PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF INTENSITAS CAHAYA MATAHARI - Repository UNRAM

  PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF

  

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI

SKRIPSI Dony Sudiarta Pratama NIM. C1L013025 PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS MATARAM 2017

  PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF

  

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI

SKRIPSI

  Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana pada Program Studi Kehutanan

  

Dony Sudiarta Pratama

NIM. C1L013025

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

UNIVERSITAS MATARAM

  

2017

HALAMAN PERNYATAAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : DONY SUDIARTA PRATAMA NIM : C1L013025 Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Daun Growmore pada Pertumbuhan

  Semai Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) di Tiga Taraf Intensitas Cahaya Matahari. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini sepenuhnya hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Jika terdapat karya orang lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka skripsi ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di perguruan tinggi ini. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.

  Mataram, Juli 2017 Yang membuat pernyataan, Dony Sudiarta Pratama NIM. C1L013025

  HALAMAN PENGESAHAN

  Judul Skripsi : PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops

  versteegii . Gilg) DI TIGA TARAF INTENSITAS

  CAHAYA MATAHARI Nama Mahasiswa : Dony Sudiarta Pratama NIM : C1L013025 Program Studi : Kehutanan

  Menyetujui, Pembimbing Utama/Penguji Pembimbing Pendamping/Penguji Ir. Raden Sutriono, MP Irwan Mahakam Lesmono Aji, S.Hut., M.For.Sc NIP . 19590421 198603 1 002 NIP. 19791119 200312 1 001

  Penguji, Dwi Sukma Rini, S.Hut.,M.Sc

  NIP. 19880621 201404 1 002 Mengetahui,

  Ketua Program Studi Kehutanan Universitas Mataram

  Muhamad Husni Idris, SP., M.Sc.,Ph.D NIP. 19701231 199512 1 001

  

RINGKASAN

PRATAMA, Program Studi Kehutanan Universitas Mataram, 2017.

  Pengaruh Pupuk Daun Growmore pada Pertumbuhan Semai Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) di Tiga Taraf Intensitas Cahaya Matahari. Di bawah bimbingan Raden Sutriono dan Irwan Mahakam Lesmono Aji.

  Gaharu adalah hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena terdapat resin wangi berwarna hitam pada gubal gaharu. Harga gaharu meningkat pesat pada tahun 2000 sebesar Rp. 10 juta/kg, dan mencapai Rp. 15 juta/kg pada tahun 2009. Penanaman gaharu di lahan kosong atau tempat terbuka dinilai masih rendah yaitu kurang dari 30%. Hal ini disebabkan oleh teknik penanaman yang kurang sesuai dengan pertumbuhan gaharu karena gaharu akan tumbuh lebih baik di bawah naungan, sehingga perlu adanya perlakuan dalam meningkatkan pertumbuhan gaharu, salah satunya adalah pemupukan melalui daun. Oleh karena itu penting mengetahui dosis pupuk daun dan intensitas cahaya yang sesuai pada pertumbuhan gaharu.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya serta interaksinya pada pertumbuhan semai gaharu. Penelitian menggunakan metode eksperimen. Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor. Faktor pertama adalah taraf intensitas cahaya terdiri dari 3 aras, faktor kedua adalah dosis pupuk terdiri dari 4 aras. Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yaitu: persiapan tempat, persiapan media, persiapan bibit, persiapan pupuk, perawatan awal, perawatan akhir, pemberian pupuk daun, pemeliharaan dan pengukuran berat berangkasan kering tanaman.

  Hasil penelitian ini yaitu perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai gaharu. Sedangkan perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan berat berangkasan kering semai gaharu, dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter dan jumlah daun semai gaharu. Pada interaksi antara perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  

ABSTRACT

  PRATAMA. Forestry Study Program of Mataram University, 2017. The Effect of Foliar Fertilizer Of Growmore on Growth of Agarwood Seedlings (Gyrinops Versteegii. Gilg) in Various Levels Of Sunlight Intensity. Under the guidance of Raden Sutriono and Irwan Mahakam Lesmono Aji.

  Agarwood is a non timber forest product of high economic value due to itr a black fragrance resin in agarwood sap. Price of agarwood increased rapidly in 2000 to Rp. 10 million / kg, and reached Rp. 15 million / kg in 2009. Agarwood planting in empty land or open area is still low, that is, less than 30%. This is caused by planting techniques that are less suitable with the growth of agarwood because agarwood will grow better under shade, therefore it require some treatment to increace growth of agarwood, one of which is the fertilization through the leaves. Therefore it’s important to understand the dose of foliar fertilizer and light intensity appropriate to the growth of agarwood. The purpose of the research is to know the effect of Growmore foliar fertilizer, light intensity and its interaction on growth of agarwood seedlings. The research used experimental method. Method of implementation used split plot design with two factors. The first factor is light intensity level consists of 3 levels, the second factor is dose of foliar fertilizer consists of 4 levels.

  The research is done by procedure: land preparation, material, seedlings, fertilizer, first treatment, final treatment, giving of foliar fertilizer, maintenance, and than measurement of dry biomass weight agarwood seedlings.

