BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu - PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 180/IV KOTA JAMBI - Repository Unja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitan Terdahulu

  Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri di Kota Bandung dengan jumlah 15 orang yang terdiri 8 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dilaksanakan dalam tiga siklus, terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Make A Match, instrumen yang digunakan berupa tes, lembar observasi keterampilan kerjasama siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Make A match.

  Hasil penelitian ini diperoleh data yaitu peningkatan nilai kemampuan kerjasama dari pra siklus yang sebelum menggunakan pembelajaran Make A

  Match

  sampai dengan proses pembelajaran menggunakan model Make A Match, pada Siklus I,II,III terjadi peningkatan yaitu dari nilai rata-rata 49,4 pada pra siklus, menjadi 94,9 pada siklus III. Peningkatan pun terjadi pada hasil belajar siswa dimana diperoleh data peningkatan yaitu dari jumah siswa yg tuntas belajar IPS 20% siswa yang tuntas pada pra silus, menjadi 80% siswa tuntas model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dikelas IV.

  Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat kesamaan antara permasalahan penelitian yang menggunakan dua siklus dan menggunakan model spiral Kemmis dan Mc.Taggart, dan untuk tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahannya akan dilakukan menggunakan model Make A Match untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sekolah dasar, sehingga akan mampu menghasilkan peningkatan kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS.

2.2 Model Pembelajaran Make A Match

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

  Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai ahkir yang disajikan secara khas oleh guru kelas. Yamin (2013:17) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran merupakan contoh yamg dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran”.

  “Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah dietapkan sebelumnya”. (Trianto, 2014:19). Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan unsur manusiawi, material,fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran. “ Pembalajaran adalah Menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2014:133) “ Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pelajaran dikelas atau yang lain”. Sedangkan menurut Majid (2014:13) “ Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang di isi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya”.

  Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disajikan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman dalam pembelajaran cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan.

2.2.2 Pengertian Model Pembelajaran Make A Match

  Model Make A Match merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar dan bekerja secara bersama untuk menemukan pemecahan masalah dari suatu konsep atau topik melalui soal yang dibuatkan kartu dan solusinya menggunakan kartu jawaban. Masalah yang digunakan untuk mengikat rasa kerjasama siswa pada pembelajaran. Make A Match merupakan salah satu model yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, Model Make A Match bertujuan mengenalkan kepada siswa terhadap sebuah masalah yang akan dipecahkan melalui kartu soal dan menemui jawabannya melalui kartu jawaban yang telah disajikan oleh guru.

  Rusman (2014:223) mengemukakan bahwa “Model Make A Match ( membuat pasangan ) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran keunggalan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

  Menurut Huda (2014: 251) mengemukakan “Tujuan dari Model Make A

  Match

  ” ini adalah sebagai berikut : 1.

  Pendalaman materi 2. Penggalian materi 3. Edutaimen

  Huda (2014:251) “ Adapun yang harus dilakukan guru sebelum proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : “

  1. Membuat beberapa pertanyaan seseuai dengan materi yang dipelajari

jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran kemudian menuliskannya

dalam kartu-kartu pertanyaan 2. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat

dan menulisnya dalam kartu- kartu jawaban. Akan lebih baik kartu

jawaban dan kartu pertanyaan berbeda warna 3. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan

sanksi bagi yang gagal disini, guru dapat membuat aturan ini bersama-

sama dengan siswa

  Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disajikan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa model Make AMatch merupakan pembelajaran yang menggunakan konsep atau topik yang sesuai dengan pendalaman materi yang diajarkan kepada peserta didik sebagai sarana bagi peserta didik sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk bekerjasama dalam pembelajaran.

2.2.3 Langkah-langkah Model Make A Match

  “Langkah-langkah model Make A Match”. Huda (2014:252) 1.

  Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi dirumah

  2. Siswa dibagi 2 kelompok, misalnya A dan B, kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan

  4. Guru menyampaikan kepada sisa bahwa mereka harus mencari atau

mencocokkan katu yang dipegang dengan kartu kelompok lain, guru

perlu menyampaikan batasan maksimal watu yang ia berikan kepada

mereka

  5. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya

masing-masing. Guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya,

guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan 6. Jika waktu sudah habis , mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah

habis, siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk

berkumpul sendiri 7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi, pasangan lain dan

siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan

memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

  8. Terahkir, guru memberikan konfirmasi tentang kebeneran dan

kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan

presentasi 9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan prsentasi.

  Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini langkah-langkah nya adalah sebagai berikut :

  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/ topik yang cocok untuk sesi review ( satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa jawaban 2. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa 3. Guru membagi siswa menjdi dua kelompok, kelompok A dan B 4. Setiap siswa mendapat satu kart dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang

5. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya

  (kartu soal/kartu jawaban ) 6. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 7. Guru memanggil siswa untuk mempresentasikan hasil jawabannya dan kelompok yang mendengarkan untuk membrikan tanggapan pasangan itu cocok atau tidak

8. Guru memberikan informasi tentang kecocokan jawaban itu benar atau tidak 9.

  Kesimpulan

  2.2.4 Kelamahan Model Make A Match

  Menurut Huda (2014:253). Adapun kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif Make A Match ( Mencari Pasangan) adalah sebagai berikut :

  1. Jika model pemebelajaran ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang

  2. Pada awal penerapan model ini, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya

  3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan

  4. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu

  5. Menggunakan model pembelajaran ini terus menerus akan menimbulkan kebosanan

  2.2.5 Kelebihan Model Make A Match

  Menurut Huda (2014:253). “A dapun kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif Make A Match ” adalah sebagai berikut : 1.

  Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,baik secara koognitif maupun fisik

  2. Karena ada unsur permainan model pembelajaran ini menjadi menyenangkan

  3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan kerjasama siswa akan terwujud dinamis

  4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi

5. Efektif melatih kedispinan siswa menghargai waktu untuk belajar

2.3 Kerjasama

2.3.1 Pengertian Kerjasama

  Kerjasama adalah sikap siswa untuk mempelajari hal untuk peduli sesama saling bergotong royong untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi. Menurut bagi kelangsungan hidup”. Tanpa ada kerja sama tidak aka nada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Sehingga kerjasama sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan atau pengajaran.

  Menurut Isjoni (2010:24) “Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan berbagai pengalaman”. Sedangkan menurut Huda

  (2014:196- 197) “Bekerjasama adalah agar siswa memiliki hal-hal sebagai berikut: menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim”.

  Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bekerrjasa adalah bentuk suatu usaha bersama yang dilakukan antara orang perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa adanya kerjasama tujuan tersebut akan sulit dicapai.

  Oleh sebab itu tidak ada satupun individu tidak membutuhkan kerjasama dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.

2.3.2 Indikator Kerjasama

  Menurut isjoni (2010:65), “Kerjasama meerupaka kerja kelompok keci; yang tingkat kemampuannya berbeda, serta siswa dituntut memiliki keterampilan- keterampilan bekerjasama, untuk mencapai keterampilan dalam bekerjasama terdapat 8 i ndikator yang perlu diamati dalam pembelajaran IPS”, yaitu : 1.

  Keikutsertaan dalam memberikan ide dan pendapat 2. Menanggapi pendapat dan menerima pendapat orang lain 3. Melaksanakan tugas 4. Keikutsertaan dalam memecahkan masalah 5. Kepedulian terhadap sesama anggota kelompok 6. Keikutsertaan membuat laporan 7. Keikutsertaan dalam presentasi kelompok 8. Kepedulian kepada teman dalam memecahkan masalah Pembelajaran yang menekankan prinsip kerjasama harus memiliki keterampilan

  • –keterampilan khusus, keterampilan khusus ini disebut dengan ketermpilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas ( Kerjasama siswa dalam kelompok ) keterampilan-keterampilan kooperatif dikemukakan oleh Lungdern dalam

  Isjoni (2010:65-66) sebagai berikut : 1.

  Menyamakan pendapat dalam suatu kelompok sehingga mencapai suatu

kesepakatan bersama yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja

  2. Menghargai konstribusi setiap anggota dalam suatu kelompok sehingga tidak ada anggota yang merasa tidak dianggap

  3. Mengambil giliran dalam berbagi tugas 4.

  Berada dalam kelompok selama kegiatan berlangsung 5. Mengerjakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya agar tugas dapat terselesaikan

  6. Mendorong siswa lain untuk berpartisipasi terhadap tugas 7.

  Meminta orang lain berbicara dan berpatisipasi aktif dalam tugas 8. Menyelesaikan tugas tepat waktu 9. Menghormati perbedaan individu

  Keterampilan sosial berupa kerjasama harus dimiliki siswa terutama dalam pembelajaran kelompok. Berdasarkan pendapat di atas maka kerjasama akan dilihat pada indikator berikut : 1.

  Saling percaya 2. Peduli terhadap teman dalam memecahkan masalah 3. Melaksanakan tugas 4. Menanggapi pendapat dan menghargai pendapat orang lain 5. Menghormati perbedaan indhividu 6. Mengambil giliran dalam berbagi tugas 7. Menjaga kekompakkan kelompok 8. Mendorong siswa lain untuk bepartisipasi dan bekerjasama terhadap tugas yang diberikan

  Indikator keterampilan bekerjasama adalah penanda yang digunakan oleh guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin). Indikator ini dirumuskan dalam bentuk peilaku siswa di kelas dan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang siswa melakukan suatu tindakan di sekolah, Tanya jawab dengan siswa, jawaban yang diberikan kepada siswa, jawaban yang diberikan kepada siswa terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisana siswa dalam laporan dan pekerjaan rumah. Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi perilaku yang dimiliki siswa.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bekerjasama sangat berperan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, karena dengan adanya kerjasama tersebut mengacu siswa untuk berperan aktif sehingga pelaksanaan proses pembelajaran berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Maka dari itu diperlukan kriteria untuk melihat siswa tersebut memiliki rasa untuk bekerjasama atau tidak. Adapun kriteria yang bisa digunakan diantaranya, sebagai berikut : 1.

  Saling percaya 2. Peduli terhadap teman dalam memecahkan masalah 3. Melaksanakan tugas 4. Menanggapi pendapat dan menghargai pendapat orang lain 5. Menghormati perbedaan indhividu 6.

7. Menjaga kekompakkan kelompok 8.

  Mendorong siswa lain untuk bepartisipasi dan bekerjasama terhadap tugas yang diberikan

2.3.3 Manfaat Bekerjasama

  Kerjasama memiliki berbagai manfaat, dengan bekerjasama siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang mungkin belum diasah, juga untuk memudahkan siswa untuk mencapai tujuan. Harmin

  (Isjoni, 2010:24) “Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan pengalaman”.

  Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif menetukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan baik. Penjelasan dari paparan tersebut adalah sebagai berikut : a.

  Mendapatkan kesempatan berbicara Di dalam kerja kelompok, setiap siswa akan mendapatkan kesempatan berbicara untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini akan melatih siswa untuk berani berbicara, mengembangkan rasa percaya diri dan mengembangkan kecerdasan verbalnya.

  b.

  Inisiatif Keterampilan inisiatif juga perlu dikembangkan dalam diri siswa. Di dalam kelompok, siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap insiatif atau sikap tanggap dengan kegiatan didalam kelompok, sikap insiatif yang perlu dikembangkan adalah sikap tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa tanggap melengkapi kekurangan dari kelompok, siswa tanggap jika kelompoknya di panggil oleh guru.

  Menentukan pilihan di dalam kerjasama, contohnya menentukan pilihan ketua kelompok, menentukan jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan guru dan menentukan untuk berpartisipasi aktif terhadap kelompok.

  d.

  Mengembangkan kebiasaan baik Kebiasaan baik yang dimaksud dalam bekerjasama seperti mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban, melatih kemampuan akademik, melatih kemampuan interaksi dengan teman, mengembangkan rasa percaya diri serta meningkatkan motivasi siswa.

2.3.4 Cara Untuk Meningkatkan Keterampilan Kejasama Siswa

  Keterampilan bekerjasama merupakan hal bagi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang mampu bekerjasama dengan baik akan lebih mudah mendapatkan teman dengan demikian akan lebih mudah untuk mencapai tujuan karena mendapatkan banyak bantuan dari orang lain. Menurut Huda (2014:196-

  197) “Tujuan keterampilan bekerjasama adalah agar siswa memiliki dan melakukan hal sebagai berikut: menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan bekrajasama dalam tim”.

  Bekerjasama sebagai bagian dari karakter siswa. Karakter bekerjasama dimliki oleh siswa sebagai insan yang menuntut ilmu. Siswa yang memiliki rasa bekerjasama yang tinggi terhadap pembelajaran dapat menyebabkan ilmunya jauh lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang hanya menunggu penjelasan dari guru. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru seharusnya mendorong siswa untuk bekerjasama. Rasa bekerjasama yang dimiliki siswa akan membuat siswa mencapai prestasi yang diinginkan, karakter bekerjasama merupakan salah satu nilai pendidikan karakter yang di programkan oleh kemendiknas untuk di kembangkan dalam diri siswa.

2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial

2.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

  Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian, pengetahuan, yang dilaksanakan dengan mengunakan pengetahuan kepada siswa. Bila pembelajaran dipandang suatu proses, maka pembelajaran merupakan kegiatan upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program belajar tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

  IPS secara sederhana di definisikan sebagai ilmu tentang fenomena ilmu sosial. IPS merupakan Mata Pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa.

  IPS merupakan suatu pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, konsep-konsep, generalisasi, penyusunan teori. Para pendidik muncul masalah bagaimana cara menyampaikan ilmu pengetahuan yang telah diajarkan dan perkembanganya, baik mengenai pengertian-pengertian pokok maupun persoalan yang kompleks. Sapriya (2009:19-20) mengemukakan bahwa

  “IPS merupakan nama Mata Pelajaran di tingkat Sekolah Dasar dan menengah atau nama programa studi di perguruan tinggi yang Identik dengan social studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika serikat”.

  Kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 menjelaskan bahwa Ilmu kepada siswa SD agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai kepada lingkungan yang lebih jauh (dunia). “Pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, yang berkaitan dengan isu sosial kewarganegaraan” Gunawan

  (2013:53) Pengajaran IPS berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun secara sistematis komprehensif dan terpadu dalam kehidupan di masyarakat sering terjadi di lingkungan pada pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan sejarah (kebudayaan Hindu-Budha).

  IPS di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat bangsa dan Negara.

  “Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) Mata Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:” Gunawan (2013:53).

  1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat 2.

  Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, bekerjasama, memecahkan masalah, keterampilan dalam kehidupan sosial.

  3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

  4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

2.4.2 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

  Pendidikan IPS berkewajiban membiasakan anak didik menggunakan metode secara sistematis, komprehensif, dan terpadu menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. IPS merupakan Mata Pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, konsep yang terorganisasi tentang sosial sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahan yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

  IPS sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan membantu siswa untuk memahami lingkungan sosial sekitar secra lebih mendalam. IPS dapat di pandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami gejala sosial, dan IPS dapat di pandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan menusia terhadap sosial. Sesuai dengan hakikat IPS, maka tujuan pendidik tidaklah hanya sekedar agar siswa dapat memiliki pengetahuan tentang gejala

  • – gejala sosial saja, melainkan melalui pendidikan IPS di harapakan pada siswa tebentuk kemampuan memecahkan masalah-masalah mengenai lingkungan sosial sekitarnya sesuai dengan cara serta sikap yang di kehendaki dalam IPS.

  Pendidikan IPS terletak pada tekanan-tekanan untuk menegakkan pengakuan akan pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu untuk mengajukan bukti akan kegunaan dan berharganya penelitian-penelitian yang dihasilkan. Sebagian dari pengakuan tersebut terletak pada deskripsi yang lebih cepat mengenai pegetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pendidikan IPS. Dengan upaya yang lebih menekankan bagaimana anak belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran IPS di kelas di pandang s ebagai suatu proses aktif, dan sangat dipengaruhi oleh apa yang ingin di pelajari oleh anak. Aspek pokok dalam pembeljaran IPS adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa untuk bekerjasama dan pengetahuan untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan ahkirnya dapat mengaplikasinya dalam kehidupan mereka.

  Gunawan (2013:51) mengemukakan “Pada Mata Pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata Pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:” 1.

  Mengenal konsep-konsep dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

  2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

  3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

  4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

2.5 Kerangka Berpikir

  Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, untuk dapat meningkatkan kerjasama siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester II dengan Materi yaitu Aktivitas Dan Sumber Daya Alam, perlu Model Make A Match dan penggunaan komponen-komponen yang mendukung dalam pengajaran dikelas.

  Proses pembelajaran dapat mencapai hasil kerjasama yang maksimal jika terjadi interaksi anatara guru dan siswa.

  Berdasrkan keterangan di atas dapat digambarkan skema kerangka berpikir sebagai berikut : Kerjasama belajar IPS

  Kondisi Awal siswa Kelas IV masih rendah

  Penggunaan Model

  Model Make Tindakan

  Make A Match pada

  A Match Mata Pelajaran IPS

  Kerjasama Siswa Pada

  Kondisi Ahkir

  Mata Pelajaran IPS Meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Make A Match dapat meningkatkan kerjasama siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 180/ IV Kota Jambi.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 GAYAU SAKTI TAHUN PELAJARAN 20142015 Soleha SD Negeri 2 Gayau Sakti Email: yiswahyudi98yahoo.com Abstract - PENERAPAN MODEL PE

0 0 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN BUGEL 01 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

PENGARUH PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SD

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI PADA SISWA KELAS IV SD 5 KARANGBENER KUDUS SKRIPSI

0 1 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD 1 NGEMBAL KULON KUDUS

0 0 23

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD 5 KANDANGMAS

0 1 19

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 180/IV KOTA JAMBI - Repository Unja

0 0 9