HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK AT-TAQWA LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRACT

RELATIONS ACTIVITIES MERONCE WITH FINE MOTOR DEVELOPMENT OF CHILDREN IN KINDERGARTEN AT-TAQWA

CENTRAL LAMPUNG OF THE SCHOOL YEAR 2014/2015 By

HENI PUTRI PRATIWI

Problems in this study is was the low fine motor development of children aged 5-6 year. The purpuso of the study was to determine the relationship between the lacing activities meronce with children fine motor development of childreen. The method was used correlation. The study population in this study was all students of B2 class in At-Taqwa kindergarten Central Lampung. The technique sampling was used study population because all population was used as sampled. The independent variabel (X) was lacing activities, while the dependent variabel (Y) was fine motoric skills. Data were collected by observation and documentation. Data was analyzed by using Spearman Rank test analysis. The results showed that there was a corelation between lacing activities and fine motor, with the correlation coefficient (R) of 0,626.


(2)

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK AT-TAQWA LAMPUNG TENGAH

TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh

HENI PUTRI PRATIWI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kegiatan meronce dengan perkembangan motorik halus anak. Metode yang digunakan yaitu metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini semua siswa yang berada dikelompok B2 di TK At-Taqwa Lampung Tengah. Teknik pengambilan sampel menggunakan populasi study karena semua populasi dijadikan sebagai sampel. Variabel bebas (X) kegiatan meronce, sedangkan variabel terikat (Y) adalah motorik halus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kegiatan meronce dengan motorik halus dengan koefisien korelasi r sebesar 0,626.


(3)

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK AT-TAQWA LAMPUNG TENGAH

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

HENI PUTRI PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program StudiPendidikan Guru PendidikanAnakUsiaDini JurusanIlmuPendidikan

FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(Skripsi)

Oleh

HENI PUTRI PRATIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

xiii

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah . ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

II KAJIAN TEORI A. Anak Usia Dini ... 10

B. Pengertian Perkembangan Motorik... .. 12

1. Pengertian Motorik Halus... 13

2. Prinsip PerkembanganMotorik ... 16

3. Keterampilan MotorikAnak ... 18

4. Fungsi KeterampilanMotorik ... 21

5. Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan dan Belajar Motorik ... 24

6. Bentuk Stimulasi Yang Diberikan Dalam Mengembangkan Motorik Halus... 25

7. Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce ... 27

C. Pengertian Meronce ... 28

1. Tujuan Meronce ... 29

2. Manfaat Meronce... 29

D. Pembelajaran Anak Usia Dini... 31

E. Hubungan Kegiatan Meronce Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak ... 32

F. Penelitian Relavan ... 35

G. Kerangka Pikir ... 37


(9)

xiv III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Definisi Konseptual Variabel ... 40

E. Definisi Operasional Variabel ... 41

F. Kisi-kisi Instrumen ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Teknik Analisis Data ... 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

1. Sejarah Singkat TK At-Taqwa ... 47

2. Visi Misi Tujuan Sekolah ... 48

3. Identitas Sekolah ... 49

4. Kondisi Fisik Sekolah ... 49

5. Fasilitas Kelas ... 50

6. Sarana Bermain ... 50

7. Data anak ... 51

B. Hasil Penelitian ... 51

1. Hasil Pengamatan Pada Setiap Pertemuan ... 51

2. Uji Hipotesis ... 56

C. Pembahasan ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran... 64 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN...


(10)

xvi

Lampiran halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian ...68

2. Rubrik Penilaian ...69

3. Instrumen Penilaiaan ...73

4. Rencana Kegiatan Harian ...77

5. Hasil Pengamatan ... 83

6. Tabel Penolong ... 85


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Istrumen ... 42 3.2 Tolak Ukur Kriteria Perkembangan ... ... 44 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 45 4.1 Jumlah Siswa TK At-Taqwa Desa Bandar Jaya Barat

Kabupaten Lampung Tengah ... ... 51 4.2 Data Pengamatan Keseluruhan Siswa pada Pertemuan Keempat ... 54


(12)

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu Selepas banyak kesabaran (yang kau jalani)

Yang akan membuatmu terpana Hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit

(Ali Bin Abi Thalib)

Hargai lah waktu disetiap detiknya dan bertawakal lah karena dibalik kesibukanmu hari ini akan menghasilkan kejutan di hari esok


(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada ALLAH SAW beserta Nabi junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku

kepada:

Mamakku tercinta (Nurhayati)

Yang sudah membesarkanku penuh dengan kasih sayang dan kesabaran, yang telah mendidikku hingga menjadi seperti sekarang, yang bekerja membanting tulang dan selalu memberikan semangat untuk terus berjuang dalam menggapai cita-cita, yang

tidak pernah lelah untuk selalu memberikan do a, dan nasihat. Bapakku tersayang (Darman Koto)

Yang telah menjadi sosok seorang ayah yang aku kagumi, selalu mengingatkanku untuk hal-hal yang baik, bekerja membanting tulang yang tiada ternilai harganya, dan

selalu memberikan motivasi untuk menggapai cita-citaku.

Abang dan kakak ku(Anton, fero, Dodi , Agung, Icha, Sari, dan Wulan) Yang selalu memberikan motivasi dalam setiap senyuman dan semangat untuk terus

berjuang dalam menggapai cita-cita, terimakasih. Teman-teman Angkatan 2011

Yang selalu memberikan motivasi, senyum dan semangat untuk terus berjuang dalam menyelesaikan studi ini, terimakasih.

Serta

Almamater tercinta Universitas Lampung

Sebagai tempat dalam menggali ilmu, menjadikanku sosok yang mandiri, serta jati diriku kelak


(14)

Heni Putri Pratiwi dilahirkan di Kota Bumi tanggal 25 September 1993. Anak bungsu dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Darman Koto dan Ibu Nurhayati dengan empat kakak laki-laki (Anton, Fero, Dodi, Agung) dan tiga kakak perempuan (Icha, Sari, Wulan).

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak (1997-1999) di TK ABA Bandar Jaya Lampung Tengah. Sekolah Dasar (1999-2005) di SD Negeri 2 Bandar Jaya. Sekolah Menengah Pertama (2005-2008) di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar. Sekolah Menengah Atas (2008-2011) di MAN Poncowati Lampung Tengah.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi S1-PG PAUD melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN), Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Pada semester tujuh, penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) di desa Kembahang Kecamatan Karya Batu BrakKabupaten Lampung Barat ProgramPengalaman Lapangan (PPL) di PAUD Tunas Mandiri Kembahang Kec. Batu Brak Kab. Lampung Barat.


(15)

SANWACANA

Piji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kegiatan Meronce dengan Perkembangan Motorik Halus Anak di TK At-Taqwa Lampung Tengah” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung serta Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Ari Sofia, S.Psi, M.A.Psi., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Universitas Lampung

4. Ibu Asih Budi Kurniawati, S. Pd M. Pd., selaku pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga,


(16)

5. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M. Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis.

6. Ibu Devi Nawangsasi, M.Pd., sebagai motivator yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.

7. Dosen serta Staff Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, motivasi, dan pandangan hidup yang baik kepada penulis. 8. Kepala sekolah TK At-Taqwa Ibu Suliyem, S.Pd AUD yang telah

memberikan izin dan bantuan selama penelitian

9. Ibu Sapariyanti, S. Pd dan Ibu Eva Yuliana, S.Pd selaku guru kelompok B2 yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

10. Kedua orang tuaku rercinta Bapak dan ibu tercinta (Darman Koto & Nurhayati), yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta senantiasa menantikan keberhasilanku.

11. Kakak-kakakku (Anton, Fero, Dodi, Agung, Icha, Sari dan Wulan) yang selalu memberikan senyuman kebahagiaan.

12. Keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendo’akan, dan selalu memberikan dukungan untuk kesuksesanku.

13. Fernando Putra yang selalu menemani, memberi motivasi dan membantu dalam penyusunan skripsi.


(17)

14. Sahabat seperjuangan di PG-PAUD 2011 yaitu Awandha Sahita Hatrini, Tia Utari, Anisa Ayu Lestari, Qurotu Aini, Fatma Kurnia Rahman, dan Uswatun Hasanah. Semoga kekeluargaan kita akan terus terjalin.

15. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PG-PAUD angkatan 2011 kelas A dan B yang telah bersama-sama berusaha dari awal hingga akhir.

