase peningkatan motorik halus anak.

  Presentase pencapaian kemampuan rumusnya yaitu:

  Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan Prosentase Pencapaian Anak= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100% Jumlah skor maksimum Presentase Keberhasilan Kelas= Total presentase pencapaian kelas x 100% Jumlah siswa 3.

  Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai presentase yang telah ditentukan.

  b.

  Data kualitatif yaitu peneliti dihadapkan langsung pada responden atau lingkungan sedemikian intensif sehingga peneliti dapat menangkap dan merefleksi dengan cermat apa yang diucapkan dan dilakukan oleh responden (Arikunto, 1997:14). Informasi yang diperoleh berupa kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang pemahaman terhadap seni melipat kertas origami untuk melihat perkembangan motorik halus pada anak usia dini. H.

  Sistematika Penulisan Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian :

  Bab I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II : Kajian Pustaka, Berisi tentang Pengertian Peningkatan, seni Origami atau melipat kertas, Hakikat Motorik Halus untuk anak usia dini.

  BAB III : Pelaksanaan Penelitian, berisi Gambaran Umum Lokasi Dan Subjek Penelitian, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi Deskripsi Persiklus dan Pembahasan. BAB V : Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran. Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peningkatan Motorik Halus pada Anak 1. Pengertian Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Motorik halus menurut Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa

  motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan, ketrampilan yang mencakup pemanfaatan menggunaan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari dan gerakan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Menurut Lindya(2008) motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Elizabeth B. Hurlock (1998:39) mengemukakan bahwa perkembangan motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung yang melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratanya menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya ( tangan, kaki, dan anggota tubuhnya).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus

  Menurut pendapat Endang Rini Sukamti, (2007: 47) bahwa kondisi yang mempunyai dampak paling besar terhadap laju perkembangan motorik diantaranya: a.

  Sifat genetik termasuk bentuk dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang sangat menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

  b.

  Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.

  c.

  Kelahiran yang sukar khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.

  d.

  Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu lebih mendorong perkembangan motorik anak yang lebih cepat pasca lahiran ketimbang kondisi pra lahiran yang tidak menyenangkan.

  e.

  Seandainya tidak ada gangguan lingkungan maka kesehatan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahiran akan mempercepat perkembangan motorik anak. f.

  Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan untuk berkembangnya kemampuan motoriknya.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi motorik halus tidak lepas dari sifat genetik serta keadaan pasca lahir yang berhubungan dengan pola perilaku yang diberikan kepada anak-anak serta faktor internal dan eksternal yang ada disekeliling anak dan pemberian gizi yang cukup.

B. Teori Belajar Keterampilan Motor Halus

  Berikut teori yang dipakai peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian:

1. Teori Belajar Behavioristik

  Peserta didik akan mengalami peningkatan kemampuannya jika dalam proses pembelajaran anak diajak untuk belajar melakukan hal/kegiatan pembelajaran yang akan meningkakan aspek kemampuan yang akan ditingkatkan oleh pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut teori belajar behavioristik menekankan adanya stimulus dan respon. Menurut teori behavioristik (Asri Budiningsih, 2004: 20), belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus

  Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive

  

renforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan

  dikurangi (negatif reiforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Salah satu tokoh yang memperkuat teori ini adalah Skinner. Hubungan antara stimulus dan respon yang dikemukakan oleh Skinner ( C.Asri Budiningsih, 2004: 24) bahwa terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku pada individu tersebut. Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi- konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut. Skinner tidak mengajurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar, beberapa alasan Skinner yang dijelaskan ( C. Asri Budiningsih, 2004: 26) adalah sebagai berikut: a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

  b. Dampak psikologi yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

  c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar anak terbiasa dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya. Penguat negatif dianjurkan oleh Skinner dalam kegiatan belajar. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguat negatif. Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive

  

reinforcement) . Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun

  bedanya adalah bahwa penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat negatif adalah dikurangi agar memperkuat respon. Penerapan teori ini dalam pembelajaran haruslah mempertimbangkan kondisi peserta didik

  Budiningsih, 2004:27) dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetyo Irawan (C.

  Asri Budiningsih, 2004: 29) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi: a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran pastilah ada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

  b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. Adanya percakapan seputar pengetahuan yang diketahui ataupun hal-hal yang dekat dengan anak akan membangun pengetahuan anak untuk lebih luas lagi.

  c. Menentukan materi pelajaran. Bahan materi haruslah sesuai dengan kebutuhan anak dan harus ditentukan materi pembelajarannya, sehingga dari awal sampai akhir pembelajaran akan jelas pengetahuan apa saja yang akan disampaikan ke anak.

  d. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya. Persempit materi yang akan diajarkan, akan membuat anak lebih fokus terhadap materi yang sedang dibahas. Selain itu juga untuk mempermudah anak dalam berpikir.

  e. Menyajikan materi pelajaran. Sajikan materi yang diajarkan dengan semenarik mungkin, sehingga anak akan lebih tertarik mengikuti kegiatan f. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes atau kuis, latihan, atau tugas-tugas. Pemberian stimulus sangat mempengaruhi peningkatan kemampuan peserta didik. Semakin banyak stimulus semakin besar kesempatan peserta didik untuk berkembang kemampuannya.

  g. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. Pendidik dapat mengukur seberapa besar pemahaman materi yang ditangkap peserta didik dari respon yang di berikan peserta didik.

  h. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguat positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman. Penguatan diberikan untuk memperkuat timbulmya respon. i. Memberikan stimulus baru. j. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa k. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman l. Demikian seterusnya m.Evaluasi hasil belajar.

  Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas. Terkait dengan teori behavioristik yang mengedepankan adanya stimulus dan respon maka dalam penelitian ini stimulus yang diberikan berupa kegiatan melipat kertas dan respon yang muncul yaitu meningkatanya keterampilan motorik halus anak. Selain teori belajar behavioristik dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam menumbuhkan minat belajar dan mengembangkan kemampuan motorik halus

2. Experiential Learning

  Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar guna membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung (Heny Pratiwi, 2009).

  Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengajak para peserta didik untuk praktek langsung melipat kertas, dimana peneliti nantinya akan mengajarkan terlebih dahulu tahap-tahapan dalam kegiatan melipat kertas membentuk suatu benda. Metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini, metode

  

Experiental Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk

  menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran(Heny Pratiwi, 2009).

  Metode Experiential Learning memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata (HenyPratiwi, 2009). Dalam penelitian ini, peserta didik akan mempraktekkan bagaimana cara melipat kertas menjadi bentuk benda.

  Tentunya dengan bimbingan dari peneliti selama pembelajaran berlangsung.

  a. Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning Berikut beberapa pendapat yang menguatkan pemakaian metode experiential

  learning dalam proses belajar mengajar (Heny Pratiwi, 2009):

  1)Pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara langsung dalam pengalaman belajar. Peserta didik biasanya akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran jika diberi kesempatan untuk

  2)Adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai. Berikan kebebasan kepada peserta didik dalam menemukan pengetahuan baru dengan gaya belajar mereka masing-masing.

  3)Ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam pemerolehan bahan ajar.

  4)Komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri.

  5)Belajar pada hakikatnya melalui suatu proses. Proses di mana dari yang tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa.

  b. Karakteristik Belajar melalui Pengalaman (experiential learning) Berikut karakteristik belajar melalui pengalaman menurut (Heny Pratiwi,

  2009): 1)Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.

  2)Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada pengalaman.

  3)Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.

  4)Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara utuh. 5)Belajar merupakan transaksi antara individu dengan lingkungan. 6)Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.

  Pada Experiential Learning, aktivitas belajar harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning). Penjelasan dan contoh dari peneliti atau pendidik harus disampaikan secara detail, sehingga peserta didik akan mudah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang diteliti. Media dan alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan harus benar-benar tersedia dan siap untuk digunakan.

  Terkait dengan metode experiential learning, dalam penelitian ini peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada peserta didik kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu kegiatan melipat kertas. Peneliti sebelumnya sudah menyiapkan media dan alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti Rencana Kegiatan Harian, gambar tahapan-tahapan melipat kertas, kertas lipat, dan media lain yang diperlukan.

  Teori pembelajaran yang sependapat dengan metode Experiential

  

Learning yaitu teori pembelajaran keterampilan yang dipaparkan Paul Eggen

  dan Don Kauchack (2004: 86) yang menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran keterampilan yaitu dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kegiatan pembelajaran yang akan dipraktekkan guna meningkatakan keterampilan motorik halus peserta didik.

  Prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan menurut Paul Eggen dan Don Kaucack (2004:86) yaitu menggunakan model dan petunjuk dalam mengajarkan suatu keterampilan, membantu peserta didik memahami aturan dalam mengikuti pembelajaran keterampilan, memberikan umpan balik yang sesuai bagi peserta didik.

  Langkah pembelajaran keterampilan motorik halus melalui kegiatan melipat menurut prinsip pembelajaran menurut Paul Eggen dan Don Kaucack yaitu: a)Pendidik menggunakan kertas lipat yang ukurannya lebih besar dari kertas lipat yang digunakan oleh peserta didik dan dilengkapi dengan gambar b)Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa diberikan umpan balik oleh guru kepada peserta didik misalnya dengan penguatan “rapikan lipatan”. c)Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulang kembali melipat kertas.

  Berdasarkan teori pembelajaran Paul Eggen dan Don Kaucack dikaitkan dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peserta didik akan lebih memahami materi pembelajaran yang diharapkan peneliti jika dalam proses pembelajaran peserta didik terlibat langsung, seperti pendidik memberikan contoh cara melipat kertas membuat suatu model lipatan dan menunjukkan hasil lipatan yang sudah jadi kepada peserta didik.

  Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktekkan melipat kertas dengan tahapan-tahapan sesuai kemampuan anak. Selama proses pembelajaran pendidik membimbing anak dalam mengikuti tahapan- tahapan dalam melipat kertas.

  Keuntungan dari pemakaian metode experiential learning yaitu meningkatkan semangat dan gairah pembelajar, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda, memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan memperkuat kesadaran diri.

3. Pentingnya Ketrampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini

  Friedrich Frobel (asas bekerja sendiri) berpendapat bahwa menggambar diawali dengan membuat garis vertikal dan horizontal,

  

spielgalben dan spielformen dengan permainan bentuk, alat permainan

  untuk berfobel (pekerjaan tangan) misalnya mozaik, menganyam kertas, kertas lipat dan tanah liat (Depdiknas 2007:11).

  Aktivitas pengembangan ketrampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat ditingkatkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin, adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan mengguntung, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce) (Sumantri, 2005: 145 ). Fungsi pengembangan ketrampilan mptorik halus itu sendiri adalah mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitifdan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain.

  Pembelajaran motorik disekolah berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan para peserta didik (Decaprio, 2013: 24), seperti: dengan pembelajaran motorik, para peserta didik menemukan hiburan yang nyata, para peserta dididik beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi kuat, para peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, pembelajaran motorik akan menunjang ketrampilan para peserta didik dalam berbagai hal, dan pembelajaran motorik disekolah akan mendorong

  Pembelajaran motorik yang diberikan di TK meliputi pembelajaran motorik kasar dan motorik halus. Penelitian ini lebih menfokuskan pada pembelajaran motorik halus. Salah satu alat peraganya adalah kertas lipat, salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan yang dapat menghibur serta menyenangkan saat pembelajaran.

  Kegiatan ini dapat melemaskan otot-otot tangan sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis, menggambar, menggunting dan kegiatan lain yang membutuhkan kemampuan otot tangan.

  Salah satu contoh, kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan ketrampilan sosial, dimana saat proses pembelajaran berlangsung peserta didik dapat saling menunjukkan hasil karya lipatan kertas yang telah berhasil mereka buat.

C. Hakikat Origami untuk Anak Usia Dini 1. Pengertian Origami

  Hira Kaemachela (2008:1) berpendapat bahwa kata origami berasal dari bahasa jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berati kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak merubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas.