BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENERAPAN TEKNIK KURSI KOSONG DALAM KONSELING INDIVIDU UNTUK MENGURANGI SIKAP BERKATA KASAR SISWA DI SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI - Repository Unja

  BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Tindakan Layanan ini atau PTL dilakukan di SMP Negeri 5 Kota Jambi. Di tempat mana awalnya peneliti telah melakukan Praktik Lapangan Konseling dan pendidikan ( PLKPS ). Selama berada di sekolah peneliti menjadikan hal itu sebagai studi awal dan melakukan pengamaatan terhadap permasalahan – permasalahan yang sering terjadi yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.

  SMP Negeri 5 Kota Jambi adalah salah satu sekolah menengah pertama di kota jambi yang merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan. Pendirian SMP N 5 Kota Jambi berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 19 Januari 1965

  Jumlah siswa di sekolah tersebut menurut laporan guru BK kurang lebih 1200 anak yang bersekolah di SMP tersebut. Setiap tingkat kelas di SMP N 5 Kota Jambi dibagi-bagi dalam beberapa lokal sesuai jumlah dan daya tampung yang tersedia. Pada tahun ajaran 2017-2018 ini siswa SMP N 5 Kota Jambi terbagi dalam 32 Lokal, 12 Lokal untuk tingkat kelas VII, 10 Lokal untuk tingkat kelas VIII dan 10 Lokal untuk kelas IX

  SMP negeri 5 Kota Jambi saat ini memiliki empat orang Guru BK PNS dan satu orang guru honorer, masing masing guru BK membimbing siswa asuh lebih kurang 200 orang.

  Adapun nama-nama guru Bimbingan Konseling (BK) di SMP Negeri 5 Kota Jambi adalah sebagai berikut:

  No Nama Jabatan

  1 Budi Suprianto, S.Pd Koordinator BK

  2 Neny Azmarni, S.Pd Guru Bk

  3 Nurhabibah,S.Pd Guru BK

  4 Evilda Fuad, S.Pd Guru BK

  5 Adam, S.Pd Guru BK Dari sekian banyaknya permasalahan di sekolah tersebut yang sering masuk kedalam daftar buku kasus guru BK di sekolah tersebut adalah salah satunya pertengkaran sesama siswa yang di sebapkan oleh mereka yang saling mengejek, menyebut-nyebut nama orang Tua, menyoraki, menghina dan bergosip.

  Hal ini sering terjadi, dalam seminggu bisa empat sampe lima kali permasalahan tersebut terjadi. Guru BK menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan layanan Konseling individu.

  Layanan konseling individu merupakan suatu bentuk pemberian bantuan dan bimbingan secara individu / pribadi kepada siswa oleh seorang yang mempunyai keahlian (guru pembimbing/konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah yang sedang dihadapi peserta didik baik masalah sosial, pribadi, belajar, dan karir. Pada saat melaksanakan konseling individu sering kali kita hanya bertanya siapa siswa yang pertama kali memulai permasalahan mengejek , mengolok , menyoraki atau sebagaimya. Kemudian, memberikan beberapa pandangan bahwa hal yang di lakukan siswa tersebut tidak baik dan dapat merugikan siswa lain, setelah itu menyruh siswa berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Namun masalah tersebut tidak selesai begitu saja, di luar ruang BK dan ke esokan nya siswa tersebut mungalangi kembali perbuatanya tersebut. Mengetahui hal tersebut Peneliti pada kesempatan Penelitian Tindakan Layanan ini ingin memperbaiki Layanan Konsling individu dengan Menerapkan Teknik di dalam nya.

  Dengan demikian subjek dari penelitian ini adalah siswa yang dulu pernah peneliti berikan layanan konseling dan siswa-siswa yang datang karena permasalahan agresif berkata kasar. Penelitian tindakan layanan ini mengangkat Masalah ini direntaskan dengan mengunakan layanan konseling individu dengan menggunakan tekhnik kursi kosong, yang dilakukan sebanyak 3 siklus.

B. Hasil Siklus

1. SIKLUS I

  a. Perencanaan Untuk kepentingan Penelitian Tindakan Layanan ini maka di persiapkan sebagai berikut :

  1. Membuat sekanario untuk siklus I

  2. Membuat lembar observasi pengamatan Siklus

  Tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan dua subjek yang berbeda selama 2 hari pada Rabu , Kamis 4 dan 5 oktober 2017 . dengan sekenario sebagai berikut : Tahap Awal

  1. Konselor bersikap Attending dengan konseli

  2. Penjelasan Azas dan tujuan dari konseling individu dan prosedur Kursi kosong.

  3. Mengidentifikasi Sumber Masalah

  4. Mendeskripsikan Point Penting Permasalahan Tahap Inti

  1) Memberikan penjelasan tentang tahap-tahapan kursi kosong 2) Konselor mengkondisikan konseli yang akan berperan nenjadi diri sendiri atau lawan main.

  3) Konselor memperankan diri menjadi lawan bicara konseli dengan posisi duduk saling berhadapan dan begitu sebaliknya. 4) Konselor dan konseli melakukan dialog sampai pada tercapainya resolusi untuk masalah konseli .

  Tahap Penutup 1) Kesimpulan 2) Evaluasi 3) Refleksi

  b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan Siklus I dapat dilihat pada table Anecdoktal Record atau catatan lapangan hasil diskusi Peneliti dan Observer.

  Hasil sekenario itu tergambarkan pada table observasi1 berikut :

  Hari / tanggal : Rabu , Kamis 4 dan 5 oktober 2017 Waktu : 09.00 – 10.00 Konselor : Ridha Prafitria Konseli : A.K dan AD.F Observer : Nenny Amzarny Layanan : Konseling Individu Siklus : I

  N JAM NAMA AKTIVITAS O 1 09.00 - 09.10 Konselor Memanggil konseli masuk , mempersilahkan duduk , memperkenalkan diri memnyampaikan maksud dan tujuan . Konseli Ekspresi wajah dari konseli yang kebingungan. Duduk diam mendengarkan konselor bebricara 2 09.10 – 09.20 Konselor Mulai mengidentifikasi masalah konseli dengan bertanya seputara aktifitas konseli tersebut di kelas, komunikasi dan hubungan dengan teman – teman nya

  Konseli Konsli mendengar kan konselor dan mejawab pertanyaan dengan jawaban singkat saja 3 09.20 – 09.40 Konselor Mendeskripsikan masalah bersama konseli seperti kata-kata apa saja yang sering di ucapkan ketika bercanda bermain bersama teman. Menyampaikan tahapan kursi kosong Konselor langsung mengkodisikan konseli mengarahkan agar membayangkan menjadi diri sendiri agar tercpai makasud konseling. Konseli

  Konseli menjawab singkat , menuruti perintah konseli 4 09.40 – 10.00 Konselor Memulai memainkan teknik kursi kosong , saling berdialog memerankan peran secara bergantian antara konseli dengan konselor . Konseli

  Menuruti perkataan koselor, merespon dialog tersebut hingga koseli itu menyadari kesalahan nya karna dia merasakan menjadi teman yang diperankannya.

  5 Evaluasi Konselor Diawal sebelum melakukan konseling ketahap teknik kursi kosong konselor memberikan sebuah pertanyaan kepada konseli yaitu : “ jika digambarkan dengan angka berapa presentasi kekesalan atau keinginan kamu untuk mengejek teman mu ini dari 10 – 100 ? “

  Konseli Konsli menyatakan jawaban “Saya merasa berada di 100 % saja Bu “ Konselor Lalu sekarang konselor kembali bertanya setelah kamu melakukan konseling dengan menggunakan Teknik Kursi kosong “adakah ada kah penurunan presentasi yg kamu nyatakan di awal tadi ?”

  Konseli “ iya saya merasa kesal saya jadi berkurang menjadi sekitar (…) % “ karena saya takut nanti dia mengejek saya kembali sewaktu di kelas c. Evaluasi

  Setelah melaksanakan layanan seperti yang dilaporkan di atas, maka berikut ini dapat di temukan Hasil Evaluasi terhadap pelakasanaan layanan tersebut dapat dilihat pada table berikut :

  1. Table Evaluasi Proses Konseling Siklus I

  N Tahapan Konseling individu Nilai Ketepatan o Prilaku Konselor

  Nilai rata-rata Ket

  1 Tahap Awal ( Membina Hubungan )

  a. Bersikap Attending

  2 Sedikit tepat

  b. Uraian tujuan, Azas, dan prosedur

  2 Sedikit tepat Kursi Kosong

  c. Mengidentifikasi Masalah

  c. Refleksi

  Keteranga n

  Pernyataan Awal Presentas i

  NO NAMA (inisal)

  1. Tabel Evaluasi Konseling Pertanyaan Sebelum di konseling dengan penerapan Teknik Kursi Kosong

  Cukup

  19 57,57 %

  33

  4. Skor Maximal / ideal Sekor Perolehan Presentasi observasi konselor Kategori Tingkat keberhasilan guru

  3.

  2.

  NO Uraian Hasil 1.

  3. Sangat Tepat Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor

  2. Sedikit Tepat

  2 Sedikit tepat Catatan : 1. Tidak Tepat

  2 Sedikit tepat

  3 Tepat

  1 Tidak tepat

  d. Mendeskripsikan Masalah

  2 Sedikit tepat

  2 Tahap Inti

  a. Penjelasan tahap-tahap kursi Kosong

  2 Sedikit tepat

  b. Mengkondisikan konseli untuk memperankan diri sendiri atau Lawan Main

  c. Konselor Memperankan menjadi lawan dialog

  b. Evaluasi

  1 Tidak tepat

  d. Mendialogkan masalah hingga tercapainya resolisi

  1 Tidak tepat

  3 Tahap Penutup

  a. Kesimpulan

  2 Sedikit tepat

  1 A.K Berapa presentasi kekesalan / kejahilan anda kepada teman 100 % Tinggi mu jika 10 - 100 %

  2 AD.F 85 % Tinggi

  2. Table Evalusi Hasil Konseling Pertanyaan Setelah melakukan konseling dengan penerapan tekhnik kursi kosong

  NO NAMA (inisal)

  Pernyataan Akhir Presentas i

  Keteranga n

  1 A.K Berapa presentasi kekesalan / kejahilan anda kepada teman mu jika 10 - 100 % 50 % Sedang

  2 AD.F 40 % Sedang

  Dapat di simpulkan sementara pada evaluasi siklus I seperti dalam table di atas , bahwa tidak banyak terdapat perubahan sikap yang dirasakan oleh konseli setelah melakukan konseling dengan penerapan teknik kursi kosong terhadap temannya. Masing – masing konseli hanya dapat meresakan kekesalan atau kejahilan nya berkuarang 50% dan 40 % terhadap teman nya, hal ini dapat dikatakan layanan konseling tersebut belum berhasil dan masi banyak terdapat kekurangan dimana-mana.

  d. Refleksi Setelah mengkaji ulang dengan berfikir dan merenung ada beberapa kemungkinan yang menyebapkan hasil pencampaian dalam mengurangi sikap berkata kasar masi tinggi. Kekurangan tersebut seperti berikut :

  1. Dalam proses penerapan Tekhnik kursi Kosong dalam Layanan Konseling individu pada tahapan di kegiatan inti, konselor belum maksimal membuat konseli untuk dapat memerankan diri sendiri maupun sosok temannya.

  2. Konselor menjadi tidak sepenuhnya bisa mengarahkan dialog ke tujuan yang di harapkan

  3. Hal itu berdampak ketahapan selanjutnya, sehingga dialog dalam bermain peran tidak mendapatkan hasil maksimal untuk permasalahan Konseli pada Siklus I ini. Dari hasil perenungan dan berpikir tentang kekurangan pada tahapan proses pelaksanaan Teknik Kursi Kosong Dalam Layanan Konseling individu.

  Untuk pelaksanaan selanjutnya pada Siklus II Konselor Menambahkan 1 tahapan di Bagian Inti yaitu “ Meminta Klien Untuk Memainkan Permainan berandai-andai”. Itu akan mempermudah konselor untuk melanjutkan ketahapan berikutnya.

2. SIKLUS II

  a. Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil dari refleksi di Siklus I, ada sedikit yang di tambahkan pada tahap inti dan konselor berusaha untuk rileks atau santai dalam menghadapi siswa. Perubahan itu dapat di lihat pada sekenario Siklus II sebagai berikut :

  Tahap Awal

  1) Konselor bersikap Attending dengan konseli 2) Penjelasan Azas dan tujuan dari konseling individu dan prosedur Kursikosong.

  3) Mengidentifikasi Sumber Masalah 4) Mendeskripsikan Point Penting Permasalahan Tahap Inti 1) Memberikan penjelasan tentang tahap-tahapan kursi kosong 2) Meminta kelien untuk memaikan permainan Berandai-andai * 3) Konselor mengkondisikan konseli yang akan berperan nenjadi diri sendiri atau lawan main.

  4) Konselor memperankan diri menjadi lawan bicara konseli dengan posisi duduk saling berhadapan dan begitu sebaliknya. 5) Konselor dan konseli melakukan dialog sampai pada tercapainya resolusi untuk masalah konseli .

  Tahap Penutup 1) Kesimpulan 2) Evaluasi 3) Refleksi

  b. Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan Siklus I dapat dilihat pada table Anecdoktal Record atau catatan lapangan hasil diskusi Peneliti dan Observer.

  Hasil sekenario itu tergambarkan pada table observasi1 berikut : Hari / tanggal : Rabu ,Kamis 18 dan 19 Oktober 2017 Waktu : 09.00 – 10.00 Konselor : Ridha Prafitria Konseli : SD dan FR ( inisial ) Observer : Nenny Amzarny

  Layanan : Konseling Individu Siklus : II

  N JAM NAMA AKTIVITAS O 1 09.00 - 09.10 Konselor Memanggil konseli masuk , mempersilahkan duduk , memperkenalkan diri memnyampaikan maksud dan tujuan . Konseli Ekspresi wajah dari konseli yang kebingungan. Duduk diam mendengarkan konselor bebricara 2 09.10 – 09.20 Konselor Mulai mengidentifikasi masalah konseli dengan bertanya seputara aktifitas konseli tersebut di kelas, komunikasi dan hubungan dengan teman – teman nya

  Konseli Konsli mendengar kan konselor dan mejawab pertanyaan dengan jawaban singkat saja 3 09.20 – 09.40 Konselor Mendeskripsikan masalah bersama konseli seperti kata-kata apa saja yang sering di ucapkan ketika bercanda bermain bersama teman. Menyampaikan tahapan kursi kosong Konselor langsung mengkodisikan konseli mengarahkan agar membayangkan menjadi diri sendiri agar tercpai makasud konseling. Konseli

  Konseli menjawab singkat , menuruti serta merespon perintah konselor dengan tepat 4 09.40 – 10.00 Konselor Memulai memainkan teknik kursi kosong , saling berdialog memerankan peran secara bergantian antara konseli dengan konselor . Konseli Dan meminta konseli untuk bermain permainan berandai-andai agar konseli lebih mudah membayangkan apa yang harus dilaukukan nya. Menuruti perkataan koselor, merespon dialog tersebut hingga koseli itu menyadari kesalahan nya karna dia merasakan menjadi teman yang diperankannya.

  5 Evaluasi Konselor Diawal sebelum melakukan konseling ketahap teknik kursi kosong konselor memberikan sebuah pertanyaan kepada konseli yaitu : “ jika digambarkan dengan angka berapa presentasi kekesalan atau keinginan kamu untuk mengejek teman mu ini dari 10 – 100 ? “

  Konseli Konsli menyatakan jawaban “Saya merasa berada di 100 % saja Bu “ Konselor Lalu sekarang konselor kembali bertanya setelah kamu melakukan konseling dengan menggunakan Teknik Kursi kosong “adakah ada kah penurunan presentasi yg kamu nyatakan di awal tadi ?”

  Konseli “ iya saya merasa kesal saya jadi berkurang menjadi sekitar( … ) % “ karena saya takut nanti dia mengejek saya kembali sewaktu di kelas c. Evaluasi

  Setelah melaksanakan layanan untuk Siklus II seperti yang dilaporkan di atas, maka berikut ini dapat di temukan Hasil Evaluasi terhadap pelakasanaan layanan tersebut dapat dilihat pada table berikut :

  1. Table Evaluasi Proses Konseling Siklus II

  N Tahapan Konseling individu Nilai Ketepatan o Prilaku Konselor

  Nilai rata-rata Ket

  1 Tahap Awal ( Membina Hubungan )

  a. Bersikap Attending

  3 Tepat

  b. Uraian tujuan, Azas, dan prosedur Tepat

  3 Kursi Kosong

  c. Mengdentifikasi Masalah

  2 Sedikit Tepat d. Mendeskripsikan Masalah

  3 Tepat

  b. Evaluasi

  Tinggi

  33 91,66 %

  36

  4. Skor Maximal / ideal Sekor Perolehan Presentasi observasi konselor Kategori Tingkat keberhasilan guru

  3.

  2.

  2. Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor NO Uraian Hasil 1.

  3. Tepat

  2. Sedikit Tepat

  3 Tepat Catatan : 1. Tidak Tepat

  c. Refleksi

  2 Sedikit tepat

  3 Tepat

  2 Tahap Inti

  a. Kesimpulan

  3 Tahap Penutup

  3 Sedikit tepat

  e. Mendialogkan masalah hingga tercapainya resolisi

  3 Tepat

  d. Konselor Memperankan menjadi lawan dialog

  2 Sedikit tepat

  c. Mengkondisikan konseli untuk memperankan diri sendiri atau Lawan Main

  3 Tepat

  b. Meminta kelien untuk memainkan permainan Berandai-andai *

  3 Tepat

  a. Penjelasan tahap-tahap kursi Kosong

  3. Tabel Evaluasi Konseling

  Pertanyaan Sebelum di konseling dengan penerapan Teknik Kursi Kosong

  NAMA Presentas Keteranga NO Pernyataan Awal

  (inisal) i n

  SD

  1 Berapa presentasi kekesalan / 100 % Tinggi kejahilan anda kepada teman FR mu jika 10 - 100 %

  2 100 % Tinggi

  4. Table Evalusi Hasil Konseling Pertanyaan Setelah melakukan konseling dengan penerapan tekhnik kursi kosong

  N NAMA Presentas Keteranga Pernyataan Akhir

  O (inisal) i n SD

  Berapa presentasi

  1 35% Rendah kekesalan / kejahilan anda kepada teman mu jika 10 -

  FR

  2 40% Rendah 100 %

  Dapat dilihat dan di simpulkan kembali pada evaluasi di siklus II ada terlihat perubahan yaitu penurunan sikap berkata kasar yang di tujnjukan pada presentasi sudah masuk kategori rendah yakni 20 % dan 10 % pada setiap anak terhadap teman nya. Namun, menurut peneliti ini belum sempurna karena masih terdapat hal-hal yang sedikit tepat pada evaluasi proses.

  d. Refleksi Pada Siklus II ini Peneliti masi melihat beberapa nilai yang belum sempurna di beberapa tahapan. Setelah mengkaji ulang melalui Refleksi, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan masih tingginya rasa benci dan kesal nya konseli terhadap temannya. Yang disebabkan oleh beberapa kekeurangan sebagai berikiut :

  1. Kurang rincian yang tepat pada say konselor mengidentifikasi masalah konseli.

  2. Konselor kurang memfokuskan pikiran konseli pada saat bermain peran di Kursi kosong.

  3. Evaluasi yang kurang akurat. Pada siklus III konselor akan menggunakan pengukuran dengan Skala.

SIKLUS III

a. Perencanaan Siklus III

  Seperti telah dijelaskan di atas pada refleksi di Siklus II, kali ini di Siklus

  III peneliti ingin menyempurnakan kekurangan yang sebelumnya dengan menambahkan beberpa tahapan pada setiap tahapan pada proses Layanan Konseling individu dengan penerapan Tekhnik Kursi Kosong di dalam nya yang dapatdi lihat di Pelaksanaan Siklus pada sekenario sebagai berikut :

  Tahap Awal 1) Konselor bersikap Attending dengan konseli 2) Penjelasan Azas dan tujuan dari konseling individu dan prosedur Kursikosong.

  3) Mengidentifikasi Sumber Masalah *

  a. Kondisi Kognitif ( pemikiran atau pendapat siswa terhadap masalahnya )* b. Syntom ( menemukan emosi yang muncul pada saat menceritakan masalah )* c. Gejala ( melihat dan memantau prilaku atau tindakan siswa pada saat bercerita )*

  4) Mendeskripsikan Point Penting Permasalahan Tahap Inti

  1) Memberikan penjelasan tentang tahap-tahapan kursi kosong 2) Meminta kelien untuk memaikan permainan Berandai-andai * 3) Meletakan simbol pada Kursi Kosong * 4) Konselor mengkondisikan konseli yang akan berperan nenjadi diri sendiri atau lawan main.

  5) Konselor memperankan diri menjadi lawan bicara konseli dengan posisi duduk saling berhadapan dan begitu sebaliknya. 6) Konselor dan konseli melakukan dialog sampai pada tercapainya resolusi untuk masalah konseli .

  Tahap Penutup 1) Kesimpulan 2) Evaluasi ( memberikan berkas pengukuran )* 3) Refleksi

  b. Pelaksanaan Siklus III Hasil sekenario itu tergambarkan pada table observasi1 berikut : Hari / tanggal : Rabu , Kamis 2 dan 3 November 2017 Waktu : 09.00 – 10.00 Konselor : Ridha Prafitria Konseli : M. NV dan M.SBQ Observer : Nenny Amzarny Layanan : Konseling Individu Siklus : III

  N JAM NAMA AKTIVITAS O 1 09.00 - 09.10 Konselor Memanggil konseli masuk , mempersilahkan duduk , memperkenalkan diri memnyampaikan maksud dan tujuan . Konseli Ekspresi wajah dari konseli yang kebingungan. Duduk diam mendengarkan konselor bebricara 2 09.10 – 09.20 Konselor Mulai mengidentifikasi masalah konseli dengan bertanya seputara aktifitas konseli tersebut di kelas, komunikasi dan hubungan dengan teman – teman nya

  Konseli Konsli mendengar kan konselor dan mejawab pertanyaan dengan jawaban singkat saja

  Konselor Pada identifikasi disiklus III ini konselor lebih rinci dan fokus kepada konseli, seperti yang tertera pada sekenario bahwa ada 3 hal yang mesti di identifikasi yakni, Kondisi Kognitif, syntom dan gejala yang ada pada konseli tersebut.

  Konseli Berusaha menjawab dengan jujur sesuai dengan pertanyaan konselor dan bersifat natural saja. Atau apa adanya. 3 09.20 – 09.40 Konselor Mendeskripsikan masalah bersama konseli seperti kata-kata apa saja yang sering di ucapkan ketika bercanda bermain bersama teman. Menyampaikan tahapan kursi kosong Konselor langsung mengkodisikan konseli mengarahkan agar membayangkan menjadi diri sendiri agar tercpai makasud konseling. Konseli

  Konseli menjawab singkat , menuruti perintah konseli Konselor

  Ada tahapan dimana konselor meletakan suatu simbol pada kursi kosong Konseli

  Mencoba fokus pada simbol yang dletakan oleh konselor. 4 09.40 – 10.00 Konselor Memulai memainkan teknik kursi kosong , saling berdialog memerankan peran secara bergantian antara konseli dengan konselor . Konseli

  Menuruti perkataan koselor, merespon dialog tersebut hingga koseli itu menyadari kesalahan nya karna dia merasakan menjadi teman yang diperankannya.

  5 Evaluasi Konselor Diawal sebelum melakukan konseling ketahap teknik kursi kosong konselor memberikan sebuah pertanyaan kepada konseli yaitu : “ jika digambarkan dengan angka berapa presentasi kekesalan atau keinginan kamu untuk mengejek teman mu ini dari 10 – 100 ? “

  Konseli Konsli menyatakan jawaban “Saya merasa berada di 100 % saja Bu “ Konselor Lalu sekarang konselor kembali bertanya setelah kamu melakukan konseling dengan menggunakan Teknik Kursi kosong “adakah ada kah penurunan presentasi yg kamu nyatakan di awal tadi ?”

  Konseli “ iya saya merasa kesal saya jadi berkurang menjadi sekitar (…) % “ karena saya takut nanti dia mengejek saya kembali sewaktu di kelas c. Evaluasi

  1. Table Evaluasi Proses Konseling Siklus III

  N Tahapan Konseling individu Nilai Ketepatan o Prilaku Konselor

  Nilai rata-rata Ket

  1 Tahap Awal ( Membina Hubungan ) a. Bersikap Attending

  3 Tepat

  g. Refleksi

  3 Tepat

  3 Tahap Penutup

  e. Kesimpulan

  3 Tepat

  f. Evaluasi ( memberikan pengukuran )

  3 Tepat

  3 Tepat Catatan : 1. Tidak Tepat

  3 Tepat

  2. Sedikit Tepat

  3. Tepat

  2. Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor NO Uraian Hasil 1.

  2.

  3.

  4. Skor Maximal / ideal Sekor Perolehan Presentasi observasi konselor Kategori Tingkat keberhasilan guru

  45

  f. Mendialogkan masalah hingga tercapainya resolisi

  e. Konselor Memperankan menjadi lawan dialog

  b. Uraian tujuan, Azas, dan prosedur Kursi Kosong

  3 Tepat

  3 Tepat

  c. Mengdentifikasi Masalah

  1. Kondisi kogntif

  2. Syntom

  3. Gejala

  3 Tepat

  d. Mendeskripsikan Masalah

  2 Tahap Inti

  3 Tepat

  a. Penjelasan tahap-tahap kursi Kosong

  3 Tepat

  b. Meminta kelien untuk memainkan permainan Berandai-andai *

  3 Tepat

  c. Meletakan simbol pada kursi kosong*

  3

  d. Mengkondisikan konseli untuk memperankan diri sendiri atau Lawan Main

  45 100 % Tinggi

  3. Tabel Evaluasi Konsling Evaluasi pada siklus III ini di ukur atau di lihat dengan Intensitas

  Gangguan melalui Satuan Gangguan Subjektif ( SGS ) yang dalam bahasa inggris disebut Subjective unit Distrubance ( SUD ), yang penggunaan nya secara kuantitatif bisa dilakukan dengan pengukuran sekala 1-10 atau presentase 10-100 seperti berikut :

  Nama : M.NV Konselor : Ridha Prafitria Kelas : VIII Tanggal : 2 November 2017 / Kamis Menerima Bila saya di Ejek oleh Teman Membalas saja Ejekan Sikap saya ? Ejekan tersebut

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 itu Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama Marah orang tua saya

  Sikap saya ?

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Menyerang

  Sikap Saya ? 10 20 3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Nama : M.SBQ Konselor : Ridha Prafitria Kelas : VIII Tanggal : 1 November 2017 / Rabu Menerima saja Bila saya di Ejek oleh Teman Membalas Ejekan itu Sikap saya ? Ejekan tersebut

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama Marah

  orang tua saya Sikap saya ?

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Menyerang

  Sikap Saya ? 10 20 3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Dan hasil setelah diberikan Konseling dengan Penerapan tekhnik Kursi Kososng

  adalah sebagai berikut : Nama : M.NV Konselor : Ridha Prafitria Kelas : VIII Tanggal : 2 November 2017 / Kamis Menerima saja Bila saya di Ejek oleh Teman Membalas Ejekan itu Sikap saya ? Ejekan tersebut

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama Marah orang tua saya Sikap saya ?

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Menyerang Sikap Saya ?

  10

  20

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Rendah Kesimpulan Tinggi

  10

  20

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Nama : M.SBQ Konselor : Ridha Prafitria Kelas : VIII Tanggal : 1November 2017 / Rabu Menerima saja Bila saya di Ejek oleh Teman Membalas Ejekan itu Sikap saya ? Ejekan tersebut

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama Marah orang tua saya Sikap saya ?

  1

  7

  Dari hasil yang siklus I , II , III yang sudah dilaporkan di atas, maka kali ini akan peneliti bahas dan merangkup temuan hasil yang

  e. Refleksi Pada siklus I dan II tahapan yang dilakukan masi terbilang umum dan belum merincikan permasalahan yang ada sehingga refleksi di siklus k III ini konselor melihat adanya kseimbangan dari tahap awal, inti dan penutup , sehingga konselor dapat menyimpulkan bahwa siklus III sudah tepat untuk di gunakan kepada siswa bermasalah di SMP tersebut.

  10 Kembali di simpulkan pada Siklus III yang mnggunakan bentuk evaluasi dengan skala sperti diatas dapat dilihat tingginya presentase proses dan rendahnya presentase hasil untuk mengurang Sikap Berkata Kasar pada siswa di SMP 5 Negeri Kota Jambi. Tercapainya hasil yang diharapkan konselor sebagai peneliti dalam Penelitian Tindakan Layanan.

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  10 20 3

  10 Rendah Kesimpulan Tinggi

  9

  8

  6

  2

  5

  4

  3

  20

  10

  Menyerang

  10 Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Sikap Saya ?

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

C. Pembahasan

  didapat. Untuk lebih jelasnya dapat di gambar kan pada rekapitulasi Siklus Berikut :

  Table Data Awal

  DATA AWAL NO K I K II 1 100% 85% 2 100% 100% 3 100% 100%

  100% 95% 90% data awal K I 85% data awal K II 80% 75%

  1

  2

  3 Tabel Rekapitulasi Siklus Proses dan hasil Data Hasil NO Kegiatan Data Proses

  K I K II

  1 siklus I 60% 50% 40%

  2 Siklus II 90% 35% 35%

  3 Siklus III 100% 20% 10%

  Bagan Presentasi Hasil dan Proses Siklus

  100% 90% 80% 70% 60% siklus I Siklus II

  50% Siklus III 40%

  30% 20% 10% 0%

  Seperti yang telah disajikan oleh bagan di atas, maka dapat disimpulkan hasi dari penelitian ini adalah Penerapan Tekhnik Kursi Kosong pada Konseling Individu untuk mengurangi sikap berkata kasar siswa itu sesuai dengan Hipotesis Tindakan yang telah di sebutkan oleh peneliti sebelumnya. Bahwa Pengefektifan Layanan konseling Individu dengan Penerapan Teknik Kursi Kosong dapat mengurangi sikap berkata kasar siswa.

  Dan hasil dari kegiatan layanan konseling Individu dengan Penerapan teknik kursi Kosong yang dilakukan sebanyak tiga siklus, diperoleh beberapa temuan hasil tindakan sebagai berikut :

  1. Penerapan Teknik Kursi Kosong dalam konseling Individu

  Hasil yang diperoleh menunjukan Penerapan teknik kursi kosong pada konseling individu dapat mengurangi sikap berkata kasar siswa, memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut. Melalui perbaikan – perbaikan pada setiap siklus yg telah di laksanakan sehingga tercapai tujuan dalam proses dan hasil layanan konseling individu tersebut. Setelah menemukan konseli yang dulu awal nya pernah di berikan layanan konseling individu tetapi belum sempurna dan pada kesempatan ini disempurnakan dengan menambahkan penerapan teknik kursi kosong di dalam nya.

  Langkah –langkah yang dilakukan pada siklus ini adalah bagaimana agar konseli mau terbuka dan terlibat didalam proses konseling individu yang sedang berlangsung sehingga timbul kesadaran, pemikiran, dan perasaan pada diri konseli untuk menyadari apa yang telah di lakukannya. Menurut Gestalt Kesadaran yang penuh terhadap diri meliputi kesadaran akan semua aspek dirinya, dimulai dari kesadaran yang full dan akurat akan perasaan indrawi ( sensing ) seperti pengelihatan yang ceramat atau teliti, pendengaran halus, rasa yang peka penciuman yang tajam dan dan rabaan yang akurat A.sutja, ( Teori dan aplikasi Konseling.dari psikoanalisasampai Gestalt, 2016 : 226 ).

  Hal tersebut , kesadaran , pemekiran, perasaan dan pemahaman akan semua itu yang dapat mempengaruhi berkurang nya sikap berkata kasar siswa, dikarenakan konseli merasakan dengan sepenuhnya apabila posisi mereka berada pada titik fokus ejekan, hinaan, olok-olok teman-teman nya.

  Pada siklus II ada tahapan yang di tambahkan pada Inti kegiatan yaitu bermain permainan berandai-andai. Sama seperti hal nya dalam role playing sebelumnya dan sekarang pada teknik kursi kosong juga menggunakan permainan anadai-andai agar membantu konseli menyampaikan masalah dan rasa sakit hatinya, keadaan peristiwa atau gambaran kejadian dan juga mengarahkan klien untuk mengemukan alasan-alasan nya.

  Dan pada siklus ke III peneliti hendak menyempurnakan peneletian Siklus I dan II nya, sehingga peneliti benar-benar melihat dari tahap Awal, Inti,sampai Penutup. Pada tahap awal difokuskan memperbaiki cara mengidentifikasi masalah konseli. Dari hasil diskusi dan bimbingan peneliti menambahkan tiga konten didalam identifikasi masalah yang antara lain :

  a. Kondisi Kognitif , membuka kesadaran pemikiran dan pendapat konseli terhadap masalahnya.

  b. Syntom , menemukan emosi yang muncul pada saat konseli menceritakan masalahnya seperti kecewa, marah, malu dan sebagainya.

  c. Gejala, melihat adanya grakan-gerakan prilaku yang dilakukan oleh konseli pada saat dia bercerita.

  Tiga konten di atas sangat membantu peneliti pada saat mengevaluasi atau pengukuran hasil sebelum dan sesudah melakukang konseling individu dengan penerapan teknik kursi kosong.

  2. Berkurangnya Sikap Berkata kasar pada siswa melalui Penerapan Teknik Kursi Kosong.

  Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada penelitian Layanan ini dapat diketahui berkurangnya sikap berkata kasar pada siswa ketika menerapkan teknik kursi kosong. Adapun hasil dari analisis data tersebut adalah sebagai berikut : a. Berkurangnya sikap berkata Kasar siswa

  Sikap berkata kasar siswa berkurang setelah menerapkan Teknik kursi kosong dalam Konseling Individu. Dengan menurunya nilai kekesalan , kemarahan emosi siswa terhadap teman nya tersebut. Meski pun kembali di ejek, di olok-olok nama orang tuanya serta disoraki siswa menjadi lebih sabar, tenang dan tidak otomatis langsung membalas atau menyerang balik.

  Melalui hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan teknik kursi Kosong memiliki dampak positif dalam mengurangi sikap berkata kasar siswa. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya evaluasi hasil siswa dari yang awal nya menyatakan kekesalan, marah dan benci nya sebanyak 100 % dan 85 % pada siklus I dan setelah dilakukan nya konseling dengan penerapan teknik kursi kosong menjadi 50% dan 40 % pada masing-masing konseli. Di pelaksanaan Siklus I ini peneliti melihat penurunan memang tidak terlalu besar, di karenakan konselor yang masi canggung dan belum rileks pada saat melakukan layanan konseling individu dengan menerapkan teknik kursi kosong.

  Maka dari itu pada Siklus II konselor lebih meningkatkan proses nya agar bisa maximal mengurangi sikap berkata kasar, pada siklus II dan III ini dapat di lihat hasil evaluasi dengan konseli yang berbeda dan masalah yang berbeda yang awalnya memiliki rasa marah , kesal sebanyak masing-masing 100% setelah dilakukannya dilakukan layanan konseling individu dengan menerapkan teknik kursi kosong mendapatkan hasil evaluasi 35% dan 40 % siklus II , 20% dan 10% siklus III yang berupa pernyataan dari konseli itu pada saat evaluasi. Menurut pengakuan dari konseli masing-masing siswa ini hanya bisa memberikan hasil sedemikian alasa nya kerena masi butuh proses untuk bisa bersabar, untuk tidak membalas atau menyerang balik serangan verbal yang dilakukan temannya.

  b. Aktifitas Konselor dalam melakukan Konseling Individu .

  Aktifitas konselor dalam melaksanakan Layanan Konseling Individu yang dinilai dalam penelitian ini adalah, sikap Attending Konselor, cara penyampaian maksud dan tujuan Konseling Individu dan teknik kursi kosong dalam artian menguasi Bahan, identifikasi masalah, mendeskripsikan masalah , pelakasanaan teknik kursi kosong itu sendri , sampai memberi kesimpulan dan evaluasi. Berdasarkan Analisis data pada Siklus I konselor hanya memperoleh 57,57 % dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 91,66% dan disempurnakan pada siklus III menjadi 100% hal itu dikarnakan adanya perbaikan yang menjadikan siklus itu matang seperti menambah tahapan di bagian inti layanan agar konseli lebih fokus pada pelaksanaan Teknik Kursi kosong efektif untuk Layanan Konseling Individu.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN KONSELING GESTALT DENGAN TEKNIK KURSI KOSONG UNTUK MENGATASI SISWA TERISOLIR PADA SISWA KELAS VIII SMP 1 BAE TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI

2 2 16

PENERAPAN MODEL KONSELING GESTALT TEKNIK KURSI KOSONG UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN BERBICARA DI DEPAN KELAS XI SMA 1 MEJOBO TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI

1 2 19

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 180/IV KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu - PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 180/IV KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI FISIKA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY DI SMP 17 KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 6

PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN TEKNIK DASAR PEMAIN SSB GELORA KARYA KOTA JAMBI - Repository Unja

0 1 94

IDENTIFIKASI KONSEP DIRI PADA SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 13

IDENTIFIKASI MOTIVASI BELAJAR SISWA DI TINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA KELAS VIII SMP NEGERI 19 KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENERAPAN KONTRAK PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI SISWA DENGAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI KELAS IX.A SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERENCANAAN KARIR SISWA KELAS XII DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI - Repository Unja

0 1 9