16. Teman-teman KKN dan PPL di Desa Kembahang Kec. Batu Brak Kab. Lampung Barat (Dian, Wanda, Tia, Umi, Azka, Aan, Arizal dan Arif). 17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 20015 Penulis,

Heni Putri Pratiwi NPM 1113054025


(18)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini peran guru, orang tua, dan lingkungansangatlah penting untuk membantu perkembangan anak, karena dari situlah mereka membentuk kepribadian atau pembiasaan yang dijadikan contoh oleh anak usia dini. Masa ini anak sedang menjadi individu peniru yang baik, karena apa yang dilihat maupun didengarnya dari orang lain akan dijadikan nya sebagai contoh prilaku maupun pembiasaan yang akan sering dilakukan oleh anak,maka dari itu pembelajaran atau pembiasaan yang diberikan haruslah tepat untuk contoh pembelajaran, sehingga anak dapat berkembang secara optimal dan sesuai harapan.

Seperti yang diatur dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 butir 14 Menurut Sujiono (2007:30) dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dan pendidikan lebih lanjut.


(19)

2

Pendidikan anak usia dini mempunyai pengertian atau arti yaitu pendidikan yang mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan potensi bawaan. Kecerdasan atau perkembangan yang dimiliki oleh anak hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup(life skills).

Disini peran guru sangat dibutuhkan untuk mendidik dan membimbing agar menjadi pribadi yang bermoral, yang tidak hanya cerdas dalam kognitifnya saja tetapi perkembangan yang lainnya pun seperti fisik motorik, bahasa dan sosial emosional nya yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya, untuk mencapai berbagai macam perkembangan itu guru dapat memberi kegiatan atau pembelajaran seraya bermain yang memerlukan berbagai alat media yang dibutuhkan sesuai dengan kegiatannya agar dapat menstimulus lima aspek perkembangan anak tersebut secara optimal.

Kebutuhan bermain sangatlah penting untuk anak dalam masa perkembangannya, karena pada hakikatnya semua anak senang bermain, setiap anak tentu saja sangat menikmati permainannya yang dilakukan dari kemauan diri anak sendiri. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menemukan pengetahuan baru serta menstimulus perkembangannya sendiri, orang tua maupun guru perlu memfasilitasi kebutuhan anak salah satunya menyediakan berbagai media atau alat permaianan yang bervariasi guna membantu proses perkembangan anak.


(20)

Media atau alat permaianan yang disediakan tidak harus mahal ataupun baru, lingkungan sekitarpun bisa dijadikan media dan berbagai barang bekas yang dimilki bisa dijadikan sebagai alat permaninan sehingga menciptakan pembelajaran yang kreatif agar dapat menumbuhkan minat anak sehingga dapat menstimulus berbagai macam perkembangan anak.

Undang-undang RI nomor 23 tahun 2002 pasal 9 ayat 1 Menurut Sujiono (2007:47) tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Kemauan belajar dalam diri anak memang harus diperhatikan dan diberi pujian agar dapat mengikuti proses pembelajaran yang diberikan oleh guru yang bertujuan untuk mengembangakan semua aspek perkembangannya. Aspek aspek yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dalam UU No. 58 tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa ada lima aspek yang harus dikembangkan pada anak yaitu aspek perkembangan moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional anak. Salah satu bidang pengembangan yang yang paling penting untuk dikembangkan dan distimulus sejak dini yaitu perkembangan motorik halus anak karena sebagai salah satu persiapan untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.


(21)

4

Perkembangan motorik halus anak sangat berkaitan dengan gerakan jari-jari tangan oleh karena itu harus diberi stimulus sejak dini karena perkembangan motorik halus ini sangat berpengaruh untuk persiapan menulis anak, dan memasuki pendidikan selanjutnya, agar memiliki kesiapan untuk memegang pensil dengan tepat dan benar.

Dunia anak-anak merupakan dunia yang penuh dengan permainan, dimana masa-masa penting bagi anak untuk dapat mengungkapkan rasa ingin tahu dan menemukan sesuatu yang baru, hal ini sesuai dengan prinsip belajar pendidikan anak usia dini yaitu belajar seraya bermain. Melaui kegiatan sambil bermain anak diharapkan dapat mengembangkan aspek yang ada pada diri anak. Dalam kegiatan aktivitasnya anak-anak tentunya tidak terlepas dari penggunaan anggota tubuhnya, salah satunya aspek yang dapat dikembangkan adalah fisik motorik halus.

Menurut Jamaris (2006 : 7) Perkembangan motorik halus anak usia taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari-jari tangan.

Menurut teori tentang perkembangan motorik diatas dijelaskan bahwa perkembangan motorik halus sangat berkaitan dengan gerakan koordinasi mata dan tangan yang bertujuan agar dapat berkembang motorik halus anak dengan baik karena untuk melakukan tahapan kejenjang selanjutnya yaitu anak bisa memegang pensil dengan benar dan menulis, perkembangan


(22)

motorik halus ini bisa berkembang banyak sekali cara untuk menstimulus perkembangan motorik halus anak seperti kegiatan menggunting, meremas, menjiplak, menggambar, melipat, menganyam dan meronce.

Menurut jamaris (2006 : 15) bahwa salah satu keterampilan koordinasi gerakan motorik halus yang dapat mengembangkan perkembangan motorik halus anak adalah dapat membuat roncean atau melakukan kegiatan meronce.

Berbagai macam stimulus yang diberikan sejak dini dalam mengembangkan berbagai perkembangan yang dimiliki anak bisa dilakukan dengan berbagai macam kegiatan bermain salah satunya melalui kegiatan meronce yang harus diperhatikan dengan kebutuhan dan perkembangan yang dimiliki oleh anak untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan usianya.

Pembelajaran yang diberikan untuk menstimulasi perkembangan motorik halus anak harus sesuai dengan prinsip yang berpedoman pada perkembangan anak usia dini, dengan kesesuaian karakteristik anak sehingga pembelajaran dapat mendorong pengetahuan dari kegiatan yang dilakukan melalui bermain, karena pada prinsipnya pembelajaran pada anak usia dini yaitu belajar melalui bermain. Dengan kegiatan pembelajaran seraya bermain anak akan merasakan kesenangan tanpa disadari anak mereka sedang menjalankan proses belajar yang sedang berlangsung dan disitulah anak dapat mengembangkan pengetahuan baru serta perkembangan yang dimilikinya.


(23)

6

Namun kenyataan yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa, sesuai dengan data empirik yang telah dijelaskan oleh guru di TK At-Taqwa terdapat 15 anak dari 28 yang dikatakan perkembangan motorik halus anak masih rendah atau 50% anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar dan menulis, karena tuntutan dari orang tua yang menginginkan anaknya untuk bisa menulis maka membuat guru menjadi terpaku untuk sering memberikan tugas menulis kepada anak, sehingga pembelajaran menjadi menoton, guru jarang memberikan pembelajaran seraya bermain karena faktor pengaruh orang tua dan lingkungan atau media pembelajaran yang kurang bervariasi.

Guru jarang menstimulus perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan yang menarik bagi anak, media pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga pembelajaran kurang menarik untuk anak.Dengan menggunakan alat media yang bervariasi dapat menimbulkan rasa semangat belajar anak serta menstimulus perkembangan motorik halus anak secara optimal.

Bentuk stimulasi atau kegiatan pembelajaran yang diperlukan untuk mengembangkan motorik halus anak yaitu melalui kegiatan meronce, sesuai dengan penjelasan teori diatas bahwa melalui kegiatan ini anak bisa mengembangkan motorik halus anak selain itu kegiatan ini bisa dilakukan seraya bermain yang sesuai dengan prinsip pembelajaran anak yaitu belajar melalui bermain, adapun manfaat dari kegiatan meronce ini anak bisa berkreatifitas atau menghasilkan suatu karya dari roncean yang dibuatnya.


(24)

Pada perkembangan anak untuk perkembangan motorik halus anak belum tercapai dengan baik karena sesuai dengan kenyataan yang dilapangan guru masih menerapkan pembelajaran calistung yang didalamnya tidak terdapat pembelajaran melalui bermain, minim nya media yang diguanakan oleh guru untuk pembelajaran, di dalam pembelajaran guru hendaknya menciptakan pembelajaran melalui bermain dengan bermain dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan menciptakan suasana yang menyenangkan dan anak tidak merasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung dan akan menstimulus aspek perkembangan anak.

Tujuan dari mengembangakan motorik halus pada anak adalah agar anak memiliki kesiapan untuk mengembangkan motorik halus nya dengan baik, memiliki kesiapan untuk memegang pensil dengan benar dan kelenteruran jari dalam memegang benda maupun menulis.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang diatas, masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru sering memberikan tugas menulis.

2. Pembelajaran yang masih menoton menyebabkan anak jenuh. 3. Guru jarang memberikan pembelajaran seraya bermain. 4. Guru jarang menstimulus perkembangan motorik halus. 5. Media yang digunakan kurang bervariasi.


(25)

8

C. Pembatasan Masalah

Mengacu kepada identifikasi masalah yang dijabarkan, maka peneliti membatasi masalah pada “Hubungan kegiatan meronce dengan perkembangan motorik halus anak di TK At-Taqwa Lampung Tengah Tahun Ajaran 2014/2015”.

D. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara kegiatan meronce dengan perkembangan motorik halus anak?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kegiatan meronce dengan perkembangan motorik halus anak.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat yang meliputi manfaat untuk guru, siswa dan sekolah. Adapun manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Guru

Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan motivasi dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif agar anak tertarik serta menghasilkan perkembangan yang optimal.


(26)

b. Sekolah

Bagi sekolah/lembaga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau referensi dalam meningkatkan proses kegiatan pembelajaran khususnya dalam perkembangan motorik halus anak.

c. Peneliti lain


(27)

✂0

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Anak Usia Dini

Anak adalah sosok individu yang memiliki berbagai potensi serta bakat yang mesti dikembangkan dan distimulus sejak dini agar siap untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental untuk kehidupan selanjutnya yang berada pada rentang usia 0-6tahun.

MenurutSujiono (2013 : 6) menjelaskan bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Setiap anak memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap-tahap perkembangan anak dengan bertujuan untuk mengembangkan 5 aspek perkembangan tersebut, melalui pengalaman nyata yang didapatkan oleh anak dapat membantu proses perkembangan serta pengetahuan baru anak sehingga dapat menjawab semua rasa ingin tahu anak berdasarkan pengalaman nyata yang anak dapatkan .


(28)

Menurut Sujiono (2013:7) menyatakan bahwa sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usiadini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Perkembangan anak dapat dikembangkan melalui pendidikan yang ditempuh nya yang didalamnya terdapat pembelajaran yang harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan kebutuhan anak dan dikembangkan secara optimal melalui bermain karena dunia anak-anak adalah bermain, melalui bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Bermain juga salah satu pendekatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.

Hal ini sesuai dengan prinsip belajar seraya bermain. Melaui kegiatan belajar sambil bermain anak diharapkan dapat mengembangkan seluruh aspek yang ada pada diri anak yaitu aspek moral agama, aspek kognitif, fisik motorik, bahasa dan sosial emosional salah satu aspek yang dapat dikembangkan adalah motorik halus karena pada masa ini anak harus melewatinya dengan bermain sehingga dapat memenuhi salah satu kebutuhan anak dan membantu mengembangkan potensi yang dimiliki sejak dini.

Menurut Jamaris (2006:3) tentang Pendidikan anak usia dini di Indonesia, khususnya taman kanak-kanak yang telah diselenggarakan sejak lama yaitu sejak awal kemerdekaan indonesia. Disekolah ini, anak usia 4-6 tahun mendapat tempat untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam berbagai bentuk kegiatan belajar dalam bermain. Bentuk kegiatan ini diwujudkan dalam berbagai ekspresi diri secara kreatif.


(29)

☎ ✆

Berdasarkan beberapa pendapat teori diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang sedang mengalami perkembangan dengan pesat dan harus diberi stimulus yang sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilikinya.

Pendidikan yang dimulai sejak dini akan berbeda karena melalui pendidikan atau pembiasaan yang dimulai sejak dini akan lebih merangsang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk menerima pendidikan selanjutnya, guna membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi manusia yang lebih baik menuju kematangan dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki didalam diri anak.

B. Pengertian Perkembangan Motorik

Banyak sekali aspek perkembangan yang dimiliki dan harus diberi stimulus sejak dini agar tidak terhambat untuk mengembangkan seluruh perkembangan yang dimiliki anak salah satu aspek perkembangan anak yang harus diberi stimulus ialah aspek perkembangan motorik anak.

Menurut Hurlock (2002 : 150) tentang perkembangan motorik menjelaskan bahwa perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.


(30)

Dari pemaparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik anak yang berarti menggunakan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi, perkembangan motorik ini sangat penting diberi stimulus sejak dini karena akan berpengaruh untuk perkembangan selanjutnya.

Kegiatan yang diberikanpun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan sesuai dengan perkembangan yang dimiliki anak agar dapat terstimulus dengan baik.Perkembangan motorik pun terbagi menjadi 2 jenis yaitu motorik kasar dan motorik halus.

1. Pengertian Motorik Halus

Motorik halus salah satu kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi mata dengan tangan yang melibatkan otot-otot halus untuk dikembangkan secara optimal karena akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, melalui pembiasaan yang sering dilakukan sehari-hari dirumah seperti mengancing baju, makan sendiri, dan memakai sepatu itu bisa dijadikan stimulus untuk dapat mengembangkan motorik halus anak. Maka dari itu sangatlah penting memberikan pembiasaan sejak dini agar anak terbiasa serta melatih kemandirian anak.

Menurut Jamaris (2006: 14) karena pada usia ini anak mulai belajar memasang dan membuka kancing. Keterampilan koordinasi motorik atau otot halus menyangkut koordinasi gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai aktivitas.


(31)

✟ ✠

Melalui gerakan yang dapat dilakukan mereka sendiri dengan berbagai variasi seperti yang telah dijelaskan di atas kegiatan yang mencakup semua aktivitas seperti menggambar, menggunting, menempel, menganyam, dan meronce dapat membantu proses perkembangan motorik halus anak. Pola-pola gerakan ini ditujukan sebagai keterampilan koordinasi mata dan gerakan tangan yang dilakukan dengan tepat dan teliti. Untuk melakukan keterampilan dengan baik, maka perilaku yang perlu dilakukan oleh anak harus dapat berinteraksi dengan praktek langsung, dimana anak harus terlibat langsung dalam kegiatan tersebut untuk melatih keterampilan anak dan mengembangkan perkembangan motorik halus anak.

Menurut Darmastuti (2013) kemampuan seorang anak untuk melakukan gerakan motorik tertentu tidak akan sama dengan anak lain, walaupun usia mereka sama. Misalnya anak yang berusia 4 tahun sudah dapat membuka bajunya sendiri, sedangkan dedi yang usianya juga sama masih memerlukan bantuan untuk membuka bajunya sewaktu pulang sekolah disini perkembangan anak tentu tidak sama.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan semua itu tergantung dari bentuk stimulus yang diberikan kepada anak tersebut sesuai dengan tahapan perkembangannya, jika anak diberikan stimulus yang tidak sesuai dengan perkembangan anak maka itu semua akan tidak terjadi atau perkembangan motorik halus anak tidak berkembang karena bentuk stimulus yang diberikan tidak sesuai dengan tahapan perkembangan atau kebutuhannya.


(32)

Adapun anak yang umurnya sama tetapi memiliki kemampuan yang berbeda, salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu pembiasaan atau stimulus yang diberikan atau dilakukan anak secara langsung, maka tentu tidak akan sama kemampuan atau perkembangan yang dimiliki oleh anak tersebut.

Menurut Darmastuti (2013) Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap motorik anak TK. Dalam artian anak perempuan lebih sering melakukan keterampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh seperti permainan lompat tali sedangkan anak laki-laki lebih senang menangkap bola atau menendang bola serta sering berlaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan.

Salah satu perbedaan jenis kelamin juga bisa mempengaruhi perkembangan yang dimiliki oleh anak, kebanyakan perkembangan motorik kasar anak laki-laki lebih berkembang dari pada perempuan karena aktivitas atau pembiasaan yang dilakukan oleh anak laki-laki seperti bermain bola dan berlari, pembiasaan-pembiasaan seperti itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan yang dimiliki oleh anak nantinya.

Kemudian menurut Darmastuti (2013) motorik halus anak adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesautu, menjempit, menggunting dan meronce.

Berdasarkan teori yang telah ditulis diatas dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah kemampuan fisik yang memerlukan koordinasi mata, tangan dan otot-otot halus.Sehingga kegiatan yang berkaitan dengan motorik halus seperti menggunting, menempel dan meronce itu harus membutuhkan


(33)

☞6

ketepatan mata dan tangan serta kelenturan jari-jari tangan karena sebelum melakukan kegiatan tersebut motorik halus anak harus sudah terstimulus dengan matang sehingga dapat melakukan kegiatan tersebut dengan baik.

Perbedaan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus anak karena banyak perbedaan stimulus atau rangsangan yang dilakukan oleh anak seperti yang telah dijelaskan diatas, ada yang lebih banyak perempuan yang cepat berkembang motorik halusnya karena melalui pembiasaan yang dilakukan didalam kehidupan sehari-hari seperti memakai kancing baju , makan sendiri, dari pembiasaan kehidupan sehari-hari pun bisa menstimulus perkembangan motorik halus anak.

1. Prinsip Perkembangan Motorik

Pada prinsip utama yang dimiliki perkembangan anak usia dini yaitu koordinasi motorik yang pada awal perkembangannya gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Namun seiring dengan kematangan syaraf dan pengalaman yang dimiliki oleh anak maka perkembangan motorik anak dapat terkoordinasi secara baik.