  The results show that Growmore foliar fertilizer treatment has no effect on growth of agarwood seedlings. While light intensity treatment has a significant effect on height and dry weight biomass of agarwood seedlings, and have no effect on diameter and number of leaves agarwood seedlings. Interaction between Growmore foliar fertilizer and light intensity treatment does mot effect on growth of agarwood seedlings.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta

  ’aala yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pupuk Daun Growmore pada Pertumbuhan Semai Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) di Tiga Taraf Intensitas Cahaya Matahari

  ” Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materiil serta sarat-saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar - besarnya kepada:

  1. Bapak Ir. Raden Sutriono, MP dan Bapak Irwan Mahakam Lesmono Aji, S.Hut., M.For.Sc selaku Dosen Pembimbing Pertama dan Pembimbing Kedua yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dari persiapan dan pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.

  2. Ibu Dwi Sukma Rini, S.Hut., M.Sc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

  3. Ketua Program Studi Kehutanan beserta staf yang telah memberikan bantuan guna kelacaran penulis menempuh perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

  4. Bapak Dr. Markum, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatian selama penulis menempuh pendidikan.

  5. Ayahanda dan Ibunda, serta saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan dan do ’anya selama ini. Semoga segala bantuan mereka mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Subhaanahu wa Ta ’aala.

  6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Mataram serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Dalam penulisan skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi kita semua.

  Mataram, Juli 2017 Penulis,

DAFTAR ISI

  2.3.2 Air

  2.2.2 Teknik Silvikulur

  7

  2.2.3 Pemupukan

  8

  2.2.4 Aplikasi Pupuk Melalui Daun

  8

  2.2.5 Aplikasi Pupuk Melalui Akar

  9

  2.2.4 Teknik Memproduksi Gaharu

  9

  2.3 Sifat Silvika

  10

  2.3.1 Tanah

  10

  11

  2.2.1 Perbanyakan Tanaman

  2.3.3 Cahaya

  11

  2.3.4 Intensitas Cahaya

  12

  2.3.5 Unsur Hara

  12

  3 METODE PENELITIAN

  14

  3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  14

  3.2 Bahan dan Alat Penelitian

  14

  3.3 Metode Penelitian

  14

  7

  Halaman HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN PERNYATAAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii RINGKASAN iv

  3

  KATA PENGANTAR v

  DAFTAR ISI vi

  DAFTAR TABEL viii

  DAFTAR GAMBAR ix

  DAFTAR LAMPIRAN x

  1 PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang

  1

  1.2 Rumusan Masalah

  3

  1.3 Tujuan Penelitian

  3

  1.4 Hipotesis

  1.5 Manfaat Penelitian

  2.2 Silvikultur Tanaman gaharu

  5

  6

  2.1.5 Jenis Tanaman Penghasil Gaharu

  6

  2.1.4 Kandungan dan Kegunaan Gaharu

  5

  2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

  2.1.2 Morfologi

  4

  5

  2.1.1 Taksonomi

  5

  2.1 Deskripsi Tanaman gaharu

  5

  2. TINJAUAN PUSTAKA

  7

  3.4 Rancangan Percobaan

  24

  40 LAMPIRAN

  39 DAFTAR PUSTAKA

  5.2 Saran

  39

  5.1 Kesimpulan

  39

  5 KESIMPULAN DAN SARAN

  34

  4.2.4 Berat Berangkasan Kering

  31

  4.2.3 Jumlah Daun

  28

  4.2.2 Diameter Tanaman

  4.2.1 Tinggi Tanaman

  14

  23

  4.2 Analisis Pertumbuhan

  20

  4.1 Hasil Analisis Tanah

  20

  4 HASIL PEMBAHASAN

  19

  3.8 Pengolahan dan Analisis Data

  19

  3.7 Pengamatan Parameter

  17

  3.6 Prosedur Penelitian

  15

  3.5 Denah Percobaan

  42

  

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

  3.1 Kombinasi Perlakuan

  15

  4.1 Hasil Analisis Tanah

  20

  4.2 Hasil Analisis Sidik Ragam Parameter Penelitian

  23

  4.3 Analisis Sidik Ragam Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

  24

  4.4 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

  25

  4.5 Analisis Sidik Ragam Terhadap Diameter Tanaman Gaharu 28

  4.6 Analisis Sidik Ragam Terhadap Jumlah Daun Tanaman Gaharu

  31

  4.7 Analisis Sidik Ragam Terhadap Berat Berangkasan Kering Tanaman Gaharu

  34

  4.8 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Berat Berangkasan Tanaman

  35

  

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

  29

  4.8 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Berat Berangkasan Kering Tanaman Gaharu

  35

  4.7 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Berat Berangkasan Tanaman Gaharu

  33

  4.6 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu

  32

  4.5 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu

  30

  4.4 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Diameter Tanaman Gaharu

  4.3 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Pertambahan Diameter Tanaman Gaharu

  3.1 Letak Susunan Data Percobaan pada Naungan Dua Lapis Paranet (intensitas 27,98 lux/hari)

  27

  4.2 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu

  25

  4.1 Pengaruh intensitas cahaya terhadap tinggi tanaman gaharu

  17

  3.2 Letak Susunan Data Percobaan pada Tanpa Naungan (intensitas 151,73 lux/hari)

  16

  3.2 Letak Susunan Data Percobaan pada Naungan Dua Lapis Paranet (intensitas 40,88 lux/hari)

  16

  37

DAFTAR LAMPIRAN

  60

  70

  12 Foto-Foto Kegiatan Penelitian

  68

  11 Hasil Analisis Tanah

  66

  10 Pertambahan Jumlah Daun Setelah Tanam

  64

  9 Pertambahan Diameter Setelah Tanam

  62

  8 Pertambahan Tinggi Setelah Tanam

  

No. Judul Halaman

  1 Pengukuran Intensitas Cahaya

  58

  6 Jumlah Daun Tanaman

  56

  5 Pengamatan Diameter Tanaman

  54

  4 Pengamatan Tinggi Tanaman

  52

  3 Pengukuran Curah Hujan

  47

  2 Pengukuran Suhu dan Kelembaban

  42

  7 Berat Berangkasan Kering

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki luas lahan kering yang mencapai 84% dari luas wilayah daratannya, atau setara dengan 1,8 juta hektar. Dari luas tersebut sekitar 749 ribu hektar sangat berpotensi dikembangkan menjadi lahan pertanian dan penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), oleh karena itu merupakan potensi yang besar dalam menanggulangi lahan kering dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan komoditi gaharu (Siddik, 2010). Menurut Suryandari (2008 cit. Djajapertjunda et al, 2001) pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti gaharu merupakan kegiatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi lahan kering, dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyaraat, karena sejak dipungut dari hutan, pengangkutan, hingga pengolahannya memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak. Lain dari pada itu pohon gaharu mempunyai tajuk yang rapat dan sistem perakaran yang dalam sehingga berfungsi dalam aspek ekologis dan aspek konservasi tanah dan air. Hal ini merupakan keuntungan yang berlipat ganda yaitu ada potensi untuk mengatasi lahan kering, dan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat (Suryandari, 2008). Gaharu adalah hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena terdapat resin wangi berwarna hitam atau kehitaman pada gubal gaharu. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011) gaharu terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu gubal gaharu, kemedangan, dan serbuk/abu gaharu. Adapun penetapan mutu gaharu didasarkan pada warna, bobot, dan aroma. Kualitas gaharu secara umum bisa dilihat secara langsung dari warna, artinya semakin gelap dan merata warna gaharu menandakan kualitasnya semakin baik dimana warna lebih tua menandakan kandungan damar semakin tinggi. Pada tahun 1980 harga gaharu di tingkat pengumpul mencapai Rp. 30.000-50.000/kg untuk kualitas rendah dan Rp. 80.000/kg untuk kualitas super, harga meningkat pesat pada tahun 2000 menjadi Rp. 10 juta/kg, dan mencapai Rp. 15 juta/kg pada tahun 2009 (Suharti, 2010 cit. Adijaya, 2009). Sumarna (2012) menyatakan bahwa prospek pengembangan gaharu di Indonesia sangat tinggi karena Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia. Pada tahun 1990 Indonesia menghasilkan lebih dari 600 ton/tahun, kemudian tahun 2000 terjadi penurunan produksi dengan kuota 300 ton/tahun namun yang terpenuhi 10-15%, selanjutnya pada tahun 2004 tidak ada catatan adanya data ekspor gaharu dari Indonesia dengan kuota 50-150 ton/tahun.

  Pasar gaharu Indonesia yang paling utama adalah negara-negara antara lain Saudi Arabia, Bahrain, Kuait, Yaman, Emirate Arab, Turki, Iran, dan Oman. Selain itu negara Singapura, Cina, Hongkong, Taiwan, dan Jepang termasuk negara pengimpor gaharu (Siddik, 2010). Nilai ekonomi yang tinggi mengakibatkan upaya masyarakat mengubah pola produksi, yang sebelumnya memungut dari pohon produksi yang telah mati alami, kini dilakukan dengan cara menebang pohon hidup, upaya tersebut mengancam kelestarian pohon penghasil gaharu sehingga pada tahun 2004 komisi perlindungan CITES (Convention on International in Trade Endangered Species of Fauna and Flora) mengupayakan perlindungan kepunahan plasma nutfah pohon penghasil gaharu, menetapkan larangan dan pembatasan pemungutan gaharu alam dari genus Aquilaria spp dan Gyrinops sp sehingga genus tersebut sebagai tumbuhan dalam daftar Appendix II CITES (Sumarna, 2012).

  Salah satu pohon penghasil gaharu yang selama ini banyak dieksploitasi di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah jenis Gyrinops versteegii (Gilg.) (Surata & Soenamo, 2011 cit. Sidiyasa, 1986). Ekologis tempat tumbuh pohon penghasil gaharu berupa suhu, kelembaban, besaran intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, sangat berpengaruh nyata sehingga menjadi dasar untuk menentukan aspek kesesuaian tumbuh dalam upaya pembudidayaan pohon penghasil gaharu (Sumarna, 2008). Menurut Surata & Soenamo (2011 cit. Surata & Widnyata, 2001) penanaman pohon penghasil gaharu dari jenis Gyrinops versteegii yang dilakukan di lahan kosong atau tempat terbuka dinilai masih rendah yaitu kurang dari 30%. Hal ini disebabkan oleh teknik penanaman yang kurang sesuai dengan pertumbuhan pohon gaharu sehingga menurut Surata & Soenamo (2011) pertumbuhan tanaman gaharu akan lebih baik bila ditanam di bawah naungan dibandingkan dengan tanpa naungan seperti pertumbuhan lebih sehat dan daun lebih hijau. Berkaitan dengan hal tersebut Yudistira, Aji & Sutriono (2015) mengemukakan bahwa cahaya berpengaruh nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu sedangkan kombinasi perlakuan antara media tanam dan kelas intensitas cahaya menunjukkan tidak adanya interaksi. Hal ini menunjukkan intensitas cahaya lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan gaharu dari pada perlakuan media yang digunakan, sehingga perlu adanya perlakuan dalam meningkatkan pertumbuhan gaharu, salah satunya adalah pemupukan melalui daun. Pupuk daun merk Growmore memiliki kandungan unsur hara makro N (32%), P O (10%), K O (10%), Ca (0,05%), Mg (0,10%), dan S (0,20%),

  2

  5

  2

  dan unsur-unsur hara mikro seperti B, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn. Menurut Basahona et al (2013 cit. Sumekto, 2006) pupuk daun dapat memenuhi kebutuhan khusus tanaman akan unsur hara yaitu beberapa unsur hara baik itu mikro (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl) dan makro (N, P, K, Ca,

  Mg, dan S). Dalam pemberian pupuk daun pada bibit gaharu yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dosis dan konsentrasi larutan pupuk, karena setiap dosis pupuk daun yang diberikan pada tanamanan menghasikan pertumbuhan yang berbeda (Basahona et al, 2013). Oleh karena itu penting mengetahui pengaruh dosis pupuk daun dan intensitas cahaya yang sesuai pada pertumbuhan semai gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg), sehingga hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Rumusan masalah yang coba dijawab dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana pengaruh perlakuan pupuk daun Growmore terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  2. Bagaimana pengaruh perlakuan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  3. Bagaimana interaksi antara perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya pada pertumbuhan semai gaharu.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk daun Growmore terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  3. Untuk mengetahui interaksi antara perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya pada pertumbuhan semai gaharu.

  1.4 Hipotesis

  Hipotesis atau jawaban sementara dari penelitian ini adalah:

  1. H = Perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  H = Perlakuan pupuk daun Growmore berpengaruh nyata

  1 terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  2. H = Perlakuan intensitas cahaya tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai gaharu.

  H = Perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap

  1 pertumbuhan semai gaharu.

  3. H = Perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap pertumbuhan semai gaharu. H = Perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas

  1

  cahaya menunjukkan adanya interaksi terhadap pertumbuhan semai gaharu.

1.5 Manfaat Penelitian

  Kegunaan yang akan diperoleh dari usulan program ini yaitu:

  1. Dapat diketahuinya dosis pupuk daun Growmore yang sesuai di tiga taraf intensitas cahaya pada pertumbuhan semai gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg).

  2. Sebagai solusi untuk permasalahan pembibitan gaharu.

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg)

  2.1.1 Taksonomi

  Gaharu dengan jenis Gyrinops versteegii. Gilg adalah salah satu tanaman yang menghasilkan gaharu. Menurut Betrianingrum (2009 cit. Gilg 1932) taksonomi gaharu jenis Gyrinops versteegii. Gilg sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Class : Dicotyledone Sub-Class : Magnoliopsida Family : Thymelaeaceae Genus : Gyrinops Species : Gyrinops versteegii (Gilg) Domke

  2.1.2 Morfologi

  Morfologi gaharu jenis Gyrinops versteegii. Gilg ini merupakan salah satu jenis tanaman penghasil gaharu yang mempunyai bentuk pohon ciri dan sifat morfologisnya relatif hampir sama dengan kelompok anggota family Thymeleacae lainnya, hal ini dilihat dari bentuk daun, buah dan batangnya. Gaharu jenis Gyrinops mempunyai daun lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning-kemerahan dengan bentuk lonjong. Batang gaharu jenis Gyrinops berwarna abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi pohon dapat mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm (Sumarna, 2012).

  2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

  Di Indonesia sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu dijumpai di wilayah hutan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara. Pohon penghasil gaharu dapat tumbuh pada ketinggian 0-2.400 mdpl, selain itu iklim yang cocok untuk pertumbuhan gaharu yaitu pada daerah yang beriklim panas dengan suhu antara 28º- 34ºC, dengan kelembaban sekitar 80% dan bercurah hujan antara 1.000-2.000 mm/thn. Lahan tempat tumbuh pada berbagai variasi kondisi struktur dan tekstur tanah, baik pada lahan subur, sedang hingga lahan marginal. Gaharu dapat dijumpai pada ekosistem hutan rawa, gambut, hutan dataran rendah atau hutan pegunungan, bahkan dijumpai pada lahan berpasir berbatu yang ekstrim (Sumarna, 2012).

  2.1.4 Kandungan dan Kegunaan Gaharu

  Gaharu adalah produk hasil hutan bukan kayu yang mempunyai damar wangi yang beraroma khas serta memiliki bentuk dan warna yang khas. Wangi harum pada gaharu disebabkan oleh kandungan kimia yaitu komponen utama berupa furanoid sesquiterpen diantaranya α- garofuran, β-agarofuran, dan agarospirol, selain itu gaharu juga mengandung minyak berupa kromon yang biasanya menyebabkan bau harum dari gaharu ketika dibakar (Vantompan, Arreneuz & Wibowo, 2015 cit. Sumarna, 2005).

  Adanya infeksi alami maupun buatan pada gaharu mengakibatkan adanya damar wangi pada gubal pohon penghasil gaharu, damar wangi pada gaharu dapat digunakan sebagai parfum, dupa, obat-obatan, sabun mandi, kosmetik, dan pengharum ruangan, selain itu daun dan buah pohon penghasil gaharu bisa digunakan sebagai obat malaria. Pohon gaharu berfungsi sebagai konservasi tanah dan air karena memiliki tajuk yang rapat dan sistem perakaran yang dalam, namun sebagian jenis pohon penghasil gaharu tidak bisa digunakan sebagai bahan bangunan (Suryandari, 2008).

  Siddik (2010) menyatakan bahwa hampir semua bagian tanaman gaharu bermanfaat dan bernilai ekonomi, daun dan buahnya digunakan sebagai bahan baku pengganti teh yang berkhasiat sebagai obat, dan diinformasikan bisa sebagai obat malaria, selain itu kulit gaharu dapat dijadikan tali penarik atau mengikat yang kuat.

  2.1.5 Jenis Tanaman Penghasil Gaharu

  Jenis tanaman penghasil gaharu terdapat tiga family yaitu family

  

Thymeleaceae , Euphorbiaceae, dan Leguminoceae. Di Indonesia

  terdapat 27 jenis tanaman penghasil gaharu dari tiga family tersebut, diantaranya adalah family Thymeleaceae terdapat jenis Aquilaria

  

malacensis, A. hirta, A. fillaria, A. microcarpa, A. agalloccha, A.

beccariana, A. secundana, A. moszkowski, Aetoxylon sympethalum,

Enkleia malacensis, Wikstroemia poliantha, W. tenuriamis, W.

androsaemofilia, Gonystylus bancanus, G. macrophyllus, Gyrinops

cumingiana, G. rosbergii, G. versteegii, G. moluccana, G. decipiens, G.

ledermanii, G. salicifolia, G. audate, G. podocarpus, family

Leguminoceae terdiri dari satu jenis yaitu Dalbergia farviflora, selain itu

Euphorbiaceae merupakan family ketiga dari tanaman penghasil gaharu

yang terdiri dari satu jenis yaitu Exccocaria agaloccha (Sumarna, 2012).

2.2 Silvikultur Tanaman gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg)

  2.2.1 Perbanyakan Tanaman

  Perbanyakan tanaman gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan generatif dan vegetatif. Perbanyakan dengan cara generatif adalah perbanyakan yang dilakukan dengan menggunakan biji atau benih yang diambil langsung pada pohon induk melalui pengumpulan benih jatuh dan memanen buah matang, sedangkan perbanyakan dengan cara vegetatif adalah perbanyakan dengan menggunakan bagian dari tanaman induk melalui pencangkokan, stek pucuk, dan melalui kultur jaringan. Perbanyakan tanaman (Gyrinops versteegii. Gilg) cara generatif memanfaatkan pohon induk yang berasal dari kawasan hutan maupun pada kebun masyarakat, persyaratan memperoleh buah dari pohon induk melalui kriteria: Memiliki sifat dan karakter genetik rentan terhadap penyakit pembentuk gaharu, pohon memiliki kematangan sebagai induk sehat yang berbuah sesuai musim sepanjang tahun, memiliki mutu benih dengan daya tumbuh kecambah diatas 80% (Sumarna, 2012). Menurut Siran & Turjaman (2010 cit. Roberts et al, 1980) biji pohon penghasil gaharu tergolong cepat berkecambah dan tidak dapat disimpan dalam jangka panjang.

  2.2.2 Teknik Silvikulur

  Teknik silvikultur tanaman penghasil gaharu menurut Sumarna (2012) yaitu:

  1. Teknik Pemilihan Jenis Pemilihan jenis merupakan aspek yang utama dalam budidaya pohon penghasil gaharu, hal ini erat hubungannya dengan permintaan pasar, kualitas, nilai jual dan nilai guna produk gaharu yang dihasilkan, serta barang jadi yang dihasilkan (parfum, kosmetika, obat herbal).

  2. Teknik Pemilihan Lahan Pada dasarnya dengan memperlihatkan peta sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu yang relatif luas dan dapat dijumpai pada berbagai kondisi ekologis lahan tumbuh, baik pada lahan dengan kesuburan tinggi, sedang serta pada lahan-lahan marginal, sehingga secara teknis tumbuhan penghasil gaharu dapat tumbuh dan dibudidayakan di berbagai kondisi serta tipe lahan.

  3. Teknik Pemilihan Benih atau Biji Benih bisa diperoleh dari indukan alam berkualitas yang terdapat di hutan atau kebun pembenihan, benih yang diperoleh hasil pungutan atau hasil panen buah matang berwarna kuning kemerah-merahan, dibersihkan dari kotoran dan dilakukan proteksi dari kemungkinan tercemar oleh penyakit jamur dengan membersihkan dan atau merendam dalam pestisida (fungisida, bakterisida).

  4. Teknik Pembibitan Bahan tanaman penghasil gaharu dapat diperoleh melalui upaya pengembangan benih, anakan alam, stump, stek pucuk dan dimungkinkan dapat dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan. Kegiatan pembibitan dilakukan melalui persemaian benih, penyapihan ke dalam polybag, dan perawatan bibit dalam polybag.

  5. Teknik Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga dan mengontrol pertumbuhan dari tanaman penghasil gaharu, dengan cara penyiangan, penggemburan, pemupukan, pengendalian hama, dan penyakit.

  2.2.3 Pemupukan

  Dalam budidaya tanaman penghasil gaharu hal terpenting adalah proses pembibitan karena dalam proses pembibitan digunakan media tertentu untuk mempercepat pertumbuhan tanaman penghasil gaharu. Terdapat istilah pupuk makro dan mikro, pupuk merupakan kunci kesuburan tanah, menambahkan unsur hara ke dalam media tanah akan diserap akar dan menambahkan unsur hara ke tanaman akan diserap melalui daun (Lingga & Marsono, 2013).

  2.2.4 Aplikasi Pupuk Melalui Daun

  Diketahui bahwa tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar dan melalui bagian tanaman di atas tanah yaitu batang atau daun. Menurut Mulyati & Lolita (2006) pemberian pupuk melalui daun boleh jadi merupakan suatu metode yang efektif dalam pemberian pupuk, namun dalam metode ini sangat beresiko tinggi karena jika pemberian pupuk dilakukan dengan konsentrasi tinggi berakibat kebakaran daun yang parah atau bisa mengakibatkan kematian tanaman. Teknik pupuk daun ini adalah suatu cara pemberian pupuk yang berbentuk cair, kemudian disemprotkan ke permukaan daun, agar unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat segera diserap oleh tanaman melalui stomata.

  Aplikasi pupuk melalui daun digunakan untuk mengatasi kekahatan hara mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu, dan Mo, selain itu efektif juga dalam pemberian unsur hara makro seperti N, P, dan K, terutama pada daerah-daerah dingin, yang sangat mengganggu serapan hara oleh akar (Mulyati & Lolita, 2006). Lingga & Marsono (2013) melaporkan bahwa pemberian pupuk langsung ke tanaman atau melalui daun harus memperhatikan alat semprot yang digunakan, konsentrasi pupuknya, pupuk daun disemprot ke mulut daun (stomata) yang menghadap ke bawah, penyemprotan ketika tidak terik matahari, penyemprotan jangan dilakukan ketika hujan dan malam hari.

  Menurut Basahona et al (2013) dalam penelitiannya menggunakan pupuk daun merk Gandasil D, bahwa konsentrasi 6 g/l air (dosis 0,036 g) memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu konsentrasi 0 g/l air, konsetrasi 2 g/l air (dosis 0,012 g) , konsentrasi 4 g/l air, (dosis 0,024 g).

  2.2.5 Aplikasi Pupuk Melalui Akar

  Pupuk akar adalah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar yang tujuannya untuk menyuburkan tanah dan memberi hasil yang maksimal pada pertumbuhan tanaman. Pupuk melalui akar terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik, kedua jenis pupuk umumnya memiliki fungsi yang sama dalam pertumbuhan tanaman. Dalam aplikasinya pupuk melalui akar dilakukan dengan membenamkan pupuk dalam tanah kemudian diserap tanaman melalui akar (Lingga & Marsono, 2013).

  Menurut Mulyati & Lolita (2006) teknik aplikasi pemberian pupuk atas dasar lokasi penempatan pupuk dalam tanah yang kemudian diserap oleh akar tanaman terdiri dari tiga teknik yaitu pemberian pupuk melalui permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan penempatan pupuk dengan pengelolaan terbatas. Tujuan dari teknik aplikasi pupuk atas dasar lokasi dan penempatan pupuk tersebut adalah agar penggunaan pupuk lebih ekonomis dan efisien.

  2.2.4 Teknik Memproduksi Gaharu

  Secara garis besar proses pembentukan gaharu terdiri dari dua yaitu secara alami dan buatan, dimana keduanya berkaitan dengan patologis yang dirangsang oleh adanya luka pada batang patah, cabang, atau ranting. Luka tersebut menyebabkan pohon terinfeksi oleh penyakit berupa bakteri, virus, jamur. Semakin lama kinerja penyakit berlangsung, kadar gaharu menjadi semakin tinggi (Siran & Turjaman, 2010). Pembentukan gaharu di hutan sangat sulit ditemukan, sehingga dilakukan rekayasa dengan cara inokulasi (penyuntikan) jamur atau cendawan pada pohon penghasil gaharu. Masuknya cendawan mengakibatkan keluarnya senyawa fitoeleksin pada tanaman penghasil gaharu, senyawa fitoeleksin merupakan senyawa yang dikeluarkan oleh tanaman penghasil gaharu sebagai wujud pertahanan diri dari gangguan cendawan yang menginfeksi. Teknik memproduksi gaharu secara buatan adalah teknik tradisional dan rekayasa teknologi. Kedua teknik ini berbeda karena teknik tradisional dilakukan tanpa menggunakan inokulan sedangkan teknik rekayasa teknologi menggunakan inokulan. Inokulan yang umum digunakan adalah cendawan dari jenis Fusarium sp. Teknik tradisional dilakukan dengan cara pohon dipaku pada seluruh batang, batang dikuliti, atau batang dilukai dengan parang, sedangkan teknik rekayasa teknologi dilakukan dengan cara metode suntik, infus, bambu stik, dan simpori.

  Menurut Vantompan, Arreneuz & Wibowo (2015) keberhasilan inokulan

  

Fusarium sp dengan metode infus dalam menginfeksi tanaman

  penghasil gaharu ditandai dengan adanya perubahan morfologis yaitu warna coklat kehitaman disekitar lubang yang lebih pekat serta diameter yang lebih besar dibandingkan dengan metode suntik, hal ini membuktikan metode infus lebih maksimal digunakan dari pada metode suntik. Menurut Vantompan, Arreneuz & Wibowo (2015 cit. Rahayu et al, 1999) pohon penghasil gaharu yang sudah siap diinokulasi berumur 4-7 tahun atau diameter lebih dari 10 cm. Pembuatan lubang pertama berjarak 20 cm dari permukaan tanah, jarak lubang pertama dengan tingkat kedua adalah 10 cm, kedalaman lubang setengah dari diameter pohon dengan kemiringan 15-20º (Vantompan, Arreneuz & Wibowo, 2015 cit. Sumarna, 2005).

2.3 Sifat Silvika

2.3.1 Tanah

  Tanah didefinisikan sebagai bahan atau masa yang terdiri dari mineral dan bahan organik yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi, tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun udara sehingga tanaman dapat tumbuh. Tanah terdiri dari partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara, dan air. Tanah terbentuk dari proses fisik, kimia, dan biologi menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari setiap tempat dengan tempat lain yang kemudian disebut horizon, penampakan vertikal dari tanah yang terdiri dari horizon-horizon disebut profil tanah. Pembentukan tanah atau horizon tanah dipengaruhi oleh faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, biologi tanah, topografi, dan waktu. Tanah berdasarkan ukurannya, dikenal fraksi utama yaitu krikil (>2mm), pasir (2-0,20 mm),

  a debu (200-2 µm), liat ( < 2µm) (Hanafiah, 2014 ).

  Di dalam tanah terdapat bahan organik, bahan organik biasanya menyusun 5% bobot total tanah, meskipun sedikit namun memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis. Bahan organik kaya akan unsur hara, unsur hara yang terdapat dalam tanah umumnya dikenal dengan unsur hara makro dan mikro yang dapat digunakan tumbuhan

  a untuk pertumbuhannya (Hanafiah, 2014 ).

  Air merupakan pelarut unsur hara dalam tanah selain itu terdapat udara yang berfungsi untuk respirasi organisme tanah, sehingga air dan udara sangat penting dalam pertumbuhan dan dibutuhkan dalam proses

  a

  fotosintesis tanaman. Menurut Hanafiah (2014 ) secara umum tanah tersusun atas 4 komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, udara, akibat adanya perbedaan dari komponen ini menyebabkan perbedaan golongan jenis tanah, menurut volume persentasenya terdiri dari 45% bahan mineral dan 5% bahan organik yang membentuk padatan tanah, sedangkan untuk ruang pori tanah terdiri dari 25% udara dan 25% air.

  2.3.2 Air

  Air adalah unsur penting dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman, air meningkatkan pertumbuhan tanaman namun air juga bisa menghambat pertumbuhan tanaman, artinya kekurangan dan kelebihan air untuk tanaman bisa mempengaruhi pertumbuhan. Air sangat penting bagi tanaman untuk proses fotosintesis, sehingga kekurangan air dapat menghambat proses fotosintesis hingga menyebabkan kematian. Dalam memproduksi biomasa sangat banyak yang dibutuhkan air, tergantung dari jenis tanaman, biasanya dalam memproduksi setiap kg biomasa maka yang dibutuhkan air sebanyak 500 kg dalam tranpirasi. Oleh karena itu air memegang peranan penting baik secara fisik, kimiawi

  a maupun biologis (Hanafiah, 2014 ).

a

  Selain itu menurut Hanafiah (2014 ) Air mempunyai peran sebagai komponen utama tubuh tetanaman dan biota tanah, sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi oleh air, selain itu unsur-unsur mobil seperti N, K, dan Ca dominan diserap tanaman melalui mekanisme aliran masa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun.

  2.3.3 Cahaya

  Cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga sifat yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang), dan lama penyinaran. Pengaruh tiga sifat cahaya sangat penting bagi tanaman untuk proses fotosintesis, selain itu menurut Hanum (2008) tiga sifat cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan pigmen merah, perubahan suhu daun dan batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi, dan gerakan protoplasma.

  Cahaya berperan penting dalam fotosintesis tanaman, fotosintesis adalah proses penyerapan air dan CO dari udara bebas kemudian

  2

  mengubahnya menjadi gula, sebagai molekul penyimpanan energi. CO

  2

  diambil tanaman melalui stomata (mulut daun), sedangkan air diambil tanaman dari dalam tanah melalui akar kemudian hasil dari fotosintesis adalah O (Hanum, 2008). Menurut Lakitan (2013) klorofil sedikit sekali

  2

  menyerap cahaya hijau dan hijau kekuning-kuningan atau kisaran panjang gelombang 500 nm sampai 600 nm. Klorofil a dan b menyerap secara efektif cahaya ungu, biru, jingga, dan merah, dengan panjang gelombang antara 390 nm sampai 500 nm, dan 600 nm sampai 700 nm.

  2.3.4 Intensitas Cahaya

  Intensitas matahari sangat mempengaruhi fotosintesis tanaman dimana pada intensitas cahaya matahari yang tinggi menyebabkan hasil fotosintesis rendah karena menutupnya stomata untuk penyerapan CO .

  2 Setiap tanaman memerlukan intensitas cahaya yang optimal bagi

  pertumbuhannya, ada tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang tinggi (jenis intoleran), dan ada yang memerlukan intensitas cahaya yang rendah (jenis toleran). Menurut Surata & Soenamo (2011) pertumbuhan gaharu akan lebih baik di bawah naungan dengan intensitas cahaya yang rendah, hal ini berkaitan dengan suhu, diamana perubahan suhu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman memerlukan suhu yang optimum dalam pertumbuhannya, kalau suhu naik dari optimum ke maksimum maka akan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan tanaman hingga menyebabkan kematian.

  Surata & Soenamo (2011) menyatakan bahwa tanaman gaharu yang ditanam tanpa tumpangsari ketika musim kemarau pucuk tanaman mengering dan sebagian daun muda menjadi kering dan banyak gugur karena terbakar sinar matahari, selain itu suhu yang tinggi akan meningkatkan evapotranspirasi. Selanjutnya menurut Yudistira, Aji & Sutriono (2015) kelas intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan gaharu yaitu 12,06 lux/hari dan kelas intensitas cahaya 146,44 lux/hari memberikan pertumbuhan yang rendah pada perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.

  2.3.5 Unsur Hara

  Unsur hara dalam tanah terdiri dari unsur hara makro dan mikro, unsur hara makro umumnya digunakan tanaman dengan jumlah yang lebih besar dari pada unsur hara mikro, namun unsur hara mikro juga sangat penting bagi tanaman karena merupakan pelengkap unsur hara yang diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Adapun beberapa unsur hara makro yang paling dibutuhkan tanaman yaitu (Mulyati & Lolita, 2006):

  a. Nitrogen (N) Nitrogen diperlukan tanaman dalam jumlah yang besar. Di dalam jaringan tanaman, unsur hara nitrogen merangsang pertumbuhan vegetatif (akar, batang, daun). Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk

  NO (nitrat) dan NH (amonium), apabila unsur nitrogen tersedia

  3

  4 banyak dari unsur lainnya maka menghasilkan protein lebih banyak.

  b. Fosfor Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang besar setelah unsur hara N. Tanaman menyerap unsur hara P

  • 2

  dalam bentuk H PO , dan HPO . Fungsi unsur hara P adalah dapat

  2

  4

  4 mempercepat pertumbuhan akar semai, peningkatan pembungaan, pemasakan buah dan biji.

  c. Kalium Kalium merupakan unsur hara yang bersifat mudah larut dan hanyut,

  • tanaman menyerap unsur K dalam bentuk K , kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein. dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan perkembangan kekuatan akar tanaman, ketahanan terhadap kerebahan dan serangan hama/penyakit.

3 METODE PENELITIAN

  3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram, selama 60 hari mulai dari bulan Januari 2017 sampai bulan Maret 2017.

  3.2 Bahan dan Alat Penelitian

  Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Semai gaharu umur 2 bulan, pupuk daun Growmore, air, tanah (hutan), bambu, lux meter, termohigrometer, oven, kondensor, alat semprot (sprayer), polybag (20x25), cangkul, paranet (naungan), ayakan, ember, karung, parang, gergaji, cangkul, mistar, jangka sorong (kaliper), timbangan analitik, kamera, alat tulis, kertas label.

  3.3 Metode Penelitian