Menurut Hurlock (2002:151) berdasarkan berbagai pandangan para ahli tentang hakikat dan prinsip perkembangan motorik menyatakan bahwa prinsip perkembangan motorik sebagai berikut:


(34)

a. Perkembangan Motorik Bergantung pada Kematangan Otot dan Syaraf Perkembangan bentuk kegiatan motorik yang berbeda sejalan dengan perkembangan daerah (area) sistem syaraf yang berbeda. Karena perkembangan pusat syaraf yang lebih rendah, yang bertempat dalam urat syaraf tulang belakang, pada waktu lahir berkembangnya lebih baik ketimbang pusat syaraf yang lebih tinggi yang berada dalam otak, maka gerak reflek pada waktu lahir lebih baik dikembangkan dengan sengaja ketimbangkan dibiarkan berkembang dengan sendiri.

b. Belajar Ketrampilan Motorik Tidak Terjadi Sebelum Anak Matang Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk mengajarkan gerakan terampil bagi anak-anak akan sia-sia.

c. Perkembangan Motorik Mengikuti Pola yang Dapat Diramalkan

Pola perkembangan yang dapat diramalkan terbukti dari adanya perubahan kegiatan khusus.Dengan matangnya mekanisme urat syaraf, kegiatan masa digantikan dengan kegiatan spesifik, dan secara acak gerakan kasar membuka jalan untuk memperhalus gerakan yang hanya melibatkan otot dan anggota badan yang tepat. Vincent telah menunjukkan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan pada umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak waktu mulai merangkak dengan 11/2atau dengan mengalikan umur anak waktu mulai duduk dengan 2.

Dilihat dari beberapa prinsip yang telah dijelaskan di dalam buku perkembangan anak diatas bahwa salah satu prinsip perkembangan motorik yaitu perkembangan motorik bergantung pada kematangan ototdan syaraf,


(35)

✎8

yang dimana perekembangan tersebut harus di beri stimulus atau rangsangan sesuai dengan tahap perkembangan maupun kebutuhan anak tersebut, karena apabila pemberian rangsangan tidak sesuai dengan tahap perkembangan maupun kebutuhan anak, maka perkembangan motorik halus anak tidak akan terjadi sebelum anak matang ataupun tidak bisa berkembang dengan baik.

2. Keterampilan Motorik Anak

Keterampilan motorik atau otot-otot halus menyangkut dengan koordinasi gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai aktivitas maupun kegiatanpembelajaran yang dilakukan oleh anak.

Menurut Hurlock (2002 : 157) Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan yang dapat di identifikasikan melalui kebiasaan sebagai setiap bentuk yang berulang dengan cepat dan lancar tersusun dari pola gerakan yang dapat dikenal.

Hal Penting Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik : a. Kesiapan Belajar

Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang oleh orang yang belum siap belajar.

b. Kesempatan Belajar

Banyak anak yang tidak berkesempatan belajar untuk tidak mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak


(36)

menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.

c. Kesempatan Berpraktek

Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan.

d. Model yang Baik

Karena dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model yang baik.

e. Bimbingan

Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan.Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan, sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.

f. Motivasi

Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan.Untuk mempelajari keterampilan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut.

g. Setiap Keterampilan Motorik Harus Dipelajari Secara Individu

Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan kaki.Melainkan, setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga setiap keterampilan harus dipelajari secara


(37)

✑0

individu. Sebagai contoh, memegang sendok untuk makan akan berbeda dengan memegang crayon untuk mewarnai.

h. Keterampilan Sebaiknya Dipelajari Satu Demi Satu

Dengan mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak, khususnya apabila menggunakan kumpulan otot yang sama, akan membingungkan anak dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Apabila sesuatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan.

Dari pemaparan diatas tentang keterampilan perekembangan motorik anak yang meliputi kesiapan belajar dari dalam diri anak untuk mempelajari atau mengembangkan keterampilan motoriknya, anak harus mempunyai kesempatan belajar untuk dapat berkarya dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak sejak dini, kesempatan berpraktek dalam kegiatan langsung sangat penting untuk anak karena anak bisa membangun pengetahuan nya dan menambah berbagai macam wawasan anak tentang kegiatanyang dilakukan secara langsung.

Guru harus bisa menjadi model yang baik untuk contoh teladan bagi anak didiknya karena apa yang dilakukan atau di praktek kan oleh guru pasti secara tidak langsung anak meniru karena pada masa usia dini ini anak rentang sekali dengan tingkah lakunya yang suka meniru apa yang dia lihat maupun didengarnya, guru harus bisa membimbing anak didik nya sebaik mungkin dari mereka yang tidak bisa menjadi bisa dari yang tidak tau apa-apa berubah


(38)

menjadi mempunyai pengetahuan yang luas dan harus membimbing perkembangan anak menjadi lebih baik atau optimal, motivasi dari guru pun sangat penting dan dibutuhkan untuk semangat anak belajar agar mereka lebih percaya diri dan merasa dihargai segala hasil kegiatan yang dilakukan oleh anak tersebut.

3. Fungsi Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik yang mempunyai fungsi dari berbagai macam tahapan keterampilan yang harus dimiliki oleh anak sesuai dengan kemampuan perkembangan yang dimiliki masing-masing anak.

Menurut Hurlock (2002: 163) Keterampilan motorik yang berbeda bisa memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak yang memiliki beberapa kategori fungsi keterampilan anak :

a. Keterampilan Gerak Halus

Keterampilan gerak halus atau fine motor skill adalah keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang sukses. Biasanya, keterampilan ini melibatkan koordinasi yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering juga disebut keterampilan sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata tangan contoh kegiatan nya seperti menulis, menggambar, dan meronce.


(39)

✔✔

b. Keterampilan Bantu Diri (Selp Help)

Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri.Keterampila tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi. Pada waktu anak mencapai usia sekolah, penguasaan keterampilan tersebut harus dapat membuat anak mampu merawat diri sendiri dengan tingkat keterampilannya sendiri.

c. Keterampilan Bantu Sosial (Social Help)

Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima didalam keluarga, sekolah, dan tetangga, anak harus menjadi anggota yang kooperatif.Untuk mendapatkan penerimaaan kelompok tersebut, seperti membantu pekerjaan rumah atau mau peduli dengan lingkungannya. d. Keterampilan Bermain

Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri diluar kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan menggambar, mewarnai, meronce dan memanipulasi alat bermain.

e. Keterampilan Sekolah

Pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan, keterampilan motorik, seperti melukis, menulis, menggambar, dan menari.Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan semakin baik


(40)

pula prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis.

Dari berbagai macam keterampilan yang harus dicapai oleh anak salah satunya adalah keterampilan bantu diri sendiri dimana anak harus bisa membiasakan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan latih untuk mandiri sedini mungkin, kemudian selain itu ada pula keterampilan dalam sekolah semakin banyak keterampilan yang dimiliki oleh anak seperti dalam perkembangan motorik anak dalam kegiatan menggunting, menggambar dan meronce, semakin baik pula perkembangan yang telah dicapai oleh anak baik dalam prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis.

Penguasaan keterampilan yang terlihat dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik halus, kualitas motorik halus anakpun terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menyelesaikan dan menampilkan hasil tugas motorik yang telah di berikan dengan baik. Tujuan pengembangan motorik halus di usia 5-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari, mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktifitas tangan, dan yang terakhir mampu mengendalikan emosi dalam beraktifitas motorik halus.Sedangkan fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah salah satunya mendukung semua aspek perkembangan lainnya seperti


(41)

✗ ✘

kognitif, bahasa, moral, serta sosial emosional karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat berpisan satu sama lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan tujuan dari motorik halus yaitu untuk melatih ketrampilan melalui kegiatan yang berhubungan dengan jari-jari tangan dan mengetahui peningkatan perkembangan anak sesuai dengan tugas motoriknya dan serta tahap perkembangan anak.

5. Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan dan Belajar Motorik Implikasi teori behaviorisme tentang teori keterhubungan. Menurut Ma’mun (2002:116) bahwa teori Guthri lebih menekankan pada hubungan antara stimulus dan respon, dan beranggapan bahwa setiap respon yang didahului atau dibarengi suatu stimulus akan timbul lagi apabila stimulus tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Secara garis besar implikasi teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Keterampilan atau keahlian kegiatan motorik dapat dikembangkan melalui ulangan dalam kegiatan. Kegiatan motorik melibatkan sejumlah stimulus yang merupakan dasar pembinaan kebiasaan. Dengan praktek yang banyak, maka akan terbina kebiasaan atau respon yang benar. b. Hadiah atau ganjaran dapat bermanfaat hanya bila hal ini menyebabkan

adanya kesinambungan kegiatan dalam situasi belajar yang diharapkan. Upaya membina motivasi belajar hanya diterapkan bila individu segan berpartisipasi dalam situasi belajar yang diharapkan.


(42)

c. Respon yang baru akan mengganggu respon yang telah dipelajari. Oleh karena itu, kegagalan atau respon yang salah menyebabkan lupa terhadap kebiasaan yang benar. Guru itu hendaknya lebih menekankan pada keberhasilan dari upaya individu dengan melengkapi situasi belajar yang dapat menjamin keberhasilan siswa.

d. Kondisi situasi belajar hendaknya lebih menyerupai keadaan sebenarnya sehingga respon yang telah dipelajari dapat mengatasi stimulasi yang baru secara efektif.

Hasil penjelasan dari pemaparan di atas, Implikasi yang harus dilakukan di TK harus sesuai dengan prinsip yang ada yaitu belajar seraya bermain, untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anak dan kegiatan yang diberikan pun dapat mengembangkan berbagai macam aspek perkembangan anak salah satu nya aspek perkembangan motorik halus, lingkungan maupun kondisi sekolah pun mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar anak, oleh karena itu guru harus menciptakan suasana maupun keadaan yang nyaman dan aman untuk kegiatan yang dilakukan agar dapat mencapai perkembangan yang sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak.

6. Bentuk Stimulasi Yang Diberikan dalam Mengembangkan MotorikHalus

Menstimulasi motorik halus anak dapat melalui banyak carayaitu, bisa dilakukan didalam kehidupan sehari-hari secara mandiri seperti mengancingkan baju, membuka dan menutup resliting sendiri, makan sendiri, memakai baju dan sebagainya.


(43)

✛6

Adapun menurut Darmastuti (2013) Aktivitas yang diberikan pada anak untuk menstimulus motorik halus supaya dapat meningkatkan perhatian adalah:

a. Meronce

Anak diminta untuk memasukkan benda atau manik-manik kedalam seutas tali, dan membuat sebuah kreatifitas atau mengahasilkan karya yang dibuat dari bahan manik-manik.

b. Bermain Plastisin

Anak dimintai untuk meremas plastisin menjadi bentuk-bentuk sederhana seperti bentuk bola, bentuk persegi, persegi panjang.Dari bentuk sederhana kebentuk yang lebih sulit seperti bentuk binatang, bentuk sayur, bentuk buah-buahan dan sebagainya.

c. Menggunting

Anak diminta untuk menggunting kertas yang sudah diberi pola atau sudah diatur mengikuti garis lurus yang sudah ditebalkan.

Aktivitas-aktivitas diatas dibuat berdasarkan pada teori Montessori.Teori Montessori membuat aktivitas dalam pengajarannya berdasarkan pada teorinya yang mengatakan bahwa dalam belajar anak diajak untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.Anak harus dilibatkan secara langsung dalam belajar supaya anak dengan cepat mempelajari hal baru serta konsep dalam pembuatan aktivitas pengajarannya adalah belajar melalui bermain.


(44)

Dari semua bentuk kegiatan atau rangsangan yang diberikan untuk anak harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya, dimana perkembangan anak bisa matang karena memiliki kesiapan belajar maupun stimulus yang sering diberikan dan dilakukan oleh anak secara langsung sehingga menjadi suatu kebiasaan oleh anak untuk melakukan kegiatan tersebut, dari kegiatan seperti menempel, menggunting, mewarnai dan meronce itu termasuk kegiatan yang dapat mengembangkan aspek perkembangan motorik halus anak, oleh karena itu kegiatannya pun harus disesuaikan dengan kemampuan dan tahap perekembangan anak agar dapat berkembang dengan baik.

7. Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce

Di Taman Kanak-Kanak, pemenuhan kebutuhan anak untuk dapat berekspresi dalam mengembangkan imajinasi maupun kreatifitasnya bisa dilakukan melalui kegiatan meronce, karena selain dapat mengembangkan imajinasi anak kegiatan ini bisa mengembangkan motorik halus anak. Gerakan motorik halus ini memiliki peranan yang penting dalam pengembangan seni.Oleh karena itu, gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian.

Adapun menurutDarmastuti(2013).Meronce mampu mengembangkan motorik halus anak selain itu bisa merangsang kreativitas dan imajinasi.Maka dengan belajar meeronce ini, anak didik di TK bisa membuat bermacam-macam model roncean.Untuk menghasilkan sebuah roncean dibutuhkan ketelatenan yang lebih tinggi.


(45)

✣8

Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan motorik halus anak ialah kegiatan meronce selain dapat mengembangkan imajinasi dan melatih ketelitian maupun ketepatan mata dan tangan anak juga bisa mengembangkan karya yang dibuat dari hasil roncean tersebut, meronce bisa dilakukan dari berbagai macam pola, warna, dan ukuran sesuai dengan tahapan perkembangan anak, bahan yang digunakan pun bisa dari lingkungan sekitar seperti pipet sedotan, dedaunan, dll.

C. Pengertian Meronce

Meronce adalah merangkai pada seutas benang atau tali sehingga menghasilkan suatu karya yang indah salah satu kegiatan menyenangkan ini dapat menggunakan bahan bekas dan yang ada dilingkungan sekitar.

Menurut Pamadhi (2012: 9.13) kegiatan meronce yaitu suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan yang membutuhkan kelenturan jari serta melatih imajinasi melalui bahan yang digunakan, dan melatih ketelitian melalui kecermatan merangkai serta menyusun benda-benda tersebut.

Maka perlu adanya kegiatan meronce ini salah satunya untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak serta merangsang kemampuan kreatifitas anak. Kegiatan ini perlu dikembangkan untuk pembelajaran di TK dan salah satu kegiatan yang dapat memanfaatkan lingkungan sekitar serta dapat mengenalkan benda yang ada di alam sekitar.Kegiatan meronce ini juga memilikibeberapa tahap untuk mengaplikasikannya seperti meronce berdasarkan warna, ini adalah tahapan pertama atau tahapan yang paling rendah dalam kegiatan meronce, meronce


(46)

berdasarkan bentuk ini satu langkah maju untuk anak mengenal berbagai macam bentuk roncean, meronce berdasarkan warna dan bentuk, anak mulai bisa menggabungkan mana yang memiliki bentuk sama atau warna yang sama, selanjutnya meronce berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran tahapan yang cukup sulit bagi anak karena mulai menggabungkan 3 komponen sekaligus.

1. Tujuan meronce

Kegiatan meronce memerlukan beberapa pengetahuan dasar untuk membuatnya, aspek ini menentukan bentuk akhir misalnya ketika akan membuat gelang dari manik-manik, serta dapat melatih imajinasi dari bahan yang akan dibuatnya.

Menurut Pamadhi (2012 : 9.11) konsep umum meronce mempunyai tujuan untuk alat bermain anak, benda-benda yang akan dirangkai tidak ditujukan untuk kebutuhan tertentu melainkan untuk latihan memperoleh kepuasan rasa dan memahami keindahan. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik seorang anak, bahwa pada setiap saat benda itu digunakan sebagai alat bermain oleh anak.

Secara garis besar meronce mempunyai banyak tujuan diantaranya untuk melatih ketelitian melaui kecermatan merangkai serta menyusun benda-benda tersebut, dan melatih imajinasi dari bahan yang digunakan untuk menciptakan hasil karya yang indah.

2. Manfaat Meronce

Adapun manfaat dari kegiatan meronce untuk mengajarkan materi meronce yang menyenangkan,baik untuk guru maupun siswa. Siswa


(47)

✥0

sangat antusias mengikuti proses belajar, Kegiatan meronce bisa memberikan ruang kepada anak untuk bisa berekspresi. Keasikan bermain dengan media meronce membuat mereka sangat menikmati proses pembelajaran, dorongan untuk segera menyelesaikan karya meroncenya membuat waktu yang tersedia dalam pembelajaran terasa sangat singkat dan perkembangan motorik halus bisa berkembang secara baik.

Menurut Darmastuti (2013) keadaan suasana yang tercipta dalam pembelajaran meronce seolah seperti sedang bermain-main. Dalam suasana belajar seperti di gambarkan, tugas guru menjadi terasa sangat ringan, guru tinggal melayani apakah keinginan siswa atau kebutuhan siswa.

Keadaan suasana dikelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran dikelas, dimana guru harus bisa menciptakan suasana yang nyaman walaupun guru hanya sekedar mengarahkan, menunjukan cara proses membuat hasil meronce. Selebihnya siswa bisa mandiri dengan keasikan,kebanggaan dan kepuasannya dalam berkarya, anak bisa menjadi sangat aktif, kreatif, dan produktif. Manfaat lainnya dengan meronca anak dapat belajar sabar dan tekun dalam melakukan pekerjaaan karena meronce memerlukan ketelitian dan ketepatan.


(48)

D. Pembelajaran Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mendidik dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan ketramapilan anak. Pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak.

Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak melalui pengalaman nyata. Melalui pengalaman yang secara langsung atau nyata anak dapat menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal serta dan mengembangkan semua aspek perkembangannya, faktor guru atau pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator bagi anak pun sangat mempengaruhi perkembangan anak secara optimal.

Pembelajaran pada anak usia dini adalah kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada anak yang disesuaikan dengan tingkat usia anak dengan pengembangan kurikulum yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi dalam proses belajar yang membantu untuk mengembangkan semua potensi atau pengetahuan serta perkembangan yang dimiliki oleh anak, melalui bermain anak dapat mengembangkan secara optimal serta memenuhi kebutuhannya.


(49)

★ ✩

Pembelajaran anak usia dini memiliki standar tingkat pencapaian perkembangan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 58 yang disusun berdasarkan kelompok usia anak. Tingkat pencapaian perkembangan merupakan gambaran perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak sesuai dengan tahapan perkembangannya pada setiap lingkup perkembangan. Peran guru dan penggunaan alat permainan edukatif serta memilih kegiatan yang tepat, akan membantu proses perkembangan tersebut.

E. Hubungan Kegiatan Meronce dengan Perkembangan Motorik Halus Anak

Suatu penelitian perlu didukung oleh teori sebagai dasar rujukan agar dapat terarah dengan baik, pada bagian ini peneliti akan membahas tentang teori meronce yang berhubungan dengan motorik halus anak.Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental untuk kehidupan selanjutnya, yang membutuhkan berbagai macam rangsangan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan yang dimiliki oleh anak.

Perkembangan anak dapat dikembangkan melalui pendidikan yang ditempuh nya yang didalam nya terdapat pembelajaran yang harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan kebutuhan anak dan dikembangkan secara optimal melalui bermain karena dunia anak-anak adalah bermain, melalui bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan potensi yang


(50)

dimiliki oleh anak. Bermain juga salah satu pendekatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, hal ini sesuai dengan prinsip belajar seraya bermain.

Di Taman Kanak-Kanak, pemenuhan kebutuhan anak untuk dapat berekspresi dalam mengembangkan imajinasi maupun kreatifitasnya bisa dilakukan melalui kegiatan meronce, karena selain dapat mengembangkan imajinasi anak kegiatan ini bisa mengembangkan motorik halus anak. Gerakan motorik halus ini memiliki peranan yang penting dalam pengembangan seni.Oleh karena itu, gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian.

Menurut Pamadhi (2012: 9.13) meronce termasuk suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan yang membutuhkan kelenturan jari serta melatih imajinasi melalui bahan yang digunakan, dan melatih ketelitian melalui kecermatan merangkai serta menyusun benda-benda tersebut.

Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan motorik halus anak ialah kegiatan meronce selain dapat mengembangkan imajinasi dan melatih ketelitian maupun ketepatan mata dan tangan anak juga bisa mengembangkan karya yang dibuat dari hasil roncean tersebut, meronce bisa dilakukan dari berbagai macam pola, warna, dan ukuran sesuai dengan tahapan perkembangan anak, bahan yang digunakan pun bisa dari lingkungan sekitar seperti pipet sedotan, dedaunan, dll. Media yang digunakan dapat membantu perkembangan yang lain seperti anak dapat mengetahui berbagai macam warna, mengenal bentuk juga berhitung.


(51)

✫ ✬

Motorik halus salah satu kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi mata dengan yang melibatkan otot-otot halus yang harus dikembangkan untuk perkembangan selanjutnya, melalui pembiasaan yang sering dilakukan sehari-hari dirumah seperti mengancing baju, makan sendiri, dan memakai sepatu itu bisa dijadikan stimulus untuk dapat mengembangkan motorik halus anak .

Menurut Jamaris (2006: 14) karena pada usia ini anak mulai belajar memasang dan membuka kancing. Keterampilan koordinasi motorik atau otot halus menyangkut koordinasi gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai aktivitas.

Melalui gerakan yang dapat dilakukan mereka sendiri dalam berbagai variasi kegiatan yang mencakup semua aktivitas seperti menggambar, menggunting, menempel, menganyam, dan meronce.Pola-pola gerakan ini ditujukan sebagai keterampilan koordinasi mata dan gerakan tangan yang dilakukan dengan tepat dan teliti. Untuk melakukan keterampilan dengan baik, maka prilaku yang perlu dilakukan oleh anak harus dapat berinteraksi dengan praktek langsung, dimana anak harus terlibat langsung dalam kegiatan tersebut untuk melatih keterampilan anak dan mengembangkan perkembangan motorik halus anak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Pamadhi (2012 : 9.13) meronce termasuk suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan yang membutuhkan kelenturan jari yang berkaitan dengan pengertian motorik halus bahwa motorik halus salah satu kegiatan yang berhubungan dengan


(52)

koordinasi mata dengan yang melibatkan otot-otot halus dan jari-jemari yang harus dikembangkan untuk perkembangan selanjutnya.

F. PenelitianRelavan

1. Setyoningtyas, Lusi. 2013.Meningkatkan motorik halus anak dengan bermain meronce manik-manik berwarna anak kelompok A TK Islam At-Taqwa Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelompok A TK Islam At-Taqwa Kabupaten Tulungagung, dan ditemukan masalah dalam kemampuan motorik halus yaitu anak belum bisa mengkoordinasikan antara mata dan tangan untuk memasukkan manik-manik dalam benang dan ketidaksabaran anak dalam meronce, kegiatan pembelajaran guru juga kurang menyenangkan. Dari hasil evaluasi menunjukkan hanya 2 anak (20%) dari 10 anak kemampuan meroncenya mencapai hasil yang memuaskan, dan 8 anak (80%) dari 10 anak kurangberhasildalammeroncemanik-manik.

2. Darmastuti, Tanti. 2013. meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan meronce dengan manik – manik melalui metode demonstrasi pada anak kelompok a di tk khadijah 2 surabaya. Meronce merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat, melalui gerak jari yang memasukkan benang kedalam butir–butir ronce sehingga ketrampilan motorik halus anak akan terlatih. Keterampilan motorik halus adalah suatu pelaksanaan yang terlatih dan merupakan suatu rangkaian kondisi yang melibatkan


(53)

✯6

perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan dari kemampuan fisik ( tangan) untuk menggunakan suatu media yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan serta otot - otot kecil atau otot – otot halus. Didalam kegiatan pembelajaran meronce digunakan metode demonstrasi. Dari hasil evaluasi menunjukkan hanya 14 anak (20%) dari 20 anak kemampuan meroncenya mencapai hasil yang memuaskan, dan 6 anak (80%) dari 20 anak kurangberhasildalammeroncemanik-manik. 3. Bakti, Arum, Mumpuni. 2014. Keterampilan motorik halus melalui

kegiatan meronce menggunakan tanah liat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh anak kelompok B yang masih rendah perkembangan motorik khususnya pada keterampilan motorik halus anak serta kegiatan pembelajaran hanya sebatas pada Lembar Kerja Anak. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 15 anak, yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik halus melalui kegiatan meronce menggunakan bahan tanah liat. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian dapat diketahui dari pengamatan perkembangan pada tiap siklus yaitu kondisi pra siklus sebesar 58,89%, pada siklus I sebesar 76,67% dengan peningkatan 17,78% dan pada siklus II sebesar 94,44% dengan peningkatan 17,77%, sehingga persentase peningkatan keterampilan motorik halus melalui kegiatan meronce anak melebihi indikator keberhasilan yaitu 80%.


(54)

G. Kerangka Pikir

Perkembangan motorik halus anak harus distimulus sejak dini agar anak mendapat kesempatan dalam mempersiapkan anak dalam kesiapan menulis anak. Peran pendidik dalam memberikan stimulus dalam kesiapan menulis anak sangat penting dalam gaya mengajar, media pembelajaran yang digunakan harus bervariasi. Pembelajaran kepada anak hendaknya berprinsip belajar sambil bermain dengan bermain pembelajaran yang menjadi lebih menarik.

Adapun menurut Darmastuti (2013). Meronce mampu mengembangkan motorik halus anank selain itu bisa merangsang kreativitas dan imajinasi. Maka dengan belajar meeronce ini, anak didik di TK bisa membuat bermacam-macam model roncean. Untuk menghasilkan sebuah roncean dibutuhkan ketelatenan yang lebih tinggi.

Kegiatan meronce adalah bentuk kegiatan yang menggunakan seutas benang ataupun tali yang nanti nya benda seperti manik-manik ataupun sedotan dimasukkan kedalam benang ataupun tali yang nantinya bisa menghasilkan sebuah karya anak dan bisa mengembangkan imajinasi anak untuk menghasilkan sebuah karya tersebut dan pastinya dapat mengembangkan motorik halus anak dengan baik. Kegiatan meronce ini dapat mempermudah menstimulus perkembangan motorik halus anak karena didalam kegiatannya anak bisa bermain sambil mengenal pola, warna dan ukuran.

Tujuan dari mengembangakan motorik halus pada anak adalah agar anak memiliki kesiapan untuk mengembangkan motorik halus nya dengan baik, memiliki kesiapan untuk memegang pensil yang benar dan kelenteruran jari


(55)

✲8

dalam memegang benda maupun menulis. Namun pada kenyataannya pengembangan pada perkembangan motorik halus anak terlihat masih rendah terutama dikelas B2, karena pembelajaran yang masih menoton dan pembelajaran masih berpusat pada gurukemudian tuntutan orang tua untuk anak supaya bisa menulis tanpa memikirkan kebutuhan anak adalah belajar melalui bermain dan kurang ketersediaannya media yang mendukung dalam pembelajaran.

Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyebabkan motorik halus anak masih rendah oleh karena itu melalui kegiatan pembelajaran yang ada di TK seperti kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan perkembangan motorik halus salah satunya melalui kegiatan meronce.

Berdasarkan paparan di atas maka dengan bermain sambil belajar dan kegiatan dalam pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap salah satu perkembangan anak yaitu perkembangan motorik halus anak.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara kegiatan meronce dengan perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun.

Kegiatan Meronce Variabel X

Perkembangan MotorikHalus


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya (Nana Syaodih, 2007:56). Hubungan antara satu dengan variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat : TK At-Taqwa Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah Kelas/Usia : B / 5-6 tahun

Alamat : Jl. Ahmad Yani Bandar Jaya Barat Kabupaten : Lampung Tengah

Provinsi : Lampung Tahun Ajaran : 2014/2015

2. Waktu Penelitian


(57)

✵0

C. Populasi dan Sampel Serta Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2014 : 80) menyatakan Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Sampel yang digunakan adalah sampel populasi study yang mana populasi dijadikan sampel yaitu seluruh murid TK At-Taqwa Bandar Jaya Lampung Tengah.

D. Definisi Konseptual Variabel Variabel bebas :Kegiatan Meronce

Definisi Konseptual tentang kegiatan meronce menurut Pamadhi (2012: 9.13) suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan yang membutuhkan kelenturan jari serta melatih imajinasi melalui bahan yang digunakan, melatih ketelitian melalui merangkai dan menyusun benda-benda tersebut. Seperti kegiatan, dapat membuat roncean yang telah diajarkan oleh guru, dapat memasukkan benda kedalam seutas tali atau benang, dapat menyusun benda roncean berdasarkan beda warna, ukuran dan bentuk, membuat hasil karya dari bahan roncean, dapat membuat bahan roncean menjadi gelang, memanfaatkan bahan roncean menjadi hasil karya yang indah


(58)

Variabel terikat : Pengembangan motorik halus

Definisi Konseptual tentang perkembangan motorik halus adalah melatih kelenturan jari jemari sertakemampuan mengkoordinasikangerakan mata dengan tangan secaratepat dan teliti. Sasaran/tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yang akan dicapai, tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 58 yaitu Menggunting pola panjang dan pendek dengan tepat, menggunting pola persegi dan lingkaran dengan tepat, menggunting pola segitiga dengan tepat, membuat roncean dengan teliti berdasarkan kesamaan bentuk berbeda ukuran dan warna, membuat roncean dengan teliti berdasarkan kesamaan ukuran, bentuk dan warna, membuat roncean dengan teliti berdasarkan beda bentuk, warna serta ukuran.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel bebas:Kegiatan Meronce

Kegiatan meronce anak usia berdasarkan definisi konseptual diatas, maka indikator untuk kegiatan meronce anak usia dini adalah sebagai berikut: (1) Dapat membuat roncean yang telah diajarkan oleh guru, (2) Dapat memasukkan benda kedalam seutas tali atau benang, (3) Dapat menyusun benda roncean berdasarkan beda warna, ukuran dan bentuk, (4) Membuat hasil karya dari bahan roncean, (5) Dapat membuat bahan roncean menjadi gelang, (6) Memanfaatkan bahan roncean menjadi hasil karya yang indah.


(59)

✸ ✹

Variabel terikat : Motorik Halus

Motorik halus berdasarkan definisi konseptual diatas, maka indikator motorik halus anak usia dini adalah: (1) Menggunting pola panjang dan pendek dengan tepat, (2) Menggunting pola persegi dan lingkaran dengan tepat, (3) Menggunting pola segitiga dengan tepat, (4) Membuat roncean dengan teliti berdasarkan kesamaan bentuk berbeda ukuran, (5) Membuat roncean dengan teliti berdasarkan kesamaan ukuran, bentuk dan warna, (6) Membuat roncean dengan teliti berdasarkan beda bentuk, warna serta ukuran.

F. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

Variabel X Aspek Indikator

Kegiatan Meronce

1. Melatih ketelitian anak

1. Dapat membuat roncean yang telah diajarkan oleh guru 2. Dapat memasukkan seutas tali

atau benang kedalam benda 3. Dapat menyusun benda roncean

berdasarkan beda warna, ukuran dan bentuk

2. Melatihimajinasi anak 1. Membuat hasil karya dari bahan roncean

2. Dapat membuat bahan roncean menjadi gelang

3. Memanfaatkan bahan roncean menjadi hasil karya yang indah Motorik

Halus

1. Melatih kelenturan jari jemari dengan tepat

1. Menggunting pola panjang dan pendek dengan tepat

2. Menggunting pola persegi dan lingkaran dengan tepat

3. Menggunting pola segitiga dengan tepat

2. Mengkoordinasikan mata dan tangan dengan teliti

1. Membuat roncean dengan teliti berdasarkan kesamaan bentuk berbeda ukuran dan warna 2. Membuat roncean dengan teliti

berdasarkan kesamaan ukuran, bentuk dan warna


(60)

berdasarkan beda bentuk, warna serta ukuran

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karena seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi Langsung (untuk anak)

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik yang berpedoman pada indikator dalam menstimulus perkembangan motorik halus anakmenggunakan lembar observasi(daftar check) terhadap kegiatan pembelajaran dikelas.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal - hal, perilaku, perkembangan motorik halus anak.Observasi langsung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau pun non verbal.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan - catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian, baik berupa catatan.


(61)

✼✼

Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang perkembangan motorik halus anak.Dokumen bisa berbentuk tulisan seperti catatan harian, biografi, peraturan dan kebijakan, bisa berbentuk gambar seperti foto.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan salah satu lagkah yang sangat penting dalam proses penelitian, karena disinilah hasil penelitian akan tampak. Analisis data mencakup seluruh kegiatan menganalisa dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul.

Teknik yang digunakan menggunakan presentasi untuk mengetahui kegiatan apa yang dapat mengembangkan motorik halus anak. Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembaran observasi diperoleh dari hasil checklist yang telah dibuat peneliti seperti ini :

Nilai = x 100%

Tabel 3.2Tolak Ukur Kriteria Perkembangan Interval Presentasi

Tingkat Perkembangan

Keterangan 76%-100% BSB(Berkembang Sangat Baik)

51%-75% BSH(Berkembang Sesuai Harapan) 26%-50% MB(Mulai Berkembang)

0%-25% BB(Belum Berkembang) Sumber : Ditjen Mamdas DIKNAS 2010 (Dimyati, 2013:103


(62)

1. Analisis Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis antaran kegiatan meronce dengan perkembangan motorik halus anak dapat dihitung dengan rumus korelasi. Korelasi dapat dihitung dengan rumus Spearman Rank dalam Sudijono (2012:232) adalah sebagai berikut:

= 1 6

( 1)

Keterangan:

rs = Korelasi Spearman 6 & 1 = Bilangan konstan d =Difference n =Number of Cases

Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilihat keeratannya menggunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Kategori Tingkat Keeratan

0,00–0,199 Sangat rendah

0,20–0,399 Rendah

0,40–0,599 Sedang

0,60–0,799 Kuat

0,80–1,000 Sangat kuat


(63)

✿6

Selanjutnya untuk mengetahui korelasi dua variabel menghasilkan variansi bersama dapat diketahui melalui besarnya koefisien determinasi, sebagai berikut:

Koefisien determinasi = r² x 100%

Keterangan : r = Hasil Korelasi


(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada akhir penelitian ini dibuat sebuah kesimpulan dengan bertujuan dapat menjadi sebuah konstribusi pemikiran yang bergarga bagi dunia pendidikan pada umumnya. Adapun kesimpulan yang dapat disajikan berdasarkan hasil analisis deskriptif, yakni sebagai berikut :

1. Metode pengembangan motorik halus anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan berbagai macam kegiatan atau permainan yang menyenangkan bagi anak. Kegiatan meronce dipilih sebagai kegiatanuntuk mengembangkan motorik halus karena dapat menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan meronce dalam mengembangkan motorik halus dapat mempermudah anak untuk membantu proses kematangan syaraf atau otot-otot halus agar mencapai perkembangan motorik halus yang baik serta salah satu bentuk stimulus untuk menulis 2. Kegiatan meronce memiliki hubungan dengan perkembangan motorik

halus anak usia 5-6 tahun di TK At-Taqwa Bandar Jaya Lampung Tengah. Kegiatan meronce dalam mengembangkan motorik halus anak dapat menekankan pada motorik halus seperti melatih kelenturan


(65)

jari-64

jemari, mengkoordinasikan mata dengan tangan secara tepat dan teliti, karena motorik halus anak dapat menekankan aktivitas dan ketelitian siswa, karena perhatian siswa secara langsung berpusat pada kegiatan meronce yang sedang dironcenya. Dalam pembelajaran aktif guru tidak dominan menguasai proses pembelajaran. Terlebih lagi anak dilibatkan dalam pembuatan alat permainan edukatif sebelum permainan dilakukan. Proses kegiatan motorik halus menunjukkan respon siswa yang baik. Hal ini disebabkan guru selalu memiliki kemampuan dan pendekatan yang tepat untuk anak usia dini.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan meronce dengan motorik halus anak kelompok B2 TK At-Taqwa Lampung Tengah. Berdasarkan kajian statistik menggunakan korelasi Spearman rank dengan koefisien korelasi r sebesar 0,626

B. Saran

1. Bagi guru

a. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru yang lain untuk menerapkan kegiatan meronce yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan karakteristik materi pembelajaran.

b. Hendaknya guru lebih kreatif dalammengembangkan kegiatan pembelajaranuntuk membantu proses pembelajaran agar penyampaian materi anak akan tertarik. Hal ini terkait dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat unik, egosentris, mudah bosan, ingin diperhatikan dan lain sebagainya. Menunjukan hasil kemampuan akhir yang berbeda bagi siswa, apabila pengajar memiliki


(66)

kompetensi dalam pembelajaran, dan mampu memotivasi siswa dalam setiap perkembangan motorik halus anak. Kemudian dengan kompetensi yang dimiliki pengajar tersebut, membuat siswa merasa tertarik dan senang pada setiap pertemuan pembelajaran. Dengan ini, dapat dipastikan perkembangan siswa dapat meningkat karena siswa belajar dan menghasilkan perkembangan yang baik melalui pembelajaran yang siswa anggap menyenangkan.

2. Bagi Sekolah

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau refrensi dalam mengembangkan dan meningkatkan proses pembelajaran yang ada disekolah khususnya dalam mengembangkan motorik halus anak.

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain atau berikutnya yang akan melakukan penelitian dibidang ini,diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran, informasi dan masukan tentang kegiatan meronce terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun.


(67)

66

DAFTAR PUSTAKA

Bakti, Arum, M. 2014. Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Menggunakan Bahan Tanah Liat Pada Kelompok B TK Yayasan Masyitoh Beran. http://eprints.uny.ac.id/12996/1/SKRIPSI.pdf. 5 Juni 2015. UNY

Darmastuti, Tanti. 2013. Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Dalam Kegiatan Meronce dengan Manik-Manik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Kelompok A di TK Khadijah 2 Subaya. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paud-teratai/article/view/644. 4 Juni 2015. UNY

Dimyati, Johni.2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini.Kencana Prenada. Jakarta

Harianto, Sugeng, P. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Hurlock, B. Elizabeth. 2002.Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi ke 6. Jogja: Erlangga

Jamaris, Martini. 2006.Perkembangan dan Pengembangan Anak.Jakarta: Grasindo

Kementrian Pendidikan Republik Indonesia. 2010.Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Republik Indonesia

Ma’mun, Amung, dkk. 2002.Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik.Bandung:

IKIP Bandung Press

Pamadhi, Hajar, dkk. 2012.Seni Keterampilan Anak.Tanggerang Selatan: Universitas Tebuka

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009


(68)

Setyoningtyas, Lusy. 2013.Meningkatkan motorik halus anak dengan bermain meronce manik-manik berwarna anak kelompok A TK Islam At-TaqwaKabupatenTulungagung.http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod= detail&id=59595. 4 Juni 2015. Jurnal. UPI

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja grafindo Persada

Sugiyono. 2012.Statistika Untuk Penelititian.Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Sujiono, Yuliani Nuraini. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Negeri Jakarta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(1)

Koefisien determinasi = r² x 100%

Keterangan :


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada akhir penelitian ini dibuat sebuah kesimpulan dengan bertujuan dapat menjadi sebuah konstribusi pemikiran yang bergarga bagi dunia pendidikan pada umumnya. Adapun kesimpulan yang dapat disajikan berdasarkan hasil analisis deskriptif, yakni sebagai berikut :

1. Metode pengembangan motorik halus anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan berbagai macam kegiatan atau permainan yang menyenangkan bagi anak. Kegiatan meronce dipilih sebagai kegiatanuntuk mengembangkan motorik halus karena dapat menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan meronce dalam mengembangkan motorik halus dapat mempermudah anak untuk membantu proses kematangan syaraf atau otot-otot halus agar mencapai perkembangan motorik halus yang baik serta salah satu bentuk stimulus untuk menulis 2. Kegiatan meronce memiliki hubungan dengan perkembangan motorik

halus anak usia 5-6 tahun di TK At-Taqwa Bandar Jaya Lampung Tengah. Kegiatan meronce dalam mengembangkan motorik halus anak dapat menekankan pada motorik halus seperti melatih kelenturan


(3)

jari-meronce yang sedang dironcenya. Dalam pembelajaran aktif guru tidak dominan menguasai proses pembelajaran. Terlebih lagi anak dilibatkan dalam pembuatan alat permainan edukatif sebelum permainan dilakukan. Proses kegiatan motorik halus menunjukkan respon siswa yang baik. Hal ini disebabkan guru selalu memiliki kemampuan dan pendekatan yang tepat untuk anak usia dini.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan meronce dengan motorik halus anak kelompok B2 TK At-Taqwa Lampung Tengah. Berdasarkan kajian statistik menggunakan korelasi Spearman rank dengan koefisien korelasi r sebesar 0,626

B. Saran

1. Bagi guru

a. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru yang lain untuk menerapkan kegiatan meronce yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan karakteristik materi pembelajaran.

b. Hendaknya guru lebih kreatif dalammengembangkan kegiatan pembelajaranuntuk membantu proses pembelajaran agar penyampaian materi anak akan tertarik. Hal ini terkait dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat unik, egosentris, mudah bosan, ingin diperhatikan dan lain sebagainya. Menunjukan hasil kemampuan akhir yang berbeda bagi siswa, apabila pengajar memiliki


(4)

kompetensi dalam pembelajaran, dan mampu memotivasi siswa dalam setiap perkembangan motorik halus anak. Kemudian dengan kompetensi yang dimiliki pengajar tersebut, membuat siswa merasa tertarik dan senang pada setiap pertemuan pembelajaran. Dengan ini, dapat dipastikan perkembangan siswa dapat meningkat karena siswa belajar dan menghasilkan perkembangan yang baik melalui pembelajaran yang siswa anggap menyenangkan.

2. Bagi Sekolah

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau refrensi dalam mengembangkan dan meningkatkan proses pembelajaran yang ada disekolah khususnya dalam mengembangkan motorik halus anak.

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain atau berikutnya yang akan melakukan penelitian dibidang ini,diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran, informasi dan masukan tentang kegiatan meronce terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bakti, Arum, M. 2014. Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Menggunakan Bahan Tanah Liat Pada Kelompok B TK Yayasan Masyitoh Beran. http://eprints.uny.ac.id/12996/1/SKRIPSI.pdf. 5 Juni 2015. UNY

Darmastuti, Tanti. 2013. Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Dalam Kegiatan Meronce dengan Manik-Manik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Kelompok A di TK Khadijah 2 Subaya. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paud-teratai/article/view/644. 4 Juni 2015. UNY

Dimyati, Johni.2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini.Kencana Prenada. Jakarta

Harianto, Sugeng, P. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Hurlock, B. Elizabeth. 2002.Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi ke 6. Jogja: Erlangga

Jamaris, Martini. 2006.Perkembangan dan Pengembangan Anak.Jakarta: Grasindo

Kementrian Pendidikan Republik Indonesia. 2010.Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Republik Indonesia

Ma’mun, Amung, dkk. 2002.Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik.Bandung:

IKIP Bandung Press

Pamadhi, Hajar, dkk. 2012.Seni Keterampilan Anak.Tanggerang Selatan: Universitas Tebuka

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009


(6)

Setyoningtyas, Lusy. 2013.Meningkatkan motorik halus anak dengan bermain meronce manik-manik berwarna anak kelompok A TK Islam At-TaqwaKabupatenTulungagung.http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod= detail&id=59595. 4 Juni 2015. Jurnal. UPI

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja grafindo Persada

Sugiyono. 2012.Statistika Untuk Penelititian.Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Sujiono, Yuliani Nuraini. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Negeri Jakarta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya